Bismillah Skripsi Dita Eli Wulandari 191013242008 Setelah Sempro 1 Selesai Copy 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN KOMPETENSI PEKERJA DENGAN

KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT


KEBAKARAN DI WAREHOUSE
PT. X KOTA BATAM
TAHUN 2023

SKRIPSI

Oleh:
Dita Eli Wulandari
NPM: 191013241008

PROGRAM STUDI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKes)
UNIVERSITAS IBNU SINA
TAHUN 2023
HUBUNGAN KOMPETENSI PEKERJA DENGAN
KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN DI WAREHOUSE
PT. X KOTA BATAM
TAHUN 2023

skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Oleh :

Dita Eli Wulandari


NPM: 191013241008

PROGRAM STUDI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN(FIKes)
UNIVERSITAS IBNU SINA
TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Universitas Ibnu Sina.

Batam, Juli 2023

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I

(Rizqi Ulla Amaliah, S.KM., M.KKK)


NIDN: 103009870

Pembimbing II

(
NIDN: 1014076501
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Batam, Juli 2023

Dita Eli Wulandari


PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS IBNU SINA

Skripsi, Agustus 2023

DITA ELI WULANDARI, [email protected]

HUBUNGAN KOMPETENSI PEKERJA DENGAN KESIAPSIAGAAN


TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI WAREHOUSE PT. X KOTA
BATAM TAHUN 2023

92 Halaman + 11 Tabel + 2 Gambar + 9 Lampiran

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kompetensi


pekerja dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT. X
Kota Batam. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah
jenis penelitian jenis penelitian survey dengan metode kuantitatif, dikarenakan
dalam menentukan hubungan kompetensi pekerja dengan kesiapsiagaan tanggap
darurat kebakaran di warehouse PT. X Kota Batam. Pendekatan yang penulis
gunakan yakni pendekatan cross sectionalTerdapat hubungan antara pengetahuan
dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran di
Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023, dibuktikan dengan nilai P-value
sebesar 0.18 atau nilai sig a 0.05. Terdapat hubungan antara pelatihan dengan
kesiapsiagaan dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran di Warehouse PT. X
Kota Batam Tahun 2023, dibuktikan dengan nilai P-value sebesar 0.014 atau nilai
sig a 0.05. Terdapat hubungan antara pengalaman dengan kesiapsiagaan dalam
menghadapi keadaan darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam Tahun
2023, dibuktikan dengan nilai P-value sebesar 0.18 atau nilai sig a 0.002. Pekerja
perlu meningkatkan kembali kesadaran akan pentingnya pengetahuan mengenai
kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran yang ada di tempat kerja.

Daftar Pustaka : 46 (2001-2022)

Kata Kunci : Pengetahuan, Pelatihan, Pengalaman, Kesiapsiagaan


OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY STUDY PROGRAME
FACULTY OF HEALTH SCIENCES IBNU SINA UNIVERSITY
Thesis, Agustust 2023

DITA ELI WULANDARI, [email protected]

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE, TRAINING AND


EXPERIENCE WITH FIRE EMERGENCY PREPAREDNESS IN
WAREHOUSE PT. X BATAM IN 2023

92 Pages + 11 Tabel + 2 Images + 9 Attachments

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the relationship between


worker competence and fire emergency response preparedness in the Warehouse
PT. X Batam City. The type of research used by the author in this study is survey
research with quantitative methods, because in determining the relationship
between worker competence and fire emergency response preparedness in the
warehouse of PT. X Batam City. The approach that the author uses is a cross
sectional approach. There is a relationship between knowledge and preparedness
in dealing with fire emergencies at the Warehouse PT. X Batam City in 2023, as
evidenced by a P-value of 0.18 or a sig value of a 0.05. There is a relationship
between training and preparedness in dealing with fire emergencies at PT.
Warehouse. X Batam City in 2023, as evidenced by a P-value of 0.014 or a sig
value of a 0.05. There is a relationship between experience and preparedness in
dealing with fire emergencies at PT. Warehouse. X Batam City in 2023, as
evidenced by a P-value of 0.18 or a sig value of a 0.002. Workers need to re-raise
awareness of the importance of knowledge regarding fire emergency response
preparedness in the workplace.

Bilbliography : 46 (2001-2022)

Kewwords : Knowledge, Training and Experience


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi:

Nama Lengkap : Dita Eli Wulandari

NPM : 191013241008

Tempat, Tanggal Lahir : Batam, 18 Desember 2000

Umur : 22 Tahun

Program Studi : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Rumah : Jl. Parkit 1 No 1 KDA Batam

No. Handphone : 081211831870

Email : [email protected]

Latar Belakang Pendidikan

1. TK (2004) : TK Nabilah Batam

2. SD (2007) : Kallista International School Batam

3. SMP (2013) : Kallista International School Batam

4. SMA (2016) : SMAN 3 Batam

5. (2019-2023) : S1 Hukum Universitas Batam

6. (2019-Sekarang) : S1 Kesehatan dan Keselamatan kerja Universitas


... Ibnu Sina
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Hubungan Kompetensi Pekerja Dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023”. Skripsi ini dimaksud

untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program studi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes)

Universitas Ibnu Sina.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari

berbagai pihak, Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. drg. Andi Tenri Ummu , M.M selaku Ketua Yayasan Pendidikan Ibnu Sina

Batam.

2. Assoc. Prof Dr. Haji. Mustaqim Syuaib, SE, MM selaku Rektor

Universitas Ibnu Sina.

3. Fitri Sari Dewi, SKM, M.KKK sebagai Dosen Penguji I dan sekaligus

Dekan FIKes Universitas Ibnu Sina.

4. Trisna Dewita, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan dan

Keselamatan Kerja.

5. Rizqi Ulla Amaliah, S.KM., M.KKK selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dalam skripsi ini.

6. Kepada dr. Agung Sundaru DH., M.KK selaku Dosen Pembimbinh II yang

telah memberikan bimbingan dalam skripsi ini.

i
7. Ice Irawati, S.KM., M.Kes sellaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan banyak masukan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepada Orang tua yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan kasih

sayang kepada peneliti.

9. Andre Gunawan yang telah memberikan banyak bantuan atas penyusunan

skripsi ini.

10. Seluruh pihak di PT. X Kota Batam dan responden yang telah

berpartisipasi dalam pengambilan data penelitian ini.

11. Seluruh Bapak/Ibu Dosen FIKes (Fakultas Ilmu Kesehatan) yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat untuk peneliti.

12. Seluruh teman-teman angkatan 2019 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Universitas Ibnu Sina yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah terlibat dan

membantu peneliti. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyadari masih jauh

dari kesempurnaan dan banyak terdapat kekurangan baik dari segi teknik

penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati

peneliti mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, dengan keterbatasan yang ada, skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Batam, 09 Maret 2023

Dita Eli Wulandari

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 8
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 9
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 9
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 13
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 13
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 14
1.4.1 Bagi Instansi .............................................................................................. 14
1.4.2 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Ibnu Sina .................................................. 14
1.4.3 Bagi Peneliti .............................................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15
2.1 Keadaan Darurat ........................................................................................ 15
2.1.1 Sistem Tanggap Darurat ............................................................................ 15
2.1.2 Organisasi Tanggap Darurat ...................................................................... 17
2.2 Kebakaran .................................................................................................. 21
2.2.1 Klasifikasi Kebakaran ............................................................................. 22
2.2.2 Manajemen Proteksi Kebakaran ............................................................. 23
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Kebakaran .................................................................................................. 24
2.3.1 Pengalaman ............................................................................................. 25
2.3.2 Pengetahuan ............................................................................................ 25
2.3.3 Pelatihan.................................................................................................. 26
2.3.4 Pengawasan ............................................................................................. 27
2.3.5 Lingkungan ............................................................................................. 28
2.4 Proteksi Kebakaran ................................................................................... 29
2.4.1 Fire Detection ......................................................................................... 29
2.4.2 Fire Warning........................................................................................... 30
2.4.3 Smoke Control......................................................................................... 31
2.4.4 Fire Suppression ..................................................................................... 32
2.4.5 Emergency Lighting ................................................................................ 33
2.5 Kerangka Teori.......................................................................................... 35
2.5 Kerangka Konsep ...................................................................................... 36
2.6 Hipotesis .................................................................................................... 36

iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 37
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 37
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ................................................................. 37
3.4 Besar Sampel ............................................................................................. 37
3.5 Teknik Sampel ........................................................................................... 37
3.6 Variebel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 38
3.7 Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 39
3.8 Prosedur Pengolahan Data ......................................................................... 41
3.9 Analisis Data .............................................................................................. 41
3.10 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 43
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ........................................................ 43
4.1.1 Profil Perusahaan ....................................................................................... 43
4.2 Hasil Penelitian.......................................................................................... 43
4..2.1 Analisis univariat ....................................................................................... 43
4.2.2 Analisis Bivariat ..................................................................................... 46
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 50
5.1 Analisis Univariat ...................................................................................... 50
5.1.1 Pengatahuan............................................................................................... 50
5.1.2 Pelatihan .................................................................................................... 50
5.1.3 Pengalaman ............................................................................................. 51
5.1.4 Kesiapsiagaan ......................................................................................... 52
5.2 Analisis Bivariat ........................................................................................ 53
5.2.1 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Kebakaran ............................................................................................... 53
5.2.2 Hubungan Antara Pelatihan Dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Kebakaran ............................................................................................... 54
5.2.3 Hubungan Antara Pengalaman Dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Kebakaran ............................................................................................... 56
BAB VI KESIMPULAN .................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60
LAMPIRAN ......................................................................................................... 63

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.5 Penelitian Terkait ............................................................................... 28


Tabel 3.1 Subjek Penelitian ............................................................................... 31
Tabel 3.2 Definisi Istilah ...................................................................................... 31
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian .................................................................................. 35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pekerja di PT X Kota Batam Tahun
2023 ....................................................................................................................... 44
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pelatihan Pekerja di PT X Kota Batam Tahun
2023 .......................................................................................................................
............................................................................................................................... 44
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengalaman Pekerja di PT X Kota Batam Tahun
2023 ....................................................................................................................... 45
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Pekerja di PT X Kota Batam Tahun
2023 ....................................................................................................................... 45
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Kebakaran ............................................................................................................. 46
Tabel 4.6 Hubungan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Kebakaran ............................................................................................................. 47
Tabel 4.7 Hubungan Pengalaman dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Kebakaran ............................................................................................................ 48

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.4 Kerangka Teori ............................................................................ 27
Gambar 2.5 Kerangka Konsep......................................................................... 30

vi
DAFTAR SINGKATAN

DR : Doktor
K3 : Kesehatan Keselamatan Kerja
NO : Nomor
NFPA : National Fire Protection Association
PERMENAKER : Peraturan Metri Tenaga Kerja
PROF : Profesor
PT : Perseroan Terbatas
RI : Republik Indonesia

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Data Awal Skripsi


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 3. Surat Balasan Perusahaan
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing I
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing II
Lampiran 6. Pedoman Kuesioner
Lampiran 7. Master Tabel
Lampiran 8. Hasil Output SPSS
Lampiran 9. Dokumentasi

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Menurut Karimah (2016), Bencana kebakaran proses datangnya selalu

tidak dapat diperkirakan dan diprediksi sebelumnya. Kapan datangnya, apa

penyebabnya, tingkat cakupannya serta seberapa besar dampak yang

ditimbulkannya, adalah hal-hal yang tidak bisa diperkirakan oleh kemampuan

manusia. Kebakaran sering menimbulkan berbagai akibat yang tidak diinginkan

baik yang menyangkut kerugian material, kegiatan usaha, kerusakan lingkungan,

maupun menimbulkan ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia. Kejadian

kebakaran dapat terjadi di mana dan kapan saja, salah satunya di bangunan

gedung.

Salah satu media penanggulangan kebakaran merupakan alat Pemadam

api Ringan yang selanjutnya disingkat menjadi APAR. Adanya APAR ini

diharapkan insiden kebakaran bisa ditanggulangi ketika masih di tahap permulaan

sebelum api meluas dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Peraturan

Menteri tenaga Kerja serta Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 ihwal syarat-

kondisi Pemasangan dan Pemeliharaan APAR sudah mengatur sedemikian rupa

perihal penerapan APAR. tetapi, pada kenyataannya penempatan, penggunaan,

pemeliharaan serta supervisi APAR yang sinkron dengan peraturan yang sudah

ditetapkan seringkali dikesampingkan. Hal ini tentu mempengaruhi syarat serta

kemampuan APAR waktu digunakan sebagai akibatnya tidak bisa maksimal

waktu dipergunakan di kondisi darurat.

9
Kebakaran di tempat kerja sangat merugikan perusahaan maupun pekerja

akibat kerusakan/kehilangan aset, korban luka dan kematian, yang memerlukan

biaya besar. untuk menghindari kerugian akibat kebakaran perlu dilakukan upaya

pencegahan serta penanggulangan kebakaran di kantor. Upaya tersebut mencakup

penyediaan alat-alat perlindungan dan pengendalian kebakaran yang memadai,

petugas penanggulangan khusus, dan pelaksanaan prosedur penanggulangan

keadaan darurat. Perusahaan harus mencegah, mengurangi, dan memadamkan

kebakaran dengan cara memberikan latihan penanggulangan kebakaran di kantor.

Menurut Angela (2006), berdasarkan teori segitiga api, kebakaran dapat

terjadi jika ada unsur bahan bakar, oksigen, dan panas. Unsur bahan bakar yang

dapat menimbulkan api meliputi bahan padat, cair dan gas. Bahan padat meliputi

kertas, kayu, plastik, kain, seng, dan bahan aluminium. Bahan cair meliputi

bensin, solar, minyak tanah, minyak pelumas, cairan kimia untuk campuran tinta

dan lem. Bahan gas yang utama adalah gas LPG. Oksigen yang diperlukan dalam

proses kebakaran, umumnya didapat dari udara yang mengandung 20-21%

oksigen. Di asumsi bahwa sumber oksigen adalah udara bebas yang banyak

mengandung oksigen. Unsur sumber panas yang dapat menimbulkan api adalah

dari gesekan mekanis pa- da mesin produksi.

Menurut Angela (2016), upaya pencegahan rutin yang dapat dilakukan

antara lain adalah memelihara alat produksi, menghindari pemakaian bahan

produksi yang tidak standar dan memperkecil kecerobohan karyawan. Juga

menempatkan alat proteksi kebakaran di tempat-tempat yang berisiko untuk

melakukan deteksi dan pengendalian secara dini. Selain itu, pada pekerja perlu

mendapat pengetahuan, praktek penyelamatan diri dan penanggulangan kebakaran

10
secara berkala guna memelihara dan meningkatkan kewaspadaan. Berbagai faktor

penyebab dan cara penanggulangan kebakaran perlu dijadikan pertimbangan

dalam menyusun program pencegah dan pengendalian kebakaran di perusahaan.

Selain itu, berbagai panduan teknis dan peraturan yang telah berlaku perlu

dipahami dan di implementasikan secara baik.

PT. X Kota Batam adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha besar,

Jasa konstruksi lepas pantai di bawah J.Ray X Kota Batam, perusahaan penyedia

jasa kontruksi lepas pantai terkemuka untuk industri minyak dan gas.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan berbagai pihak terkait di

lapangan, diketahui bahwa perusahaan tersebut menggunakan fire extinguisher

atau alat pemadam api ringan (APAR). Di berbagai ruangan PT. X Kota Batam,

terdapat APAR yang jenisnya disesuaikan dengan kondisi lapangan.Hanya saja

Perusahaan ini belum mengadakan pelatihan penanggulangan kebakaran secara

berkala dengan menggunakan APAR yang telah kadaluarsa. Para karyawan dilatih

tentang cara penanggulangan.

Berdasarkan survey awal peneliti pada bulan Desember tahun 2022,

melalui melalui observasi dan wawancara pada pekerja yang bekerja di Batam

Fabrication Yard (yang menjadi focus utama penelitian), disini peneliti

mendapatkan informasi dari Safety Officer PT. X Kota Batam mengenai data

kompetensi pekerja terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran masih

belum luas akan pengetahuannya terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat

kebakaran. para pekerja di PT. X Kota Batam. Di ketahui juag dalam prosedur

perlindungan dan pencegahan kebakaran di PT. X Kota Batam dalam point

tanggung jawab tercantum bahwasannya pengawasan tempat kerja akan

11
bertanggung jawab atas penerapan prosedur ini di wilayah tanggung jawab

mereka. Mereka akan memastikan semua personel yang relevan di tempat kerja

memiliki pelatihan pemadam kebakaran yang sesuai dan terkini. Akan tetapi

kenyataanya sudah 5 tahun belakangan PT. X Kota Batam sudah tidak

memberikan pelatihan pemadam kebakaran kepada pekerja.

Masih banyak juga alat alat penanggulangan kebakaran yang tidak

berfungsi di warehouse PT. X Kota Batam seperti Fire detection, Smoke control,

Emergency lighting yang tidak berfunsi dengan baik dan APAR yang belum

dilakukan inspeksi.

Lingkungan kerja perusahaan yang kompleks, tidak dapat terlepas dari

segala kemungkinan bahaya. Sumber bahaya ini berasal dari proses produksi,

mesin produksi, bahan baku kimia dan sember energi. Hal ini diperlukan suatu

teknik pengendalian dan pencegahan bahaya, yaitu dengan implementasi sistem

tanggap darurat sebagai langkah pengendalian bahaya. Berkaitan dengan hal

tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan observasi dan penelitian perihal

Analisa kompetensi pekerja dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di X

Kota Batam.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian

terhadap pekerja mengenai “Hubungan Kompetensi Pekerja Dengan

Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan bagaimana hubungan antara pengalaman, pengetahuan, dan

pelatihan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakran di Warehouse PT. X

12
Kota Batam.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kompetensi pekerja dengan kesiapsiagaan

tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pekerja terhadap

kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota

Batam.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pelatihan pekerja terhadap

kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di Warehouse X Kota Batam.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengalaman pekerja terhadap

kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota

Batam.

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kesiapsiagaan tanggap darurat

kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja dengan kesiapsiagaan

tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

6. Untuk mengetahui hubungan pelatihan pekerja dengan kesiapsiagaan

tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT.M X Kota Batam.

7. Untuk mengetahui hubungan pengalaman pekerja dengan kesiapsiagaan

tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

13
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Instansi

Dapat digunakan sebagai materi masukan dan bahan koreksi bagi PT. X

Kota Batam mengenai hubungan antara pengalaman, pengetahuan, dan

pelatihan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran.

1.4.2. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Ibnu Sina

Hasil penelitian ini sebagai bahan referensi serta masukkan dalam

mengembangkan penelitian berikutnya dibidang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja mengenai hubungan antara kompetensi pekerja dengan kesiapsiagaan

tanggap darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

1.4.3. Bagi Peneliti

Menambah Pengetahuan Dalam Gambaran Kompetensi Pekerja

Terhadap Kesiapsiagaan TanggapDarurat Kebakaran di Warehouse PT X

Kota Batam Tahun 2023.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Darurat

Menurut Widana (2019), Keadaan darurat adalah situasi atau kondisi yang

tidak terduga dan mendesak yang memerlukan tindakan cepat dan tepat untuk

mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya atau kerusakan yang

lebih besar. Keadaan darurat bisa terjadi di berbagai bidang, seperti kesehatan,

kemanan, dan bencana alam.

Dalam situasi keadaan darurat, tindakan yang diambil harus dilakukan

dengan cepat dan tepat agar dapat meminimalkan dampak negative yang mungkin

terjadi. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan di antaranya adalah:

1. Tetap tenang dan focus pada situasi.

2. Mengambil bantuan atau melapor ke pihak yang berwewenang.

3. Mengamankan area yang terkena dampak.

4. Menjaga keselamatan diri orang lain.

5. Menyediakan pertolongan pertama (first aid) jika diperlukan.

6. Mengikuti instruksi yang diberikan oleh pihak yang berwewenang.

Penting untuk selalu siap menghadapi keadaan darurat dengan memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta memiliki rencana

darurat yang jelas dan terstruktur.

2.1.1. Sistem Tanggap Darurat

Menurut International Association of Emergency Managers (IAEM)

Sistem tanggap darurat adalah suatu system yang dirancang untuk merespons

keadaan darurat dengan cepat dan efektif. Tujuan utama dari system ini

15
adalah untuk mengurangi jumlah korban dan kerusakan yang disebabkan

oleh keadaan darurat. Sistem tanggap darurat biasanya terdiri dari beberapa

tahap, yaitu:

1. Pemantauan dan deteks: tahap ini dilakukan untuk mendeteksi

adanya keaadaan darurat dan memantau perkembangannya.

Misalnya, dengan memantau kondisi cuaca atau aktivitas gunung

berapi.

2. Evaluasi dan penelitian: tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi

keadaan dan menentukan jenis dan tingkat keadaan darurat yang

sedang terjadi.

3. Pengambilan keputusan: tahap ini dilakukan untuk melaksanakan

tindakan yang perlu diambil berdasarkan hasil evaluasi dan

penelitian.

4. Pelaksanaan: tahap ini dilakukan untuk melaksanakan tindakan

yang telah diputuskan untuk mengatasi keadaan darurat.

5. Evaluasi dan pemulihan: tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi

hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan dan memulihkan

situasi ke kondisi normal.

Sistem tanggap darurat juga biasanya melibatkan publik, dengan

memberikan informasi dan instruksi yang jelas mengenai apa yang

harus dilakukan dalam situasi darurat, serta mengadakan latihan

dan simulasi untuk meningkatkan kesiapan masyarakat

menghadapi situasi darurat.

16
2.1.2. Organisasi Tanggap Darurat
Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2000,

Organisasi/tim keadaan darurat adalah sekelompok orang yang

ditunjuk/dipilih sebagai pelaksana keadaan darurat. Di dalam NFPA, kriteria

organisasi tanggap darurat kebakaran yang baik yaitu:

1. Adanya tim penanggulangan kebakaran,

2. Organisasi tanggap darurat kebakaran dan petugas yang bertanggung

jawab dalam organisasi tersebut sudah terlatih,

3. Mempunyai peran masing-masing ketika terjadinya kejadian darurat

kebakaran.

Emergency response preparedness (persiapan tanggap darurat) adalah

langkah-langkah dan strategi yang dilakukan untuk memastikan bahwa

sebuah organisasi atau wilayah memiliki kemampuan untuk menghadapi dan

merespons situasi darurat atau bencana dengan cepat dan efektif. Persiapan

tanggap darurat mencakup berbagai aspek seperti perencanaan, pelatihan,

persiapan fasilitas, dan pengembangan sistem komunikasi.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam emergency response

preparedness antara lain:

1. Identifikasi potensi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi di wilayah

tersebut.

2. Menyusun rencana tanggap darurat yang mencakup skenario yang

mungkin terjadi dan tindakan yang harus diambil dalam setiap skenario

17
tersebut.

3. Melakukan pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi staf dan

anggota tim tanggap darurat.

4. Persiapan fasilitas dan peralatan darurat, seperti tenda darurat, peralatan

medis, dan lain-lain.

5. Menetapkan sistem komunikasi dan jalur pengambilan keputusan yang

jelas.

6. Menyusun dan mengaktifkan sistem peringatan dini yang dapat

memberikan informasi awal tentang bahaya atau situasi darurat.

Dengan melakukan persiapan tanggap darurat yang baik, organisasi atau

wilayah dapat mengurangi dampak bencana dan memberikan bantuan dengan

cepat bagi korban.

kesiapsiagaan harus dipandang menjadi proses yang aktif serta

berkelanjutan, sehinga memerlukan rencana dan taktik, tetapi keduanya wajib

bersifat dinamis yang harus secara berkala dikaji, dimodifikasi, diperbarui, dan

diuji. Tujuan akhir dari kewaspadaan kesiapsiagaan merupakan efektivitas respon

terhadap peringatan serta pengaruh keadaan darurat. di tahap tertentu pada proses

peringatan, respon yang sifatnya beragam ini wajib dimobilisasi. Pentahapan

respon menjadi faktor paling panting dalam merancang rencana kewaspadaan.

Menurut Susanto (2006), Persiapan keadaan darurat tidak dapat berjalan

dengan baik tanpa dukungan dari manajemen puncak, dukungan yang paling

utama ialah dengan mengeluarkan kebijakan dan komitmen terhadap program

18
persiapan keadaan darurat tersebut. Dengan adanya dukungan dan komitmen

maka dapat di bentuk fungsi khusus dan pengorganisasian yang menangani

program persiapan keadaan darutat. (An Overvier of Disaster Management,

Training Programme)

2.1.3 Tanggap Darurat

Menurut Ramli (2010), Tanggap Darurat (emergency response) adalah

serangkaian kegiatan dan tindakan yang diambil oleh pihak-pihak terkait dalam

menangani situasi darurat atau bencana secara cepat dan efektif. Tanggap darurat

mencakup tindakan darurat untuk melindungi nyawa, harta benda, dan lingkungan

dari dampak bencana atau situasi darurat.

Tanggap darurat biasanya dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

1. Pertolongan Pertama (First Response): Tahap ini dilakukan untuk

memberikan bantuan awal bagi korban bencana, seperti evakuasi, penanganan

medis, pemadaman kebakaran, dan penyediaan bantuan darurat lainnya.

2. Stabilisasi (Stabilization): Tahap ini dilakukan untuk menstabilkan situasi dan

meminimalkan kerusakan lebih lanjut. Langkah-langkah yang dilakukan

dapat meliputi penanganan darurat, pemulihan jaringan komunikasi, dan lain-

lain.

3. Pemulihan (Recovery): Tahap ini dilakukan untuk membantu korban bencana

dalam memulihkan diri dan membangun kembali lingkungan dan

infrastruktur yang rusak.

Untuk melaksanakan tanggap darurat yang efektif, perlu adanya

koordinasi dan kerja sama antara pihak-pihak terkait seperti pemerintah, lembaga

swadaya masyarakat, dan masyarakat setempat. Selain itu, persiapan dan pelatihan

19
sebelumnya juga sangat penting untuk memastikan bahwa tim tanggap darurat

memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam merespon situasi

darurat secara efektif dan efisien.

2.1.4 Kesiapsiagaan Keadaan Darurat

Menurut Ramli (2010), Kesiapsiagaan keadaan darurat (emergency

preparedness) adalah suatu upaya untuk mempersiapkan diri atau organisasi

dalam menghadapi dan merespon situasi darurat atau bencana dengan efektif dan

efisien. Kesiapsiagaan keadaan darurat mencakup berbagai aspek seperti

perencanaan, pelatihan, persiapan fasilitas, pengembangan sistem komunikasi, dan

lain-lain.

Langkah-langkah dalam kesiapsiagaan keadaan darurat antara lain:

1. Identifikasi potensi bahaya dan risiko: Identifikasi potensi bahaya dan risiko

yang mungkin terjadi di wilayah tersebut adalah langkah awal dalam

mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat.

2. Rencana tanggap darurat: Menyusun rencana tanggap darurat yang mencakup

skenario yang mungkin terjadi dan tindakan yang harus diambil dalam setiap

skenario tersebut.

3. Pelatihan dan pengembangan keterampilan: Melakukan pelatihan dan

pengembangan keterampilan bagi staf dan anggota tim tanggap darurat agar

memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam merespon

situasi darurat.

4. Persiapan fasilitas dan peralatan darurat: Persiapan fasilitas dan peralatan

darurat, seperti tenda darurat, peralatan medis, dan lain-lain agar dapat

digunakan dengan segera saat dibutuhkan.

20
5. Sistem komunikasi dan jalur pengambilan keputusan: Menetapkan sistem

komunikasi dan jalur pengambilan keputusan yang jelas dan efektif untuk

memudahkan koordinasi antar tim dan mempercepat proses pengambilan

keputusan.

6. Sistem peringatan dini: Menyusun dan mengaktifkan sistem peringatan dini

yang dapat memberikan informasi awal tentang bahaya atau situasi darurat

agar tindakan tanggap darurat dapat dilakukan dengan cepat.

Kesiapsiagaan keadaan darurat sangat penting untuk memastikan bahwa

organisasi atau masyarakat dapat merespon situasi darurat atau bencana dengan

cepat, efektif dan efisien. Dengan melakukan persiapan sebelumnya, diharapkan

dapat meminimalkan dampak negatif dari situasi darurat atau bencana.

2.2. Kebakaran

Menurut National Fire Protection Association (2002), kebakaran sebagai

peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3 buah unsur yaitu bahan yang dapat

terbakar, oksigen yang terdapat di udara, dan panas yang dapat menimbulkan

kematian pada manusia. Kebakaran terjadi karena adanya tiga unsur atau yang

disebut juga sebagai segitiga api yaitu:

1. Bahan Bakar (fuel), Yaituu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang

dapat terbakar dan bercampur dengan oksigen dari udara.

2. Oksigen yang terkandung dalam udara, maka proses kebakaran tidak dapat

terjadi.

3. Sumber panas (heat), yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang

cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari

udara.

21
Menurut Budi (2022), Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen yang

dikenal sebagai segitiga api, yaitu bahan bakar, oksigen, dan panas. Jika ketiga

elemen ini ada secara bersamaan, maka dapat terjadi kebakaran. Tanpa adanya

salah satu unsur tersebut, api tidak mungkin dapat terjadi. Bahkan masih ada

unsur ke empat yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya reaksi

pembakaran api tidak mungkin akan hidup secara terus menerus. Konsep api

inilah yang menjadi landasan dalam pengembangan ilmu kebakaran, landasan

mengembangkan sarana dan menerapkan system proteksi yang baik.

2.2.1 Klasifikasi Kebakaran

Menurut Departemen Tenaga Kerja (1980), Klasifikasi kebakaran

biasanya dilakukan berdasarkan jenis bahan bakar yang terlibat dalam kebakaran,

karena jenis bahan bakar dapat mempengaruhi cara penanganan kebakaran.

Berikut ini adalah klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar:

1. Kebakaran Kelas A: Kebakaran jenis ini melibatkan bahan bakar padat seperti

kayu, kertas, atau tekstil. Penanganan kebakaran ini dilakukan dengan

menggunakan air atau bahan pemadam api seperti serbuk kering.

2. Kebakaran Kelas B: Kebakaran jenis ini melibatkan bahan bakar cair seperti

minyak, bensin, atau cat. Penanganan kebakaran ini dilakukan dengan

menggunakan bahan pemadam api yang tidak dapat bercampur dengan air,

seperti busa pemadam atau serbuk kering.

3. Kebakaran Kelas C: Kebakaran jenis ini melibatkan bahan bakar gas seperti

propana atau metana. Penanganan kebakaran ini dilakukan dengan

menghentikan sumber gas dan memadamkan api dengan menggunakan bahan

pemadam api yang sesuai.

22
4. Kebakaran Kelas D: Kebakaran jenis ini melibatkan bahan bakar logam

seperti magnesium atau titanium. Penanganan kebakaran ini dilakukan

dengan menggunakan serbuk kering khusus yang dirancang untuk

memadamkan kebakaran logam.

Klasifikasi kebakaran ini penting untuk membantu petugas pemadam

kebakaran dalam memilih bahan pemadam api yang tepat dan memilih strategi

pemadaman kebakaran yang efektif.

2.2.2 Manajemen Proteksi Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 20/PRT/M/2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan, manajemen

proteksi kebakaran Gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan Gedung dalam

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan

Gedung.

Menurut Departmen Pekerjaan Umum Republik Indonesia (2009),

Manajemen proteksi kebakaran meliputi berbagai aspek, mulai dari perencanaan,

pencegahan, pendeteksian, respons, hingga pemulihan setelah terjadinya

kebakaran. Beberapa elemen yang terkait dengan manajemen proteksi kebakaran

antara lain:

1. Perencanaan proteksi kebakaran: Perencanaan proteksi kebakaran dilakukan

dengan membuat rencana tindakan darurat dan memastikan bahwa bangunan

dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran yang sesuai.

2. Pencegahan kebakaran: Pencegahan kebakaran dilakukan dengan menjaga

kebersihan dan kerapihan bangunan, menghindari penggunaan bahan-bahan

23
yang mudah terbakar, memastikan sirkulasi udara yang cukup, dan

melakukan pemeliharaan rutin pada sistem proteksi kebakaran.

3. Pendeteksian kebakaran: Pendeteksian kebakaran dilakukan dengan

memasang peralatan pendeteksi kebakaran, seperti smoke detector, heat

detector, dan sprinkler system, untuk memantau keberadaan api atau asap di

dalam bangunan.

4. Respons kebakaran: Respons kebakaran dilakukan dengan segera

memadamkan kebakaran dan memberikan evakuasi kepada orang-orang yang

terjebak di dalam bangunan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat

pemadam kebakaran yang sesuai, seperti tabung pemadam, selang pemadam,

dan fire blanket.

5. Pemulihan setelah kebakaran: Setelah kebakaran, perlu dilakukan pemulihan

yang meliputi pemulihan bangunan, barang, dan dokumen yang rusak akibat

kebakaran, serta evaluasi ulang terhadap sistem proteksi kebakaran yang ada.

Manajemen proteksi kebakaran penting untuk dilakukan guna mengurangi

risiko terjadinya kebakaran dan meminimalkan kerugian akibat kebakaran.

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kesiapsiagaan Tanggap

Darurat Kebakaran

Merupakan faktor yang terdapat pada individu yang mempresepsikan

stimulus yang muncul, sehingga mempengaruhi hasil interpretasinya dalam

menangani keadaan darurat kebakaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

presepsi dalam mengahadapi keadaan darurat kebakaran yaitu:

24
2.3.1 Pengalaman

Pengalaman adalah hasil dari proses belajar atau interaksi seseorang

dengan lingkungan atau objek tertentu. Pengalaman dapat meliputi segala sesuatu

yang pernah dialami oleh seseorang, termasuk pengalaman fisik, sosial,

emosional, dan mental.

Pengalaman dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti pengamatan,

percobaan, atau pengalaman langsung dalam melakukan suatu tindakan atau

aktivitas. Pengalaman juga dapat diperoleh dari interaksi dengan orang lain,

seperti melalui hubungan interpersonal atau kegiatan bersama.

Pengalaman yang berbeda dapat memengaruhi persepsi, sikap, dan

tindakan seseorang terhadap lingkungan dan orang lain. Pengalaman yang positif

dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mengembangkan keterampilan serta

kemampuan seseorang, sedangkan pengalaman yang negatif dapat menyebabkan

ketakutan atau trauma dan mempengaruhi cara seseorang memandang diri sendiri

dan lingkungannya. Menurut Telafani (2014) didalam penelitianya menyebutkan

bahwa pengalaman mempengerahui seseorang dalam mengampil keputusan

apabila terjadinya suatu keadaan darurat sehingga mereka tidak panik dalam

menghadapi kebakaran tersebut.

2.3.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah pemahaman atau pengertian tentang fakta, konsep,

ide, atau informasi yang diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai cara, seperti membaca,

mendengarkan, atau mengalami sendiri.

Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai hasil dari pemrosesan

25
informasi yang diterima oleh otak. Proses ini melibatkan penerimaan,

pemahaman, penyimpanan, dan pemulihan kembali informasi untuk digunakan

dalam situasi tertentu.

Pengetahuan dapat berupa pengetahuan umum atau pengetahuan khusus.

Pengetahuan umum mencakup pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman

hidup sehari-hari dan dapat digunakan dalam berbagai situasi, sedangkan

pengetahuan khusus mencakup pengetahuan yang khusus dan terkait dengan suatu

bidang tertentu, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, atau keahlian tertentu.

Menurut Notoadmojo (2003), Pengetahuan memiliki peran penting dalam

kehidupan manusia, karena memungkinkan manusia untuk memahami dunia di

sekitarnya dan membuat keputusan yang tepat. Pengetahuan juga merupakan

landasan bagi inovasi dan perkembangan teknologi.

2.3.3 Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan seseorang dalam suatu bidang atau pekerjaan tertentu.

Pelatihan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti kelas atau seminar,

pelatihan online, pelatihan on-the-job, pelatihan di pusat pelatihan, atau pelatihan

mandiri.

Menurut Dessler, Gary Pelatihan adalah proses mengajar keterampilan

yang di butuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjaannya. Veithzal Rivai

menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis mengubah tingkah laku

pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.

Tujuan dari pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan peserta pelatihan sehingga mereka dapat

26
melakukan pekerjaan mereka dengan lebih efektif dan efisien. Pelatihan juga

dapat membantu individu untuk mempersiapkan diri untuk tugas atau pekerjaan

baru atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan saat ini.

Pelatihan biasanya diselenggarakan oleh perusahaan atau organisasi yang

ingin meningkatkan kinerja karyawan mereka, atau oleh individu yang ingin

meningkatkan kemampuan mereka dalam suatu bidang tertentu. Pelatihan dapat

mencakup topik-topik seperti keterampilan kepemimpinan, pengembangan karir,

keterampilan teknis, komunikasi, dan lain-lain.

2.3.4 Pengawasan

Pengawasan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa

suatu aktivitas atau proses berjalan sesuai dengan aturan, standar, dan kebijakan

yang telah ditetapkan. Tujuan dari pengawasan adalah untuk mengontrol dan

mengelola risiko serta memastikan bahwa tujuan akhir yang diinginkan tercapai

dengan efektif dan efisien.

Pengawasan dapat dilakukan dalam berbagai bidang, seperti dalam

manajemen organisasi, keuangan, produksi, atau dalam proses bisnis secara

umum. Proses pengawasan melibatkan langkah-langkah seperti pemantauan,

evaluasi, dan pelaporan terkait dengan kinerja dan hasil yang diinginkan.

Menurut Ukas (2004), Pengawasan dapat dilakukan oleh individu atau

kelompok yang ditunjuk sebagai pengawas atau oleh sistem otomatis yang telah

diatur sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengawasan yang efektif dan efisien

sangat penting dalam memastikan kesuksesan dan kelangsungan bisnis atau

aktivitas yang sedang dilakukan.

27
2.3.5 Lingkungan

Menurut Rusdiana (2015), Lingkungan merujuk pada kondisi atau faktor-

faktor fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya di sekitar kita yang

memengaruhi keberadaan dan kehidupan manusia serta organisme lainnya.

Lingkungan dapat dilihat dari berbagai aspek seperti lingkungan alam, lingkungan

sosial, dan lingkungan buatan.

Lingkungan alam mencakup unsur-unsur alamiah seperti udara, air, tanah,

dan iklim, serta berbagai bentuk kehidupan seperti tumbuhan, hewan, dan

mikroorganisme. Faktor-faktor ini sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia dan organisme lainnya.

Lingkungan sosial mencakup hubungan sosial, nilai-nilai budaya, dan

praktik-praktik sosial yang mempengaruhi kehidupan manusia. Faktor-faktor ini

mencakup keluarga, teman, sekolah, masyarakat, dan institusi sosial lainnya.

Lingkungan buatan mencakup lingkungan yang diciptakan oleh manusia,

seperti bangunan, jalan, transportasi, dan infrastruktur lainnya. Lingkungan buatan

dapat mempengaruhi cara manusia berinteraksi dengan lingkungan alam dan

sosial.

Perubahan dalam lingkungan dapat berdampak pada kesehatan dan

kesejahteraan manusia dan organisme lainnya, serta dapat mempengaruhi

kemampuan kita untuk bertahan hidup dan berkembang. Oleh karena itu, penting

untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan untuk generasi masa

depan.

28
2.4 Proteksi Kebakaran

Proteksi kebakaran adalah upaya untuk mencegah, mendeteksi, dan

menanggulangi kebakaran dengan tujuan untuk melindungi kehidupan manusia,

harta benda, dan lingkungan dari kerusakan akibat kebakaran.

2.4.1 Fire Detection

Menurut Hastiti (2017), Fire Detection atau deteksi kebakaran adalah

suatu sistem atau perangkat yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan api atau

asap sebagai tanda terjadinya kebakaran. Tujuannya adalah untuk memberikan

peringatan dini agar orang bisa segera mengambil tindakan pencegahan atau

evakuasi dengan cepat.

Sistem deteksi kebakaran dapat berupa sistem yang sederhana seperti

alarm asap atau sistem yang lebih kompleks seperti sistem sprinkler, sistem

detektor panas atau sistem detektor asap. Detektor panas bekerja dengan

mendeteksi kenaikan suhu di sekitar alat, sedangkan detektor asap bekerja dengan

mendeteksi keberadaan partikel-partikel asap di udara.

Sistem deteksi kebakaran sering diintegrasikan dengan sistem proteksi

kebakaran yang lain seperti tabung pemadam kebakaran atau sistem sprinkler.

Dalam situasi kebakaran, sistem deteksi kebakaran akan memberikan sinyal atau

peringatan pada alat yang terhubung seperti alarm kebakaran atau ponsel atau

bahkan mengaktifkan sistem pemadam kebakaran otomatis seperti sistem

sprinkler.

Deteksi kebakaran sangat penting untuk mencegah terjadinya kebakaran

dan memastikan keselamatan manusia serta harta benda. Oleh karena itu, perlu

untuk memasang sistem deteksi kebakaran yang memadai dan menjaga agar

29
sistem tersebut selalu dalam kondisi baik dan siap digunakan.

2.4.2 Fire Warning

Menurut Yudha (2017), Fire Warning atau peringatan kebakaran adalah

suatu tindakan untuk memberikan informasi atau sinyal kepada orang-orang di

sekitar bahwa terdapat kebakaran atau kemungkinan kebakaran yang sedang

terjadi atau akan terjadi. Tujuan dari peringatan kebakaran adalah untuk

memberikan peringatan dini dan kesempatan bagi orang untuk segera mengambil

tindakan pencegahan atau evakuasi dengan cepat dan aman.

Ada beberapa cara untuk memberikan peringatan kebakaran, di antaranya adalah:

1. Alarm kebakaran: sistem alarm kebakaran biasanya terhubung dengan

sistem deteksi kebakaran yang dapat mendeteksi keberadaan api atau asap.

Sistem ini akan mengeluarkan sinyal suara atau visual yang jelas dan dapat

terdengar atau terlihat di seluruh area bangunan.

2. Pemberitahuan manual: pemberitahuan manual dapat dilakukan dengan

cara mengumumkan atau memberikan instruksi secara langsung kepada

penghuni atau pengguna bangunan melalui interkom atau pengeras suara.

3. Sistem telepon otomatis: sistem telepon otomatis biasanya terhubung

dengan sistem deteksi kebakaran dan dapat memberikan peringatan suara

yang jelas dan terdengar di seluruh area bangunan.

4. Sistem ponsel otomatis: sistem ponsel otomatis dapat mengirimkan pesan

teks atau suara ke ponsel atau perangkat mobile penghuni atau pengguna

bangunan untuk memberikan peringatan dini tentang kebakaran.

Peringatan kebakaran harus dilakukan dengan segera dan harus mudah

dipahami dan diterima oleh semua orang yang berada di area bangunan. Hal ini

30
akan membantu orang untuk segera mengambil tindakan pencegahan atau

evakuasi dengan cepat dan aman, sehingga dapat mencegah atau meminimalkan

kerugian akibat kebakaran.

2.4.3 Smoke Control

Menurut Maharani (2017), Smoke Control atau pengendalian asap adalah

suatu sistem atau metode untuk mengendalikan pergerakan asap dalam bangunan

atau ruangan selama terjadinya kebakaran. Tujuan dari sistem pengendalian asap

adalah untuk menyediakan jalan keluar yang aman dan memberikan waktu yang

cukup bagi orang untuk melakukan evakuasi dan membatasi kerusakan pada

bangunan.

Sistem pengendalian asap terdiri dari beberapa komponen, di antaranya

adalah sistem ventilasi, sistem deteksi asap, sistem alarm kebakaran, dan sistem

sprinkler. Sistem ventilasi pada bangunan atau ruangan dapat membantu

mengendalikan pergerakan asap dan mempercepat proses evakuasi. Sistem deteksi

asap dan alarm kebakaran akan memberikan peringatan dini tentang keberadaan

api atau asap sehingga penghuni bangunan dapat segera mengambil tindakan

pencegahan atau evakuasi dengan cepat.

Sistem sprinkler juga berperan penting dalam pengendalian asap karena

dapat memadamkan api sebelum api dan asap menyebar ke seluruh area

bangunan. Sistem sprinkler dapat diintegrasikan dengan sistem deteksi kebakaran

untuk memastikan bahwa sistem sprinkler hanya diaktifkan saat terjadi kebakaran

yang sebenarnya.

31
Selain itu, penggunaan pintu-pintu tahan api, bahan penyekat, dan peredam suara

juga dapat membantu dalam pengendalian asap dan meminimalkan kerusakan

pada bangunan serta memastikan keselamatan orang yang berada di dalamnya.

Pengendalian asap merupakan bagian penting dalam sistem proteksi

kebakaran untuk memastikan bahwa seluruh area bangunan atau ruangan aman

dan terlindungi selama terjadinya kebakaran.

2.4.4 Fire Suppression

Menurut Chandra (2017), Fire Suppression atau pemadaman kebakaran

adalah proses untuk memadamkan atau mengendalikan kebakaran dengan

menggunakan berbagai teknik dan peralatan. Tujuannya adalah untuk

meminimalkan kerusakan pada bangunan dan barang-barang, serta memastikan

keselamatan manusia.

Berikut adalah beberapa teknik dan peralatan yang digunakan dalam

pemadaman kebakaran:

1. Pemadaman dengan air: Air adalah bahan pemadam api yang paling umum

digunakan untuk memadamkan kebakaran. Air dapat disemprotkan ke api

dan sumber panas untuk memadamkan api dan mendinginkan sumber

panas. Sistem sprinkler dan sistem hydrant adalah contoh peralatan yang

digunakan untuk pemadaman dengan air.

2. Pemadaman dengan bahan kimia: Bahan kimia khusus dapat digunakan

untuk memadamkan kebakaran di area tertentu seperti dapur atau tempat

penyimpanan bahan kimia. Bahan kimia seperti CO2, foam dan dry

chemical dapat menghambat proses pembakaran dan menghentikan api.

32
3. Pemadaman dengan gas: Gas seperti karbondioksida (CO2) dan gas inert

lainnya dapat digunakan untuk memadamkan api dengan cara

memadamkan sumber oksigen yang dibutuhkan api untuk terus berkobar.

4. Pemadaman dengan perlindungan otomatis: Perlindungan otomatis seperti

sistem sprinkler, fire suppression atau extinguishing systems (contohnya

Halon) dan fire dampers dapat secara otomatis mendeteksi kebakaran dan

memadamkannya.

5. Pemadaman dengan alat pemadam kebakaran portable: Alat pemadam

kebakaran portable seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan Fire

Blanket dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran di tahap awal.

APAR biasanya berisi bahan kimia yang dapat menghambat proses

pembakaran dan memadamkan api.

Pemadaman kebakaran harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan

prosedur yang tepat untuk memastikan keselamatan manusia dan mencegah

terjadinya kerusakan yang lebih besar. Pemadaman kebakaran yang efektif

membutuhkan koordinasi yang baik antara petugas pemadam kebakaran dan

penghuni atau pengelola bangunan.

2.4.5 Emergency Lighting

Menurut Andrias (2017), Emergency Lighting atau pencahayaan darurat

adalah sistem pencahayaan alternatif yang dirancang untuk memberikan cahaya di

area yang terpengaruh saat terjadi pemadaman listrik atau keadaan darurat seperti

kebakaran atau gempa bumi. Tujuannya adalah untuk membantu orang keluar dari

bangunan dengan aman dan cepat, dan memberikan cahaya yang cukup untuk

memungkinkan orang melakukan tindakan pencegahan atau evakuasi.

33
Berikut adalah beberapa jenis emergency lighting yang umum digunakan:

1. Sistem pencahayaan darurat terpusat: Sistem ini menggunakan sumber

daya listrik terpisah dan terpusat yang dapat dioperasikan secara otomatis

ketika terjadi pemadaman listrik atau keadaan darurat.

2. Lampu darurat portabel: Lampu darurat portabel adalah lampu baterai

yang dapat digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang

terpengaruh oleh keadaan darurat. Lampu ini dapat digunakan oleh

penghuni bangunan atau oleh petugas pemadam kebakaran dan

penyelamat selama proses evakuasi.

3. Exit sign: Exit sign adalah tanda atau papan penunjuk arah keluar yang

dilengkapi dengan pencahayaan darurat. Exit sign umumnya diletakkan di

dekat pintu keluar atau jalan keluar untuk memberikan petunjuk arah

keluar yang jelas pada penghuni bangunan.

4. Sistem pencahayaan darurat yang disatukan dengan sistem deteksi

kebakaran: Beberapa sistem deteksi kebakaran dapat dilengkapi dengan

sistem pencahayaan darurat yang otomatis terhubung ke sistem deteksi

kebakaran. Saat terdeteksi adanya kebakaran, sistem ini akan memberikan

cahaya darurat untuk membantu penghuni bangunan keluar dengan aman.

Penting untuk memastikan bahwa emergency lighting berfungsi dengan baik

dan diuji secara teratur untuk memastikan ketersediaan cahaya darurat pada saat

dibutuhkan. Selain itu, perlu juga diperhatikan untuk mengikuti regulasi dan

standar keselamatan yang berlaku dalam penggunaan emergency lighting.

34
2.5 Kerangka Teori
A. Faktor Kompetensi
1. Pengalaman
2. Pengetahuan
3. Pelatihan
4. Pengawasan
5. Organisasi

B. Kebijakan Manajemen
Keselamatan Kebakaran
1. Organisasi
2. Pelatihan Kesiapsiagaan Tanggap
3. Housekeeping Darurat Kebakaran
4. Maintenance
5. Emergency

C. Ketersediaan Proteksi
Kebakaran
1. Fire Detection
2. Fire Warning
3. Smoke Control
4. Fire suppression
5. Emergrency Lighting

Bagian 2.1 Kerangka Teori

Reverensi : Lestari, F., Hastiti, L., Pujiriani, I., Andrias, D., Nurdiansyah, W.,
Chandra, J., . . . Paramitasar. (2017). Keselamatan Kebakaran (Fire
Safety). Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

35
2.5 Kerangka Konsep

Variabel Indipenden Variabel Dipenden

Pengetahuan
Kesiapsiagaan
Pelatihan Tanggap Darurat
Kebakaran

Penglaman

Bagian 2.2 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha 1 : Ada hubungan pengetahuan dengan kesiapsiagaan tanggap

darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

Ho 1 : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kesiapsiagaan tanggap

darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

Ha 2 : Ada hubungan pelatihan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat

kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

Ho 2 : Tidak ada hubungan pelatihan dengan kesiapsiagaan tanggap

darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

Ha 3 : Ada hubungan pengalaman dengan kesiapsiagaan tanggap darurat

kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

Ho 3 : Tidak ada hubungan pengalaman dengan kesiapsiagaan tanggap

darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

36
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah jenis

penelitian jenis penelitian survey dengan metode kuantitatif, dikarenakan dalam

menentukan hubungan kompetensi pekerja dengan kesiapsiagaan tanggap

darurat kebakaran di warehouse PT. X Kota Batam. Pendekatan yang penulis

gunakan yakni pendekatan cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian di laksanakan di Warehouse PT. X Kota Batam yang

berlokasi di JL. Bawal No 1, Batu Mera, Kecamatan Batu Ampar, Kepulauan

Riau, Kota Batan. Kegiatan Penelitian ini berlangsung selama 1 (satu) bulan,

sejak bulan Mei hingga Juni.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja tetap

maupun kontrak di Warehouse PT. X Kota Batam, yaitu sebanyak 40 orang.

3.4 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi penelitian yaitu seluruh

pekerja di Warehouse PT. X Kota Batam.

3.5 Teknik Sampel

Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh.

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relative kecil.

(sugiyono, 2017)

37
3.6 Variebel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Matrix Operasional Variabel (MOV)

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Ukur
1. Pengetahuan Pemahaman Lembar Kuisioner Nilai terendah Ordinal
yang diperoleh kuisioner wawancara adalah 0, dan
melalui proses nilai tertinggi
belajar atau adalah 10.
pengalaman Unutk analisis
yang univariat, data
berhuibungan dikategorikan
dengan dengan cut of
kebakaran point
(Notoadmojo, berdasarkan
2003) nilai : Mean =
4.80
0. Pengetahuan
kurang baik
jika < 4.8
1. Pengetahuan
baik jika ³
4.8
2. Pelatihan Suatu proses Lembar Kuesioner Nilai terendah Nominal
Pendidikan kuisioner wawancara adalah 10, dan
yang nilai tertinggi
meningkatkan adalah 50.
kekmampuan Unutk analisis
seseorang univariat, data
dalam bidang dikategorikan
kebakaran dengan cut of
(Garry, 2006) point
berdasarkan
nilai : Mean =
34.68
0. Pelatihan
kurang baik
jika < 34.68
1. Pelatihan
baik jika ³
34.68

3. Pengalaman Segala sesuatu Lembar Kuesioner Nilai terendah Nominal


yang pernah kuisioner wawancara adalah 0, dan
dialami nilai tertinggi
termasuk adalah 7.

38
pengalaman Unutk analisis
fisik, social, univariat, data
emosional dan dikategorikan
mental yang dengan cut of
berhubungan point
dengan tanggap berdasarkan
darurat nilai : Mean =
kebakaran 4.63
(Telafani, 0. Pengalaman
2014) kurang baik
jika < 4.63
1. Pengalaman
baik ³ 4.63
4. Kesiapsiagaan Keadaan sikap Lembar Kuesioner Nilai terendah Nominal
Kebakaran pekerja dalam kuisoner wawancara adalah 7, dan
menghadapi nilai tertinggi
situasi keadaan adalah 28.
darurat Unutk analisis
kebakaran univariat, data
(Ramli, 2010) dikategorikan
dengan cut of
point
berdasarkan
nilai : Mean =
18.70
0.
Kesiapsiagaan
kurang baik
jika < 18.70
1.
Kesiapsiagaan
baik jika ³
18.70

3.7 Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014), instrument penelitian adalah suatu alat

pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun

social yang diamati. Dengan demikian, penggunaan instrument penelitian yaitu

untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam

maupun social. Pengumpulan data-data dalam penelitian yang dilakukan peneliti

untuk memperoleh data sebagai berikut:

39
a. Data Primer

Data primer dalam penelitian adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpulan data yaitu dengan menggunakan Kuesioner. Sumber

data primer dalam penelitian ini berasal dari karyawan PT.X Kota Batam.

Metode pengambilan data dilakukan melalui dua metode yaitu:

1. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2018), kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan

tertulis pada responden untuk dijawab. Kuesioner dapat berupa

pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada

responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

Pembagian dan pengisian intrumen dikuesioner ini dilakukan oleh tenaga

kerja yang telah ditetapkan sebagai responden peneliti. Kuesioner

digunakan untuk mengukur variable penelitian yang akan diteliti oleh

peneliti yaitu pengalaman, pengetahuan dan pelatihan.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang spesifik

dibandingkan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.

Wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka

observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek yang lainnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari studi dan survei oleh pihak

lain sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen

perusahaan, peraturan K3, kebijakan, dan SOP perusahaan.

40
3.8 Prosedur Pengolahan Data

Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan

dianalisis menggunakan computer sebagai berikut :

a. Editting, Dilakukan setelah mendapatkan data yang dikumpulkan dengan

tujuan untuk pengecekan kelengkapan data, menkoreksi data bila terjadi

kesalahan atau kekurangan dan pengelolahan data dapat diteliti.

b. Koding, Pemberian kode pada data sehingga memudahkan pengelompokan

dan pengolahan data.

c. Entry, Memasukan data yang telah dilakukan koding kedalam program

komputer.

d. Tabulasi, Mengelompokan data sesuai variabel.

3.9 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap

setiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya hanya menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel. (Notomadjo, 2002) Analisis

univariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi

frekuensi pengetahuan, pelatihan dan pengalaman.

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel indipenden dengan variabel dipenden. Uji yang digunakan yaitu

Chi-square dengan tingakat kepercayaan 95%. Analisis bivariat dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja

dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran, untuk mengetahui

41
hubungan pelatihan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran,

untuk mengetahui hubungan pengalaman dengan kesiapsiagaan tanggap

darurat kebakaran.

3.10 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Kesiapsiagaan

Tanggap Darurat Kebakaran Di Warehouse PT. X Kota Batam Indonesia dapat

dilihat pada table 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

2023

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan
Judul
2. Pembuatan
Proposal
3. Seminar
Proposal
4. Perbaikan
Proposal
5. Pengumpulan
Data
6. Pengelolahan
dan Analisis
Data
7 Penulisan
Skripsi

42
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Profil Perusahaan

PT. X berlokasi di Pulau Batam di daerah Batu Ampar yang membangun

platform pengeboran lepas pantai yang memproduksi oil dan gas sejak tahun

1970. PT. X merupakan salah satu perusahaan kontraktor minyak dan gas terbesar

di Indonesia yang bergerak di dalam bidang engineering, fabrication, installation,

Procurements, research, manufacturing, environmental system, dan project

management. Kegiatan yang dilakukan di PT. X Indonesia adalah : Kegiatan

desain, fabrikasi, pemasangan dan komisioning Jacket (Rig), oil dan gas pipeline

facility dan juga petrochemical plant module. PT. X berhasil merancang berbagai

jenis fasilitas pengeboran dan produksi minyak dan gas bumi lepas pantai

(offshore).

4.2 Hasil Penelitian

4..2.1 Analisis univariat

Data univariat yaitu mendeskripsikan pengetahuan, pelatihan, pengalaman

terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di PT. X Batam tahun 2023.

43
a. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pekerja

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan di PT. X Kota Batam


Tahun 2023

Pengetahuan Frekuensi Persentase %

Baik 22 55

Kurang 18 45

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui dari 40 responden PT.X Kota Batam

Tahun 2023 terdapat 22 responden (55%) memiliki pengetahuan terhadap

kesiapsiagaan tanggap darurat yang baik, dan terdapat 18 responden (45%)

memiliki pengalaman terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat yang kurang.

b. Distribusi Frekuensi Pelatihan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pelatihan di PT. X Kota Batam Tahun


2023

Pelatihan Frekuensi Persentase %

Baik 28 70

Kurang 12 30

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui dari 40 responden PT.X Kota Batam

Tahun 2023 terdapat 28 responden (70%) memiliki pelatihan yang baik, dan

terdapat 12 responden (30%) memiliki pelatihan yang kurang.

44
c. Distribusi Frekuensi Pengalaman Pekerja

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengalaman di PT. X Kota Batam Tahun


2023

Pengalaman Frekuensi Persentase %

Baik 19 47.5

Kurang 21 52.4

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui dapat diketahui dari 40 responden

PT.X Kota Batam Tahun 2023 terdapat 19 responden (47.5%) memiliki

pengalaman terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat yang baik, dan terdapat

21 responden (52.4%) memiliki pengalaman terhadap kesiapsiagaan tanggap

darurat yang kurang.

d. Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Pekerja di PT. X Kota


Batam Tahun 2023

Kesiapsiagaan Frekuensi Persentase %

Baik 20 50

Kurang 20 50

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui dapat diketahui dari 40 responden

PT.X Kota Batam Tahun 2023 terdapat 20 responden (50%) memiliki

45
kesiapsiagaan tanggap darurat yang baik, dan terdapat 20 responden (50%)

memiliki kesiapsiagaan tanggap darurat yang kurang.

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat ialah analisis yang dapat digunakan terhadap dua variable

yang diduga berhubungan. (Notoadmodjo, 2018). Dalam uji statistic yang peneliti

gunakan yaitu sesuai dengan data masing-masing variable dianalisis

menggunakan uji chi-square test.

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran,

hubungan pelatihan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran, dan

hubungan pengalaman dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di

Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023.

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Kebakaran

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Kebakaran

Pengetahuan Total P-
kesiapsiagaan P. Baik P.Kurang Value

n % n % N %
Kesiapsiagaan 12 54.5 8 44.4 22 100 0,018
Baik
Kesiapsiagaan 10 45.5 10 55.6 18 100
Kurang
Total 22 100 18 100 40 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukan hasil penelitian hubungan antara

pengetahuan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran pekerja di

46
Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023. Berdasarkan kesiapsiagaan baik

terdapat 20 pekerja yang terdiri dari kesiapsiagaan dengan pengetahuan baik

sebanyak 12 pekerja (54.5%) pekerja. Pada kesiapsiagaan baik dengan

pengetahuan kurang baik sebanyak 8 pekerja (44.4%) pekerja. Sedangkan

kesiapsiagaan kurang baik terdapat 20 pekerja, yang terdiri dari kesiapsiagaan

kurang baik dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 10 pekerja atau sebesar

55.6% pekerja. Pada kesiapsiagaan kurang baik dengan pengalaman baik

sebanyak 10 pekerja (45.5%) pekerja.

Berdasarkan hasil Chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,018 yang

berarti kesiapsiagaan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan.

Maka dapat disimpulkan bahwasannya sebagian besar dari pekerja memiliki

kesiapsiagaan baik dengan pengetahuan baik sebanyak 12 (54.5%) pekerja dengan

p-value sebesar 0.018 di Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023.

b. Hubungan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Kebakaran

Tabel 4.6 Hubungan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Kebakaran

Pelatihan Total P-
kesiapsiagaan P. Kurang P.Baik Value

n % n % N %
Kesiapsiagaan 5 41.7 15 53.6 12 100 0,014
Kurang
Kesiapsiagaan 7 58.3 13 46.4 28 100
Baik
Total 12 100 28 100 40 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukan hasil penelitian hubungan antara

pelatihan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran pekerja di Warehouse

47
PT. X Kota Batam Tahun 2023. Berdasarkan kesiapsiagaan baik terdapat 28

pekerja yang terdiri dari kesiapsiagaan dengan pelatihan baik sebanyak 13 pekerja

atau sebesar 46.4% pekerja. Pada kesiapsiagaan baik dengan pelatihan kurang

baik terdapat 7 pekerja atau sebesar 58.3% pekerja. Sedangkan kesiapsiagaan

kurang baik terdapat 12 pekerja, yang terdiri dari kesiapsiagaan kurang baik

dengan pelatihan kurang baik sebanyak 5 pekerja atau sebesar 41.7% pekerja.

Pada kesiapsiagaan kurang baik dengan pelatihan baik sebanyak 15 pekerja atau

sebesar 53.6% pekerja.

Berdasarkan hasil Chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,014, yang

berarti kesiapsiagaan memiliki hubungan yang signifikan dengan pelatihan. Maka

dapat disimpulkan bahwasannya sebagian besar dari pekerja memiliki

kesiapsiagaan baik dengan pelatihan baik sebanyak 13 pekerja atau sebesar

46.4% pekerja dengan p-value sebesar 0.014 di Warehouse PT. X Kota Batam

Tahun 2023.

c. Hubungan Pengalaman dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Kebakaran

Tabel 4.7 Hubungan Pengalaman dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Kebakaran

Pengalaman Total P-
kesiapsiagaan P. Kurang P.Baik Value

n % n % N %
Kesiapsiagaan 10 47.6 10 52,6 21 100 0,002
Kurang
Kesiapsiagaan 11 52,4 9 47,4 19 100
Baik
Total 21 100 19 100 40 100

48
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukan hasil penelitian hubungan antara

pengalaman dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran pekerja di

Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023. Berdasarkan kesiapsiagaan baik

terdapat 19 pekerja yang terdiri dari kesiapsiagaan dengan pengalaman baik

sebanyak 9 pekerja atau sebesar 47,5% pekerja. Pada kesiapsiagaan baik dengan

pengalaman kurang baik sebanyak 11 pekerja atau sebesar 52,4% pekerja.

Sedangkan kesiapsiagaan kurang baik terdapat 21 pekerja, yang terdiri dari

kesiapsiagaan kurang baik dengan pengalaman kurang baik sebanyak 10 pekerja

atau sebesar 47.6% pekerja. Pada kesiapsiagaan kurang baik dengan pengalaman

baik sebanyak 10 pekerja atau sebesar 52,6% pekerja.

Berdasarkan hasil Chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,002, yang

berarti kesiapsiagaan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengalaman

kerja. Maka dapat disimpulkan bahwasannya sebagian besar dari pekerja

memiliki kesiapsiagaan baik dengan pengalaman baik sebesar 47,4 dengan p-

value sebesar 0.002 di Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023.

49
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Pengatahuan

Berdasarkan hasil analisis univariat yang didapatkan dari variable

pengetahuan pekerja Warehouse PT. X Kota Batam Tahun 2023, dari 40

responden terdapat 22 responden (55%) memiliki pengetahuan yang baik di

bandingkan pekerja dengan pengetahuan kurang yaitu 18 responden (45%).

Hasil penelitian yang dilakukan melalui kuesioner, sebagian pekerja

Warehouse PT. X Kota Batam sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap

kesiapsiagaan tanggap pdarurat kebakaran. Akan tetapi masih ada sebagian

pekerja yang memiliki pengetahuan kurang dikarenakan masih belum terlalu

memahami pengetahuan umum terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat

kebakaran.

Menurut Prasilika (2007), proses pembentukan presepsi kesiapsiagaan

salah satunya ialah diawali dengan adanya proses belajar yang akhirnya individu

akan memberikan renspon sesuai dengan penilaiannya masing-masing dapat

membentuk sebuah presepsi terhadap apa yang diterimanya.

5.1.2 Pelatihan

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa dari 40 responden PT.X Kota

Batam Tahun 2023 terdapat 28 responden atau sebesar 70% responden memiliki

pelatihan yang baik, dan terdapat 12 responden atau sebesar 30% responden

memiliki pelatihan yang kurang.

50
Menurut Permana & Handayani (2022), Pelatihan merupakan hal yang

dilakukan sebelum melakukan pekerjaan dan saat-saat pekerja tidak mengetahui

cara bekerja dengan aman (pekerja yang tidak berkompeten atau kurangya

keterampilan). Tujuan diadakannya pelatihan adalah sebagai satu sarana dalam

meningkatkan kembali cara bekerja dengan aman pada pekerja.

National Fire Protection Association (NFPA) NFPA merupakan organisasi

yang mengembangkan standar keselamatan terkait kebakaran dan darurat. Mereka

menekankan pentingnya pelatihan bagi pekerja untuk menghadapi situasi darurat,

termasuk pemahaman tentang tindakan evakuasi, penggunaan peralatan pemadam

kebakaran, dan prosedur pengamanan.

5.1.3 Pengalaman

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa dari 40 responden PT.X Kota

Batam Tahun 2023 terdapat 19 responden atau sebesar 47.5% responden memiliki

pengalaman terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat yang baik, dan terdapat 21

responden atau sebesar 52.4% respondem memiliki pengalaman terhadap

kesiapsiagaan tanggap darurat yang kurang.

Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani

maupun dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja terjadi (Saparwati,

2012). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori

yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada

waktu dan tempat tertantu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi

(Saparwati, 2012).

Menurut asumsi atau pendapat peneliti, Pengalaman adalah hasil dari

interaksi dan penerimaan kita terhadap berbagai situasi, peristiwa, atau kejadian

51
dalam hidup kita. Pengalaman mencakup rangkaian emosi, pengetahuan, dan

persepsi yang kita kumpulkan melalui interaksi dengan lingkungan, orang lain,

dan diri sendiri. Pengalaman membentuk pemahaman kita tentang dunia,

membantu kita belajar, tumbuh, dan mengambil keputusan di masa depan.

Pengalaman dapat berupa pengalaman positif, negatif, atau netral, dan semuanya

mempengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan bertindak.

5.1.4 Kesiapsiagaan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 40 responden PT.X Kota

Batam Tahun 2023 terdapat 20 responden atau sebesar 50% responden memiliki

kesiapsiagaan tanggap darurat yang baik, dan terdapat 20 atau sebesar responden

50% responden memiliki kesiapsiagaan tanggap darurat yang kurang.

Kesiapsiagaan merujuk pada upaya yang dilakukan oleh individu,

komunitas, atau organisasi untuk bersiap menghadapi bencana atau situasi darurat

lainnya. Pembahasan tentang kesiapsiagaan mencakup berbagai aspek, termasuk

perencanaan, persiapan, pelatihan, komunikasi, koordinasi, dan tanggapan cepat

terhadap situasi darurat

Kesiapsiagaan bukan hanya tentang merespons bencana, tetapi juga

tentang meminimalkan dampaknya melalui perencanaan yang cermat dan

langkah-langkah persiapan yang tepat. Ini adalah upaya berkelanjutan yang

memerlukan dukungan dan partisipasi semua pihak yang terlibat.

Menurut asumsi atau pendapat peneliti, Kesiapsiagaan tanggap darurat

kebakaran adalah suatu konsep yang melibatkan persiapan dan perencanaan untuk

menghadapi situasi darurat kebakaran dengan cara yang efektif dan efisien. Para

ahli dalam bidang ini memiliki pandangan dan pengetahuan yang mendalam

52
tentang bagaimana meminimalkan risiko kebakaran, merencanakan reaksi darurat,

dan melindungi nyawa serta harta benda.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kesiapsiagaan Tanggap

Darurat Kebakaran

Dari hasil analisis bivariat terlihat bahwa terdapat hubungan pengetahuan

pekerja Warehouse dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di PT. X

Kota Batam Tahun 2023. Hubungan tersebut dibuktikan dengan hasil uji chi-

square dengan P value = 0,018 atau < nilai sig a = 0.05.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan dan

kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran memiliki hubungan yang signifikan. Hal

ini dapat disebabkan karena pekerja yang telah mendapatkan pelatihan akan

memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian tertentu untuk meningkatkan

kinerja pekerja terutama pada saat keadaan darurat kebakaran, sehingga baik

secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesiapan pekerja itu

sendiri.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Telefani (2014) yang

menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi pembentukan persepsi manusia,

karena diperoleh dari pendidikan formal, penyuluhan, sosialisasi, pelatihan,

informasi, dari media massa dan informasi dari kerabat.

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh individu ini, disebutkan

bahwa salah satu keberhasilan dalam menghadapi keadaan darurat salah satunya

adalah pemberian pelatihan dan pendidikan atau sosialisasi karena akan

mengingat pengetahuan dalam menghadapi keadaan darurat sehingga setiap orang

53
memiliki persepsi yang baik. dalam menghadapinya, sehingga semakin tinggi

tingkat pengetahuan manusia maka semakin baik pula persepsinya dalam

menghadapi keadaan darurat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kesiapsiagaan

pekerja memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dapat dikarenakan pekerja

yang memiliki pengetahuan yang baik akan lebih mudah mengetahui, memahami,

menganalisa dan mengevaluasi setiap keadaan darurat yang diperoleh dari

pendidikan formal, penyuluhan, sosialisasi, pelatihan, informasi dari media massa

dan informasi dari kerabat. Hal ini juga dapat terjadi karena pelaksanaan

sosialisasi dengan frekuensi yang bertahap dapat meningkatkan pengetahuan

responden dan membuat persepsi responden menjadi lebih baik dalam

menghadapi keadaan darurat.

5.2.2 Hubungan Antara Pelatihan Dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Kebakaran

Dari hasil analisis bivariat terlihat bahwa terdapat hubungan pelatihan

pekerja Warehouse dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di PT. X

Kota Batam Tahun 2023. Hubungan tersebut dibuktikan dengan hasil uji chi-

square dengan P value = 0,014 atau < nilai sig a = 0.05.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelatihan dengan

kesiapsiagaan memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan pelatihan

memiliki pengaruh terhadap persepsi seseorang dimana semakin banyak pelatihan

maka persepsi kesiapsiagaan tanggap darurat akan semakin baik, namun jika

pelatihan kurang maka persepsi kesiapsiagaan seseorang akan buruk.

54
Menurut Pribadi (2023) menyatakan bahwa untuk mengingatkan

pengalaman seseorang harus dilakukan pelatihan tanggap darurat kebakaran

karena akan membuat seseorang selayaknya berada dalam keadaan darurat

kebakaran dan mereka harus membuat keputusan tentang apa yang harus mereka

lakukan, sehingga lebih sering pelatihan tanggap darurat dilakukan, semakin

banyak pengalaman yang dimiliki. semakin baik dan juga pelatihan tanggap

darurat dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi jika pelatihan tanggap darurat

membuat seseorang kurang pengalaman karena tidak tahu apa yang harus

dilakukan.

Hal ini sejalan dengan Lumbanraja (2010) yang menyatakan bahwa perlu

adanya pelatihan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran untuk meningkatkan

kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran, sehingga karyawan diharapkan

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk menghadapi kondisi

darurat yang mungkin terjadi kapanpun dan dimanapun.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kesiapsiagaan

pekerja memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena

kesiapsiagaan pekerja terhadap keadaan darurat kebakaran hanya dapat dilakukan

pada saat pelatihan tanggap darurat tetapi berdasarkan kejadian nyata hanya

sedikit sekali yang pernah mengalami atau berada dalam kondisi kebakaran.

Semakin banyak pelatihan kedaruratan, pelatihan tersebut disosialisasikan dan

dihayati dengan baik, maka semakin terjamin kinerja karyawan dalam

menghadapi keadaan darurat.

55
5.2.3 Hubungan Antara Pengalaman Dengan Kesiapsiagaan Tanggap

Darurat Kebakaran

Dari hasil analisis bivariat terlihat bahwa terdapat hubungan pengalaman

pekerja Warehouse dengan kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran di PT. X

Kota Batam Tahun 2023. Hubungan tersebut dibuktikan dengan hasil uji chi-

square dengan P value = 0,014 atau < nilai sig a = 0.002

Menurut Telafani (2014) bahwa pengalaman mempengaruhi kesiapsiagaan

seseorang, karena pada dasarnya pengalaman mempengaruhi kesiapsiagaan

seseorang, karena pengalaman yang baik akan meningkatkan kemampuan berfikir

pekerja dalam menyelesaikan tanggung jawabnya yang didapat karena adanya

proses interpretasi terhadap sesuatu yang dipengaruhi reaksi terhadap rangsangan

yang didapat dari pengalaman masa lalu. Pengalaman yang baik akan selalu

didukung dengan intelektual yang baik . Berdasarkan ranah kognitif

kesiapsiagaan dan pengalaman memiliki hubungan yang erat. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Husni (2008) tentang kesiapsiagaan tanggap darurat bahwa,

pekerja yang memiliki pengalaman baik akan memiliki Analisa dalam

menghadapi keadaan darurat.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Siti Dirraya Telefani tentang

presepsi risiko kesiapsiagaan tanggap darurat di masyarakat terhadap bahaya

kebakaran di permukiman pada warga RT 01 dan RW 001 kelurahan Jagakarsa

Jakarta Selatan pada tahun 2014. Pengalaman tersebut terkait presepsi

kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran.

56
BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan kompetensi pekerja

dengan kesiapsiagaan tanggap dadrurat kebakaran di Warehouse PT. X

Kota Batam Tahun 2023, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pengetahuan pekerja di PT. X

Kota Batam Tahun 2023, dari 40 responden (100%), dapat dilihat

mayoritas 22 responden (55%) memiliki pengetahuan yang baik, dan

18 responden (45%) memiliki pengetahuan yang kurang.

2. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pelatihan pekerja di PT. X

Batam Tahun 2023, dari 40 responden (100%), dapat dilihat mayoritas

28 responden (70%) sudah memiliki pelatihan yang baik, dan 12

responden (30%) memiliki pelatihan yang kurang.

3. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pengalaman pekerja di PT. X

Kota Batam Tahun 2023, dari 40 responden (100%), dapat dilihat

mayoritas 19 responden (47.5%) sudah memiliki pengalaman yang

baik, dan 21 responden (52.5%) memiliki pengalaman yang kurang.

4. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi kesiapsiagaan pekerja di PT. X

Kota Batam Tahun 2023, dari 40 responden (100%), dapat dilihat

mayoritas 20 responden (50%) sudah memiliki kesiapsiagaan yang

baik, dan 20 responden (50%) memiliki kesiapsiagaan yang kurang.

5. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan dalam

menghadapi keadaan darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota

57
Batam Tahun 2023, dibuktikan dengan nilai P-value sebesar 0.18 atau

< nilai sig a = 0.05.

6. Terdapat hubungan antara pelatihan dengan kesiapsiagaan dalam

menghadapi keadaan darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota

Batam Tahun 2023, dibuktikan dengan nilai P-value sebesar 0.014

atau < nilai sig a = 0.05.

7. Terdapat hubungan antara pengalaman dengan kesiapsiagaan dalam

menghadapi keadaan darurat kebakaran di Warehouse PT. X Kota

Batam Tahun 2023, dibuktikan dengan nilai P-value sebesar 0.18 atau

< nilai sig a = 0.002.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Perusahaan

1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan atau inspeksi secara berkala yaitu 1

(satu) bulan sekali tyerhadap lingkungan tempat kerja Warehouse

khususnya bahaya-bahaya yang dapat berpotensi kebakaran terutama

aakses tangga darurat dan menghimbau kepada manajemen gedung

2. Mengikutsertakan pihak eksternal dalam pelaksanaan simulasi

keadaan darurat kebakaran dan membuat pelatihan untuk

meningkatkan pengetahuan pekerja sehingga pekerja memahami tugas

dan tanggung jawab yang harus dilakukan khususnya untuk

menghadapi keadaan darurat bencana kebakaran

3. Frekuensi pelaksanaan pelatihan dan sosialisasi tanggap darurat

kebakaran dilakukan secara berkala yaitu 2 (dua) kali setahun.

58
6.2.2 Bagi Pekerja

1. Pekerja perlu meningkatkan kembali kesadaran akan pentingnya

pengetahuan mengenai kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran yang

ada di tempat kerja.

59
DAFTAR PUSTAKA

Moleong, L. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosada


Karya Offset.
Atmaja, J. D. (2018). Penerapan Sistem Pengendalian Keselamatan Dan
Kesehatankerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksidi Kota Padang.
Xv(2), 64–76.
45001, I. (2018). Occupational Health And Safety Management System –
Requirements With Guidance For Use.
Suparyadi. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia, Menciptakan Keunggulan
Bersaing Berbasis Kompetensi Sdm. Jakarta: Andi.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tarwaka. (2017). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Manajemen Dan
Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Wardani, A. (2018). Analisis Penerapan Smk3 Pada Subsea Pipeline Dengan Pp
50/ 2012 Di Pt. Rekayasa Industri Spl / Spm Balongan. Program Studi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Binawan, 1-129.
Syahrawati. (2019). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (Smk3) Terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja Dipt.
Triteguh Manunggal Sejati Kabupaten Gowa. Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makasar, 1-
113.
Aldin, A. (2018). Analisa Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja (Smk3) Di Pusat Listrik Lueng Bata (Pllbt) Kota Banda
Aceh. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 1-72.
Fitriana, L. (2015). Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (Smk3) Di Pt Ahmadaris Kabupaten Tegal Tahun 2015. Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang , 1-68.
Saputro, E. W. (2015). Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja(Smk3) Sebagai Upaya Pencegahan Kejadian Kecelakaan
Kerja Di Bengkel Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta, 1-137.
Nurokhman. (2020). Penerapan Sistem Manajemen Keselamataan Dan Kesehatan
Kerja ( Smk3) Di Fakultas Teknik. Fakultas Teknik Universitas
Pancasakti Tegal, 1-78.

60
Ibrahim. (2020). Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (Smk3) Pada Proyek Konstruksi Gedung. Konsentrasi
Manajemen Konstruksi Program Studi Teknik Sipil Program Magister
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, 1-
82.
Karimah, M., Kurniawan, B., & Suroto. (2016, Oktober). Analisis Upaya
Penanggulangan Kebakaran Di Gedung Bougenville Rumah Sakit
Telogorejo Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal), 4, 698-
706.
Angela, T. A. (2006, Oktober). Studi Kasus : Evaluasi Sistem Penanggulangan
Kebakaran Pt. Indogravure. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 1, 63-68.
Association, N. F. (2002).
Santoso, B. (2022, November 1). Kebakaran. (D. Eli, Pewawancara)
Sutton, J. (2006). Disaster Preparedness: Concepts, Guidance, And Reaserch.
California: Institute Of Behavioral Science.
Syihabuddin, R. (2018). Hubungan Antara Kompetensi Pekerja Dengan
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Kebakaran Di Pt. Vsl Indonesia. Skripsi.
Widana, K. (2019). Manajemen Darurat Dan Pemulihan Bencana. Jakarta,
Indonesia: Universitas Pertahanan Kawasan Ipsc Sentul Bogor Indonesia
16810.
International Association Of Emergency Managers (Iaem). (T.Thn.). Diambil
Kembali Dari Https://Www.Iaem.Org/News/Global-News
International Association Of Emergency Managers (Iaem). (T.Thn.). Diambil
Kembali Dari Https://Www.Iaem.Org/News/Global-News
International Association Of Emergency Managers (Iaem). (T.Thn.). Diambil
Kembali Dari Https://Www.Iaem.Org/News/Global-News
Telafani, S. D. (2014). Presepsi Risiko Masyarakat Terhadap Bahaya Kebakaran
Di Permukiman Pada Warga Rt 01 Dan Rt 03, Rw01 Kelurahan
Jagakarsa Jakarta Selatan (Skripsi). Jakarta: Skripsi.
Notoadmojo, S. (2017). Promosi Kesehatan : Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Pt.
Rineka Cipta.
Soehatman, R. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja .
Jakarta: Pt. Gunung Agung.
(2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/Prt/M/2008 Tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bagunan Gendung
Dan Lingkungan. Jakarta: Department Pekerjaan Umum Republik
Indonesia.
Rusdiana. (2015). Membuktikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan
Pengelolaan Lingkungan Yang Bertanggung Jawab. Issn, Ix, 247.
Lestari, F., Hastiti, L., Pujiriani, I., Andrias, D., Nurdiansyah, W., Chandra, J., . . .
Paramitasar. (2017). Keselamatan Kebakaran (Fire Safety). Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

61
Suparwati, M. (2012). Studi Fenomenalogi : Pengalaman Kepala Ruang Dalam
Mengelola Ruang Rawat Di Rsud Ambarawa. Tesis Magister Ilmi
Keperawatan Universitas Indonesia.
Telafiani, Siti Dirraya. 2014. Persepsi Risiko Masyarakat Terhadap Bahaya
Kebakaran Di Permukiman Pada Warga Rt 01 Dan Rt 03, Rw 01
Kelurahan Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2014. Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Ui.

62
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Data Awal Skripsi

63
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Skripsi

64
Lampiran 3. Surat Balasan Perusahaan

65
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing I

Nama Mahasiswa : Dita Eli Wulandari


NPM : 191013241008
Program Studi : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pembimbing I : Rizqi Ulla Amaliah, S.KM., M.KKK
Pembimbing II : dr. Agung Sundaru DH., M.KKK
Judul Skripsi : Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Kesiapsiagaan
Tanggap Darurat Kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam

No Hari / Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan


Pembimbing I
1 11/07/2023 Bimbingan Bab 4
2 17/07/2023 Bimbingan Bab 5
3 02/08/2023 Bimbingan Bab 6
4 19/08/2023 ACC

66
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing II

Nama Mahasiswa : Dita Eli Wulandari


NPM : 191013241008
Program Studi : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pembimbing I : Rizqi Ulla Amaliah, S.KM., M.KKK
Pembimbing II : dr. Agung Sundaru DH., M.KKK
Judul Skripsi : Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Kesiapsiagaan
Tanggap Darurat Kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

No Hari / Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan


Pembimbing II
1 13/07/2023 Bimbingan Bab 4
2 20/07/2023 Bimbingan Bab 5
3 03/08/2023 Bimbingan Bab 6
4 22/08/2023 ACC
5

67
Lampiran 6. Pedoman Kuesioner

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat


Kebakaran di Warehouse PT. X Kota Batam.

Penelitian : Kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran


Peneliti : Dita Eli Wulandari
NPM : 191013241008
Asal : Mahasiswa Program Studi Kesehatan Keselamatan
Kerja STIKes Ibnu Sina Batam.

Setelah membaca penjelasan dan mendapatkan jawaban terhadap yang


saya ajukan mengenai riset ini maka dengan ini saya memberikan persetujuan
untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini. Saya mengetahui bahwa saya
menjadi bagian dari penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Hubungan
Kompetensi Pekerja dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Kebakaran di
Warehouse PT. X Kota Batam.
Saya mengetahui bahwa tidak ada resiko yang saya akan alami dan saya
diberitahukan tentang adanya jaminan kerahasiaan informasi yang diberikan dan
saya juga memahami bahwa penelitian ini bermanfaat bagi keilmuan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Batam, 01 Mei 2023
Tanda Tangan Peneliti Tanda Tangan Responden

(Dita Eli Wulandari) (...................................................)

68
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

1. Kuisioner terdiri dari beberapa bagian pertanyaan yang berbeda.


2. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama sehingga pendapat yang saudara
berikan merupakan pendapat yang paling jujur sesuai dengan apa yang saudara
alami, ketahui dan rasakan, kemudian isi table dibawah ini.
3. Jawablah pertanyaan Bagian C dan D dengan memberikan tanda silang (x) pada
pilihan ganda yang tersedia.
4. Isilah Pernyataan pada bagian B dan E dengan memberi tanda silang (x) pada
kolom jawaban yang tersedia. Silanglah (x) pada :
a. Kolom Kolom Jawaban (STS) jika anda Sangat Tidak Setuju dengan
pernyataan tersebut.
b. Kolom Jawaban (TS) jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
c. Kolom Jawaban (KS) jika anda Kurang Setuju dengan pernyataan tersebut.
d. Kolom Jawaban (S) jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut.

A. Data Umum Responden


1. Nama :
2. Usia :
3. Lama Bekerja :
4. Pendidikan Terakhir : 1. SMP
2. SMA
3. D3
4. S1
5. S2
6. Lainnya...................................(Sebutkan)

69
B. Kesiapsiagaan Karyawan
No PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya termasuk orang yang tidak tahu
harus mengambil tindakan apa ketika
terjadi keadaan darurat kebakaran
2 Menurut saya keadaan daruat kebakaran
merupakan hal yang penting untuk
diwaspadai
3 Menurut saya kesiapsiagan dalam
menghadapi keadaan darurat kebakaran
harus diketahui olehhsetiap karyawan
yang bekerja
4 Saya termasuk orang yang melaporkan
ketika terdapat kondisi tidak aman yang
dapat memicu terjadinya kebakaran
5 Saya termasuk orang yang takut ketika
terjad kebakaran darurat kebakaran
6 Saya merasa nyaman ketika tempat kerja
saya berpotensi terjadinya kebakaran
7 Saya tidak akan panik ketika orang lain
juga panik saat terjadi kebakaran

70
C. Pengalaman Karyawan Terhadap Keadaan Darurat Kebakaran
1. Pernahkah anda menghadapi keadaan darurat kebakaran?
a. Pernah
b. Tidak
2. Pernahkah anda terjebak dalam situasi keadaan darurat kebakaran?
a. Pernah
b. Tidak
3. Menurut anda, apakah pengalaman menghadapi keadaan darurat
kebakaran memberikan informasi tersendiri bagi anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Kejadian kebakaran menurut anda selalu bersikap waspada dimanapun
anda berada?
a. Ya
b. Tidak
5. Pernahkah anda membantu orang lain dalam melaksanakan evakuasi
dalam keadaan darurat kebakran?
a. Pernah
b. Tidak
6. Pernahkah anda membantu melakukan penanggulangan saak kebakaran
terjadi ?
a. Pernah
b. Tidak
7. Apakah dengan mengikuti simulasi keadaan darurat kebakaran secara
berulang membuat anda menjadi semakin berpengalaman?
a. Ya
b. Tidak

71
D. Pengetahuan Karyawan
1. Apa yang dimaksud dengan Keadaan darurat ?
a. Keadaan yang dapat diprediksi yang terkadang dapat
menyebabkan kerugian baik kerugian harta benda maupun jiwa.
b. Keadaan yang tidak dapat diprediksi dan dapat menyebabkan
kerugian harta benda maupun jiwa.
c. Keadaan yang dapat diprediksi yang dapat menyebabkan kerugian
baik harta benda maupun jiwa.
d. Keadaan yang tidak dapat diprediksi yang dapat menyebabkan
kerugian jiwa.

2. Apa yang dimaksud dengan sikap siaga ?


a. Sikap antisipasi ataun waspada dalam menghadapi suatu keadaan
darurat.
b. Bertindak tepat dalam menghadapi keadaan darurat
c. Sikap waspada dalam menghadapi keadaan darurat
d. Bertindak tepat dalam menghadapi keadaan darurat maupun bukan
darurat.
3. Unsur apa saja yang dapat memicu terjadinya api ?
a. Udara, Bahan Bakar dan Panas
b. Oksigen, Bahan Bakar dan Panas
c. Udara, Bahan Padat/Cair dan Panas
d. Oksigen, Bahan Padat/Cair dan Panas
4. Apa yang dimaksud dengan kebakaran?
a. Api yang terbentuk adanya unsur segitiga api
b. Api yang dapat dikendalikan
c. Api yang tidak apat dikendalikan
d. Nyalanya api kecil maupun besasr pada tempat, situasi ataupun
waktu yang tidak dihendaki
5. Apa yang harus anda lakukan ketika terjadi keadaan darurat kebakaran?
a. Tetap tenang, segera memadamkan api, dan lakukan evakuasi.
b. Segera melakukan evakuasi sambal berteriak-teriak.

72
c. Segera melaporkan kepada ERT
d. Berusaha memadamkan api sampai padam walaupun api sudah
membesar
6. Menurut anda, peralatan apa yang dapat kalian gunakan dalam
menanggulangi ketika terjadi kebakaran ?
a. Kardus atau benda padat yang menyelimuti kebakaran
b. Alat Pemadam Api Ringan
c. Kain Kering
d. Smoke Detector
7. Apa yang harus anda lakukan ketika anda berada di dalam ruangan dengan
asap kebakaran di dalamnya?
a. Berlari menuju pintu keluar
b. Berkerumun di lokasi kebakaran
c. Bersembunyi
d. Merangkak dan menuju kepintu evakuasi terdekat
8. Bagaimana cara memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam api
ringan?
a. Cabut Pin, Arahkan selang pada tempat kebakaran, Tekan tuas
pemadam, Sapu kebakaran hingga tidak tersisa.
b. Ambil Alat pemadam api ringan dan melemparkannya pada tempat
yang terbakar.
c. Cabut Pin, Tekan tuas, Arahkan selang pada tempat yang terbakar.
d. Cabut Pin, arahkan selang pada tempat kebakaran, sapu kebakaran
dan tekan tuas pemadam.
9. Kemanakah anda harus pergi ketika meninggalkan lokasi kebakaran?
a. Gedung sebelah
b. Tempat ramai
c. Muster Point
d. Gedung atau tempat yang jauh dari kebakaran
10. Berapakah Nomor kontak Keadaan darurat kita?
a. 0778 405777
b. 08127053425

73
c. 0778 405333
d. 0778 405999

74
E. Pelatihan Karyawan Terhadap Keadaan Darurat Kebakaran
No Pertanyaan STS TS KS S
1 Selama pelatihan saudara dapat
menguasai materi pelatihan
yang diberikan
2 Pelatih yang diberikan
perusahaan dapat menarik
saudara untuk mengikuti
pelatihan
3 Saudara selalu bersemangat
untuk mengikuti pelatihan
4 Dengan mengikuti pelatihan,
saudara dapat meningkatkan
prestasi kerja
5 Materi yang disiappkan dalam
pelatihan lengkap dan cukup
memadai
6 Materi yang diberikan dalam
pelatihan sesuai dengan tingkat
kesulitan kerja saya
7 Metode pelatihan yang
diberikan perusahaan menarik
8 Perusahaan memberikan
sosialisasi terhadap pelatihan
yang akan anda dapatkan
9 Fassilitas yang disediakan
perusahaan dalam pelatihan
sesuai dengan yang saya
harapkan
10 Perusahaan memberikan uang
saku untuk meningkatkan
minat pelatihan saudara

Reverensi : Syihabuddin, R. (2018). Hubungan Antara Kompetensi Pekerja


dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Kebakaran di PT. VSL
Indonesia. Skripsi.

75
Lampiran 7. Master Tabel

Variabel Pengetahuan

No PENGETAHUAN X1 TotaL X1 Kategori


Responden X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10
1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 Baik
2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 Baik
3 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 5 Baik
4 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5 Baik
5 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 3 Kurang
6 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 Baik
7 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 4 Kurang
8 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 4 Kurang
9 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 3 Kurang
10 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Baik
11 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 4 Kurang
12 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6 Baik
13 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 Kurang
14 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 Kurang
15 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 4 Kurang
16 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 6 Baik
17 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
18 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 Baik
19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik
20 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 4 Kurang
21 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 5 Baik
22 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 Kurang
23 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Kurang
24 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5 Baik
25 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 Baik
26 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 4 Kurang
27 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 5 Baik
28 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 5 Baik
29 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 3 Kurang
30 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 5 Baik
31 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 Kurang
32 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 3 Kurang
33 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 Kurang
34 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 5 Baik
35 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 5 Baik
36 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7 Baik
37 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 5 Baik
38 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4 Kurang
39 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 5 Baik
40 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4 Kurang

76
Variabel Pelatihan

No PELATIHAN X2 Total X2 Kategori


Responden X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10
1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 37 Baik
2 4 4 4 1 4 3 4 4 4 1 33 Kurang
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 Baik
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 Baik
5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 36 Baik
6 4 4 3 3 4 4 4 4 4 1 35 Baik
7 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 35 Baik
8 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 35 Baik
9 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
10 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 35 Baik
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 Baik
12 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 36 Baik
13 4 4 3 3 4 4 4 4 4 1 35 Baik
14 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
15 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
16 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
17 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 36 Baik
18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 37 Baik
19 4 4 4 1 4 3 4 4 4 1 33 Kurang
20 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 Baik
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 Baik
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 Baik
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 Baik
24 4 4 3 3 4 4 4 4 4 1 35 Baik
25 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 35 Baik
26 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 35 Baik
27 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
28 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 Baik
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 Baik
30 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 35 Baik
31 4 4 3 3 4 4 4 4 4 1 35 Baik
32 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
33 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
34 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 35 Baik
35 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
36 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 Baik
37 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 Baik
38 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang
39 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 Baik
40 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 31 Kurang

77
Variabel Pengalaman

No PENGALAMAN X3 Total X3 Kategori


Responden X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7
1 1 1 1 1 0 1 1 6 BAIK
2 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
3 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
4 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
5 1 1 1 1 1 0 1 6 BAIK
6 1 1 1 1 0 0 0 4 KURANG
7 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
8 1 0 1 1 0 0 1 4 KURANG
9 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
10 1 1 1 1 0 1 1 6 BAIK
11 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
12 1 0 1 1 0 0 1 4 KURANG
13 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
14 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
15 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
16 1 1 1 1 1 0 1 6 BAIK
17 1 1 1 1 0 0 0 4 KURANG
18 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
19 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
20 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
21 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
22 1 0 1 1 0 0 1 4 KURANG
23 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
24 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
25 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
26 1 1 1 1 0 1 1 6 BAIK
27 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
28 1 1 1 1 1 0 1 6 BAIK
29 1 1 1 1 0 0 0 4 KURANG
30 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
31 1 0 1 1 0 0 1 4 KURANG
32 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
33 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
34 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
35 1 0 1 1 0 0 1 4 KURANG
36 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
37 1 1 1 1 0 1 1 6 BAIK
38 0 0 1 1 0 0 1 3 KURANG
39 1 0 1 1 1 1 1 6 BAIK
40 1 1 1 1 0 1 1 6 BAIK

78
Varibel Kesiapsiagaan

No KESIAPSIAGAAN KARYAWAN (Y) Total Y Kategori


Responden Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7
1 2 4 4 4 3 1 2 20 Baik
2 1 4 4 4 1 1 4 19 Baik
3 1 4 4 3 2 1 3 18 Kurang
4 2 4 4 4 1 1 4 20 Baik
5 2 3 3 3 3 1 3 18 Kurang
6 3 4 4 3 3 1 3 21 Baik
7 1 4 4 4 3 1 3 20 Baik
8 1 4 4 4 3 1 3 20 Baik
9 2 3 3 3 1 1 3 16 Kurang
10 1 3 4 3 3 1 3 18 Kurang
11 2 3 3 3 1 1 3 16 Kurang
12 2 4 4 4 1 1 4 20 Baik
13 2 3 3 3 3 1 3 18 Kurang
14 1 4 4 4 3 1 3 20 Baik
15 2 4 4 4 3 1 2 20 Baik
16 2 4 4 4 1 1 4 20 Baik
17 2 3 3 3 3 1 3 18 Kurang
18 1 4 4 3 2 1 3 18 Kurang
19 2 4 4 4 1 1 4 20 Baik
20 2 3 3 3 3 1 3 18 Kurang
21 2 4 4 4 3 1 2 20 Baik
22 2 3 3 3 3 1 3 18 Kurang
23 1 4 4 3 2 1 3 18 Kurang
24 2 3 3 3 1 1 3 16 Kurang
25 2 4 4 4 3 1 2 20 Baik
26 1 4 4 4 1 1 4 19 Baik
27 1 4 4 3 2 1 3 18 Kurang
28 2 4 4 4 1 1 4 20 Baik
29 2 3 3 3 3 1 3 18 Kurang
30 3 4 4 3 3 1 3 21 Baik
31 1 4 4 4 3 1 3 20 Baik
32 1 4 4 4 3 1 3 20 Baik
33 2 3 3 3 1 1 3 16 Kurang
34 1 3 4 3 3 1 3 18 Kurang
35 1 4 4 3 2 1 3 18 Kurang
36 1 4 4 4 3 1 3 20 Baik
37 2 3 3 3 1 1 3 16 Kurang
38 2 4 4 4 3 1 2 20 Baik
39 2 3 3 3 1 1 3 16 Kurang
40 1 3 4 3 3 1 3 18 Kurang

79
Lampiran 8. Hasil Output SPSS

Frequency Table

X1- Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 22 55.0 55.0 55.0
Kurang 18 45.0 45.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

X2- Pelatihan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 28 70.0 70.0 70.0
Kurang 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

X3- Pengalaman
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 19 47.5 47.5 47.5
KURANG 21 52.5 52.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y – Kesiapsiagaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 20 50.0 50.0 50.0
Kurang 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

80
Crosstab
PENGETAHUAN
Baik Kurang Total
Kesiapsiagaan Baik Count 12 8 20
% within X1 54.5% 44.4% 50.0%
Kurang Count 10 10 20
% within X1 45.5% 55.6% 50.0%
Total Count 22 18 40
% within X1 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.576 1 .018
b
Continuity Correction 4.025 1 .047
Likelihood Ratio 5.749 1 0.019
Fisher's Exact Test .035 .025
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table

81
Crosstab
PELATIHAN
Baik Kurang Total
Kesiapsiagaan Baik Count 13 7 20
% within X2 46.4% 58.3% 50.0%
Kurang Count 15 5 20
% within X2 53.6% 41.7% 50.0%
Total Count 28 12 40
% within X2 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6.025 1 .014
b
Continuity Correction 4.352 1 .039
Likelihood Ratio 6.940 1 .009
Fisher's Exact Test .027 .017
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
b. Computed only for a 2x2 table

82
Crosstab
PENGALAMAN
BAIK KURANG Total
Kesiapsiagaan Baik Count 9 11 20
% within X3 47.4% 52.4% 50.0%
Kurang Count 10 10 20
% within X3 52.6% 47.6% 50.0%
Total Count 19 21 40
% within X3 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.030 1 .002
b
Continuity Correction 8.793 1 .004
Likelihood Ratio 11.660 1 .002
Fisher's Exact Test .001 .001
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50.
b. Computed only for a 2x2 table

83
Lampiran 9. Dokumentasi

Pengisian Kuesioner Penelitian

Pengisian Kuesioner Penelitian

84
Pengisian Kuesioner Penelitian

Pengisian Kuesioner Penelitian

85

Anda mungkin juga menyukai