PERDA - Kab Kep Anambas NOMOR - 2 - TAHUN - 2016 - TENTANG - DESA
PERDA - Kab Kep Anambas NOMOR - 2 - TAHUN - 2016 - TENTANG - DESA
PERDA - Kab Kep Anambas NOMOR - 2 - TAHUN - 2016 - TENTANG - DESA
TENTANG
DESA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PENATAAN DESA
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 2
Pasal 3
Paragraf Kesatu
Pembentukan
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Paragraf Kedua
Penggabungan
Pasal 17
Pasal 18
Paragraf Ketiga
Penghapusan
Pasal 19
Pasal 20
(1) Penghapusan Desa dapat dilakukan dalam hal terdapat
kepentingan program nasional yang strategis atau karena
bencana alam.
(2) Penghapusan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi wewenang Pemerintah.
Paragraf Keempat
Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 24
Paragraf Kelima
Perubahan Status Kelurahan Menjadi Desa
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penataan Desa diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB III
KEWENANGAN DESA
Bagian Kesatu
Kewenangan
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Bagian Kedua
Keuangan Dan Administrasi
Pasal 31
Pasal 32
BAB IV
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
Bagian Kesatu
Pemerintah Desa
Kepala Desa
Pasal 33
Paragraf Kesatu
Kedudukan Kepala Desa
Pasal 35
Paragraf Kedua
Tugas, Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban Kepala Desa
Pasal 36
Pasal 37
Paragraf Ketiga
Larangan Kepala Desa
Pasal 38
Bagian Kedua
Perangkat Desa
Paragraf Kesatu
Kedudukan dan Tugas
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Paragraf Kedua
Persyaratan
Pasal 43
(1) Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa dari warga Desa
yang telah memenuhi persyaratan umum dan khusus.
(2) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut :
a. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menegah
Umum atau yang sederajat.
b. Berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat
puluh dua) tahun;
c. Terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal
di Desa paling kurang 1 (satu) tahun terakhir dengan
tidak terputus-putus terhitung sebelum dilaksanakan
pendaftaran, dibuktikan dengan kartu tanda penduduk
dan kartu keluarga yang masih berlaku;
d. Memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi.
(3) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah persyaratan yang bersifat khusus dengan
memperhatikan hak asal usul dan nilai sosial budaya
masyarakat setempat dan syarat lainnya.
(4) Ketentuan mengenai persyaratan khusus dan syarat lainnya
pengangkatan Perangkat Desa diatur dengan Peraturan
Bupati tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat
Desa.
Paragraf Ketiga
Pengangkatan
Pasal 44
Pasal 45
Paragraf Keempat
Pemberhentian
Pasal 46
Pasal 47
Paragraf Kelima
Larangan Perangkat Desa
Pasal 48
Paragraf Keenam
Biaya dan Masa Jabatan
Pasal 49
Pasal 50
Bagian Ketiga
Pakaian Dinas dan Atribut
Pasal 51
Bagian Keempat
Badan Permusyawaratan Desa
Paragraf Kesatu
Kedudukan
Pasal 52
(1) BPD berkedudukan sebagai lembaga yang melaksanakan
fungsi pemerintahan Desa.
(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari
Pemerintah Desa.
Paragraf Kedua
Fungsi dan Wewenang
Pasal 53
Pasal 54
Paragraf Ketiga
Hak, Kewajiban dan Larangan
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Paragraf Keempat
Pengisian Keanggotaan
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Paragraf Kelima
Persyaratan Anggota
Pasal 61
Paragraf Keenam
Pengesahan Penetapan Anggota BPD
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Paragraf Ketujuh
Masa Jabatan Anggota BPD
Pasal 66
(1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang
pengisiannya dilakukan secara demokratis.
(2) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung
sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.
(3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali
secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Paragraf Kedelapan
Pemberhentian Anggota BPD
Pasal 67
Paragraf Kesembilan
Pengisian Keanggotaan BPD Antarwaktu
Pasal 68
(1) Pengisian keanggotaan BPD antarwaktu ditetapkan dengan
Keputusan Bupati atas usul pimpinan BPD melalui Kepala
Desa.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian keanggotaan BPD
antarwaktu diatur dengan Peraturan Bupati tentang Badan
Permusyawaratan Desa.
Paragraf Kesepuluh
Musyawarah BPD
Pasal 69
Paragraf Kesebelas
Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 70
Paragraf Keduabelas
Tata Cara Menampung Dan Menyalurkan
Aspirasi Masyarakat
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Paragraf Ketigabelas
Hubungan Kerja
Pasal 74
Paragraf Keempatbelas
Hak Pimpinan dan Anggota BPD
Pasal 75
Pasal 77
Bagian Kelima
Penghasilan Pemerintah Desa
Pasal 78
Pasal 79
BAB V
PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN
PERGANTIAN ANTARWAKTU KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemilihan Kepala Desa
Paragraf Kesatu
Pemilihan Kepala Desa Serentak
Pasal 80
Pasal 81
Paragraf Kedua
Tahapan Pemilihan Kepala Desa
Pasal 82
Paragraf Keempat
Persyaratan Calon Kepala Desa
Pasal 84
Paragraf Kelima
Calon Kepala Desa dari Kepala Desa, Perangkat Desa dan
Anggota Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 85
(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti
yang disampaikan kepada Bupati atas nama Camat melalui
Ketua BPD terhitung sejak ditetapkan sebagai calon kepala
Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan
calon terpilih.
(2) Selama masa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa dilarang menggunakan fasilitas pemerintah
Desa untuk kepentingan sebagai calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban
kepala Desa.
Pasal 86
Pasal 87
Paragraf Keenam
Calon Kepala Desa dari Pegawai Negeri Sipil
Pasal 88
Paragraf Ketujuh
Calon Kepala Desa dari Partai Politik
Pasal 89
Pasal 90
Paragraf Kesatu
Umum
Pasal 91
Paragraf Kedua
Pengangkatan
Pasal 92
Paragraf Ketiga
Pelantikan
Pasal 93
Bagian Ketiga
Pemberhentian Kepala Desa
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati setelah
ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi,
terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan
negara.
Pasal 97
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti tidak
lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 94 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat
(2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf g, Bupati
mengangkat pegawai negeri sipil dilingkungan pemerintah Daerah
sebagai penjabat kepala Desa sampai terpilihnya kepala Desa
yang baru.
Pasal 101
Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari
1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud
Pasal 94 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b,
huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf g, Bupati mengangkat
pegawai negeri sipil dilingkungan pemerintah daerah sebagai
penjabat kepala Desa sampai terpilihnya kepala Desa yang baru
melalui hasil musyawarah Desa.
Pasal 102
Pasal 103
Pasal 104
Bagian Keempat
Penjabat Kepala Desa
Pasal 105
Bagian Kelima
Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu melalui Musyawarah Desa
Pasal 106
Pasal 107
Bagian Ketujuh
Masa Jabatan Kepala Desa
Pasal 108
BAB VI
MUSYAWARAH DESA
Pasal 109
BAB VII
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA
Bagian Kesatu
Peraturan Desa
Pasal 110
Pasal 111
Bagian Kedua
Peraturan Kepala Desa
Pasal 112
Pasal 113
Bagian Ketiga
Pembatalan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa
Pasal 114
Bagian Keempat
Peraturan Bersama Kepala Desa
Pasal 115
Pasal 116
BAB VIII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN MILIK DESA
Bagian Kesatu
Keuangan Desa
Pasal 117
(1) Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang
dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa.
(2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan
pengelolaan Keuangan Desa.
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 120
Pasal 121
Pasal 122
Pasal 123
Pasal 124
Paragraf Kesatu
Pasal 126
Pasal 127
Pasal 128
Pasal 129
Pasal 130
Pasal 131
Pasal 132
Huruf Ketiga
Pengalokasian
Pasal 134
Pasal 135
Pasal 136
Pasal 137
Huruf Kelima
Penggunaan
Pasal 138
Pasal 139
Penggunaan Dana Desa mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa.
Huruf Keenam
Pelaporan
Pasal 140
Pasal 141
Huruf Ketujuh
Pemantauan dan Evaluasi
Pasal 142
Pasal 143
(1) Dalam hal terdapat SiLPA Dana Desa lebih dari 30% (tiga
puluh per seratus) pada akhir tahun anggaran sebelumnya,
Bupati memberikan sanksi administratif kepada Desa yang
bersangkutan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
penundaan penyaluran Dana Desa tahap I tahun anggaran
berjalan sebesar SiLPA Dana Desa.
(3) Dalam hal pada tahun anggaran berjalan masih terdapat
SiLPA Dana Desa lebih dari 30% (tiga puluh per seratus),
Bupati memberikan sanksi administratif kepada Desa yang
bersangkutan.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa
pemotongan Dana Desa tahun anggaran berikutnya sebesar
SiLPA Dana Desa tahun berjalan.
(5) Pemotongan penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) menjadi dasar Menteri melakukan pemotongan
penyaluran Dana Desa untuk Kabupaten tahun anggaran
berikutnya.
Paragraf Kedua
Pengalokasian Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pasal 144
Pasal 145
Pasal 146
Pasal 147
(1) Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak Daerah dan
retribusi Daerah dari Kabupaten ke Desa dilakukan secara
bertahap.
(2) Penyaluran bantuan keuangan yang bersumber dari APBD
Provinsi atau APBD Kabupaten ke Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 146 ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf Ketiga
Belanja Desa
Pasal 148
Paragraf Keempat
APB Desa
Pasal 149
Pasal 150
Pasal 151
Pasal 152
Pasal 153
Pasal 154
Paragraf Kelima
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 155
(1) Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan
APB Desa kepada Bupati setiap semester tahun berjalan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk
Semester Pertama disampaikan paling lambat pada akhir
bulan Juli tahun berjalan.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk
Semester Kedua disampaikan paling lambat pada akhir
bulan Januari tahun berikutnya.
Pasal 156
Pasal 157
Bagian Kedua
Kekayaan Milik Desa
Paragraf Kesatu
Aset Desa
Pasal 158
(1) Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar
Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa,
pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik
Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset
lainnya milik Desa.
(2) Aset lainnya milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain:
a. kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa;
b. kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan
sumbangan atau yang sejenis;
c. kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. hasil kerja sama Desa; dan
e. kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
(3) Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah berskala
lokal Desa yang ada di Desa dapat dihibahkan
kepemilikannya kepada Desa.
(4) Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas
nama Pemerintah Desa.
(5) Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh Pemerintah
Daerah dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah
digunakan untuk fasilitas umum.
(6) Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan bukti status
kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.
Paragraf Kedua
Pengelolaan Kekayaan Milik Desa
Pasal 159
Pasal 160
Paragraf Ketiga
Tata Cara Pengelolaan Kekayaan Milik Desa
Pasal 161
Pasal 162
(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan meningkatkan
pendapatan Desa.
(2) Pengelolaan kekayaan milik Desa diatur dengan peraturan
Desa dengan berpedoman pada Peraturan Bupati.
Pasal 163
Pasal 164
(1) Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh pemerintah
Daerah dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah
digunakan untuk fasilitas umum.
(2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat umum.
Pasal 165
BAB IX
PEMBANGUNAN DESA DAN
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
Bagian Kesatu
Pembangunan Desa
Pasal 166
Paragraf Kesatu
Perencanaan
Pasal 167
(1) Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan
Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan Daerah.
(2) Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun secara berjangka meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun; dan
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang
disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
(3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(4) Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa
merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di Desa.
(5) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan pedoman dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang
diatur dalam Peraturan Bupati.
(6) Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang
berskala lokal Desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan
pelaksanaannya kepada Desa.
(7) Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan salah satu sumber masukan dalam
perencanaan pembangunan Daerah.
Pasal 168
Pasal 169
Pasal 170
Pasal 171
Pasal 172
Pasal 173
(1) RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.
(2) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
(3) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
berisi uraian:
a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola oleh Desa;
c. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola melalui kerja sama antar-Desa dan pihak
ketiga;
d. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola oleh Desa sebagai kewenangan penugasan dari
Pemerintah, pemerintah Daerah Provinsi, dan
pemerintah Daerah; dan
e. pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur
perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.
(4) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh
Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah
daerah kabupaten berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan
rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten.
(5) RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan
Juli tahun berjalan.
(6) RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat
akhir bulan September tahun berjalan.
(7) RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.
Pasal 174
Pasal 175
(1) RPJM Desa dan/atau RKP Desa dapat diubah dalam hal :
a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis
politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang
berkepanjangan; atau
b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau
Pemerintah Daerah.
(2) Perubahan RPJM Desa dan/atau RKP Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam
Musrenbang Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan
peraturan Desa.
Paragraf Kedua
Pelaksanaan
Pasal 176
Pasal 177
Pasal 178
Paragraf Ketiga
Pemantauan dan Pengawasan
Pasal 179
Bagian Kedua
Pembangunan Kawasan Perdesaan
Pasal 180
Pasal 181
Pasal 182
Bagian Ketiga
Sistem Informasi Pembangunan Desa dan Pembangunan
Kawasan Perdesaan
Pasal 183
Pasal 184
Paragraf Kesatu
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pasal 185
Pasal 186
Paragraf Kedua
Pendampingan Masyarakat Desa
Pasal 187
Pasal 188
Pasal 189
Pasal 190
BAB X
BADAN USAHA MILIK DESA
Bagian Kesatu
Pendirian
Pasal 192
Pasal 193
Pasal 194
Pasal 195
Bagian Kedua
BUM Desa Bersama
Pasal 196
Pasal 197
BAB XI
KERJA SAMA DESA
Pasal 198
Pasal 199
Pasal 201
Pasal 202
Pasal 203
Pasal 204
BAB XII
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN
LEMBAGA ADAT DESA
Bagian Kesatu
Tugas dan Fungsi
Pasal 205
Pasal 206
Pasal 207
Bagian Kedua
Lembaga Adat Desa
Pasal 208
Pasal 209
Pasal 210
Pasal 211
Pasal 212
BAB XIV
SANKSI
Pasal 213
Pasal 214
Pasal 216
Pasal 217
BAB XV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 218
Pasal 219
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 220
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 221
Ditetapkan di Tarempa
pada tanggal 12 Agustus 2016
dto
ABDUL HARIS, SH
Diundangkan di Tarempa
pada tanggal 12 Agustus 2016
Plt.SEKRETARIS DAERAH,
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS,
dto
SAHTIAR
dto
SUDARTO, SH
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG
DESA
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pembentukan Desa melalui
penggabungan beberapa Desa” dilakukan untuk Desa yang
berdampingan dan berada dalam satu wilayah Kabupaten.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
“Unsur masyarakat” adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani,
perwakilan kelompok nelayan, perwakilan kelompok perajin,
perwakilan kelompok perempuan, perwakilan kelompok pemerhati
dan pelindungan anak, perwakilan kelompok masyarakat miskin,
perwakilan lembaga swadaya masyarakat.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Huruf a
Yang dimaksud dengan ”kaidah kartografis” adalah kaidah
dalam penetapan dan penegasan batas wilayah Desa yang
mengikuti tahapan penetapan yang meliputi penelitian
dokumen, pemilihan peta dasar, dan pembuatan garis batas
di atas peta dan tahapan penegasan yang meliputi penelitian
dokumen, pelacakan, penentuan posisi batas, pemasangan
pilar batas, dan pembuatan peta batas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “akses perhubungan antar-Desa”,
antara lain sarana dan prasarana antar-Desa serta
transportasi antar-Desa.
Ayat (8)
Partisipasi masyarakat Desa adalah dari unsur masyarakat.
tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan,
perwakilan kelompok tani, perwakilan kelompok nelayan,
perwakilan kelompok perajin, perwakilan kelompok perempuan,
perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak, perwakilan
kelompok masyarakat miskin, perwakilan lembaga swadaya
masyarakat.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
“Mutatis mutandis” adalah diakui/sah dengan perubahan-perubahan
yang perlu.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “hak asal usul” adalah hak yang
merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa
atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat, antara lain sistem
organisasi masyarakat sistem adat, kelembagaan, pranata
dan hukum adat, tanah kas Desa, serta kesepakatan dalam
kehidupan masyarakat Desa.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kewenangan lokal berskala desa”
adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh
Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau
yang muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa
masyarakat Desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa,
tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi
lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan
belajar, serta perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan
Desa.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Yang dimaksud dengan “mengkoordinasikan pembangunan
desa secara partisipatif” adalah memfasilitasi keikutsertaan
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam perencanaan
pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan, dan pelestarian
pembangunan di desa.
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Untuk mendamaikan perselisihan, kepala desa dapat
dibantu oleh lembaga adat desa.
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Cukup jelas
Huruf p
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa” pada ayat ini adalah laporan semua
kegiatan desa berdasarkan kewenangan desa yang ada,
serta tugas-tugas dan keuangan dari pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah Daerah.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan memberikan “laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan desa” pada ayat ini adalah
keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturan-
peraturan desa termasuk APBDes.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa” kepada masyarakat
pada ayat ini adalah memberikan informasi berupa pokok-
pokok kegiatan.
Ayat (3)
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa disampaikan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Yang dimaksud pembinaan dapat berupa pemberian sanksi
dan/atau penghargaan.
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Ayat (11)
Cukup jelas
Ayat (12)
Cukup jelas
Ayat (13)
Yang dimaksud dengan “media informasi” antara lain papan
pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya.
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
a. Warga Negara Republik Indonesia dibuktikan dengan
KTP atau Surat Keterangan bertempat tinggal paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari RT
atau RW setempat;
b. Surat Pernyataan bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
bermaterai;
c. Surat Pernyataan memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika, yang dibuat oleh
yang bersangkutan diatas kertas segel atau bermaterai
cukup;
d. Ijazah pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan
ijazah terakhir yang dilegalisir oleh pejabat berwenang
atau surat pernyataan dari pejabat yang berwenang;
( bagi ijazah pendidikan terakhir setara (paket) satu
ijazah yang dilampirkan dari SD, SLTP, dan SLTA
pernah mendapatkan pendidikan secara umum )
e. Akte Kelahiran atau Surat Keterangan Kenal Lahir;
f. Sehat jasmani, rohani, dan bebas narkotika, obat-obat
terlarang, dan zat adiktif lainnya dibuktikan dengan
surat keterangan dokter pemerintah;
g. Surat Permohonan menjadi Perangkat Desa yang
dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel
atau bermaterai cukup.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Gender” adalah memberikan kesempatan
yang sama terhadap perempuan.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pemilihan kepala desa dilaksanakan
secara serentak” adalah pemilihan kepala desa yang dilaksanakan
pada hari yang sama dengan mempertimbangkan jumlah desa dan
kemampuan biaya pemilihan.
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kelengkapan persyaratan administrasi”
adalah dokumen mengenai persyaratan administrasi bakal
calon, antara lain, terdiri dari :
a. surat keterangan sebagai bukti WNI dari pejabat tingkat
kabupaten;
b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel
atau bermeterai 6000;
c. surat pernyataan Memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila sebagai dasar Negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah dan
Bhinneka Tunggal Ika yang dibuat oleh yang bersangkutan
di atas kertas bermaterai 6000;
d. ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan
ijazah terakhir yang dilegalisir oleh pejabat berwenang;
e. surat keterangan bertempat tinggal paling kurang 1 (satu)
tahun sebelum pendaftaran dari Rukun Tetangga/Rukun
Warga dan Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa
setempat;
f. dibuktikan dengan surat akta kelahiran atau surat
keterangan kenal lahir;
g. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
h. surat keterangan berbadan sehat dari rumah sakit
umum/puskesmas setempat;
i. surat keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian
setempat;
j. surat keterangan dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah
dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih;
k. surat keterangan dari ketua pengadilan negeri bahwa tidak
sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap;
l. surat keterangan dari pemerintah daerah dan surat
pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak pernah
menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
m. surat keterangan tidak berstatus sebagai anggota panitia
pemilihan Kepala Desa;
n. surat pernyataan bersedia tinggal dan menetap di Desa
apabila terpilih sebagai Kepala Desa;
o. surat keterangan Izin tertulis dari pejabat atasan langsung
bagi Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa, BPD dan Perangkat
Desa;
p. surat keterangan tidak pernah diberhentikan dengan
hormat sebagai Kepala Desa atau PNS;
q. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai
calon Kepala Desa;
r. surat pernyataan tidak sedang menjadi pengurus partai
politik bagi yang berasal dari unsur Parpol;
surat pernyataan tidak sedang memegang jabatan
struktural dan atau fungsional bagi yang berasal dari unsur
Pegawai Negeri Sipil;
surat pernyataan tidak sedang memegang jabatan sebagai
Ketua dan atau anggota BPD, Perangkat Desa bagi yang
berasal dari unsur Pemerintahan Desa;
surat pernyataan tidak sedang memegang jabatan sebagai
anggota DPRD serta pengurus organisasi masyarakat
lainnya.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
“Penundaan pelaksaaan tahapan pemilihan Kepala Desa yang telah
dijadwalkan dapat terjadi dikarenakan adanya situasi darurat
sebagai akibat adanya gangguan keamanan, bencana alam atau
gangguan lainnya yang mengakibatkan sebagian atau seluruh
tahapan pemilihan Kepala Desa tidak dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadual yang telah ditetapkan”.
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Cukup jelas
Huruf q
Cukup jelas
Huruf r
Cukup jelas
Huruf s
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “berakhir masa jabatannya” adalah
apabila seorang Kepala Desa yang telah berakhir masa
jabatannya 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan
harus diberhentikan. Dalam hal belum ada calon terpilih
dan belum dapat dilaksanakan pemilihan, diangkat penjabat
kepala desa.
Huruf b
Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan dan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan, tidak termasuk dalam rangka melaksanakan
tugas dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan
pemerintahan.
Yang dimaksud dengan “tidak dapat melaksanakan tugas
secara berkelanjutan atau berhalangan tetap” adalah apabila
Kepala Desa menderita sakit yang mengakibatkan, baik fisik
maupun mental, tidak berfungsi secara normal yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang berwenang
dan/atau tidak diketahui keberadaannya.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
Pasal 101
Yang dimaksud dengan “musyawarah Desa” adalah musyawarah yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa khusus untuk
pemilihan Kepala Desa antarwaktu (bukan musyawarah Badan
Permusyawaratan Desa), yaitu mulai dari penetapan calon, pemilihan
calon, dan penetapan calon terpilih.
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas
Pasal 108
Ayat (1)
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun untuk 1 (satu)
periode masa jabatan.
Ketentuan untuk seorang kepala Desa dapat dipilih kembali
adalah sebanyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut turut
atau tidak secara berturut turut.
Bagi Kepala Desa yang telah menjalankan masa jabatannya
sebelum diterbitkannya peraturan ini dapat dipilih kembali untuk
masa jabatan tersisa sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 109
Ayat (1)
Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh
pemangku kepentingan yang ada di Desa, termasuk
masyarakatnya, dalam rangka menggariskan hal dianggap penting
dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut kebutuhan
masyarakat Desa.
Hasil musyawarah Desa dijadikan sebagai pegangan bagi
Pemerintah Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan tugasnya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas
Pasal 113
Cukup jelas
Pasal 114
Cukup jelas
Pasal 115
Cukup jelas
Pasal 116
Cukup jelas
Pasal 117
Cukup jelas
Pasal 118
Cukup jelas
Pasal 119
Cukup jelas
Pasal 120
Ayat (1)
Dalam penetapan belanja Desa dapat dialokasikan insentif kepada
rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) dengan pertimbangan
bahwa RT dan RW walaupun sebagai lembaga kemasyarakatan, RT
dan RW membantu pelaksanaan tugas pelayanan pemerintahan,
perencanaan pembangunan, ketertiban, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tidak terbatas” adalah kebutuhan
pembangunan di luar pelayanan dasar yang dibutuhkan
masyarakat Desa.
Yang dimaksud dengan “kebutuhan primer” adalah kebutuhan
pangan, sandang, dan papan.
Yang dimaksud dengan “pelayanan dasar” adalah antara lain
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar.
Pasal 121
Cukup jelas
Pasal 122
Cukup jelas
Pasal 123
Cukup jelas
Pasal 124
Cukup jelas
Pasal 125
Cukup jelas
Pasal 126
Cukup jelas
Pasal 127
Cukup jelas
Pasal 128
Cukup jelas
Pasal 129
Cukup jelas
Pasal 130
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas
Pasal 132
Cukup jelas
Pasal 133
Cukup jelas
Pasal 134
Cukup jelas
Pasal 135
Cukup jelas
Pasal 136
Cukup jelas
Pasal 137
Cukup jelas
Pasal 138
Cukup jelas
Pasal 139
Cukup jelas
Pasal 140
Cukup jelas
Pasal 141
Cukup jelas
Pasal 142
Cukup jelas
Pasal 143
Cukup jelas
Pasal 144
Cukup jelas
Pasal 145
Cukup jelas
Pasal 146
Cukup jelas
Pasal 147
Cukup jelas
Pasal 148
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas
Angka 2
Cukup jelas
Angka 3
Cukup jelas
Angka 4
Yang dimaksud dengan “intensif rukun tetangga dan
rukun warga” adalah bantuan kelembagaan yang
digunakan untuk operasional rukun tetangga dan
rukun warga.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 149
Cukup jelas
Pasal 150
Cukup jelas
Pasal 151
Cukup jelas
Pasal 152
Cukup jelas
Pasal 153
Cukup jelas
Pasal 154
Cukup jelas
Pasal 155
Cukup jelas
Pasal 156
Cukup jelas
Pasal 157
Cukup jelas
Pasal 158
Cukup jelas
Pasal 159
Cukup jelas
Pasal 160
Cukup jelas
Pasal 161
Cukup jelas
Pasal 162
Cukup jelas
Pasal 163
Cukup jelas
Pasal 164
Cukup jelas
Pasal 165
Cukup jelas
Pasal 166
Cukup jelas
Pasal 167
Cukup jelas
Pasal 168
Cukup jelas
Pasal 169
Cukup jelas
Pasal 170
Cukup jelas
Pasal 171
Cukup jelas
Pasal 172
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kondisi objektif Desa” adalah kondisi yang
menggambarkan situasi yang ada di Desa, baik mengenai sumber
daya manusia, sumber daya alam, maupun sumber daya lainnya,
serta dengan mempertimbangkan, antara lain, keadilan gender,
pelindungan terhadap anak, pemberdayaan keluarga, keadilan
bagi masyarakat miskin, warga disabilitas dan marginal,
pelestarian lingkungan hidup, pendayagunaan teknologi tepat
guna dan sumber daya lokal, pengarusutamaan perdamaian, serta
kearifan lokal.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 173
Cukup jelas
Pasal 174
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “hal tertentu” adalah program percepatan
pembangunan Desa yang pendanaannya berasal dari Pemerintah
dan pemerintah daerah provinsi.
Yang dimaksud dengan “Pemerintah” dalam ketentuan ini adalah
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang memiliki
program berbasis Desa.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 175
Cukup jelas
Pasal 176
Cukup jelas
Pasal 177
Cukup jelas
Pasal 178
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengintegrasian program sektoral dan program daerah ke dalam
pembangunan Desa dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih program dan anggaran sehingga terwujud program
yang saling mendukung.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “didelegasikan pelaksanaannya” adalah
penyerahan pelaksanaan kegiatan, anggaran pembangunan, dan
aset dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Desa.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 179
Cukup jelas
Pasal 180
Cukup jelas
Pasal 181
Cukup jelas
Pasal 182
Cukup jelas
Pasal 183
Cukup jelas
Pasal 184
Cukup jelas
Pasal 185
Cukup jelas
Pasal 186
Cukup jelas
Pasal 187
Cukup jelas
Pasal 188
Cukup jelas
Pasal 189
Cukup jelas
Pasal 190
Cukup jelas
Pasal 191
Cukup jelas
Pasal 192
Ayat (1)
BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk
mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan
perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.
BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan
hukum seperti perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena
itu, BUM Desa merupakan suatu badan usaha bercirikan Desa
yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk
membantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat
melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan
pengembangan ekonomi lainnya.
Dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa, BUM Desa dapat
menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat Desa,
antara lain melalui pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam.
BUM Desa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada
keuntungan keuangan, tetapi juga berorientasi untuk mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa
diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam
mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha
dapat berjalan dan berkembang dengan baik, sangat
dimungkinkan pada saatnya BUM Desa mengikuti badan hukum
yang telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 193
Cukup jelas
Pasal 194
Cukup jelas
Pasal 195
Cukup jelas
Pasal 196
Cukup jelas
Pasal 197
Cukup jelas
Pasal 198
Cukup jelas
Pasal 199
Cukup jelas
Pasal 200
Cukup jelas
Pasal 201
Cukup jelas
Pasal 202
Cukup jelas
Pasal 203
Cukup jelas
Pasal 204
Cukup jelas
Pasal 205
Cukup jelas
Pasal 206
Cukup jelas
Pasal 207
Cukup jelas
Pasal 208
Cukup jelas
Pasal 209
Cukup jelas
Pasal 210
Cukup jelas
Pasal 211
Cukup jelas
Pasal 212
Cukup jelas
Pasal 213
Cukup jelas
Pasal 214
Cukup jelas
Pasal 215
Cukup jelas
Pasal 216
Cukup jelas
Pasal 217
Cukup jelas
Pasal 218
Cukup jelas
Pasal 219
Cukup jelas
Pasal 220
Cukup jelas
Pasal 221
Cukup jelas
Pasal 222
Cukup jelas