8462-Article Text-28379-1-10-20230406

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Jurnal Sintesa Vol 2 No.

1 Februari 2023
Hal 36-58

IMPLEMENTASI CYBER PUBLIC RELATIONS MONUMEN PERS NASIONAL


SURAKARTA DALAM MEMBANGUN CITRA PASCA PANDEMI

1
Rahmat Bilal, 2Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi*
12
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Raden Mas Said Surakarta
[email protected]

ABSTRACT
This research aims to describe the practice and implementation of cyber PR carried out by the
Public Relations of the Surakarta National Press Monument in an effort to build the image of a
post-pandemic institution. This is in view of the development of the digital era which provides
transformation and performance adjustments for PR, in order to support their effective way of
communicating with a number of publics from institutions. This research was conducted in a
descriptive qualitative study by obtaining data through in-depth interviews, observation, and
documentation. Through interactive data analysis and data validity in triangulation of sources,
the cyber PR practices studied were also directed to virtual observations of several social media
used by PR of the Surakarta National Press Monument, i.e. Instagram, Facebook and Twitter. The
results of the analysis describe cyber PR practices that are carried out specifically using social
media optimization strategies as publication media. Through planning content to be uploaded, the
Surakarta National Press Monument consistently carries out: 1) a one day one post strategy on
the social media used; 2) integrate several information uploads in a number of social media used;
3) specifically setting targets and segmentation for education for the public who are considered
massive in accessing the internet, specially the age range of 18-36 years; and 4) always measure
and evaluate the management of the internet used (the followers, the upload affordability, and the
engagement).
Keywords: cyber PR; image and reputation; National Press Monument; social media

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik dan implementasi cyber PR yang
dilakukan oleh Humas Monumen Pers Nasional Surakarta dalam upaya untuk membangun citra
lembaga pasca pandemi. Hal ini mengingat adanya perkembangan era digital yang memberikan
transformasi dan penyesuaian kinerja bagi para PR, guna mendukung cara berkomunikasi efektif
mereka dengan sejumlah publik dari lembaga. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif
dengan pemerolehan data melalui wawancara mendalam, observasi, serta dokumentasi. Melalui
analisis data secara interaktif dan keabsahan data melalui triangulasi sumber, praktik PR siber
yang diteliti juga diarahkan pada pengamatan virtual terhadap beberapa media sosial yang
digunakan oleh Humas Monumen Pers Nasional Surakarta, yaitu Instagram, Facebook, dan
Twitter. Hasil analisis menggambarkan praktik PR siber yang dilakukan secara spesifik
menggunakan strategi optimalisasi media sosial sebagai media publikasi. Melalui perencanaan
konten yang akan diunggah, Monumen Pers Nasional Surakarta secara konsisten melakukan: 1)
strategi one day one post pada media sosial yang digunakan; 2) melakukan integrasi pada beberapa
unggahan informasi dalam sejumlah media sosial yang digunakan; 3) secara khusus menetapkan
target dan segmentasi untuk edukasi bagi publik yang dinilai masif dalam mengakses internet,
yakni rentang usia 18-36 tahun; dan 4) selalu melakukan pengukuran dan evaluasi terhadap
pengelolaan internet yang digunakan (followers, jangkauan unggahan, dan engagement). Kata
kunci: citra dan reputasi; media sosial; Monumen Pers Nasional; PR siber

36
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

PENDAHULUAN
Praktisi Humas ataupun Public Relations mempunyai fungsi sebagai upaya menjembatani
organisasi dengan publik, baik publik internal maupun eksternal. Agar fungsi ini bekerja secara
efektif, praktisi PR harus dapat berkomunikasi dengan masyarakat umum dan membangun
hubungan yang baik. Humas dalam posisinya harus mampu menciptakan kesan positif dari
pihakpihak yang diajak berkomunikasi dengan organisasi. Kesan ini didefinisikan sebagai
bagaimana orang lain memandang dan memandang suatu organisasi. Layaknya komunikasi
interpersonal, PR menggunakan simbol verbal dan nonverbal untuk mempresentasikan
organisasinya (Kriyantono, 2014).
Munculnya media baru atau internet ke Indonesia memberikan pemahaman kepada para
insan PR atau kehumasan dalam menerapkan peran serta fungsinya. Saat ini, dengan adanya
kebutuhan dari era 4.0, seorang PR tentunya dituntut untuk cakap dalam memahami literasi digital
media guna mengaplikasikan penggunaan teknologi dalam rangka peningkatan reputasi bagi
perusahaan atau organisasi. Cutlip, Center, & Broom mendefinisikan PR menjadi fungsi
manajemen yang menciptakan dan mempertahankan interaksi yang baik, serta berguna bagi
organisasi sekaligus publiknya, dan selanjutnya mampu mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut (Yazid, 2015). Pengaruh dari adanya kemajuan ini dapat membuat
PR tidak hanya muncul dalam bentuk fisik dari profesi saja, melainkan harus mampu
bertransformasi menjadi praktisi yang dekat dengan perkembangan digital era, lengkap dengan
perspektif baru yang lebih inovatif, salah satunya dalam ranah cyber PR.
Pentingnya pengelolaan PR siber dalam hal ini berkenaan dengan sebaran dan
perkembangan penggunaan internet di Indonesia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dipaparkan bahwa untuk penetrasi
pengguna internet Indonesia 2019 -2020 (Q2), total pengguna internet Indonesia pada saat ini
mencapai 196,7 juta pengguna dengan penetrasi 73,3 persen dari total populasi Indonesia sekitar
266,9 juta. Jumlah pengguna internet tersebut meningkat signifikan dibandingkan hasil survei
2018 yang mencapai 171,1 juta pengguna internet dengan penetrasi 64,8 persen. Kemudian Untuk
kontribusi penetrasi internet per wilayah dari total penetrasi 73,3 persen, wilayah Sumatera
memberi kontribusi 22,1 persen, Jawa 56,4 persen, Bali dan Nusa tenggara 5,2 persen, Kalimantan
6,3 persen, Sulawesi 7,0 persen,
Maluku dan Papua 3,0 persen
(https://www.beritasatu.com/digital/696577/ apjii-pengguna-internet-di-indonesia-capai1967juta
diakses pada 28 November 2021).
Melalui data di atas, dapat disimpulkan secara sederhana tentang berapa banyak pengaruh
dari Internet yang dapat memberi ruang untuk kesempatan saling bertukar informasi dan
berkomunikasi secara real time. Dalam hal ini, internet dapat dikatakan sebagai media baru.
Istilah media baru atau new media merupakan istilah yang dipahami dalam banyak hal. Sebuah

37
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

media yang menampilkan interaktivitas tinggi dengan platform baru yang menggabungkan
karakter dari media cetak, audio, dan visual. Selain sifat konvergensi dan sinergi, media internet
juga memiliki sifat media koneksi yang tidak terbatas, yang membuatnya tampak seperti link
medium yang tak mengenal batas (borderless) (Wahyuni, 2013). Dengan begitu, proses
komunikasi tentu memiliki cara tersendiri dalam praktiknya. Pertumbuhan serta kemajuan zaman
memberikan pengaruh terhadap aktivitas komunikasi. Tujuannya beragam, mulai dari kepentingan
personal seseorang, hingga organisasi atau lembaga yang pada dasarnya juga memerlukan peran
dan model komunikasi yang baik (Mulyana, 2010).
Perkembangan masyarakat akibat kemajuan teknologi komunikasi yang semakin maju
memberikan dampak yang besar terhadap penyebaran media massa, tetapi juga berdampak besar
bagi masyarakat (Effendi 2013). Salah satu faktornya adalah ketersediaan teknologi yang dapat
memutar media baru. Secara tidak langsung, kontribusi industri 4.0 terhadap industri profesional
adalah pengenalan profesi baru yang memberikan layanan konsultasi PR independen dan
meningkatkan departemen PR perusahaan, tidak terkecuali pada Humas. Internet semakin banyak
digunakan oleh organisasi swasta dan lembaga pemerintah, termasuk situs web, sebagai sarana
penyebaran informasi. Di era globalisasi ini, kinerja Humas diharapkan semakin mengikuti
perkembangan modern, dan internet menjadi pilihan efektif bagi Humas untuk menjalankan
tugasnya, terutama dengan menjalin komunikasi efektif dan relasi baik dengan publik lembaga.
Hal ini berkaitan dengan pembentukan sebuah citra atau image sebagai representasi dari wajah
sebuah lembaga. Dengan adanya pemanfaatan media sosial sebagai sarana hubungan antara PR
dengan publik, konteks ini menjadi hal penting untuk dikelola dan ditindaklanjuti. Meskipun
tantangan baru di era 4.0 membuat PR tersaingi oleh adanya AI dan robot, tetapi konteks tanggung
jawab sosial, kreativitas serta seni, pada dasarnya tetap menjadi kemampuan yang hanya dimiliki
oleh manusia (Sujanto 2019).
Grunig menjelaskan bahwa keberadaan media sosial telah mengubah cara praktisi berpikir
dan melakukan praktik. Itu sebabnya mereka mengakui ini sebagai kekuatan revolusioner di
bidang penjangkauan. Grunig juga mengoptimalkan potensi media sosial untuk membuat aktivitas
kehumasan di seluruh dunia lebih populer, strategis, interaktif, interaktif, simetris atau interaktif,
dan bertanggung jawab secara sosial (Sujanto, 2019). Hal inilah yang menjadi dasar relatif bahwa
media sosial dapat digunakan sebagai salah satu media yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan masyarakat umum dalam taktik PR di era baru ini.
Begitu pula dengan instansi Monumen Pers Nasional Surakarta sebagai museum yang
tentunya menghadirkan cara dan praktik baru dalam konteks adopsi PR siber terutama dalam
menjalankan fungsi kehumasan yang efektif. Namun demikian, adanya adopsi dan adaptasi dalam
ranah praktik PR yang dilakukan semata tidak hanya menyesuaikan perkembangan zaman saja,
melainkan juga melihat kondisi pandemi yang tentunya telah hampir seluruh tatanan kehidupan

38
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

manusia di penjuru dunia. Dimulai dengan diumumkannya keadaan baru dunia oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO) Covid-19 sebagai pandemi, artinya
virus corona telah menyebar ke hampir seluruh dunia. Virus ini menyerang sistem pernafasan
manusia pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada akhir 2019 lalu. Pengumuman Covid-19
sebagai pandemi ini disampaikan oleh WHO pada rabu (11/3/2020). Keadaan tersebut juga
terdampak di kota Surakarta sesuai dengan Surat Edaran Walikota Surakarta Nomor: 067/2022
yang terakhir tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis
Mikro dan Mengoptimalkan Peran Satuan Tugas Tingkat Kelurahan Untuk Pengendalian
Penyebaran Corona Virus Disease2019 (Covid-I9) Di Kota Surakarta. Pada pelaksanaan poin 7,
dijelaskan dalam rangka pengendalian penyebaran pandemi Covid19, selanjutnya dilakukan
pembatasan kegiatan masyarakat, yang mana untuk kegiatan sosial budaya dilaksanakan dengan
menggunakan pola hybrid (perpaduan luring dengan pembatasan jumlah maksimal 20 orang dan
tidak melebihi 25% dari kapasitas ruang, serta daring atau secara online dan streaming), dengan
protokol kesehatan yang lebih ketat (Raka, 2021).
Pada kondisi ini, terjadi sejumlah perubahan dalam pengelolaan Monumen Pers Nasional
Surakarta, terutama yang berkaitan dengan kegiatan kunjungan, pelayanan publik, serta konservasi
arsip yang dilakukan. Tidak adanya kegiatan kunjungan pada saat pandemi menjadikan kondisi
berbeda dalam pengelolaan kehumasannya. Hal inilah yang selanjutnya menuntut PR untuk dapat
mengambil langkah-langkah strategis dalam kegiatan humas secara umum. Bentuk inovasi serta
program baru perlu segera untuk dibentuk sebagai solusi dari suatu keadaan. Hubungan dari
internal lembaga dengan pihak eksternal secara langsung dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara agar tidak terjadi kesalahpahaman. Strategi komunikasi PR pada penyampaian informasi
menjadi bahan pertimbangan penyusunan program baru. Sebab banyak dari masyararakat luas,
khususnya Surakarta, belum mengetahui secara umum adanya Monumen Pers
Nasional Surakarta sebagai pusat rujukan dokumentasi pers nasional. Dengan adanya upaya
perencanaan strategis diharapkan nantinya tercipta sebuah citra baik Monumen Pers sebagai Pusat
Edukasi, Dokumentasi Naskah Kuno, dan Sejarah Perjuangan Pers Nasional.
Untuk mengatasi hal tersebut, adanya upaya pemanfaatan digitalisasi media perlu segera
dilakukan. Kegiatan ini banyak diartikan sebagai e-PR, digital PR, atau cyber PR. (Onggo, 2004)
menyatakan bahwa, cyber PR adalah inisiatif seorang PR dengan menggunakan internet sebagai
sarana publisitas. Keberadaan internet telah mengubah cara humas mengkomunikasikan informasi
kepada publik. Hubungan masyarakat melalui Internet memainkan peran yang lebih besar dan
lebih luas daripada hubungan masyarakat di dunia nyata, tanpa bergantung pada wartawan dan
perantara media cetak (Onggo, 2004). Humas atau PR ingin dapat dengan cepat dan tepat
menyampaikan informasi ataupun pesan mengenai program kegiatan Lembaga, serta menerima
pendapat dari masyarakat umum. Humas memanfaatkan internet untuk menyampaikan pesan

39
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

organisasi kepada masyarakat luas melalui website, produk internet berupa media sosial, dan
sarana media branding image. Dalam konteks ini, sudah menjadi salah satu tugas dari seorang
humas dalam membangun sebuah citra baik dari sebuah lembaga atau instansinya. Dengan
demikian, hal ini menjadi bahan pertimbangan oleh humas Monumen Pers Nasional Surakarta
untuk mengoptimalkan praktik cyber PR melalui berbagai media sosial yang digunakan, seperti
Instagram, Facebook, dan Twitter dalam meningkatkan citra sebagai instansi pusat Edukasi,
Dokumentasi Naskah Kuno, dan Sejarah Perjuangan Pers Nasional. Mengingat, selama pandemi,
proses promosi dan publikasi secara konvensional tidak dapat dilakukan secara maksimal sehingga
pihak pengelola Monumen Pers harus mampu memberikan inovasi baru dalam memaksimalkan
peran PR di dalamnya. Lebih lanjut, sejauh ini keberadaan upaya dalam membangun citra pada
dasarnya dapat dan dilakukan melalui sejumlah cara. Di sisi lain, adanya keterbatasan keadaan
pandemi menjadi sebuah permasalahan sekarang ini boleh jadi mengancam citra serta reputasi
lembaga. Untuk itu, implementasi praktik PR ranah digital dalam membangun citra tentunya perlu
untuk diterapkan sekaligus dioptimalkan.
Pemanfaatan media digital dalam mendukung PR siber yang dilakukan oleh Monumen Pers
Nasional Surakarta terpaut dalam tiga jenis media sosial yang digunakan, yaitu Instagram, Twitter,
dan Facebook. Tercatat data bahwa akun milik Monumen Pers Nasional Surakarta dengan ratusan
unggahan serta total 7.653 pengikut per-tanggal 30 Januari 2023. Aktivitas Instagram seperti
Instagram feed, story, IGTV dan lainnya, menjadi konten yang paling diminati para pengikutnya.
Unggahan seperti foto dan video juga menambah lengkap informasi pesan dari Monumen Pers.
Sehingga pembentukan citra yang akan lebih efektif lagi. Berbeda halnya dengan sosial media
Twitter dan Facebook Monumen Pers Nasional Surakarta yang kurang begitu menunjukan
kemajuan baik dari jumlah pengikut maupun interaksi konten tidak seperti Instagram.
Sebagai pembanding, penulis mengambil contoh akun Instagram yang dimiliki oleh
Museum Tumurun
@tumurunmuseum dengan pengelolaan oleh pihak swasta, tetapi pertumbuhan akunnya begitu
pesat, dengan followers 43,2 ribu. Selanjutnya, pada akun yang sesama dikelola oleh Kementrian
Komunikasi dan Informatika yakni Museum Penerangan dengan akun Instagram
@museumpenerangan memiliki pengikut 12,4 ribu dan telah terverifikasi oleh Instagram sebagai
akun centang biru. Apabila diperbandingkan, posisi optimalisasi penggunaan media sosial dalam
publikasi di Monumen Pers Nasional Surakarta terkesan belum maksimal. Untuk itu, perlu adanya
evaluasi terkait dengan implementasi cyber PR yang dilakukan oleh Monumen Pers Nasional
Surakarta, terutama dalam pengelolaan sejumlah media sosial yang digunakan agar mampu
mendukung dalam pembentukan citra lembaga.
Pengelolaan media baru sebagai sarana penunjang keterbukaan infomasi publik serta
edukasi masyarakat menjadi bagian menarik dari Monumen Pers

40
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Nasional. Monumen Pers Nasional Surakarta sebenarnya bukan satu-satunya objek atau tempat
yang digunakan dalam wisata sejarah. Namun, dalam hal perkembangan informasi juga
pengetahuan di sini cukup menjadikannya istimewa dari yang lainnya, salah satunya untuk
penyimpanan dan koleksi yang dikatakan cukup lengkap. Sebagai bentuk kemudahan kepada PR
dalam mengelola informasi tentu cukup dengan memasang konten dalam setiap unggahan yang
ada. Pada praktiknya, pengelolaan social media Monumen Pers Nasional sudah baik, hanya saja
banyak hal yang belum optimal. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan engagement
masingmasing sosial media yang digunakan baik Instagram, Facebook, maupun Twitter, yang
mana terkesan kurang seimbang dan hanya maksimal di penggunaan Instagram saja. Dengan
demikian, poin ini selanjutnya perlu dievaluasi agar dapat memaksimalkan pengelolaan media
sosial yang digunakan secara keseluruhan sebagai bagian dari cyber PR.
Berbicara tentang tingkat interaksi terhadap konten di media sosial yang dikelola, hal ini
mengarah pada aspek engagement. Engagement secara sederhana berarti komunikasi dua arah dan
muncul interaktivitas informasi di dalamnya. Pada tataran ini, Wilbur Schramm menjelaskan kunci
dari komunikasi interaktif sebagai umpan balik dan reaksi terhadap pesan dan konten tertentu.
Pentingnya umpan balik ini juga ditunjukkan salah satunya berkenaan dengan konteks komunikasi
pemasaran, termasuk arah pemasaran online.
(https://marketingcraft.getcraft.com/idarticl es/pengertianengagement-di-media-
sosialdancaramengukurnya diakses pada 2 Desember 2021 pukul 21.47 WIB). Merujuk pada
pemaknaan ini, dari beberapa program yang ada diadakan oleh Monumen Pers Nasional Surakarta,
sebenarnya masih banyak aktivitas dengan mengundang banyak orang seperti kegiatan kunjungan,
seminar, pameran dan pertemuan. Hal ini tentu menjadi persoalan baru dalam pelaksanaan fungsi
dan peran monumen pers nasional menjadi terhambat akan adanya pandemi. Beberapa kebijakan
akan buka dan tutupnya gedung ketika operasional pun telah dilakukan. Hanya saja keterbatasan
ini membuat peran Monumen Pers Nasional kurang optimal. Dengan demikian, programprogram
baru banyak dinisiasi oleh pengelola sebagai solusi dari terhambatnya kegiatan operasional yang
telah dilakukan sebelumnya, agar selanjutnya dapat disesuaikan dengan kondisi pandemi ataupun
pasca pandemi.
Sejumlah riset terdahulu yang membahas tentang Monumen Pers Nasional Surakarta
dilakukan oleh Wijaya (2022) tentang leaflet bahasa Mandarin sebagai media promosi pariwisata
budaya; N. Wijaya, Pawito, & Rahmanto (2022) tentang komunikasi digital dalam program
“Jelajah
Virtual”; serta Suparno & Utami (2021) tentang revitalisasi dan digitalisasi Monumen Pers
Nasional Surakarta. Dalam riset-riset terdahulu ini, fokus penelitian lebih mengarah pada bentuk
promosi wisata serta aspek digitalisasi media yang dimanfaatkan oleh pihak Monumen Pers

41
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Nasional Surakarta. Namun, fokus riset secara spesifik dalam tataran praktik ataupun strategi
cyber PR yang dilakukan oleh belum banyak dibahas.
Membahas tentang analisis cyber PR, tinjauan pustaka lainnya berhasil diramu oleh penulis,
tetapi dengan fokus lokasi penelitian yang berbeda. Misalnya penelitian dari Putri (2019) tentang
cyber PR Hartono Lifestyle Mall Solo Baru; Nurhayati (2019) dan K. A. P. Putri (2019) tentang
cyber PR di instansi kepolisian; Susanto, Utamidewi, Muhamad, & Syamsuri (2019) tentang
pelaksanaan cyber PR di instansi Pendidikan Tinggi; Susilo & Sari (2020), Viona (2022) dan Dewi
(2021) tentang praktik cyber PR di lembaga pemerintahan dan BUMN. Selain itu, ada pula
beberapa riset terdahulu yang berbicara mengenai cyber PR dalam kaitannya dengan penanganan
pandemic Covid-19, yakni dari Savitri, Trihapsari, & Cahyati (2022) dan Sadiq, Naryoso, &
Yuliyanto (2022). Spesifik lagi, muncul pula riset-riset terdahulu yang mengkaitkan cyber PR
dengan citra lembaga, yaitu riset dari Darwadi (2019) serta Yananingtyas & Irwansyah (2020).
Berdasarkan pemetaan ini, artikel ini selanjutnya berupaya menentukan kebaruan dengan cara
memadukan fokus pada analisis cyber PR lalu mengkaitkannya dengan aspek citra dan reputasi
sebuah lembaga, yang mana dalam hal ini adalah Monumen Pers Nasional Surakarta.
Selain itu, setting pasca pandemi menjadi background kedalaman riset yang akan dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, peran humas digital dirasa sangat penting untuk kelangsungan
citra dan reputasi sebuah lembaga. Upaya membangun citra instansi oleh fungsi kehumasan
lembaga yang muncul di era Revolusi Industri 4.0, nyatanya juga dipicu dalam rangka kebutuhan
industri kehumasan yang lebih efisien, untuk pemulihan di saat pandemi, maupun pasca pandemi.
Dengan demikian, dalam riset ini, penulis memfokuskan pada pembahasan analisis dalam praktik
cyber PR yang dilakukan oleh Monumen Pers Nasional Surakarta, terutama dalam pemanfaatan
media sosial Instagram, Facebook, dan Twitter guna mendukung dan membangun citra positif
lembaga, terutama pasca pemulihan pandemi.

METODE PENELITIAN
Jenis dan strategi penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif, yakni
dengan mengumpulkan paparan data berupa kata-kata, kalimat, ataupun gambar yang memliki arti
lebih dari sekedar angka ataupun frekuensi (Sutopo, 2006). Penelitian ini bersifat langsung (field
research) dan mengambil lokasi utama pada Monumen Pers Nasional Surakarta yang
beralamatkan di Jalan Gajahmada No. 59, Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota
Surakarta, Jawa
Tengah, Kode Pos 57132. Subjek di dalam penelitian ini adalah tim Humas ataupun PR di
Monumen Pers Nasional Surakarta, sedangkan objek penelitian yang diambil adalah mengenai
implementasi praktik cyber PR Monumen Pers Nasional Surakarta dalam membangun citra
lembaga pasca pandemi.

42
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui sejumlah cara, yaitu wawancara,
pengamatan, dan dokumentasi. Data penelitian terbagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer yang dikumpulkan merujuk pada data langsung yang mampu
memberikan ketercukupan informasi bagi peneliti (Sugiyono, 2017), yang mana data ini diperoleh
melalui wawancara dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Jenis wawancara yang
digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview) dengan mengumpulkan informasi
secara langsung dan mendalam dengan informan guna memperoleh gambaran tentang topik serta
fokus penelitian yang diteliti (Bungin,
2012). Untuk observasi, tahapan pengumpulan data ini dilakukan secara langsung terhadap
aktivitas cyber PR dari Monumen Pers Nasional Surakarta. Selanjutnya, terkhusus untuk
wawancara, sejumlah informan yang dipilih adalah mereka yang berasal dari bagian Humas dan
Pelayanan Informasi Monumen Pers Nasional, Penanggung Jawab Admin Media Sosial dan
Website, serta Kepala Monumen Pers Nasional. Informasi melalui wawancara juga digali sebagai
pelengkap, yakni dari sejumlah pengunjung yang menjadi target khalayak (publik) dari Monumen
Pers Nasional Surakarta. Adapun sebaran pengunjung dan informan lainnya dipilih secara
purposive atas ketercukupan data yang diperlukan oleh peneliti.
Di sisi lain, data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari lokasi
penelitian, berupa dokumentasi lokasi penelitian, ataupun sejumlah referensi lain yang sejenis
dengan fokus dalam penelitian (Sugiyono, 2017). Dokumen sebagai data dokumentasi biasa
tersedia dalam bentuk suara, tulisan, catatan, gambar, ataupun data-data digital (Daymon, 2008).
Data jenis ini secara langsung diperoleh melalui dokumentasi yang diperoleh peneliti dari
Monumen Pers Nasional Surakarta, referensi dan sumber pustaka literer, serta data-data
dokumentasi dari unggahan dan tampilan media sosial yang digunakan oleh Monumen Pers
Nasional Surakarta
(Instagram, Twitter, dan Facebook). Adapun proses dokumentasi pada beberapa media sosial yang
digunakan oleh Monumen Pers Nasional Surakarta ini, peneliti secara tidak langsung juga
melakukan observasi virtual terhadap sejumlah aktivitas online yang terjadi, baik itu dalam story,
feeds, reels, tweets, ataupun unggahan lainnya.
Beberapa data yang terkumpul dalam penelitian ini pada dasarnya memerlukan pengecekan
serta pemeriksaan sebagai bentuk pembanding data (Moleong, 2001). Guna menguji keabsahan
sejumlah data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dengan menguji
data atas beberapa sumber-sumber data yang berhasil dihimpun (Sugiyono, 2017). Dalam upaya
triangulasi ini, peneliti membandingkan sumber data yang diperoleh melalui para informan yang
berbeda, dan selanjutnya diperbandingkan pula dengan data-data lain yang diperoleh dari sumber
pengamatan dan dokumentasi. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dengan cara mengatur,
mengorganisasi, serta menyusun data ke dalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar (Moleong,

43
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

2001). Peneliti dalam hal ini menggunakan teknik analisis data interaktif dari Miles dan
Huberman, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, serta penarikan simpulan dan verifikasi
data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Monumen Pers Nasional
Surakarta

Gambar 1. Logo Monumen Pers Nasional Surakarta

Monumen Pers Nasional Surakarta merupakan monumen khusus yang diresmikan sebagai
Monumen Pers Nasional oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Februari 1978 (MNP2020, n.d.).
Monumen ini merupakan salah satu museum sejarah yang berada di bawah Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI dan berlokasi di kota Surakarta, Jawa Tengah. Koleksi utama
museum ini, antara lain dokumentasi koran dan majalah nasional yang terbit sebelum masa
kemerdekaan maupun koran daerah terkini dari berbagai wilayah Indonesia. Ruang pamer di
Monumen Pers Nasional juga menampilkan alur cerita mengenai sejarah perkembangan pers
nasional berikut benda-benda koleksi yang bernilai sejarah dari peninggalan para wartawan dan
tokoh pers nasional (MNP2020, n.d.). Awalnya, monumen ini diresmikan pada tahun 1918 sebagai
Societeit Mangkoenegaran dan merupakan hasil karya arsitek Jawa modern Mas Aboekasan
Atmodirono, atas prakarsa Pangeran Adipati Aryo Prangwedana (KGPAA
Mangkoenegara VII) (MNP2020, n.d.). Tidak hanya itu, Monumen Pers
Nasional Surakarta juga terregistrasi sebagai
Cagar Budaya Nasional dengan nomor
CB.44 SK, Penetapan No SK: 210/M/2015, Tanggal SK: 5 November 2015, Tingkat SK: Menteri
No SK: PM.57/PW.007/MKP/2010, Tanggal SK: 22 Juni 2010, Tingkat SK:

Menteri (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2021).


Gedung Monumen Pers Nasional selanjutnya dikelola oleh Yayasan
Pengelola Sarana Pers Nasional yang berada di bawah Departemen Penerangan sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia No.

44
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

145/KEP/MENPEN/1981 tanggal 7 Agustus 1981. Yayasan ini bertugas mengatur


dan mengorganisasi fungsi dan pemeliharaan sarana-sarana Pers Nasional, termasuk
gedung Dewan Pers di Jakarta dan Monumen Pers
Nasional di Surakarta. Setelah Departemen Penerangan bubar,
Monumen Pers Nasional menginduk ke
BIKN (Badan Informasi Komunikasi
Nasional), dan dalam perkembangan berikutnya pada tahun 2002, Monumen
Pers Nasional ditetapkan menjadi Unit
Pelaksana Tekis (UPT) Lembaga Informasi
Nasional berdasarkan keputusan organisasi dan tata kerja Monumen Pers Nasional.
Monumen Pers Nasional merupakan unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Monumen Pers Nasional mempunyai tugas utama melaksanakan pelestarian dan pelayanan
masyarakat mengenai monumen pers nasional dan produk pers nasional yang bernilai sejarah.
Monumen Pers Nasional beralamatkan di Jalan Gajah Mada No.59 Surakarta 57131, Jawa Tengah,
Indonesia. Alamat email yang dimiliki adalah [email protected], dengan nomot telepon
(0271) 712734, faximile (0271) 716008. Karena berlokasi di Surakarta, selanjutnya
penyebutannya menjadi Monumen Pers Nasional Surakarta. Untuk waktu buka dan pelayanan di
Monumen Pers Nasional Surakarta adalah pukul 09.0015.00 WIB di hari kerja Senin sampai
dengan Jumat. Sedangnya untuk tiket yang dikenakan adalah gratis. Monumen Pers Nasional
Surakarta memiliki visi, yakni terwujudnya pusat rujukan pers nasional berbasis Teknologi
Informasi. Sedangkan misi yang diusung antara lain adalah: 1) Mendokumentasi, mengkonservasi
bukti terbit media dan benda bersejarah lingkup pers dari seluruh Indonesia sejak sebelum
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini; 2) Mengkomunikasikan dokumen dan koleksi pers,
komunikasi, informasi bernilai sejarah kepada khalayak umum untuk menunjang pembangunan
jiwa dan kepribadian bangsa (Nation and Character Building); dan 3) Mewujudkan obyek
kunjungan wisata ilmiah bidang pers dan menjadi agen desimasi informasi serta sebagai media
literasi bagi masyarakat.
Berdasarkan peraturan mentri komunikasi dan informatika
Nomor
06/PER/M.KOMINFO/03/2011 tentang organisasi dan tata usaha Kerja Monumen Pers Nasional
tanggal 16 Maret 2011, dijelaskan tugas Monumen Pers Nasional melaksanakan pelestarian dan
pelayanan kepada masyarakat mengenai Monumen
Pers Nasional dan produk pers nasional yang bernilai sejarah. Untuk tataran fungsinya adalah
sebagai: 1) pelaksanaan penyusunan rencana, program dan anggaran di lingkungan Monumen Pers
Nasional; 2) pelaksanaan pelayanan informasi dan penyiapan sarana diseminasi; 3) pemeliharaan,
penatalaksanaan koleksi, pengawetan, dan perlindungan benda di bidang pers yang bernilai

45
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

sejarah, serta pengelolaan perpustakaan; serta 4) pelaksanaan urusan penyusunan rencana,


program, evaluasi, laporan, dan kerja sama, serta urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian,
perlengkapan, dan rumah tangga, serta hubungan masyarakat.
Monumen Pers Nasional Surakarta dalam strukturnya terdiri dari beberapa bagian, antara
lain adalah Seksi Humas dan Pelayanan Informasi, Seksi Konservasi dan Preservasi, Sub Bagian
Tata Usaha, serta Kelompok Jabatan Funsgional. Seksi Humas dan Pelayanan Informasi bertugas
untuk melakukan pelayanan informasi dan penyiapan sarana diseminasi. Untuk Seksi Konservasi
dan Preservasi, seksi ini memiliki tugas melakukan pemeliharaan, penatalaksanaan koleksi,
pengawetan, dan perlindungan benda-benda di bidang pers yang bernilai sejarah serta pengelolaan
perpustakaan. Selanjutnya, Subbagian Tata Usaha bertugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana, program, evaluasi, laporan, dan kerjasama, serta urusan tata usaha,
keuangan, kepegawaian, perlengkapan, dan rumah tangga. Lalu, terdapat pula Kelompok Jabatan
Fungsional yang memiliki tugas melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. Namun, untuk menindaklanjuti kebijakan
penyederhanaan birokrasi guna mewujudkan organisasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika yang lebih proporsional, efektif, dan efisien, maka selanjutnya terdapat penataan
kembali untuk organisasi dan tata kerja Monumen Pers Nasional, yakni dengan meringkas struktur
hanya dengan keberadaan Kepala, Sub Bagian Umum, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 555 Tahun 2013
tentang Pelayanan Publik di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika, jenis
Pelayanan Monumen Pers Nasional adalah Pelayanan Informasi tentang Monumen Pers Nasional
dan produk pers nasional bernilai sejarah. Secara khusus, layanan untuk informasi yang disediakan
di Monumen Pers Nasional Surakarta ini terbagi ke dalam bentuk museum (koleksi benda pers
dan storyline sejarah pers Indonesia); media center (layanan internet gratis); papan baca (layanan
umum untuk masyarakat yang memerlukan berita terkini dalam koran lokal dan nasional); serta
layanan bahan Pustaka (buku, terbitan media dan benda pers yang bernilai sejarah, layanan
digitalisasi sumber pustaka).
Implementasi Cyber PR Monumen Pers
Nasional Surakarta
Pada praktik Cyber Public Relations, seorang Humas pada dasarnya dituntut untuk dapat
mengemas informasi secara up to date. Konsistensi untuk dapat memberikan informasi terkait
intansi menjadi upaya dalam memaksimalkan medis sosial yang ada. Pengumpulan data lapangan
yang dilakukan penulis berupa wawancara dan observasi dengan subjek penelitian pihak Humas
atau PR dari Monumen Pers Nasional Surakarta. Humas Monumen Pers Nasional Surakarta
menjadi bagian penting dalam proses informasi dan komunikasi. Selain itu, pengelolaan digital
yang saat ini terus dilakukan menuntut cyber PR untuk terus aktif menjalankan perannya. Lebih
lanjut, konsep Holtz tentang cyber PR berupa Strategic, Intergrated, Targeted dan Measureable

46
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

secara tidak langsung digunakan sebagai pedoman ataupun landasan dalam konteks analisisnya,
terutama dalam upaya membangun sebuah citra dari Monumen Pers Nasional Surakarta sebagai
pusat rujukan dokumentasi pers nasional melalui konten digital.
Penggunaan internet sudah menjadi bagian penting di era perkembangan digital. Selain
sebagai media untuk membantu komunikasi, internet juga dapat mempermudah kinerja Humas.
Dalam hal ini dapat berkomunikasi secara langsung dengan publik terutama dengan segmentasi
pasar. Internet mempermudah PR mendapatkan feedback atau timbal balik dari publik melalui
interaksi langsung sehingga dipandang mempermudah PR dalam mengelola publikasi. Secara
sekilas, berikut adalah tampilan untuk media sosial yang digunakan oleh Monumen Pers Nasional
Surakarta, baik untuk akun Twitter, Facebook, maupun Instagram.

Gambar 2. Official Account Media Sosial


Monumen Pers Nasional

Berdasarkan temuan data, secara strategic, pihak Humas Monumen Pers Nasional Surakarta
menggunakan beberapa strategi untuk pengelolaan media sosial yang ada. Adanya planning atau
perencanaan menjadi hal mendasar guna memberikan konten informatif kepada masyarakat.
Selain itu, penggunaan tema dari masing-masing konten atau unggahan informasi mampu
mempengaruhi hasil interaksi kepada followers. Beberapa hal memang perlu diperhatikan sebelum
produksi informasi, untuk itu pihak Humas dari Monumen Pers Nasional Surakarta melakukan
persiapan informasi sebelum nantinya dipublikasikan. Perlakuan dalam tahapan komunikasi yang
dilakukan pada dasarnya didesain sedemikian untuk memengaruhi hasil dan tujuan yang ingin
diraih. Artinya, komunikasi yang dilakukan oleh para praktisi PR ataupun humas pada konteks
dunia yang serba digital, direncanakan sebaik mungkin, agar informasi yang disampaikan benar-
benar memberikan hasil sesuai dengan target ataupun segmentasi, terutama melalui pemanfaatan
optimal platform digital yang memungkinkan untuk digunakan. Hal ini dapat ditinjau melalui
tangkapan layar konten berikut:

47
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Gambar 3. Feeds Instagram Monumen Pers


Gambar 4. Unggahan Instagram
berupa give Nasional Surakarta away dan challenge

Pengelolaan sosial media dalam hal ini Humas Monumen Pers Nasional menggunakan
strategi pada pengemasannya. Terlihat pada setiap unggahan dengan menggunakan pallete warna
dan tema yang selaras. Tidak hanya itu, pemilihan font serta gaya bahasa pada sejumlah unggahan
informasi dipandang juga mempengaruhi minat followers. Jika target khalayak kalangan anak
muda, maka pemilihan strategi ini dapat membantu menaikkan ketertarikan kepada masyarakat
agar mengikuti sosial media Instagram. Proses pengelolaan media sosial oleh PR ataupun Humas
Monumen Pers Nasional Surakarta yang berjumlah 5 orang ini bertujuan untuk membangun citra
sesuai dengan visiMonumen Pers Nasional Surakart-misi dari Monumen Pers Nasional Surakarta.
Selain itu, peningkatan a. Media awareness yang digunakan saat ini seperti dari brand juga perlu
YouTube
terus ditingkatkan Instagram, agar masyarakat luas lebih banyak tahu adanya Facebook,

,
Twitter, dan kesemuanya dirasa cukup memberikan serta menampilkan informasi terkait

koleksi, event, dan informasi seputar Monumen Pers Nasional Surakarta.


Monumen Pers Nasional Surakarta sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam kegiatan
deseminasi terhadap publik, tentu dibutuhkan strategi yang efektif untuk menarik masyarakat.
Selain membutuhkan perencanaan yang matang, Monumen Pers Nasional Surakarta juga berupaya
mengemas informasi publikasinya dengan optimal agar konten diminati masyarakat juga menjadi
hal penting diperhatikan. Dalam hal ini, adanya lead magnet atau metode untuk menarik sebanyak
mungkin pengikut dapat digunakan sehingga lebih banyak mendatangkan khalayak lebih luas.
Salah satu di antaranya adalah dengan adanya give away yang menjadi strategi yang digunakan
Humas Monumen Pers Nasional Surakarta dalam menarik minat masyarakat agar dapat mengikuti
sosial media serta edukasi. Dari setiap campaign yang digunakan bertujuan untuk mempersuasi
secara edukatif dengan daya tarik mendapat hadiah ekslusif dari Monumen Pers Nasional
Surakarta.
Cyber branding yang diterapkan oleh Monumen Pers Nasional Surakarta selanjutnya dapat
dilihat dalam konteks integrasi informasi yang dilakukan. Dalam hal ini, aspek integrative menjadi
bagian dari cara Monumen Pers Nasional Surakarta untuk dapat melakukan perencanaan secara
lebih luas terutama dalam pemanfaatan internet dan media digital yang dimiliki. Sebagai bentuk
strategi cyber PR, adanya penggunaan internet menjadi hal yang sangat pokok, terutama dalam
hal publikasi informasi serta edukasi yang dibutuhkan masyarakat. Dengan demikian, untuk akses
informasi publik, tidak selalu menggunakan cara konvensional. Adanya internet justru dapat
menjadi solusi atas hambatan di masa pandemi, juga keterbatasan jarak dan waktu. Hal ini

48
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

dijelaskan oleh informan Kepala Monumen Pers Nasional Surakarta, bahwa Monumen Pers
Nasional Surakarta telah menggunakan layanan internet sejak mulai adanya internet di Indonesia
sebab keberadaannya berada di bawah naungan Kominfo.

Gambar 5. Postingan terintegrasi di media sosial


Mengenai konsep integratif ini, Monumen Pers Nasional biasanya akan mengunggah juga
di akun media sosial yang ada, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Dapat dilihat dari
postingan dibawah bahwa tingkat Engagement setiap postingan memiliki nilai berbada jauh. Jika
pada instagram mendapat like sebanyak 45, facebook 2, dan twitter 4, maka hal ini dapat menjadi
bahan evaluasi. Media sosial Monumen Pers Nasional selain mempublikasikan koleksi yang ada
di museum, sebenarnya juga ikut berperan aktif dalam menyebarkan informasi dari pusat, seperti
event atau agenda besar, serta campaign dari kementerian pusat. Bentuk dari publikasi ini
membantu penyebaran informasi yang berintegrasi dengan sejumlah media yang digunakan.
Selain itu, bentuk lain dari terintegrasinya praktik cyber PR ialah adanya link halaman seperti
website, kontak Whatsapp, dan Informasi layanan di bagian profil akun media sosial yang
digunakan. Dengan demikian, secara tidak langsung muncul alur dan tautan dari mediamedia
digital yang digunakan guna mempermudah akses informasi secara menyeluruh.
Praktik cyber PR Monumen Pers Nasional Surakarta selanjutnya adalah dengan menentukan
sasaran yang spesifik dan targeted. Menggunakan internet berdasarkan keuntungan dan kelebihan
yang dimilikinya dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya untuk menjangkau target
audience sebagai segmentasi yang spesifik. Dengan adanya target dalam penggunaan internet
sebagai upaya implementasi cyber PR, nantinya dapat menjangkau khalayak sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.

49
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Gambar 6. Hasil laporan akun Instagram


Monumen Pers Nasional Surakarta bulan Februari 2022
Sebagai instansi pelayanan publik, Monumen Pers Nasional Surakarta pada dasarnya
memiliki target khalayak yang bersifat umum. Kepala Monumen Pers Nasional Surakarta
menyampaikan bahwa target seluruh usia diharapkan mampu teredukasi dengan adanya Monumen
Pers Nasional Surakarta. Lain halnya dengan media sosial yang ada, Humas Monumen Pers
Nasional sebagai salah satu informan menjelaskan untuk target spesifik adalah rentang usia 18-36
tahun. Hal ini turut melihat dari para pengguna akun media sosial yang biasanya cenderung
mayoritas berasal dari kalangan remaja hingga dewasa. Lebih lanjut, bentuk interaksi yang
diharapkan oleh Humas Monumen Pers Nasional, yakni dapat secara langsung menghubungi
pihak layanan informasi tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan adanya target
segmentasi ini, Humas Monumen Pers Nasional Surakarta cukup terbantu dalam menentukan
strategi yang tepat untuk mempublikasikan konten-konten informasi, baik untuk segmentasi yang
bersifat online sebagai pengunjung virtual Monumen Pers Nasional Surakarta melalui akun media
sosial yang bertaut, maupun dapat mendukung pengunjung offline yang langsung data ke
Monumen Pers Nasional Surakarta.
Cyber PR Monumen Pers Nasional

Surakarta juga dilakukan dalam tataran yang measurable atau terukur. Dalam konteks ini, adanya
proses perencanaan dalam pelaksanaan cyber PR, selanjutnya harus dievaluasi secara terukur guna
menilai serta mengkontrol efektivitas proses komunikasi yang telah dilakukan. Tingkat
keberhasilan cyber PR dari Humas Monumen Pers
Nasional Surakarta dapat diukur dengan data insight dari akun media sosial. Dari hasil observasi
dan wawancara, penulis menyimpulkan sekilas bahwa Humas Monumen Pers Nasional Surakarta
dipandang lebih optimal dalam menggunakan akun Instagram dibandingkan dengan akun lainnya.

50
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Hal ini dilihat dari beberapa unggahan yang ada di akun Instagram @monumenpers lengkap
dengan banyaknya like serta comment yang disematkan.

Gambar 7. Insight untuk akun Instagram,


Facebook, dan Twitter pada bulan Februari
2022

Setiap bulannya hasil dari data insight media sosial seperti Instagram, Facebook, dan
Twitter memiliki laporan (report) yang disusun oleh SEE agency. Berdasarkan data di atas, dapat
dapat dikatakan bahwa muncul optimalisasi pada setiap media sosial berbeda-beda, seperti tingkat
keberhasilan Instagram lebih terukur dan optimal dibanding dengan akun sosial media lainnya.
Hal ini dapat dilihat pada tingkat engagement dari like, comment, share Instagram lebih tinggi.
Ditambah lagi, jika melihat langsung dari beberapa unggahan yang ada, terdapat tingkat
Cyber PR dan Cengagement pada itra: Relasi, Reputasi, dan Twitter dan Facebook dipandang
kura ng optimal. Data ini selanjutnya dapat menjadi tolok ukur serta bahan evaluasi pada
Relevansi Atas Informasi
pelaksanaan cyber PR Monumen Pers Nasional selanjutnya. Dalam

hal ini, proses dari optimalisasi


perkembangan internet di era digital sehingga adanya fenomena mudahnya akses dalam
menggunakan media online dapat memberikan sebuah informasi yang dapat dengan mudah diakses
oleh semua orang tanpa adanya batasan ruang maupun waktu. Ditambah lagi dengan adanya wabah
virus Covid-19 sehingga segala aktivitas serba dibatasi, termasuk kegiatan di Monumen Pers Nasional
Surakarta. Melihat hal tersebut, Humas Monumen Pers Nasional Surakarta telah menyusun strategi
yang efektif dari pemanfaatan hadirnya internet untuk keperluan edukasi dan deseminasi, yaitu strategi
cyber PR.
Peran serta fungsi dari adanya cyber PR tentunya berkaitan dengan upaya membangun citra
dari intansi khususnya Monumen Pers Nasional. Dengan menggunakan strategi cyber PR inilah
hasil dari komunikasi dengan masyarakat akan lebih konstan, respon yang cepat antara pengirim
dan penerima, jangkauan yang luas (tidak terbatas ruang dan waktu), bersifat interaktif, dan lebih
efisien. Hadirnya sebuah media baru dapat digunakan oleh instansi atau lembaga termasuk
Monumen Pers Nasional Surakarta sebagai cara untuk menyampaikan informasi seputar koleksi
dan kegiatan monpers tersebut, salah satu caranya adalah melalui publikasi menggunakan media
sosial seperti Instagram, Facebook dan Twitter. Sebagai bagian dari cyber PR, media sosial
mampu memberikan pegalaman bagi para penggunanya untuk dapat saling terhubung, khususnya
antara instansi dengan khalayak. Melalui media sosial yang digunakan Humas Monumen Pers
Nasional Surakarta, sejumlah strategi mengatasi permasalahan saat ini. Pembentukan citra dapat
terbentuk berdasarkan empat komponen menurut Ardianto (2005), yakni: persepsi, kognisi,
motivasi dan sikap.

51
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Pertama, persepsi adalah hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan
dengan suatu proses pemaknaan. Dalam hal dari adanya unggahan media sosial Monumen Pers
Nasional Surakarta yang menarik membawa individu untuk dilanjutkan pada proses pembentukan
citra. Adanya identitas seperti logo, penyebutan #SobatMonpers, dan tema warna unggahan dapat
menjadi persepsi pengalaman pertama oleh individu. Setelah terjadinya persepsi, aspek kedua
adalah kognisi, suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul
apabila individu telah mengerti terhadap brand Monpers, sehingga individu harus diberikan
informasiinformasi yang cukup melalui setiap postingan media sosial dengan format atau template
yang menarik sebagai stimulus. Ketiga adalah motivasi. Motivasi merupakan keadaan pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk dapat melakukan kegiatan tertentu. Seperti
kunjungan secara langsung, adanya engagement (like, comment, share, follow) guna mencapai
sebuah tujuan desiminasi Monumen Pers Nasional Surakarta. Keempat adalah aspek sikap. Aspek
ini merujuk pada kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi atau nilai bergantung pada proses sebelumnya. Hasil proses pembentukkan citra
ini, pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku yang diharapkan
Monumen Pers Nasional Surakarta yakni Terwujudnya pusat rujukan pers nasional berbasis
Teknologi Informasi melalui media sosial Instagram, Facebook, dan Twitter.
Untuk mengarahkan pada konteks citra yang terbentuk, selain melakukan wawancara
kepada Kepala, Humas, serta pihak dari Monumen Pers Nasional Surakarta, peneliti juga
melakukan triangulasi data dengan menggali data dari sisi followers media sosial Monumen Pers
Nasional Surakarta. Dalam hal ini, analisis lebih jauh mengenai praktik cyber PR dari Monumen
Pers Nasional Surakarta dalam kaitannya dengan citra yang dibangun pada konteksnya dapat
dianggap berhasil apabila mencukupi dan mencapai sejumlah kriteria (Onggo, 2004). Media
internet dapat dimanfaatkan dari popularitas dan multifungsinya. Pada tataran ini, internet mampu
dimaksimalkan untuk keperluan membangun merek (brand) dan memelihara kepercayaan (trust)
oleh praktisi Public Relations. Baik brand maupun kepecayaan secara tidak langsung merujuk
pada aspek citra (image) dan reputasi lembaga.
Pertama, praktik cyber PR dari Monumen Pers Nasional Surakarta mengutamakan adanya
relasi yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa aspek relasi mampu berinteraksi dengan berbagai
target audience untuk membangun hubungan dan citra perusahan. Pada praktiknya Humas
Monumen Pers Nasional Surakarta menggunakan internet atau media sosial sebagai media dalam
menjalin hubungan baik dengan masyarakat luas. Media yang digunakan pun sesuai dengan
popularitas saat ini, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Penggunaan media baru seperti itu
mempermudah Humas untuk berinteraksi seperti berbalas komentar, menyukai setiap unggahan,
dan membagikan informasi. Dengan adanya media baru ini dapat digunakan untuk membangun
komunikasi dua arah antara Monumen Pers Nasional Surakarta dengan publiknya sehingga

52
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

terbangun sebuah komunikasi baik. Harapannya, dari komunikasi yang berjalan adalah
terbangunnya citra baik kepada Monumen Pers Nasional Surakarta sendiri.
Reputasi menjadi aspek kedua dalam ketercapaian praktik cyber PR. Cyber PR dapat
dikatakan sebagai suatu seni dalam membangun reputasi online secara berkesinambungan. Untuk
membangun reputasi Monumen Pers Nasional Surakarta, selain menggunakan kekuatan relasi dari
kepala Monumen Pers Nasional Surakarta, juga bekerja sama dengan media siber lainnya. Sebagai
tugas dari seorang humas atau praktisi PR, pembuatan press release online yang nantinya
dikirimkan kepada media seperti Solopos agar memuat informasi berkenaan dengan Monumen
Pers Nasional Surakarta dan ditujukan untuk masyarakat. Selain secara konvensional dalam
membangun reputasi dengan Cyber PR, dapat dilakukan dengan bekerja sama untuk repost pada
informasi tertentu. Dengan begitu nantinya akan terbentuk sebuah reputasi secara online tanpa
harus secara langsung hadir.
Aspek ketiga adalah relevansi. Ini bermakna bahwa sejumlah kegiatan yang didasari oleh
kreativitas dan inovasi dari PR secara online, harus mampu bersifat relevan dengan target pubik
korporat. Misalnya, ketika Humas Monumen Pers Nasional Surakarta harus menggunakan dan
menyusun perencanaan yang matang sebelum membuat campaign atau konten yang akan
dipublikasikan secara luas melalui media sosial. Secara tidak langsung, konten yang diproduksi
oleh Monumen Pers Nasional Surakarta berusaha untuk dapat dengan dekat kepada masyarakat.
Untuk relevansinya, setiap konten media sosial yang diproduksi disusun berdasarkan hasil
evaluasi dari bulan sebelumnya serta disesuaikan dengan visi-misi lembaga. Karena target
segmentasinya di usia sekitar 18-36 tahun, maka penggunaan bahasa dan diksi, penyusunan
ataupun kesesuaian tema, serta copy writing yang digunakan selanjutnya disesuaikan dengan
kondisi dan kebiasaan dari kalangan segmentasi yang diambil.

SIMPULAN
Berdasarkan paparan analisis dan pembahasan di atas, secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa praktik dan implementasi cyber PR dari Monumen Pers Nasional Surakarta melalui media
sosial Instagram, Facebook, dan Twitter, pada dasarnya dilakukan melalui proses perencanaan
serta pengorganisasian dengan memanfaatkan fasilitas yang ada pada media-media sosial yang
digunakan tersebut. Monumen Pers Nasional Surakarta berupaya mengelola informasi yang akan
disampaikan kepada publik sebagai bentuk publikasi yang dapat terakses dengan mudah, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Terlebih dalam lingkup pasca pandemi, Monumen Pers
Nasional Surakarta tentu berupaya untuk kembali membangun citra yang ingin dimunculkan
melalui aktivitas pelayanan yang lebih kreatif, inovatif, serta tersampaikan sesuai dengan sasaran
dan tujuannya.
Dari ketiga media sosial yang digunakan, Instagram merupakan akun dengan tingkat
engagement yang cukup baik dibanding dengan lainnya. Humas Monumen Pers Nasional

53
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Surakarta menggunakan perencanaan sebelum memproduksi setiap kontennya. Konten yang


diproduksi oleh Humas Monumen Pers Nasional Surakarta berupa koleksi, arsip, fun fact, give
away dan greeting hari besar. Pembuatan konten untuk publikasi dilakukan berdasarkan pada
visimisi peran Monumen Pers dalam peran desiminasi.
Mengenai praktik cyber PR Monumen Pers Nasional Surakarta ini, kriteria atas efektivitas
implementasi cyber PR yang dilakukan dapat dipandang memenuhi aspek strategic, integrative,
targeted, dan measureable. Keempat kriteria ini sebenarnya tidak secara kaku mengatur
implementasi praktik cyber PR di Monumen Pers Nasional Surakarta, melainkan lebih pada
bentuk kedalaman analisis serta pembahasan atas bentuk-bentuk operasional praktik cyber PR
yang dilakukan. Selain itu, pelaksanaan cyber PR Monumen Pers Nasional Surakarta cenderung
mampu memenuhi keterkaitan dengan pembentukan citra kembali pasca pandemi, yakni tentang
terbentuknya relasi atas interaktivitas Monumen Pers Nasional Surakarta dengan para followers
(calon pengunjung); kesinambungan reputasi yang diperoleh Monumen Pers Nasional Surakarta
secara virtual; serta adanya relevansi dan kesesuaian antara pengelolaan informasi publikasi dari
Monumen Pers Nasional Surakarta dengan kondisi sasaran target. Hal ini dapat dilihat melalui
pengelolaan media sosial dengan menggunakan bahasa
(redaksional) serta pallete atau tema warna yang sesuai dengan target segmentasinya pada setiap
unggahan. Ditambah lagi, sejumlah unggahan juga menggunakan lead magnet seperti give away
dan challenge sebagai daya tarik masyarakat terhadap Monumen Pers Nasional Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan dalam penulisan riset ini, baik dari
secara metodologi maupun terkait dengan kedalaman analisis peneliti. Dengan demikian,
diharapkan riset selanjutnya mampu memberikan keberlanjutan dan kebaruan, khususnya dalam
hal eksplorasi fokus riset serta kedalaman analisis yang dapat diarahkan pada aspek branding
maupun positioning dari Monumen Pers Nasional Surakarta terhadap perspekstif publiknya.
Secara metodologis, riset ini juga dimungkinkan untuk dapat ditindaklanjuti dari sisi analisis
publik sehingga metode riset kuantitatif dapat digunakan dalam pembandingnya.
Selanjutnya, peneliti juga berharap hasil dari riset ini dapat bermanfaat secara teoritis dalam
kajian keilmuan komunikasi dan kehumasan, serta secara praktis mampu memberikan
sumbangsih bagi keberlanjutan citra dari Monumen Pers Nasional Surakarta ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


Darwadi, M. S. (2019). Pembentukan Citra Positif Perusahaan Melalui Cyber Public Relations.
E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 8(8),

54
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

901–915. Retrieved from


https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/a rticle/view/52087/30856
Daymon, C. (2008). Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations.
Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Dewi, I. K. (2021). Cyber Public Relation dalam Akun Instagram@ Official. Antam PT. Aneka
Tambang untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Medialog: Jurnal Ilmu Komunikasi,
4(1), 88–95. https://doi.org/10.35326/medialog.v4i
1.876
Effendy, O. U. (2013). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hidayatullah, S. (2020). Pengertian Engagement di Media Sosial dan Cara Mengukurnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Monumen Pers Nasional.
Kriyantono, R. (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal. Jakarta: Prenadamedia.
MNP2020. (n.d.). Profile Monumen Pers Nasional.
Moleong, M. A. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2010). Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhayati, S. (2019). Cyber Public Relations Humas Polresta Surakarta dalam Membangun Citra
Melalui Media
Sosial. IAIN Surakarta.
Onggo, B. J. (2004). Cyber Public Relations. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Putri, D. O. K. (2019). Strategi Cyber Public Relations Hartono Lifestyle Mall Solo Baru Dalam
Meningkatkan Traffict Pengunjung Mall. IAIN Surakarta.

Putri, K. A. P. (2019). Cyber Public Relations (CPR) dalam Meningkatkan Citra Kepolisian
Daerah Jawa Timur (UIN Sunan Ampel Surabaya). UIN Sunan Ampel Surabaya. Retrieved from
https://digilib.uinsa.ac.id/29327/ Raka, G. R. (2021). Surat Ederan Walikota.
Sadiq, H. M., Naryoso, A., & Yuliyanto, M. (2022). Peran Digital PR Diskominfo Kota Semarang
Dalam Mendukung Komunikasi Publik Pada Penanganan Pandemi Covid-19. Interaksi
Online, 10(2),
138–151. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.ph p/interaksionline/article/view/33553
Savitri, I., Trihapsari, C. M., & Cahyati, M. E. (2022). The Role of Cyber Public Relations In
Health Campaign In Pandemic Times. Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi, 10(2), 56–62.
https://doi.org/10.21070/kanal.v10i2.1
667
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujanto, R. Y. (2019). Pengantar Public Relations di Era 4.0. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

55
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

Suparno, B. A., & Utami, Y. S. (2021). Revitalisasi dan Digitalisasi Monumen Pers Nasional.
Yogyakarta: LPPM Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Retrieved
from http://eprints.upnyk.ac.id/29190/
Susanto, T., Utamidewi, W., Muhamad, R. P. N., & Syamsuri, S. A. (2019). Implementasi Cyber
Public Relations Universitas Singaperbangsa Karawang
Pada Persaingan Era Digital. Jurnal
Muara Ilmu Sosial,
Humaniora, Dan Seni, 3(1), 200–210.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen. v3i1.3454
Susilo, A., & Sari, E. (2020). Implementasi Program Cyber Public Relations Pt. Kereta Api
Indonesia Dalam
Mengelola Informasi Publik Di Media
Sosial Instagram. Medium, 8(1),
18–29. https://doi.org/10.25299/medium.2020
.vol8(1).4792
Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.
Viona, P. Y. (2022). Aktivitas Komunikasi
Cyber PR Dalam Penyampaian Informasi Di Kota Padang (Studi Fenomenologi Pegawai
Diskominfo Sebagai Humas Publik) (Universitas Andalas). Universitas Andalas.
Retrieved from
http://scholar.unand.ac.id/114865/
Wahyuni, H. I. (2013). Kebijakan “Media
Baru” di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wijaya, A. P. (2022). Pembuatan Leaflet Bahasa Mandarin Sebagai Media Promosi Pariwisata
Budaya Di Monumen Pers Nasional Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wijaya, N., Pawito, P., & Rahmanto, A. N. (2022). Tingkat Penerimaan Program
Komunikasi Digital ‘Jelajah
Virtual’Monumen Pers Nasional Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pekommas, 7(2).
Yananingtyas, H. Z., & Irwansyah, I. (2020). Cyber Public Relations Melalui Microblogging
Dalam Menjaga Citra PemProv DKI Jakarta. Jurnal Komunikasi, 14(2), 199–212.
https://doi.org/10.21107/ilkom.v14i2.7 456
Yazid, T. P. (2015). Implementasi Cyber Public Relations Melalui Pengelolaan Website
Pemerintah. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2), 160–173.

56
Jurnal Sintesa Vol 2 No.1 Februari 2023
Hal 36-58

57

Anda mungkin juga menyukai