Skripsi: Pola Penggunaan Antidepresan Pada Kasus Depresi (Studi Di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo)
Skripsi: Pola Penggunaan Antidepresan Pada Kasus Depresi (Studi Di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo)
Skripsi: Pola Penggunaan Antidepresan Pada Kasus Depresi (Studi Di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo)
i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ii
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 051111185
iii
Lembar Pengesahan
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi di
Universitas Airlangga Surabaya
2015
Oleh:
Disetujui oleh :
Dra. Yulistiani, Apt., Msi I Gst Ngr Gunadi S.P, dr. SpKJ(K)
NIP. 19660428 19203 2 001 NIP. 19530209 198312 1 001
iv
KATA PENGANTAR
v
7. Seluruh dosen serta staf pengajar yang telah membimbing, dan
selalu memberikan motivasi dan pengetahuan selama menjalani
perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
8. Karyawan Bidang IT RSUD Dr.Soetomo atas bantuan waktu dan
tenaga dalam memenuhi segala kebutuhan dalam penyelesaian
skripsi ini.
9. Ayah dan Ibu tercinta, H. Abrinur Nazar, S.H dan Hj. Sri Riwayati
S.H atas cinta kasih, perhatian, pengorbanan, dan doa tulus untuk
penulis, yang tidak akan pernah terbalas oleh apapun. Kedua
adikku Nur Indah Fathma dan Nur Rachmad Fauzi atas doa dan
dukungannya, serta keluarga besar yang turut memberikan
dorongan semangat.
10. Muhammad Ananda Putra, terimakasih atas waktu, perhatian,
dukungan mental, dan bantuan yang selalu diusahakan untuk
penulis.
11. Sahabatku-sahabatku terkasih, Nisa, Tiyas, Astrid, Zulfa, Vida, Iin,
Dini, Vida, Putu, dan Zasa yang selalu bersedia menjadi tempat
bagi penulis untuk berkeluh kesah dan atas dukungan semangatnya
selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi.
12. Teman seperjuangan skripsi yang hebat, Ratih dan Debora,
terimakasih karena selalu mengingatkan penulis untuk tetap
semangat dan tidak menyerah.
13. Teman-teman farmasi angkatan 2011 khususnya kelas B of Fanatik
(BofF) yang selalu mendukung dan menjadi inspirasi bagi penulis
untuk tetap bertahan dan terus maju hingga terselesaikannya skripsi
ini.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.
vi
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini, untuk itu segala bentuk kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan agar penulis dapat lebih baik di masa
mendatang. Akhirnya, skripsi ini penulis persembahkan untuk
almamater tercinta Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian.
Penulis
vii
RINGKASAN
viii
Problema obat terkait efek samping yang potensial terjadi pada
pemberian amitriptilin dan maprotilin adalah efek antikolinergik,
hipotensi ortostatik, sedasi, takikardi, tremor dan sakit kepala. Efek
samping potensial terkait pemberian fluoksetin dan sertralin adalah
insomnia, withdrawal, mulut kering, mual, muntah, gangguan
pencernaan, disfungsi seksual, pusing dan gelisah. Efek samping aktual
yang ditemukan dalam penelitian ini adalah mulut kering akibat
pemberian amitriptilin, depresi rebound akibat penurunan dosis
fluoksetin, serta mual, kembung, dan sakit kepala akibat pemberian
fluoksetin. Interaksi yang potensial terjadi adalah interaksi antara
sertralin dengan antipsikotik klozapin yang dapat meningkatkan
konsentrasi plasma dari klozapin, sehingga pemberian kombinasi kedua
obat ini harus diperhatikan dan dimonitor efek samping, serta dilakukan
penurunan dosis klozapin apabila diperlukan.
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
Halaman
xi
2.1.3.3 Faktor Psikososial …………………..… 11
2.1.4 Patofisiologi ………………………………… 12
2.1.5 Tanda dan Gejala Klinis ….…………………… 13
2.1.6 Kriteria Depresi …………………………....… 15
2.2 PenatalaksanaanTerapi ……......……………………. 17
2.2.1 Terapi Non Farmakologi ………..……………. 17
2.2.1.1 Psikoterapi ……………..……….…… 17
2.2.2 Farmakologi ………………………………….. 18
2.2.2.1 Tricyclic & Tetracyclic Antidepressant
(TCA) ................................................................. 21
2.2.2.1.1 Imipramin ……………………… 24
2.2.2.1.2 Klomipramin …………………. 25
2.2.2.1.3 Amitriptilin …………………….. 26
2.2.2.1.4 Doksepin …………………….. 27
2.2.2.1.5 Trimipramin …………………… 27
2.2.2.2 Selective Serotonine Reuptake Inhibitor
(SSRI) ……..………………………………… 27
2.2.2.2.1 Fluoksetin ……………………… 35
2.2.2.2.2 Sertralin ……………………… 35
2.2.2.2.3 Paroksetin ……………………… 36
2.2.2.2.4 Fluvoksamin …………………… 36
2.2.2.2.5 Citalopram …………………… 37
2.2.2.2.6 Escitalopram …………………… 37
2.2.2.3 Serotonine Norepinephrine Reuptake
Inhibitor (SNRI)…………………………......… 38
2.2.2.3.1 Duloksetin …………………....... 39
2.2.2.3.2 Venlafaksin …………………… 39
xii
2.2.2.4 Bupropion ……….…………………... 40
2.2.2.5Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI)... 41
2.3 Problema Obat …...……………………….........…...… 43
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA
OPERASIONAL………………………………….... 45
BAB IV METODE PENELITIAN 40
4.1 Jenis penelitian ……………………………………… 50
4.2 Tempat dan waktu penelitian ……………………… 50
4.3 Populasi dan sampel penelitian ………….………..... 50
4.3.1 Populasi ……………………………………… 50
4.3.2 Sampel ………………………………………… 50
4.4 Kriteria Inklusi ……………………………………… 51
4.5 Kriteria Eksklusi ……………………………………… 51
4.6 Definisi Operasional ………….…………...………… 51
4.7 Ethical Clearance ……………………………...…… 52
4.8 Cara Pengumpulan Data …………………………...… 52
4.9 Pengolahan & Analisis Data ………………………… 52
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Demografi Pasien ..……………..………………...…… 54
5.1.1 Jenis Kelamin Pasien Depresi ……………… 54
5.1.2 Sebaran Usia Pasien Depresi ……………….... 54
5.1.3 Status Pernikahan Pasien Depresi ………….... 56
5.1.4 Riwayat Pendidikan Pasien Depresi ………... 56
5.1.5 Kategori Pasien ……………………………..... 56
5.2 Riwayat Depresi pada Keluarga Pasien Depresi …..... 58
5.3 Macam Penyakit Penyerta pada Pasien Depresi ...……. 58
5.4 Gejala/Keluhan Pasien Depresi …………………........ 59
xiii
5.5 Klasifikasi Depresi …………………………………..... 60
5.6 Fase Terapi pada Pasien Depresi …………………..... 62
5.7 Terapi Obat pada Pasien Depresi ………………….... 62
5.7.1 Terapi Obat Antidepresan …………………… 62
5.7.2 Terapi Obat Lain ……………………………… 64
5.7.3 Terapi Obat Dikaitkan dengan Kondisi Pasien... 67
5.7.4 Perubahan Terapi Obat Dikaitkan dengan
Gejala Klinis Pasien..………………………............... 73
5.8 Problema Terkait Obat pada Pasien Depresi ………… 74
5.8.1 Efek Samping Potensial ………………………. 75
5.8.2 Efek Samping Aktual ………………………. 76
5.8.3 Interaksi Obat ……………………………… 76
5.9 Outome Terapi pada Pasien Depresi ………………… 78
BAB VI PEMBAHASAN …………………………………......... 79
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………..... 95
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….... 97
LAMPIRAN …………………………………………………...... 105
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram skematik hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) ........... 10
2.2 Hipotesis monoamin dari depresi ............................................... 14
2.3 Fase pengobatan depresi............................................................... 18
2.4 Skema algoritma terapi depresi mayor......................................... 20
2.5 Efek samping TCA....................................................................... 22
2.6 Mekanisme kerja SSRI................................................................. 28
2.7 Mekanisme kerja SNRI................................................................ 38
3.1 Kerangka konseptual ................................................................... 48
3.2 Kerangka operasional .................................................................. 49
5.1 Sebaran Jenis Kelamin Pasien Depresi yang menjalani Rawat
Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode Juni 2014 –
Maret 2015................................................................................... 55
5.2 Status Pernikahan Pasien Depresi yang menjalani Rawat Jalan
di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode Juni 2014 – Maret
2015.............................................................................................. 56
5.3 Riwayat Pendidikan Pasien Depresi yang menjalani Rawat
Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode Juni 2014 –
Maret 2015.................................................................................... 57
5.4 Sebaran Kategori Pasien Depresi yang menjalani Rawat Jalan
di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode Juni 2014 – Maret
2015.............................................................................................. 57
5.5 Sebaran Riwayat Depresi pada Keluarga Pasien Depresi yang
menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode
Juni 2014 – Maret 2015................................................................ 58
5.6 Penyakit Penyerta (Komorbid) Pasien Depresi yang menjalani
xv
Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode Juni 2014
– Maret 2015 ................................................................................ 59
5.7 Fase Terapi pada Pasien Depresi yang Menjalani Rawat Jalan
di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo periode Juni 2014 – Maret
2015.............................................................................................. 62
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Parameter Farmakokinetik dan Informasi Klinis Antidepresan
Trisiklik dan Tetrasiklik............................................................. 23
II.2 Enzim utama sitokrom P450 (CYP) yang bertanggung jawab
memetabolisme obat-obat TCA................................................. 25
II.3 Profil Farmakokinetik SSRI...................................................... 31
II.4 Enzim utama sitokrom P450 (CYP) yang bertanggung jawab
memetabolisme obat-obat SSRI................................................ 33
II.5 Enzim utama sitokrom P450 (CYP) yang bertanggung jawab
memetabolisme obat-obat SNRI................................................ 40
II.6 Efek Samping utama antidepresan........................................ 43
V.1 Sebaran Usia Pasien Depresi yang menjalani Rawat Jalan di
Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode Juni 2014 – Maret
2015........................................................................................... 55
V.2 Gejala/Keluhan yang Dialami oleh Pasien Depresi yang
Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015............................................... 60
V.3 Klasifikasi Depresi yang Diderita oleh Pasien Depresi yang
Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015................................................ 61
V.4 Terapi Obat Antidepresan yang Diterima oleh Pasien Depresi
yang Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015................................................ 63
V.5 Terapi Obat Lain yang Diterima Pasien Depresi yang
Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015............................................... 65
xvii
V.6 Terapi Obat Tunggal/Kombinasi Dikaitkan dengan Jenis
Depresi....................................................................................... 67
V.7 Terapi Obat Tunggal/Kombinasi Dikaitkan dengan Data
Klinik Pasien.............................................................................. 70
V.8 Perubahan Terapi Obat Dikaitkan dengan Gejala Klinis
Pasien......................................................................................... 73
V.9 Efek Samping Potensial ............................................................ 75
V.10 Efek Samping Aktual ............................................................... 76
V.11 Interaksi Obat ........................................................................... 76
V.12 Outcome Terapi ........................................................................ 78
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Lembar Kelaikan Etik .................................................................... 105
2 Tabel Induk .................................................................................... 106
xix
DAFTAR SINGKATAN
5-HT : 5-hydroxytryptamine
BB : Berat Badan
CYP : Cytochrome
DA : Dopamine
GI : Gastrointestinal
HR : Heart Rate
xx
ICD : International Classification of Disease
IM : Intramuskular
M/A : Mood/Afek
NE : Norepinephrine (Norepinefrin)
PB : Proses Berpikir
TD : Tekanan Darah
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
peningkatan tekanan darah dan heart rate seperti pada venlafaksin, serta
aktivasi CNS seperti insomnia, kecemasan dan agitasi seperti pada
duloksetin yang dapat menyebabkan somnolen dan berkeringat,
sehingga penggunaannya harus diatur dengan baik (Katzung, 2009;
Attard, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka diperlukan
sebuah studi untuk mengetahui pola penggunaan obat antidepresan pada
pasien depresi di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang meliputi
jenis obat yang diberikan, dosis, frekuensi, lama penggunaan, interaksi
dan efek samping serta kajian terapinya dikaitkan dengan data rekam
medik pasien. Studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
peningkatan pengelolaan obat di rumah sakit dan dapat digunakan oleh
praktisi kesehatan sebagai bahan evaluasi terapi dan pengawasan
penggunaan obat pada kasus depresi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pola penggunaan antidepresan pada kasus depresi
di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengkaji pola penggunaan antidepresan pada kasus depresi di
Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
(1) Mengkaji jenis, dosis, dan frekuensi antidepresan pada
kasus depresi dikaitkan dengan data klinik pasien.
(2) Mengidentifikasi adanya problema obat yang mungkin
terjadi.
7
1.4 Manfaat
(1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai profil penggunaan antidepresan pada kasus
depresi sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam
peningkatan pengelolaan obat di rumah sakit.
(2) Data yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan oleh
praktisi kesehatan sebagai bahan evaluasi terapi dan
pengawasan penggunaan obat pada kasus depresi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
2.1.4 Patofisiologi
Penyebab depresi dikaitkan dengan penurunan tingkat
neurotransmitter otak NE, 5-HT, dan DA. Hipotesis biogenik amina
berkembang sebagai hasil dari beberapa pengamatan yang dilakukan
padai awal dekade 1950 (Teter et al., 2008). Nama teknis untuk
serotonin adalah 5-hydroxytryptamine (5HT) dan kira-kira enam sirkuit
utama serotonin tersebar dari otak tengah dan mengelilingi berbagai
bagiannya. Serotonin diyakini mempengaruhi banyak perilaku manusia,
terutama cara memproses informasi. Serotonin memperantarai mood,
sedasi, nafsu makan, konsentrasi, memori, dan motivasi.. Aktivitas
serotonin yang rendah berhubungan dengan kurangnya hambatan dan
ketidakstabilan, impulsivitas, serta kecenderungan untuk bereaksi secara
berlebihan terhadap berbagai situasi. Aktivitas serotonin yang rendah
berhubungan dengan agresi, bunuh diri, keinginan impulsif untuk makan
secara berlebihan, dan perilaku seksual yang eksesif. Tetapi, perilaku-
perilaku ini tidak selalu timbul ketika aktivitas serotonin rendah. Arus-
arus lain dalam otak, atau pengaruh-pengaruh psikologis atau sosial,
dapat mengompensasi aktivitas serotonin yang rendah. Dengan
demikian, aktivitas serotonin yang rendah dapat membuat kita lebih
rentan terhadap perilaku problematik tertentu tanpa menjadi penyebab
timbulnya perilaku itu secara langsung.
Norepinefrin atau yang juga dikenal dengan nama noradrenalin
merupakan bagian dari sistem endokrin. Norepinefrin menstimulasi
paling tidak dua kelompok (dan mungkin lebih) reseptor yang disebut
alfa-adrenergik dan beta-adrenergik. Neurotransmiter norepinefrin
memperantarai konsentrasi, perhatian, dan energy.
Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin biogenik
yang paling sering dikaitkan dengan patofisiologi depresi, dopamin juga
13
2.2.2.1.1 Imipramin
Spesifik enzim
1A2 2C19 2C9 2D6 3A4
Substrat
Amitriptilin ++ ++ ++ ++++ +++
Klmipramin ++++ ++++ ++++ ++++
Desipramin ++++
Doksepin ++++ ++++ ++++ +++
Imipramin ++++
Nortriptilin ++++
Amoksapin ++++
Maprotilin ++++
Keterangan
++++ : Kapasitas utama (major capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
+++ : Kapasitas sedang (moderate capacity) untuk metabolisme
obat tertentu
++ : Kapasitas kecil (minor capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
2.2.2.1.2 Klomipramin
Klomipramin telah digunakan secara efektif sebagai
manajemen terapi depresi. Dosis yang diberikan untuk pasien depresi
adalah 100 – 250 mg sehari. Obat ini diabsorbsi dengan baik pada
pemberian oral dalam saluran cerna, dan terdistribusi secara luas dalam
tubuh. Konsentrasi plasma puncak biasanya dicapai dalam 2 – 6 jam
(rata-rata 4,7 jam). Klomipramin biasanya diberikan secara oral bersama
dengan makanan untuk mengurangi efek sampingnya pada GI/ saluran
cerna. Dosis harian biasanya diberikan sekali dalam sehara menjelang
tidur karena efek sedasinya. Bioavailabilitas secara oral sekitar 50 %
26
2.2.2.1.4 Doksepin
Pada pasien dengan depresi ringan sampai sedang, doksepin
diberikan dengan dosis awal 75 mg sehari, dosis pemeliharaan 75 – 150
mg sehari. Untuk pasien dengan depresi yang lebih berat, dosis yang
lebih tinggi mungkin diperlukan. Dosis dapat ditingkatkan secara
bertahap hingga ≤ 300 mg sehari bila perlu. Dosis > 300 mg dalam
sehari tidak memberikan efek terapi tambahan.
Doksepin diabsorbsi secara cepat dalam saluran cerna dengan
bioavailabilitas sekitar 30 %. Konsntrasi plasma puncak biasanya
dicapai dalam 2 jam setelah pemberian secara oral. Efek farmakologis
sebagai antidepresan dapat dicapai dalam 2 – 3minggu. Doksepin
dimetabolisme secara luas di hati oleh berbagai isoenzim CYP (Tabel
II.2), dan diekskresi terutama melalui urin (McEvoy, 2011).
2.2.2.1.5 Trimipramin
Trimipramin diberikan secara oral dalam 4 dosis terbagi atau
dalam dosis tunggal sehari (bila dosis ≤ 200 mg) dan diberikan
menjelang tidur untuk menghindari efek sedasinya pada siang hari.
Trimipramin diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna pada
pemberian secara oral dan terdistribusi secara luas dalam tubuh.
Konsentrasi plasma puncak biasanya dicapai dalam 2 – 6 jam. Efek
maksimumnya sebagai antidepresan akan terlihat setelah lebih dari 2
minggu penggunaan trimipramin. Trimipramin dimetabolisme secara
luas di hati oleh berbagai isoenzim CYP (Tabel II.2), dan diekskresi
terutama melalui urin (McEvoy, 2011).
2.2.2.2 Selective Serotonine Reuptake Inhibitor (SSRI)
Selective serotonine reuptake inhibitor adalah agen lini pertama
untuk terapi depresi, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan panik,
serta banyak gangguan lain. Saat ini tersedia enam obat SSRI yaitu : (1)
28
t t untuk Ikatan
mencapai t½ t½ mencapai protein
Obat
C maks (jam) metabolit steady plasma
(jam) state (hari) (%)
Citalopram 4 35 3 jam 7 80
(Celexa)
Escitalopram 5 27-32 - 7 56
(Lexapro)
t untuk
t Ikatan
mencapa
mencapai t½ t½ protein
Obat i steady
C maks (jam) metabolit plasma
state
(jam) (%)
(hari)
Fluvoksamin 3-8 15 - 5-7 80
(Luvox)
FuvoksaminCR
Paroksetin 21
mesylate(Paxeva) -
Tabel II.4 Enzim utama sitokrom P450 (CYP) yang bertanggung jawab
memetabolisme obat-obat SSRI (Sumber: Shiloh et al., 2006)
Spesifik
enzim 1A2 2C19 2C9 2D6 3A4
Substrat
Citalopram ++++ ++++ ++++
Escitalopram ++++ ++++ ++++
Fluoksetin ++++ ++++ +++
Fluvoksamin ++++ ++ ++
Paroksetin ++++ +++
Sertralin ++ ++++
Keterangan
++++ : Kapasitas utama (major capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
+++ : Kapasitas sedang (moderate capacity) untuk metabolisme
obat tertentu
++ : Kapasitas kecil (minor capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
CYP, tetapi interaksi yang secara klinis relevan jarang terjadi (Sadock et
al., 2004).
2.2.2.2.1 Fluoksetin
Fluoksetin telah digunakan sebagai manajemen terapi depresi
secara oral, biasanya diberikan dalam dosis tunggal pada pagi hari, atau
diberikan 2 kali dalam sehari pada pagi dan siang hari tanpa
memperhatikan makanan. Bila efek sedasi muncul setelah pemerian
fluoxetine, dosis selanjutnya dapat diberikan menjelang tidur. Dosis
awal fluoksetin biasanya diberikan 20 mg ekali dalam sehari, dapat pula
diawali dengan dosis yang lebih rendah yaitu 5 mg sehari atau 20 mg
setiap 2-3 hari. Bila tidak menunjukkan perkembangan setalah terapi
dengan 20 mg sehari, dosis dapat ditingkatkan. Dosis yang biasanya
diperlukan adalah 10 – 80 mg sehari. Efek farmakologis sebagai
antidepresan akan muncul setelah 1 – 4 minggu penggunaan fluoksetin.
Makanan tidak mempengaruhi bioavailabilitas sistemik, walaupun
mungkin dapat menunda absorbsi selama 1 – 2 jam. Fluoksetin dapat
menembus sawar darah otak pada manusia dan dapat menembus
plasenta pada hewan. Fluoksetin dimetabolisme secara luas di hati
(McEvoy, 2011).
2.2.2.2.2 Sertralin
Sertralin diberikan secara oral, sekali dalam sehari pada pagi
atau siang hari. Dosis awal sertalin dimulai dengan 50 – 100 mg sehari,
Durasi optimal pemberian sertralin tidak diketahui, mungkin dibutuhkan
beberapa bulan atau lebih hingga tercapai efek terapi sebagai
antidepresan. Bioavailabilitas oral pada manusia belum dapat dijelaskan
hingga saat ini, namun rentangnya sekitar 22 – 36%. Adanya makanan
dapat meningkatkan absorbsi dari sertralin. Obat ini dapat menembus
sawar darah otak dan terdistribusi kedalam ASI. Sertralin dimetabolisme
36
secara luas di hati menjadi oleh berbagai isoenzim CYP (Tabel II.4).
Umumnya obat ini diekskresi melalui urin danfeses melalui eliminasi
empedu (McEvoy, 2011).
2.2.2.2.3 Paroksetin
Penggunaan paroksetin untuk terapi depresi biasanya dimulai
pada dosis 10 atau 20 mg per hari. Peningkatan dosis harus
dipertimbangkan jika respon yang adekuat tidak terlihat dalam 1 hingga
3 minggu. Paroksetin adalah obat golongan SSRI yang paling besar
kemungkinannya menimbulkan sindrom putus obat karena konsentrasi
plasma segera jatuh saat tidak adanya dosis yang terus menerus. Untuk
membatasi timbulnya gejala putus obat, penggunaan paroksetin harus
diturunkan secara bertahap 10 mg per hari setiap minggu hingga dosis
harian sebesar 10 mg; pada titik ini penggunaannya dapat dihentikan
baik secara langsung ataupun setelah penurunan lagi sebesar 5 mg per
hari. Obat ini tidak dapat diberikan pada pasien anak karena dapat
mengakibatkan agitasi dan pikiran bunuh diri.
2.2.2.2.4 Fluvoksamin
Fluvoksamin diberikan dengan dosis awal 50 mg dalam sehari,
diberikan dalam dosis tunggal sebelum tidur pada miggu pertama
kemudian dosis dapat disesuaikan menurut efek dan respon klinis yang
diberikan. Kisaran dosis harian yang efektif adalah 50 – 300 mg sehari.
Dosis diatas 100 mg sehari dapat diberikan dalam dosis terbagi, dua kali
dalam sehari. Tablet fluvoksamin harus diberikan bersama dengan
makanan tanpa mengunyah tablet tersebut. Fluvoksamin relatif dapat
menimbulkan sindrom putus obat bila penggunaannya dihentikan secara
tiba-tiba (Kaplan 2004; Kaplan 2009).
37
2.2.2.2.5 Citalopram
Citalopram diberikan dengan dosis awal 20 mg sehari untuk
miggu pertama, setelahnya dapat ditingkatkan menjadi 40 mg per hari.
Untuk pasien lansia atau pasien dengan gangguan hati, dosis yang
dianjurkan adalah sebesar 20 mg per hari, dan peningkatan dosis hingga
mencapai 40 mg per hari dilakukan hanya jika pasien tidak memberikan
respon pada dosis 20 mg per hari. Citalopram diberikan sekali dalam
sehari pada pagi atau sore hari (McEvoy, 2011; Kaplan 2009).
2.2.2.2.6 Escitalopram
Escitalopram adalah antidepresan SSRI terbaru yang disetujui
oleh FDA untuk terapi gangguan depresif berat. Escitalopram juga
memiliki spektrum luas efek ansiolitik, yang ditunjukkan oleh
efektifitasnya dalam percobaan klinis untuk gangguan panik, gangguan
ansietas menyeluruh, gangguan ansietas sosial, dan untuk memulihkan
gejala ansietas yang disebabkan oleh depresi. Escitalopram diberikan
sekeli dalam sehari pada pagi dan malam hari, tanpa memperhatikan
makanan. Dosis terepeutik escitalopram adalah 10 mg/hari dan dapat
ditingkatkan hingga 20 mg/hari jika respon tidak terlihat dalam 2
minggu. Tidak ada keuntungan tamahan yang ditunjukkan obat ini pada
dosis yang lebih tinggi.
Escitalopram diabsorbsi dengan baik melalui pemberian secara
oral. Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 5 jam, dan efek
farmakologis obat ini sebagai antidepresan dapat terlihat setelah 1 – 4
minggu pemberian. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorbsi dari
escitalopram. Obat ini dapat menembus plasenta dan terdistribusi
kedalam ASI. Escitalopram dimetabolisme secara luas di hati menjadi
metabolit yang kurang aktif oleh beberapa sistem enzim, termasuk
38
2.2.2.3.1 Duloksetin
Duloksetin digunakan sebagai terapi fase akut dan fase
pemeliharaan pada gangguan depresi mayor dan biasanya diberikan
secara oral. Untuk terapi fase akut dosis awal yang diberikan adalah 40-
60 mg dalam dosis tunggal atau dibagi menjadi 2 kali pemberian dalam
sehari. Pada beberapa pasien, dosis awal terapi dapat diberikan sebesar
30 mg sekali dama sehari, selama 1 minggu dan diikuti dengan
peningkatan dosis hingga 60 mg sehari. Untuk terapi fase pemeliharaan,
biasanya diberikan duloksetin 60 mg sekali dalam sehari.
Duloksetin diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna, dengan
konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 6 jam. Adanya makanan akan
menurunkan absorbsi obat ini sebesar 10%. Obat ini dimetabolisme di
hati melalui enzim CYP2D6 dan CYP1A2 (Tabel II.5), dan dieksresikan
terutama melali urin sebagai metabolitnya sebesar 70 % dan unchanged
drug sebesar < 1 %, serta melalui feses sebanyak 20 % (McEvoy, 2011)
2.2.2.3.2 Venlafaksin
Venlafaksin tablet diberikan dengan dosis maksimum 375 mg
sehari (biasanya dalam 3 dosis terbagi) dan 25 mg sehari untuk kapsul
extended release. Obat ini diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna,
dan mencapai konsentrasi plasma puncak dalam 5,5 – 9 jam.
Venlafaksin merupakan inhibitor ambilan kembali serotonin dan
norepinefrin yang poten serta inhibitor ambilan kembali dopamin yang
lemah. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorbsi maupun
bioavailabilitas dari venlafaksin. Obat ini dimetabolisme di hati
utamanya melalui enzim CYP2D6 (Tabel II.5) menjadi metabolit
aktifnya (McEvoy, 2011; Sadock et al., 2009).
40
Tabel II.5 Enzim utama sitokrom P450 (CYP) yang bertanggung jawab
memetabolisme obat-obat SNRI (Sumber: Shiloh et al., 2006)
Spesifik enzim
1A2 2D6 2E1 3A4
Substrat
Keterangan
++++ : Kapasitas utama (major capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
+ : Dapat diabaikan (neglible capacity)
2.2.2.4 Bupropion
Bupropion adalah agen lini pertama untuk terapi depresi dan
penghentian merokok. Agen ini umumnya lebih efektif melawan gejala
depresi daripada gejala ansietas, dan cukup efektif dalam kombinasi
dengan SSRI. Bupropion telah menjadi salah satu antidepresan yang
sering diresepkan di Amerika Serikat. Dan bupropion sering digunakan
sebagai alternatif untuk antidepresan golongan SSRI SNRI.
Farmakodinamik dari bupropion masih dalam perdebatan.
Meskipun sering digambarkan sebagai agonis noradrenergik atau
dopamin reuptake inhibitor, namun dalam percobaan in vivo pada
manusia, efek bupropion pada dopamin muncul lebih sederhana.
Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bupropion dikaitkan
dengan peningkatan konsentrasi dopamin pada nucleus accumbens dan
bupropion lebih poten menghambat reuptake dopamin daripada trisiklik.
Namun, penelitian pada manusia belum konsisten menunjukkan efeknya
pada dopamin. Mekanisme kerja efek antidepresan bupropion masih
41
Meningkatkan Berat
Induksi Kejang
Antikolinergik
Resiko pada
Kehamilan
Antidepresan
Tremor
Agitasi
Sedasi
Badan
dosis
Amitriptilin ++++ + ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
Klomipramin ++++ ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++ +++
Desipramin ++ + ++ ++ +++ ++ +++
Doksepin +++ ++++ ++ +++ ++ ++ +++
Imipramin +++ + +++ +++ ++++ +++ ++++ ++++
Nortriptilin ++ ++ ++ ++++ +++ ++ ++++
Amoksapin ++ ++ ++ ++++ +++ +++
Maprotilin +++ ++ ++++ +++ +++ ++++ ++
Keterangan
++++ : Kapasitas utama (major capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
+++ : Kapasitas sedang (moderate capacity) untuk metabolisme
obat tertentu
++ : Kapasitas kecil (minor capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
+ : Dapat diabaikan (neglible capacity)
∆ : Dapat menurunkan berat badan
44
Meningkatkan Berat
Induksi Kejang
Antikolinergik
Resiko pada
Kehamilan
Antidepresan
Tremor
Agitasi
Sedasi
Badan
dosis
Citalopram + + + + +++
Escitalopram + + + + +++
Fluoksetin + ++ + ∆ +++
Fluvoksamin + + + + +++
Paroksetin ++ + + ++ +++
Sertralin ++ + + + +++
Duloksetin ++ + +
Venlafaksin + + + +++
Bupropion + + +++ +++ ∆ ++
Keterangan
++++ : Kapasitas utama (major capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
+++ : Kapasitas sedang (moderate capacity) untuk metabolisme
obat tertentu
++ : Kapasitas kecil (minor capacity) untuk metabolisme obat
tertentu
+ : Dapat diabaikan (neglible capacity)
∆ : Dapat menurunkan berat badan
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA OPERASIONAL
45
46
Terapi Obat :
Data Penderita :
Inisial Pasien, Nomor DMK, Alamat, Jenis Jenis obat yang diberikan
kelamin, Usia, Status, Cara Pembayaran Dosis
Diagnosa utama Frekuensi penggunaan
Penyakit penyerta / komplikasi
Data klinik meliputi :
Keluhan - Persepsi
- Berat Badan - Kemauan
- Kontak - Psikomotor
- WTO - GAF
- M/A - PB
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat obat
Keterangan
Rekapitulasi data
BAB IV
METODE PENELITIAN
54
55
emosional. Sebaran usia pasien pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel V.1
Laki-laki
20%
Perempuan
80%
Tabel V.1 Sebaran Usia Pasien Depresi yang menjalani Rawat Jalan di
Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo Periode Juni 2014 – Maret
2015
Riwayat Pendidikan
30
25
25
20
Prosentase (%)
15
9
10 7
5 5
5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0
Komorbid
Gambar 5.6 Penyakit Penyerta (Komorbid) Pasien Depresi yang
menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015
a
Pasien dapat mengalami lebih dari 1 macam keluhan
b
Prosentase dihitung berdasarkan jumlah pasien yaitu 44 pasien
Tabel V.3 Klasifikasi Depresi yang Diderita oleh Pasien Depresi yang
Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015
61
Klasifikasi Depresi
Kodifikasi Prosentase
Pada Awal Gejalaa
ICD-10 (%)b
Pengamatan
Episode depresi (F32.0) Sekurang-kurangnya 20
ringan ada 2 dari 3 gejala
utama
+
sekurang-kurangnya 2
dari gejala lainnya
Episode depresi (F32.1) Sekurang-kurangnya 61
sedang ada 2 dari 3 gejala
utama
+
sekurang-kurangnya 3
(sebaiknya 4) dari
gejala lainnya
Episode depresi (F32.2) Semua gejala utama 4
berat tanpa gejala +
psikotik Sekurang-kurangnya
4 dari gejala lainnya
Episode depresi (F32.3) Gejala pada F32.2 13
berat dengan gejala +
psikotik Waham, halusinasi,
atau stupor depresif
Gangguan depresi (F33.2) Kriteria untuk F33 2
berulang episode harus dipenuhi, dan
kini berat tanpa episode sekarang
gejala psikotik harus memenuhi
kriteria F32.2
a
Pustaka – Maslim, 2013
b
Prosentase dihitung berdasarkan jumlah pasien
Gambar 5.7 Fase Terapi pada Pasien Depresi yang Menjalani Rawat
Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo periode Juni 2014 –
Maret 2015
Prosentasea,b
Jenis Obat
a
Prosentase dihitung berdasarkan jumlah pasien
b
Satu pasien dapat menerima lebih dari satu jenis antidepresan pada kunjungan
yang berbeda
TCA
Amitriptilin Tablet 25 mg 1x1 25-50 1
2x0,5 mg/haria 1
Maintanance :
50-100 mgb
Tablet 25 mg 1x1 Maksimal 150 1
Salut 2x1 mg/harib 2
3x1 1
TCA
Maprotilin Tablet 25 1x1 10-50 1
Tablet Salut 25 1x1 mg/haria 1
Maintananc
e:
75-150 mgb
SSRI
Fluoksetin Tablet 10 1x1 8
20 1x1 Maks 20 12
1x0,5 mg/haria 6
2x0,5 10-40 2
mg/haric
Kapsul 10 1x1 16
1x0,25 1
20 1x1 13
Tabel V.5 Terapi Obat Lain yang Diterima Pasien Depresi yang
Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015
Tabel V.5 Terapi Obat Lain yang Diterima Pasien Depresi yang
Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015 (lanjutan)
0,25 1x1 1
Tablet 2 x 0,5 2
Salut 2x1 2
1 x 0,5 1
Tabel V.5 Terapi Obat Lain yang Diterima Pasien Depresi yang
Menjalani Rawat Jalan di Poli Jiwa RSUD Dr. Soetomo
Periode Juni 2014 – Maret 2015 (lanjutan)
* Data klinik pasien merupakan data klinik yang tercantum pada DMK
** Jumlah pasien merupakan banyaknya pasien yang mendapatkan obat tersebut. Pasien dapat menerima lebih dari 1
macam obat (tunggal/kombinasi) pada kunjungan yang berbeda
*** Pustaka – a. Maslim, 2014; Shiloh et al., 2006
70
Tabel V.7 Terapi Obat Tunggal/Kombinasi Dikaitkan dengan Data Klinik Pasien (lanjutan)
* Data klinik pasien merupakan data klinik yang tercantum pada DMK
** Jumlah pasien merupakan banyaknya pasien yang mendapatkan obat tersebut. Pasien dapat menerima lebih dari 1
macam obat (tunggal/kombinasi) pada kunjungan yang berbeda
*** Pustaka – a. Maslim, 2014; Shiloh et al., 2006
71
Tabel V.7 Terapi Obat Tunggal/Kombinasi Dikaitkan dengan Data Klinik Pasien (lanjutan)
* Data klinik pasien merupakan data klinik yang tercantum pada DMK
** Jumlah pasien merupakan banyaknya pasien yang mendapatkan obat tersebut. Pasien dapat menerima lebih dari 1
macam obat (tunggal/kombinasi) pada kunjungan yang berbeda
*** Pustaka – a. Maslim, 2014; Shiloh et al., 2006
72
Tabel V.7 Terapi Obat Tunggal/Kombinasi Dikaitkan dengan Data Klinik Pasien (lanjutan)
* Data klinik pasien merupakan data klinik yang tercantum pada DMK
** Jumlah pasien merupakan banyaknya pasien yang mendapatkan obat tersebut. Pasien dapat menerima lebih dari 1
macam obat (tunggal/kombinasi) pada kunjungan yang berbeda
*** Pustaka – a. Maslim, 2014; Shiloh et al., 2006
73
74
Jumlah Kebermaknaan
Obat Interaksi* Saran Penyelesaian*
Pasien** Interaksi*
Fluoksetin ↑ Gunakan dengan 1 (2%) sedang
+ Konsentrasi perhatian, monitor efek
Diazepam plasma diazepam.
diazepama,b
Diazepam diberikan
dalam dosis terbagi. Bila
perlu dilakukan
penurunan dosisa,b
1 (2%)
Fluoksetin ↑ Gunakan dengan sedang
+ Konsentrasi perhatian, monitor efek
Alprazolam plasma alprazolam.
alprazolam
Alprazolam diberikan
sehingga
dalam dosis terbagi. Bila
efeknya
perlu dilakukan
meningkata,b
penurunan dosisa,b
Menyebabkan
EPSa
Fluoksetin ↑ Konsentrasi Gunakan dengan 5 (11%) sedang
+ plasma perhatian, monitor
Risperidon risperidona,b efek risperidon, dan
dilakukan
Menyebabkan
penyesuaian dosis.
EPSc
1 (2%)
Fluoksetin ↑ Konsentrasi Gunakan dengan sedang
+ Klozapin plasma perhatian, monitor
klozapina,b efek klozapin
Dilakukan
penurunan dosis
klozapin bila
dicurigai timbul
interaksib
1 (2%)
Sertrallin + ↑ Konsentrasi Gunakan dengan tinggi
Klozapin plasma perhatian, monitor
klozapina,b efek samping, dan
dilakukan
penurunan dosis
klozapin bila
diperlukanb,d
79
80
depresi umumnya berada pada rentang usia 35-44 tahun (Gonzales et al.,
2010). Pada rentang usia 35-44 tahun manusia cenderung memiliki
beban hidup terkait masalah ekonomi, pekerjaan, dan masalah rumah
tangga yang dapat memicu terjadinya depresi. Pada Gambar 5.2 dapat
dilihat distribusi status pernikahan pasien depresi yang menggambarkan
bahwa pasien yang berstatus menikah (71%) lebih banyak mengalami
depresi dibandingkan pasien yang berstatus belum menikah (27%), hal
ini dapat disebabkan karena pernikahan merupakan salah satu faktor
psikososial yang dapat mengakibatkan terjadinya depresi. Orang yang
telah menikah memiliki tanggungan hidup yang lebih besar, misalnya
tuntutan untuk menafkahi keluarga, kebutuhan akan tempat tinggal,
masalah dengan pasangan dan juga masalah anak (Trilistya, 2006). Dari
hasil penelitian didapatkan pasien dengan status menikah lebih banyak
mengalami depresi dibandingkan dengan pasien yang berstatus janda
(2%). Namun menurut studi epidemiologi yang dilakukan oleh
Topuzoglu et al (2015), pasien yang berstatus cerai memiliki prosentase
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang berstatus menikah
atau tidak menikah. Adanya perbedaan hasil tersebut disebabkan karena
perbedaan jumlah sampel yang digunakan. Dalam penelitian ini hanya
didapatkan sampel sebesar 44 pasien sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Topuzoglu et al (2015) digunakan sampel sebanyak 4011
pasien.
Pasien depresi tersebar dengan riwayat pendidikan yang
berbeda. Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 5.3 dapat
diketahui bahwa jumlah pasien yang memiliki riwayat pendidikan
terakhir diploma dan sarjana memiliki prosentase depresi yang rendah
81
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada periode 1 Juni 2014 – 31 Maret 2015 dengan
jumlah sampel 44 pasien, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. a) Terapi antidepresan yang digunakan di Poli Jiwa RSUD Dr.
Soetomo adalah amitriptilin (9%) dengan dosis 12,5-25 mg
(frekuensi 1-3 kali/hari), maprotilin (5%) dengan dosis 25 mg
(frekuensi 1 kali/hari), fluoksetin (82%) dengan dosis 10-20 mg
(frekuensi 1-2 kali/hari), dan sertralin (23%) dengan dosis 25-
50 mg (frekuensi 1-2 kali/hari).
b) Amitriptilin dan maprotilin diberikan kepada pasien depresi
dengan cemas, gangguan tidur, dan gangguan makan.
Fluoksetin dan sertralin diberikan kepada pasien depresi yang
masih ingin beraktifitas (bekerja). Kombinasi fluoksetin dan
sertralin dengan anticemas diberikan kepada pasien depresi
dengan gejala cemas. Kombinasi fluoksetin dan sertralin
dengan antipsikotik diberikan kepada pasien depresi dengan
gejala psikotik.
2. a) Efek samping aktual yang ditemukan dalam penelitian ini
meliputi mulut kering akibat pemberian amitriptilin, depresi
rebound akibat penurunan dosis fluoksetin, serta mual,
kembung, dan sakit kepala akibat pemberian fluoksetin.
b) Efek samping yang potensial terjadi pada pemberian amitriptilin
(9%) dan maprotilin (5%) adalah efek antikolinergik, hipotensi
ortostatik, sedasi, takikardi, tremor dan sakit kepala. Efek
95
96
Alldredge, Brian K., Corelli, Robin L., Ernst, Michael E., Guglielmo, B.
Joseph., Jacobson, Pamala A., Kradjan, Wayne A., Williams,
Bradley R. 2013. Koda Kimble & Young’s Applied
Therapeutics The Clinical Use of Drugs. 10th Ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins Inc.
Bailie, George R., Johnson,Curtis A., . Mason, Nancy., St. Peter, Wendy
L. 2004. Med Facts Pocket Guide of Drug Interactions. 2nd
Ed
97
98
Caspi, A., Hariri, A.R., Holmes, A., Uher, R., Moffitt, T.E. 2010.
Genetic Sensitivity to The Environment: The Case of The
Serotonine Transporter Geneand Its Implications for Studying
Complex Diseaseand Traits, American Journal of
Psychiatry, Vol 167, pp 509-527.
Caspi, A., Sugden, K., Moffitt, T.E., Taylor, A., Craig, I.W., Harrington,
H., McClay, J., Mill, J., Martin, J., Braithwaite, A., Poulton,
R., 2003. Influence of life stress on depression: moderation by
a polymorphism in the 5-HTT gene, Science Vol. 301, pp.
386–389.
Cipriani, A., Furukawa, T.A., Salanti, G., Geddes, J.R., Higgins, J.P.T.,
Churchill, R.,Watanabe, N., Nakagawa, A., Omori, I.M.,
McGuire, H., Tansella, M., Barbui, C., 2009. Comparative
efficacy and acceptability of 12 new-generation
antidepressants: a multiple-treatments meta-analysis. Lancet
Vol. 373, pp. 746–758.
Juruena, Mario F., 2013. Early-life stress and HPA axis trigger recurrent
adulthood depression, Epilepsy and Behavior, Vol. 38, pp.
148-159.
Kasch, K.L., Rottenberg, J., Anrow, B. A., & Gotlib, I. H., 2002.
Behavioral Activation and Inhibition System and The
Severity and Course of Depression, Journal of Abnormal
Psychology, Vol. 111, pp. 589-597.
100
Kessler, R.C., Berglund, P., Demler, O., Jin, R., Koretz, D., Merikangas,
K.R., Rush, A.J., Walters, E.E., Wang, P.S., National
Comorbidity Survey, R. 2003. The Epidemiology of Major
Depressive Disorder: Results From The National Comorbidity
Survey Replication (NCS-R), Journal of the American
Medical Association, Vol. 289, pp. 3095–3105.
Lobo-Escolar, A., Roy, J.F., Saz, P., De-la-Camara, C., Marcos, G.,
Lobo, A. 2008. Association Of Hypertension With
Depression in Community-Dwelling Elderly Persons: Result
fom ZARADEMP project, Psychoter. Psychosom, Vol 77, pp
323-325.
101
Lupien, S.J., McEwen, B.S., Gunnar, M.R., Heim, C., 2009. Effects of
Stress Throughout The Lifespan on The Brain, Behaviour and
Cognition, Nature Reviews. Neuroscience, Vol. 10, pp. 434–
445.
Montgomery, S.A., Baldwin, D.S., Blier, P., Fineberg, N.A., Kasper, S.,
Lader, M., Lam, R.W., Lépine, J.P., Möller, H.J., Nutt, D.J.,
Rouillon, F., Schatzberg, A.F., Thase, M.E., 2007. Which
antidepressants have demonstrated superior efficacy? A
review of the evidence, International Clinical
Psychopharmacology, Vol. 22, pp. 323–329.
Paul, I.A., Skolnick, P., 2003. Glutamate and Depression: Clinical and
Preclinical Studies, Ann.N.Y.Acad.Sci, Vol. 1003, 250–272.
Reus, Victor I., 2012. Psychiatric Disorders. In: Longo, Dan L., Kasper,
Dennis L., Jameson, J. Larry., Fauci, Anthony S., Hauser,
Stephen L., Loscalzo, Joseph (Eds). Harrison’s Principles of
Internal Medicine, 18th Ed, United States: The McGraw-Hill
Companies Inc.
Sadock, Benjamin J., Sadock, Virgina A., 2004. Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Diterjemahkan oleh Profitasari dan Nisa, Tiara
Mahatmi. Jakarta: EGC
Sadock, Benjamin J., Sadock, Virgina A., Ruiz, Pedro. Eds. 2010.
Kaplan & Sadock’s Concise Textbook of Clinical
Psychiatry, 9th Ed. New York: Lippincott Williams &
Wilkins Inc.
Shann, Frank. 2014. Drug Doses. Austalia: Intensive Care Unit Royal
Children’s Hospital
Teter, Cristian J., Kando, Judith C., Wells, Barbara G., Hayes, Peggy E.,
2008. Depressive Disorder. In: Dipiro, Joseph T., Talbert,
Robert L., Yee, Gary C., Matzke, Gary R., Wells, Barbara G.,
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116