4 Matkul PPSPP Nurinsani 026.01.01.2022

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Perencanaan dan Sistem Pengajaran PAI

Nama Dosen : Alifah Muthmainnah,S.Pd.,M.Pd

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK), MACAM-MACAM


KARAKTER DAN INDIKATORNYA, LITERASI, MACAM-MACAM
LITERASI, INDIKATOR LITERASI DAN IMPLEMENTASINYA,
INTEGRASI 4C DAN HOTS PADA KURIKULUM 2013

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Yang Diberikan Yakni Perencanaan
dan Sistem Pengajaran PAI

oleh:

Nurinsani 026.01.01.2022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH STAI YAPIS TAKALAR
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah guna memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah “Perencanaan

dan Sistem Pengajaran PAI”

Salawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang

telah membawa kita dari alam kebodohan, menuju alam yang penuh pendidikan

seperti sekarang ini.

Kami sadar bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena

masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang kami miliki. Karenanya

kami mengharapkan saran dan masukan serta kritikan dari teman-teman sekalian.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk kami serta

orang-orang yang membacanya.

Takalar, 02 Mei 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. PPK dan Implementasinya...................................................................3


B. Macam-macam Karakter dan Indikatornya.........................................5

C. Literasi dan Implementasinya..............................................................9

D. Macam-macam Literasi dan Indikatornya...........................................10

E. Integrasi 4C..........................................................................................13

F. HOTS dan Implementasinya...............................................................15

BAB III PENUTUP ............................................................................................20

A. Kesimpulan..........................................................................................20
B. Saran....................................................................................................21

DAFTAR PISTAKA............................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya membangun bangsa Indonesia yang berdaulat, berkarakter,

dan sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia, Presiden Joko Widodo-Jusuf

Kalla (Jokowi-JK) menetapkan visi: Jalan Perubahan untuk Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian. Untuk mewujudkan visi tersebut Jokowi-

JK menetapkan tujuh misi dan Nawacita yang semuanya terkait dengan

peningkatan mutu pendidikan menuju terbentuknya manusia Indonesia yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

adil, makmur, aman, damai, sentosa, sejahtera, dan madani.

Dalam konteks itu, pewujudan visi, misi, dan Nawacita Jokowi

menyiratkan mengenai arti pentingnya pendidikan yang dapat mendorong

ketersediaan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang kompeten, profesional,

sejahtera, dan bermartabat. SDM Indonesia yang berdaya saing tinggi, baik di

tingkat lokal, regional, maupun nasional. SDM Indonesia yang mampu

mendorong terwujudnya generasi muda Indonesia yang berkarakter, berbudi

pekerti luhur, dan siap mengawal pembangunan negara dan bangsa Indonesia di

masa mendatang. Hal ini menegaskan pentingnya peran guru dalam pembangunan

sumber daya manusia di Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan

Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pasal 4 menyebutkan bahwa: Satuan

1
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum

Tahun 2006 paling lama

2
2

sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020. Hal ini berarti bahwa seluruh sekolah

diharapkan mampu mengimplementasikan.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di

rumuskan beberapa rumusan masalah tentang Bimbingan Psikoedukatif

Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 , diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan PPK beserta implementasinya?

2. Sebutkan macam-macam karakter serta indikator apa saja didalam nya?

3. Apa yang dimaksud dengan literasi beserta implementasinya?

4. Sebutkan macam-macam literasi serta indikator apa saja yang ada didalam

nya?

5. Hal apa saja yang terdapat dalam integrasi 4C?

6. Apa yang dimaksud dengan HOTS beserta implementasinya?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah

mempelajari tentang Bimbingan Psikoedukatif Perencanaan Pelaksanaan

Pembelajaran Kurikulum 2013 serta pembahasan yang mencakup ruang lingkup

di dalamnya mengenai materi tersebut beserta implementasi maupun indikator

terhadap pendidikan yang menjadi penunjang untuk memenuhi kebutuhan mereka

terutama dalam hal pendidikan.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. PPK dan Implementasinya

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan amanat Nawa Cita yang

dirancang Presiden. Nawa Cita tersebut tertuang pada butir ke delapan yaitu

tentang mengadakan revolusi karakter. PPK juga menyangkut kepribadian atau

akhlak siswa. Bisa dipahami bagaimana Presiden memiliki perhatian dengan PPK

karena generasi sekarang adalah generasi emas yang 30 tahun mendatang akan

menjadi pemimpin. Jadi, dengan karakter yang kuat dan bagus, dapat dipastikan

kepemimpinan mendatang akan dipastikan hebat. Peraturan Presiden No. 87 tahun

2017 tentang PPK merupakan pembuka ruang untuk sinergi antara antara sekolah

dan komunitas yang bergerak dalam pengembangan nilai-nilai luhur.

Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa guru merupakan salah satu

pembentuk karakter peserta didk di sekolah. Banyak cara yang dapat dilakukan

guru dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah salah satunya adalah

dengan cara sederhana yaitu menerapkan budaya 5 S “Senyum, Salam, Sapa,

Sopan, dan Santun). Pendekatan ini dapat membantu satuan pendidikan dalam

merancang dan mengimplementasikan program dan kegiatan PPK.

1. PPK Berbasis Kelas

a. Integrasi dalam mata pelajaran/kurikulum

Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik

mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam


4

setiap mata pelajaran. Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran

terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara.

b. Manajemen kelas

Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang

menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi

dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran,

mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen

bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. Berikut ini

contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter.

1) Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru

memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai

salingmenghargai dan toleransi).

2) Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada gurus ebelum

mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru

boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya

diri).

3) Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai

konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam

mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin,

bertanggung jawab, dan komitmen diri).

4) Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang

lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar

dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat


5

menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan

bertanggung jawab).

c. Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran

Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan

melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang

tepat. Guru harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan

secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik.

2. PPK berbasis Budaya Sekolah

a. Pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah

b. Keteladanan pendidik

c. Ekosistem sekolah

d. Norma, peraturan, dan tradisi sekolah

3. PPK berbasis masyarakat

Satuan pendidikan tidak dapat menutup diri dari kemungkinan

berkolaborasi dengan lembaga, komunitas, dan masyarakat lain di luar lingkungan

sekolah. Pelibatan publik dibutuhkan karena sekolah tidak dapat melaksanakan

visi dan misinya sendiri. Karena itu, berbagai macam bentuk kolaborasi dan kerja

sama antarkomunitas dan satuan pendidikan diluar sekolah sangat diperlukan

dalam penguatan pendidikan karakter.1

B. Macam-macam Karakter dan Indikatornya

Menurut Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2010:9-10),

macam-macam karakter antara lain:

1
Buku Konsep dan Pedoman PPK. Penasihat : Prof. Dr. Muhadjir.Effendy.M.A.P
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
6

1. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya,toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan

hidup rukun dengan agama lain.

2. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

3. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari

dirinya.

4. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagi hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya serta orang lain.

9. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, serta

didengar.
7

10. Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri serta

kelompoknya

11. Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, serta berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, maupun politik bangsa.

12. Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, serta

menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta damai adalah sikap, perkataan, atau tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif adalah berpikir serta melakukan

sesuatu berdasarkan kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara baru

dari apa yang telah dimiliki.

17. Peduli lingkungan adalah sikap atau tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, serta

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi.
8

18. Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

19. Tanggung jawab adalah sikap atau perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara maupun Tuhan

Yang Maha Esa.

Indikator Karakter Religius dan Disiplin

1. Indikator karakter religius. Menurut Kemendiknas (2010:25), indikator

implementasi karakter religius sebagai berikut:

a. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.

b. Merayakan hari-hari besar keagamaan.

c. Memiliki fasilitas yang digunakan untuk beribadah.

d. Hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Indikator karakter disiplin. Menurut Sulhan (2011:38), disebutkan bahwa

indikator disiplin yaitu:

a. Membiasakan tepat waktu, tidak terlambat dalam aktivitas

b. Menghentikan bermain untuk melaksanakan kewajiban

c. Mentaati peraturan yang berlaku

d. Menjalankan tugas sesuai jadwal yang ditentukan

e. Membiasakan untuk menata diri

f. Menerapkan disiplin dalam segala hal

g. Memiliki kesadaran tentang tugas dan tanggung jawab

h. Berfikir, bekerja, dan bertindak dalam aturan.


9

C. Literasi dan Implementasinya

Kern (2000), mendefinisikan istilah literasi secara komprehensif sebagai

berikut: “Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis,

serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks.

Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang

hubungan-hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks

penggunaanya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang

hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud/tujuan, literasi itu bersifat

dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan

kultur diskursus/wacana. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif,

pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan

kultural”. Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena

membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan

pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.

Kemdikbud 2017 berpendapat Penumbuhan literasi di sekolah dapat

dilakukan melalui kegiatan rutin dan kegiatan insidental. Kegiatan tersebut

dilakukan dalam tiga tahapan literasi yaitu tahap pembiasaan, pengembangan dan

pembelajaran. Berikut skema pelaksanaan strategi literasi di sekolah.

1. Pembiasaan, Penumbuhan minat baca melalui kegiatan membaca 15 menit

tanpa tagihan. Di beberapa sekolah telah dilakukan strategi literasi tahap

kedua, yakni memberikan tagihan setelah siswa melakukan kegiatan

membaca.
10

2. Pengembangan, Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan

menanggapi buku pengayaa; ada tagihan non-akademik.

3. Pembelajaran, Meningkatkan kemampuan di semua mata pelajaran:

menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata

pelajaran.

D. Macam-macam Literasi dan Indikatornya

Menurut Ibnu Adji Setyawan istilah literasi sudah mulai digunakan dalam

skala yang lebih luas tetapi tetap merujuk pada kemampuan atau kompetensi dasar

literasi yakni kemampuan membaca serta menulis. Intinya, hal yang paling

penting dari istilah literasi adalah bebas buta aksara supaya bisa memahami semua

konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk mendapatkan kemampuan literasi

ini yaitu melalui pendidikan. sejauh ini, terdapat 9 macam literasi, antara lain :

1. Literasi Kesehatan merupakan kemampuan untuk memperoleh, mengolah

serta memahami informasi dasar mengenai kesehatan serta layananlayanan

apa saja yang diperlukan di dalam membuat keputusan kesehatan yang

tepat.

2. Literasi Finansial yakni kemampuan di dalam membuat penilaian terhadap

informasi serta keputusan yang efektif pada penggunaan dan juga

pengelolaan uang, dimana kemampuan yang dimaksud mencakup berbagai

hal yang ada kaitannya dengan bidang keuangan.

3. Literasi Digital merupakan kemampuan dasar secara teknis untuk

menjalankan komputer serta internet, yang ditambah dengan memahami


11

serta mampu berpikir kritis dan juga melakukan evaluasi pada media

digital dan bisa merancang konten komunikasi.

4. Literasi Data merupakan kemampuan untuk mendapatkan informasi dari

data, lebih tepatnya kemampuan untuk memahami kompleksitas analisis

data.

5. Literasi Kritikal merupakan suatu pendekatan instruksional yang

menganjurkan untuk adopsi perspektif secara kritis terhadap teks, atau

dengan kata lain, jenis literasi yang satu ini bisa kita pahami sebagai

kemampuan untuk mendorong para pembaca supaya bisa aktif

menganalisis teks dan juga mengungkapkan pesan yang menjadi dasar

argumentasi teks.

6. Literasi Visual adalah kemampuan untuk menafsirkan, menciptakan dan

menegosiasikan makna dari informasi yang berbentuk gambar visual.

Literasi visual bisa juga kita artikan sebagai kemampuan dasar di dalam

menginterpretasikan teks yang tertulis menjadi interpretasi dengan produk

desain visual seperti video atau gambar.

7. Literasi Teknologi adalah kemampuan seseorang untuk bekerja secara

independen maupun bekerja sama dengan orang lain secara efektif, penuh

tanggung jaab dan tepat dengan menggunakan instrumen teknologi untuk

mendapat, mengelola, kemudian mengintegrasikan, mengevaluasi,

membuat serta mengkomunikasikan informasi.


12

8. Literasi Statistik adalah kemampuan untuk memahami statistik.

Pemahaman mengenai ini memang diperlukan oleh masyarakat supaya

bisa memahami materi-materi yang dipublikasikan oleh media.

9. Literasi Informasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di

dalam mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan kemampuan

untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian menggunakannya secara

efektif dan mampu mengkomunikasikan informasi yang dimaksud dalam

berbagai format yang jelas dan mudah dipahami.2

Indikator literasi

Dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga hal, yakni tahap sebelum,

selama, dan setelah membaca. Penjelasannya :

1. Pada tahap sebelum membaca, siswa dapat diminta untuk membuat tujuan

membaca dan memprediksi isi bacaan.

2. Pada tahap selama membaca, siswa melakukan kegiatan mengidentifikasi

informasi yang relevan, mengidentifikasi kosakata baru, kata kunci,

dan/atau kata sulit dalam teks, Mengidentifikasi bagian teks yang sulit

(jika ada) dan/atau membaca kembali bagian itu, memvisualisasi dan/atau

think aloud, membuat inferensi, membuat pertanyaan tentang isi teks dan

hal-hal yang terkait dengan topik tersebut (dapat menggunakan sumber di

luar teks atau buku pengayaan), membuat keterkaitan antarteks.

3. Pada tahap setelah membaca, siswa membuat ringkasan, mengevaluasi

teks, mengubah dari satu moda ke moda yang lain, memilih,


2
Saryono, Djoko.2017. Gerakan Literasi Nasional. Jakarta : Penerbit : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
13

mengombinasikan, dan/atau menghasilkan teks multimoda untuk

mengomunikasikan konsep tertentu, mengonfirmasi, merevisi, atau

menolak prediksi.

E. Integrasi 4C

Strategi belajar mengajar yang efektif dan relevan dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan net generation (generasi milenial) pada abad 21. Selain

membutuhkan sumber daya digital untuk mengakses informasi, komunikasi dan

pemecahan masalah, hal terpenting yang harus dimiliki oleh generasi milenial

adalah soft skills yang meliputi :

1. Keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking

Skills and Problem Solving).

Kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit,

mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lainnya, sehingga akhirnya

muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan.

Critical Thinking dimaknai juga kemampuan menalar, memahami dan

membuat pilihan yang rumit, memahami introkoneksi antar sistem, menyusun,

mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

2. Keterampilan berpikir kreativitas dan Inovasi (Creativity Thinking Skill

and Innovation)

Kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan

menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan

responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. Kreativitas juga dapat

didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan


14

penggabungan baru. Kreativitas akan sangat bergantung pada Pemikiran

kreatif seseorang, yakni proses akal budi seseorang dalam menciptakan

gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru

yang biasanya bernilai ekonomis sering disebut sebagai inovasi.

3. Keterampilan berkomunikasi (Communication Skills)

Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik

secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang bisa melakukan

komunikasi dengan baik. Supaya komunikasi antar manusia terjalin secara

efektif dibutuhkan teknik berkomunikasi yang tepat. Teknik komunikasi

adalah suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi dari

komunikator ke komunikan dengan media tertentu.

4. Keterampilan berkolaborasi (Collaboration Skills).

Kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi,

beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara

produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya dan

menghormati perspektif berbeda. Kolaborasi juga memiliki arti mampu

menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada

tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar

dan tujuan yang tinggi untuk didi sendiri dan orang lain.

Strategi pedagogik untuk memberdayakan Integrasi 4C adalah dengan

memanfaatkan teknologi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya

dan dapat membangun keterampilan. Strategi tersebut adalah sebagai berikut :


15

1. Menjadi sadar dan melek akan teknologi

2. Menugaskan permasalahan yang terjadi di dunia nyata bagi siswa untuk

diselesaikan dengan menggunakan teknologi

3. Menciptakan pengalaman belajar berbasis masalah kolaboratif

menggunakan sumber daya yang didapat melalui internet.

F. HOTS dan Implementasinya

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang

tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk

tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen

mengukur kemampuan:

1. Transfer satu konsep ke konsep lainnya

2. Memproses dan menerapkan informasi

3. Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda,

4. Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,

5. Menelaah ide dan informasi secara kritis.

Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang

lebih sulit daripada soal recall. Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya

soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi

faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan

kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda,

menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi


16

pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen

(reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.3

Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana

meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi,

terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam

menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu

masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan

dalam situasisituasi yang kompleks.

Implementasiannya :

1. Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat

diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.

a. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMPsekolah

tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:

1) Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal- HOTS

2) Menyusunkisi-kisi soal HOTS.

3) Menulisbutir soal HOTS.

4) Membuat pedoman penilaian HOTS.

5) Menelaah dan memperbaiki butir soal HOTS

6) Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.

b. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun

rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara

lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan

3
Widana, Wayan, 2017.Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta : Penerbit Direktorat
Pembinaan SMA hlm 4-5
17

kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan

dan rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS.

c. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan

sesuai rencana kegiatan.

d. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan darikepala

sekolah;

e. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil

penugasan kepada guru/MGMP sekolah;

f. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP

sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.4

2. Implementasi HOTS Kurikulum 2013 bagi Guru SD/MI

Dalam implementasi pembelajaran khususnya bagi guru kelas 1 sampai 3

di sekolah dasar mempunyai implikasi antara lain :

a. Implikasi bagi guru

Implikasi HOTS pada Kurikulum 2013 memerlukan seorang pendidik

yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga

dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar

pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh

mengigat harus mengintegrasikan pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia,

IPS dan lain-lain dalam pembelajarannya.

b. Implikasi bagi siswa

4
Widana, Wayan, 2017.Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta : Penerbit Direktorat
Pembinaan SMA hlm 25-26
18

Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan,

kelompok kecil ataupun klasikal dan siswa harus siap mengikuti kegiatan

pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok,

mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah Jurnal Inventa Vol III.

No 1 Maret 2019 9 ISSN : 2598-6244 P-ISSN: 2622-819X

c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik

secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena

itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya

didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design),

maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by

utilization). Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media

pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami

konsep-konsep yang abstrak. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar

masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-

masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku

suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.

d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan


19

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan

pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut

meliputi:

1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan topik yang sedang dilaksanakan.

2) Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan

keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung

3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet

4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas

maupun di luar kelas

5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta

didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar

6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga

memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya

kembali.

e. Implikasi terhadap Pemilihan metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran terintegrasi, maka dalam

pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan

menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab,

demonstrasi, bercakap-cakap.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PPK merupakan singkatan dari penguatan pendidikan karakter yang

merupakan amanat Nawa Cita yang dirancangkan Presiden. PPK juga

menyangkut kepribadian atau akhlak siswa. Dalam implementasiannya,

PPK membentuk suatu karakter peserta didik disekolah salah satunya

dengan budaya 5S yaitu salam,sapa,senyum,sopan dan santun. Macam-

macam karakter menurut Kementrian Pendidikan Nasional diantaranya :

a). Religius, b). Jujur, c). Toleransi, d). Disiplin, e). Kerjasama ataupun

yang lainnya.

2. Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan

untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan

berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali

(restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal

HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan. Implementasi

HOTS bagi guru SD/MI mempunyai implikasi diantaranya, implikasi

bagi guru, implikasi bagi siswa, serta implikasi terhadap sarana dan

prasarana, sumber belajar dan media. Selain HOTS ada juga Literasi

yang berarti penggunaan praktik-praktik situasi sosial, historis, serta

kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui

teks. Dalam implementasinya literasi bisa dilakukan dengan

pembiasaan, pengembangan, pembelajaran.

20
3. Macam-macam literasi menurut Ibnu Adji Setyawan terdapat 9 macam

diantaranya, literasi kesehatan, literasi finansial, literasi data, literasi

kritikal, literasi visual, literasi teknologi, literasi statistik, dan literasi

informasi. Strategi belajar mengajar yang efektif dan relevan

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan net generation atau generasi

milenial pada abad 21. Selain membutuhkan sumber daya digital untuk

mengakses informasi, komunikasi dan pemecahan masalah, hal yang

harus dimiliki oleh generasi milenial adalah soft skill yang meliputi

dalam 4C diantaranya : keterampilan berfikir kritis dan pemecahan

masalah (Critical Thinking Skills and Problem Solving), keterampilan

berpikir kreativitas dan Inovasi (Creativity Thinking Skill and

Innovation), keterampilan berkomunikasi (Communication Skills),

keterampilan berkolaborasi (Collaboration Skills).

B. Saran

Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan disebabkan karena keterbatasan poengetahuan kami, untuk itu

saran, masukan dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk

dijadikan pedoman dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan makalah ini dan

mungkin untuk pembuatan tugas sejenis dimasa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku Konsep dan Pedoman PPK. Penasihat : Prof. Dr. Muhadjir.Effendy.M.A.P

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Saryono, Djoko, 2017. Gerakan Literasi Nasional. Jakarta : Penerbit :

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Widana, Wayan, 2017. Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta : Penerbit

Direktorat Pembinaan SMA.

https://jurnal.umk.ac.id/index.php/pendas/article/download/2928/1716

http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_inventa/article/download/

1803/1625

https://www.researchgate.net/publication/332469989_Mengenal_4C_Learning

_and_Innovation_skills_untuk_menghadapi_era_revolusi_industri_40_1

22

Anda mungkin juga menyukai