Konservasi Budaya Betawi Melintasi Kesenian Khas Masyarakat Betawi Ondel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

KONSERVASI BUDAYA BETAWI MELINTASI

KESENIAN KHAS MASYARAKAT BETAWI


ONDEL-ONDEL DI SETU BABAKAN

KARYA TULIS
Disusun Guna Melengkapi Tugas Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Penilaian
Akhir Semester (PAS) Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023

Disusun Oleh:

SALSABILA HANA HANIFA

SMA YAPPENDA

Jl. Swasembada Timur 5 No.10, Rt.6/RW.10,KB.Bawang, Kec. Tj Priok Kota Jakarta Utara, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................4
1. Latar Belakang............................................................................................4
2. Rumusan Masalah.......................................................................................5
3. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
4. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
BAB 2...................................................................................................................7
LANDASAN TEORI............................................................................................7
1. Deskripsi Teori............................................................................................7
2. Penelitian yang Relevan..............................................................................8
3. Kerangka Berfikir........................................................................................9
4. HIPOTESIS TINDAKAN.........................................................................10
BAB 3.................................................................................................................11
METODE PENELITIAN...................................................................................11
A. Jenis Penelitian...........................................................................................11
1) Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................11
2) Data Primer.................................................................................................11
3) Data sekunder..............................................................................................11
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadiran Allah SWT yang melimpahkan petunjuk, rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis ini yang berjudul

"Konservasi Budaya Betawi Melintasi Kesenian Khas Masyarakat Betawi Ondel-Ondel di

Setu Babakan".

Dengan ini penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini tidak akan tersusun baik tanpa

adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam kegiatan maupun dalam penyusunan Karya Tulis ini. Pada bagian ini Penulis ingin

mengucapkan banyak terima kasih kepada pribadi-pribadi berikut :

1. Bapak Wahyu Dawam Budi Utomo, M.Pd selaku Kepala sekolah SMA YAPPENDA

2. Bapak Rachman Teguh Sukma Julio, S.Pd selaku pembimbing dalam menyusun karya

tulis ini, Bapak Helmi Rifkyansyah, S.Pd selaku wakil kelas X IPS 5

3. Bapak dan ibu orangtua yang telah memberikan dorongan secara material dan

spiritual kepada Penulis hingga karya tulis ini selesai.

4. Untuk teman-teman kelas X IPS 5 yang saling mendukung dan memberikan semangat

selama melakukan penyusunan Karya Tulis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan

juga pembaca. Penulis sadar bahwa Karya Tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Karena keterbatasan pengetahuan penulis, Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca


Penulis

Salsabila Hana Hanifa


BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan identitas masyarakat itu sendiri, Budaya terbentuk dari

berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, perkakas,

bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni. Seni dan budaya merupakan produk dari

kreatifitas manusia yang digunakan sebagai alat ekspresi keinginan, pemikiran dan

pemahaman terhadap alam&Iingkungan. Dengan memasukkan unsur keindahan dan

kebenaran subjektif maupun universal, seni dan budaya berkembang dan diterapkan

dalam masyarakat. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam suku dan

budaya, salah satunya adalah suku Betawi. Tradisi Budaya Etnis Betawi sangatlah

beragam, baik dalam tradisi keseniannya, upacara, kuliner, sastra dan lain-lain. Salah

hasil kebudayaan Betawi adalah keseniannya yaitu Onde-ondel.

Ondel-ondel merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Betawi yang dimaknai

sebagai budaya yang sakral dan digunakan untuk ritual persembahan kepada roh-roh

leluhur. Ondel-ondel merupakan salah satu kesenian khas dari suku Betawi yang

berbentuk sepasang boneka, laki-laki dan perempuan yang berbentuk raksaksa. Tinggi

ondel-ondel biasanya memiliki rentang 2,5 sampai 3 meter. Ondel-ondel memiliki wajah

yang seram untuk laki-laki dan wajah yang lembut untuk perempuan. Dalam

pementasannya, ondel-ondel dimainkan dengan diiringi oleh grup grup musik dengan

menggunakan lagu dan alat musik khas Betawi.

Pertunjukan ondel-ondel biasanya diiringi tanjidor atau kelompok orkes kampung,

yang terdiri dari beberapa alat musik, seperti kendang, gong, kenong, bas, dan sukong
sebagai suara melodinya. Melodi yang keluar dari sukong biasanya lagu-lagu tradisional

Betawi, seperti “Kicir-kicir” dan “Jali-jali”. Hanya saja, seiring perkembangannya, kini

ondel-ondel tidak hanya diiringi oleh musik tradisional. Banyak seniman yang juga

memadukannya dengan berbagai musik yang sedang populer. Di tengah gempuran

modernisasi dan maraknya dunia hiburan digital, perajin ondel-ondel semakin jarang

ditemukan. Hal tersebut tentu berimbas pada semakin sulitnya menemukan pementasan

ondel-ondel di Jakarta. Kalaupun ada, hanya pada waktu-waktu tertentu saja, seperti pada

hari ulang tahun Kota Jakarta dan hari Kemerdekaan 17 Agustus. Karenanya, dibutuhkan

perhatian lebih untuk tetap menjaga dan melestarikan kesenian tradisional asli Betawi ini

agar tidak punah tergerus zaman.

Seiring dengan perkembangan jaman ondel-ondel sudah tidak lagi menjadi benda

yang sakral dan juga tidak lagi digunakan untuk ritual persembahan. Ondel-ondel masa

kini tidak lebih hanya dijadikan hiasan atau digunakan untuk matapencarian masyarakat

Betawi. Ternyata seiring perkembangan jaman arus modernisasi, ondel-ondel ternyata

masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah ibu kota Jakarta. Dikatakan bahwa

memang ondel-ondel kini telah mengalami pergeseran makna, yang kemudian pergeseran

tersebut dikarenakan arus modernisasi, kesenian budaya betawi, ondel-ondel ini yang

semula sebagai alat kesenian kini berubah fungsi menjadi sebuah alat komersil oleh

sebagian kelompok orang di wilayah kota Jakarta dan sebagiannya.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah cara masyarakat Betawi untuk melestarikan kebudayaan tersebut?

2. Apakah benar bahwa ondel-ondel sudah berubah fungsi dari kesenian menjadi sarana
alat komersil ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan informasi mengenai pergeseran makna budaya ondel-ondel pada

jaman dahulu dan sekarang oleh masyarakat Betawi modern.

2. Agar ondel ondel kembali dipergunakan sebagai mestinya


4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi terkait perkembangan kesenian Ondel-ondel terkini.

2. Memberikan informasi terkait perkembangan kesenian Ondel-ondel terkini.

3. Dapat menambahkan wawasan tentang ondel-ondel yang semestinya

4. Menjadikan kebudayaan Betawi yang lebih bermanfat dan berguna bagi orang lain

tentunya dalam hal dampak positif.


BAB 2
LANDASAN TEORI

1. Deskripsi Teori
Ondel-Ondel adalah penolak bala atau kesialan. Boneka besar itu dulu dikenal

dengan nama 'Barongan'. nama Ondel-Ondel yang sering kita dengar, ternyata berasal

dari kata ‘gondel-gondel’ yang memiliki arti menggantung atau bergandul. Kata

tersebut didasari oleh gerakan Ondel-Ondel yang acapkali berayun ketika berjalan.

Bentuknya yang tinggi-besar rupanya dianggap ampuh sebagai penolak bala.

Selain itu, dari segi kesenian, tinggi 2.5 meter dengan diameter 80 cm ini juga dibuat

agar manusia mudah untuk masuk ke dalam badan ondel-ondel dan dapat leluasa

menggerakkannya.

Bahan yang digunakan untuk baju Ondel-Ondel pun terbilang banyak. Bahan

sepanjang sepuluh meter diolah untuk membuat baju adat Betawi raksasa dengan

model kurung, lengkap dengan selendangnya.

Membuat Ondel-Ondel tidak bisa sembarang dibutuhkan sesajen berisi bubur

merah-putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga tujuh macam, serta asap kemenyan.

ketika sudah selesai dibuat, Ondel-Ondel juga diberikan sesajen dan dibasuh dengan

asap kemenyan yang disertai dengan mantera-mantera. Tak hanya itu, pemain ondel-

ondel juga senantiasa melakukan ritual pembakaran kemenyan. ‘Ngukup’ begitulah

masyarakat Betawi menyebut ritual tersebut.


Telah diturunkan dari generasi ke generasi, dan budaya ini mengandung simbol

dan makna yang dalam. Topeng merah laki-laki penyeberang berarti laki-laki harus

berani dan berani, sedangkan topeng perempuan berarti mereka harus menjaga

kesucian.

Bunga kelapa di atas goyangan berarti kekuatan. Pohon kelapa memiliki akar yang

kuat sehingga seluruh elemen tubuhnya dapat dimanfaatkan. Sepasang Ondel-Ondel

Betawi juga memiliki nama, yaitu Kobar untuk anak laki-laki dan Borah untuk anak

perempuan. Kobar melambangkan bahwa manusia harus mencari nafkah di dunia ini,

sedangkan Borah adalah lambang akhirat, yaitu manusia harus selalu berbuat baik dan

mengingat Tuhan.

Beberapa bentuk Ondel-Ondel Betawi menakutkan dengan kepang dan gigi taring.

Maksudnya agar roh jahat itu takut pada wajah raksasa yang menakutkan itu, agar

tidak mengganggu manusia. Selain itu, ada banyak sesajen dan upacara sebelum

pertunjukan Ondel-Ondel Betawidengan tujuan pengusiran setan dan filosofi hidup

Saat ini pertunjukan ondel-ondel lebih sedikit karena generasi modern lebih

menyukai hiburan seperti film atau band. Namun, di Jakarta, Ondel-Ondel masih sering

ditemukan, baik untuk hiburan atau pesta atau hanya untuk pertunjukan

2. Penelitian yang Relevan


Menurut Sinta Paramita (2018) dalam penelitiannya yang berjudul

“PERGESERAN MAKNA BUDAYA ONDEL-ONDEL PADA MASYARAKAT

BETAWI MODERN” menjelaskan bahwa masyarakat Betawi mengalami permasalahan

dibidang sosial dan ekonomi yang menimpa mereka. Oleh sebab itu mereka berfikir
kreatif, salah satunya dengan mengemas ondel-ondel menjadi sesuatu yang menarik

untuk masyarakat luas. Raspel (Komunitas ondel-ondel) mereka berupaya mengajak

para remaja dan dewasa yang belum memiliki pekerjaan, untuk memanfaatkan

waktunya dengan melakukan pertunjukkan ondel-ondel, dibandingkan hanya berdiam

diri atau melakukan hal-hal negatife. Dengan mengemas ondel-ondel menjadi bahan

komuditas yang menarik, Raspel berharap dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat

Betawi. Namun banyak komunitas ondel-ondel lain, membuat ondel-ondel menjadi

hiburan jalanan, Hal tersebut yang membuat ondel-ondel dipandang sebelah mata oleh

masyarakat. Raspel berharap budaya ondel-ondel tetap dikomunikasi secara menarik,

sehingga masyarakat luas dapat menikmati ondel-ondel secara yang baik.

Menurut Bapak Bambang anggota Respal (Komunitas ondel-ondel) Pada jaman

dahulu, pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik waktu membentuk

wajahnya (kedok) demikian pula pada waktu menganyam badannya dengan bahan

bambu. Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disediakan sesajen. Demikian pula ondel-

ondel itu dulu dikenal dengan nama 'Barongan' yang sudah jadi, disediakan sesajen

seperti bir pletok, kopi, teh, ayam hitam, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh

halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat

penyimpanan, bila akan berangkat main, senantiasa dilakukansesajen. Oleh karena itu,

membuat ondel-ondel tidak bisa sembarangan.

Ondel-ondel saat ini telah mengalami pergeseran makna. Hal ini dapat dilihat dari

kegunaan ondel-ondel saat ini dalam acara pernikahan adat Betawi hanya berupa hiasan

saja. Padahal pada jaman dahulu ondel-ondel ikut menyemarakkan acara dengan

mengiringi calon pengantin. Yang kedua, jika ditinjau dari tradisinya, pada jaman

dahulu sebelum pertunjukkan ondel-ondel dimulai, para pemain harus menyiapkan

sesajen untuk memanggil rohroh leluhur yang dapat memberi kekuatan bagi pemain
yang menopang rangka ondel-ondel tersebut. Dan pada jaman modern para pemain

tidak perlu lagi mempersiapkan sesajen untuk memanggil roh-roh para leluhur mereka.

Selanjutnya yang ketiga, yaitu jika dilihat dari bahan pembuatan rangka ondel-ondel

tersebut, pada jaman dahulu rangka ondel-ondel menggunakan bahan yang berat seperti

rotan dan wajahnya terbuat dari koran yang sudah diblender lalu dibentuk menyerupai

wajah laki-laki dan perempuan. Lalu diwarnai sesuai dengan kepribadian dan nama

ondel-ondel tersebut. Sedangkan jaman modern, rangka ondel-ondel dibuat lebih ringan

dengan menggunakan bahan bambu guna meringankan beban pada rangka ondel-ondel

dan wajahnya menggunakan bahan fiber. Jadi pada komunitas Raspel semua rangka

ondel-ondel dibuat dan dihasilkan sendiri, kemudian dipakai untuk melakukan

pertujukan ondel-ondel guna mendapatkan saweran untuk menunjang kehidupan

mereka.

3. Kerangka Berfikir

PROSES SOSIAL

ASOSIATIF DISOSIATIF
4. HIPOTESIS TINDAKAN
1. Agar kebudayaan Betawi ini tidak punah atau hilang, maka harusnya dibuat atau

diadakan kegiatan festival seni dan budaya Betawi yang mungkin dapat

mempererat silaturahmi sesama warga.

2. Ondel-ondel dijadikan alat mencari nafkah tanpa memperdulikan kelestarian

budaya dan sejarahnya dan berubah menjadi alat komersil yang sebelumnya

digunakan sebagai alat kesenian yang menghibur, maka dengan teknik etnografi

komunikasi akan penulis temukan hasilnya melalui wawancara mendalam key

informan dan informan.


BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penyusun dalam mendapatkan data yang, jelas dan nyata dengan cara melakukan

survei ke tempat atau lokasi sehingga akan mendapat data yang lebih banyak sesuai

dengan kenyataan di objek wisata setubabakan.

B. Sumber Data

1. Waktu dan Tempat Penelitian


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada Senin, 24 Oktober 2022 di

Perkampungan Budaya Betawi Jl. RM Kahfi II RT.013/008 Srengseng Sawah

Jagakarsa Jakarta Selatan

2. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama dilokasi penelitian.

Data primer diperoleh dengan cara kuisioner atau angket.

3. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari data kedua atau sumber yang

dilakukan dalam penelitian ini. Data sekunder didapatkan dengan cara studi

kepustakaan dan pencatatan dokumen. Yaitu dengan mengumpulkan dan mengolah

data.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Pustaka
Dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis menggunakan sumber data

berupa literatur dalam bentuk cetak, jurnal-jurnal dan literatur dalam bentuk

elektronik yang memiliki kaitan dengan tujuan dan objek penulisan.


2. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan mengenai suatu objek secara

langsung dan mendetail yang berguna untuk mendapatkan informasi mengenai

objek yang diteliti.Dalam melakukan kegiatan observasi haruslah sistematis

dan

dapat dipertanggung jawabkan fakta sebenarnya. Selain itu, objek yang

diamati

dalam kegiatan observasi harus nyata dan diamti secara langsung

Anda mungkin juga menyukai