Notula Hasil Diskusi 3 - HG8 - 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

NOTULA HASIL DISKUSI 3 (HG)

COLLABORATIVE LEARNING

Kelas : Teknologi Nano 2023 Fakultas : Teknik


Kelompok : HG 8 Topik : Karakterisasi Nanomaterial

Anggota Kelompok :

1. Muhammad Nabil Fairuza Zahran (2006574894)


2. Mohammad Rayhan Ramadano (2006575240)
3. Nisriina Jasmine Chairunnisa (2006470496)
4. Prayoga Bintang Perdana (2006578671)
5. Rifqi Aditya Rehanda (2006484160)
6. Salma Ranggita Cahyariani (2106732531)

Setiap anggota HG secara berurutan menyampaikan hasil diskusi dari FG


masing-masing.

Catatan:
Anggota FG1:
Carbon Nanotube (CNT) adalah struktur karbon unik dalam tiga dimensi yang terdiri
dari dinding silinder karbon yang berbentuk tabung. Metode pembuatannya melibatkan
beberapa teknik seperti arc discharge, laser ablation, dan chemical vapor deposition
(CVD), di mana karbon terdeposisi untuk membentuk nanotube dengan diameter
nanometer dan panjang mikron. Sebagai bagian dari keluarga fullerene, CNT memiliki
sifat unik termasuk kekuatan mekanik yang tinggi, konduktivitas termal dan listrik yang
luar biasa, serta struktur kristal yang khas. Fullerene sendiri adalah molekul karbon
yang membentuk bola atau tabung, dan CNT merupakan struktur yang memanfaatkan
konsep ini. Sifat-sifatnya yang istimewa membuat CNT digunakan dalam berbagai
aplikasi, termasuk sebagai materi penguat dalam komposit, konduktor dalam perangkat
elektronik dan sensor, serta dalam bidang nanoteknologi untuk pengembangan material
canggih dan perangkat nanoskala. Keseluruhan, carbon nanotube menjadi subjek
penelitian dan pengembangan yang terus berkembang karena potensinya dalam
membawa inovasi di berbagai bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

Anggota FG2:
Nanokomposit dan bahan berbutir nano adalah bidang penelitian yang semakin
berkembang dalam ilmu material dan teknik. Kedua konsep ini mengeksplorasi sifat dan
aplikasi material yang terbentuk atau dimodifikasi pada skala nanometer. Nanokomposit
merujuk pada material yang terdiri dari setidaknya dua fase dengan satu fase tersebar
dalam fase lainnya, membentuk jaringan tiga dimensi. Di sisi lain, bahan berbutir nano
adalah bahan polikristalin dengan butir-butirnya yang sangat kecil, menciptakan struktur
material yang halus dan homogen.
Penelitian intensif pada nanokomposit dan bahan berbutir nano dilakukan terutama
untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik material. Ukuran partikel yang sangat kecil
pada skala nanometer memberikan karakteristik unik, seperti luas permukaan yang
besar dan jarak difusi yang pendek. Hal ini tidak hanya dapat mempengaruhi sifat
material, tetapi juga membuka peluang baru untuk aplikasi di berbagai industri.

Dalam konteks nanokomposit, konsep matriks dan fasa terdispersi membawa potensi
untuk menghasilkan material dengan sifat yang unggul, seperti kekuatan mekanik yang
ditingkatkan, konduktivitas termal yang lebih baik, dan sifat listrik yang dapat
disesuaikan. Di sisi lain, bahan berbutir nano menawarkan potensi untuk meningkatkan
ketahanan terhadap deformasi, kekuatan, dan kekerasan material. Pentingnya
pemahaman dan penerapan nanokomposit dan bahan berbutir nano semakin
meningkat dalam berbagai industri, termasuk elektronik, material bangunan,
kedokteran, dan banyak lagi. Melalui kajian ini, kita akan menjelajahi konsep, metode
sintesis, dan aplikasi dari nanokomposit dan bahan berbutir nano, serta dampak
signifikan yang mereka bawa dalam pengembangan material modern.

Ada sejumlah nanomaterial yang penting karena keunikan dari sintesisnya. Contoh dari
nanomaterial tersebut adalah Carbon fullerene dan Nanotube, Ordered mesoporous
materials, Organic-Inorganic hybrids, Intercalation compounds, dan oxide-metal
core-shell structures. Sebagian besar nanomaterial ini unik, tidak dapat ditemukan di
alam, dan “Man-made” belakangan ini.

Nanomaterial dan nanostruktur adalah material dan struktur material yang memiliki
setidaknya satu dimensi dalam skala nanometer, yaitu seperseribu milimeter.
Nanomaterial dan nanostruktur memiliki sifat-sifat yang unik dan berbeda dengan
material dan struktur makroskopis, seperti konduktivitas listrik dan panas yang tinggi,
kekuatan mekanik yang tinggi, dan biokompatibilitas yang baik. Sifat-sifat unik ini
membuat nanomaterial dan nanostruktur memiliki potensi yang sangat besar untuk
berbagai aplikasi, seperti elektronik, medis, dan energi.

Anggota FG3:

1. Spektroskopi UV-Vis

Karakterisasi ini memanfaatkan sinar UV-Vis dengan Panjang gelombang rentang


400-800 nm untuk mengeksitasi electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Dalam aspek karakterisasi nanomaterial, karakterisasi spektroskopi UV-Vis dapat
menganalisis sifat optic dari nanomaterial, seperti lebar celah pita, stabilitas
nanopartikel berdasarkan perubahan spektrum serapan cahaya seiring waktu, serta
keseragaman ukuran nanopartikel.

Pada karakterisasi UV Vis, terdapat beberapa komponen penting pada alat


spektrofotometer, seperti:

1. Lampu Deuterium sebagai sumber cahaya


2. Monokromator untuk memfilter cahaya yang masuk berdasarkan panjang
gelombang
3. Sampel yang dimasukkan ke dalam sel khusus
4. Detektor untuk mengukur intensitas cahaya yang melewati sampel
5. Computer untuk mengolah data hasil pengukuran spektrofotometer

Skema Komponen Alat UV-Vis Spektrofotometer

2. Differential Scanning Calorimetry (DSC)

Karakterisasi DSC dilakukan dengan memanaskan sampel dan material referensi,


umumnya dapat mencapai 1500oC. Pemanasan secara konstan dilakukan untuk
mengukur jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sampel serta
mendemonstrasikan adanya transformasi pada suhu leleh. Pada kasus karakterisasi
nanomaterial, karakterisasi DSC digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai
perubahan fisik material nano, seperti peleburan dan transisi glass. Selain itu, DSC
dapat digunakan untuk mengukur kapasitas panas material nano, menentukan diagram
fasa, entalpi, entropi, serta merancang nanomaterial baru untuk aplikasi penyimpanan
panas.

Pada mesin DSC, terdapat beberapa komponen utama, yaitu:

1. Chamber untuk meletakkan sampel dan material referensi,


2. Heater untuk memanaskan sampel dan referensi,
3. Termokopel untuk mencatat perubahan suhu,
4. Heat resistor untuk mengukur panas dan diubah menjadi sinyal yang disalurkan
ke computer,
5. Computer untuk membaca dan mengolah data DSC.

Skema Susunan Komponen Differential Scanning Calorimeter

3. Thermogravimetry Analysis (TGA)

Karakterisasi thermogravimetry analysis (TGA) merupakan karakterisasi berbasis


termal dengan mengukur perubahan massa sebagai perubahan waktu. Karakterisasi
dilakukan dengan menaikkan suhu secara kontinu hingga terjadi reaksi dekomposisi
spesi penyusunnya dan terjadi pengurangan massa sampel. Adapun karakteristik atau
fenomena material yang dapat diketahui dari pengujian ini dapat dibagi menjadi dua,
yaitu fenomena fisika dan kimiawi. Fenomena fisika meliputi transisi fasa kristalin,
transisi orde kedua, penguapan, sublimasi, absorpsi, adsorpsi, desorpsi, fusi,
sedangkan fenomena kimiawi meliputi chemisorption, desolvasi atau dehidrasi,
dekomposisi, degradasi oksidatif, solid-state reactions, dan solid-gas reaction.

Karakterisasi TGA dilakukan menggunakan mesin thermogravimetric analyser. Terdapat


bagian-bagian utama pada mesin TGA, yaitu:

1. Krusibel untuk meletakkan sampel,


2. Furnace untuk memanaskan sampel,
3. Termokopel untuk mengatur proses pengujian,
4. Timbangan analitik untuk mengukur perubahan massa secara presisi,
5. Sistem gas buang untuk menghilangkan spesi yang terkomposisi ke fasa gas
agar tidak mengganggu pengukuran massa sampel.
Skema Komponen Penyusun Thermogravimetry Analyzer

Anggota FG4:
TEM telah digunakan untuk berbagai tujuan dalam berbagai bidang. Namun, terdapat
banyak kekurangan dan ruang untuk perbaikan dalam TEM. Materi sampel harus
diproduksi dengan ketebalan yang cukup tipis agar transparan terhadap elektron,
sehingga membuat analisis TEM menjadi proses yang relatif lambat dengan throughput
sampel yang rendah. Struktur sampel dapat berubah selama proses persiapan. Selain
itu, terdapat kekurangan lain di dalam karakterisasi material menggunakan
Transmission Electron Microscopy (TEM) yaitu dapat merusak sampel. Elektron energi
tinggi yang digunakan dalam TEM dapat menyebabkan kerusakan radiasi pada sampel.
Hal tersebut dapat mengubah struktur sampel, untuk mencegah hal tersebut dapat
dilakukan imaging dosis rendah. Meskipun demikian, TEM adalah pencapaian signifikan
dalam pemahaman mekanika kuantum dari elektron. Ini merupakan langkah penting
dalam penelitian untuk meningkatkan dan memperoleh resolusi yang lebih baik
dibandingkan mikroskop optik dan sekarang sangat penting dalam studi aplikasi
mekanika kuantum.
Selain itu, TEM sangat umum digunakan dalam penelitian struktur dan sifat material
serta untuk tujuan eksperimen lainnya. Dalam konteks material nano, TEM dapat
memberikan wawasan mendalam tentang ukuran partikel, distribusi ukuran, bentuk, dan
distribusi spatikal nanopartikel. Dengan menggunakan TEM, peneliti dapat mengamati
struktur kristal, batas butir, dan perubahan fase material pada skala nanometer. Ini
memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang sifat-sifat unik yang mungkin
muncul dalam material nano, seperti efek kuantum dan sifat permukaan.
Anggota FG5:
Karakterisasi partikel nano penting dilakukan untuk mengetahui material yang disintesis
sudah memenuhi kriteria nanostruktur, yaitu salah satu dimensinya berukuran
nanometer atau kurang dari 100 nm. Scanning Electron Microscopy (SEM)
menggunakan elektron yang dipercepat memiliki panjang gelombang yang lebih pendek
(short wavelength) dibandingkan dengan cahaya tampak sehingga resolusinya lebih
baik dari optical microscope. SEM memungkinkan observasi visual pada tingkat
nanoskala dengan resolusi tinggi, analisis morfologi yang rinci dari struktur material
hasil dari berkas elektron. Terdapat beberapa informasi dari interaksi elektron pada
SEM, yaitu secondary electron, backscattered electron, transmitted electron, dan
interaksi lain.

Tahapan persiapan sampel untuk pengujian SEM meliputi pemilihan spesimen,


pelapisan konduktif, kondisi vakum, persiapan mekanis. Tahapan SEM examination
meliputi pengaturan instrumen, aktivasi sinar elektron, dan analisis untuk mengambil
gambar morfologi, komposisi, dan karakteristik relevan.

Keunggulan dari karakterisasi nanomaterial menggunakan SEM adalah resolusi tinggi,


penetrasi tinggi, kemampuan mengetahui komposisi kimia, kemampuan imaging in-situ,
preparasi yang mudah, rentang pengamatan hingga 50 nm, dapat dikombinasikan
dengan focused ion beam, dan dapat menganalisis permukaan yang bersifat ekstensif.
Keterbatasan dalam penggunaan SEM dalam karakterisasi nanomaterial adalah
resolusinya lebih rendah dari TEM, informasi kimia intrinsik tidak didapatkan, perlu
pemotongan dan pelapisan konduktif, skala terbatas untuk nanomaterial, kerentanan
terhadap radiasi elektron, biaya tinggi, memerlukan vakum, dan analisis permukaan
saja.

Kemajuan dalam perkembangan SEM untuk nanomaterial seperti gambar yang dapat
diperoleh dengan tegangan sangat rendah, analisis kuantitatif dari sifat 3D permukaan
sampel, serta karakterisasi yang dapat langsung dilakukan di tempat (in situ). Beberapa
studi kasus yang telah ditunjukkan membenarkan bahwa karakterisasi SEM pada
nanomaterial telah banyak dilakukan dan menjadi dasar analisis dalam penelitian yang
bergerak pada nano technology.

Anggota FG6:
TEM telah digunakan untuk berbagai tujuan dalam berbagai bidang. Namun, terdapat
banyak kekurangan dan ruang untuk perbaikan dalam TEM. Materi sampel harus
diproduksi dengan ketebalan yang cukup tipis agar transparan terhadap elektron,
sehingga membuat analisis TEM menjadi proses yang relatif lambat dengan throughput
sampel yang rendah. Struktur sampel dapat berubah selama proses persiapan. Selain
itu, terdapat kekurangan lain di dalam karakterisasi material menggunakan
Transmission Electron Microscopy (TEM) yaitu dapat merusak sampel. Elektron energi
tinggi yang digunakan dalam TEM dapat menyebabkan kerusakan radiasi pada sampel.
Hal tersebut dapat mengubah struktur sampel, untuk mencegah hal tersebut dapat
dilakukan imaging dosis rendah. Meskipun demikian, TEM adalah pencapaian signifikan
dalam pemahaman mekanika kuantum dari elektron. Ini merupakan langkah penting
dalam penelitian untuk meningkatkan dan memperoleh resolusi yang lebih baik
dibandingkan mikroskop optik dan sekarang sangat penting dalam studi aplikasi
mekanika kuantum. Selain itu, TEM sangat umum digunakan dalam penelitian struktur
dan sifat material serta untuk tujuan eksperimen lainnya. Dalam konteks material nano,
TEM dapat memberikan wawasan mendalam tentang ukuran partikel, distribusi ukuran,
bentuk, dan distribusi spatial nanopartikel. Dengan menggunakan TEM, peneliti dapat
mengamati struktur kristal, batas butir, dan perubahan fase material pada skala
nanometer. Ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang sifat-sifat unik yang
mungkin muncul dalam material nano, seperti efek kuantum dan sifat permukaan.

Materi yang harus dipelajari kembali Oleh

Setelah membahas materi berikut, teman-teman Semua anggota HG 8


mahasiswa diharapkan mereview kembali materi yang
telah dipelajari meliputi:
1. Nanomaterial berbasis carbon (1D, 2D, 3D),
fullerene (sifat serta aplikasinya)
2. Nanomaterial khusus, nanokomposit, serta
bahan berbutir nano
3. Karakterisasi Nanomaterial, baik analisis
berbasis optik (UV-Vis, XRD, SEM, TEM) serta
termal (TGA dan DSC).

Paraf Fasilitator

………………….

Anda mungkin juga menyukai