Bahan Ajar Konservasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

Kode Mata Kuliah : HTA25P

Semester 4 T.A. 2021/2022

DIV Keperawatan Gigi

KONSERVASI GIGI II
Pengampu :
Asriawal, S.Si. T ., M.MKes
Drg. Surya Irayani Yunus, M.MKes

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
Bahan Ajar Konservasi Gigi

BAB I

INSTRUMEN KONSERVASI GIGI

I. Kompetensi Dasar

Pada akhir perkuliahan, mahasiswa di harapkan mampu mengetahui alat-alat atau


instrumen yang di gunakan dalam konservasi gigi
II. Materi
Konservasi gigi merupakan suatu bidang kedokteran gigi yang meliputi pengembalian
fungsi dan restorasi estetik dari jaringan keras gigi yang berhubungan dengan ilmu dan
seni dari kedokteran gigi yang meliputi diagnosis,perawatan, dan prognosis dari suatu
efek pada jaringan keras gigi serta membutuhkan suatu koreksi berupa restorasi gigi.
Berikut merupakan instrumen-instrumen yang di gunakan dalam konservasi gigi :
1. Alat diagnostik
a. Kaca mulut
1) Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung oleh mata
2) Membantu memperluas daerah pekerjaan dengan menahan pipi, lidah dan
bibir
3) Mengetahui ada tidaknya lubang gigi (karies)
4) Melihat hasil preparasi (tumpatan)
5) Melihat kelainan rongga mulut
6) Tangkai pada ujungnya dapat di gunakan untuk pemeriksaan dengan cara di
ketuk (di perkusi) dan drag (di gigit) Di beri tekanan pada gigi
b. Sonde halfmoon
1) Mencari karies dan kedalamannya
2) Memeriksa adanya debris dan calculus
3) Mengetahui adanya perforan pulpa
4) Tangkai untuk perkusi
5) Mengetahui tumpatan/tumpatan sudah rata atau belum

Bahan Ajar Konservasi Gigi

c. Sonde lurus
Dapat di gunakan pada pemeriksaan karies yang dalam dan membantu
memasukkan bahan pengisian saluran akar.
d. Pinset
1) Menjepit kasa, kapas, tampon dan cotton roll
2) Untuk mobility yaitu menggoyangkan gigi sampai derajat keberapa
e. Ekskavator
1) Membersihkan jaringan karies yang lunak dan kotoran kotoran makanan
yang terdapat di dalam kavita
2) Membongkar tumpatan sementara
2. Cheek retraktor
Untuk menahan pipi
3. Semen stopper/plugger
Untuk memasukkan dan meratakan cement lining (basis) ke dalam kavita
4. Spatula semen/cement spatle
Untuk mengaduk cement atau fleatser di atas mixing slab
5. Amalgam pistol/carrier
Untuk memasukkan amalgam ke dalam kavita terutama rahang atas
6. Amalgam carver
Untuk mengukir/membentuk tumpatan/tambalan amalgam yang di sesuaikan
dengan anatomi
7. Amalgam stopper
Untuk menekan amalgam di dalam kavita supaya padat
8. Amalgam burnisher
Untuk menghaluskan tumpatan amalgam
9. Mortal dan pastle
Untuk mengaduk alloy dan air raksa/Hg
Bahan Ajar Konservasi Gigi

10. Amalgamator
a. Bekerja dengan tenaga listrik
b. Untuk mengaduk alloy dan air raksa/Hg
11. Timbangan amalgam
Untuk menimbang alloy dan air raksa/Hg
12. Plastis filling instrument
a. Untuk mengambil dan membawa bahan tambalan sementara, silikat, cement
phosphate dari lempengan kaca ke kavita.
b. Untuk membentuk tambalan di atas pada bagian bukal/lingual/palatal/aproximal
13. Glass slab/mixing slape
Tempat mengaduk fletser, cement phosphate, silikat
14. Gunting kecil
Untuk memotong celluloid strip atau articulating paper
15. Deppen glass
Tempat meletakkan bur-bur
16. Petridisk
Tempat meletakkan jarum-jarum
17. Matrix
a. Ivory (retainer & band ada lubang)
Di pakai sebagai dinding sementara pada waktu penambalan kelas dua,
untuk dua permukaan, misalnya MO,DO.
b. Universal/toffle mire (band tidak ada lubang)
Di pakai sebagai dinding sementara pada waktu penambalan untuk tiga
permukaan (MOD)
c. Celluloid strip
Sebagai dinding sementara pada waktu penambalan silikat, biasanya
pada gigi depan
Bahan Ajar Konservasi Gigi

18. Crown form (insisisif central/lateral)


19. Bur preparasi
a. Round : Untuk membuat tempat masuk waktu preparasi kavitas
b. Fissure : Untuk melebarkan dinding kavita waktu membuat preparasi
c. Inverted cone : Untuk meratakan dasar kavita waktu membuat preparas
d. Flame
e. Long thin
f. Flat end tappered
g. Round end tappered
20. Bur poles amalagam
a. Stone hijau : untuk menghaluskan tumpatan
b. Stone merah : untuk menghaluskan tumpatan
c. Rubber hijau : untuk memoles tumpatan amalgam
d. Rubber merah : untuk memoles tumpatan amalgam
e. Rebber cup : untuk memoles tumpatan amalgam agar mengkilap
f. Brush : untuk membersihkan gigi dari plak
21. Bur poles komposit
a. Fine finishing diamond bur : untuk memoles tumpatan silikat
b. Arkansas : untuk memoles composite (berwarna putih)
c. Pogo-enchane
22. Endo access bor
Untuk membuka jalan masuk perawatan syaraf
23. High speed
Alat ini di gunakan untuk membeersihkan dan membentuk saluran kavita
24. Kunci bor high speed
Untuk mengunci atau memasang bur pada high speed
25. Low speed
Alat ini di gunakan untuk membersihkan dan membentuk saluran atau kavita
yang melengkung dengan pengendalian torsi motor sprint

Bahan Ajar Konservasi Gigi

26. Jarum miller


27. Jarum ekspirtasi
Untuk mengambil syaraf gigi
28. Jarum lentulo
29. Root canal plugger
30. File
a. C+No.8,10,15 (panjang 21-25 mm)
b. Tipe K No.15-40 (panjang 21-25 mm)
c. Tipe K No.45-80 (panjang 21 mm-25 mm)
d. NiTi No.15-40 (panjnag 21 mm,25 mm)
e. NiTi No.45-80 (panjang 21mm,25mm)
31. Tongue holder
Untuk menahan lidah saat melakukan tindakan bloking
32. Suction
Untuk menghisap air ludah (saliva)
33. Mini endo blok
34. Endo box
Kotak meletakkan jarum-jarum endodontic
35. Kaca mata kerja
Untuk melindungi mata pada saat melakukan preparasi kavita
36. Bunsen brander
37. Bowl
Tempat menaruh bahan cetakan yang nantinya akan di aduk
38. Spatula elastomer (logam)
39. Spatula alginat (plastik)
Untuk mengaduk alginat
40. Spatula GIC/Agate spatle (biru)
Untuk mengaduk bahan tambalan silikat/glass ionomer/composite
Bahan Ajar Konservasi Gigi

41. Sendok cetak penuh RA dan RB


Untuk membuat cetakan rahang/gigi penuh rahang atas maupun rahang bawah
42. Sendok cetak sebagian RA dan RB
Untuk membuat cetakan rahang/gigi sebagian rahang atas maupun rahang
bawah
43. Speader
44. Articulating paper
Untuk mengecek tambalan apabila berlebih
45. Microlux lite
Alat bantu endodontik untuk mendeteksi orifice dan fraktur saluran akar, dengan
lampu berdiameter 1,5 mm bercahaya sangat terang.
46. Light cure
Untuk membantu mempercepat pengerasan tumpatan komposit
III. Tugas-Tugas
-
IV. Isu Terkini
Belum ada isu terkait instrumen konservasi gigi
V. Daftar Pustaka
lisa granada djusadi. 2021, Alat dan bahan konservasi gigi
Bahan Ajar Konservasi Gigi

BAB II
KARIES GIGI DAN INDIKASI PENAMBALANNYA

I. Kompetensi Dasar

Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui karies gigi dan
indikasi penambalannya

II. MATERI

Karies gigi adalah masalah gigi berlubang, yaitu ketika gigi mengalami kerusakan
serta pembusukan di bagian luar dan dalam. Kondisi ini merupakan permasalahan gigi
yang dapat menyerang saraf, sering kali karies gigi disebabkan oleh aktivitas bakteri
Streptococcus mutans di dalam mulut. Bakteri yang berada di dalam rongga mulut
tersebut berkembang biak dan menggerogoti sisa makanan yang menempel di
permukaan gigi, lalu menghasilkan zat asam. Paparan zat asam disertai makanan dan
minuman yang asam akan menyebabkan mineral gigi hilang, sehingga timbul karies
gigi.

Indikasi tambal gigi meliputi karies, abrasi, abfraksi, atrisi dan fraktur gigi, dengan
catatan kondisi tersebut belum mengenai kamar atau tanduk pulpa. Apabila kelainan
gigi sudah mengenai jaringan pulpa, maka perawatan yang diperlukan tidak sekadar
tambal gigi, melainkan harus melakukan tindakan perawatan pulpa seperti kaping
pulpa, pulpotomi, atau pulpektom.

1. Berdasarkan lokasi, karies di bagi menjadi enam jenis :

a. Kelas I: karies berada pada pit oklusal, pit bukal, fisur oklusal gigi posterior
hingga cingulum dan 2/3 incisal gigi anterior

b. Kelas II: karies berada pada sisi mesial-oklusal, atau distal-oklusal gigi
posterior
c. Kelas III: karies berada pada sisi mesial atau distal tanpa melibatkan sudut
incisal gigi anterior

d. Kelas IV: karies berada pada sisi mesial atau distal dan melibatkan sudut
incisal gigi anterior

Bahan Ajar Konservasi Gigi

e. Kelas V: karies berada pada 1/3 permukaan servikal, bukal, atau


lingual/palatal gigi anterior maupun posterior

f. Kelas VI: karies berada pada incisal gigi anterior atau melibatkan minimal satu
tonjol gigi posterior

2. Berdasarkan kedalaman, karies dapat di bedakan menjadi :

a. Karies superfisial: hanya melibatkan struktur enamel gigi disertai dengan


sedikit dentin

b. Karies media: sudah melibatkan struktur dentin dalam ukuran sedang hingga
tersisa selapis tipis dentin di atas kamar pulpa atau tanduk pulpa

c. Karies profunda: sudah melibatkan jaringan pulpa

3. Tambal gigi pada karies

Jenis karies yang masih dapat ditangani dengan tambal gigi direk adalah
pada karies superfisial dan karies media. Meski begitu, beberapa kasus karies
media yang tinggal menyisakan sedikit dentin di atas kamar pulpa, perlu
penanganan tambahan sebelum penumpatan dilakukan.

Jika sisa dentin di atas kamar pulpa memiliki ketebalan > 5 mm, maka
dilakukan tumpatan sandwich, yaitu semen ionomer kaca digunakan sebagai
pelindung pulpa, dikombinasikan dengan resin komposit. Di lain pihak, jika
ketebalan < 5 mm, maka perlu dilakukan kaping pulpa terlebih dahulu
menggunakan kalsium hidroksida atau Mineral Trioxide Aggregate.

Pada kasus karies profunda, harus dilakukan perawatan jaringan pulpa seperti
pulpotomi atau pulpektomi terlebih dahulu.
4. Jenis kerusakan gigi dan indikasi penambalannya

Bahan Ajar Konservasi Gigi

a. Abrasi gigi

Abrasi gigi adalah sebuah kondisi patologis dimana terjadi kehilangan


struktur jaringan keras gigi akibat gaya gesek objek eksternal yang memasuki
rongga mulut selain proses mastikasi fisiologis. Contoh objek eksternal yang
dapat menyebabkan abrasi adalah sikat gigi. Biasanya abrasi terjadi pada area
servikal gigi akibat penekanan sikat gigi yang berlebihan pada area tersebut.

Pada kasus abrasi, dapat langsung dilakukan penumpatan pada area


abrasi tersebut. Jika abrasi yang terjadi sudah masif sehingga hanya tinggal
sedikit dentin yang tersisa untuk melindungi pulpa, dapat ditambahkan
perawatan kaping pulpa indirek

b. Abfraksi

Abfraksi adalah sebuah kondisi patologis hilangnya struktur jaringan


keras gigi pada permukaan servikal, hampir mirip seperti abrasi. Namun,
perbedaan abfraksi dengan abrasi adalah bahwa abfraksi terjadi akibat
tekanan oklusal dan lateral dari proses mastikasi.

Perawatan pada kasus abfraksi sama seperti dengan abrasi, yaitu dapat
langsung dilakukan penumpatan pada area tersebut dan dapat
dikombinasikan dengan kaping pulpa indirek jika dentin yang tersisa di atas
pulpa sudah sangat tipis

c. Atrisi gigi

Atrisi gigi adalah sebuah kondisi patologis hilangnya jaringan keras gigi
pada permukaan incisal atau oklusal gigi. Penyebab atrisi gigi adalah gesekan
antar gigi antagonis saat proses mastikasi, maloklusi, atau pada kondisi
bruxism.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

Perawatan atrisi gigi pada kondisi maloklusi memerlukan adjustment


terlebih dahulu agar tumpatan gigi tidak mudah lepas atau rusak. Sementara
itu, pada kondisi bruxism, diperlukan pembuatan pelindung gigi (night guard)
agar tumpatan tidak terlepas Kembali.

d. Erosi gigi

Erosi adalah sebuah kondisi patologis hilangnya jaringan keras gigi akibat
proses kimiawi tanpa intervensi bakteri. Contoh penyebab erosi ini adalah
makanan asam (seperti jeruk atau cuka), gastroesophageal reflux disease,
serta konsumsi obat seperti aspirin dan vitamin C.

Pada erosi gigi dapat dilakukan penumpatan secara langsung, namun


perlu disertai dengan menghilangkan penyebab terjadinya erosi tersebut. Hal
ini bertujuan agar tidak terjadi rekurensi di kemudian hari.

e. Fraktur gigi

Fraktur gigi adalah hilangnya jaringan keras gigi dan jaringan lunak gigi
(pulpa) akibat trauma ekstraoral. Klasifikasi fraktur gigi yang paling sering
digunakan adalah Klasifikasi Ellis:

1) Kelas 1: fraktur mahkota yang melibatkan struktur enamel

2) Kelas 2: fraktur mahkota yang melibatkan struktur enamel dan dentin,


tanpa melibatkan pulpa

3) Kelas 3: fraktur mahkota yang melibatkan struktur enamel, dentin, dan


pulpa

4) Kelas 4: trauma ekstraoral pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non
vital, dapat disertai kehilangan struktur gigi atau tidak

5) Kelas 5: trauma ekstraoral pada gigi yang menyebabkan gigi terlepas dari
soketnya atau avulsi

Bahan Ajar Konservasi Gigi

6) Kelas 6: fraktur terjadi pada area radiks gigi, dapat disertai kehilangan
struktur mahkota atau tidak

7) Kelas 7: trauma ekstraoral gigi yang menyebabkan perubahan posisi gigi

8) Kelas 8: trauma ekstraoral gigi yang menyebabkan fraktur mahkota masif


namun gigi tetap berada pada tempatnya dan akar tidak mengalami
perubahan

9) Kelas 9: trauma ekstraoral pada gigi decidui

Pada kasus fraktur, yang dapat dilakukan tambal gigi secara langsung
adalah pada kelas 1, 2, dan 9. Khusus pada kelas 9, harus dipastikan
bahwa fraktur pada gigi decidui belum melibatkan jaringan pulpa.

III. Tugas-tugas

IV. Isu terkini

Belum ada isu terkait karies gigi dan indikasi penambalannya

V. Daftar Pustaka

Muhammad garry syahrizal Hanafi.2019, indikasi tambal gigi


Bahan Ajar Konservasi gigi

BAB III
PENGENALAN dan PENGATURAN DENTAL UNIT PADA SAAT
MELAKUKAN PREPARASI PADA GIGI

I. Kompetensi dasar
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
bagian-bagian dental unit dan pengaturan dental unit pada saat melakukan preparasi
pada gigi
II. Materi
Dental Unit adalah suatu alat yang dipakai oleh dokter gigi untuk membantu
pemeriksaan dan kemudianmenentukan terapi apa yang dapat diberikan kepada
pasien, dimana dental unit ini mempunyai 3 sumber tenaga yaitu tenaga listrik, tenaga
udara/angin dan tenaga air. Berikut merupakan gambar dental unit beserta fungsinya :
Bahan Ajar Konservasi Gigi

Keterangan :

1. Dentist chair (kursi dokter gigi)

Yaitu kursi yang digunakan oleh para dokter gigi saat memeriksa pasien.
Kursinya memiliki roda yang dimaksudkan untuk memudahkan gerakan dokter
pada seperangkat dental unit biasanya terdapat dua buah kursi yaitu untuk dokter
dan asistent control.

2. Air-controlled feet (pengendali air)

Untuk memudahkan dokter gigi saat merawat pasien pengendali air ini
biasanya terletak di bawah kursi pasien yang dikendalikan oleh dokter gigi dengan
menggunakan kaki.

3. Assistant control (asisten control)


Adanya sistem kontrol yaitu untuk lebih memudahkan dokter dalam bekerja.
Asisten kontol ini tentunya dikontrol oleh asisten dokter/ perawat

4. Electric dental patient chair switch assembly (kursi pasien)

Kursi pasien yaitu kursi di mana pasien berbaring/ duduk saat memeriksa
gigi

5. Spitoon assembly (wadah kumur)

Wadah kumur berada di sebelah kiri pasien yang diperhitungkan sebagai


tempat membuang ludah/kumuran saat memeriksa gigi

6. Bowl rinse (bowl bilas)

Bowl bilas yaitu wadah sebagai tempat pasien ataupun dokter/perawat saat
membilas sesuatu ketika pemeriksaan gigi

Bahan Ajar Konservasi Gigi

7. Cup fill (keran air)

Keran air pada dental unit juga terletak di sebelah kiri pasien. Keran air ini
berfungsi sebagai sumber air dan memudahkan dokter / perawat serta sistem
kontrol satu membutuhkan air ketika pemeriksaan gigi

8. Dental complex treatment unit (unit pebgolahan gigi yang komplex)

Dental complex treatment unit merupakan salah satu yang terpenting pada
dental unit di mana pada dental complex treatment unit ini adalah unit pengolahan
gigi seperti handpieces “bur gigi”

9. Instrument arm (instrumen lengan)


Instrumen arm yaitu bagian dental unit yang berkaitan dengan tangan
seperti handpieces “bur gigi”

10. Operating light (pencahayaan)

Operating light yaitu lampu yang difungsikan sebagai pencahayaan ke


dalam rongga mulut pasien saat melakukan pemeriksaan. Operating light ini
terletak di hadapan pasien yang dapat diatur posisinya oleh dokter / perawat
sesuai keinginan / kebutuhan

11. Tray assembly (baki perakitan)

Tray assembly yaitu bagian dari instrument tray assembly

12. Instrument tray assembly (instrument nampan perakitan)

Instrument tray assembly yaitu bagian pada dental unit yang berfungsi
sebagai tempat menaruh komponen komponen yang dibutuhkan saat melakukan
perawatan gigi oleh dokter / perawat gigi

Bahan Ajar Konservasi Gigi

III. Tugas-tugas

IV. Isu terkini

Belum ada isu terkait

V. Daftar Pustaka

Mrafli aulia.2021, Bagian Bagian Dental Unit


Bahan Ajar Konservasi gigi

BAB IV
PENGATURAN POSISI OPERATOR DAN PASIEN PADA SAAT MELAKUKAN
PREPARASI GIGI

I. Kompetensi dasar
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa di harapkan mampu :
1. Mengetahui posisi operator pada saat melakukan preparasi gigi
2. Mengetahui posisi pasien pada saat melakukan preparasi gigi
II. Materi
Dalam praktik klinis, operator gigi dan asisten gigi bekerja sama secara erat.
Penting bagi anggota tim dokter gigi untuk memahami bagaimana fungsi anggota lain
dalam tim. Untuk fungsi yang maksimal dan aman, praktisi gigi, asisten dokter gigi,
dan pasien harus ditempatkan secara ergonomis dengan distorsi minimal pada
punggung dan leher. Kenyamanan, akses dan kesehatan adalah yang terpenting.
1. Penempatan operator
Idealnya operator harus duduk untuk semua prosedur gigi.
a. Punggung harus lurus dan ditopang dengan baik oleh kursi operator.
b. Lengan atas harus lurus dengan siku ditekuk dan lengan bawah sejajar
dengan lantai.
c. Kepala harus selurus mungkin.
a) Ada ketegangan tambahan yang diterapkan pada otot leher, untuk setiap
inci gerakan kepala ke depan
b) Mata bisa dimiringkan atau condong ke bawah, alih-alih menggerakkan
seluruh kepala ke depan.
d. Paha operator harus ditopang dengan baik oleh kursi dan sejajar dengan
lantai.
e. Lutut ditekuk pada sudut kanan dan kaki harus menempel kuat di lantai.
f. Tangan dan lengan bawah operator akan sejajar dengan lantai dengan posisi
lebih rendah, untuk pekerjaan non-presisi.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

g. Tangan dan lengan bawah operator mungkin berada pada posisi lebih tinggi,
ditekuk pada siku untuk mencapai jarak kerja yang lebih kecil jika terjadi
pekerjaan presisi.
2. Posisi asisten gigi
Kursi asisten dokter gigi lebih tinggi sekitar 4-6 inci dari operator.
a. Pinggul asisten berada di antara bahu dan bisep saat duduk tegak.
b. Sandaran tangan ditempatkan di depan asisten gigi, di bawah tulang
rusuk.Ini digunakan sebagai pengingat untuk tidak condong ke depan.
c. Terakhir, cincin logam pada kursi asisten dokter gigi menopang kaki mereka,
dan mencegahnya menggantung di udara.
Penting untuk menentukan posisi operator, pasien, dan asisten gigi yang
benar untuk meminimalkan distorsi pada leher dan punggung. Posisinya akan
berbeda tergantung pada prosedurnya, dan apakah pada lengkung rahang atas
atau rahang bawah atau pada gigi anterior atau posterior yang sedang dirawat.
Memastikan penyesuaian dilakukan dengan tepat akan mengurangi risiko cedera
bagi operator secara signifikan. Operasi secara tradisional dirancang untuk
penggunaan tangan kanan, sehingga lebih sulit bagi operator kidal untuk
melakukan penyesuaian di masa lalu. Namun, semakin banyak operasi yang
dirancang untuk penggunaan universal dan sedikit penyesuaian dapat dilakukan
untuk memungkinkan posisi dan postur yang benar.
Sebagian besar operasi dirancang untuk praktisi yang tidak kidal namun
semakin banyak yang dilakukan secara universal sehingga operator yang tidak
kidal dan kanan dapat menggunakan kursi dan tempat kerja yang sama dengan
beberapa penyesuaian. Tergantung pada tangan dominan operator dan lokasi
area kerja, terkadang, memiringkan kepala pasien ke kiri atau ke kanan dapat
bermanfaat untuk mendapatkan penglihatan dan ruang kerja yang maksimal.
Namun, hal ini hanya dapat dilakukan jika pasien merasa nyaman untuk tetap
berada dalam posisi tersebut selama pengobatan berlangsung.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

3. Posisi pasien
Penting untuk mempertimbangkan posisi pasien untuk meminimalkan
cedera pada operator dan untuk kenyamanan pasien selama janji temu.
a. Kursi pasien akan berada pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan
operator dan asisten.
b. Jarak antara mata operator dan gigi pasien harus antara 35 sampai 45 cm
tergantung tingkat ketelitian yang dibutuhkan.
c. Untuk memastikan posisi ergonomis bagi operator, sehingga
memungkinkan area kerja maksimal, pasien harus berada dalam posisi
yang nyaman namun praktis.
d. Penempatan pasien bergantung pada jenis prosedur dan lokasi tempat
kerja.
e. Kondisi medis apa pun yang mungkin dimiliki pasien harus diakomodasi.
1) Kondisi ini mungkin termasuk namun tidak terbatas pada pasien
vertigo, kehamilan, dan geriatri.
2) Pasien-pasien ini mungkin tidak dapat atau mempertahankan posisi
berbaring selama jangka waktu janji temu.
f. Lengkungan rahang atas, Posisi pasien yang ideal untuk perawatan pada
lengkung rahang atas adalah posisi terlentang .
1) Ini melibatkan menempatkan kepala, lutut, dan kaki pada ketinggian
yang kira-kira sama.
2) Kepala pasien tidak boleh lebih rendah dari kaki untuk kenyamanan
mereka
3) Permukaan oklusal rahang atas pasien harus tegak lurus dengan lantai,
Cara yang baik untuk mengingat bagaimana mengatur sandaran
kepala pasien adalah bahwa pasien harus berada dalam posisi “dagu
ke atas”
g. Lengkungan mandibula, saat bekerja pada lengkungan mandibula, idealnya
pasien berada dalam posisi setengah terlentang 45°.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

1) Hal ini memastikan bahwa permukaan oklusal mandibula berada pada


sudut 45° terhadap lantai.
2) Area kerja harus setinggi siku atau sedikit lebih tinggi saat beroperasi.
a) Ini akan menghindari adduksi lengan atau peninggian bahu yang
dapat menyebabkan nyeri leher dan bahu.
b) Cara yang baik untuk mengingat cara menyesuaikan sandaran
kepala pasien adalah dengan pasien harus berada dalam posisi
“dagu menghadap ke bawah”.
Pasien geriatri mungkin mengalami kesulitan dalam memposisikan diri
di kursi gigi. Karena sebagian besar pasien lanjut usia memiliki posisi
kepala ke depan, hal ini mungkin bermanfaat untuk:
a. Gunakan bantal leher untuk kenyamanan pasien.
b. Sesuaikan sandaran kepala kursi untuk dukungan lebih lanjut.
Hal ini akan mengendurkan otot leher pasien dan pada akhirnya
memberikan peningkatan visibilitas bagi operator. Jika pasien tidak dapat
berada dalam posisi terlentang dalam waktu lama, pasien harus duduk
dengan sudut 60° atau bahkan sudut 90°. Operator mungkin perlu berdiri
ketika memberikan perawatan dalam keadaan seperti itu.
Ketinggian pasien merupakan pertimbangan penting, terutama pada
pasien yang lebih pendek. Mungkin bermanfaat untuk meletakkan bantal
di bawah lutut agar pasien dapat mendorong dirinya lebih jauh di kursi.
III. Tugas-tugas
-
IV. Isu terkini
Belum ada isu terkait pengaturan posisi operator dan pasien pada saat melakukan
preparasi gigi
V. Daftar pustaka
Sowmya Shetty dan veronica kindaro.2022, posisi operator dan pasien

Bahan Ajar Konservasi gigi

BAB V
PREPARASI KAVITA KELAS I MENURUT GV.BLACK

I. Kompetensi dasar
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui dan memahami preparasi Kavita kelas I menurut GV.Black pada
unsur M1 kanan RA
2. Mengetahui dan memahami preparasi Kavita kelas I menurut GV.Black pada
unsur P1 kiri RA
3. Mengetahui dan memahami preparasi Kavita kelas I menurut GV.Black pada
unsur P2 kanan RB
II. Materi
Karies kelas 1 merupakan karies yang melibatkan pit dan fissure pada
permukaan oklusal gigi posterior. Preparasi kavitas dilakukan setelah tingkat
kerusakan dinilai dan bentuk outline form telah di tentukan.
1. Design preparasi kavitas
a. Konvensional,pilihan untuk lesi moderat contoh pada karies kelas 1 atau 2
b. Konvensional dibevel, pilihan design ini untuk restorasi yang telah rusak dan
masih tersisa jaringan yang baik
c. Dimodifikasi,preparasi yang dimodifikasi untuk restorasi kls 1 dengan
mengambil jaringan hanya seluas daerah kariesnya
2. Prinsip preparasi menurut GV.Black
a. Outline form = bagian tepi marginal dari preparasi, yg termasuk dalam
adalah extension for prevention / cutting for immunity (perluasan karies
dilakukan untuk mencegah karies sekunder.
b. Resistance form = reparasi kavitas dimana sisa jaringan yang ada tetap kuat
menahan beban kunyah
c. Retention form = mencegah terlepasnya tumpatan dari kavitas
d. Convinience form = alat atau bahan dapat masuk kedalam kavitas

Bahan Ajar Konservasi Gigi

e. Finishing of enamel wall = dinding kavita dibuat lurus dan rata atau
membentuk bevel.
f. Removal of caries = membuang jaring struktur gigi yang rusak
g. Toilet of cavity = penggunaan isolasi untuk menghindaarin kavita dari cairan
saliva.
3. Preparasi gigi kelas 1 melibatkan hanya 8 sudut garis dan 4 sudut titik
a. Sudut garis
1) Sudut garis fasiopulpa
2) Sudut garis linguopulpa
3) Sudut garis mesiopulpa
4) Sudut garis distopulpa
b. Sudut titik
1) Sudut titik mesiofasiopulpa
2) Sudut titik mesiolinguopulpa
3) Sudut titik distofasiopulpa
4) Sudut titik distolinguopulpa
4. Teknik preparasi
a. Preparasi pada permukaan oklusal menggunakan a pear shaped bur atau
tungsten carbide#245 menggunakan high speed handpiece dengan
kecepatan tinggi.
b. Bur di letakkan pada central fossa sampai kedalaman kurang lebih 2 mm
c. Bur kemudian dipindahkan mengikuti bentuk fissure ke mesial dan distal
d. Preparasi dinding kavitas dengan fissure bur dengan membentuk sudut
enamel margin 90 ⁰ dan dasar kavitas dihaluskan dengan inverted bur.
e. Kemudian bevel cavo-surface margin enamel (short bevel) dengan lebar
0,5 mm membentuk sudut 45⁰ dengan bur silindris round end. Fungsi bevel
untuk memperluas permukaan perlekatan

Bahan Ajar Konservasi Gigi

f. Bersihkan kavitas, sedot dengan suction dan keringkan dengan three way
shyrenge
g. Setelah itu ganti isolaasi dengan menggunakan cotton roll.
III. Tugas-tugas
-
IV. Isu terkini
belum ada isu terkait preparasi kelas I menurut GV.Black
V. Daftar Pustaka
Garg, N. 2014. Koservasi Gigi Edisi 3. ECG: Jakarta. Pp. 128-310
Bahan Ajar Konservasi gigi

BAB VI
CARA PEMOLESAN TAMBALAN COMPOSITE

I. Kompetensi dasar
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa di harapkan mampu mengetahui cara pemolesan
tambalan composite
II. Materi
Tambalan gigi biasa digunakan untuk mengatasi gigi berlubang dan memulihkan
gigi yang rusak. Tambalan komposit, juga dikenal sebagai tambalan sewarna gigi,
semakin populer karena tampilannya yang alami dan daya tahannya yang sangat baik.
Jika Anda penasaran untuk mendapatkan tambalan komposit, blog informatif ini akan
memandu Anda melalui prosedur langkah demi langkah, membantu Anda memahami
apa yang diharapkan selama janji temu dengan dokter gigi.
1. Penilaian awal
Langkah pertama dalam mendapatkan tambalan komposit adalah
penilaian awal oleh terapis gigi. Selama pemeriksaan gigi, terapis gigi akan
memeriksa dan mungkin melakukan rontgen untuk mengidentifikasi gigi berlubang
atau area pembusukan. Jika ditemukan gigi berlubang atau tambalan yang sudah
rusak, terapis gigi akan merekomendasikan tambalan komposit untuk
mengembalikan integritas gigi dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
2. Mematikan area
Sebelum prosedur penambalan dimulai, terapis gigi akan mematikan rasa
pada area di sekitar gigi yang terkena. Anestesi lokal memastikan Anda tidak
merasakan ketidaknyamanan selama prosedur. Setelah obat pembasmi mulai
bekerja, teraois gigi akan mulai melakukan penambalan.
3. Menghilangkan kerusakan dan mempersiapkan gigi
Setelah area tersebut mati rasa dan siap, terapis gigi akan menggunakan
peralatan gigi khusus untuk menghilangkan bagian gigi yang membusuk. Gigi
dipersiapkan untuk menciptakan fondasi yang bersih dan stabil untuk tambalan
komposit.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

Tidak seperti tambalan amalgam tradisional, yang memerlukan bentuk lebih


agresif, tambalan komposit lebih mempertahankan struktur gigi asli.
4. Mengikat resin komposit
Setelah mempersiapkan gigi, terapis gigi akan mengoleskan bahan
pengikat pada permukaan gigi. Bahan pengikat ini membantu resin komposit
melekat kuat pada struktur gigi. Terapi gigi kemudian akan melapisi resin komposit
sewarna gigi pada area yang telah disiapkan. Setiap lapisan diaplikasikan dan
dirawat dengan hati-hati menggunakan lampu gigi khusus, yang mengeraskan
resin dan membuatnya tahan lama.
5. Memahat dan membentuk
Terapis gigi akan membentuk dan membentuk material komposit agar
sesuai dengan kontur alami gigi Anda. Proses artistik ini memastikan tambalan
menyatu sempurna dengan gigi di sekitarnya, sehingga hampir tidak bisa
dibedakan. Bentuknya yang hati-hati juga membantu mengembalikan fungsi gigi
sehingga dapat menggigit dan mengunyah dengan nyaman.
6. Memoles isinya
Setelah tambalan terbentuk, dokter gigi akan memolesnya untuk
memberikan hasil akhir yang halus dan alami. Proses pemolesan juga membantu
mencegah pewarnaan dan meningkatkan ketahanan tambalan. Setelah prosedur
selesai, terapis gigi akan memeriksa gigitan untuk memastikan kesejajaran yang
tepat dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
7. Inspeksi akhir dan perawatan setelahnya
Sebelum mengakhiri janji temu, dokter gigi akan melakukan pemeriksaan
akhir untuk memastikan tambalan komposit terlihat dan berfungsi sebagaimana
mestinya. Mereka akan memberikan instruksi perawatan setelahnya, termasuk
pembatasan diet sementara dan rekomendasi untuk menjaga kebersihan mulut
yang optimal.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

Tambalan komposit menawarkan solusi terbaik untuk memulihkan gigi


yang terkena pembusukan sekaligus menjaga penampilan alaminya. Panduan
langkah demi langkah di atas memberi gambaran tentang apa yang terjadi selama
prosedur penambalan komposit. Dari penilaian awal hingga pemeriksaan akhir,
setiap tahap dirancang untuk memberikan restorasi tahan lama sewarna gigi yang
berpadu sempurna dengan senyuman.
III. Tugas-tugas
-
IV. Isu terkait
Belum ada isu terkait cara pemolesan tambalan composite
V. Daftar Pustaka
Tomball,TX.2020,Panduan Langkah Demi Langkah Apa Yang Terjadi Selama Prosedur
Pengisian Komposite

Bahan Ajar Konservasi gigi

BAB VII
PEMBERSIHAN KAVITA KELAS I DAN V
UNTUK PERSIAPAN PENAMBALAN COMPOSITE

I. Kompetensi dasar

Pada akhir perkuliahan, mahasiswa di harapkan mampu :

1. Mengetahui cara melakukan pembersihan Kavita pada unsur I RA (kelas I) untuk


persiapan penambalan composite

2. Mengethaui cara pembersihan Kavita pada unsur RB (kelas V) untuk persiapan


penambalan composite
3. Mengetahui dan memahami cara melakukan pembersihan Kavita pada gigi sulung
RB (kelas V) untuk persiapan penambalan composite

4. Mengetahui cara melakukan pembersihan Kavita pada gigi sulung RA (kelas I) untuk
persiapan penambalan composite

5. Menetahui cara melakukan pembersihan Kavita pada unsur M1 RB (kelas V) untuk


persiapan penambalan composite

II. Materi

1. Pembersihan kavitas kelas I

Prosedur klinis awal :


a. Anestesi mungkin dibutuhkan untuk kenyamanan pasien dan mengurangi
aliran saliva selama prosedur penumpatan.
b. Assessment hubungan oklusi untuk membantu menetapkan fungsi preparasi
dan menentukan desain preparasi.
c. Pemilihan shade dilakukan sebelum gigi dehidrasi dan memperoleh
penyinaran.
d. Isolasi area kerja untuk memperoleh efektif bonding.
2. Pembersihan kavitas kelas I konvensional
Preparasi jenis ini ditujukan untuk kavitas kelas I resin komposit yang besar.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

a. Masuki gigi pada area pit distal dari permukaan oklusal yang rusak
menggunakan inverted cone diamond yang diposisikan parallel dengan aksis
mahkota. Kemudian melintang ke mesial.
b. Preparasi dasar pulpal sampai kedalaman 1.5 mm (0.2 mm kedalam DEJ).
c. Bur digerakkan ke mesial mengikuti fissure untuk menghilangkan struktur gigi
yang rusak dan mengikuti kontur DEJ.
d. Perluasan ke marginal ridge menyisakan ketebalan struktur gigi sebesar 1.6
mm untuk premolar dan 2 mm untuk molar, guna memberikan dukungan
dentin bagi marginal ridge enamel dan ujung kuspid.
e. Karena bur digerakkan mengikuti fissure dan kontur DEJ, makan akan
dihasilkan dasar pulpa yang datar dengan kedalaman 1.5 mm
f. Perluasan kavitas ke permukaan facial atau lingual ke arah gingiva, dengan
kedalaman sampai 0.2 mm kedalam DEJ.
g. Setelah perluasan bentuk outline sampai ke struktur gigi yang sehat, sisa
karies atapun material restorasi pada dasar pulpal dapat dihilangkan dengan
diamond atau round bur.
3. Pembersihan kavitas kelas I dengan bevel
Preparasi jenis ini ditujukan untuk kavitas kelas I resin komposit dengan
keterlibatan fissure facial atau lingual
a. Tahap 1-7 preparasi kelas I konvensional.
b. Tepi dari permukaan kavitas dibuat bevel menggunakan diamond bur,
menghasilkan bevel setebal 1.25-1.5 mm pada sudut 45 o dari dinding
preparasi.
4. Pembersihan kavitas kelas I modifikasi
Preparasi jenis ini ditujukan untuk kavitas kelas I resin komposit dengan
lesi karies kecil. Preparasi jenis ini kurang spesifik bentuknya dengan penambilan
scoopedout.
a. Preparasi menggunakan small round atau inverted cone diamond.
b. Kedalaman pulpal awal 1.5 mm (0.2 mm kedalama DEJ), tetapi dasar pulpal
tidak perlu datar.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

c. Jika menggunakan round diamond bur, sudut margin cavosurface yang


dihasilkan akan lebih tumpul dibandingkan menggunakan cone diamond bur.
d. Bila gigi premolar mandibular memiliki lesi pada pit oklusal yang terpisah,
bentuk outline preparasi mirip dengan preparasi kelas VI modifikasi dengan
menggunakan small diamond bur.
5. Teknik restorative (aplikasi etsa,primer dan adhesive)
a. Permukaan proksimal gigi sebelah yang tidak dipreparasi harus diproteksi
dengan meletakkan polyester strip.
b. Gel etsa diaplikasikan ke seluruh struktur gigi yang telah dipreparasi, kira-kira
hanya sampai 0.5 mm dari margin preparasi.
c. Diamkan 15-30 detik (30 detik untuk preparasi enamel saja dan 15 detik bila
dentin terlibat).
d. Bilas untuk menghilangkan etsa.
e. Keringkan dengan damp cotton pellet, disposable brush atau paper tissue.
Permukaan dentin harus tetap lembab.
f. Aplikasikan primer pada seluruh permukaan preparasi menggunakan
microbrush atau aplikator yang sesua, dan curing dengan visible light cure
sesuai dengan ketentuan pabrik.
g. Bila bonding system tidak menyatukan primer dan adhesive, aplikasikan
adhesive menggunakan microbrush atau applicator tip.
6. Insersi dan curing
a. Campurkan komposit sesuai dengan ketentuan pabrik, menggunakan
disposable plastic spatula.
b. Insersi dengan hand instrument atau syringe secara incrementally.
c. Curing dengan sinar selama 20-40 detik.
7. Contouring dan polishing
a. Contouring dilakukan langsung setelah material light-cured composite
dipolimerisasi atau 3 menit setelah pengerasan awal material self-cured.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

b. Permukaan oklusal dibentuk dengan round atau oblong, 12-bladed carbide


finishing bur atau finishing diamond.
c. Polishing dengan polishing cups atau point yang sesuai.

Selanjutnya yaitu pembersihan kavitas kelas V :

1. Pembersihan kavitas kelas V


Prosedur klinis awal :
a. Anestesi mungkin dibutuhkan untuk kenyamanan pasien dan mengurangi
aliran saliva selama prosedur penumpatan.
b. Assessment hubungan oklusi untuk membantu menetapkan fungsi preparasi
dan menentukan desain preparasi.
c. Pemilihan shade dilakukan sebelum gigi dehidrasi dan memperoleh
penyinaran.
d. Isolasi area kerja untuk memperoleh efektif bonding.
e. Bila desain preparasi luas, pemasangan wedge akan memperbaik kontak
proksimal.
2. Pembersihan kavitas kelas V konvensional
Preparasi jenis ini ditujukan untuk lesi karies pada permukaan facial atau lingual
akar.
a. Gunakan tapered fissure carbide bur (No.700, 701, atau 271) pada
kecepatan tinggi dengan air-water spray.
b. Preparasi sampai kavitas berbentuk seperti ginjal dengan kedalaman 0.75
mm dan cavosurface margin 90o.
c. Dinding aksial harus mengikuti kontur asli permukaan gigi dan konveks ke
arah luar.
d. Bila dibutuhkan retensi tambahan, buat grooves sepanjang gingivoaxial dan
incisoaxial line angle menggunakan No.4 bur.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

3. Pembersihan kavitas kelas V konvensional dengan bevel


Preparasi jenis ini ditujukan untuk lesi karies luas pada permukaan facial atau
lingual akar.
a. Gunakan tapered fissure carbide bur (No.700, 701, atau 271) pada
kecepatan tinggi dengan air-water spray.
b. Preparasi sampai kavitas berbentuk seperti ginjal dengan kedalaman 0.75
mm dan cavosurface margin 90o.
c. Dinding aksial harus mengikuti kontur asli permukaan gigi dan konveks ke
arah luar
d. Bila dibutuhkan retensi tambahan, buat grooves sepanjang gingivoaxial dan
incisoaxial line angle menggunakan No.4 bur.
e. Buat bevel dengan sudut 45o terhadap permukaan luar gigi dan lebar 0.25-2
mm menggunakan flame-shaped atau round diamond.
4. Teknik restoratif (aplikasi etsa, primer dan adhesive)
a. Gel etsa diaplikasikan ke seluruh struktur gigi yang telah dipreparasi, kira-
kira hanya sampai 0.5 mm dari margin preparasi.
b. Diamkan 15-30 detik (30 detik untuk preparasi enamel saja dan 15 detik bila
dentin terlibat).
c. Bilas untuk menghilangkan etsa.
d. Keringkan dengan damp cotton pellet, disposable brush atau paper tissue.
Permukaan dentin harus tetap lembab.
e. Aplikasikan primer pada seluruh permukaan preparasi menggunakan
microbrush atau aplikator yang sesua, dan curing dengan visible light cure
sesuai dengan ketentuan pabrik.
f. Bila bonding system tidak menyatukan primer dan adhesive, aplikasikan
adhesive menggunakan microbrush atau applicator tip.
5. Insersi and curing
a. Campurkan komposit sesuai dengan ketentuan pabrik, menggunakan
disposable plastic spatula.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

b. Insersi dengan hand instrument atau syringe.


c. Hilangkan ekses pada gingival cavosurface margin sebelum material
mengeras, dengan menggunakan No.2 explorer atau b lade dari instrument
komposit.
6. Contouring dan polishing
a. Ekses pada permukaan facial dihilangkan dengan carbide finishing bur atau
polishing diamond.
b. Polishing dengan rubber polishing point atau cup, dan pasta polishing
aluminium oksida.
III. Tugas-tugas
-
IV. Isu terkini
Belum ada isu terkait pembersihan kavita kelas I dan V untuk persiapan penambalan
composite
V. Daftar Pustaka
Roberson, T.M., Heymann, H.O. dan Swift, E.J., 2001, Sturdevant's Art & Science of
Operative Dentistry, Ed.4, Mosby, USA, halaman 501-568.

Bahan Ajar Konservasi Gigi

Disiapkan oleh : Diperiksa oleh : Disahkan oleh :


Dosen Pengampu Ketua Program Studi Ketua Jurusan
(Penanggungjawab)

Drg. Johnny Angki, M.Kes Hj. Drg. Asridiana, M.MKes Syamsuddin Abubakar, S.SiT.,M.Mkes
NIP. 196109261990121001 NIP. NIP. 196606221989031003
196405211991012001

Anda mungkin juga menyukai