Konsep Berpikir Kritis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

ILMU DASAR KEPERAWATAN ETIKA BUDAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Proses keperawatan dan Berpikir Kritis
Dosen Pengampu:
Maria Pujiastuti S.Kep.,NS.,M.Kep.

Disusun oleh:
Tasya R.K Simarmata 231103062
Pramita Trianingsih 231103061
Triana Amelia 231103038
Riris Syahdila 231103058
Padia Agnesia 231103041
Mahdiah Naila Pasaribu 231103055

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS EFARINA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas
berkat,rahmat dan karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Ilmu Dasar Keperawatan Etika Budaya” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia Yang diberikan oleh ibu Maria Pujiastuti
S.Kep.,NS.,M.Kep.
Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam
menyusunnya, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.Ibu Maria Pujiastuti S.Kep.,NS.,M.Kep. selaku dosen mata kuliah
Proses Keperawatan Dan Berpikir Kritis yang telah memberikan tugas
makalah ini dan memberi pengarahan kepada kami.
2.Teman-teman kelas S-1 Keperawatan Semester 1(B) yang telah
membantu dan memberikan dorongan untuk Menyusun makalah ini.
3.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu tersusunnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami meminta maaf kepada para
pembaca.Tentunya kami mengharapkan kritik dan saran atau pun
masukan dari para pembaca yang dapat membantu kami untuk
membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.Akhir kata,
kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR ...................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B.Rumusan Masalah ......................................................................1
C.Tujuan Penulisan ........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengumpulan Data......................................................................1
B.Pengelompokan Data...................................................................1-2
C.Analisa.........................................................................................2-3
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..................................................................................7
B.Saran ...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat adalah
kompetensi kultural. Seorang perawat yang memiliki kompetensi kultural akan
mempedulikan dan peka terhadap kebutuhan budaya pasien yang menerima
asuhan keperawatan. Pada saat ini, kompetensi kultural perawat di Indonesia
masih belum menjadi perhatian, mayoritas perawat belum dipersiapkan
kompetensi kulturalnya selama proses pendidikan. Kurangnya kompetensi
kultural perawat dapat berakibat pada banyaknya masalah dalam berinteraksi
antara pasien dan perawat.

I.2 Rumusan Masalah

1.Apa dan bagaimana ilmu dasar keperawatan etika budaya dalam proses
diagnosis yaitu pengumpulan data?
2.Jelaskan Ilmu dasar keperawatan etika budaya dalam proses diagnosis yaitu
pengelompokan data?
3.Jelaskan ilmu dasar keperawatan etika budaya dalam proses diagnosis yaitu
analisa?

I.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun untuk memberi penjelasan kepada pembaca


tentang Ilmu dasar keperawatan etika budaya dalam proses diagnosis yang
tentunya dapat menambah wawasan dan juga pengetahuan terkait bagaimana
seorang perawat harus bersikap dengan meperhatikan aspek etika
budaya.Sementara bagi penulis, tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Proses Keperawatan Dan Berpikir Kritis dan mendalami Materi
Tentang Konsep Berpikir Kritis.

1
BAB I
PEMBAHASAN
A.Berpikir kritis dalam proses keperawatan
Teori Ignatavicius & Workman (2006) yang mengungkapkan bahwa
berfikir kritis merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh perawat agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas karena berfikir kritis sangat
berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penilaian klinis yang tepat.
Hariyati (2014) mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan yang
tepat tentunya harus didasari dengan kemampuan seorang perawat dalam berfikir
secara kritis. Perawat harus mampu mengidentifikasi masalah pasien dan memilih
solusi intervensi yang tepat, karena perawat akan menghadapi bermacam-macam
situasi klinis yang berhubungan dengan pasien dimana hal ini tak lepas dari
kemampuan perawat dalam berfikir krittis, karena dengan berfikir secara kritis
perawat dapat mengambil keputusan secara sistematis dan tepat dalam setiap
tahapan asuhan keperawatan yang dilakukan.

Kiki,dkk(2016). Pengaruh Berfikir Kritis Terhadap Kemampuan Perawat


Pelaksana Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit
Hermina Bekasi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of
Holistic Healthcare),(12).1.21-25

B.Komponen komponen dalam proses keperawatan.


 1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, psiko, sosial, dan spiritual
dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu pengumpulan
data, analisa data, dan penentuan masalah keperawatan.

 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara jelas untuk
meningkatkan status kesehatan.

2
 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
memberikan perawatan kepada pasien. Intervensi yang terorganisasi
dengan baik dapat mmemudahkan perawat mengidentifikasi tindakan
keperawatan secara jelas. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan
konsisten.

 Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
pasien.

 Evaluasi Perencanaan
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan cara
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.

Polopadang,vony,Hidayah,N.2019.Proses Keperawatan pendekatan teori dan


praktik.Gowa:Yayasan Pemberdayaan masyarakat indonesia cerdas.

C. Perbandingan terminology berpikir kritis,Clinical reasoning,


dan clinical judgment.
 Clinical reasoning a specific term is the process you use to think about
issues at the point of care-for example, deciding how to prevent and
manage patient problems. For reasoning about other clinical issues (e.g.,
teamwork, collaboration, and streamlining work flow), nurses usually use
the term critical thinking.
 Critical thinking a broad term-includes reasoning both outside and inside
of the clinical setting. Clinical reasoning and clinical judgment are key
pieces of critical thinking in nursing.

3
 Clinical judgment refers to the result (outcome) of critical thinking or
clinical reasoning-the conclusion, decision, or opinion you make after
thinking about the issues

Translate/Terjemahan.

 Penalaran klinis, istilah spesifiknya, adalah proses yang Anda gunakan


untuk memikirkan permasalahan di titik perawatan—misalnya,
memutuskan bagaimana mencegah dan menangani masalah pasien. Untuk
memikirkan masalah klinis lainnya (misalnya kerja tim, kolaborasi, dan
penyederhanaan alur kerja), perawat biasanya menggunakan istilah
berpikir kritis.
 Berpikir kritis dalam istilah yang luas mencakup penalaran baik di luar
maupun di dalam lingkungan klinis. Penalaran klinis dan penilaian klinis
merupakan bagian penting dari pemikiran kritis dalam keperawatan.
 Penilaian klinis mengacu pada hasil (outcome) dari pemikiran kritis atau
penalaran klinis-itu kesimpulan, keputusan, atau opini yang Anda buat
setelah memikirkan permasalahannya.

Berpikir kritis adalah apa yang Anda lakukan ketika Anda memeriksa
keyakinan-keyakinan Anda dan orang lain- dan bertanya pada diri sendiri: bukti
apa yang mendukung keyakinan ini, dan apa bukti bahwa keyakinan tersebut
salah? Anda menggunakan alasan ketika Anda melakukan ini. Penalaran yang baik
menghindari kesalahan logika dan menghasilkan berdasarkan informasi faktual.
Alfaro,R.2013.Critical Thinking /Clinical Reasoning,And Clinical
Judgment A practical Approach.Usa:Jeff Patterson.

D.Tahapan tahapan proses penyelesaian masalah.


Proses Berpikir kritis dalam memecahkan masalah terbuka berbasis Polya
antara lain:
 Memahami Masalah (Memberikan penjelasan yang
sederhana,Fokus pada masalah).
 Menyusun Rencana (Membangun keterampilan lanjut,Menentukan
cara yang dipakai untuk menyelesaikan masalah).
 Melaksanakan Rencana (Mengatur strategi dan teknik,Menentukan
dan menuliskan solusi dari permasalahan)

4
 Melihat kembali (Menyimpulkan dan mengevaluasi,menentukan
kesimpulan,menentukan alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah.

Doni,dkk(2017).Proses berpikir kritis dalam memecahkan masalah terbuka


berbasis polya .Kadikma.(8).3.162-172.

E.Tahapan tahapan yang digunakan untuk membuat keputusan


Tahapan pengambilan keputusan merupakan langkah-langkah yang
dilakukan oleh pemimpin dalam memutuskan dan menggunakan keputusan
terbaik. Tahapan pengambilan keputusan tersebut seperti yang dijelaskan oleh
Stoner (1990) sebagai berikut:
1. Analisis Situasi
Analisis situasi merupakan proses menganalisa kondisi lingkungan
internal dan eksternal organisasi untuk yang dilakukan untuk menggali, menilai
dan mengevaluasi segala bentuk permasalahn organisasi sebelum pembuat dan
pengguna keputusan memutuskan suatu alternatif perbaikan masalah .
2. Pengembangan Alternatif
Setelah melakukan Analisa situasi organisasi, maka langkah selanjutnya
adalah pengembangan alternatif keputusan yang dilakukan dengan Menyusun dan
mengumpulkan beberapa alternatif keputusan yang memungkinkan untuk
menyelsaikan masalah organisasi dan berdampak positif terhadap kinerja
organisasi. Pengembangan alternatif dilakukan dengan mengembangkan beberapa
alternatif yang dapat dilaksanakan dan harus dipertimbangkan konsekuensi yang
mungkin dari tiap-tiap alternatif (Rohayuningsih & Handoyo, 2015).
3. Evaluasi Alternatif
Setelah berbagai alternatif keputusan terumuskan, maka berikutnya adalah
mengevaluasi masing-masing alternatif dengan mempertimbangkan urutan
urgensitas alternatif yang telah dibuat dengan memperhatikan dampak negative
dan positif yang akan ditimbulkan oleh masing-masing alternatif. Setelah
alternatif dikembangkan, maka alternatif tersebut harus dievaluasi dan
dibandingkan dengan memperhatikan bahwa alternatif terpilih nanti memberikan
hasil yang paling menguntungkan dan paling kecil kerugiannya (Rohayuningsih &
Handoyo, 2015). Mengevaluasi setiap alternatif dengan seksama, hal ini dilakukan
dengan menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria melalui kelebihan dan
kekurangan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternatif tersebut di evalusi
(Robbins & Judge, Rizky, 2020).

5
4. Pemilihan Alternatif
Terbaik Memilih alternatif adalah proses menetapkan penggunaan alternati
untuk memecahkan masalah organisasi supaya dapat mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya (Rohayuningsih & Handoyo, 2015). Pemilihan
satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi karena akan
menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya (Anwar, 2014).
Penentuan pilihan solusi atau keputusan ini dalam tahapan pembuatan keputusan
merupakan tahapan yang sangat kritis dan sangat menentukan yang mana pembuat
keputusan atas dasar semua pilihan yang tersedia, dengan berbagai resiko, dampak
dan peluang akhirnya harus sampai pada suatu titik pilihan keputusan. Pilihan ini
harus diambil dengan kecermatan, kejelian, keberanian, tanggung jawab, dan
komitmen yang besar (Suryadi, n.d).
5.Melaksanakan Alternatif
Pelaksanaan keputusan terpilih merupakan tahap dimana pembuat dan
pelaksana keputusan mulai mengaplikasikan keputusan terpilih dan sudah
disepakati bersama. Pengaplikasian keputusan ini agar berjalan dengan sukses,
maka perlu melibatkan seluruh sumber daya manusia dalam tim untuk saling
bahu-membahu mensukseskan keputusan terpilih untuk mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan.
Johanna(2022).Tahapan Pengambilan Keputusan (Kajian Teoritis dari James
A. F. Stoner). Jurnal Ekonomi dan Manajemen.(02).2,263-274.

6
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan.
Perawat perlu memiliki kompetensi kultural agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang peka terhadap kebutuhan pasien termasuk kebutuhan
yang sesuai dengan kebudayaannya. Kompetensi kultural merupakan sekumpulan
keterampilan dan perilaku yang memungkinkan perawat bekerja secara efektif di
dalam konteks kebudayaan pasien (Lampley, Little, BeckLittle, & Yu Xu, 2008).
Berkaitan dengan Pendapat Shearer dan Davidhizar (2003), bahwa
kompetensi kultural merupakan suatu kemampuan untuk merawat pasien secara
peka budaya.Kemampuan memberikan asuhan keperawatan secara peka budaya
merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seluruh perawat di
dunia termasuk di Indonesia (PP-PPNI, 2010).
Disamping itu Pengetahuan budaya sangat diperlukan oleh perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Hal tersebut dapat memudahkan perawat untuk
menyesuaikan diri, menghindari misunderstanding, mencegah komplain dan rasa
tidak nyaman serta memberikan pelayanan keperawatan yang lebih baik.
Sikap perawat terhadap klien atau keluarga yang melakukan suatu
ritual/pengobatan yang sesuai keyakinannya akan dibiarkan saja sejauh hal
tersebut tidak mempengaruhi kesembuhan atau kesehatan pasien. Akan tetapi
perawat juga melakukan negosiasi atau bahkan melarang apabila aktivitas tersebut
mengganggu kesehatan dan tidak diijinkan oleh dokter.
B.Saran.
Dalam proses penulisan makalah ini,penulis menyadari bahwa Tulisan ini
jauh dari kata sempurna.Untuk itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun.Agar Kedepannya penulis mampu menyajikan makalah yang
lebih baik dan berkualitas dari sebelumnya.

7
Daftar Pustaka
Dari buku:
Alfaro,R.2013.Critical Thinking /Clinical Reasoning,And Clinical
Judgment A practical Approach.Usa:Jeff Patterson.
Polopadang,vony,Hidayah,N.2019.Proses Keperawatan pendekatan teori
dan praktik.Gowa:Yayasan Pemberdayaan masyarakat indonesia cerdas.

Dari Jurnal:

Doni,dkk(2017).Proses berpikir kritis dalam memecahkan masalah terbuka


berbasis polya .Kadikma.(8).3.162-172.

Johanna(2022).Tahapan Pengambilan Keputusan (Kajian Teoritis dari


James A. F. Stoner). Jurnal Ekonomi dan Manajemen.(02).2,263-274.

Kiki,dkk(2016). Pengaruh Berfikir Kritis Terhadap Kemampuan Perawat


Pelaksana Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Hermina
Bekasi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic
Healthcare),(12).1.21-25

Anda mungkin juga menyukai