Modul 3 Filsafat Pendidikan
Modul 3 Filsafat Pendidikan
Modul 3 Filsafat Pendidikan
FILSAFAT PENDIDIKAN:
Definisi, Kedudukan, Peran, Fungsi serta Jenisnya
PENDAHULUAN
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalahmasalah yang berhubungan
dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupanya. Di
antara permasalahan yang dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada di
lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik kita harus menguasai induk
ilmu pengetahuan yang dijadikan patokan penyelesaian segala permasalahan pendidikan.
Agar Anda dapat menguasai materi Kegiatan Belajar 3 ini dengan baik dan berhasil
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, maka Anda perlu ikuti petunjuk belajar
berikut ini:
1. Sebelum membaca materi modul dalam KB 3 ini, renungkan terlebih dahulu apa yang
menjadi capaian pembelajaran dalam modul agar terbangun rasa tanggung jawab dan
kesepenuhhatian dalam belajar.
2. Bacalah materi modul dengan cermat dan seksama, serta tambahkan catatan-catatan
seperlunya untuk membantu ingatan Anda.
3. Cermati dan kerjakan kolom latihan yang diberikan dalam modul dengan sungguh-
sungguh.
4. Jangan lupa gunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah Anda miliki
sebelumnya.
5. Jangan lupa membuat catatan khusus yang Anda pandang penting selama mempelajari
isi modul.
Selamat belajar dan semoga Anda berhasil dengan baik……!
INTI
A. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran kegiatan belajar 3 dalam modul mata kuliah Filsafat
Pendidikan ini yaitu menguasai pengertian filsafat pendidikan, ruang lingkup filsafat
pendidikan, peran filsafat pendidikan, fungsi filsafat pendidikan dan jenis filsafat
pendidikan.
B. Materi Pokok
Adapun materi pokok yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar 3 dalam modul
mata kuliah Filsafat Pendidikan ini, antara lain:
1. Definisi Filsafat Pendidikan
2. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
3. Peran Filsafat Pendidikan
4. Fungsi Filsafat Pendidikan
5. Jenis Filsafat Pendidikan
a. Filsafat Pendidikan Idealisme
b. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
c. Filsafat Pendidikan Materialisme
d. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
e. Filsafat Pendidikan Progresivisme
f. Filsafat Pendidikan Esensialisme
C. Uraian Materi
1. Definisi Filsafat Pendidikan
Menurut John Dewey, filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan
timbal balik, filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-
persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerlukan jawaban secara filosofis.
John Dewey menyatakan bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental yang menyangkut daya pikir maupun daya perasaan
menuju tabiat manusia. Lebih lanjut lagi, filsafat pendidikan juga didefinisikan sebagai
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan (Amka,
2019). Lebih rinci lagi, filsafat pendidikan adalah kajian kritis terhadap pemikiran dan
sikap yang telah dan/atau akan dibuat melalui pencarian dan analisis konsep paling
mendasar untuk menciptakan pertimbangan yang lebih baik dan sesuai dalam skop
pendidikan yang berusaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat diikuti oleh
peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya dari segi keilmuan, kepribadian,
dan nilai positif lainnya.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan. Filsafat akan menentukan “mau dibawa kemana” siswa kita.
Filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau
kelompok masyarakat tertentu atau yang dianut oleh perorangan (dalam hal ini
Dosen/Guru) akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Falsafah
yang dianut oleh suatu Negara bagaimanapun akan mewarnai tujuan pendidikan di
negara tersebut. Dengan demikian, tujuan pendidikan suatu negara akan berbeda dengan
negara lainnya, disesuaikan dengan falsafah yang dianut oleh negara-negara tersebut.
Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehemsif mengenai
apa yang seharusnya dicapai. Tujuan itu memuat pernyataan-pernyataan (statement)
mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa selaras
dengan sistem nilai dan falsafah yang dianut. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan
yang sangat erat antara filsafat yang dianut dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan.
Filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu. Kajian terhadap persoalan ini
menelusuri hakekat manusia sehingga muncul beberapa asumsi tentang manusia.
Misalnya, manusia adalah makhluk religi, makhluk sosial, makhluk yang berbudaya, dan
sebagainya.
Dari telaah tersebut filsafat mencoba menelaah tiga pokok persoalan, yaitu
hakekat benar - salah (logika/ ilmu), hakekat baik - buruk (etika), dan hakekat indah -
tidak indah (estetika). Pada dasarnya, pandangan hidup manusia mencakup ketiga aspek
tersebut, sehingga ketiga aspek tersebut sangat diperlukan dalam pendidikan, terutama
dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Suatu masyarakat memiliki kebiasaan
yang menjadi pembeda dengan masyarakat lainnya. Kebiasaan-kebiasaan tersebut
menjadi cikal budaya. Budaya menjadi semacam perekat sosial dalam suatu masyarakat.
Tanpa masyarakat tidak akan ada budaya, dan tanpa budaya tidak akan ada masyarakat
(Smith, Stanley, and Shores, 1957).
Dari penjelasan di atas, carilah referensi lain kemudian tambahkan ruang lingkup
filsafat pendidikan yang belum ada di modul!
Dari penjelasan di atas, carilah referensi lain kemudian tambahkan fungsi filsafat
pendidikan yang belum ada di modul!
5. Jenis Filsafat Pendidikan
Filsafat dalam pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum, maka dalam
membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat. Dalam arti, filsafat
pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-
hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan,
dan nilai. Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme,
idealisme, realisme, pragmatisme, dan lainlain. Karena filsafat pendidikan merupakan
terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka filsafat dalam
pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran
filsafat itu sendiri.
a. Filsafat Pendidikan Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Menurut
Plato, pendidikan itu sangat perlu baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai
warga Negara. Setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu
yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan kemampan masing-masing sesuai jenjang
usianya. Pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak perubahan bagi
kehidupan pribadi, bangsa dan negara. Tokoh lainnya seperti Immanuel Kant,
Pascal, J.G. Fichte, F. W. S. Schelling dan G. W. F. Hegel. Aliran ini memandang
bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang
diperoleh melalui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini
memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik,
benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi.
Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk
membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan
pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia. Seorang guru yang menganut
paham ini harus membimbing dan mendiskusikan bukan prinsip-prinsip eksternal,
melainkan kemungkinan-kemungkinan batin yang perlu dikembangkan. Guru
idealis harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik.
Berikut ini implementasi Idealisme dalam Pendidikan:
1) Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan
dasar, serta kebaikan sosial.
2) Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan
pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3) Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu
dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.
5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan alam.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan. Ruang lingkup filsafat pendidikan antara lain: (1) pendidik; (2) murid
atau anak didik; (3) materi pendidikan; (4) perbuatan mendidik; (5) metode pendidikan; (6)
evaluasi pendidikan; (7) tujuan pendidikan; (8) alat pendidikan dan (9) lingkungan
pendidikan. Peran filsafat pendidikan yaitu mempelajari problematika: (1) realita; (2)
hakikat pengetahuan; (3) nilai; serta (4) problem. Selain itu, dalam pelaksanaannya, filsafat
pendidikan harus menyesuaikan diri dengan beberapa aspek berikut: (1) Usia anak didik; (2)
Tujuan lembaga pendidikan; (3) Visi dan misi pendidikan; (4) Kemampuan berpikir dan
bakat anak didik; (5) Dukungan materiil orangtua anak didik; serta (6) Dukungan sarana dan
prasarana. Adapun fungsi filsafat pendidikan, yaitu: (1) fungsi spekulatif; (2) fungsi
normative; (3) fungsi kritik; (4) fungsi teori dan praktek; serta (5) fungsi integratif.
Jenis filsafat pendidikan, antara lain: (1) Idealisme yang menganggap bahwa peserta
didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampan masing-masing sesuai jenjang usianya dan pendidikan difokuskan pada
pembentukan karakter; (2) Realisme yang menganggap bahwa pendidikan ideal adalah studi
tentang pengetahuan yang diorganisir dan diklasifikasikan ke dalam disiplin ilmu dengan
baik; (3) Pragmatisme yang menganggap bahwa pendidikan yang ideal adalah pendidikan
yang menekankan pada pengalaman hidup dan cara menghadapi masalah dimanapun peserta
didik berada karena sejatinya peserta didik sudah memiliki bekal akal dan kecerdasan; (4)
Materialisme menganggap bahwa fakta-fakta, data-data, peristiwa dan fenomena yang nyata
adalah hal-hal yang penting untuk dipelajari sehingga perlu adanya pembelajaran yang
merujuk pada penguasaan pengetahuan tersebut seperti pembelajaran yang lebih
menekankan pada pengetahuan empiris yang mementingkan gerakan fisik di dalam otak; (5)
Eksistensialisme menganggap bahwa kebebasan individu adalah hal yang terpenting
sehingga pendidikan yang ideal harus berpusat pada peserta didik dan guru hanya berperan
sebagai fasilitator; (6) Progresivisme menganggap bahwa pendidikan yang baik harus
membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan bertahan hidup
sehingga pendidikan progresivisme biasanya melibatkan masyarakat dan memiliki konsep
learning by doing; serta (7) Esensialisme menganggap bahwa pendidikan harus berpijak
pada nilai-nilai kebudayaan di masyarakat sehingga pendidikan yang dilaksanakan bersifat
fleksibel, terbuka pada perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan (The Choice Is Yours). Yogyakarta: Penerbit Valia
Pustaka Yogyakarta.
Amka. (2019). Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Leaning Center.
Thabrani, A. M. (2015). Filsafat dalam Pendidikan. Jember: IAIN Jember Press.
Salahudin, A. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.