151000398

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 109

TINJAUAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA KONSTRUKSI JALAN TOL KUALA TANJUNG -


TEBING TINGGI OLEH PT. HUTAMA KARYA
(PERSERO) TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

SURYANTO MANURUNG
NIM. 151000398

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
TINJAUAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA KONSTRUKSI JALAN TOL KUALA TANJUNG -
TEBING TINGGI OLEH PT. HUTAMA KARYA
(PERSERO) TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SURYANTO MANURUNG
NIM. 151000398

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Judul Skripsi : Tinjauan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung -
Tebing Tinggi oleh PT. Hutama Karya (Persero)
Tahun 2019
Nama Mahasiswa : Suryanto Manurung
Nomor Induk Mahasiswa : 151000398
Departemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menyetujui
Pembimbing:

(dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.)


NIP. 196506151996012001

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)


NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 12 Agustus 2019

i
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 12 Agustus 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.


Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes.
2. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S.

ii
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Tinjauan

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Jalan Tol Kuala

Tanjung - Tebing Tinggi oleh PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2019

Suryanto Manurung

iii
Abstrak

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi berfungsi untuk melindungi


pekerja dari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada area
konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) pada proyek
pembangunan Jalan Tol Tebing Tinggi – Kuala Tanjung. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Metode pengambilan data yaitu wawancara mendalam
dan data dari studi kepustakaan dan referensi-referensi yang ada di proyek Jalan
Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi oleh PT. Hutama Karya. Informan dalam
penelitian ini berjumlah 5 orang yang ditentukan dengan teknik non-probability
sampling secara purposive. Hasil yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan
analisis domain yaitu data yang terkumpul akan diolah dan disajikan secara narasi
dalam bentuk tabel matriks menurut variabel yang diteliti. Hasil penelitian
menunjukkan pada penerapan kebijakan K3 sesuai dengan Permen PU No.05
Tahun 2014 dimana perusahaan memiliki kebijakan K3 yang terintegrasi dengan
kebijakan mutu dan lingkungan. Perencanaan K3 sudah sesuai rencana mutu,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan lingkungan (RMK3L). Implementasi dan
operasi K3 sudah diterapkan sesuai dengan ISO 45001:2018. Pemeriksaan kinerja
dilakukan dengan pengukuran dan pemantauan. Peninjauan ulang kinerja K3
konstruksi sudah dilakukan dengan rapat antar manajemen namun kurangnnya
kontribusi sub kontraktor mengakibatkan temuan-temuan butuh waktu lama dan
semakin sulit untuk diperbaiki. Disarankan bagi perusahaan untuk mengevaluasi
dan meningkatkan komitmen sub kontraktor agar lebih berkontribusi dalam
memeriksa temuan-temuan dan segera memperbaikinya.

Kata kunci: Kinerja, K3, konstruksi

iv
Abstract

Occupational safety and health (OHS) construction serves to protect workers from
the risk of work accidents and occupational diseases in the construction area. This
study aims to determine the application of occupational safety and health (OHS)
construction at PT. Hutama Karya (Persero) on the Tebing Tinggi - Kuala Tanjung
Toll Road construction project. This type of research is using qualitative research.
Data collection methods are using in-depth interviews and data from literature
studies and references in the Kuala Tanjung - Tebing Tinggi Toll Road project by PT.
Hutama Karya. Informants in this study are 5 people who are determined by
purposive non-probability sampling technique. The results obtained are analyzed
using domain analysis, which is the data collected will be processed and presented in
a narrative in the form of a matrix table according to the variables studied. The
results showed that the application of OHS policy is in accordance with Permen PU
No.05 of 2014 where the company has an OHS policy integrated with quality and
environmental policies. OHS planning is in accordance with the quality, safety,
health and environmental plan (RMK3L). OHS implementation and operations have
been implemented in accordance with ISO 45001: 2018. Performance checks are
carried out by measurement and monitoring. The OHS performance review of
construction has been carried out with inter-management meetings but the lack of
subcontractor contributions involves monitoring’s result taking a long time and
difficult to improve. The suggestions for the company are to evaluate and increase the
commitment of subcontractors to contribute more in examining findings and correct
them immediately.

Keywords: Performance, OHS, construction

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Tinjauan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi oleh PT. Hutama

Karya (Persero) Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang

ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan

masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi
5. Ir. Kalsum, M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan dr. Mhd. Makmur Sinaga,

M.S. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran

dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah

diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh pegawai PT. Hutama Karya (Persero) yang telah banyak membantu

penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

10. Orang tua tercinta, Ayahanda Jonggi Manaor Manurung, S.E. dan Ibunda

Adelina Simorangkir, S.E. atas limpahan kasih sayang, nasihat, motivasi serta

dukungan yang tidak pernah putus kepada penulis.

11. Kakak dan abang tersayang, Nathacya Manurung dan Rinaldi Manurung atas

segala dukungan, pengertian dan perhatiannya.

12. Teman-teman terdekat (Garry, Stefanus, Henri, Harlen, Ferancisco dan

Mariduk) yang telah menyemangati dan mendukung penulis.

13. Seluruh pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi, yang namanya

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Agustus 2019

Suryanto Manurung

viii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 9
Potensi Bahaya 12
Kecelakaan Kerja 14
Pedoman Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum 16
Kerangka Pikir 32

Metode Penelitian 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Informan Penelitian 33
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Analisis Data 35

Hasil Penelitian 36
Gambaran Umum PT. Hutama Karya 36
Data dan Gambaran Umum Proyek 38
Data umum proyek 38

ix
Gambaran umum proyek 39
Visi dan Misi Perusahaan 40
Kebijakan SM-MK3LL 40
Struktur Organisasi 42
Pelaksanaan Peraturan Keselamatan Kerja Proyek 42
Sumber Daya Manusia K3 Pada Proyek 43
Karakteristik Informan 44
Penerapan K3 Konstruksi 46
Kebijakan K3 konstruksi 47
Perencanaan K3 50
Pengenndalian operasional 55
Pemeriksaan dari evaluasi kinerja K3 62
Tinjauan ulang K3 konstruksi 66
Keterbatasan Penelitian 69

Kesimpulan dan Saran 70


Kesimpulan 70
Saran 71

Daftar Pustaka 72
Lampiran 74

x
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan/Tugas di PT. Hutama


Karya pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Tebing - Kuala
Tanjung 44
2 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero)
Tahun 2019 48

3 Matriks Pernyataan Informan tentang Perencanaan Keselamatan


dan Kesehatan Kerja di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019 51

4 Matriks Pernyataan Informan tentang Pengendalian Operasional


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama
Karya (Persero) Tahun 2019 56

5 Matriks Pernyataan Informan tentang Pemeriksaan Kinerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Hutama Karya
(Persero) Tahun 2019 63

6 Matriks Pernyataan Informan tentang Tinjauan Ulang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama
Karya (Persero) Tahun 2019 67

xi
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka pikir 32

2 Struktur organisasi kontraktor 42

3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) 43

4 Panitia Tim Tanggap Darurat (TTD) 59

xii
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 74

2 Hasil Wawancara 75

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 84

4 Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian 85

5 Hasil Dokumentasi 86

xiii
Daftar Istilah

APAR Alat Pemadan Api Ringan


APD Alat Pelindung Diri
B3 Bahan Berbahaya dan Beracun
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
HIRARC Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control
HSE Health, Safety and Environment
ISO International Organization for Standardization
JSA Job Safety Analysis
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3L Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan
NAB Nilai Ambang Batas
OHSAS Occupational Health and Safety Assesment Series
P2K3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
PPK Pejabat Pembuat Komitmen
PVD Prefabricated Vertical Drain
QHSE Quality Health Safety Environment
RK3K Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SDM Sumber Daya Manusia
SEM Site Engineering Manager
SILO Surat Izin Layak Operasi
SIO Surat Izin Operator
SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SOM Site Operation Manager
SOP Standar Operasional Prosedur
TBM Tool Box Meeting

xiv
Riwayat Hidup

Penulis bernama Suryanto Manurung berumur 21 tahun. Penulis lahir di P.

Siantar pada tanggal 3 November 1997. Penulis beragama Kristen Protestan, anak

ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jonggi Manaor Manurung, S.E.

dan Ibu Adelina Simorangkir, S.E..

Pendidikan formal dimulai di SD N 117504 Perk. Aek Pamingke Tahun

2003. Pendidikan sekolah dasar di SD N 117504 Perk. Aek Pamingke Tahun

2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Putri Cahaya Medan

Tahun 2009-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Swasta Santo Thomas 1

Medan Tahun 2012-2015. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2019

Suryanto Manurung

xv
Pendahuluan

Latar Belakang

Keselamatan kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita

perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi

perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban

serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat

kepentingan yang sama besarnya walaupun di sana sini memang terjadi perubahan

perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari

unsur eksternal industri.

Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan

kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

industri konstruksi mempunyai catatan yang buruk dalam hal keselamatan dan

kesehatan kerja. Situasi dalam lokasi proyek mencerminkan karakter yang keras

dan kegiatannya terlihat sangat kompleks dan sulit dilaksanakan sehingga

dibutuhkan stamina yang prima dari pekerja yang melaksanakannya (Ervianto,

2005).

Seiring dengan pesatnya laju perkembangan pembangunan infrastruktur di

Indonesia, maka peranan pengendalian resiko kecelakaan kerja dirasakan menjadi

semakin penting. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) secara umum masih sering terabaikan. Secara umum, faktor penyebab

terjadinya kecelakaan kerja yaitu faktor pekerja itu sendiri, faktor metod e

konstruksi, peralatan dan manajemen. Ada banyak kecelakaan yang menyebabkan

cedera fatal dan serius dalam konstruksi. Bentuk kecelakaan seperti terbentur,

1
2

tertabrak benda dan perjalanan pekerja adalah salah satu jenis kecelakaan dominan

yang dialami oleh pekerja dalam konstruksi (Latief, 2011). Contoh kasus

kecelakaan proyek konstruksi pernah terjadi di proyek Tol Pandaan - Malang.

Seorang pekerja meninggal dunia akibat tertimpa tumpukan pipa scaffolding yang

ambruk saat membongkar sejenis scaffolding pipa diameter 8 sentimeter yang

berfungsi sebagai penyangga beton (Detiknews, 2018).

Lokasi proyek konstruksi merupakan salah satu lingkungan kerja yang

mengandung risiko cukup besar. Tim manajemen sebagai pihak yang bertanggung

jawab selama proses pembangunan berlangsung harus mendukung dan

mengupayakan program-program yang dapat menjamin agar tidak

terjadi/meminimalkan kecelakaan kerja atau tindakan-tindakan pencegahannya.

(Ervianto, 2005). Sebuah perusahaan perlu menerapkan kesehatan dan keselamatan

kerja (K3), hal ini dikarenakan perusahaan perlu memenuhi peraturan perundang-

undangan maupun peraturan pemerintah yang berlaku, selain itu dengan

menerapkan K3 perusahaan akan mempunyai citra yang baik di mata pembeli,

masyarakat dan pemerintah. Adanya K3 dalam perusahaan tidak hanya diperlukan

bagi perusahaan tapi untuk karyawan juga, dengan adanya K3 karyawan yang

bekerja di perusahaan tersebut akan merasa haknya terpenuhi karena pada saat

bekerja mereka mendapatkan jaminan.

Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Yuda Rifani pada tahun 2013 yang

berjudul “Penerapan K3 Konstruksi dengan Menggunakan Metode HIRARC Pada

Pekerjaan Akses Jalan masuk (Studi Kasus : Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi)”

ditemukan bahwa risiko tertinggi untuk pekerja adalah kegiatan mobilisasi alat
3

berat pada pekerjaan gedung baru dengan menggunakan truk lebih dari 8 roda dapat

menghimpit atau menabrak pekerja yang beraktifitas di akses jalan dengan nilai

15,10. Sedangkan risiko tertinggi untuk non-pekerja adalah kegiatan mobilisasi alat

berat menggunakan truk lebih dari 8 roda dan mobilisasi material menggunakan

truk kurang dari 8 roda pada pekerjaan gedung baru dengan risiko dapat

menghimpit atau menabrak non-pekerja yang sedang melintasi di akses jalan

dengan nilai 14,60 dan 11,18.

Hasil penelitian lain yang ditulis oleh I Putu Indra Sanjaya pada tahun 2012

yang berjudul “Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada

Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Klungkung Dan Karangasem”

menyimpulkan bahwa penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada

proyek konstruksi gedung di Kabupaten Klungkung dan Karangasem tergolong

belum baik. Faktor yang memberikan pengaruh/sumbangan terbesar terhad ap K3

pada proyek konstruksi gedung adalah faktor pengawasan.

Hasil penelitian lain yang ditulis Kasnadi pada tahun 2013 yang berjudul

“Gambaran Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi Pada Pekerja

PT. Hutama Karya Persero (Pembangunan Condotel Hertasning Kota Makassar)”

menyimpulkan bahwa gambaran penerapan K3 konstruksi secara umum pada

pembangunan Condotel Hertasning Kota Makassar dikategorikan terlaksana,

namun pada gambaran penggunaan alat pelindung diri tidak terlaksana. Gambaran

prosedur kerja pada pembangunan Condotel Hertasning juga dikategorikan tidak

sesuai.
4

Seiring dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun

2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT.

Hutama Karya (Persero) resmi diberi amanah mengembangkan 2.770 km jalan tol

di Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 km.

Salah satu ruas jalan tol yang didahulukan pada tahap pertama adalah ruas Jalan Tol

Kisaran - Tebing Tinggi. Anak perusahaan telah dibentuk dengan nama PT. Hutama

Marga Waskita untuk dapat bekerja sama dengan PT. Hutama Karya Persero dalam

pembangunan Jalan Tol Kisaran - Tebing Tinggi Tahap 1 (Kuala Tanjung - Tebing

Tinggi).

Berdasarkan survei pendahuluan kondisi K3 di proyek Jalan Tol Kuala

Tanjung - Tebing Tinggi, kondisi lingkungan kerja proyek ini berpotensi bahaya

tinggi karena mempekerjakan pekerja lebih dari 100 orang dengan jumlah pekerja

kurang lebih 218 pekerja baik dari main kontraktor PT. Hutama Karya maupun dari

sub-kontraktor yaitu Surya Baja Perkasa, GKP dan Black Steel. Hasil tanya jawab

dengan ahli K3 dari PT. Hutama Karya, bahwa masih terdapat kecelakaan kerja

seperti terpeleset karena jalan yang licin dan tersandung dari besi sisa pada saat

pembuatan Box Drain untuk jalur aliran air.

Pada tahap selanjutnya akan dilakukan pembuatan Box Traffic untuk jalur

lalu lintas, pemasangan tiang pancang, pembangunan flyover dan pembuatan

underpass dimana pada tahap tersebut memiliki potensi bahaya yang tinggi dimana

dalam pekerjaan ini pekerja menggunakan alat berat dan mesin canggih yang

berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja apabila terjadi kondisi tidak aman dan

perilaku tidak aman. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu dilakukan
5

peninjauan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi Jalan Tol

Kuala Tanjung – Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Persero Divisi Infrastruktur

Tahun 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan K3 konstruksi Jalan Tol Kuala

Tanjung – Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Tahun 2019.”

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

penerapan K3 Konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi oleh PT

Hutama Karya Tahun 2019 berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

(Permen PU) No.05 Tahun 2014.

Tujuan khusus. Tujuan Khusus penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui kebijakan K3 konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung –

Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Tahun 2019.

b. Untuk mengetahui perencanaan K3 konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung –

Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Tahun 2019.

c. Untuk mengetahui pengendalian operasional K3 konstruksi Jalan Tol Kuala

Tanjung – Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Tahun 2019.

d. Untuk mengetahui pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 konstruksi Jalan

Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Tahun 2019.

e. Untuk mengetahui tinjauan ulang K3 konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung –

Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Tahun 2019.


6

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Memberi informasi kepada pengguna dan penyedia jasa konstruksi tentang

pentingnya penerapan K3 konstruksi berdasarkan Permen PU No.05 Tahun

2014.

b. Sebagai masukan bagi pengguna dan penyedia jasa konstruksi di bidang K3.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam bidang keilmuan

dan mengembangkan teori yang telah didapatkan dalam perkuliahan

khususnya di bidang K3 Konstruksi.

d. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1.


Tinjauan Pustaka

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya

selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka

(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Pada hakekatnya keselamatan sebagai

suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari

faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya

mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko

terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).

Kesehatan/kedokteran kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam hal dimungkinkan; bila tidak,

cukup derajat kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional, maupun sosial,

dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap

penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan

kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya (Suma’mur, 2009). Hakikat higiene

perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes) adalah dua hal:

a) sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin

(dalam hal tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondisi yang

diperlukan cukup memadai), pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri,

pengusaha, manajer atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi dan non-

ekonomi formal, informal serta non-formal; dengan demikian dimaksudkan untuk

tujuan menyejahterakan tenaga kerja

7
8

b) sebagai alat meningkatkan produksi dan produktivitas, yang berlandaskan

kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi

Perlindungan kesehatan tenaga kerja (worker’s health protection) perlu

dilakukan agar tenaga kerja sehat dan produktif dalam melaksanakan pekerjaannya.

Pemeriksaan kesehatan pekerja adalah upaya perlindungan kesehatan tenaga kerja

yang bertujuan, agar tenaga kerja yang diterima untuk mengisi suatu lowongan

kerja berada dalam kondisi kesehatan yang baik; tidak menderita penyakit menular

yang akan membahayakan tenaga kerja lainnya; dan kondisi kesehatannya cocok

untuk pekerjaan yang akan dilakukannya.

Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan kepada tenaga kerja juga

merupakan perlindungan kesehatan tenaga kerja yang dimaksudkan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam

pekerjaannya dan semakin lamanya yang bersangkutan bekerja pada pekerjaanya

serta menilai kemungkinan adanya efek buruk pekerjaan dan/atau lingkungan kerja

terhadap kesehatannya yang mungkin memerlukan tindakan korektif langsung serta

tindak lanjutnya yang lebih bersifat preventif dengan upaya higiene perusahaan dan

kesehatan kerja (Suma’mur, 2007).

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan atas dasar dugaan telah terjadinya

pengaruh buruk pekerjaan dan/atau lingkungan kerja kepada kesehatan tenaga

kerja. Terhadap hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus dilakukan tindak

lanjut penerapan higiene perusahaan dan kesehatan kerja dengan upaya-upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Higiene perusahaan dan kesehatan

kerja memiliki aneka cara dari yang paling sederhana sampai kepada metode
9

tercanggih dengan mengakses (melakukan pendekatan terhadap) problema secara

multidisiplin untuk mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif, (Suma’mur,

2007).

Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu program didasari

pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya

(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-

kerugian lainya yang mungkin terjadi. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah

suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko

kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi (Rijanto, 2010).

Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan

penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap

timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat dari setiap pekerjaan yang

dilakukan (Tarwaka, 2008). Keselamatan Kerja hanya meliputi perlindungan

karyawan dari kecelakaan ditempat kerja, sedangkan kesehatan kerja merujuk

kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik ataupun mental.

Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor

penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi.

Berdasarkan penelitian dari para ahli bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat

terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor

penyebab kecelakan sekaligus dalam suatu kejadian (Tarwaka, 2014).

Menurut Bird and Germain menjelaskan bahwa pencegahan kecelakaan

akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan memperbaiki manajemen keselamatan
10

dan kesehatan kerja di tempat kerja. Setelah dilakukan perbaikan manajemen K3,

selanjutnya dapat di identifikasi dan evaluasi sumber-sumber penyebab,

memprediksi gejala yang timbul dan mencegah kontak dengan/kepada objek kerja

(Tarwaka, 2014).

Faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan potensi bahaya yang

berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bersumber dari proses produksi

termasuk bahan baku, baik produk maupun hasil akhir (Tarwaka, 2014).

Lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja, suhu, kelembaban, kebisingan,

udara dan kualitas pencahayaan merupakan contoh faktor lingkungan.

Kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan kondisi di lingkungan

kerja berupa alat, material maupun lingkungan yang tidak aman atau

membahayakan. Kondisi tidak aman yang dimaksud seperti lantai yang licin,

tangga yang rusak dan patah, penerangan yang kurang baik atau kebisingan yang

melampaui batas aman yang diperkenankan (S. Ramli, 2010).

Mesin-mesin, alat-alat kerja, pesawat-pesawat produksi dan sebagainya

yang serba pelik dan rumit serta modern banyak dipakai di industri, bahan

berbahaya (B3) banyak diolah dan dipergunakan serta mekanisasi dan elektrifikasi

telah menyebar secara luas dihampir semua sektor industri. Perkembangan pesat

industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi, modernisasi dan otomatisasi, maka dengan

sendirinya terjadi peningkatan intensitas kerja operasional. Akibat dari hal tersebut

akan muncul berbagai dampak, antara lain menyangkut adanya kelelahan,

kehilangan keseimbangan, kekurang keterampilan dan latihan kerja, kekurangan

pengetahuan tentang sumber bahaya, dan lain sebagainya. Keadaan tersebut


11

merupakan sebagian dari sebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

yang akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara menyeluruh (Tarwaka,

2012).

Menurut Tarwaka dalam bukunya tahun 2014, unsafe condition merupakan

kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan tempat kerja,

proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan yang berupa faktor-

faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu

maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama

pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. Unsafe

condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut (Anizar, 2009):

1. Peralatan yang sudah tidak layak pakai

2. Pengamanan gedung tidak sesuai standar

3. Terpapar bising dan terpapar radiasi

4. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan

5. Sistem peringatan yang berlebihan

Faktor manusia. Faktor manusia merupakan potensi bahaya yang cukup

besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tidak berada dalam

kondisi kesehatan yang prima, baik fisik maupun psikis (Tarwaka, 2014). Faktor

manusia juga disebut sebagai tindakan tidak aman (Unsafe Action). Tindakan tidak

aman (unsafe action) merupakan tindakan yang dilakukan secara tidak aman

sehingga dapat membahayakan dirinya atau orang lain yang dapat menimbulkan

kecelakaan. Berikut ini yang termasuk dalam tindakan tidak aman, tidak

menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, bersendagurau dalam menjalankan


12

dan/atau mengoperasikan alat/mesin (S. Ramli, 2010). Menurut Tarwaka tahun

2014, beberapa sebab terjadinya unsafe action dapat dipengaruhi oleh:

1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill).

2. Ketidak mampuan untuk bekerja secara normal (inadequate capability).

3. Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (bodilly defect).

4. Kelelahan dan kejenuhan (fatique and boredom).

5. Sikap dan tingkah laku tidak aman (unsafe attitude and habits).

6. Kebingunan dan stres (confuse and stress) karena prosedur kerja yang

belum dapat di pahami.

7. Belum menguasai/belum terampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru

(lack of skill).

8. Penurunan konsentrasi (difficulty in concentration) dari tenaga kerja saat

melakukan pekerjaan.

9. Kurang adanya motivasi kerja (improper motivation) dari tenaga kerja.

10. Kurang adanya kepuasaan kerja (low job satisfaction).

Potensi Bahaya

Potensi bahaya merupakan kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,

mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan

lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian,

kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Potensi

bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja berasal dari berbagai kegiatan

atau aktifitas dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau juga berasal dari luar proses

kerja. Kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan berdasarkan beberapa


13

penggolongan, dimana berdasarkan ILO dikelompokkan menjadi 4 macam

penggolongan (Putranto, 2015) yakni:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan:

a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda.

c. Tertumpuk atau terkena benda-benda.

d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

f. Pengaruh suhu tinggi.

g. Terkena arus listrik.

h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

2. Klasifikasi menurut penyebab:

a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik.

b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, air.

c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi

pendingin, alat-alat listrik.

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat

kimia.

e. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah

tanah).

f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan:

a. Patah tulang.
14

b. Dislokasi (keseleo).

c. Regang otot (urat).

d. Memar dan luka dalam yang lain.

e. Amputasi.

f. Luka di permukaan.

g. Geger dan remuk.

h. Luka bakar.

i. Keracunan-keracunan mendadak.

j. Pengaruh radiasi.

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh:

a. Kepala.

b. Leher.

c. Badan.

d. Anggota atas.

e. Anggota bawah.

f. Banyak tempat.

g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik wakti,

harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses

kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2014). Berdasarkan UU

No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan


15

kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan yang menjalankan usaha,

baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam upaya memberikan

perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang berada di lingkungan

usahanya. Syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana disebut pada Pasal 3 (1)

No.1 tentang keselamatan kerja yang dimaksudkan untuk (Tarwaka, 2012):

a) mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c) memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan;

d) memberi pertolongan pada kecelakaan;

e) memberi alat pelindung diri pada para pekerja

f) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar

rradiasi, kebisinngan dan getaran;

g) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan;

h) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

i) menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik;

j) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

k) menerapkan ergonomic di tempat kerja;

l) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang;

m) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;


16

n) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

o) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

p) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Pedoman Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

SMK3 konstruksi. Pengertian konstruksi adalah suatu kegiatan

membangun sarana maupun prasarana yang meliputi pembangunan gedung

(building construction), pembangunan prasarana sipil (Civil Engineer), dan

instalasi mekanikal dan elektrikal (Trianto, 2011). Proyek konstruksi merupakan

suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya

berjangka waktu pendek (Ervianto, 2005).

Perkembangan dunia konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan yang

sangat pesat bila ditinjau dari segi manajemen dan teknologi konstruksi bangunan.

Dengan semakin rumitnya konstruksi banguan, maka perlu adanya pengendalian

dalam manajemen konstruksi khususnya manajemen risiko bidang K3 (Ervianto,

2005).

Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan

menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan

proyek. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi kerja dimana masalah

keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan

pengendalian proyek (Ervianto, 2005).


17

Penerapan SMK3 konstruksi bidang PU ditetapkan berdasarkan potensi

bahaya:

a) potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau

mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak diatas

Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah) dan wajib melibatkan ahli K3

konstruksi;

b) potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/atau

mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak dibawah

Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah) dan wajib melibatkan petugas K3

konstruksi.

Tahapan pekerjaan konstruksi. SMK3 konstruksi bidang PU bukan

hanya diterapkan pada pelaksanaan konstruksi, tetapi harus diterapkan pada

tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Pra Konstruksi:

1. Rancangan Konseptual, meliputi studi kelayakan/feasibility study, survei dan

investigasi;

Rancangan konseptual (studi kelayakan, survei dan investigasi) wajib memuat

telaahan aspek K3.

2. Detailed Enginering Design (DED);

Dalam penyusunan Detailed Enginering Design (DED) wajib:

a) mengidentifikasi bahaya, menilai risiko K3 serta pengendaliannya pada

penetapan kriteria perancangan dan pemilihan material, pelaksanaan

konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan;


18

b) mengidentifikasi dan menganalisis tingkat risiko K3 dari

kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan, sesuai dengan tata cara

penetapan tingkat risiko K3 konstruksi

3. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

Penyusunan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa wajib memuat potensi

bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 konstruksi yang ditetapkan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berdasarkan dokumen perencanaan atau dari

sumber lainnya serta kriteria evaluasi untuk menilai pemenuhan persyaratan K3

Konstruksi termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K.

b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);

Tahap pemilihan penyedia barang/jasa, penerapan SMK3 memuat ketentuan

sebagai berikut:

1. Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa harus memuat persyaratan

K3 konstruksi yang merupakan bagian dari ketentuan persyaratan

teknis.

2. Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa harus memuat ketentuan

tentang kriteria evaluasi RK3K.

3. Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi, wajib dipersyaratkan

rekrutmen ahli K3 konstruksi dan dapat dipersyaratkan sertifikat SMK3

perusahaan.

4. Pada saat aanwijzing, potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 dan

persyaratan K3 konstruksi wajib dijelaskan.


19

5. Evaluasi teknis RK3K Penawaran dilakukan terhadap sasaran dan

program K3 dalam rangka pengendalian jenis bahaya K3.

6. Dalam evaluasi penawaran, pokja dapat melibatkan ahli K3

konstruksi/petugas K3 konstruksi apabila diantara anggotanya tidak ada

yang memiliki sertifikat ahli K3 konstruksi/petugas K3 konstruksi.

7. Apabila berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa RK3K penawaran

tidak memenuhi kriteria evaluasi teknis K3 dalam dokumen pemilihan

penyedia barang/jasa, maka penawaran dapat dinyatakan gugur.

8. RK3K penawaran yang disusun oleh penyedia jasa untuk usulan

penawaran dalam pemilihan penyedia barang/jasa, merupakan bagian

dari usulan teknis dalam dokumen penawaran, sebagaimana diatur

dalam pedoman terkait pemilihan penyedia barang/jasa yang berlaku di

lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

9. Rencana biaya K3 harus dihitung berdasarkan kebutuhan seluruh

pengendalian risiko K3 konstruksi sesuai dengan RK3K penawaran.

10. Apabila penyedia jasa tidak memperhitungkan biaya K3 konstruksi atau

rencana biaya K3 konstruksi yang diperhitungkan ternyata tidak

mencukupi untuk pelaksanaan program K3 maka penyedia jasa tetap

wajib melaksanakan program K3 konstruksi sesuai dengan RK3K yang

telah disetujui oleh PPK.

11. Penyedia jasa yang telah ditetapkan sebagai pemenang, wajib

melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3 konstruksi untuk

seluruh tahapan pekerjaan.


20

c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi, penerapan SMK3 memuat ketentuan sebagai berikut:

1. RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan

konstruksi/Pre Construction Meeting (PCM) oleh penyedia jasa, untuk

disahkan dan ditanda tangani oleh PPK.

2. RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan penerapan

SMK3 pada pelaksanaan konstruksi.

3. Dalam hal pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh beberapa penyedia

jasa dalam bentuk kerja sama operasi (KSO), pemimpin KSO harus

menetapkan kebijakan K3 Konstruksi yang berlaku untuk seluruh

penyedia jasa.

4. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat ketidaksesuaian dalam

penerapan RK3K dan/atau perubahan dan/atau pekerjaan

tambah/kurang, maka RK3K harus ditinjau ulang dan disetujui oleh

PPK.

5. Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa dan

dilaporkan kepada PPK secara berkala (harian, mingguan, bulanan dan

triwulan), yang menjadi bagian dari laporan pelaksanaan pekerjaan.

6. Apabila terjadi kecelakaan kerja, penyedia jasa wajib membuat laporan

kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja setempat, paling

lambat 2 x 24 jam.
21

7. Penyedia Jasa wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja

sesuai hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan triwulanan, dalam

rangka menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan RK3K.

d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.

Pada saat pelaksanaan uji coba dan laik fungsi sistem (testing dan commissioning)

untuk penyerahan hasil akhir pekerjaan, Ahli K3 Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi

harus memastikan bahwa prosedur K3 telah dilaksanakan. Laporan Penyerahan

Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat hasil kinerja SMK3, statistik kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, serta usulan perbaikan untuk proyek sejenis yang akan

datang.

Penerapan SMK3 konstruksi bidang PU. Pedoman penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Bidang Pekerjaan Umum

menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2014 yaitu dalam

setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang pekerjaan umum wajib

menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU, meliputi:

1. Kebijakan K3

Kebijakan K3 merupakan pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk

menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan perundang-undangan K3

yang dilaksanakan secara konsisten dan harus ditandatangani oleh Manajer

Proyek/Kepala Proyek. Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan kebijakan K3

pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan dan Kepala Proyek/Project Manager

harus mengesahkan kebijakan K3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut:


22

a) mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3;

b) mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundangundangan

dan persyaratan lain yang terkait dengan K3;

c) sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.

Organisasi K3 di proyek konstruksi ada 3, yaitu:

a. P2K3

P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun

tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan

kesehatan kerja. Untuk melaksanan tugas tersebut, P2K3 mempunyai fungsi:

1) menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

tempat kerja;

2) membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:

a) berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan

gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran

dan peledakan serta cara penanggulangannya.

b) faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;

c) alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

d) cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;

3) membantu pengusaha atau pengurus dalam:

a) mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;

b) menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;


23

c) mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja;

d) mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja

serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;

e) mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,

hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;

f) melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan

makanan di perusahaan;

g) memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;

h) mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja

i) mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja,

melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi

hasil pemeriksaan;

j) menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan

dan kesehatan kerja.

4) membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan

pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene

perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.

b. Organisasi K3L

Organisasi K3L dibentuk untuk menerapkan dan menjalankan sistem manajemen

K3L. Organisasi K3L yang melibatkan seluruh jajaran akan menjelaskan tugas dan

tanggung jawab setiap individu terhadap K3L didalam setiap kegiatan di

perusahaan (Rijanto, 2010), yaitu:


24

1) Pimpinan Perusahaan (General Manager)

Pimpinan Perusahaan (General Manager) atau wakilnya, yang ditunjuk atas nama

pimpinan, untuk:

a) bertanggung jawab atas program K3L di perusahaan;

b) memberikan keputusan-keputusan dan instruksi-instruksi yang

diperlukan demi terlaksananya dengan baik program K3L;

c) menunjuk orang-orang yang dianggap mampu untuk melaksanakan

program K3L;

d) melakukan inspeksi K3L terencana secara berkala atau tidak berkala, bila

dipandang perlu, ke seluruh area operasi perusahaan;

e) menghadiri rapat-rapat K3L atau P2K3 secara berkala, atau dapat

digantikan oleh wakilnya;

2) Koordinator K3L

a) seorang ahli K3L, bertanggung jawab atas pengawasan terhadap

pelaksanaan program K3L di perusahaan;

b) membantu pimpinan mempersiapkan seluruh program K3L;

c) memberikan saran-saran dan masukan tentang K3L kepada pimpinan;

d) membantu untuk mengimplementasikan manajemen K3L pada seluruh

kegiatan operasi perusahaan;

e) melakukan inspeksi, survei dan pengamatan terhadap aspek K3L dalam

berbagai kegiatan operasi perusahaan;

f) memberikan pendidikan dan pelatihan K3L kepada pekerja;


25

g) melakukan penyelidikan dan melaporkan kepada pimpinan atas

kecelakaan yang terjadi;

h) mendokumentasikan seluruh kegiatan K3L perusahaan;

3) Pimpinan Senior (Pimpinan Divisi)

a) bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan program K3L

perusahaan di setiap lini yang berada di bawahnya;

b) bertanggung jawab dan melaporkan kepada pimpinan semua persoalan

dan kejadian yang berhubungan dengan K3L di setiap lini yang berada

dibawahnya;

c) melakukan inspeksi K3L secara berkala, atau tidak berkala bila

dipandang perlu, keseluruh area operasi yang menjadi tanggung

jawabnya;

d) menghadiri rapat-rapat K3L yang diadakan secara berkala;

4) Pimpinan Bagian dan Penyelia (Supervisor)

a) bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan program K3L

perusahaan pada setiap lini yang berada di bawahnya;

b) bertanggung jawab dan melaporkan kepada pimpinan senior (Divisi) atas

semua persoalan dan kejadian yang berhubungan dengan K3L di setiap

lini yang berada di bawahnya;

c) melakukan inspeksi K3L secara berkala ke area operasi yang menjadi

tanggung jawabnya;

d) menghadiri rapat-rapat K3L divisi yang diadakan secara berkala;


26

e) memberikan pengarahan tentang K3L kepada pekerja baru dan orang lain

sebelum mereka melakukan aktifitas di area yang menjadi tanggung

jawabnya;

f) membuat laporan kecelakaan yang terjadi atas bawahannya atau di area

yang menjadi tanggung jawabnya;

c. Komite Keselamatan Konstruksi

Komite Keselamatan Konstruksi dibentuk untuk menerapkan SMK3 pada setiap

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Komite Keselamatan Konstruksi ditetapkan

dengan Keputusan Menteri. Pekerjaan konstruksi yang menjadi kewenangan

Komite Keselamatan Konstruksi, meliputi potensi bahaya tinggi; dan/atau

mengalami kecelakaan konstruksi yang dapat menimbulkan hilangnya nyawa

orang.

2. Perencanaan K3

Penyedia jasa wajib membuat identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala

prioritas, pengendalian risiko K3, dan penanggung jawab untuk diserahkan,

dibahas, dan disetujui PPK pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak sesuai

lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.

a. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala prioritas, pengendalian risiko K3, dan

penanggung jawab. Tabel Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas,

Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab memuat nama perusahaan,

kegiatan, lokasi, tanggal dibuat dan halaman serta kolom sebagai berikut:

a) kolom 1: Nomor. Berisi nomor urut uraian pekerjaan;


27

b) kolom 2: Uraian Pekerjaan. Berisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai

risiko K3 yang tertuang di dalam dokumen pelelangan;

c) kolom 3: Identifikasi Masalah. Berisi identifikasi bahaya yang akan timbul dari

seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3;

d) kolom 4: Penilaian Risiko berdasarkan kekerapan. Berisi nilai (angka) kekerapan

terjadinya kecelakaan;

e) kolom 5: Penilaian Risiko berdasarkan keparahan. Berisi nilai (angka)

keparahan;

f) kolom 6: Penilaian Risiko berdasarkan tingkat risiko. Berisi perhitungan tingkat

risiko K3 adalah nilai kekerapan dikali nilai keparahan;

g) kolom 7: Skala Prioritas. Berisi penetapan skala prioritas ditetapkan berdasarkan

item pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan kecil, dengan

penjelasan: prioritas 1 (risiko tinggi), prioritas 2 (risiko sedang), dan prioritas 3

(risiko kecil). Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi, maka item pekerjaan

tersebut menjadi prioritas utama (peringkat 1) dalam upaya pengendalian

h) kolom 8: Pengendalian risiko K3. Berisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk

pengendalian risiko menggunakan hirarki pengendalian risiko (Eliminasi,

Substitusi, Rekayasa, Administrasi, APD), diisi oleh Penyedia Jasa pada saat

penawaran (belum memperhitungkan penilaian risiko dan skala prioritas.

Keterangan:

a. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti material/

bahan sehingga bahaya dapat dihilangkan atau dieliminasi. Contoh:


28

seorang pekerja harus menghindari bekerja di ketinggian namun

pekerjaan tetap dilakukan dengan menggunakan alat bantu.

b. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman dan/ atau

material yang tingkat bahayanya lebih rendah. Contoh: penggunaan

tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk bekerja di

ketinggian.

c. Rekayasa teknik adalah melakukan modifikasi teknologi atau peralatan

guna menghindari terjadinya kecelakaan. Contoh: menggunakan

perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk menghindari terjatuh

pada saat bekerja di ketinggian.

d. Administrasi adalah pengendalian melalui pelaksanaan prosedur untuk

bekerja secara aman. Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat

kerja) untuk mengurangi terpaparnya/ tereksposnya pekerja terhadap

sumber bahaya, larangan menggunakan telepon seluler di tempat

tertentu, pemasangan rambu-rambu keselamatan.

e. APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard dan harus

dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis

pekerjaannya. Contoh: Pemakaian kacamata las dan sarung tangan kulit

pada pekerjaan pengelasan.

i) kolom 9: Penganggung Jawab (Nama Petugas). Berisi penanggung jawab (nama

petugas) pengendali risiko K3.

b. Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya


29

Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 yang digunakan sebagai

acuan dalam melaksanakan SMK3 konstruksi bidang PU

c. Sasaran dan Program K3

1) Sasaran

Sasaran terdiri dari dua, sasaran umum yaitu pencapaian nihil kecelakaan kerja

yang fatal (Zero Fatal Accidents) pada pekerjaan konstruksi dan sasaran khusus

yaitu sasaran rinci dari setiap pengendalian risiko yang disusun guna tercapainya

sasaran umum.

2) Program K3

Program K3 meliputi sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian,

monitoring, dan penanggung jawab. Tabel Penyusunan Sasaran dan Program K3

memuat nama perusahaan, kegiatan, lokasi, tanggal dibuat dan kolom, yaitu:

a) kolom 1: Nomor. Berisi nomor urut kegiatan

b) kolom 2: Uraian pekerjaan. Berisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko

K3 yang tertuang di dalam dokumen pelelangan

c) kolom 3: Pengendalian risiko. Berisi pengendalian risiko merujuk pada Tabel

Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan

Penanggung Jawab

d) kolom 4: Sasaran khusus berdasarkan uraian. Berisi uraian dari sasaran khusus

yang ingin dicapai terhadap pengendalian risiko pada kolom 3

e) kolom 5: Sasaran khusus berdasarkan tolok ukur. Berisi Tolok ukur merupakan

ukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif terhadap pencapaian sasaran pada

kolom 4
30

f) kolom 6: Program berdasarkan sumber daya. Berisi sumber daya yang diperlukan

untuk melaksanakan program kerja atas sasaran yang hendak dicapai dari kolom 5

g) kolom 7: Program berdasarkan jangka waktu. Berisi jangka waktu yang

ditetapkan untuk melaksanakan program kerja atas sasaran khusus yang hendak

dicapai

h) kolom 8: Program berdasarkan indikator pencapaian. Berisi indikator pencapaian

adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan program

i) kolom 9: Program berdasarkan monitoring. Berisi bentuk-bentuk monitoring

yang dilaksanakan dalam rangka memastikan bahwa pencapaian sasaran dipenuhi

sepanjang waktu pelaksanaan

j) kolom 10: Program berdasarkan penanggung jawab. Berisi penanggung jawab

pelaksana program

k) kolom 11: Biaya (Rp). Berisi biaya kebutuhan pelaksanaan program

3. Pengendalian Operasional

Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus

mencakup seluruh upaya pengendalian pada Tabel Penyusunan Sasaran dan

Program K3, diantaranya:

a. Menunjuk penanggung jawab kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam

struktur organisasi K3 beserta uraian tugas;

b. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai pada Tabel

Penyusunan Sasaran dan Program K3;

c. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja;


31

d. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko pada

Tabel Penyusunan Sasaran dan Program K3;

e. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan;

f. Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3 seperti yang

tertera pada contoh Tabel Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala

Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab.

4. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3

Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada

kegiatan yang dilaksanakan pada bagian 3 berdasarkan upaya pengendalian pada

bagian 2 (Perencanaan K3) sesuai dengan uraian Tabel Sasaran dan Program K3.

5. Tinjauan Ulang K3

Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 pada bagian 4 diklasifikasikan

dengan kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan pada

Tabel Sasaran dan Program K3.


32

Kerangka Pikir

Penerapan K3 Konstruksi

SMK3 Konstruksi Bidang PU

1. Kebijakan K3

2. Perencanaan K3

3. Pengendalian Operasional

4. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3

5. Tinjauan Ulang Kinerja K3

Gambar 1. Kerangka pikir


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat kualitatif

untuk menggambarkan penerapan K3 konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing

Tinggi oleh PT Hutama karya berdasarkan Permen PU No.05 Tahun 2014.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing

Tinggi, Provinsi Sumatera Utara dan berlangsung sejak Januari - April 2019.

Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, penentuan informan menggunakan teknik

nonprobability sampling secara purposive. Informan yang diteliti terdiri dari 4

orang yaitu:

1. Manajer Teknik pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan

pertimbangan:

a. Lebih mengetahui tentang penerapan K3 konstruksi yang ada di proyek

Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi

b. Pihak yang menyelenggarakan pekerjaan bidang teknik/engineering

proyek.

2. QHSE pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan

pertimbangan:

a. Lebih mengetahui kondisi aktual yang ada di lapangan terkait penerapan K3

konstruksi.

33
34

b. Pihak yang menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan spek dan

RMK3L.

3. HSE Supervisor pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan

pertimbangan:

a. Pihak yang bertanggung jawab ketika terjadi kecelakaan kerja di tempat

kerja.

b. Pihak yang melakukan pengecekan atau inspeksi di lapangan berkaitan

dengan penerapan K3 konstruksi.

4. HSE Officer pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan

pertimbangan:

a. Pihak yang mengendalikan dokumen sistem manajemen mutu, K3 dan

lingkungan

5. Safety Patrol pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan

pertimbangan:

a. Membantu penerapan sistem manajemen, K3 dan lingkungan.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari wawancara secara mendalam

dengan menggunakan pedoman wawancara kepada penyelia berkaitan dengan

penerapan K3 konstruksi bidang pekerjaan umum sebagaimana yang tertera pada

Permen PU No.05 Tahun 2014.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan

referensi-referensi yang ada di proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi

oleh PT Hutama Karya.


35

Instrumen penelitian. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen

utama adalah peneliti sendiri, namun pada pelaksanaannya peneliti dibantu oleh

pedoman pengambilan data yaitu:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian dan dapat dijadikan pedoman umum

wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan yang telah ditentukan oleh

peneliti.

2. Alat Perekam

Alat perekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera handphone untuk

mengambil gambar dan voice recorder yang ada di handphone untuk merekam

suara.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara

secara mendalam dan tidak berstruktur terhadap informan kemudian dibandingkan

dengan teori pada tinjauan pustaka. Tahap analisis data yang digunakan pada

pendekatan kualitatif ini menggunakan analisis domain dari wawancara (Moleong,

2005). Selanjutnya data yang terkumpul akan diolah dan disajikan secara narasi

dalam bentuk tabel matriks menurut variabel yang diteliti.


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum PT. Hutama Karya

PT. Hutama Karya (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bergerak dibidang jasa kontraktor umum dan konstruksi yang awalnya

merupakan perusahaan swasta Hindia Belanda (Hollandsche Beton Maatshappij)

yang dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI

No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. Hutama Karya. Status

perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan Peraturan Pemerintah

No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perseroan Terbatas No. 74 tanggal 15 Maret 1973,

juncto Akta Perubahan No.48 tanggal 8 Agustus 1973 yang keduanya dibuat

dihadapan Notaris Kartini Mulyadi, S.H yang kemudian berdasarkan Surat

Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris No.

DU/MK.136/KPTS/03/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Penetapan Hari Ulang

Tahun PT. Hutama Karya, maka dengan ini tanggal 29 Maret ditetapkan sebagai

hari ulang tahun PT. Hutama Karya.

Tahun 1960 merupakan tonggak transformasi PT. Hutama Karya dari

perusahaan swasta Hollandsche Beton Maatshappij menjadi PT. Hutama Karya.

Sejak fase transformasi, PT. Hutama Karya telah menghasilkan karya konstruksi

yang bernilai sejarah dan monumental seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan,

Jakarta, serta Monumen Patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta. Menandai

dimulainya teknologi beton pra-tekan di Indonesia, dimana PT. Hutama Karya

menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang BBRV dari Swiss.

Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi ini PT. Hutama Karya membentuk

36
37

Divisi khusus prategang. Pada dekade ini pula Hutama Karya berubah status

menjadi PT. Hutama Karya (Persero).

Mengantisipasi tantangan bisnis konstruksi yang semakin berkembang dan

kompetitif PT. Hutama Karya kembali melakukan inovasi melalui diversifikasi

usaha dengan mendirikan Unit Bisnis Haka Pole yaitu Pabrik Tiang Penerangan

Jalan Umum berbagai tipe dari baja bersegi delapan (Oktagonal), sekaligus

melakukan ekspansi usaha di luar negeri yang menjadi awal inovasi teknologi

konstruksi dengan diciptakannya LPBH-80 “SOSROBAHU” (Landasan Putar

Bebas Hambatan) oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati. Sejalan dengan

pengembangan inovasi yang terus seiring dengan pesatnya perkembangan dan

kemajuan teknologi konstruksi, PT. Hutama Karya telah mampu menghasilkan

produk berteknologi tinggi berupa: Jembatan Bentang Panjang (Suspension Cable

Bridge, Balanced Cantilever Bridge, Arch Steel Bridge, Cable Stayed). Saat itu, PT.

Hutama Karya sukses memenuhi standar internasional dalam hal kualitas,

keselamatan kerja dan lingkungan dengan didapatkannya sertifikasi ISO

9002:1994, OHSAS 18001:1999.

Memasuki era milenial dimana dinamika ekonomi semakin pesat, PT.

Hutama Karya (Pesero) telah merevitalisasi diri dengan melakukan pengembangan

usaha untuk sektor-sektor swasta dengan pembangunan High Rise Building (Bakrie

Tower Apartemen) maupun infrastruktur lainnya seperti jalan tol. Seiring dengan

perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap menjadi perhatian PT. Hutama

Karya. Hal ini terbukti dengan diraihnya ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan

OHSAS 18001:2007. Lepas satu dekade di era milenia, PT Hutama Karya (Persero)
38

semakin menguatkan eksistensinya di industri konstruksi nasional. Hal ini ditandai

dengan diversifikasi usaha melalui pendirian anak perusahaan di bidang

pengembangan properti dan manufaktur aspal serta baja.

PT. Hutama Karya (Persero) resmi menerima penugasan Pemerintah untuk

mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Melalui Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117

Tahun 2015, PT. Hutama Karya (Persero) diberi amanah mengembangkan 2.770

km jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019

sepanjang 650 km. Penugasan ini merupakan salah satu tonggak penting dalam

sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT. Hutama Karya (Persero) mulai

menuliskan sejarah barunya sebagai pengembang infrastruktur terkemuka

Indonesia atau Indonesia’s Most Valuable Infrastructure Developer.

Data dan Gambaran Umum Proyek

Data umum proyek. Nama Kegiatan: Pekerjaan Pembangunan (Design

and Build) Pekerjaan Jalan Tol Tebing Tinggi – Kisaran (Tahap I) Ruas Tebing

Tinggi - Indrapura (STA 86+250 s/d STA 106+650)

Lokasi Kegiatan : Provinsi Sumatera Utara

No. Kontrak : 006/KONTRAK-HMW/XII/2017 Tanggal 29 Desember

2017

Pembiayaan : RKAP PT. Hutama Marga Waskita

Nama Pengguna Jasa : PT. Hutama Marga Waskita

Alamat Pengguna Jasa: Jl. Bina Marga, Komplek Bina Marga No.02, RT 001/005

Kel. Cipayung, Jakarta Timur 13840, Telp. (021) 8444 640.


39

Nama Penyedia Jasa : PT. Hutama Karya (Persero) Divisi Infrastruktur

Alamat Penyedia Jasa : Dusun I, Desa Penggalangan, Kec. Tebing Syahbandar,

Serdang Bedagai, Sumut 20998.

Nilai Anggaran : Rp 1.941.419.112.283,-

Sistem Kontrak : Lum Sum Design & Build

Pembayaran : Tangga Termin

Masa Pelaksanaan : 730 Hari Kalender

Masa Pemeliharaan : 1096 Hari Kalender

Lebar Perkerasan : 11,70 M x 2 Jalur

Lingkup Kegiatan :

1. Main Road (STA 86+250 s/d STA 106+650) : 20,40 km

2. Inter Change Tebing Tinggi : 1 buah

3. Over Bridge / Overpass : 9 buah

4. Under Bridge / Underpass : 9 buah

5. Jembatan : 2 buah

6. Pedestrian : 2 buah

7. Box Under Pass (Jalan) : 4 buah

8. Box Culvert (Drainase) : 10 buah

9. RCP (Drainase) : 24 buah

10. Soft Soil (PVD), 6 Lokasi : 3,25 km

Gambaran Umum Proyek

Proyek Pembangunan Jalan Tol Tebing Tinggi - Kisaran (Tahap I) ruas

Tebing Tinggi - Indrapura direncanakan panjangnya 20,40 km dengan lebar


40

berkisar 11,70 m dikali 2 jalur. Untuk proyek pembangunan jalan tol Tebing Tinggi

- Kuala Tanjung seksi 1, PT. Bina Karya (Persero), PT. Indra Karya (Persero) dan

PT. Eskapindo Matra JO sebagai konsultan perusahaan dan PT. Hutama Karya

(Persero) Divisi Infrastruktur yang merupakan anak perusahaan PT. HK sebagai

penyedia jasa serta PT. Hutama Marga Waskita sebagai pengguna jasa.

Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi

Indonesia’s Most Valuable Infrastructure Developer (Pengembang Infrastruktur

Terkemuka Indonesia)

2. Misi

a. Menyukseskan mandat pemerintah untuk membangun dan mengoperasikan

Jalan Tol Trans Sumatera.

b. Mengembangkan multi-bisnis berbasis infrastruktur melalui usaha

investasi, jasa, konstruksi, dan mempercepat pertumbuhan perekonomian

Indonesia.

c. Membangun kapasitas dan kapabilitas korporasi yang berkesinambungan

melalui pemantapan human capital dan peningkatan financial capital.

Kebijakan Sistem Manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja,


Lindung Lingkungan (SM-MK3LL) dan Sistem Manajemen Keselamatan
Jalan Tol

Dalam mencapai visi menjadi pengembang infrastruktur terkemuka

Indonesia, seluruh Direksi dan Manajemen PT. Hutama Karya (Persero)

berkomitmen untuk:
41

1. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundangan dan persyaratan lain

yang relevan serta pengendalian risiko dan peluang sistem mutu, K3 &

lindung lingkungan dan sistem manajemen keselamatan jalan tol sesuai

dengan tujuan dan konteks perusahaan serta mendukung arah strategis yang

terintegrasi dengan bisnis proses, untuk tercapainya keselamatan,

kesehatan, kepuasan pelanggan, perlindungan lingkungan termasuk

pencegahan polusi dan komitmen spesifik lainnya yang relevan.

2. Memberikan wewenang kepada seluruh karyawan dan pekerja untuk

menghentikan pekerjaan yang disebabkan perilaku tidak aman dan kondisi

tidak aman, serta melibatkannya dalam proses pengambilan keputusan

dalam permasalahan keselamatan, kesehatan kerja & lindung lingkungan,

partisipasi dan konsultasi melalui perwakilan pekerja.

3. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, dan mencegah bahaya

yang dapat menimbulkan insiden, sakit akibat pekerjaan, meninggal dan

cedera serius di jalan tol.

4. Melindungi lingkungan mencakup pencegahan polusi, pemanfaatan

berkelanjutan sumber daya, mitigasi perubahan iklim, perlindungan

keanekaragaman hayati dan ekosistem.

5. Menjamin seluruh karyawan dan partner bisnis lainnya kompeten dengan

cara memberikan pelatihan yang memadai.

6. Konsisten melaksanakan peningkatan secara berkesinambungan terhadap

penerapan sistem manajemen dan menjadikan kebijakan ini sebagai

kerangka acuan dalam penerapan tujuan dan sasaran perusahaan.


42

Struktur Organisasi

Struktur organisasi kontraktor

Gambar 2. Struktur organisasi kontraktor

Pelaksanaan Peraturan Keselamatan Kerja Proyek

Pelaksanaan disiplin kerja di PT. Hutama Karya (Persero) dilakukan secara

fleksibel namun ada aturan yang diterapkan perusahaan antara lain:

Masuk kerja diawali dengan Tool Box Meeting pukul: 08.00 WIB

Istirahat : 12.00 - 14.00 WIB

Pulang pukul : 17.00 WIB

Perusahaan menerapkan jam lembur mengingat kondisi proyek yang tidak

bisa dilaksanakan setengah-setengah, jam lembur tersebut sekitar pukul 17.00 -

22.00 WIB atau bahkan sampai pagi, namun semua pekerja maupun karyawan yang
43

lembur diberi tunjangan yang lembur bagi mereka. Proyek dapat berhenti apabila

kondisi yang tidak mendukung, namun jika kondisi masih dapat diatasi pekerjaan

masih terus dilakukan. Pelaksana terus memberikan instruksi kepada pekerja

sehingga pelaksanaan berjalan dengan baik.

Sumber Daya Manusia K3 Pada Proyek

Gambar 3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Personel K3 pada proyek pembangunan jalan tol Tebing Tinggi - Kuala

Tanjung (Tahap 1) adalah sebagai berikut:

1. QHSE

2. HSE Officer

3. HSE Supervisor

4. K3L / Safety Patrol

5. Safety Patrol
44

Karakteristik Informan

Adapun gambaran karakteristik yang menjadi informan pada penelitian ini

berdasarkan jabatan atau tugas yang dikerjakan dapat ditunjukkan pada tabel 4.1

berikut.

Tabel 1

Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan/Tugas di PT. Hutama Karya pada


Proyek pembangunan Jalan Tol Tebing Tinggi – Kuala Tanjung

Jabatan/Tugas Jumlah
Manajer Teknik 1
QHSE 1
HSE Supervisor 1
HSE Officer 1
Safety Patrol 1
Jumlah 5

1. Manajer Teknik memiliki tugas sebagai berikut:

a. tersedianya rencana kerja mingguan dan bulanan proyek

b. tersedianya kajian dokumen kontrak

c. tersedianya laporan mingguan dan bulanan

2. QHSE (Quality Health & Safety Environment) memiliki tugas sebagai berikut:

a. membuat rencana berkala pelaksanaan pemeriksaan dan pengetesan sesuai

RMK3L

b. melaksanakan pemeriksaan dan pengetesan barang

c. memberikan tanda status pada pekerjaan/barang yang telah diperiksa/test.

d. melakukan final inspection atau memastikan bahwa seluruh kegiatan

pemeriksaan dan pengetesan telah dilaksanakan semuanya

e. melakukan inspeksi/test terhadap material yang masuk khususnya untuk

material yang dominan untuk mutu


45

f. mengontrol barang/jasa yang dipasok untuk pelanggan apakah sesuai

persyaratan/perjanjian atau tidak

g. menjamin bahwa keluhan pelanggan atau produk tidak sesuai ditangani

sesuai dengan prosedur mutu yang berlaku

h. melaporkan rekap keluhan pelanggan ke cabang setiap bulan

i. memverifikasikan hasil pelaksanaan penanganan produk tidak sesuai

3. HSE Supervisor memiliki tugas sebagai berikut:

a. memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada semua karyawan dan

pekerja mengenai masalah K3L

b. membuat laporan berupa data statistik yang merekam kejadian-kejadian

K3L dan kecelakaan kerja

c. membuat dan mengadakan rambu-rambu dan fasilitas K3L

d. mengadakan koordinasi dengan instansi terkait fasilitas K3L lainnya

e. melaksanakan pemeriksaan (ceklist) dan pengetesan (fisik, kimia, biologi)

f. mengkoordinir petugas Safety Patrol dan Security

g. melaksanakan tugas-tugas K3L lainnya sesuai instruksi PSMMK3L

h. memelihara bukti kerjanya

4. HSE Officer memiliki tugas sebagai berikut:

a. terkendalinya dokumen Sistem Manajemen Mutu, K3 dan Lingkungan di

proyek

b. terkendalinya undang-undang dan persyaratan lain yang terkait di proyek

5. Safety Patrol memiliki tugas sebagai berikut :


46

a. memelihara peralatan rambu-rambu K3L dan tanggap darurat serta

penempatannya

b. melaksanakan pengaturan lalu lintas dan pemantauan akses jalan

c. membuat evaluasi pemenuhan undang-undang dan persyaratan lainnya

d. memelihara bukti kerja di unitnya

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 5 orang informan ada satu orang yang

memiliki jabatan sebagai Manajer Teknik, satu orang memiliki jabatan QHSE, satu

orang memiliki jabatan HSE Supervisor, satu orang memiliki jabatan HSE Officer

serta satu orang memiliki jabatan Safety Patrol.

Penerapan K3 Konstruksi

Sejak tanggal 4 Februari 2018 PT. Hutama Karya (Persero) Divisi Gedung,

Divisi Infrastruktur, Divisi Engineering, Procurements Construction (EPC), Divisi

Operasi & Pemeliharaan Jalan Tol, Divisi Pengembangan Jalan Tol telah

melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan

ISO 45001:2018. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan

untuk merealisasikan visi PT. Hutama Karya (Persero) menjadi pengembang

infrastruktur terkemuka Indonesia. Setiap pegawai diwajibkan untuk memahami

dan konsisten melaksanakan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan target mutu,

prosedur, instruksi kerja dan standar eksternal sehingga sistem yang dijalankan

memenuhi persyaratan ISO 9001:2015, ISO 14001:2015 dan ISO 45001:2018.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi Permen PU No. 05 Tahun

2014 berdasarkan (1) Kebijakan K3, (2) Perencanaan K3, (3) Pengendalian

operasional, (4) Pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 (5) Tinjauan ulang K3.
47

Kebijakan K3 konstruksi. Kebijakan K3 ditetapkan sebagai bentuk

komitmen manajemen dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja konstruksi untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman,

nyaman dan sehat serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja di perusahaan. Adapun kebijakan proyek pembangunan Jalan Tol Tebing

Tinggi - Kuala Tanjung yaitu:

1. Mendukung sepenuhnya penerapan kebijakan PT. Hutama Karya (Persero)

tentang sistem manajemen mutu, keselamatan, kesehatan kerja lindung lingkungan

(SM-MK3L) dan sistem manajemen keselamatan jalan tol

2. Menerapkan budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) di seluruh

lokasi proyek

3. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang tertib dan kondusif, maka seluruh

karyawan dilarang

a. Membawa dan menyimpan senjata api (Pistol), senjata tajam dan bahan

peledak (termasuk petasan)

b. Minum minuman keras maupun mabuk-mabukan

c. Menyimpan dan menggunakan segala jenis NAPZA (Narkoba, Psikotropika

dan Zat adiktif lainnya)

d. Senantiasa menjaga keharmonisan hubungan dengan lingkungan kerja

sekitar proyek.

Hasil wawancara dengan informan mengenai kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja konstruksi dapat dilihat pada tabel berikut ini:


48

Tabel 2

Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Penyataan Informan


1 “Ada dua kebijakan K3 yang kami laksanakan yaitu kebijakan K3
dari pusat dan kebijakan K3 dari kepala proyek sendiri. Kita
berkomitmen untuk melaksanakan apa yang dituliskan dan apa yang
dicanangkan oleh kantor pusat wajib diterapkan oleh seluruh pekerja
proyek. Kita tidak hanya menerapkan sanksi, tetapi reward juga bagi
pekerja yang terbaik dalam hal penerapan K3nya. Rencana
pemberian reward sebulan sekali namun belum terlaksana karena
kita masih menyusun bentuk SOPnya. Dalam sebulan kedepan
mungkin sudah kita terapkan. Sampai saat ini kita terapkan sanksi,
tetapi masih dalam batas yang wajar yaitu berupa peringatan. Kita
beri peringatan pertama, kedua, ketiga dan apabila tidak mau kita
keluarkan.”
2 “Kita punya komitmen kebijakan pimpinan perusahaan, siapapun
bisa menghentikan pekerjaan apabila pekerjaan itu dipandang tidak
aman. Tidak harus kepala proyek, pekerjaan harian pun punya hak
untuk memberhentikan. Itu kesepakatannya kuat dan ditandatangani
oleh direktur utama HK. Kebijakan K3 juga tergantung kepada
manajemen, yaitu anggaran K3. Kalau tidak ada anggaran, K3 tidak
bisa dilaksanakan. Misalkan sepatu safety kita ajukan untuk sekian
orang dan hanya diberi beberapa pekerja maka K3nya tidak akan
jalan. PT Hutama Karya telah memiliki alokasi anggaran K3 sekian
persen dari nilai proyek untuk dimanfaatkan pada pelaksanaan K3.”
3 “Kebijakan K3 kita sudah di tetapkan dari pusat dan harus
dilaksanakan oleh seluruh pekerja. Selain kebijakan yang dari pusat,
ada juga kebijakan proyek yang disusun khusus untuk proyek jalan
tol ini. Setiap pekerja maupun tamu yang berada di proyek wajib
mematuhi dan melaksanakan kebijakan K3 PT. Hutama Karya.”
4 “Kebijakan sistem manajemen mutu, keselamatan, kesehatan
kerja,lindung lingkungan (SM-MK3LL) dan sistem manajemen
keselamatan jalan tol dibuat dari pusat di Jakarta, disini hanya
menjalankan prosedurnya saja. Kebijakan itu sudah ada dipajang di
dinding ruangan kerja ini ketika siapapun masuk bisa membacanya.
Selain kebijakan tersebut ada juga kebijakan yang dibuat oleh
manajemen proyek ini.”
5 “Kebijakan K3 dibuat dari pusat jadi apa yang dibilang K3 pusat ya
harus kita jalankan kebijakannya. Sampai sekarang belum ada
pekerja HK yang melanggar kebijakan, kalau di sub kontraktor
kurang tau karena mereka punya petugas safetynya sendiri. Kalau
orang HK dari awal proyek berjalan sampai sekarang masih
mematuhi kebijakan dan belum ada insiden.”
49

Menurut Permen PU No.05 Tahun 2014 tentang pedoman penerapan K3

konstruksi, perusahaan penyedia jasa harus menetapkan kebijakan K3 pada

kegiatan konstruksi yang dilaksanakan berupa pernyataan tertulis yang berisi

komitmen untuk menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan perundang-

undangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten dan harus ditandatangani oleh

Manajer Proyek/Kepala Proyek. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus mencakup

komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta

peningkatan berkelanjutan SMK3, komitmen untuk mematuhi peraturan

perundangundangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3 dan sebagai

kerangka untuk menyusun sasaran K3.

Berdasarkan matriks di atas diketahui bahwa PT. Hutama Karya telah

memiliki kebijakan K3 yaitu kebijakan sistem manajemen mutu, keselamatan,

kesehatan kerja, lindung lingkungan (SM-MK3LL) dan sistem manajemen

keselamatan jalan tol ditetapkan oleh pusat. Selain kebijakan tersebut ada juga

kebijakan proyek dalam pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi

(Tahap I) yang telah disahkan oleh kepala proyek. Manajemen sudah berkomitmen

mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang terkait

produk lingkungan, K3 dan melaksanakan perbaikan berkelanjutan agar sistem

manajemen lebih efektif. Salah satu kebijakan perusahaan yang diterapkan yaitu

setiap pekerja di lokasi proyek boleh untuk memberhentikan pekerjaan jika terdapat

kondisi tidak aman yang dapat mengakibatkan kehilangan nyawa seseorang atau

kerusakan benda dan aset perusahaan.


50

Komitmen harus diwujudkan dengan adanya penganggaran untuk

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen yang nyata dari pihak

pimpinan dapat terwujud dengan penyediaan anggaran khusus untuk pelaksanaan

program K3, sebab mustahil suatu program dapat terlaksana tanpa adanya

anggaran. Oleh sebab itu, PT. Hutama Karya telah menyusun anggaran dana sekitar

10 Miliyar Rupiah untuk pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek

Jalan Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi (Tahap 1).

Semua pekerja yang ada di dalam proyek diwajibkan mematuhi kebijakan

K3 dan kebijakan proyek yang sudah ditetapkan. Hal ini didukung oleh

diterapkannya sistem reward dan sanksi pada pekerja. Pekerja yang menerapkan

dan memiliki perhatian yang baik terhadap kebijakan K3 akan diberikan reward

(penghargaan). Selain itu, perusahaan juga menerapkan sanksi bagi pekerja yang

tidak melaksanakan kebijakan K3 dengan baik bahkan akan dikeluarkan dari

proyek. Perusahaan akan memberi peringatan pertama, kedua, ketiga dan apabila

tidak taat akan dikeluarkan dari proyek.

Perencanaan K3. Untuk melakukan perencanaan keselamatan dan

kesehatan kerja, PT. Hutama Karya (Persero) telah melakukan identifikasi bahaya,

penilaian, dan pengendalian risiko berdasarkan JSA. Hasil identifikasi bahaya,

penilaian, dan pengendalian risiko menjadi salah satu bahan untuk menetapkan

program kerja sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi.

Hasil wawancara dengan informan mengenai perencanaan keselamatan dan

kesehatan kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:


51

Tabel 3

Matriks Penyataan Informan tentang Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Penyataan Informan


1 “Perencanaan K3 dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan
yaitu berupa dokumen RK3K yang melibatkan kepala proyek
bersama dengan manajer operasi di kantor pusat. Sebagian proses
kerja sudah ada JSA misalkan pada pekerjaan yang berisiko tinggi.
Jadi analisa setiap pekerjaan akan kelihatan metode kerja seperti
apa, keamanan dari alat itu, keamanan dari para pekerjanya. Untuk
proses pekerjaan penimbunan tanah yang sekarang belum berisiko
tinggi kalau JSA sebenarnya lebih ke pekerjaan yang berisiko
tinggi.”
2 “Sampai saat ini RK3K kita laksanakan. Seluruh tim ikut berperan
dalam pembuatan dokumen RK3K karena berhubungan dengan
banyak pekerja. Jadi kita punya program, punya schedule. Setiap
schedule ada item pekerjaan. Setiap item pekerjaan ada metode
kerja. Metode kerja adalah bagian dari K3, disitu ada peran serta
K3. Di metode kerja itulah penerapannya mulai dari start mereka
kerja dari awal sampai selesai. Setiap item pekerjaan seperti itu, jadi
setiap item pekerjaan itu sebelum kita bekerja ada material kita
submit dulu ke yang punya proyek. Kita submit material kita
menggunakan material ini metodenya seperti ini. Mereka nanti
periksa sesuai dengan standar karena ada spesifikasinya di proyek
ini jadi tinggal mengikuti spesifikasi proyek ini. Approve mereka baru
kita jalan. Setiap metode kerja kita libatkan K3nya, jadi di metode
kerja tetap ada K3nya. Contoh mau mengerjakan pekerjaan tanah
timbun, kan harus kita mulai trafficnya mau lewat mana dia. Orang
K3 juga harus tau traffic management, kan bagian dari K3. Sebelum
melakukan salah satu item kerja, kita ikuti SOP/prosedurnya. Kita
punya metode kerja, diberi sebelum bekerja. Kita ajukan dulu
gambar kerja sama konsultan, metode kerja disitu ada peralatan,
material, ada K3 disemua kondisi itu. Itu pengendalian supaya tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.”
3 “Identifikasi bahaya, pengendalian resiko, JSA sudah dibuat,
penangungjawab dan sudah disetujui PPK dibuat dalam RK3K.
Sebagian saya ikut dalam penyusunan RK3K sekitar 3 bulanan, udah
revisi kedua. Kalau memang ada revisi ya jelas, karena waktu itu
personilnya belum komplit. Misalkan ada P2K3ya dirubah, struktur
organsasinya, struktur organisasi tanggap darurat diubah itu pasti
karena orangnya kan menambah harus direvisi. Untuk perencanaan
K3, kalau memang akan ada pekerjaan pasti akan disampaikan di
rapat. Misal perencanaan PVD (Pemancangan) pastikan dibahas
(bersambung)
52

Tabel 3

Matriks Penyataan Informan tentang Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Pernyataan Informan


secara progress, secara teknis, secara keselamatan. Metode kerja
dan permit kerja mengacu pada JSA dan HIRARC. JSA dan HIRARC
memuat potensi bahaya kerja serta penanggulangannya. Pecegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja sudah 90% berjalan belum
100%. Kita juga sudah bekerja sama dengan pihak rumah sakit, jika
terjadi kecelakaan langsung berobat dan ada BPJS untuk melindungi
pekerja. Kita bekerja itu bersinggungan dengan kereta api atau PLN,
kita ajak kerjasama dalam pengawasannya. Seperti dalam hal
perlintasan kereta api, mobil kita lewat itu kita kerja sama dengan
kereta api untuk lintasan Tebing Tinggi - Sei Bamban.”
4 “Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko sudah ada
didalam JSA, jadi sebelum melakukan pekerjaan sudah ada
pengendalian risiko yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Proses pembangunan masih sekitar 10 %
namun penerapannya sudah berjalan dengan baik. Anggaran dana
untuk pelaksanaan K3 di proyek ini lumayan besar sekitar 10 Miliyar
Rupiah dan sangat beda jauh dengan pembangunan Underpass
Katamso Medan yang hanya sekitar 1 sampai 3 Miliyar Rupiah. Kita
memasang rambu-rambu K3 saja sudah habis sekitar 300 Juta untuk
dipasang di dalam maupun di sekitar proyek pembangunan jalan tol.
Kita pasang rambu di jalur lintasan kereta api, pasang safety line jika
ada lubang di sekitar area kerja dan juga kita pasang rambu untuk
masyarakat sekitar seperti di jalan lintas sumatera rambu untuk
berhati-hati karena banyak kendaraaan proyek yang keluar masuk.
Setiap pekerja di proyek ini sudah dilindungi jaminan sosial nasional
yaitu BPJS Ketenagakerjaan dengan pembayaran kemarin mencapai
1,7 Miliyar rupiah. Semua perundangan yang berhubungan dengan
konstruksi kita buat sebagai acuan dalam melaksanakan K3
konstruksi bidang PU.”
5 “Saya kurang tau tentang RK3K karena awal mula proyek saya
belum disini. Saya masuk mulai tengah-tengah masa proyek. Sebelum
pekerjaan dimulai pasti tersedia dokumen JSA. Personil K3 dan
pengawas seperti owner dan konsultan bertanggung jawab jika JSA
tidak sesuai dengan JSA. Diberitahukan kepada operator tentang JSA
sebelum pekerjaan dimulai jadi tidak main-main pekerjaan itu. Sub
kontraktor memiliki K3 sendiri, namun yang mengatur pekerja di sub
kontraktor itu ialah K3 Hutama Karya. Jadi seandainya ada masalah
di lingkungan sub kontraktor, mereka wajib lapor ke K3 Hutama
Karya.”
53

Menurut Permen PU No.05 Tahun 2014 tentang pedoman penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi. Dalam perencanaan K3, penyedia jasa

wajib membuat identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala prioritas, pengendalian

risiko K3, dan penanggung jawab untuk diserahkan, dibahas, dan disetujui PPK

pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak sesuai lingkup pekerjaan yang akan

dilaksanakan. Penyedia jasa juga harus memenuhi peraturan perundang-undangan

dan persyaratan K3 yang digunakan sebagai acuan melaksanakan K3 konstruksi

bidang PU. Selain itu, penyedia jasa juga harus meiliki sasaran dan program K3.

Sasaran terdiri dari sasaran umum yaitu mencapai nihil kecelakaan kerja yang fatal

dan sasaran khusus yaitu sasaran rinci dari setiap pengendalian resiko yang disusun

guna tercapainya sasaran umum. Program keselamatan dan kesehatan kerja

meliputi sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian, monitoring dan

penanggung jawab.

Berdasarkan matriks diatas, diketahui bahwa PT. Hutama Karya sudah

menyusun identifikasi, penilaian dan pengendalian resiko mutu, keselamatan dan

kesehatan kerja dan lingkungan dalam dokumen RMK3L. Perencanaan

keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan dengan melakukan tinjauan awal

kondisi keselamatan dan kesehatan kerja. Tinjauan awal dilaksanakan dengan

melakukan observasi dan menggunakan daftar periksa identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian risiko dan identifikasi peraturan perundangan dan

persyaratan lainnya yang masih berlaku sebagai acuan di dalam pelaksananaan

sistem manajemen lingkungan, K3, dan mutu sehingga dapat menetapkan sasaran

mutu, lingkungan dan K3 termasuk hal-hal yang dibutuhkan untuk memenuhi


54

persyaratan produk, lingkungan dan K3 di perusahaan. Tinjauan awal ini sudah ada

disusun dalam rencana mutu, keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan

(RMK3L).

RMK3L proyek pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi

(Tahap 1) telah mengalami perbaikan setelah sebelumnya sudah disahkan dan

disetujui. RMK3L disusun oleh HSE coordinator karena pada saat awal proyek

berjalan personil K3nya belum lengkap. Karena RMK3L harus ada maka HSE

coordinator selaku orang yang paling lama bekerja di proyek (±1 tahun) menyusun

RMK3L sambil menunggu proyek berjalan. RMK3L mengalami revisi karena

beberapa faktor seperti pada saat HSE coordinator menyusun dokumen RMK3L,

personilnya belum lengkap. Misalkan penambahan personil mengakibatkan

perubahan pada struktur organisasi kontraktor, P2K3 dan tanggap darurat. RMK3L

saat ini sudah direvisi 1 kali pada tahun 2019 sebagai dokumen yang terkendali

artinya telah aman dari segala perubahan. RMK3L tersebut sudah didistribusikan

kepada pengguna jasa, konsultan, penyedia jasa dan Badan Pengatur Jalan Tol

(BPJT).

PT. Hutama Karya proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi (Tahap

1) juga memiliki dokumen Job Safety Analysis (JSA) dan Hazard Identification,

Risk Assesment and Risk Control HIRARC untuk mengidentifikasi bahaya dan

mengendalikan bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan konstruksi.

Di dalam dokumen JSA memuat langkah-langkah pekerjaan secara spesifik,

aktivitas mesin dan alat perkakas, potensi bahaya, konsekuensi/bahaya,

rekomendasi pengendalian bahaya dan pelaksana. Di dalam dokumen HIRARC


55

memuat lokasi pekerjaan, aktivitas pekerjaan, potensi bahaya, konsekuensi, resiko

K3, kondisi operasi, resiko awal (kekerapan, kemungkinan dan resiko), dasar

hukum, pengendalian awal, sisa resiko (kekerapan, kemungkinan dan resiko) dan

pengendalian tambahan. Untuk proses pembangunan masih sekitar 10% namun

penerapannya sudah berjalan dengan baik.

Peraturan-perundangan yang berhubungan dengan konstruksi digunakan

perusahaan sebagai acuan dalam melaksanakan K3 konstruksi bidang pekerjaan

umum. Daftar undang-undang dalam proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing

Tinggi (Tahap 1) memuat nomor dan tema undang-undang, uraian setiap pasal yang

diacu, metode pelaksanaan, pelaksana, status pelaksanaan, pemenuhan dan tindak

lanjut. Seluruh pekerja telah di lindungi jaminan sosial nasional yaitu BPJS

Ketenagakerjaan oleh perusahaan dengan total yang sudah dibayarkan mencapai

1,7 Miliyar Rupiah.

Pengendalian operasional. Pelaksanaan rencana K3 dilakukan dengan

memastikan tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten atas dasar

pendidikan yang sesuai, dan berpengalaman. Staff HSE diberi tanggung jawab dan

wewenang dalam menjalankan norma-norma K3 dan melakukan pembinaan

keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja. Dalam pelaksaannya divisi bagian

HSE bersama dengan manajer-manajer perusahaan saling berkoordinir dalam

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil wawancara dengan informan

mengenai implementasi dan operasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilihat

pada tabel berikut ini:


56

Tabel 4

Matriks Penyataan Informan tentang Pengendalian Operasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya
(Persero) Tahun 2019

Informan Penyataan Informan


1 “Di lapangan sudah kita laksanakan K3 sesuai dengan prosedur. Misalkan rambu -rambu peringatan, tempat ini berbahaya kita kasih safety line.
Kita ada program dari kantor pusat untuk level manajer ada, pelatihan -pelatihan ahli K3, pelatihan scaffholding, minimal ada penjelasan-
pejelasan setiap pagi penjelasan mengenai keselamatan dalam safety talk setiap pagi, jadi kita memberikan pengarah an mengenai K3. Klinik ada
di basecamp kantor penggalangan, namun kita juga ada bekerjasama dengan rumah sakit. Jadi misalnya terjadi kejadian di lapang an, kita ada
siapkan ambulan untuk membawa pekerja yang terluka ke rumah sakit terdekat. Kita memiliki t im tanggap darurat untuk memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan. Disitu ada tim P3K yang dapat memberikan pertolongan pertama dalam kondisi darurat. Misalkan ada pek erja yang
terluka, tim P3K harus memberikan penanganan yang cepat di tempat kejadia n. Jadi tidak harus dibawa ke klinik perusahaan karena ada tim
tanggap darurat di setiap lingkungan kerja. Dokter perusahaan (Hiperkes) di klinik belum ada, namun ada HSE yang merangkap se bagai perawat.
Artinya klinik dilokasi ini mengecek yang sifatnya rutinitas seperti cek kolestrol maupun gula darah. Ada pemeriksaan berkala bagi semua orang
yang terlibat dalam proyek ini, tapi biasanya bagi yang mau aja.”
2 “Pengendalian operasional K3 kita jalankan sesuai dengan SOP. Kita sudah ada simulasi untuk tangg ap darurat. Program pelatihan sudah ada
diberikan kepada semua yang ada disini. Seperti kemarin sekitar 60 orang lebih kita lakukan pelatihan dari Kementrian Departe men Pekerjaan
Umum untuk seluruh pekerjaan termasuk surveyor, juru gambar, operator dan sel uruh pekerja pada tiap bidang pekerjaan. Jadi pekerja sudah
disertifikasi untuk melakukan pekerjaannya. Pelatihan lain yang diberikan yaitu pelatihan K3 dari A2K4 untuk top manajamen mu lai dari
pelaksana, SOM, SEM, Kapro supaya mengetahui K3 itu penting. Kita bekerja sama dengan rumah sakit untuk menangani suatu kecelakaan secara
tiba-tiba bisa dirujuk ke mana yang paling dekat. Kita juga punya mobil patroli K3 di dalamnya ada toa, kotak P3K, tandu, dll yang diperlukan
dalam keadaan darurat. Mobil patroli akan berkeliling dan tidak berhenti di satu tempat.”
3 “Kita ada prosedur di Hutama Karya, kita ikuti prosedur yang ada itu. Misalkan karyawan baru diberikan TBM (Tool Box Meeting) . Di Tool Box
Meeting ataupun induksi itu disampaikan bahaya-bahaya kerja, bagaimana prosedur-prosedur kerja seperti penggunaan alat, penggunaan APD,
maupun bahaya-bahaya kerja disampaikan disitu termasuk tanggap darurat. Itu contoh kecil dari prosedur lah ya. Kita pernah buat pelatihan
simulasi di kantor Penggalangan sekali dan di lapangan sekali kita buat. Paling cepat sebulan sekali bisa dilakukan simulasi penanggulangan
bahaya kebakaran dan pertolongan pertama pada kecelakaan. Kita kasih simulasi cara membawa korban, minimal dari lapangan ke m obil dan
dari mobil akan dievakuasi ke rumah sakit. Di mobil patrol kita sediakan tandu, namun ambulan belum ada lagi proses. Program pelat ihan
dilaksanakan di kantor Penggalangan sekali dan di lapangan (Rambutan) sekali.”
(bersambung)
57

Tabel 4

Matriks Penyataan Informan tentang Pengendalian Operasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama
Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Pernyataan Informan


4 “Ada Prosedur dan instruksi kerja yang harus dipatuhi dan sudah diberikan sewaktu TBM atau sebelum pekerjaan itu dimulai. Simulasi
penanganan kondisi darurat dilakukan tiap 3 bulan sekali dan sudah diteapkan 3 kali yaitu 2 kali di Penggalangan dan 1 kali d i area kerja
Rambutan. Jadi ada orang yang bertanggungjawab pada tiap temp at kerja jika terjadi keadaan darurat dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Kita
ada menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Chevani dan Rumah Sakit Sri Pamela untuk membantu pekerja yang mengalami kecelakaan atau
penyakit akibat kerja. Kita juga ada melakukan pelatihan untuk pekerja yang ada di proyek ini berupa pelatihan keahlian pada masing -masing
bidang pekerjaan dan pelatihan K3 konstruksi. Sebenarnya kita ada klinik perusahaan di Basecamp yang disediakan untuk pekerja yang mau
berobat atau sekedar cek kesehatan. Namun karena area kerja proyek jalan tol ini luas, maka dilakukanlah kerjasama dengan 2 rumah sakit
terdekat tadi agar pekerja cepat mendapat pertolongan medis.”
5 “Program-program K3 telah diterapkan seperti kalau ada orang pekerja baru kita siap kan alat pelindung diri minimal seperti helm, rompi, dan
sepatu safety. Kita kasih safety induction supaya mereka lebih mengenal keselamatan itu apa dan apa aja yang harus dilakukan supaya dirinya
aman dalam pekerjaan tersebut. Biasanya tiap pagi dilakukan Tool Box Meeting dimana kita kasih arahan info-info tentang K3. Tiap bulan sekali
kita lakukan General Safety Talk dibawakan HSE koordinator di lapangan, kalau di Basecamp masih TBM yang dilakukan. Sama seperti TBM
dibicarakan mengenai K3 seperti cara memakai tandu atau pemakaian body hardness saat berada di ketinggian. Program TBM baru s ekali
dijalankan pada bulan April 2019 dari sejak proyek ini mulai dijalankan. Kita pasang rambu-rambu keselamatan, tidak semua paham akan
keselamatan jadi kita pasang rambu-rambu seperti jangan lupa memakai APD dan sebagainya. Kita juga memasang rambu -rambu tentang K3L
seperti jangan membuang sampah sembarangan, jangan mencecerkan oli di tanah supaya ditimbun, pembedaan sampah organik dan non organik
serta limbah B3. Penanganan keadaaan darurat sudah diberikan sewaktu General Safety Talk dan TBM. Kami sudah kasih rambu dan stiker
dimana tempat evakuasi dimana tempat berkumpul (assembling point). Sekarang kita masih dipersiapkan mobil ambulans untuk untuk mengantar
korban kecelakaan ke pelayanan kesehatan terdekat. Mobil ambulan memang belum ada tapi udah di rencanakan, jadi masih menggun akan mobil-
mobil proyek. Security memang belum ada tapi ada warga setempat yang dipekerjakan untuk jaga malam untuk menjaga kemanan lingkungan
kerja saat malam hari namun tetap aja masih belum aman. Belum tersedianya satpam namun pos nya sudah tersedia. Saya sebagai s afety patrol
pernah melihat ormas yang minta uang kepada mobil proyek yang melintas. Ada juga beberapa warga sampai orang mancing masuk, saya mau
ngusir pun segan.”
58

Menurut Permen PU No.05 Tahun 2014 tentang pedoman penerapan K3

konstruksi, pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja harus

mencakup seluruh upaya pengendalian pada setiap uraian pekerjaan. Upaya

pengendalian tersebut yaitu menunjuk penanggung jawab kegiatan SMK3 yang

dituangkan dalam struktur organisasi K3 beserta uraian tugas, upaya pengendalian,

prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat, program-program detail

pelatihan, sistem pertolongan pertama pada kecelakaan dan hal lain yang

disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3.

Berdasarkan matriks diatas diketahui bahwa manajemen PT. Hutama Karya

menunjuk penanggung jawab kegiatan K3 konstruksi yang dituangkan dalam

struktur organisasi P2K3. Struktur organisasi P2K3 terdiri dari Ketua P2K3 (Kepala

Proyek), Sekretaris P2K3 (Ahli K3) dan anggota. Uraian tugas dari setiap

penanggung jawab kegiatan K3 terdapat dalam dokumen RMK3L. Pembagian

fungsi dan tugas secara jelas melalui pengorganisasian yang baik. Hal ini

dimaksudkan agar setiap personil memiliki cakupan tanggungjawab masing-

masing, sehingga tidak terjadi saling tindih atau melepaskan tanggungjawab.

Dengan demikian setiap personil akan bekerja secara profesional. Selain dari

penetapan tugas secara jelas, yang tak kalah pentingnya adalah pemberian tugas

sesuai dengan kemampuannya, salah satunya dengan menempatkan setiap personil

sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Berdasarkan hasil penelitian, upaya pengendalian berdasarkan uraian

pekerjaan sudah diberitahu sebelum pekerjaan dimulai baik dalam dokumen JSA

maupun HIRARC. Selain itu, PT. Hutama Karya juga selalu melaksanakan safety
59

induction secara rutin setiap pagi sebagai sarana komunikasi dan konsultasi antar

pekerja mengenai prosedur keselamatan setiap pekerjaan. Contoh upaya

pengendalian seperti menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, memasang

rambu untuk pekerja seperti rambu hati-hati pada jalur lintasan kereta api,

memasang safety line jika ada lubang di sekitar area kerja dan memasang rambu

untuk masyarakat di jalan lintas karena banyak kendaraaan proyek yang keluar

masuk. Di lingkungan kerja dipasang rambu-rambu untuk mengingatkan pekerja

dan orang lain ditempat kerja untuk bekerja dengan aman dan terhindar dari

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Perusahaan belum menyediakan petugas

security pada area proyek untuk dapat mencegah warga sekitar yang bukan pekerja

masuk dan menganggu proses kerja.

Gambar 4. Panitia Tim Tanggap Darurat (TTD)


60

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada upaya untuk menghadapi

keadaan darurat dengan dibentuknya panitia Tim Tanggap Darurat (TTD). Tim ini

diberi pelatihan dan simulasi agar setiap anggota mengetahui peran dan tanggung

jawabnya. Berdasarkan Ramli (2010) menyatakan penanggulangan keadaan darurat

tidak akan berhasil jika tidak ditangani oleh petugas atau SDM yang kompeten

dengan melakukan upaya pembinaan dan pelatihan yang terencana dan

berkesinambungan dikemas dalam bentuk permainan peran atau uji coba dalam

kondisi berbagai bentuk skenario sehingga mengetahui peran dan

tanggungjawabnya masing-masing.

Selain pembentukan panitia Tim Tanggap Darurat, perusahaan juga

menyediakan peralatan darurat sesuai dengan peraturan yang menyatakan

peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat yang mana telah disediakan,

diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala. Adapun peralatan dan sistem tanda

bahaya yang tersedia di PT. Hutama Karya antara lain:

1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), di letakkan di berbagai tempat yang mudah

dijangkau. Dari hasil check list APAR diketahui bahwa telah dilaksanakannya

pemeriksaan APAR secara rutin yaitu setiap bulan dan menunjukkan bahwa kondisi

APAR yang tersedia dalam kondisi baik.

2. Kotak P3K, di letakkan di berbagai tempat yang mudah dijangkau. Dari hasil

check list kotak P3K diketahui bahwa telah dilaksanakannya pemeriksaan Kotak

P3K secara rutin yaitu setiap bulan dan menunjukkan bahwa kondisi kotak dan

obat-obatan yang tersedia dalam kondisi baik.


61

3. Ruang P3K, selain kerjasama dengan rumah sakit terdekat PT. Hutama Karya

menyediakan ruang P3K untuk menangani pekerja yang mengalami kecelakaan

maupun untuk memeriksa kondisi kesehatan pekerja. Ruang P3K terletak di

basecamp PT. Hutama Karya proyek Jalan Tol Tebing Tinggi - Kuala Tanjung.

Pada ruang P3K tersedia perawat untuk menangani dan memeriksa masalah

kesehatan pekerja.

4. Layout, petunjuk/rambu dan titik evakusi, yang ditempelkan di tempat yang

mudah dilihat agar memudahkan proses evakuasi.

5. Mobil patroli K3, didalamnya ada toa, kotak P3K, tandu, dll yang diperlukan

dalam keadaan darurat. Mobil patroli K3 tidak diam di satu tempat namun

berkeliling dari satu tempat ke tempat lain.

Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, PT. Hutama karya telah

melakukan rangkaian kegiatan K3 pada proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing

Tinggi. Program K3 yang dilakukan antara lain Tool Box Meeting, Safety Induction,

relaksasi sebelum memulai pekerjaan, simulasi pertolongan pertama pada

kecelakaan, traffic management dan inspeksi alat berat. Selain itu dilaksanakan

penanganan lingkungan antara lain penyiraman menggunakan water tanker untuk

mengurangi polusi debu, pengukuran kebisingan, pengambilan sampel air

permukaan di sungai dan pengukuran udara ambient dan debu di lokasi kerja. Setiap

kegiatan yang dilaksanakan juga didokumentasi agar nantinya bisa dijadikan bahan

tinjauan untuk kedepan. Dokumentasi K3 mengenai data kecelakaan, pelatihan,

pemeriksaan dan lainnya, dilaporkan kepada sekretaris K3 setelah melalui proses


62

persetujuan selanjutnya dianalisa untuk dijadikan langkah pencegahan di kemudian

hari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa PT. Hutama Karya sudah

melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan

ISO 45001:2018. Hal ini ditandai dengan PT. Hutama Karya mendapatkan

penghargaan kecelakaan nihil oleh Kementerian Ketenagakerjaan Republik

Indonesia sejak tanggal 13 Agustus 2018 s.d 31 Agustus 2020. SDM yang

disediakan diberi tanggung jawab dan wewenang untuk menjalankan, memelihara

dan meningkatkan K3. Pada PT. Hutama Karya pekerja telah diberikan APD secara

lengkap dan setiap pekerja diwajibkan untuk bekerja berdasarkan prosedur,

mengetahui jenis bahaya dan mengenakan APD bagi pekerja yang bekerja di

lapangan. Ini merupakan peran dan tanggung jawab pekerja terhadap keselamatan

dan kesehatan kerja. Selain itu, dalam mengimplementasikan K3 PT. Hutama

Karya memberikan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan

kepedulian pada pekerja.

Pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3. Pemeriksaan kinerja K3 pertama

yaitu melakukan pemantauan keselamatan dan kesehatan kerja. Pemantauan

keselamatan dilaksanakan melalui inspeksi K3 atau disebut patrol HSE dan

pengumpulan data kecelakaan kerja. Patrol HSE terdiri dari inspeksi tempat kerja,

peralatan pemadam atau APAR dan peralatan P3K, pelaporan dan evaluasi serta

tinjauan ulang hasil patrol HSE. Hasil wawancara dengan informan mengenai

pemeriksaan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilihat pada tabel

berikut ini:
63

Tabel 5

Matriks Penyataan Informan tentang Pemeriksaan Kinerja Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Penyataan Informan


1 “Kita melakukan evaluasi internal setiap bulan. Setiap bulan kita
laporan zero accident yaitu ada tidaknya kecelakaan. Untuk hasil
pemeriksaan kita evaluasi tiap minggu misalkan kalau pekerjaan
timbunan minimal harus pakai sepatu safety, rompi dan helm. Kita
juga periksa SILO (Surat Izin Layak Operasi) layak pakai alatnya.
Untuk operatornya sendiri juga kita periksa sudah mempunyai SIO
(Surat Izin Operator) atau belum. Kita melakukan join inspeksi
bersama owner dan konsultan terutama mengenai alat, kelengkaan
alat, kesiapan alatnya. Kalau ada temuan di lapangan bisa
dilaksanakan pemeriksaaan dalam waktu cepat, artinya butuh waktu
dilakukan pemeriksaan tergantung dari pekerjaan pelanggaran yang
dilakukan. Seperti mobil dam truk di jalan tidak pakai terpal, itu kita
tegur besok harus sudah pakai tutup. Temuan itu diperbaiki (close)
dengan segera, tidak perlu dirapatkan. Kalau rapat itu misalkan ada
temuan lalu butuh waktu memperbaikinya. Kalau misalkan rambu-
rambu itukan butuh waktu mungkin 2-3 hari harus dicetak dan
sebagainya. Kalau seperti kasus dam truk butuh terpal, kan besok
bisa besok langsung dipasang terpal jadi tidak perlu evaluasi yang
berlebihan. Kalau bisa diperbaiki saat itu, ya saat itu juga harus
diperbaiki.”
2 “Inspeksi bersama top manajemen setiap minggunya kita lakukan.
Sejauh ini kita beri teguran bagi pekerja yang melanggar K3, karena
program kita adalah memasyarakatkan K3. Jadi pekerja akan paham
dengan K3. Kalau ada pekerja yang lupa pakai helm kita panggil.
Tapi kalau sampai ini belum ada temuan yang fatal. Sub kontraktor
merupakan bagian dari HK dan tidak terpisah. Mereka merupakan
tanggung jawab HK, jadi temuan dari masing-masing personil K3
sub kontraktor di lapangan akan berkoordinasi dengan K3 HK.
Inspeksi alat juga merupakan bagian dari K3, alatnya sudah sesuai
atau tidak. Kemudian SIO (Surat Izin Operator) diperiksa juga. Kita
tim disini menerapkan checklist untuk tugas itu. Seperti juga
pemasangan rambu-rambu lalu lintas, kalau masuk proyek rambu
kurangi kecepatan. Kita ini proyek jadi mengevaluasi nanti ada dari
pusat. Jadi ada setiap bulan atau dua bulan mereka itu hadir ke kita
inspeksi tour K3 dari divisi pusat. namun juga keuangan, project
manager, pelaksana (SOM & SEM), peralatan. Kita laporan secara
internal ke pusat setiap hari langsung secara online jadi tidak ada
ditutup-tutupi.”
(bersambung)
64

Tabel 5

Matriks Penyataan Informan tentang Pemeriksaan Kinerja Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Pernyataan Informan


3 “Biasanya kita bersama dengan owner dan konsultan menjalankan
join inspeksi seminggu sekali. Kita bersama memperbaiki temuan
minggu ini, minggu depan harus udah closing. Jadi temuan yang ada
sebisa mungkin segera di close. Bukan hanya di K3 di quality juga
seperti itu, misalkan speksifikasi ada produk tidak sesuai (PTS) yang
didatangkan kelapangan harus dipulangkan. Selain itu dilakukan
juga pemeriksaan alat. Alat kerja yang dipakai harus diperiksa
sebelum dioperasikan. Di lapangan kita periksa dengan ceklist.
Misalkan pada test beban (Loading Test), kita bikin ceklist untuk alat
beratnya.”
4 “Kita ada melakukan pemeriksaan bersama (Join Inspection)
bersama owner, konsultan tiap minggu 2 kali. Jadi sama-sama turun
ke lapangan untuk melihat kondisi pekerjaan di lapangan. Jadi jika
ada temuan maka akan dilaporkan dan segera diperbaiki. Pernah
terjadi kasus kecelakaan akibat kesalahan pekerja itu sendiri (human
error). Seorang pekerja jatuh dari motor dalam perjalanan ke
pekerjaan. Setelah diperiksa dan dievaluasi ternyata pekerja tersebut
terjatuh akibat memakai handphone saat berkendara.”
5 “Kami sebagai safety patrol tiap hari keliling mencari temuan yang
tidak sesuai. Temuan kalau bisa jangan sampai tahu atasan (Owner)
dan segera diselesaikan langsung. Dan pada saat join inspection
jangan sampai ada temuannya lagi. Kalau kami safety patrol apa
yang ada temuan kami kerjakan, kalau gak sanggup subkonnya kami
minta tolong. Kita harus ada inisiatif untuk mengclosing itu seperti
kita timbun oli yang tercecer atau siapkan tong untuk sampah agar
lingkungan bersih. Kita melakukan survei apa dampak kesehatan
terhadap proses pekerjaan proyek. Mereka hanya mengeluh akses
jalan karena proses pekerjaan proyek ini namun sampai sekarang
belum ada yang protes dan masih kondusif. Pengukuran debu pada
awal proyek mulai sudah dilakukan sekali, Agustus 2019 mendatang
akan diukur ulang pada saat konstruksi. Dilakukan survei April 2019
kepada masyarakat mengenai apakah mereka terganggu dengan
berjalannya proyek ini. Hasilnya belum ada gangguan sama mereka,
hanya gangguan akses jalan untuk warga Payahlombang dan
Kutabaru. Maka solusinya kami buat jalan kebun untuk masyarakat.”

Menurut Permen PU No.05 Tahun 2014 tentang pedoman penerapan K3

konstruksi, kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada


65

kegiatan yang dilaksanakan pada bagian pengendalian operasional. Pengendalian

operasional yang diacu yaitu berdasarkan upaya pengendalian. Upaya pengendalian

harus sesuai dengan sasaran dan program K3.

Berdasarkan matriks di atas, perusahaan melakukan join inspeksi bersama

owner dan konsultan terutama mengenai alat, kelengkaan dan kesiapan alat dan

pekerja. Temuan-temuan di lapangan harus bisa diperbaiki (close) dan dilaporkan

segera berdasarkan unsafe action maupun unsafe condition. Selain pemeriksaan

pada pekerja, pemeriksaan keadaaan lingkungan juga telah dilakukan seperti

pengukuran debu pada awal proyek berjalan dan akan diukur kembali pada bulan

Agustus 2019. Survei pemeriksaan kondisi masyarakat terhadap proyek yang

sedang berjalan sudah dilakukan pada bulan April 2019 dan hasilnya masyarakat

hanya terganggu masalah akses jalan akibat kendaraan proyek yang melintas.

Solusi yang diberikan oleh perusahaan ialah menyediakan akses jalan kebun untuk

masyarakat.

Tim evaluasi dari pusat melakukan kunjungan setiap bulan atau dua bulan

sekali untuk melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja. Evaluasi dari

pusat berupa kinerja, kepatuhan, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Personil K3 turut mengevaluasi dan setiap minggu bersama top management

keliling melihat penerapan K3 dan dengan membuat daftar temuan untuk melihat

evaluasi yang akan diperbaiki. Audit internal bukan hanya pada K3 saja namun juga

pada bagian keuangan, project manajer, pelaksana (SOM & SEM) dan peralatan.

Alat yang dipakai dalam proyek dicek pada saat inspeksi termasuk SILOnya (Surat
66

Izin Layak Operasi). Operator di lihat kondisi kesehatannya dan di periksa SIOnya

(Surat Izin Operator) dalam bentuk checklist.

Berdasarkan hasil penelitian, pemeriksaan kinerja sudah dilakukan, dimana

perusahaan telah melaksanakan pemantauan dan pengukuran kinerja secara rutin.

Tim HSE secara berkala melakukan patrol HSE yang bertujuan untuk memastikan

bahwa setiap potensi bahaya yang dapat timbul dari kondisi tempat kerja, peralatan,

bahan serta tindakan pekerja teridentifikasi dan berguna untuk mengambil tindakan

perbaikan serta pencegahan yang diperlukan untuk mencegah timbulnya

kecelakaan dari bahaya tersebut. Jika terjadi suatu insiden maka akan langsung

dilakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi kejadian, mencari ketidaksesuaian,

dan menentukan langkah pencegahan. Perusahaan juga sudah melaksanakan audit

internal secara berkala serta audit eksternal direncanakan kedepannya juga akan

dilakukan.

Tinjauan ulang K3 konstruksi. Untuk melihat hasil penerapan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi di PT. Hutama Karya

melakukan peninjauan dan peningkatan kinerja melalui rapat per manajemen secara

berkala. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 dilakukan dengan meninjau ulang

dari evaluasi penerapan SMK3 konstruksi dan hasil temuan audit internal sistem

manajemen K3 konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) untuk melakukan tahap

perbaikan dan peningkatan kinerja. Hasil wawancara dengan informan mengenai

tinjauan ulang keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi dapat dilihat pada tabel

berikut ini:
67

Tabel 6

Matriks Penyataan Informan tentang Tinjauan Ulang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Penyataan Informan


1 “Kalau ada temuan dan evaluasi pasti di cek. Pekerjaan itukan Plan,
Do, Check, Action (PDCA) gitu. Kita merencanakan, kita lakukan,
kita cek, kalau sudah dicek kita lakukan lagi kita perbaiki lagi. Kita
merencanakan dan tidak sesuai kita cek kita perbaiki lagi. Saat ini
tidak ada hambatan untuk penerapan K3, karena semua mendukung
dari top manajemen. Di K3 sebenarnya yang paling utama adalah
top manajemen. Kalau top manajemennya sudah care dan komitmen
untuk melaksanakan itu, pasti akan menurun kebawah dan tegas.”
2 “Kita memeriksa ulang apakah temuan-temuan sudah diperbaiki
atau belum yang dinamakan inspeksi akhir. Ada daftar temuan yang
berisi kolom temuan, lokasi, tanggal diperbaiki, oleh siapa diperbaiki
dan ditanda tangani. Dalam minggu berikutnya kita periksa kembali
apakah benar sudah close atau ditanya kapan diclose. Setiap hari
sabtu ada Rapat Operasional Manajemen (ROM), kita meninjau
ulang hasil temuan minggu dan kekurangan-kekurangannya. Jadi
setiap minggu kadang ada aja sedikit temuan kecil namun tetap ada
evaluasi dan peninjauan ulang K3.”
3 “Temuan yang dievaluasi pasti diinvestigasi, apa memang kesalahan
orang apa memang kerusakan pada mesin apa memang faktor alam.
Peninjauan ulang kalau memang di join inspeksi tidak bisa
diselesaikan (closing) akan dibawa di rapat lagi untuk perbaikannya.
Misalkan dibuat tempat sampah atau menerapkan program 5R untuk
tumpukan besi besi, kayu kayu, sampah sampah. Hambatan yang
10% dalam pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah
masalah lingkungan dan alam, seperti inikan proyek kitakan jalan,
lokasi terbuka kadang masuk orang-orang luar, sapi lembu tidak
mungkin kisa usir begitu saja, harus pelan-pelan penyampaiannya.
Kecuali lokasi tertutup seperti pabrikasi bisa, ini kita kan berbaur
dengan lingkungan masyarakat.”
4 “Rapat internal di Hutama Karya ini dilakukan tiap minggu sekali.
Setiap kebutuhan K3 dibahas untuk di perbaiki dan dilengkapi dalam
rapat tersebut. Salah satu hambatan dan sudah dibahas di rapat
internal mengenai tambahan mobil patroli K3. Namun masalah
tersebut belum direalisasikan karena butuh uang yang agak banyak.”
5 “Jika ada temuan yang dilaporkan, kita lihat lagi apakah sudah
closing atau belum. Tiap sabtu rapat internal membahas tentang
kantor dan K3 tapi K3nya paling banyak. Karena pasti adakan
temuan-temuan. Jadi di rapat didiskusikan gimana cara closing,
(bersambung)
68

Tabel 6

Matriks Penyataan Informan tentang Tinjauan Ulang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan Pernyataan Informan


5 kapan selesainya, bagaimana memberi arahannya kepada subkon
supaya mereka cepat melaksanakan closing temuan tersebut. Kalau
belum closing, dirapat selanjutnya pasti dibahas lagi jadi harus
ditutup minggu itu juga. Sebenarnya agak ribet kalau pakai subkon
karena seperti tidak ada kontribusi K3 sub kontraktor terhadap
temuan-temuan K3. Jika ada temuan pasti HK dulu yang
memperbaiki. Padahal yang bertanggungjawab itu sub kontraktor
sebenarnya. Seharusnya safety patrol sub kontraktor yang lebih tau
temuan-temuan yang harus diperbaiki. Sudah sering diberikan
teguran masih tetap saja ditemukan temuan-temuan. Tetapi kasih
usahakan agar lebih teratur lagi, kami buat grup WA untuk
melaporkan temuan-temuan K3. Cara pelaporan temuan K3
biasanya dari grup Whatsapp. Biasanya kami safety patrol kalau ada
temuan di sub kontraktor kami kasih tau ke sekretaris P2K3. Kita tau
sendirilah kan petugas K3 sub kontraktor menyembunyikan temuan
tersebut jadi kita harus lihat-lihat juga. Kadang mereka sembunyikan
tapi yang tau owner jadi yang kenanya kita bukan orang itu. Sering
terjadi seperti temuan oli di Interchange, mereka tidak pernah
bilang. Kami Safety Patrol cuma dua orang bersama Akhir jadi tidak
mungkin selalu berkeliling.”

Menurut Permen PU No.05 Tahun 2014 tentang pedoman penerapan K3

konstruksi, hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 diklasifikasikan dengan

kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan dalam sasaran

dan program K3. Hal-hal yang tidak sesuai, termasuk bilamana terjadi kecelakaan

kerja dilakukan peninjauan ulang untuk diambil tindakan perbaikan.

Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui pada tinjauan ulang K3

dilakukan inspeksi akhir yaitu pemeriksaan ulang apakah temuan-temuan dan

penyimpangan sudah diperbaiki atau belum. Di dalam dokumen temuan-temuan

tersebut terdapat lokasi, tanggal diperbaiki dan ditandatangani oleh pemeriksa.

Setelah diperbaiki dilakukan tinjauan ulang apakah temuan tersebut sudah sesuai
69

atau belum dan diketahui tanggal perbaikannya. Setiap hari sabtu dilakukan Rapat

Operasional Manajemen (ROM) untuk meninjau ulang dan memeriksa hasil

temuan dan kekurangan sebelumnnya. Di dalam rapat tersebut, setiap kebutuhan

K3 dibahas untuk diperbaiki dan dilengkapi. Hambatan pada peninjauan ulang

temuan-temuan dan penyimpangan terletak pada sub kontraktor. Kurangnnya

kontribusi sub kontraktor dalam pemeriksaan dan pelaporan temuan-temuan K3

pada wilayah kerjanya masing-masing mengakibatkan temuan-temuan lama dan

sulit untuk diperbaiki.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil peninjauan yang

dilaksanakan digunakan untuk melakukan penyempurnaan/perbaikan terhadap

temuan-temuan dan penyimpangan yang ditemukan. Tindakan perbaikan

dilaksanakan dan menjadi masukan dalam penyusunan program K3 selanjutnya

demi peningkatan kinerja di perusahaan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek yaitu

dari Januari 2019 sampai dengan Juli 2019.

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara

yaitu terkadang pernyataan yang diberikan oleh informan tidak

menunjukkan keadaan sesungguhnya.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengenai Tinjauan Penerapan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Jalan Tol Tebing Tinggi - Kuala

Tanjung oleh PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019, maka disimpulkan sebagai

berikut:

1. Penetapan kebijakan K3 oleh PT. Hutama Karya sudah dilaksanakan. Hal

ini ditandai dengan penetapan kebijakan sistem manajemen mutu,

keselamatan, kesehatan kerja, lindung lingkungan (SM-MK3LL) dan sistem

manajemen keselamatan jalan tol dibuat dari pusat di Jakarta. Selain

kebijakan tersebut ada juga kebijakan proyek yang disahkan oleh kepala

proyek dan juga dilaksanakan di PT. Hutama Karya.

2. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja oleh PT. Hutama Karya

dilaksanakan berdasarkan hasil tinjauan awal kondisi K3, hasil identifikasi

bahaya, penilaian dan pengendalian risiko, persyaratan hukum dan

perencanaan program K3. Tinjauan awal ini sudah ada disusun dalam

rencana mutu, keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan (RMK3L).

Identifikasi, penilaian dan pengedalian resiko sudah ada disusun dalam JSA

dan HIRARC.

3. Pengendalian operasional K3 oleh PT. Hutama Karya didukung oleh SDM

yang memiliki peran dan tanggung jawab, pelaksanaan pelatihan secara

berkala, safety induction sebelum memulai pekerjaan, dan adanya upaya

tanggap darurat. Setiap pekerja di lokasi proyek boleh untuk

70
71

memberhentikan pekerjaan jika terdapat kondisi tidak aman yang dapat

mengakibatkan kehilangan nyawa seseorang atau kerusakan benda dan aset

perusahaan. PT. Hutama Karya sudah melaksanakan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan ISO 45001:2018. SDM yang

disediakan diberi tanggung jawab dan wewenang untuk menjalankan,

memelihara dan meningkatkan K3.

4. Pemeriksaan kinerja K3 oleh PT. Hutama Karya berupa pengukuran dan

pemantauan. Perusahaan melakukan join inspeksi bersama owner dan

konsultan mengenai kesiapan alat dan pekerjanya. Manajemen melakukan

patrol HSE untuk mengevaluasi kesesuaian pekerja dengan lingkungan

kerja. Hasil penyelidikan akan dibahas pada audit internal sebagai langkah

perbaikan dan pencegahan.

5. Peninjauan ulang keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi yaitu dengan

rapat antar manajemen sebagai upaya peningkatan performa dan kinerja K3.

Kurangnnya kontribusi sub kontraktor dalam pemeriksaan dan pelaporan

temuan-temuan K3 pada wilayah kerjanya masing-masing mengakibatkan

temuan-temuan butuh waktu lama dan semakin sulit untuk diperbaiki.

Saran

1. PT. Hutama Karya (Persero) sebaiknya mengevaluasi dan meningkatkan

komitmen sub kontraktor untuk lebih berkontribusi dalam memeriksa

temuan-temuan dan segera memperbaikinya.

2. PT. Hutama Karya (Persero) harus tetap mempertahankan dan

meningkatkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi.


Daftar Pustaka

Anizar. (2009). Teknik keselamatan dan kesehatan kerja di industri. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Arifin, M. (2018, 01 Agustus). Pekerja Proyek Tol Pandaan-Malang Tewas
Tertimpa Scaffolding. Diakses 29 Januari 2019, dari
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4145326
Ervianto. (2005). Manajemen proyek konstruksi. Yogyakarta: CV Andi Offset.
International Labour Office. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat
Kerja Sarana untuk Produktivitas. Diakses dari
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf
Kasnadi. (2013). Gambaran penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
konstruksi pada pekerja PT. Hutama Karya (Persero) (pembangunan
condotel hertasning Kota Makassar) (Skripsi, UIN Alauddin). Diakses
dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6618/1
Latief, Y. (2011). Modeling non-linierity of fall accident causation in construction
project with dynamic system approach: theoritical conceptual framework.
Proceeding of the 12th International Conference on Quality in Research,
Bali.
Moleong, L. J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 02 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2014.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 117 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.
Putranto, Y. (2015). Analisis kondisi dan perilaku pekerja konstruksi terhadap
implementasi sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di proyek
pembangunan Sahid Jogja Lifestyle City (Tesis, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta). Diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/7687

72
73

Ramli, S. (2010). Pedoman praktis manajemen risiko dalam perspektif K3OHS risk
management. Jakarta: Dian Rakyat.
Rifani, Y., Mulyani, E., & Pratiwi,R. (2013). Penerapan K3 konstruksi dengan
menggunakan metode hirarc pada pekerjaan akses jalan masuk (studi
kasus: Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi). Jurnal Teknik Sipil, 7-11. Diakses
dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS
Rijanto, B. (2010). Keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan industri
konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sanjaya, I., Ayu, I., & Frederika, A. (2012). Analisis penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) pada proyek konstruksi gedung di Kabupaten
Klungkung dan Karangasem. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur
Teknik Sipil, 5-8. Diakses dari https://ojs.unud.ac.id/index.php
Syaaf. (2007). Occupational health and safety behavior dalam modul kuliah.
Depok: Departemen K3 FKM Universitas Indonesia.
Suma’mur, P. K. (2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: PT
Toko Gunung Agung.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen dan implementasi
kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Surakarta: Harapan
Press.
Tarwaka. (2012). Dasar-dasar keselamatan kerja serta pencegahan kecelakaan di
tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan kesehatan kerja: manajemen dan implementasi
K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Tinjauan Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi Jalan Tol


Kuala Tanjung - Tebing Tinggi Oleh PT. Hutama Karya (Persero)
Tahun 2019

A. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jabatan :

Masa Kerja :

Pendidikan Terakhir :

B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana penerapan kebijakan K3 konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung -

Tebing Tinggi ?

2. Bagaimana penerapan perencanaan K3 konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung -

Tebing Tinggi ?

3. Bagaimana penerapan pengendalian operasional K3 konstruksi Jalan Tol Kuala

Tanjung - Tebing Tinggi ?

4. Bagaimana penerapan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 konstruksi Jalan

Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi ?

5. Bagaimana penerapan tinjauan ulang K3 konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung -

Tebing Tinggi ?

74
75

Lampiran 2. Hasil Wawancara

Tabel 1

Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan 1 “Ada dua kebijakan K3 yang kami laksanakan yaitu kebijakan


Manager K3 dari pusat dan kebijakan K3 dari kepala proyek sendiri. Kita
Teknik berkomitmen untuk melaksanakan apa yang dituliskan dan apa
yang dicanangkan oleh kantor pusat wajib diterapkan oleh
seluruh pekerja proyek. Kita tidak hanya menerapkan sanksi,
tetapi reward juga bagi pekerja yang terbaik dalam hal
penerapan K3nya. Rencana pemberian reward sebulan sekali
namun belum terlaksana karena kita masih menyusun bentuk
SOPnya. Dalam sebulan kedepan mungkin sudah kita terapkan.
Sampai saat ini kita terapkan sanksi, tetapi masih dalam batas
yang wajar yaitu berupa peringatan. Kita beri peringatan
pertama, kedua, ketiga dan apabila tidak mau kita keluarkan.”
Informan 2 “Kita punya komitmen kebijakan pimpinan perusahaan,
QHSE siapapun bisa menghentikan pekerjaan apabila pekerjaan itu
dipandang tidak aman. Tidak harus kepala proyek, pekerjaan
harian pun punya hak untuk memberhentikan. Itu
kesepakatannya kuat dan ditandatangani oleh direktur utama
HK. Kebijakan K3 juga tergantung kepada manajemen, yaitu
anggaran K3. Kalau tidak ada anggaran, K3 tidak bisa
dilaksanakan. Misalkan sepatu safety kita ajukan untuk sekian
orang dan hanya diberi beberapa pekerja maka K3nya tidak
akan jalan. PT Hutama Karya telah memiliki alokasi anggaran
K3 sekian persen dari nilai proyek untuk dimanfaatkan pada
pelaksanaan K3.”
Informan 3 “Kebijakan K3 kita sudah di tetapkan dari pusat dan harus
HSE dilaksanakan oleh seluruh pekerja. Selain kebijakan yang dari
Supervisor pusat, ada juga kebijakan proyek yang disusun khusus untuk
proyek jalan tol ini. Setiap pekerja maupun tamu yang berada di
proyek wajib mematuhi dan melaksanakan kebijakan K3 PT.
Hutama Karya.”
Informan 4 “Kebijakan sistem manajemen mutu, keselamatan, kesehatan
HSE kerja,lindung lingkungan (SM-MK3LL) dan sistem manajemen
Officer keselamatan jalan tol dibuat dari pusat di Jakarta, disini hanya
menjalankan prosedurnya saja. Kebijakan itu sudah ada
dipajang di dinding ruangan kerja ini ketika siapapun masuk
bisa membacanya. Selain kebijakan tersebut ada juga kebijakan
yang dibuat oleh manajemen proyek ini.”
Informan 5 “Kebijakan K3 dibuat dari pusat jadi apa yang dibilang K3
76

Safety pusat ya harus kita jalankan kebijakannya. Sampai sekarang


Patrol belum ada pekerja HK yang melanggar kebijakan, kalau di sub
kontraktor kurang tau karena mereka punya petugas safetynya
sendiri. Kalau orang HK dari awal proyek berjalan sampai
sekarang masih mematuhi kebijakan dan belum ada insiden.”

Tabel 2

Matriks Penyataan Informan tentang Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan 1 “Perencanaan K3 dilaksanakan sesuai dengan yang


Manajer direncanakan yaitu berupa dokumen RK3K yang melibatkan
Teknik kepala proyek bersama dengan manajer operasi di kantor pusat.
Sebagian proses kerja sudah ada JSA misalkan pada pekerjaan
yang berisiko tinggi. Jadi analisa setiap pekerjaan akan
kelihatan metode kerja seperti apa, keamanan dari alat itu,
keamanan dari para pekerjanya. Untuk proses pekerjaan
penimbunan tanah yang sekarang belum berisiko tinggi kalau
JSA sebenarnya lebih ke pekerjaan yang berisiko tinggi.”
Informan 2 “Sampai saat ini RK3K kita laksanakan. Seluruh tim ikut
QHSE berperan dalam pembuatan dokumen RK3K karena berhubungan
dengan banyak pekerja. Jadi kita punya program, punya
schedule. Setiap schedule ada item pekerjaan. Setiap item
pekerjaan ada metode kerja. Metode kerja adalah bagian dari
K3, disitu ada peran serta K3. Di metode kerja itulah
penerapannya mulai dari start mereka kerja dari awal sampai
selesai. Setiap item pekerjaan seperti itu, jadi setiap item
pekerjaan itu sebelum kita bekerja ada material kita submit dulu
ke yang punya proyek. Kita submit material kita menggunakan
material ini metodenya seperti ini. Mereka nanti periksa sesuai
dengan standar karena ada spesifikasinya di proyek ini jadi
tinggal mengikuti spesifikasi proyek ini. Approve mereka baru
kita jalan. Setiap metode kerja kita libatkan K3nya, jadi di
metode kerja tetap ada K3nya. Contoh mau mengerjakan
pekerjaan tanah timbun, kan harus kita mulai trafficnya mau
lewat mana dia. Orang K3 juga harus tau traffic management,
kan bagian dari K3. Sebelum melakukan salah satu item kerja,
kita ikuti SOP/prosedurnya. Kita punya metode kerja, diberi
sebelum bekerja. Kita ajukan dulu gambar kerja sama konsultan,
metode kerja disitu ada peralatan, material, ada K3 disemua
kondisi itu. Itu pengendalian supaya tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.”
Informan 3 “Identifikasi bahaya, pengendalian resiko, JSA sudah dibuat,
HSE penangungjawab dan sudah disetujui PPK dibuat dalam RK3K.
Supervisor Sebagian saya ikut dalam penyusunan RK3K sekitar 3 bulanan,
77

udah revisi kedua. Kalau memang ada revisi ya jelas, karena


waktu itu personilnya belum komplit. Misalkan ada P2K3ya
dirubah, struktur organsasinya, struktur organisasi tanggap
darurat diubah itu pasti karena orangnya kan menambah harus
direvisi. Untuk perencanaan K3, kalau memang akan ada
pekerjaan pasti akan disampaikan di rapat. Misal perencanaan
PVD (Pemancangan) pastikan dibahas secara progress, secara
teknis, secara keselamatan. Metode kerja dan permit kerja
mengacu pada JSA dan HIRARC. JSA dan HIRARC memuat
potensi bahaya kerja serta penanggulangannya. Pecegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja sudah 90% berjalan belum
100%. Kita juga sudah bekerja sama dengan pihak rumah sakit,
jika terjadi kecelakaan langsung berobat dan ada BPJS untuk
melindungi pekerja. Kita bekerja itu bersinggungan dengan
kereta api atau PLN, kita ajak kerjasama dalam pengawasannya.
Seperti dalam hal perlintasan kereta api, mobil kita lewat itu kita
kerja sama dengan kereta api untuk lintasan Tebing Tinggi - Sei
Bamban.”
Informan 4 “Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko sudah
HSE ada didalam JSA, jadi sebelum melakukan pekerjaan sudah ada
Officer pengendalian risiko yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Proses pembangunan masih sekitar 10
% namun penerapannya sudah berjalan dengan baik. Anggaran
dana untuk pelaksanaan K3 di proyek ini lumayan besar sekitar
10 Miliyar Rupiah dan sangat beda jauh dengan pembangunan
Underpass Katamso Medan yang hanya sekitar 1 sampai 3
Miliyar Rupiah. Kita memasang rambu-rambu K3 saja sudah
habis sekitar 300 Juta untuk dipasang di dalam maupun di
sekitar proyek pembangunan jalan tol. Kita pasang rambu di
jalur lintasan kereta api, pasang safety line jika ada lubang di
sekitar area kerja dan juga kita pasang rambu untuk masyarakat
sekitar seperti di jalan lintas sumatera rambu untuk berhati-hati
karena banyak kendaraaan proyek yang keluar masuk. Setiap
pekerja di proyek ini sudah dilindungi jaminan sosial nasional
yaitu BPJS Ketenagakerjaan dengan pembayaran kemarin
mencapai 1,7 Miliyar rupiah. Semua perundangan yang
berhubungan dengan konstruksi kita buat sebagai acuan dalam
melaksanakan K3 konstruksi bidang PU.”
Informan 5 “Saya kurang tau tentang RK3K karena awal mula proyek saya
Safety belum disini. Saya masuk mulai tengah-tengah masa proyek.
Patrol Sebelum pekerjaan dimulai pasti tersedia dokumen JSA. Personil
K3 dan pengawas seperti owner dan konsultan bertanggung
jawab jika JSA tidak sesuai dengan JSA. Diberitahukan kepada
operator tentang JSA sebelum pekerjaan dimulai jadi tidak main-
main pekerjaan itu. Sub kontraktor memiliki K3 sendiri, namun
yang mengatur pekerja di sub kontraktor itu ialah K3 Hutama
78

Karya. Jadi seandainya ada masalah di lingkungan sub


kontraktor, mereka wajib lapor ke K3 Hutama Karya.”
Tabel 3

Matriks Penyataan Informan tentang Pengendalian Operasional Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan 1 “Di lapangan sudah kita laksanakan K3 sesuai dengan prosedur.


Manajer Misalkan rambu-rambu peringatan, tempat ini berbahaya kita
Teknik kasih safety line. Kita ada program dari kantor pusat untuk level
manajer ada, pelatihan-pelatihan ahli K3, pelatihan
scaffholding, minimal ada penjelasan-pejelasan setiap pagi
penjelasan mengenai keselamatan dalam safety talk setiap pagi,
jadi kita memberikan pengarahan mengenai K3. Klinik ada di
basecamp kantor penggalangan, namun kita juga ada
bekerjasama dengan rumah sakit. Jadi misalnya terjadi kejadian
di lapangan, kita ada siapkan ambulan untuk membawa pekerja
yang terluka ke rumah sakit terdekat. Kita memiliki tim tanggap
darurat untuk memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan. Disitu ada tim P3K yang dapat memberikan
pertolongan pertama dalam kondisi darurat. Misalkan ada
pekerja yang terluka, tim P3K harus memberikan penanganan
yang cepat di tempat kejadian. Jadi tidak harus dibawa ke klinik
perusahaan karena ada tim tanggap darurat di setiap lingkungan
kerja. Dokter perusahaan (Hiperkes) di klinik belum ada, namun
ada HSE yang merangkap sebagai perawat. Artinya klinik
dilokasi ini mengecek yang sifatnya rutinitas seperti cek kolestrol
maupun gula darah. Ada pemeriksaan berkala bagi semua orang
yang terlibat dalam proyek ini, tapi biasanya bagi yang mau
aja.”
Informan 2 “Pengendalian operasional K3 kita jalankan sesuai dengan SOP.
QHSE Kita sudah ada simulasi untuk tanggap darurat. Program
pelatihan sudah ada diberikan kepada semua yang ada disini.
Seperti kemarin sekitar 60 orang lebih kita lakukan pelatihan
dari Kementrian Departemen Pekerjaan Umum untuk seluruh
pekerjaan termasuk surveyor, juru gambar, operator dan seluruh
pekerja pada tiap bidang pekerjaan. Jadi pekerja sudah
disertifikasi untuk melakukan pekerjaannya. Pelatihan lain yang
diberikan yaitu pelatihan K3 dari A2K4 untuk top manajamen
mulai dari pelaksana, SOM, SEM, Kapro supaya mengetahui K3
itu penting. Kita bekerja sama dengan rumah sakit untuk
menangani suatu kecelakaan secara tiba-tiba bisa dirujuk ke
mana yang paling dekat. Kita juga punya mobil patroli K3 di
dalamnya ada toa, kotak P3K, tandu, dll yang diperlukan dalam
keadaan darurat. Mobil patroli akan berkeliling dan tidak
berhenti di satu tempat.”
79

Informan 3 “Kita ada prosedur di Hutama Karya, kita ikuti prosedur yang
HSE ada itu. Misalkan karyawan baru diberikan TBM (Tool Box
Supervisor Meeting). Di Tool Box Meeting ataupun induksi itu disampaikan
bahaya-bahaya kerja, bagaimana prosedur-prosedur kerja
seperti penggunaan alat, penggunaan APD, maupun bahaya-
bahaya kerja disampaikan disitu termasuk tanggap darurat. Itu
contoh kecil dari prosedur lah ya. Kita pernah buat pelatihan
simulasi di kantor Penggalangan sekali dan di lapangan sekali
kita buat. Paling cepat sebulan sekali bisa dilakukan simulasi
penanggulangan bahaya kebakaran dan pertolongan pertama
pada kecelakaan. Kita kasih simulasi cara membawa korban,
minimal dari lapangan ke mobil dan dari mobil akan dievakuasi
ke rumah sakit. Di mobil patrol kita sediakan tandu, namun
ambulan belum ada lagi proses. Program pelatihan dilaksanakan
di kantor Penggalangan sekali dan di lapangan (Rambutan)
sekali.”
Informan 4 “Ada Prosedur dan instruksi kerja yang harus dipatuhi dan
HSE sudah diberikan sewaktu TBM atau sebelum pekerjaan itu
Officer dimulai. Simulasi penanganan kondisi darurat dilakukan tiap 3
bulan sekali dan sudah diteapkan 3 kali yaitu 2 kali di
Penggalangan dan 1 kali di area kerja Rambutan. Jadi ada
orang yang bertanggungjawab pada tiap tempat kerja jika
terjadi keadaan darurat dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
Kita ada menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Chevani dan
Rumah Sakit Sri Pamela untuk membantu pekerja yang
mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Kita juga ada
melakukan pelatihan untuk pekerja yang ada di proyek ini
berupa pelatihan keahlian pada masing-masing bidang
pekerjaan dan pelatihan K3 konstruksi. Sebenarnya kita ada
klinik perusahaan di Basecamp yang disediakan untuk pekerja
yang mau berobat atau sekedar cek kesehatan. Namun karena
area kerja proyek jalan tol ini luas, maka dilakukanlah
kerjasama dengan 2 rumah sakit terdekat tadi agar pekerja cepat
mendapat pertolongan medis.”
Informan 5 “Program-program K3 telah diterapkan seperti kalau ada orang
Safety pekerja baru kita siapkan alat pelindung diri minimal seperti
Patrol helm, rompi, dan sepatu safety. Kita kasih safety induction
supaya mereka lebih mengenal keselamatan itu apa dan apa aja
yang harus dilakukan supaya dirinya aman dalam pekerjaan
tersebut. Biasanya tiap pagi dilakukan Tool Box Meeting dimana
kita kasih arahan info-info tentang K3. Tiap bulan sekali kita
lakukan General Safety Talk dibawakan HSE koordinator di
lapangan, kalau di Basecamp masih TBM yang dilakukan. Sama
seperti TBM dibicarakan mengenai K3 seperti cara memakai
tandu atau pemakaian body hardness saat berada di ketinggian.
Program TBM baru sekali dijalankan pada bulan April 2019
80

dari sejak proyek ini mulai dijalankan. Kita pasang rambu-


rambu keselamatan, tidak semua paham akan keselamatan jadi
kita pasang rambu-rambu seperti jangan lupa memakai APD dan
sebagainya. Kita juga memasang rambu-rambu tentang K3L
seperti jangan membuang sampah sembarangan, jangan
mencecerkan oli di tanah supaya ditimbun, pembedaan sampah
organik dan non organik serta limbah B3. Penanganan keadaaan
darurat sudah diberikan sewaktu General Safety Talk dan TBM.
Kami sudah kasih rambu dan stiker dimana tempat evakuasi
dimana tempat berkumpul (assembling point). Sekarang kita
masih dipersiapkan mobil ambulans untuk untuk mengantar
korban kecelakaan ke pelayanan kesehatan terdekat. Mobil
ambulan memang belum ada tapi udah di rencanakan, jadi masih
menggunakan mobil-mobil proyek. Security memang belum ada
tapi ada warga setempat yang dipekerjakan untuk jaga malam
untuk menjaga kemanan lingkungan kerja saat malam hari
namun tetap aja masih belum aman. Belum tersedianya satpam
namun pos nya sudah tersedia. Saya sebagai safety patrol pernah
melihat ormas yang minta uang kepada mobil proyek yang
melintas. Ada juga beberapa warga sampai orang mancing
masuk, saya mau ngusir pun segan.”

Tabel 4

Matriks Penyataan Informan tentang Pemeriksaan Kinerja Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan 1 “Kita melakukan evaluasi internal setiap bulan. Setiap bulan kita
Manajer laporan zero accident yaitu ada tidaknya kecelakaan. Untuk
Teknik hasil pemeriksaan kita evaluasi tiap minggu misalkan kalau
pekerjaan timbunan minimal harus pakai sepatu safety, rompi
dan helm. Kita juga periksa SILO (Surat Izin Layak Operasi)
layak pakai alatnya. Untuk operatornya sendiri juga kita periksa
sudah mempunyai SIO (Surat Izin Operator) atau belum. Kita
melakukan join inspeksi bersama owner dan konsultan terutama
mengenai alat, kelengkaan alat, kesiapan alatnya. Kalau ada
temuan di lapangan bisa dilaksanakan pemeriksaaan dalam
waktu cepat, artinya butuh waktu dilakukan pemeriksaan
tergantung dari pekerjaan pelanggaran yang dilakukan. Seperti
mobil dam truk di jalan tidak pakai terpal, itu kita tegur besok
harus sudah pakai tutup. Temuan itu diperbaiki (close) dengan
segera, tidak perlu dirapatkan. Kalau rapat itu misalkan ada
temuan lalu butuh waktu memperbaikinya. Kalau misalkan
rambu-rambu itukan butuh waktu mungkin 2-3 hari harus dicetak
dan sebagainya. Kalau seperti kasus dam truk butuh terpal, kan
besok bisa besok langsung dipasang terpal jadi tidak perlu
81

evaluasi yang berlebihan. Kalau bisa diperbaiki saat itu, ya saat


itu juga harus diperbaiki.”
Informan 2 “Inspeksi bersama top manajemen setiap minggunya kita
QHSE lakukan. Sejauh ini kita beri teguran bagi pekerja yang
melanggar K3, karena program kita adalah memasyarakatkan
K3. Jadi pekerja akan paham dengan K3. Kalau ada pekerja
yang lupa pakai helm kita panggil. Tapi kalau sampai ini belum
ada temuan yang fatal. Sub kontraktor merupakan bagian dari
HK dan tidak terpisah. Mereka merupakan tanggung jawab HK,
jadi temuan dari masing-masing personil K3 sub kontraktor di
lapangan akan berkoordinasi dengan K3 HK. Inspeksi alat juga
merupakan bagian dari K3, alatnya sudah sesuai atau tidak.
Kemudian SIO (Surat Izin Operator) diperiksa juga. Kita tim
disini menerapkan checklist untuk tugas itu. Seperti juga
pemasangan rambu-rambu lalu lintas, kalau masuk proyek
rambu kurangi kecepatan. Kita ini proyek jadi mengevaluasi
nanti ada dari pusat. Jadi ada setiap bulan atau dua bulan
mereka itu hadir ke kita inspeksi tour K3 dari divisi pusat. namun
juga keuangan, project manager, pelaksana (SOM & SEM),
peralatan. Kita laporan secara internal ke pusat setiap hari
langsung secara online jadi tidak ada ditutup-tutupi.”
Informan 3 “Biasanya kita bersama dengan owner dan konsultan
HSE menjalankan join inspeksi seminggu sekali. Kita bersama
Supervisor memperbaiki temuan minggu ini, minggu depan harus udah
closing. Jadi temuan yang ada sebisa mungkin segera di close.
Bukan hanya di K3 di quality juga seperti itu, misalkan
speksifikasi ada produk tidak sesuai (PTS) yang didatangkan
kelapangan harus dipulangkan. Selain itu dilakukan juga
pemeriksaan alat. Alat kerja yang dipakai harus diperiksa
sebelum dioperasikan. Di lapangan kita periksa dengan ceklist.
Misalkan pada test beban (Loading Test), kita bikin ceklist untuk
alat beratnya.”
Informan 4 “Kita ada melakukan pemeriksaan bersama (Join Inspection)
HSE bersama owner, konsultan tiap minggu 2 kali. Jadi sama-sama
Officer turun ke lapangan untuk melihat kondisi pekerjaan di lapangan.
Jadi jika ada temuan maka akan dilaporkan dan segera
diperbaiki. Pernah terjadi kasus kecelakaan akibat kesalahan
pekerja itu sendiri (human error). Seorang pekerja jatuh dari
motor dalam perjalanan ke pekerjaan. Setelah diperiksa dan
dievaluasi ternyata pekerja tersebut terjatuh akibat memakai
handphone saat berkendara.”
Informan 5 “Kami sebagai safety patrol tiap hari keliling mencari temuan
Safety yang tidak sesuai. Temuan kalau bisa jangan sampai tahu atasan
Patrol (Owner) dan segera diselesaikan langsung. Dan pada saat join
inspection jangan sampai ada temuannya lagi. Kalau kami safety
patrol apa yang ada temuan kami kerjakan, kalau gak sanggup
82

subkonnya kami minta tolong. Kita harus ada inisiatif untuk


mengclosing itu seperti kita timbun oli yang tercecer atau
siapkan tong untuk sampah agar lingkungan bersih. Kita
melakukan survei apa dampak kesehatan terhadap proses
pekerjaan proyek. Mereka hanya mengeluh akses jalan karena
proses pekerjaan proyek ini namun sampai sekarang belum ada
yang protes dan masih kondusif. Pengukuran debu pada awal
proyek mulai sudah dilakukan sekali, Agustus 2019 mendatang
akan diukur ulang pada saat konstruksi. Dilakukan survei April
2019 kepada masyarakat mengenai apakah mereka terganggu
dengan berjalannya proyek ini. Hasilnya belum ada gangguan
sama mereka, hanya gangguan akses jalan untuk warga
Payahlombang dan Kutabaru. Maka solusinya kami buat jalan
kebun untuk masyarakat.”

Tabel 5

Matriks Penyataan Informan tentang Tinjauan Ulang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019

Informan 1 “Kalau ada temuan dan evaluasi pasti di cek. Pekerjaan itukan
Manajer Plan, Do, Check, Action (PDCA) gitu. Kita merencanakan, kita
Teknik lakukan, kita cek, kalau sudah dicek kita lakukan lagi kita
perbaiki lagi. Kita merencanakan dan tidak sesuai kita cek kita
perbaiki lagi. Saat ini tidak ada hambatan untuk penerapan K3,
karena semua mendukung dari top manajemen. Di K3
sebenarnya yang paling utama adalah top manajemen. Kalau top
manajemennya sudah care dan komitmen untuk melaksanakan
itu, pasti akan menurun kebawah dan tegas.”
Informan 2 “Kita memeriksa ulang apakah temuan-temuan sudah diperbaiki
QHSE atau belum yang dinamakan inspeksi akhir. Ada daftar temuan
yang berisi kolom temuan, lokasi, tanggal diperbaiki, oleh siapa
diperbaiki dan ditanda tangani. Dalam minggu berikutnya kita
periksa kembali apakah benar sudah close atau ditanya kapan
diclose. Setiap hari sabtu ada Rapat Operasional Manajemen
(ROM), kita meninjau ulang hasil temuan minggu dan
kekurangan-kekurangannya. Jadi setiap minggu kadang ada aja
sedikit temuan kecil namun tetap ada evaluasi dan peninjauan
ulang K3.”
Informan 3 “Temuan yang dievaluasi pasti diinvestigasi, apa memang
HSE kesalahan orang apa memang kerusakan pada mesin apa
Supervisor memang faktor alam. Peninjauan ulang kalau memang di join
inspeksi tidak bisa diselesaikan (closing) akan dibawa di rapat
lagi untuk perbaikannya. Misalkan dibuat tempat sampah atau
menerapkan program 5R untuk tumpukan besi besi, kayu kayu,
sampah sampah. Hambatan yang 10% dalam pencegahan
83

kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah masalah


lingkungan dan alam, seperti inikan proyek kitakan jalan, lokasi
terbuka kadang masuk orang-orang luar, sapi lembu tidak
mungkin kisa usir begitu saja, harus pelan-pelan
penyampaiannya. Kecuali lokasi tertutup seperti pabrikasi bisa,
ini kita kan berbaur dengan lingkungan masyarakat.”
Informan 4 “Rapat internal di Hutama Karya ini dilakukan tiap minggu
HSE sekali. Setiap kebutuhan K3 dibahas untuk di perbaiki dan
Officer dilengkapi dalam rapat tersebut. Salah satu hambatan dan sudah
dibahas di rapat internal mengenai tambahan mobil patroli K3.
Namun masalah tersebut belum direalisasikan karena butuh
uang yang agak banyak.”
Informan 5 “Jika ada temuan yang dilaporkan, kita lihat lagi apakah sudah
Safety closing atau belum. Tiap sabtu rapat internal membahas tentang
Patrol kantor dan K3 tapi K3nya paling banyak. Karena pasti adakan
temuan-temuan. Jadi di rapat didiskusikan gimana cara closing,
kapan selesainya, bagaimana memberi arahannya kepada
subkon supaya mereka cepat melaksanakan closing temuan
tersebut. Kalau belum closing, dirapat selanjutnya pasti dibahas
lagi jadi harus ditutup minggu itu juga. Sebenarnya agak ribet
kalau pakai subkon karena seperti tidak ada kontribusi K3 sub
kontraktor terhadap temuan-temuan K3. Jika ada temuan pasti
HK dulu yang memperbaiki. Padahal yang bertanggungjawab itu
sub kontraktor sebenarnya. Seharusnya safety patrol sub
kontraktor yang lebih tau temuan-temuan yang harus diperbaiki.
Sudah sering diberikan teguran masih tetap saja ditemukan
temuan-temuan. Tetapi kasih usahakan agar lebih teratur lagi,
kami buat grup WA untuk melaporkan temuan-temuan K3. Cara
pelaporan temuan K3 biasanya dari grup Whatsapp. Biasanya
kami safety patrol kalau ada temuan di sub kontraktor kami kasih
tau ke sekretaris P2K3. Kita tau sendirilah kan petugas K3 sub
kontraktor menyembunyikan temuan tersebut jadi kita harus
lihat-lihat juga. Kadang mereka sembunyikan tapi yang tau
owner jadi yang kenanya kita bukan orang itu. Sering terjadi
seperti temuan oli di Interchange, mereka tidak pernah bilang.
Kami Safety Patrol cuma dua orang bersama Akhir jadi tidak
mungkin selalu berkeliling.”
84

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian


85

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian


86

Lampiran 5. Hasil Dokumentasi

Gambar 1. Wawancara dengan Manajer Teknik (Informan 1)

Gambar 2. Wawancara dengan QHSE (Informan 2)


87

Gambar 3. Wawancara dengan HSE Officer (Informan 4)

Gambar 4. Wawancara dengan K3L/Safety Patrol (Informan 5)


88

Gambar 5. Rambu rambu K3

Gambar 6. Rambu K3 pada Perlintasan Kereta Api di Lokasi Proyek


89

Gambar 7. Safety Induction Setiap Pagi

Gambar 8. Pengecekan Alat Berat


90

Gambar 9. Simulasi Tanggap Darurat

Gambar 10. Dokumen Identifikasi Bahaya dan Aspek Lingkungan


91

Gambar 11. Dokumen RMK3LL

Gambar 12. Dokumen Job Safety Analysis (JSA)


92

Gambar 13. Sertifikat ISO 45001:2018

Gambar 14. Penghargaan Nihil Kecelakaan Kerja

Anda mungkin juga menyukai