7252-Article Text-23502-1-10-20231207

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Indonesian Engagement Journal

Vol. 4 No. 1, June 2023

REVITALISASI FUNGSI MASJID SEBAGAI PUSAT PEMBERDAYAAN


MANAJEMEN PENDIDIKAN EKONOMI KREATIF DI TENGAH
KOMPLEKSITAS PROBLEM PLURALISME KOMUNITAS MUSLIM
MARJINAL DI DESA KLEPU KECAMATAN SOOKO KABUPATEN
PONOROGO

¹Afiah Intan Nur Rohmawati, ²Siti Maryam Yusuf


Pascasarjana, IAIN Ponorogo
¹[email protected], ² maryamyusuf @iainponorogo.ac.id

Abstrak
Artikel ini membahas tingginya tingkat kristenisasi di Indonesia, dengan fokus pada dampak ekonomi
dan pangan sebagai celah untuk program pemurtadan. Desa Klepu, Kecamatan Sooko, Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur, menjadi studi kasus karena kondisi geografisnya yang kering dan sering
mengalami kekeringan serta krisis pangan. Kemiskinan di kalangan mayoritas penduduk Muslim di
desa ini menjadi pemicu utama penyebaran kristenisasi. Artikel menyoroti masjid sebagai tempat strategis
untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat
kegiatan, termasuk dalam bidang ekonomi kreatif. Pendekatan yang digunakan adalah action research
melalui metode Participatory Rapid Appraisal (PRA) dengan prinsip emancipatory, yang melibatkan
pengorganisasan masyarakat melalui pendidikan orang dewasa (andragogi). Kegiata n pemberdayaan
melibatkan pembentukan kelompok wirausaha yang disesuaikan dengan struktur kelompok majlis
ta'lim yang sudah ada. Keberhasilan program revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat pemberdayaan
ekonomi kreatif di Desa Klepu diakui bergantung pada sikap keterbukaan terhadap orang lain,
dukungan, dan partisipasi dari semua stakeholder. Faktor penghambat mencakup sikap tradis ional
masyarakat dan kesulitan mencari waktu yang sesuai untuk berkumpul, mengingat sebagian besar
jama'ah juga berkegiatan di ladang pertanian pada siang hari .

Kata kunci: Revitalisasi, Masjid, Pemberdayaan ekonomi kreatif

Abstract
This article discusses the high rate of Christianization in Indonesia, focusing on economic and food impacts
as an opening for apostasy programs. Klepu Village, Sooko Sub-district, Ponorogo Regency, East Java,
is used as a case study due to its dry geography and frequent droughts and food crises. Poverty among the
majority Muslim population in this village is the main trigger for the spread of Christianization. The
article highlights the mosque as a strategic place for community economic empowerment, not only as a place
of worship, but also a center of activity, including in the field of creative economy. The approach used is
action research through the Participatory Rapid Appraisal (PRA) method with emancipatory principles,
which involves community organizing through adult education (andragogy). Empowerment activities involve
the formation of entrepreneurial groups that are adjusted to the structure of the existing majlis ta'lim group.

64
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

The success of the revitalization program of the mosque's function as a creative economic empowerment
center in Klepu Village is recognized to depend on an attitude of openness to others, support, and
participation from all stakeholders. The inhibiting factors include the traditional attitude of the community
and the difficulty in finding a suitable time to gather, considering that most of the congregation also work
in agricultural fields during the day.

Keywords: Revitalization, Mosques, Empowerment of the creative economy

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Akan
tetapi, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki tingkat kristenisasi yang sangat
pesat. Bahkan berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dalam media 2010-2014 saja tercatat, bahwa umat Islam yang telah menjadi korban upaya
kristenisasi mencapai 2 juta pertahun. Artinya selama rentang waktu 5 tahun, ada kurang
lebih 10 juta umat Islam yang mengalami pemurtadan. Dan yang lebih memprihatinkan
sekaligus menyedihkan adalah pangkal dari kesuksesan program kristenisasi tersebut
banyak disebabkan oleh urusan ekonomi (pangan). 1
Kemiskinan menjadi problem penting di negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia. Dalam pengembangan masyarakat desa, banyak hal yang masih belum
disadari masyarakat itu sendiri bahwa keberadaanya memiliki banyak potensi dan aset yang
tersimpan. 2 Pada umumnya upaya pengentasan kemiskinan dilakukan dengan
pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Dengan asumsi bahwa
pertumbuhan output nasional atau Gross National Product (GNP) dapat mendorong
kegiatan ekonomi lainnya, yang pada gilirannya menciptakan lebih banyak lapangan kerja
dan peluang usaha. potensi ekonomi masyarakat yang luar biasa, mulai dari pertanian,
pelestarian, kesenian dan terdapat usaha UMKM yang digeluti oleh masyarakat sekitar
seperti, usaha pembuatan tempe, rengginang, keripik usus dan lain sebagainya. 3

1 Aliba’ul Chusna and Amin Wahyudi, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi
Kreatif Bagi Komunitas Muslim Marjinal Di Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo ,” El-Wasathiya: Jurnal
Studi Agama 5, no. 1 (2017): 43–56.
2 Fery Diantoro, “Realisasi Program Jimpitan Karang Taruna Bugis Generation Dalam Meningkatkan Peran

Sosial” 1, no. 2 (2020). 162.


3 Umar Faruq. “Pendampingan Transformasi Metode Pemasaran Umkm Desa Crabak Dari Tradisional Ke

Digital” Crabak Dari, Tradisional Ke, And Iain Ponorogo, 3, no. 2 (2022): 1–23.

65
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi tidak dengan


sendirinya membawa peningkatan standar hidup masyarakat secara keseluruhan maupun
individu. Hal ini disebabkan oleh dua alasan. Pertama; umumnya pertumbuhan penduduk
di negara berkembang lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi sehingga secara
komparatif tidak memberikan peningkatan taraf hidup secara signifikan. Kedua; adanya
ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin, membuat
output pertumbuhan tersebut tidak terdistribusi secara merata. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Todaro, yang mengatakan bahwa “setinggi apa pun tingkat pendapatan
nasional per kapita yang dicapai oleh suatu negara, selama distribusi pendapatan yang tidak
merata, maka tingkat kemiskinan di negara tersebut akan tetap parah”. 4
Menurut BPS dan Kompas, dari tahun 2014 ke tahun 2015 jumlah kemiskinan
semakin bertambah. Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai
28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan
kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik
menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21 persen pada Maret
2015. Berdasarkan fakta yang dikemukakan oleh BPS tersebut sangat jelas memberikan
bukti bahwa kesejahteraan masyarakat masih jauh dari harapan.
Salah satu penyebab kemiskinan di desa Klepu adalah rendahnya keterampilan
kerja yang dimiliki oleh masyarakat. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat,
organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya 5, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha
pemberdayaan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan peningkatan sumber daya manusia
berupa peningkatan keterampilan (life skill). Adapun bentuk peningkatan ini dapat
dilakukan melalui pemberian latihan kerja, latihan keterampilan, kursus, dan lain-lain.

4 Michael P Todaro, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga I (Erlangga, 1999). 146.


5 Rappaport, J., Studies in Empowerment: Introduction to the Issue, (Prevention In Human Issue, USA,
1984), 3.

66
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Selain peningkatan life skill, dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan sumber
daya alam menjadi produk potensial unggulan daerah. Sebagaimana diketahui, sebagian
besar lahan merupakan daerah pertanian non irigasi dengan komoditi tanaman pangan
utama adalah singkong. 6 Selama ini, masyarakat menjual langsung singkong hasil panen
mereka, baik ke pasar maupun dengan cara diborong oleh pembeli pada saat masih di
kebun dengan harga murah. Selain dijual, sebagian warga juga memanfaatkan singkong
sebagai bahan makanan.
Salah satu tempat strategis sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat
adalah masjid. Hal ini mengingat masjid bukan hanya sebatas tempat ibadah kaum
muslimin, akan tetapi sebagai pusat segala macam kegiatan sebagaimana fungsi masjid pada
zaman Rosululloh SAW, termasuk di bidang ekonomi kreatif. Dari masjid pula diharapkan
semangat masyarakat untuk memajukan Islam di desa Klepu akan kembali berkobar. Dan
saat ini, masjid-masjid yang terdapat di desa Klepu sudah mulai menata diri dalam kegiatan
keagamaan. Bahkan, beberapa masjid telah memiliki kegiatan rutin seperti majlis ta’lim dan
pengajian bulanan, walaupun masih harus diakui bahwa koordinasi yang bersifat kooperatif
antar masjid di wilayah Klepu Sooko Ponorogo masih dibilang belum maksimal. Kondisi
ini perlu untuk dikembangkan secara maksimal agar peran masjid dapat berperan multi
fungsi termasuk dalam pengembangan ekonomi kreatif bagi masyarakatnya. 7 Kondisi ini
akan semakin memudahkan usaha pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat desa Klepu.
Berangkat dari isu tersebut, maka revitalisasi fungsi masjid sebagai benteng
pertahanan umat Islam desa Klepu mutlak diperlukan. Tidak hanya sebagai pusat dakwah
dan kegiatan sosial keagamaan, akan tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Ketika kemandirian dan kesejahteraan ekonomi masyarakat meningkat, maka
upaya kristenisasi yang menggunakan kemiskinan sebagai senjata utama dapat
diminimalisir.
Salah satu masjid yang terdapat di desa Klepu adalah masjid Baiturrohman. Masjid
ini terletak berdampingan dengan balai desa dan gereja. Kondisinya yang berdampingan

6 Chusna and Wahyudi, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Bagi

Komunitas Muslim Marjinal Di Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo.” 2017. 43-56.
7 Observasi 06 April 2016 di Desa Klepu, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.

67
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

dengan gereja terbesar di desa Klepu dan kondisi masyarakat sekitar yang bermata
pencaharian petani dengan tingkat perekonomian menengah ke bawah, menjadikan masjid
ini sebagai pilihan Tim Pengabdian STAIN Ponorogo untuk melaksanakan program
pemberdayaan. Hal ini diharapkan akan mampu menjadikan masjid semakin ramai sebagai
pusat kegiatan umat, tidak hanya pada kegiatan social keagamaan, akan teta pi juga sebagai
pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam pemberdayaan ini adalah action reseach melalui
metode Participatory Rapid Apprasial (PRA) dengan prinsip emancipatory yang melakukan
pengorganisasan masyarakat melalui pendidikan orang dewasa (andragogi). 8 metode
PAR(Participation action Research) terbagi dalam dua tipe, yakni Eksplanatif dan Tematik.
PAR(Participation action Research) Eksplanatif memfasilitasi komunitas/masyarakat
untuk menganalisis kebutuhan, permasalahan, dan solusinya, kemudian merencanakan aksi
transformatif. Sedangkan PAR(Participation action Research) Tematik menganalisis
program yang sudah berjalan, sebagai alat evaluasi dan pengamatan (monitoring). 9
Masyarakat sekitar masjid merupakan aktor utama (main actor), sedangan Tim dari IAIN
Ponorogo tidak lebih dari sekedar “pendamping” yang semaksimal mungkin berusaha
untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi. Jamaah masjid yang menjadi subjek
pemberdayaan inilah yang akan memetakan, merumuskan masalah, membuat rencana
tindak, melaksanakan program kegiatan, memantau dan mengevaluasi setiap implementasi
program. Program ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 27-28 Maret 2021, yang
meliputi motivasi kewirausahaan, pelatihan pembuatan produk makanan berbahan dasar
singkong, serta pelatihan pembuatan laporan keuangan untuk UKM produksi, motivasi
spiritual dari ulama.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

8 Agus Afandi, et.al. Modul Participatory Action Reseacrh (PAR). (Surabaya: Lembaga Pengabdian

Masyarakat (LPM)IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013). 41.


9 Mc Taggart, R. “Races of Participatory Action Research: Reciprocity among educators”. Educational Action

Research Journal. Vol. 5,No. 1, 1997, 40.

68
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Secara geografis, desa Klepu masuk dalam wilayah kecamatan Sooko, terletak di
antara lembah perbukitan ujung lereng barat daya pegunungan Wilis yang terhubung
dengan perbukitan Pegunungan Kidul (Selatan). Kendati terpencil, namun strategis.
Berada di perbatasan Kabupaten Ponorogo dengan Kabupaten Trenggalek. Lahan
pertanian di kawasan ini rata-rata yang kurang subur. Sumber air juga kecil dan semakin
kecil atau bahkan habis, di sepanjang kemarau.
Mayoritas masyarakat desa Klepu adalah petani dengan komoditas utama adalah
singkong, para petani menggantungkan hidup mereka dari hasil penjualan singkong. Dan
mereka tidak memiliki ketrampilan dan pengalaman yang memadai dalam mengolah
singkong sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Saat ini, mereka hanya menjual hasil
panen mereka secara langsung atau mengolahnya secara konvensional.
Pada dasawarsa 1960-an, desa ini termasuk wilayah yang sering mengalami kondisi
kritis dalam ketersediaan pangan, sehingga menjadi lahan strategis gerak Kristenisasi.
Kemiskinan dan kelaparan menjadikan banyak masyarakat desa Klepu rela menukar
akidah mereka.
Bagi umat Islam Kabupaten Ponorogo, Desa Klepu menjadi salah satu garis depan
dalam menghadang gempuran kristenisasi. Selama kurang lebih 40 tahun, desa Klepu
dikuasai kaum salibis melalui kekuasaan kepala desa dan perangkat desa yang memeluk
agama Kristen. Hal ini memberikan angin segar terhadap kegitan kristenisasi di wilayah
tersebut.
Ironisnya, meskipun banyak masyarakat miskin yang masuk Kristen, akan tetapi
tidak sedikit dari mereka yang ketika wafat, keluarga meminta agar perawatan jenazah
sampai pada proses pemakaman dilakukan secara Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat desa Klepu masih memiliki semangat Islam yang kuat. Akan tetapi, beberapa
kondisi perekonimian yang kurang menjadi salah satu penyebab mereka rela menjual
akidahnya.
Setelah 40 tahun dikuasai kaum salibis, masyarakat muslim desa Klepu bertekad
merebut kembali kekuasaan yang ditandai dengan terpilihnya Pratomo, seorang pemuda
muslim, sebagai kepala desa untuk periode 2013–2019. Beliau bersama para takmir masjid

69
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

dan mushola mengupayakan kebangkitan kaum muslimin di desa Klepu serta peningkatan
kesejahteraan dan ketentraman masyarakat. Dan pada perjalanannya, tidak semua program
yang mereka rencanakan dapat berjalan dengan lancar karena adanya beberapa factor
penghambat seperti kurangnya dana dan sumber daya manusia.
Berangkat dari isu tersebut, maka revitalisasi fungsi masjid sebagai benteng
pertahanan umat Islam Klepu mutlak diperlukan. Tidak hanya sebagai pusat dakwah dan
kegiatan social keagamaan, akan tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Ketika kemandirian dan kesejahteraan ekonomi masyarakat meningkat, maka
upaya kristenisasi yang menggunakan kemiskinan sebagai senjata utama dapat
diminimalisir.
Salah satu penyebab utama gelombang kristenisasi yang begitu marak di desa
Klepu adalah masalah perekonomian. Letak geografis desa yang berada di wilayah
pegunungan kering minim air dan sulitnya akses jalan menyebabkan wilayah ini sulit untuk
dijangkau dan sering mengalami krisis pangan.
Disamping itu, masyarakat juga masih awam pengetahuan untuk mengolah hasil
pertanian mereka yang mayoritas hasil panen berupa singkong sebagai komoditas utama
kecamatan Sooko. Mereka menjual langsung hasil panennya ke pasar atau dibeli langsung
oleh para pedagang pada saat panen. Selain itu, sebagian mereka juga mengolah singkong
menjadi makanan tradisional seperti tiwul. Padahal, singkong memiliki nilai gizi yang tinggi
dan dapat diolah menjadi berbagai macam makanan dengan nilai jual yang tinggi.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Tim Pengabdian STAIN Ponorogo
memutuskan untuk melakukan pengabdian masyarakat yang difokuskan pada
pemberdayaan ekonomi kreatif dengan menggunakan bahan dasar singkong sebagai
komoditas utama wilayah tersebut. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan maasyarakat dalam mengolah singkong menjadi berbagai
macam olahan dengan nilai jual tinggi sehingga mampu meningkatkan perekonomian
maasyarakat. Semakin meningkatnya taraf perekonomian mereka diharapkan mampu
meminimalisisr gerak kristenisasi yang semakin marak terjadi.

70
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Adapun langkah-langkah yang dilakukan Tim dalam pelaksanaan kegiatan


revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi kreatif di tengah
kompleksitas problem pluralism komunitas muslim marjinal di desa Klepu kecamatan
Sooko kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut:
Tahap Participatory Assesment
Pada tahap ini pendamping melakukan pengkajian desa secara partisipatif dengan
melakukan proses pemetaan awal. Pemetaan awal merupakan pemetaan yang dilakukan
oleh pendamping untuk mengetahui situasi dan keadaan social yang ada di masyarakat.
Pemetaan ini dilakukan bersama masyarakat. Pada tahap ini ada 2 hal yang dilakukan yaitu
pengenalan terhadap komunitas dampingan dan mengorganisir stakeholder yang berada
di sekitar komunitas dampingan.
Pengenalan Terhadap Komunitas Dampingan
1. Gambaran penduduk Desa Klepu Kecamatan Sooko Ponorogo
Desa klepu merupakan desa yang berada di wilayah kecamatan Sooko kabupaten
Ponorogo dengan luas wilayah 8,80 km2 terletak di antara lembah perbukitan ujung lereng
barat daya pegunungan Wilis yang terhubung dengan perbukitan Pegunungan Kidul
(Selatan) dan berada di perbatasan Kabupaten Ponorogo dengan Kabupaten Trenggalek.
Berikut ini adalah tabel keadaan masyarakat desa klepu kecamatan Sooko kabupaten
Ponorogo.
Tabel 1.
Jumlah penduduk desa klepu tahun 2015
Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki 1.474
perempuan 1.422
Jumlah 2.896

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk desa klepu berjumlah 2.896 jiwa
yang terdiri dari 1.474 laki-laki dan 1.422 perempuan.
Tabel 2.
Jumlah pemeluk agama di desa klepu tahun 2015

71
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Agama Jumlah
Islam 1.835
Kristen protestan 2
Katolik 1.054
Jumlah 2.896

Dari data di atas dari jumlah penduduk 2.896 jiwa terdapat 1.835 orang yang memeluk
agama islam, pemeluk agama Kristen protestan berjumlah 2 orang, sedangkan pemeluk
agama katolik berjumlah 1.054 orang. Dari data tersebut 50% penduduk desa Klepu di
kuasai oleh kaum Salibis.
Tabel 3.
Jumlah rumah tangga sasaran penanggulangan kemiskinan tahun 2015
Program Jumlah
Raskin 312
jamkesmas 312
BLSM 262
Jumlah 886

Dari data di atas jumlah rumah tangga penerima bantuan penanggulangan kemiskinan
terdapat 886 rumah tangga, yakni penerima program raskin 312 rumah tangga, Jamkesmas
312 rumah tangga dan BLSM 262 rumah tangga. Dari data statistika tahun 2015 di ketahui
bahwa jumlah Kepala Keluarga desa Klepu adalah 1005 KK, sehingga kita bisa melihat
bahwa sekitar 85% dari rumah tangga di desa klepu tergolong miskin.
Sumber daya alam potensial di desa Klepu kecamatan Sooko Ponorogo
Berikut adalah diagram venn dari potensi sumberdaya alam yang dihasilkan oleh desa
Klepu kecamatan Sooko kabupaten Ponorogo:
Gambar 1.
Sumber daya alam potensial di desa Klepu
kecamatan Sooko Ponorogo

72
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Dari diagram venn tersebut, diketahui bahwa mata pencaharian utama pendududk desa
klepu adalah bertani. Dari data di atas terlihat bahwa sumber daya alam lokal yang menjadi
andalan desa klepu adalah padi, jagung, dan ubi kayu. Singkong atau ubi kayu menjadi
lomoditas utama desa Klepu yaitu dengan produksi sekitar 326 kwintal di tahun 2015 .
1. Pemetaan Stakeholder
Selain melakukan mamping terhadap kondisi masyarakat desa klepu kecamatan
Sooko kabupaten Ponorogo, tim pengabdian juga melakukan mapping terhadap pihak -
pihak (stakeholder) yang dapat dilibatkan dalam program revitalisasi fungsi masjid sebagai
pusat pemberdayaan ekonomi kreatif limbah singkong. Mapping terhadap pihak-pihak lain
ini bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan, keberhasilan dan keberlanjutan program
pemberdayaan yang dilaksanakan oleh tim pengabdian. Dari riset pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti, maka tim pengabdian dapat menggambarkan diagram venn
stakeholder yang dapat dilibatkan dalam program revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat
pemberdayaan ekonomi kreatif limbah singkong.

Gambar 2.
Bagan Jejaring Stakeholder

73
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Diagram Venn di atas menunjukkan berbagai pihak yang dapat dilibatkan dalam
program revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi kreatif limbah
singkong, dari gambar di atas takmir masjid dan masyarakat petani mempunyai peran yang
penting dalam program revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi
kreatif limbah singkong, kemudian di dukung oleh perangkat desa, Dewan Dakwah
Islamiyyah Indonesia, MUI, UMKM sebagai organisasi yang akan mewadahi proses
distribusi produk, dan BLK sebagai lembaga yang di gandeng oleh tim untuk memberikan
pelatihan ekonomi kreatif limbah singkong, sedangkan STAIN Ponorogo adalah TIM
pengabdian.
Tahap Participatory Planning
Pada tahap ini dilaksanakan program secara partisipatif di dasarkan temuan yang
dilakukan pada tahap awal. Pada tahap ini ada dua hal yang dilakukan pendamping yaitu
merumuskan masalah kemanusiaan dan menyusun strategi gerakan serta
mengorganisasikan masyarakat.
1. Merumuskan masalah kemanusiaan

74
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Komunitas merumuskan masalah yang mendasar mengenai hajat hidup


kemanusiaan yang dialaminya. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan
orang- orang yang lemah atau tidak beruntung seperti persoalan pangan, papan, kesehatan,
pendidikan, kemiskinan dan persoalan utama kemanusiaan lainnya. 10 Adapun persoalan
yang ada ditengah-tengah masyarakat desa klepu adalah kemiskinan masyarakat yang
menyebabkan masyarakat klepu tersebut menggadaikan aqidah mereka, dari muslim ke
Kristen.
2. Menyusun strategi gerakan
Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan
yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik, menentukan pihak yang terlibat
(Stakeholder) dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang
direncanakannya serta mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi
keberhasilan program.
3. Pengorganisasian masyarakat
Komunitas didampingi peneliti membangun pranata-pranata sosial, baik dalam
bentuk kelompok kerja, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata
memecahkan problem sosial secara simultan. Demikian juga membentuk jaringan kerja
antar kelompok, lembaga maupun istansi lain.
Tahap Participatory Action
Tahap ini adalah tahap mengadakan aksi pelaksanaan program bersama masyarakat.
Program ini berupakan program lanjutan dari dua tahap sebelumnya, yang mana program
ini lebih memfokuskan terhadap program aksi pemecahan problem. Aksi memecahkan
problem dilakukan secara simultan dan partisipatif. Program pemecahanpersoalan
kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi
merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga terbangun pranata baru dalam
komunitas dan sekaligus memunculkan community organizer dan akhirnya akan muncul local
leader yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan. Program pemecahan problem yang

10 Jim Ife, Community Development: Creating Community Alternatives, Vision Analysis and Practice ,

(Australia : Longman, 1995), 56.

75
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

dilakukan oleh pendamping adalah dengan mengadakan pelatihan ekonomi kreatif dengan
tema pelatihan ekonomi kreatif pembuatan makanan dari ”limbah singkong” dengan
produk kreatif dari bahan singkong. Program pelatihan ekonomi kreatif pembuatan
makanan dari “limbah singkong” beserta produk kreatif berbahan singkong ini dilakukan
selama 2 kali (2 hari) yaitu tanggal 5 dan 6 November 2016 di masjid Baiturrohman Desa
Klepu kecamatan Sooko kabupaten Ponorogo, dimana setiap harinya memakan waktu 5
jam dengan melibatkan 45 orang yaitu 30 peserta yang terdiri dari ibu-ibu jamaah pengajian
di masjid baiturrahman, 3 pemateri yaitu dari BLK, UMKM kabupaten Ponorogo serta
pakar ekonomi islam STAIN Ponorogo dan 10 panitia yang terdiri dari takmir masji, tokoh
masyarakat dan Tim Pengabdian STAIN Ponorogo. Durasi waktu yang sedemikian rupa
tersebut dimaksudkan agar proses pengabdiannya dapat berlangsung secara lebih intensif
dan matang.
Hari Pertama Kegiatan
1. Pentingnya Berwirausaha Dalam Islam oleh Dian Pratiwi, M.M Dalam materi ini,
pemateri menjelaskan tentang:
a) Anjuran berwirausaha dalam Islam
Islam menganjurkan umatnya untuk berwirausaha sebagai salah satu solusi
dalam menghadapi masalah perekonomian. Islam tidak membenarkan umatnya
untuk selalu bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan persoalan yang
dihadapi, termasuk dalam hal ekonomi. Berwirausaha juga telah dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW sendiri pada masa hidup beliau. Hal ini menjadi motivasi
bagi masyarakat desa Klepu untuk berwirausaha sebagai salah satu solusi
meningkatkan taraf perekonomian mereka.
b) Fiqih dalam bermuamalah
Islam adalah agama yang sempurna. Tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Sang Penciptanya, akan tetapi juga mengatur hubungan antar
umat manusia. Materi ini menjelaskan aturan-aturan yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh masyarakat dalam berinteraksi dengan sesamanya, terlebih
dalam kegiatan jual beli dan berwirausaha.

76
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

2. Teoritik – Pengenalan Singkong dan Kulitnya, manfaat dan kandungan gizi di


dalamnya, pengenalan macam-macam bahan makanan dari kulit singkong dan bahan
makanan dari singkong, Oleh tim BLK ( ibu Mariam);
a. Penjelasan tentang kegunaan singkong dan kulitnya, serta kandungan gizi yang
ada di dalamnya.
b. Cara pengolahan kulit singkong:
1) Pemilihan, pengupasan dan pencucian kulit singkong yang baik.
2) Pemasakan kulit singkong yang baik.
3) Perendaman kulit singkong agar dapat menjadi kripik yang mempunyai daya
jual tinggi.
4) Pengerikan kulit singkong yang baik dan tidak menjadi jamur.
5) Penggorengan kulit singkong agar bertahan 2 minggu tanpa bahan
pengawet.
6) Menu-menu makanan berbahan dasar singkong dan kulit singkong selain
kripik singkong. Kulit singkong dapat diolah menjadi : orak-arik kulit
singkong, stik kulit singkong dan kripik kulit singkong. Sedangkan
singkongnya diolah menjadi lapis singkong dan emping singkong.
c. Praktek 1-Proses perendaman kulit singkong.
d. Praktek 2- Pelatihan pembuatan makanan orak arik dari kulit singkong.
Hari Kedua Kegiatan
1. Pelatihan pembuatan kue dari singkong.
a. Praktek 3 - kue lapis singkong pisang
b. Praktek 4 - kue bolu singkong
c. Praktek 5 - melanjutkan proses pembuatan kripik kulit singkong
2. Pelatihan manajemen pemasaran dengan tema seni menjual. Pada sesi ini masyarakat
dampingan diberi materi bagaimana teknik menjual sesuai dengan sekmen marketing
yang dituju, dan bagaimana pelayanan dari penjual baik dari sisi kualitas dan pelayanan
konsumen. Untuk dapat memasarkan produk dengan baik dan meningkatkan
penjualan, tidak hanya bergantung pada kualitas produk semata. Teknik pengemasan

77
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

produk yang baik dan menarik minat pembeli juga perlu diperhatikan. Sebuah produk
sederhana dapat memiliki nilai jual tinggi ketika kita mampu mengemasnya dengan
baik. Selain kualitas produk dan teknik pengemasan yang baik, sikap ramah penjual
juga berpengaruh terhadap peningkatan penjualan.
3. Selain teknik penjualan, masyarakat juga diberi wawasan tentang bagaimana cara
menganalisa biaya produk dan perhitungan laba rugi yang akan mereka dapatkan. Hal
ini sangat penting karena dapat membantu masyarakat dalam menganalisa laba yang
kan diperoleh setelah setelah dikurangi biaya produksi yang meliputi biaya bahan,
tenaga, juga pengemasan. Dengan adanya analisa biaya tersebut, maka masyarakat
dapat memperkirakan harga jual dan biaya produksi yang harus mereka keluarkan,
sehingga kerugian dapat dihindari.
4. Penyuluhan bimbingan keagamaan
Masyarakat muslim desa Klepu mayoritas adalah kaum muslim abangan.
Mereka memiliki pengetahuan agama yang minim. Dalam bimbingan keagamaan yang
disampaikan pasca kegiatan pelatihan, pemateri menjelaskan tentang anjuran
berwirausaha dalam Islam dan sikap-sikap yang harus dimiliki oleh para penjual sesuai
dengan tuntutan syariat agama Islam.
5. Pembentukan kelompok wirausaha.
Jamaah putri masjid Baiturrohman telah memiliki dua kelompok majlis ta’lim
putrid yang terdiri dari kaum muda dan tua. Dan untuk kelompok wirausaha jama’ah
putrid masjid Baiturrohman disamakan dengan kelompok pengajian majlis ta’lim yang
ada.
Tahap Reflection
Langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah melakukan pencatatan secara
sistematis dan analisa berkala yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat terhadap
informasi yang telah di
pilih selama program berlangsung, sehingga penyesuaian dapat dilakukan. Pada tahap ini
apa yang dilakukan oleh tim pengabdian beserta masyarakat sudah sesuai dengan kriteria

78
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Participatory Action Research (PAR). Kriteria ini menjadi syarat mutlak, syarat yang harus
ada dalam penelitian PAR yang ada antara lain:
1. Relevan dengan kehidupan masyarakat
Penelitian mempunyai keterkaitan dengan kepentingan masyarakat termasuk isu-
isu praktis yang sering dihadapidan selalu dibingkai dalam konteks masyarakat. Penelitian
PAR harus terkait dan dapat dijadikan modal bagi perubahan perbaikan k ehidupan
masyarakat. Penelitian ini tidak boleh di awang-awang, harus aplikatif dan hasilnya dapat
dirasakan serta bermanfaat bagi masyarakat.
Kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan di desa Klepu difokuskan pada
pemberdayaan ekonomi kreatif. Bidang ini diambil dengan melihat bahwa persoalan
ekonomi menjadi permasalahan utama yang menjadi penyebab gerak Kristenisasi di desa
Klepu selama ini. Kondisi masyarakat yang hidup dalam kekurangan menjadi celah
enguntungkan bagi para misionaris. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian
kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur social. 11 Melalui kegiatan pemberdayaan
ekonomi ini, diharapkan mampu membantu masyarakat desa Klepu dalam membuka
wawasan dan kesadaran mereka untuk lebh meningkatkan taraf perekonomian mereka.
Dengan begitu, diharapkan dapat meminimalisir gerak Kristenisasi yang terjadi melalui
factor ekonomi. Bahkan mampu menarik kembali kaum muslim yang telah berpindah
keyakinan menjadi Kristen.
Pemberdayaan ekonomi ini memanfaatkan singkong sebagai bahan dasarnya.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa singkong merupakan komoditi pangan
terbesar yang dihasilkan oleh pertanian desa Klepu kecamatan Sooko kabupaten
Ponorogo. Selama ini masyarakat hanya menjualnya secara langsung pasca panen selain
mengolahnya menjadi makanan tradisional seperti gatot, tiwul, dan tape. Melalui program
pemberdayaan ini, masyarakat dilatih untuk dapat mengolah singkong menjadi berbagai
macam olahan kue. Tidak hanya mengolah singkong menjadi beraneka ragam kue, a kan

11 Swift C. & G. Levin, Empowerment : An Emerging Mental Health Technology, (Journal of Primary

Prevention, USA, 1987), xiii.

79
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

tetapi juga mengolah daun singkong dan limbah kulit singkong yang selama ini mereka
buang sia-sia menjadi produk bernilai jual tinggi.
Dari segi peralatan yang digunakan, merupakan perlengkapan dapur sederhana
yang dimiliki oleh setiap ibu rumah tangga. Hal ini sangat membantu mereka dalam
melakukan produksi olahan berbahan singkong. Kesesuaian bidang yang di ambil, bahan
yang merupakan hasil komoditi pertanian, dan alat produksi sederhana menunjukkan
bahwa program pemberdayaan ekonomi kreatif di desa Klepu kecamatan Sooko
kabupaten Ponorogo ini dinilai telah sesuai dengan kehidupan masyarakat.
2. Partisipatoris
Adanya kerja sama dalam melakukan setiap tahapan penelitian mulai dari rancangan
penelitian sampai diseminasi. Peran dari berbagai pihak, baik dari kalangan akademik
ataupun masyarakat bersifat resiprokal timbal balik yang saling menguntungkan.
Selain partisipatoris, ada istilah lain yang juga digunakan untuk menggambarkan
hubungan timbal balik ini yaitu kolaboratif. Sebagai bentuk partisipatori, para peneliti baik
dari kalangan akademisi maupun yang berasal dari komunitas harus diberi peran yang
setara. Peran ini merujuk pada asas partisipatoris yang dibangun dalam penelitian PAR.
Jika tidak ada pembagian peran, dan pihak akademisi lebih domainan, maka kriteria
PAR belum bisa dipenuhi. Kriteria ini berlandaskan pada PAR lebih mementingkan hasil
yang bermanfaat bagi perubahan komunitas. Tak akan terjadi perubahan hakiki, jika
subyek atau komunitas yang diajak untuk berubah tidak berperan secara signifikan dalam
proses penelitian.
Selain masyarakat, kegiatan ini juga melibatkan berbagai macam pihak atau
stakeholders. Yaitu kepala desa, takmir masjid, BLK Kabupaten Ponorogo, dan para pakar
ekonomi serta tokoh agama. Tim Pengabdian brsama stakeholders menyusun dan
merancang program kegiatan. Dukungan stakeholders nampak pada kemudahan perizinan
pelaksanaan kegiatan yang diperoleh dan kesiapan Tim BLK dalam memberikan pelatihan.
Selama proses pengabdian, mulai dari observasi hingga kegiatan follow up,
masyarakat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Pada saat Tim Pengabdian melakukan
observasi, masyarakat memberikan sambutan yang baik dan antusias yang tinggi. Begitu

80
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

juga pada saat FGD dan persiapan pelaksanaan kegiatan. Mereka bahu-membahu saling
membantu untuk mensukseskan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini diikuti oleh
30 peserta jamaah putri masjid Baiturrohman. Mereka mengikuti kegiatan mulai dari awal
sampai akhir. Dan pada saat kekurangan alat masak, mereka pun dengan sukarela kembali
pulang ke rumah mengambil alat yang dibutuhkan guna memperlancar kegiatan. Fakta-
fakta tersebut menunjukkan bahwa criteria participatoris yang menjadi salah satu cirri dari
pengabdian berbasis PAR telah nampak.
3. Berorientasi pada tindakan
Proses penelitian yang dilakukan dengan cara kolaboratif- partisipatoris berujung
pada adanya perubahan positif yang membawa manfaat yang bisa dirasakan oleh
masyarakat dan mendorong terwujudnya kesetaraan sosial. Karenanya, PAR lebih
menginginkan adanya rumusan-rumusan tindakan nyata dalam penelitian. Tindakan nyata
ini setikdaknya dapat dijadikan ukuran akan adanya perubahan setelah proses penelitian
PAR selesai.
Kegiatan ini diawali dengan mapping masalah dan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan FGD yang mana Tim Pengabdian bersama
masyarakat memilah daftar masalah dan potensi yang ada untuk kemudian diambil yang
paling urgent dan digunakan sebagai focus kegiatan. Dari kegiatan ini, masyarakat dilatih
untuk dapat memilah antara masalah-masalah penting yang mereka hadapi dan
menyelesaikannya dengan memanfaatkan potensi yang mereka miliki.
Selama ini, masyarakat mengolah singkong dengan cara konvensional disamping
dijual langsung pasca panen. Selama ini mereka hanya mengolah singkong menjadi
makanan tradisional. Pelatihan ini memberikan wawasan dan pengalaman baru bagi
masyarakat untuk dapat mengolah singkong menjadi beraneka ragam makanan yang
memiliki nilai jual tinggi, seperti aneka macam kue berbahan singkong, keripik daun
singkong. Dan tidak hanya sebatas singkong dan daunnya saja yang dapat diolah menjadi
produk unggulan, bahkan limbah kulit singkong yang selama ini hanya dibuang sia -sia atau
digunakan sebagai bahan pakan ternak juga dapat diolah menjadi produk unggulan, seperti
kripik kulit singkong, stik, dan orak arik.

81
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Dan pada kunjungan Tim Pengabdian pasca kegiatan pelatihan, masyarakat


menceritakan bahwa mereka telah mulai membuat beraneka ragam produk olahan
singkong. Daun singkong yang awalnya hanya digunakan sebagai sayur, juga mereka ola h
menjadi kripik daun singkong. Begitu juga dengan kulit singkong, yang sebelumnya
mereka buang setelah mereka mengambil singkongnya untuk diolah, saat ini kulit tersebut
mereka olah menjadi aneka makanan sebagaimana yang telah mereka pelajari dalam
kegiatan pelatihan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan positif yang dapat dirasakan
oleh masyarakat pasca kegiatan pemberdayaan.
Pendampingan sebulan kemudian
Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada bidang ekonomi kreatif
berbahan dasar singkong tidak berhenti pada tahap pelatihan saja. Setelah kegiatan
pelatihan pengolahan singkong yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 Maret 2021, Tim
Pengabdian IAIN Ponorogo melakukan tindak lanjut berupa pendampingan terhadap
masyarakat. Hal ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 24 April 2021 dan
02 Mei 2021. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing kegiatan pendampingan yang
telah dilaksanakan:
1. Tanggal 24 April 2021
Pada kunjungan pertama ini, Tim menemui istri takmir masjid baiturrahman yang
merupakan penggerak dari jama’ah putri. Dari hasil percakapan tersebut diketahui bahwa
masyarakat sudah mulai membuat beberapa produk makanan bebrbahan singkong seperti
yang diberikan pada saat pelatihan, meskipun masih sebatas konsumsi keluarga.
Selain istri takmir masjid, Tim juga bertemu dengan beberapa jamaah putri yang lain.
Mereka pun menyatakan hal yang serupa. Meskipun belum berani untuk memproduksi
dalam jumlah besar dan memasuki pasaran, mereka merasa bahagia karena dapat
menyajikan olahan singkong dalam bentuk yang berbeda untuk keluarga. Ada pula warga
yang sudah mulai menggunakan olahan singkong ini sebagai makanan sajian dalam
kegiatan kemasyarakatan seperti yasinan. Walaupun belum mendapatkan keuntungan
financial, setidaknya keberadaan olahan tersebut dapat mengurangi pengeluaran
masyarakat untuk membeli kue sajian.

82
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

Dari kunjungan pertama tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat memberikan


sambutan yang baik terhadap kegiatan pelatihan pengolahan singkong. Mereka memiliki
antusias yang tinggi yang dibuktikan dengan praktik secara mandiri meskipun masih
sebatas konsumsi pribadi dan belum memasuki pasar. Hal ini menunjukkan adanya
perubahan dari masyarakat yang awalnya hanya mengolah singong menjadi gaplek, tiwul
ataupun olahan sederhana lainnya.
2. Tanggal 02 Mei 2021
Pada kunjungan kedua ini, Tim bertemu dengan para jamaah putri masjid
Baiturrahman dan membicarakan rencana tindak lanjut kegiatan yang telah dilakukan
maupun yang akan dilakukan. Dalam kesempatan ini, Tim mendengarkan berbagai macam
keluhan dan aspirasi para jamaah berkenaan dengan pengolahan singkong dan
peningkatan taraf ekonomi masyarakat.
Mereka menyampaikan sejauh mana praktik pengolahan singkong yang telah mereka
lakukan. Mulai dari konsumsi keluarga, kemudian membuat untuk kue sajian kegiatan
yasinan dan pengajian. Bahkan beberapa sudah mulai berani menerima pesanan kue
berbahan dasar singkong.
Limbah kulit singkong yang awalnya hanya dibuang atau sebagai pakan ternak, mereka
olah kembali menjadi kripik maupun orak- arik. Olahan tersebut telah mulai mereka
sajikan dalam berbagai kesempatan.
Masyarakat juga menyampaikan harapan mereka untuk dapat dilibatkan dalam
kegiatan pameran produk local sehingga mereka dapat menunjukkan hasil kreativitas
mereka dan memasarkannya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan penjualan
sehingga dapat meningkatkan taraf perekonomian.
KESIMPULAN
Konsep pemberdayaan ini menjadi penting karena dapat memberikan perspektif
positif terhadap orang yang lemah dan miskin. Komunitas miskin tidak dipandang sebagai
komunitas yang serba rentan dan kekurangan (kurang pendapatan, kurang sehat, kurang
pendidikan, kurang makan, kurang dinamis dan lain-lain) dan hanya menjadi objek pasif

83
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

penerima pelayanan, melainkan sebuah komunitas yang memiliki beragam potensi dan
kemampuan yang dapat diberdayakan.
Salah satu penyebab kemiskinan di desa Klepu adalah rendahnya ketrampilan kerja
yang dimiliki oleh masyarakat. Dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
usaha pemberdayaan ekonomi dapat dilakukan dengan peningkatan sumber daya manusia
berupa peningkatan keterampilan (life skill). Selain peningkatan life skill, dapat pula
dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya alam menjadi produk potensial unggulan
daerah. Data telah menyebutkan bahwa sumber daya alam unggulan desa klepu adalah
singkong, sehingga focus dari program pemberdayaan ini adalah mengolah singkong dan
limbah singkong yang awalnya mempunyai nilai jual yang rendah atau bahkan tidak
mempunyai nilai jual, menjadi suatu produk unggulan yang mempunyai nilai jual tinggi
sehingga di harapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa klepu, yang nantinya akan membendung gerakan kristenisasi.
Secara umum, jamaah masjid berharap bisa menjadi komunitas masyarakat yang
kuat dalam aspek keberagamaan, sosial budaya, sosial ekonomi, pendidikan dan bahkan
sosial politik. Semua itu dibangun di atas landasan kekuatan kolektif yang digali dari nilai-
nilai kebijaksanaan lokal dan agama serta melibatkan sumberdaya ekonomi umat. Jamaah
masjid dan masyarakat sekitarnya diharapkan menjadi masyarakat agamis yang memiliki
kekuatan kolektif untuk membangun ekonomi, budaya, pendidikan dan politik secara
partisipatif dan berpengaruh secara signifikan dalam konteks lokal desa, kecamatan,
kabupaten dan provinsi serta bahkan dalam konteks nasional negara dan internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Agus et.al. Modul Participatory Action Reseacrh (PAR). (Surabaya: Lembaga
Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).

Aliba’ul Chusna and Amin Wahyudi, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat
Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Bagi Komunitas Muslim Marjinal Di Desa Klepu
Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo,” El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama 5, no. 1
(2017).
Chusna and Wahyudi, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi Kreatif
Bagi Komunitas Muslim Marjinal Di Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo .”

84
Indonesian Engagement Journal
Vol. 4 No. 1, June 2023

2017.Fery Diantoro, “Realisasi Program Jimpitan Karang Taruna Bugis Generation Dalam
Meningkatkan Peran Sosial” 1, no. 2 (2020). 162.

Jim Ife, Community Development: Creating Community Alternatives, Vision Analysis and Practice,
(Australia : Longman, 1995), 56.

Mc Taggart, R. “Races of Participatory Action Research: Reciprocity among educators”. Educational


Action Research Journal. Vol. 5,No. 1, 1997.

Rappaport, J., Studies in Empowerment: Introduction to the Issue, (Prevention In Human Issue,
USA, 1984), 3.

Swift C. & G. Levin, Empowerment : An Emerging Mental Health Technology, (Journal of


Primary Prevention, USA, 1987), xiii.

Todaro, M. P. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, : Edisi VI (Jakarta : Erlangga,


Jakarta,1999).

Umar Faruq. “Pendampingan Transformasi Metode Pemasaran Umkm Desa Crabak Dari
Tradisional Ke Digital” Crabak Dari, Tradisional Ke, And Iain Ponorogo, 3, no. 2
(2022): 1–23.

85

Anda mungkin juga menyukai