Perda Nomor 5 Tahun 2017 BPD Klaten
Perda Nomor 5 Tahun 2017 BPD Klaten
Perda Nomor 5 Tahun 2017 BPD Klaten
TENTANG
BUPATI KLATEN,
Dan
BUPATI KLATEN
MEMUTUSKAN:
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
13. Panitia Pengisian BPD yang selanjutnya disebut Panitia Pengisian adalah
Panitia yang bertugas untuk melaksanakan pengisian BPD di tingkat Desa
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
14. Calon anggota BPD adalah warga masyarakat yang telah memenuhi syarat
menjadi anggota BPD yang diusulkan dari wilayah Dusun.
15. Rukun Warga yang selanjutnya disebut RW dan Rukun Tetangga yang
selanjutnya disebut RT adalah organisasi kemasyarakatan untuk
memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang
berdasarkan kekeluargaan serta untuk meningkatkan kelancaran
pelaksanaan tugas pembangunan dan kemasyarakatan di Desa dan
Kelurahan.
16. Peraturan Desa adalah semua peraturan yang telah disahkan oleh Kepala
Desa setempat setelah mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan
Desa dan mengikat seluruh warga Desa.
BAB II
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 2
(2) BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk berdasarkan usulan
oleh masyarakat Desa yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Fungsi
Pasal 3
Bagian Ketiga
Pasal 4
BAB III
KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
Pasal 5
(1) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji.
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk
masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau
tidak secara berturut-turut.
Pasal 6
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima)
orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan
wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. untuk Desa dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000 (dua ribu)
jiwa, jumlah anggota BPD 5 (lima) orang;
b. untuk Desa dengan jumlah penduduk 2.001 (dua ribu satu) jiwa sampai
dengan 4.000 (empat ribu) jiwa, jumlah anggota BPD 7 (tujuh) orang;
c. untuk Desa dengan jumlah penduduk lebih dari 4.001 (empat ribu satu)
jiwa, jumlah anggota BPD 9 (sembilan) orang.
Bagian Kedua
Persyaratan
Pasal 7
Calon anggota BPD adalah Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi
persyaratan :
BAB IV
PENGISIAN
Bagian Kesatu
Persiapan
Pasal 8
d. melaksanakan pengisian;
Bagian Kedua
Pasal 10
Bagian Ketiga
Mekanisme Pengisian
Pasal 11
Bagian Keempat
Pasal 12
Pengisian
Pasal 13
(3) Apabila Ketua RT, Ketua RW, Ketua Lembaga Kemasyarakatan menjadi
calon anggota BPD maka yang bersangkutan mendelegasikan kepada
pengurus yang lain sebagai peserta.
Pasal 14
(1) Panitia Pengisian menetapkan quota anggota BPD tingkat Desa dan quota
anggota BPD untuk masing-masing wilayah Dusun.
(2) Quota anggota BPD tingkat Desa dan quota anggota BPD wilayah Dusun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Panitia Pengisian Keanggotaan BPD dan diinformasikan/disosialisasikan
kepada masing-masing Dusun.
Pasal 15
(2) Usulan calon anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan musyawarah warga dari tingkat RW masing-masing
sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang.
(3) Jumlah calon anggota BPD yang diusulkan dari masing-masing Dusun
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan jumlah quota anggota
BPD yang ditetapkan untuk wilayah Dusun yang bersangkutan.
(4) Calon anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
berdasarkan musyawarah Ketua RT, Ketua RW, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan dengan mengikutsertakan masing-masing,
tokoh agama dan tokoh masyarakat di wilayah Dusun yang bersangkutan.
Pasal 16
(1) Hasil rapat musyawarah pencalonan anggota BPD dari wilayah Dusun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dituangkan dalam Berita Acara
Rapat Musyawarah Pencalonan Anggota BPD ditandatangani oleh Kepala
Dusun dan 2 (dua) orang Ketua RT/RW mewakili yang hadir dalam rapat
musyawarah.
Bagian Keenam
Musyawarah Pengisian
Pasal 17
(1) Setelah semua usulan calon anggota BPD dari wilayah Dusun diterima,
Panitia Pengisian segera menyelenggarakan musyawarah pengisian BPD.
(3) Musyawarah pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengambil keputusan Calon anggota BPD terpilih mewakili Dusun sesuai
jumlah quota tiap-tiap wilayah Dusun.
Pasal 18
(3) Berdasarkan Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala
Desa mengusulkan penetapan calon anggota BPD terpilih kepada Bupati
melalui Camat paling lambat 3 (tiga) hari setelah diterimanya Berita Acara
dari Panitia Pengisian Keanggotaan BPD.
Bagian Ketujuh
Pasal 19
Bagian Kedelapan
Biaya Pembentukan
Pasal 21
Bagian Kesembilan
Pasal 22
BAB V
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 23
b. Anggota BPD.
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, dalam organisasi BPD dapat
dibentuk beberapa bidang sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 24
(1) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a
terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu)
orang Sekretaris.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh
Anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara
khusus.
(3) Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kalinya dipimpin oleh
anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
BAB VI
Bagian Kesatu
Keuangan
Pasal 25
(2) Biaya operasional BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
secara musyawarah oleh BPD bersama Kepala Desa.
Bagian Kedua
Administratif
Pasal 27
(1) Pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang, serta hak dan kewajiban BPD
diselenggarakan sesuai sistem administrasi dengan berpedoman pada
ketentuan yang berlaku.
BAB VII
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 28
b. mengajukan pertanyaan;
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 29
Bagian Ketiga
Larangan
Pasal 30
c. menyalahgunakan wewenang;
BAB VIII
BAB IX
Pasal 33
(2) Calon anggota BPD sebagaimana tersebut pada ayat (1) yang diajukan
penetapannya kepada Bupati oleh Pimpinan BPD melalui Camat dengan
dilampiri Berita Acara Rapat BPD.
Pasal 34
(1) Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) diresmikan
oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Pimpinan BPD dari hasil rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan BPD.
BAB X
BAB XI
(1) Untuk melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang, serta hak dan
kewajibannya, BPD membuat progam kerja tahunan.
(2) Sesuai dengan program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD
melakukan kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Hasil kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirumuskan dalam
rapat-rapat BPD serta ditindaklanjuti sesuai dengan tata tertib BPD.
(4) BPD melaksanakan evaluasi atas program kerja yang telah dilaksanakan.
BAB XII
RAPAT BPD
Pasal 38
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib BPD.
Pasal 39
(2) Dalam hal Ketua BPD berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua.
(3) Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) dari seluruh jumlah Anggota BPD.
(6) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ayat (2) dan
ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib BPD.
BAB XIII
ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 40
(1) Untuk mendukung program kerja BPD, setiap anggota BPD wajib
menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
(2) Penyerapan aspirasi masyarakat dapat dilaksanakan secara formal atau
informal, baik melalui forum resmi atau yang tidak resmi.
BAB XIV
HUBUNGAN KERJA
Pasal 41
BAB XV
Pasal 42
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Anggota BPD yang ada pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap
melaksanakan tugas sampai dengan terbentuknya BPD berdasarkan
Peraturan Daerah ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Ditetapkan di Klaten
Cap
ttd
SRI MULYANI
Diundangkan di Klaten
Cap
ttd
JAKA SAWALDI
ATAS
TENTANG
A. UMUM
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
ayat (1)
huruf a
huruf b
Cukup jelas.
huruf c
Cukup jelas.
ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.