151000398
151000398
151000398
SKRIPSI
Oleh
SURYANTO MANURUNG
NIM. 151000398
SKRIPSI
Oleh
SURYANTO MANURUNG
NIM. 151000398
Menyetujui
Pembimbing:
Dekan
i
Telah diuji dan dipertahankan
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Tinjauan
Tanjung - Tebing Tinggi oleh PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019”
beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Suryanto Manurung
iii
Abstrak
iv
Abstract
Occupational safety and health (OHS) construction serves to protect workers from
the risk of work accidents and occupational diseases in the construction area. This
study aims to determine the application of occupational safety and health (OHS)
construction at PT. Hutama Karya (Persero) on the Tebing Tinggi - Kuala Tanjung
Toll Road construction project. This type of research is using qualitative research.
Data collection methods are using in-depth interviews and data from literature
studies and references in the Kuala Tanjung - Tebing Tinggi Toll Road project by PT.
Hutama Karya. Informants in this study are 5 people who are determined by
purposive non-probability sampling technique. The results obtained are analyzed
using domain analysis, which is the data collected will be processed and presented in
a narrative in the form of a matrix table according to the variables studied. The
results showed that the application of OHS policy is in accordance with Permen PU
No.05 of 2014 where the company has an OHS policy integrated with quality and
environmental policies. OHS planning is in accordance with the quality, safety,
health and environmental plan (RMK3L). OHS implementation and operations have
been implemented in accordance with ISO 45001: 2018. Performance checks are
carried out by measurement and monitoring. The OHS performance review of
construction has been carried out with inter-management meetings but the lack of
subcontractor contributions involves monitoring’s result taking a long time and
difficult to improve. The suggestions for the company are to evaluate and increase the
commitment of subcontractors to contribute more in examining findings and correct
them immediately.
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Kerja Konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi oleh PT. Hutama
Karya (Persero) Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
4. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K. selaku Dosen Pembimbing yang telah
vi
5. Ir. Kalsum, M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan dr. Mhd. Makmur Sinaga,
M.S. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran
6. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang
7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah
8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
9. Seluruh pegawai PT. Hutama Karya (Persero) yang telah banyak membantu
10. Orang tua tercinta, Ayahanda Jonggi Manaor Manurung, S.E. dan Ibunda
Adelina Simorangkir, S.E. atas limpahan kasih sayang, nasihat, motivasi serta
11. Kakak dan abang tersayang, Nathacya Manurung dan Rinaldi Manurung atas
13. Seluruh pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi, yang namanya
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
Suryanto Manurung
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 9
Potensi Bahaya 12
Kecelakaan Kerja 14
Pedoman Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum 16
Kerangka Pikir 32
Metode Penelitian 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Informan Penelitian 33
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Analisis Data 35
Hasil Penelitian 36
Gambaran Umum PT. Hutama Karya 36
Data dan Gambaran Umum Proyek 38
Data umum proyek 38
ix
Gambaran umum proyek 39
Visi dan Misi Perusahaan 40
Kebijakan SM-MK3LL 40
Struktur Organisasi 42
Pelaksanaan Peraturan Keselamatan Kerja Proyek 42
Sumber Daya Manusia K3 Pada Proyek 43
Karakteristik Informan 44
Penerapan K3 Konstruksi 46
Kebijakan K3 konstruksi 47
Perencanaan K3 50
Pengenndalian operasional 55
Pemeriksaan dari evaluasi kinerja K3 62
Tinjauan ulang K3 konstruksi 66
Keterbatasan Penelitian 69
Daftar Pustaka 72
Lampiran 74
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka pikir 32
xii
Daftar Lampiran
1 Pedoman Wawancara 74
2 Hasil Wawancara 75
5 Hasil Dokumentasi 86
xiii
Daftar Istilah
xiv
Riwayat Hidup
Siantar pada tanggal 3 November 1997. Penulis beragama Kristen Protestan, anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jonggi Manaor Manurung, S.E.
Tahun 2009-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Swasta Santo Thomas 1
Suryanto Manurung
xv
Pendahuluan
Latar Belakang
serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat
kepentingan yang sama besarnya walaupun di sana sini memang terjadi perubahan
perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari
industri konstruksi mempunyai catatan yang buruk dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja. Situasi dalam lokasi proyek mencerminkan karakter yang keras
2005).
(SMK3) secara umum masih sering terabaikan. Secara umum, faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja yaitu faktor pekerja itu sendiri, faktor metod e
cedera fatal dan serius dalam konstruksi. Bentuk kecelakaan seperti terbentur,
1
2
tertabrak benda dan perjalanan pekerja adalah salah satu jenis kecelakaan dominan
yang dialami oleh pekerja dalam konstruksi (Latief, 2011). Contoh kasus
Seorang pekerja meninggal dunia akibat tertimpa tumpukan pipa scaffolding yang
mengandung risiko cukup besar. Tim manajemen sebagai pihak yang bertanggung
kerja (K3), hal ini dikarenakan perusahaan perlu memenuhi peraturan perundang-
bagi perusahaan tapi untuk karyawan juga, dengan adanya K3 karyawan yang
bekerja di perusahaan tersebut akan merasa haknya terpenuhi karena pada saat
Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Yuda Rifani pada tahun 2013 yang
Pekerjaan Akses Jalan masuk (Studi Kasus : Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi)”
ditemukan bahwa risiko tertinggi untuk pekerja adalah kegiatan mobilisasi alat
3
berat pada pekerjaan gedung baru dengan menggunakan truk lebih dari 8 roda dapat
menghimpit atau menabrak pekerja yang beraktifitas di akses jalan dengan nilai
15,10. Sedangkan risiko tertinggi untuk non-pekerja adalah kegiatan mobilisasi alat
berat menggunakan truk lebih dari 8 roda dan mobilisasi material menggunakan
truk kurang dari 8 roda pada pekerjaan gedung baru dengan risiko dapat
Hasil penelitian lain yang ditulis oleh I Putu Indra Sanjaya pada tahun 2012
yang berjudul “Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Hasil penelitian lain yang ditulis Kasnadi pada tahun 2013 yang berjudul
namun pada gambaran penggunaan alat pelindung diri tidak terlaksana. Gambaran
sesuai.
4
2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT.
Hutama Karya (Persero) resmi diberi amanah mengembangkan 2.770 km jalan tol
di Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 km.
Salah satu ruas jalan tol yang didahulukan pada tahap pertama adalah ruas Jalan Tol
Kisaran - Tebing Tinggi. Anak perusahaan telah dibentuk dengan nama PT. Hutama
Marga Waskita untuk dapat bekerja sama dengan PT. Hutama Karya Persero dalam
pembangunan Jalan Tol Kisaran - Tebing Tinggi Tahap 1 (Kuala Tanjung - Tebing
Tinggi).
Tanjung - Tebing Tinggi, kondisi lingkungan kerja proyek ini berpotensi bahaya
tinggi karena mempekerjakan pekerja lebih dari 100 orang dengan jumlah pekerja
kurang lebih 218 pekerja baik dari main kontraktor PT. Hutama Karya maupun dari
sub-kontraktor yaitu Surya Baja Perkasa, GKP dan Black Steel. Hasil tanya jawab
dengan ahli K3 dari PT. Hutama Karya, bahwa masih terdapat kecelakaan kerja
seperti terpeleset karena jalan yang licin dan tersandung dari besi sisa pada saat
Pada tahap selanjutnya akan dilakukan pembuatan Box Traffic untuk jalur
underpass dimana pada tahap tersebut memiliki potensi bahaya yang tinggi dimana
dalam pekerjaan ini pekerja menggunakan alat berat dan mesin canggih yang
berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja apabila terjadi kondisi tidak aman dan
perilaku tidak aman. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu dilakukan
5
peninjauan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi Jalan Tol
Kuala Tanjung – Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Persero Divisi Infrastruktur
Tahun 2019.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi oleh PT Hutama Karya Tahun 2019.
Manfaat Penelitian
2014.
b. Sebagai masukan bagi pengguna dan penyedia jasa konstruksi di bidang K3.
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya
cukup derajat kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional, maupun sosial,
kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya (Suma’mur, 2009). Hakikat higiene
a) sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin
pengusaha, manajer atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi dan non-
7
8
kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi
dilakukan agar tenaga kerja sehat dan produktif dalam melaksanakan pekerjaannya.
yang bertujuan, agar tenaga kerja yang diterima untuk mengisi suatu lowongan
kerja berada dalam kondisi kesehatan yang baik; tidak menderita penyakit menular
yang akan membahayakan tenaga kerja lainnya; dan kondisi kesehatannya cocok
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam
serta menilai kemungkinan adanya efek buruk pekerjaan dan/atau lingkungan kerja
tindak lanjutnya yang lebih bersifat preventif dengan upaya higiene perusahaan dan
kerja. Terhadap hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus dilakukan tindak
kerja memiliki aneka cara dari yang paling sederhana sampai kepada metode
9
multidisiplin untuk mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif, (Suma’mur,
2007).
(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-
kerugian lainya yang mungkin terjadi. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat dari setiap pekerjaan yang
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor
penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi.
Berdasarkan penelitian dari para ahli bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat
terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor
akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan memperbaiki manajemen keselamatan
10
dan kesehatan kerja di tempat kerja. Setelah dilakukan perbaikan manajemen K3,
memprediksi gejala yang timbul dan mencegah kontak dengan/kepada objek kerja
(Tarwaka, 2014).
berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bersumber dari proses produksi
termasuk bahan baku, baik produk maupun hasil akhir (Tarwaka, 2014).
kerja berupa alat, material maupun lingkungan yang tidak aman atau
membahayakan. Kondisi tidak aman yang dimaksud seperti lantai yang licin,
tangga yang rusak dan patah, penerangan yang kurang baik atau kebisingan yang
yang serba pelik dan rumit serta modern banyak dipakai di industri, bahan
berbahaya (B3) banyak diolah dan dipergunakan serta mekanisasi dan elektrifikasi
telah menyebar secara luas dihampir semua sektor industri. Perkembangan pesat
sendirinya terjadi peningkatan intensitas kerja operasional. Akibat dari hal tersebut
merupakan sebagian dari sebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
2012).
kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan tempat kerja,
proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan yang berupa faktor-
faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu
pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. Unsafe
besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima, baik fisik maupun psikis (Tarwaka, 2014). Faktor
manusia juga disebut sebagai tindakan tidak aman (Unsafe Action). Tindakan tidak
aman (unsafe action) merupakan tindakan yang dilakukan secara tidak aman
sehingga dapat membahayakan dirinya atau orang lain yang dapat menimbulkan
kecelakaan. Berikut ini yang termasuk dalam tindakan tidak aman, tidak
5. Sikap dan tingkah laku tidak aman (unsafe attitude and habits).
6. Kebingunan dan stres (confuse and stress) karena prosedur kerja yang
(lack of skill).
melakukan pekerjaan.
Potensi Bahaya
Potensi bahaya merupakan kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,
mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja berasal dari berbagai kegiatan
atau aktifitas dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau juga berasal dari luar proses
a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda.
kimia.
tanah).
a. Patah tulang.
14
b. Dislokasi (keseleo).
e. Amputasi.
f. Luka di permukaan.
h. Luka bakar.
i. Keracunan-keracunan mendadak.
j. Pengaruh radiasi.
a. Kepala.
b. Leher.
c. Badan.
d. Anggota atas.
e. Anggota bawah.
f. Banyak tempat.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik wakti,
harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses
kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan yang menjalankan usaha,
kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar
penyimpanan barang;
suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya
sangat pesat bila ditinjau dari segi manajemen dan teknologi konstruksi bangunan.
2005).
keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan
bahaya:
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak diatas
konstruksi;
mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak dibawah
konstruksi.
investigasi;
bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 konstruksi yang ditetapkan oleh
sebagai berikut:
teknis.
perusahaan.
2. RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
jasa dalam bentuk kerja sama operasi (KSO), pemimpin KSO harus
penyedia jasa.
PPK.
lambat 2 x 24 jam.
21
Pada saat pelaksanaan uji coba dan laik fungsi sistem (testing dan commissioning)
Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat hasil kinerja SMK3, statistik kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, serta usulan perbaikan untuk proyek sejenis yang akan
datang.
1. Kebijakan K3
a. P2K3
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tempat kerja;
d) cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
kesehatan kerja;
makanan di perusahaan;
hasil pemeriksaan;
b. Organisasi K3L
K3L. Organisasi K3L yang melibatkan seluruh jajaran akan menjelaskan tugas dan
Pimpinan Perusahaan (General Manager) atau wakilnya, yang ditunjuk atas nama
pimpinan, untuk:
program K3L;
d) melakukan inspeksi K3L terencana secara berkala atau tidak berkala, bila
2) Koordinator K3L
dan kejadian yang berhubungan dengan K3L di setiap lini yang berada
dibawahnya;
jawabnya;
tanggung jawabnya;
e) memberikan pengarahan tentang K3L kepada pekerja baru dan orang lain
jawabnya;
orang.
2. Perencanaan K3
dibahas, dan disetujui PPK pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak sesuai
a. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala prioritas, pengendalian risiko K3, dan
kegiatan, lokasi, tanggal dibuat dan halaman serta kolom sebagai berikut:
c) kolom 3: Identifikasi Masalah. Berisi identifikasi bahaya yang akan timbul dari
terjadinya kecelakaan;
keparahan;
item pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan kecil, dengan
(risiko kecil). Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi, maka item pekerjaan
h) kolom 8: Pengendalian risiko K3. Berisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk
Substitusi, Rekayasa, Administrasi, APD), diisi oleh Penyedia Jasa pada saat
Keterangan:
b. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman dan/ atau
ketinggian.
e. APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard dan harus
1) Sasaran
Sasaran terdiri dari dua, sasaran umum yaitu pencapaian nihil kecelakaan kerja
yang fatal (Zero Fatal Accidents) pada pekerjaan konstruksi dan sasaran khusus
yaitu sasaran rinci dari setiap pengendalian risiko yang disusun guna tercapainya
sasaran umum.
2) Program K3
memuat nama perusahaan, kegiatan, lokasi, tanggal dibuat dan kolom, yaitu:
b) kolom 2: Uraian pekerjaan. Berisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko
Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan
Penanggung Jawab
d) kolom 4: Sasaran khusus berdasarkan uraian. Berisi uraian dari sasaran khusus
e) kolom 5: Sasaran khusus berdasarkan tolok ukur. Berisi Tolok ukur merupakan
ukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif terhadap pencapaian sasaran pada
kolom 4
30
f) kolom 6: Program berdasarkan sumber daya. Berisi sumber daya yang diperlukan
untuk melaksanakan program kerja atas sasaran yang hendak dicapai dari kolom 5
ditetapkan untuk melaksanakan program kerja atas sasaran khusus yang hendak
dicapai
pelaksana program
3. Pengendalian Operasional
bagian 2 (Perencanaan K3) sesuai dengan uraian Tabel Sasaran dan Program K3.
5. Tinjauan Ulang K3
dengan kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan pada
Kerangka Pikir
Penerapan K3 Konstruksi
1. Kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pengendalian Operasional
Jenis Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing
Tinggi, Provinsi Sumatera Utara dan berlangsung sejak Januari - April 2019.
Informan Penelitian
orang yaitu:
1. Manajer Teknik pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan
pertimbangan:
proyek.
pertimbangan:
konstruksi.
33
34
RMK3L.
3. HSE Supervisor pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan
pertimbangan:
kerja.
4. HSE Officer pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan
pertimbangan:
lingkungan
5. Safety Patrol pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi, dengan
pertimbangan:
referensi-referensi yang ada di proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi
utama adalah peneliti sendiri, namun pada pelaksanaannya peneliti dibantu oleh
1. Pedoman Wawancara
peneliti.
2. Alat Perekam
Alat perekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera handphone untuk
mengambil gambar dan voice recorder yang ada di handphone untuk merekam
suara.
dengan teori pada tinjauan pustaka. Tahap analisis data yang digunakan pada
2005). Selanjutnya data yang terkumpul akan diolah dan disajikan secara narasi
PT. Hutama Karya (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dibidang jasa kontraktor umum dan konstruksi yang awalnya
No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. Hutama Karya. Status
No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perseroan Terbatas No. 74 tanggal 15 Maret 1973,
juncto Akta Perubahan No.48 tanggal 8 Agustus 1973 yang keduanya dibuat
Tahun PT. Hutama Karya, maka dengan ini tanggal 29 Maret ditetapkan sebagai
Sejak fase transformasi, PT. Hutama Karya telah menghasilkan karya konstruksi
menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang BBRV dari Swiss.
Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi ini PT. Hutama Karya membentuk
36
37
Divisi khusus prategang. Pada dekade ini pula Hutama Karya berubah status
usaha dengan mendirikan Unit Bisnis Haka Pole yaitu Pabrik Tiang Penerangan
Jalan Umum berbagai tipe dari baja bersegi delapan (Oktagonal), sekaligus
melakukan ekspansi usaha di luar negeri yang menjadi awal inovasi teknologi
Bebas Hambatan) oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati. Sejalan dengan
Bridge, Balanced Cantilever Bridge, Arch Steel Bridge, Cable Stayed). Saat itu, PT.
usaha untuk sektor-sektor swasta dengan pembangunan High Rise Building (Bakrie
Tower Apartemen) maupun infrastruktur lainnya seperti jalan tol. Seiring dengan
perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap menjadi perhatian PT. Hutama
Karya. Hal ini terbukti dengan diraihnya ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan
OHSAS 18001:2007. Lepas satu dekade di era milenia, PT Hutama Karya (Persero)
38
Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117
Tahun 2015, PT. Hutama Karya (Persero) diberi amanah mengembangkan 2.770
km jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019
sepanjang 650 km. Penugasan ini merupakan salah satu tonggak penting dalam
sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT. Hutama Karya (Persero) mulai
and Build) Pekerjaan Jalan Tol Tebing Tinggi – Kisaran (Tahap I) Ruas Tebing
2017
Alamat Pengguna Jasa: Jl. Bina Marga, Komplek Bina Marga No.02, RT 001/005
Lingkup Kegiatan :
5. Jembatan : 2 buah
6. Pedestrian : 2 buah
berkisar 11,70 m dikali 2 jalur. Untuk proyek pembangunan jalan tol Tebing Tinggi
- Kuala Tanjung seksi 1, PT. Bina Karya (Persero), PT. Indra Karya (Persero) dan
PT. Eskapindo Matra JO sebagai konsultan perusahaan dan PT. Hutama Karya
penyedia jasa serta PT. Hutama Marga Waskita sebagai pengguna jasa.
1. Visi
Terkemuka Indonesia)
2. Misi
Indonesia.
berkomitmen untuk:
41
yang relevan serta pengendalian risiko dan peluang sistem mutu, K3 &
dengan tujuan dan konteks perusahaan serta mendukung arah strategis yang
3. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, dan mencegah bahaya
Struktur Organisasi
Masuk kerja diawali dengan Tool Box Meeting pukul: 08.00 WIB
22.00 WIB atau bahkan sampai pagi, namun semua pekerja maupun karyawan yang
43
lembur diberi tunjangan yang lembur bagi mereka. Proyek dapat berhenti apabila
kondisi yang tidak mendukung, namun jika kondisi masih dapat diatasi pekerjaan
1. QHSE
2. HSE Officer
3. HSE Supervisor
5. Safety Patrol
44
Karakteristik Informan
berdasarkan jabatan atau tugas yang dikerjakan dapat ditunjukkan pada tabel 4.1
berikut.
Tabel 1
Jabatan/Tugas Jumlah
Manajer Teknik 1
QHSE 1
HSE Supervisor 1
HSE Officer 1
Safety Patrol 1
Jumlah 5
2. QHSE (Quality Health & Safety Environment) memiliki tugas sebagai berikut:
RMK3L
proyek
penempatannya
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 5 orang informan ada satu orang yang
memiliki jabatan sebagai Manajer Teknik, satu orang memiliki jabatan QHSE, satu
orang memiliki jabatan HSE Supervisor, satu orang memiliki jabatan HSE Officer
Penerapan K3 Konstruksi
Sejak tanggal 4 Februari 2018 PT. Hutama Karya (Persero) Divisi Gedung,
Operasi & Pemeliharaan Jalan Tol, Divisi Pengembangan Jalan Tol telah
dan konsisten melaksanakan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan target mutu,
prosedur, instruksi kerja dan standar eksternal sehingga sistem yang dijalankan
2014 berdasarkan (1) Kebijakan K3, (2) Perencanaan K3, (3) Pengendalian
operasional, (4) Pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 (5) Tinjauan ulang K3.
47
nyaman dan sehat serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
2. Menerapkan budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) di seluruh
lokasi proyek
3. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang tertib dan kondusif, maka seluruh
karyawan dilarang
a. Membawa dan menyimpan senjata api (Pistol), senjata tajam dan bahan
sekitar proyek.
Tabel 2
komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
keselamatan jalan tol ditetapkan oleh pusat. Selain kebijakan tersebut ada juga
kebijakan proyek dalam pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi
(Tahap I) yang telah disahkan oleh kepala proyek. Manajemen sudah berkomitmen
manajemen lebih efektif. Salah satu kebijakan perusahaan yang diterapkan yaitu
setiap pekerja di lokasi proyek boleh untuk memberhentikan pekerjaan jika terdapat
kondisi tidak aman yang dapat mengakibatkan kehilangan nyawa seseorang atau
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen yang nyata dari pihak
program K3, sebab mustahil suatu program dapat terlaksana tanpa adanya
anggaran. Oleh sebab itu, PT. Hutama Karya telah menyusun anggaran dana sekitar
K3 dan kebijakan proyek yang sudah ditetapkan. Hal ini didukung oleh
diterapkannya sistem reward dan sanksi pada pekerja. Pekerja yang menerapkan
dan memiliki perhatian yang baik terhadap kebijakan K3 akan diberikan reward
(penghargaan). Selain itu, perusahaan juga menerapkan sanksi bagi pekerja yang
proyek. Perusahaan akan memberi peringatan pertama, kedua, ketiga dan apabila
kesehatan kerja, PT. Hutama Karya (Persero) telah melakukan identifikasi bahaya,
penilaian, dan pengendalian risiko menjadi salah satu bahan untuk menetapkan
Tabel 3
Tabel 3
keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi. Dalam perencanaan K3, penyedia jasa
risiko K3, dan penanggung jawab untuk diserahkan, dibahas, dan disetujui PPK
pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak sesuai lingkup pekerjaan yang akan
bidang PU. Selain itu, penyedia jasa juga harus meiliki sasaran dan program K3.
Sasaran terdiri dari sasaran umum yaitu mencapai nihil kecelakaan kerja yang fatal
dan sasaran khusus yaitu sasaran rinci dari setiap pengendalian resiko yang disusun
penanggung jawab.
sistem manajemen lingkungan, K3, dan mutu sehingga dapat menetapkan sasaran
persyaratan produk, lingkungan dan K3 di perusahaan. Tinjauan awal ini sudah ada
disusun dalam rencana mutu, keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan
(RMK3L).
disetujui. RMK3L disusun oleh HSE coordinator karena pada saat awal proyek
berjalan personil K3nya belum lengkap. Karena RMK3L harus ada maka HSE
coordinator selaku orang yang paling lama bekerja di proyek (±1 tahun) menyusun
beberapa faktor seperti pada saat HSE coordinator menyusun dokumen RMK3L,
perubahan pada struktur organisasi kontraktor, P2K3 dan tanggap darurat. RMK3L
saat ini sudah direvisi 1 kali pada tahun 2019 sebagai dokumen yang terkendali
artinya telah aman dari segala perubahan. RMK3L tersebut sudah didistribusikan
kepada pengguna jasa, konsultan, penyedia jasa dan Badan Pengatur Jalan Tol
(BPJT).
PT. Hutama Karya proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi (Tahap
1) juga memiliki dokumen Job Safety Analysis (JSA) dan Hazard Identification,
Risk Assesment and Risk Control HIRARC untuk mengidentifikasi bahaya dan
K3, kondisi operasi, resiko awal (kekerapan, kemungkinan dan resiko), dasar
hukum, pengendalian awal, sisa resiko (kekerapan, kemungkinan dan resiko) dan
umum. Daftar undang-undang dalam proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing
Tinggi (Tahap 1) memuat nomor dan tema undang-undang, uraian setiap pasal yang
lanjut. Seluruh pekerja telah di lindungi jaminan sosial nasional yaitu BPJS
memastikan tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten atas dasar
pendidikan yang sesuai, dan berpengalaman. Staff HSE diberi tanggung jawab dan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja. Dalam pelaksaannya divisi bagian
mengenai implementasi dan operasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilihat
Tabel 4
Matriks Penyataan Informan tentang Pengendalian Operasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama Karya
(Persero) Tahun 2019
Tabel 4
Matriks Penyataan Informan tentang Pengendalian Operasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi di PT. Hutama
Karya (Persero) Tahun 2019
pelatihan, sistem pertolongan pertama pada kecelakaan dan hal lain yang
struktur organisasi P2K3. Struktur organisasi P2K3 terdiri dari Ketua P2K3 (Kepala
Proyek), Sekretaris P2K3 (Ahli K3) dan anggota. Uraian tugas dari setiap
fungsi dan tugas secara jelas melalui pengorganisasian yang baik. Hal ini
Dengan demikian setiap personil akan bekerja secara profesional. Selain dari
penetapan tugas secara jelas, yang tak kalah pentingnya adalah pemberian tugas
pekerjaan sudah diberitahu sebelum pekerjaan dimulai baik dalam dokumen JSA
maupun HIRARC. Selain itu, PT. Hutama Karya juga selalu melaksanakan safety
59
induction secara rutin setiap pagi sebagai sarana komunikasi dan konsultasi antar
rambu untuk pekerja seperti rambu hati-hati pada jalur lintasan kereta api,
memasang safety line jika ada lubang di sekitar area kerja dan memasang rambu
untuk masyarakat di jalan lintas karena banyak kendaraaan proyek yang keluar
dan orang lain ditempat kerja untuk bekerja dengan aman dan terhindar dari
security pada area proyek untuk dapat mencegah warga sekitar yang bukan pekerja
keadaan darurat dengan dibentuknya panitia Tim Tanggap Darurat (TTD). Tim ini
diberi pelatihan dan simulasi agar setiap anggota mengetahui peran dan tanggung
tidak akan berhasil jika tidak ditangani oleh petugas atau SDM yang kompeten
berkesinambungan dikemas dalam bentuk permainan peran atau uji coba dalam
tanggungjawabnya masing-masing.
peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat yang mana telah disediakan,
diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala. Adapun peralatan dan sistem tanda
1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), di letakkan di berbagai tempat yang mudah
dijangkau. Dari hasil check list APAR diketahui bahwa telah dilaksanakannya
pemeriksaan APAR secara rutin yaitu setiap bulan dan menunjukkan bahwa kondisi
2. Kotak P3K, di letakkan di berbagai tempat yang mudah dijangkau. Dari hasil
check list kotak P3K diketahui bahwa telah dilaksanakannya pemeriksaan Kotak
P3K secara rutin yaitu setiap bulan dan menunjukkan bahwa kondisi kotak dan
3. Ruang P3K, selain kerjasama dengan rumah sakit terdekat PT. Hutama Karya
basecamp PT. Hutama Karya proyek Jalan Tol Tebing Tinggi - Kuala Tanjung.
Pada ruang P3K tersedia perawat untuk menangani dan memeriksa masalah
kesehatan pekerja.
5. Mobil patroli K3, didalamnya ada toa, kotak P3K, tandu, dll yang diperlukan
dalam keadaan darurat. Mobil patroli K3 tidak diam di satu tempat namun
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, PT. Hutama karya telah
melakukan rangkaian kegiatan K3 pada proyek Jalan Tol Kuala Tanjung - Tebing
Tinggi. Program K3 yang dilakukan antara lain Tool Box Meeting, Safety Induction,
kecelakaan, traffic management dan inspeksi alat berat. Selain itu dilaksanakan
permukaan di sungai dan pengukuran udara ambient dan debu di lokasi kerja. Setiap
kegiatan yang dilaksanakan juga didokumentasi agar nantinya bisa dijadikan bahan
hari.
ISO 45001:2018. Hal ini ditandai dengan PT. Hutama Karya mendapatkan
Indonesia sejak tanggal 13 Agustus 2018 s.d 31 Agustus 2020. SDM yang
dan meningkatkan K3. Pada PT. Hutama Karya pekerja telah diberikan APD secara
mengetahui jenis bahaya dan mengenakan APD bagi pekerja yang bekerja di
lapangan. Ini merupakan peran dan tanggung jawab pekerja terhadap keselamatan
pengumpulan data kecelakaan kerja. Patrol HSE terdiri dari inspeksi tempat kerja,
peralatan pemadam atau APAR dan peralatan P3K, pelaporan dan evaluasi serta
tinjauan ulang hasil patrol HSE. Hasil wawancara dengan informan mengenai
pemeriksaan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
63
Tabel 5
Tabel 5
owner dan konsultan terutama mengenai alat, kelengkaan dan kesiapan alat dan
pengukuran debu pada awal proyek berjalan dan akan diukur kembali pada bulan
sedang berjalan sudah dilakukan pada bulan April 2019 dan hasilnya masyarakat
hanya terganggu masalah akses jalan akibat kendaraan proyek yang melintas.
Solusi yang diberikan oleh perusahaan ialah menyediakan akses jalan kebun untuk
masyarakat.
Tim evaluasi dari pusat melakukan kunjungan setiap bulan atau dua bulan
sekali untuk melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja. Evaluasi dari
keliling melihat penerapan K3 dan dengan membuat daftar temuan untuk melihat
evaluasi yang akan diperbaiki. Audit internal bukan hanya pada K3 saja namun juga
pada bagian keuangan, project manajer, pelaksana (SOM & SEM) dan peralatan.
Alat yang dipakai dalam proyek dicek pada saat inspeksi termasuk SILOnya (Surat
66
Izin Layak Operasi). Operator di lihat kondisi kesehatannya dan di periksa SIOnya
Tim HSE secara berkala melakukan patrol HSE yang bertujuan untuk memastikan
bahwa setiap potensi bahaya yang dapat timbul dari kondisi tempat kerja, peralatan,
bahan serta tindakan pekerja teridentifikasi dan berguna untuk mengambil tindakan
kecelakaan dari bahaya tersebut. Jika terjadi suatu insiden maka akan langsung
internal secara berkala serta audit eksternal direncanakan kedepannya juga akan
dilakukan.
melakukan peninjauan dan peningkatan kinerja melalui rapat per manajemen secara
dari evaluasi penerapan SMK3 konstruksi dan hasil temuan audit internal sistem
tinjauan ulang keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
67
Tabel 6
Tabel 6
kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan dalam sasaran
dan program K3. Hal-hal yang tidak sesuai, termasuk bilamana terjadi kecelakaan
Setelah diperbaiki dilakukan tinjauan ulang apakah temuan tersebut sudah sesuai
69
atau belum dan diketahui tanggal perbaikannya. Setiap hari sabtu dilakukan Rapat
Keterbatasan Penelitian
1. Periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek yaitu
Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Jalan Tol Tebing Tinggi - Kuala
Tanjung oleh PT. Hutama Karya (Persero) Tahun 2019, maka disimpulkan sebagai
berikut:
kebijakan tersebut ada juga kebijakan proyek yang disahkan oleh kepala
perencanaan program K3. Tinjauan awal ini sudah ada disusun dalam
Identifikasi, penilaian dan pengedalian resiko sudah ada disusun dalam JSA
dan HIRARC.
70
71
kerja. Hasil penyelidikan akan dibahas pada audit internal sebagai langkah
rapat antar manajemen sebagai upaya peningkatan performa dan kinerja K3.
Saran
72
73
Ramli, S. (2010). Pedoman praktis manajemen risiko dalam perspektif K3OHS risk
management. Jakarta: Dian Rakyat.
Rifani, Y., Mulyani, E., & Pratiwi,R. (2013). Penerapan K3 konstruksi dengan
menggunakan metode hirarc pada pekerjaan akses jalan masuk (studi
kasus: Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi). Jurnal Teknik Sipil, 7-11. Diakses
dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS
Rijanto, B. (2010). Keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan industri
konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sanjaya, I., Ayu, I., & Frederika, A. (2012). Analisis penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) pada proyek konstruksi gedung di Kabupaten
Klungkung dan Karangasem. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur
Teknik Sipil, 5-8. Diakses dari https://ojs.unud.ac.id/index.php
Syaaf. (2007). Occupational health and safety behavior dalam modul kuliah.
Depok: Departemen K3 FKM Universitas Indonesia.
Suma’mur, P. K. (2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: PT
Toko Gunung Agung.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen dan implementasi
kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Surakarta: Harapan
Press.
Tarwaka. (2012). Dasar-dasar keselamatan kerja serta pencegahan kecelakaan di
tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan kesehatan kerja: manajemen dan implementasi
K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
Masa Kerja :
Pendidikan Terakhir :
B. Daftar Pertanyaan
Tebing Tinggi ?
Tebing Tinggi ?
Tebing Tinggi ?
74
75
Tabel 1
Tabel 2
Informan 3 “Kita ada prosedur di Hutama Karya, kita ikuti prosedur yang
HSE ada itu. Misalkan karyawan baru diberikan TBM (Tool Box
Supervisor Meeting). Di Tool Box Meeting ataupun induksi itu disampaikan
bahaya-bahaya kerja, bagaimana prosedur-prosedur kerja
seperti penggunaan alat, penggunaan APD, maupun bahaya-
bahaya kerja disampaikan disitu termasuk tanggap darurat. Itu
contoh kecil dari prosedur lah ya. Kita pernah buat pelatihan
simulasi di kantor Penggalangan sekali dan di lapangan sekali
kita buat. Paling cepat sebulan sekali bisa dilakukan simulasi
penanggulangan bahaya kebakaran dan pertolongan pertama
pada kecelakaan. Kita kasih simulasi cara membawa korban,
minimal dari lapangan ke mobil dan dari mobil akan dievakuasi
ke rumah sakit. Di mobil patrol kita sediakan tandu, namun
ambulan belum ada lagi proses. Program pelatihan dilaksanakan
di kantor Penggalangan sekali dan di lapangan (Rambutan)
sekali.”
Informan 4 “Ada Prosedur dan instruksi kerja yang harus dipatuhi dan
HSE sudah diberikan sewaktu TBM atau sebelum pekerjaan itu
Officer dimulai. Simulasi penanganan kondisi darurat dilakukan tiap 3
bulan sekali dan sudah diteapkan 3 kali yaitu 2 kali di
Penggalangan dan 1 kali di area kerja Rambutan. Jadi ada
orang yang bertanggungjawab pada tiap tempat kerja jika
terjadi keadaan darurat dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
Kita ada menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Chevani dan
Rumah Sakit Sri Pamela untuk membantu pekerja yang
mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Kita juga ada
melakukan pelatihan untuk pekerja yang ada di proyek ini
berupa pelatihan keahlian pada masing-masing bidang
pekerjaan dan pelatihan K3 konstruksi. Sebenarnya kita ada
klinik perusahaan di Basecamp yang disediakan untuk pekerja
yang mau berobat atau sekedar cek kesehatan. Namun karena
area kerja proyek jalan tol ini luas, maka dilakukanlah
kerjasama dengan 2 rumah sakit terdekat tadi agar pekerja cepat
mendapat pertolongan medis.”
Informan 5 “Program-program K3 telah diterapkan seperti kalau ada orang
Safety pekerja baru kita siapkan alat pelindung diri minimal seperti
Patrol helm, rompi, dan sepatu safety. Kita kasih safety induction
supaya mereka lebih mengenal keselamatan itu apa dan apa aja
yang harus dilakukan supaya dirinya aman dalam pekerjaan
tersebut. Biasanya tiap pagi dilakukan Tool Box Meeting dimana
kita kasih arahan info-info tentang K3. Tiap bulan sekali kita
lakukan General Safety Talk dibawakan HSE koordinator di
lapangan, kalau di Basecamp masih TBM yang dilakukan. Sama
seperti TBM dibicarakan mengenai K3 seperti cara memakai
tandu atau pemakaian body hardness saat berada di ketinggian.
Program TBM baru sekali dijalankan pada bulan April 2019
80
Tabel 4
Informan 1 “Kita melakukan evaluasi internal setiap bulan. Setiap bulan kita
Manajer laporan zero accident yaitu ada tidaknya kecelakaan. Untuk
Teknik hasil pemeriksaan kita evaluasi tiap minggu misalkan kalau
pekerjaan timbunan minimal harus pakai sepatu safety, rompi
dan helm. Kita juga periksa SILO (Surat Izin Layak Operasi)
layak pakai alatnya. Untuk operatornya sendiri juga kita periksa
sudah mempunyai SIO (Surat Izin Operator) atau belum. Kita
melakukan join inspeksi bersama owner dan konsultan terutama
mengenai alat, kelengkaan alat, kesiapan alatnya. Kalau ada
temuan di lapangan bisa dilaksanakan pemeriksaaan dalam
waktu cepat, artinya butuh waktu dilakukan pemeriksaan
tergantung dari pekerjaan pelanggaran yang dilakukan. Seperti
mobil dam truk di jalan tidak pakai terpal, itu kita tegur besok
harus sudah pakai tutup. Temuan itu diperbaiki (close) dengan
segera, tidak perlu dirapatkan. Kalau rapat itu misalkan ada
temuan lalu butuh waktu memperbaikinya. Kalau misalkan
rambu-rambu itukan butuh waktu mungkin 2-3 hari harus dicetak
dan sebagainya. Kalau seperti kasus dam truk butuh terpal, kan
besok bisa besok langsung dipasang terpal jadi tidak perlu
81
Tabel 5
Informan 1 “Kalau ada temuan dan evaluasi pasti di cek. Pekerjaan itukan
Manajer Plan, Do, Check, Action (PDCA) gitu. Kita merencanakan, kita
Teknik lakukan, kita cek, kalau sudah dicek kita lakukan lagi kita
perbaiki lagi. Kita merencanakan dan tidak sesuai kita cek kita
perbaiki lagi. Saat ini tidak ada hambatan untuk penerapan K3,
karena semua mendukung dari top manajemen. Di K3
sebenarnya yang paling utama adalah top manajemen. Kalau top
manajemennya sudah care dan komitmen untuk melaksanakan
itu, pasti akan menurun kebawah dan tegas.”
Informan 2 “Kita memeriksa ulang apakah temuan-temuan sudah diperbaiki
QHSE atau belum yang dinamakan inspeksi akhir. Ada daftar temuan
yang berisi kolom temuan, lokasi, tanggal diperbaiki, oleh siapa
diperbaiki dan ditanda tangani. Dalam minggu berikutnya kita
periksa kembali apakah benar sudah close atau ditanya kapan
diclose. Setiap hari sabtu ada Rapat Operasional Manajemen
(ROM), kita meninjau ulang hasil temuan minggu dan
kekurangan-kekurangannya. Jadi setiap minggu kadang ada aja
sedikit temuan kecil namun tetap ada evaluasi dan peninjauan
ulang K3.”
Informan 3 “Temuan yang dievaluasi pasti diinvestigasi, apa memang
HSE kesalahan orang apa memang kerusakan pada mesin apa
Supervisor memang faktor alam. Peninjauan ulang kalau memang di join
inspeksi tidak bisa diselesaikan (closing) akan dibawa di rapat
lagi untuk perbaikannya. Misalkan dibuat tempat sampah atau
menerapkan program 5R untuk tumpukan besi besi, kayu kayu,
sampah sampah. Hambatan yang 10% dalam pencegahan
83