769 Artikel P5 Raisa 6943-6952

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952

ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Tema


Kewirausahaan dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa
(Penelitian Mixed method terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri
Jamali)
Raisa Ayu Luthfia1, Dinie Anggraeni Dewi2, Yayang Furi Furnamasari3
1,2,3 Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Daerah Cibiru, Jawa Barat, Indonesia

e-mail: [email protected]

Abstrak

Kreativitas menjadi keterampilan wajib yang harus dimiliki terutama di abad-21 ini karena
menjadi modal penting dalam menghadapi tantangan dan persaingan global terutama dalam
perekonomian dunia. Pendidikan kewirausahaan menjadi jembatan dalam proses penanaman
kreativitas peserta didik dari sejak dini. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan
kreativitas siswa dalam kegiatan berwirausaha sebagai bentuk upaya peningkatan
kesejahteraan ekonomi di lingkungan sekitar SD Negeri Jamali. Pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan mixed method dengan model concurrent embedded menggunakan metode
kualitatif sebagai metode primer. Pengumpulan data diperoleh melalui kegiatan wawancara
dan penyebaran angket yang menghasilkan 27 siswa kelas IV SD Negeri Jamali. Hasil
penelitian menunjukan: (1) Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada
Tema Kewirausahaan telah terlaksana dengan baik, (2) Mayoritas siswa sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan kreativitasnya, (3) Peningkatan kreativitas siswa berada pada
kategori mulai berkembang. Hasil ini menunjukan adanya keberhasilan pelaksanaan P5 dalam
meningkatankan Kreativitas siswa kelas IV SD Negeri Jamali.

Kata Kunci: Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Kewirausahaan, Kreativitas.

Abstract

Creativity is a mandatory skill that must be possessed, especially in the 21st century because
it is an important asset in facing global challenges and competition, especially in the world
economy. Entrepreneurship education becomes a bridge in the process of cultivating students'
creativity from an early age. So this research aims to foster student creativity in entrepreneurial
activities as a form of effort to improve economic welfare in the environment around SD Negeri
Jamali. The approach used is a mixed method approach with a concurrent embedded model
using qualitative methods as the primary method. Data collection was obtained through
interviews and distributing questionnaires which resulted in 27 grade IV students at SD Negeri
Jamali. The research results show: (1) The implementation of the Project for Strengthening the
Profile of Pancasila Students on the Entrepreneurship Theme has been carried out well, (2)
The majority of students are able to solve problems with their creativity, (3) The increase in
student creativity is in the starting to develop category. These results indicate the success of
implementing P5 in increasing the creativity of class IV students at Jamali State Elementary
School.

Keywords: Project for Strengthening Pancasila Student Profiles, Entrepreneurship, Creativity.

PENDAHULUAN

Jurnal Pendidikan Tambusai 6943


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

Globalisasi dan perkembangan teknologi berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat,


terutama dalam konteks pendidikan. Globalisasi dianggap sebagai warna dan tatanan baru
dalam kehidupan masyarakat, sementara perkembangan teknologi diibaratkan sebagai udara
kehidupan, di mana pendidikan harus mengikuti perubahan tersebut. Teknologi di era revolusi
industri 4.0, terutama kecerdasan buatan, mengubah budaya dan peradaban manusia,
mempercepat kemajuan industri, tetapi juga menimbulkan perubahan signifikan dalam
kehidupan sehari-hari. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini berupaya
mendorong pembaharuan dalam pemanfaatan hasil dari teknologi. Teknologi berperan
penting dalam perubahan terhadap globalisasi (Ristek, 2021) Sebagaimana pembukaan UUD
RI Tahun 1945 pada alinea keempat tercantum tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana
diamanatkan Pasal 31 ayat (5) UUD NRI Tahun 1945 pemerintah juga memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia
Pendidikan yang mengikuti perkembangan teknologi diharapkan mampu melahirkan
generasi unggul dan cerdas yang mampu bersaing dalam tantangan masa depan. Namun,
terdapat kekhawatiran bahwa fokus pada kemajuan teknologi dapat menyebabkan manusia
kehilangan nilai-nilai positif, seperti empati dan nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk menjaga keseimbangan antara perkembangan teknologi dan nilai-nilai
kemanusiaan. Pemerintah Jepang menawarkan paket kebijakan untuk mendukung revolusi
industri dan menciptakan masyarakat baru, Society 5.0, yang diharapkan dapat
menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan penyelesaian masalah masyarakat. Dalam
konteks ini, Indonesia dihadapkan pada bonus demografi pada tahun 2030, di mana
pemanfaatan optimal dari jumlah penduduk produktif diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonom karakter i dan peningkatan kesejahteraan nasional.
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pemerintah mengusulkan
Kurikulum Merdeka, yang fokus pada pengembangan keterampilan abad 21 dan karakter
peserta didik. Kurikulum ini diharapkan dapat membantu mencetak individu yang adaptif dan
siap menghadapi perubahan teknologi yang cepat. Pendidikan di era society 5.0 ini seorang
pendidik harus mampu memainkan peran untuk mendukung dan mewujudkan pendidikan
berdasarkan perkembangan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Peserta didik harus dibekali
berbagai keterampilan dasar di abad 21 berupa cara berpikir kritis (critical thingking), berpikir
kreatif (creative thingking), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration).
(Risdianto, 2019). Tidak hanya itu, pendidikan juga harus berorientasi pada pengembangan
karakter berdasar kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Maka kurikulum
merdeka menyuguhkan suatu trobosan baru dalam mewujudkan pendidikan karakter yakni
penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka
bertujuan untuk mengembangkan karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dalam konteks pembelajaran, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar tentang isu-isu penting seperti perubahan
iklim, antiradikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, dan teknologi. Sejalan dengan
tujuan Society 5.0 yang bercita-cita suatu kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai positif
dalam kemanusiaan (Haqqi & Wijayati, 2019) pembelajaran kewirausahaan diharapkan dapat
membantu peserta didik merespons tantangan dunia modern dan mengembangkan
keterampilan esensial dalam lingkungan yang semakin terkoneksi dan kompleks.
Penyelesaian masalah yang tidak sesuai dalam perekonomian dapat berakibat fatal
terhad ap kesejahteraan hidup. Di SD Negeri Jamali, masyarakat masih kurang menyadari
pentingnya menggunakan penyelesaian masalah yang tepat karena kurangnya pengetahuan
dan keterampilan. Sekolah tersebut belum sepenuhnya menerapkan Kurikulum Merdeka dan
belum menjadi sekolah penggerak.
Oleh karena itu, sebagai upaya menindak lanjuti permasalahan tersebut juga
untukmencapai pembelajaran yang optimal dalam mengembangkan kreativitas siswa dalam
berwirausaha, peneliti tertarik mengimplementasikan Projek Penguatan Profil Pelajar

Jurnal Pendidikan Tambusai 6944


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

Pancasila sebagai program yang tepat sasaran. Program ini diharapkan dapat meningkatkan
kreativitas siswa di kelas IV SDN Jamali dalam berwirausaha.
TINJAUAN PUSTAKA
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Profil pelajar Pancasila merupakan upaya menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan
ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
Rumusan profil pelajar Pancasila dibuat dengan tujuan sebagai kompas bagi pendidik dan
pelajar Indonesia. Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022 Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila ini merupakan kegiatan ko-kurikuler berbasis proyek yang dirancang
untuk memperkuat upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil
pelajar Pancasila, yang disusun berdasarkan Kompetensi Standar Lulusan Indonesia.
Projek Penguatan Profil Pelajaran Pancasila ini juga merupakan sebuah pembelajaran
berbasis proyek (project based learning) di mana siswa diharapkan bisa mendapatkan
pengalaman belajar informal melalui struktur belajar yang fleksibel (dibanding pembelajaran
formal di dalam kelas), pembelajaran yang interaktif, dan berinteraksi secara langsung dengan
lingkungan di sekitarnya untuk memperoleh berbagai kompetensi yang diharapkan. elain itu,
pendekatan ini juga mendorong pembelajaran yang interaktif dan memungkinkan siswa
berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar, semuanya bertujuan untuk
mengembangkan berbagai kompetensi yang diharapkan (Saputra et al., 2023).
Projek penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan
kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Profil pelajar pancasila khususnya
diberlakukan dalam pembelajaran di kelas. Namun, sesuai dengan kurikulum merdeka belajar,
nilai-nilai profil pelajar pancasila diterapkan di dalam dan di luar kelas. Dalam hal ini projek
penguatan profil pelajar pancasila menjadi jawaban untuk memudahkan menyampaikan
pendidikan untuk memiliki perilaku mencerminkan pelajar yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan.
Dalam implementasinya P5 ini menyuguhkan beberapa tema yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa dimasa yang akan datang. Tema itu meliputi: a) gaya hidup
berkelanjutan; b) kearifan lokal; c) bhinneka tunggal ika; d) bangunlah jiwa raga; e) suara
demokrasi; f) rekayasa teknologi; g) kewirausahaan; h) kebekerjaan. Pada prinsipnya Rizky
Satria et al. (2022) menyatakan bahwa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini harus
bersifat holistik dimana setiap tema dalam projek profil bukan sekadar tempat untuk
menggabungkan berbagai mata pelajaran, tetapi lebih sebagai alat untuk mengintegrasikan
berbagai perspektif dan pengetahuan dalam satu kesatuan yang lengkap. Selain itu,
pendekatan holistik juga mendorong kita untuk mengidentifikasi hubungan yang signifikan
antara berbagai komponen dalam pelaksanaan projek profil, seperti peserta didik, pendidik,
satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari.
Selain itu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila juga harus bersifat konstektual
dimana tema-tema yang diajukan dalam projek profil seharusnya sebisa mungkin relevan
dengan persoalan lokal yang terjadi di wilayah mereka masing-masing. Dengan berpegang
pada pengalaman dan upaya pemecahan masalah sehari-hari sebagai bagian dari solusi,
diharapkan peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna dan secara aktif
meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka. Pembelajaran juga harus berpusat
pada siswa dimana pendidik sebaiknya menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan
banyak kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongannya
sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Harapannya, setiap kegiatan
pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan inisiatif serta
meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Prinsip selanjutnya adalah eksploratif dengan banyak memberikan kesempatan bereksplorasi
dalam hal materi yang bisa dicakup oleh peserta didik, alokasi waktu, dan penyesuaian
dengan tujuan pembelajaran. Prinsip eksploratif juga diharapkan dapat memperkuat peran
projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam melengkapi dan meningkatkan keterampilan
yang telah diperoleh peserta didik dalam konteks intrakurikuler.

Jurnal Pendidikan Tambusai 6945


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

Dalam implementasinya Profil Pelajar Pancasila mempunyai enam kompetensi kunci


(Ristek, 2021), diantaranya: a) berimaan, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan
berakhlak mulia; b) berkebhinnekaan global; c) gotong royong; d) mandiri; e) bernalar kritis; f)
kreatif. Sehingga pada setiap tema yang dipilih mampu mencapai keenam kompetensi
tersebut. Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (2021) merumuskan beberapa
manfaat umum yang diperoleh dari pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di
Sekolah Dasar, diantaranya sebagai berikut: a) memperkuat karakter dan mengembangkan
kompetensi sebagai warga dunia yang aktif; b) berpartisipasi merencanakan pembelajaran
secara aktif dan berkelanjutan; c) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan
yang dibutuhkan dalam mengerjakan projek pada periode waktu tertentu; d) melatih
kemampuan pemecahan masalah dalam beragam situasi belajar; e) memperlihatkan
tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu di sekitar mereka sebagai salah satu bentuk hasil
belajar; f) menghargai proses belajar dan bangga dengan hasil pencapaian yang telah
diupayakan secara optimal.
Pendidikan Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan sebuah sikap mental dan jiwa aktif atau kreatifberdaya,
bercipta, berkarya, dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan
dalam kegiatan usahanya (Isrososiawan, 2013). Pada zaman ini kewirausahaan bukan hanya
dikembangkan oleh wirausahaan, penanaman nilai-nilai kewirausahaan juga ditanamkan
dalam pendidikan yang dinamakan dengan pendidikan kewirausahaan.
Harmaizar (Rosyana, 2014:26) menjelaskan kewirausahaan atau entrepreneurship
merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) atau mengadakan suatu
perubahan atas yang lama (inovasi) dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
individu dan masyarakat. Menurut Wibowo (dalam Kusuma, 2017) pendidikan kewirausahaan
seharusnya memang dilakukan sejak dini, diajarkan di jenjang awal pendidikan yaitu Taman
kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan dan usia siswa. Jiwa kewirausahaan dapat memberikan kontribusi positif bagi
kehidupan anak.
Karakteristik seorang wirausaha dikemukakan oleh Daryanto (2012: 32) yaitu pekerja
keras dan cerdas, percaya diri, membangun untuk masa depan, berorientasi pada perolehan
laba, berorientasi pada sasaran, teguh, dapat mengatasi kegagalan, kemampuan memberikan
umpan balik atau responm menunjukkan inisiatif, menjadi pendengar yang baik, serta
menetapkan standar kinerja sendiri. Beberapa karakteristik tersebut selaras dengan nilai-nilai
agama, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang ada dalam pancasila dan tujuan pendidikan
nasional. Kemendiknas (dalam Kusuma, 2017) juga mengatakan bahwa implementasi nilai-
nilai kewirausahaan yaitu: mandiri, kreatif, berani mengambil resiko dengan pertimbangan
berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung-
jawab, kerja sama, pantang menyerah (ulet), komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif,
dan motivasi kuat untuk sukses.
Dalam pelaksanaan pendidikan kewirausahaan disekolah perlu adanya strategi demi
tercapainya tujuan dalam membentuk peserta didik secara optimal. Terdapat beberapa
strategi untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di sekolah, diantaranya sebagai berikut: a)
hari berwirausaha (market day); b) kegiatan field trip ke pasar tradisional dan pasar modern;
c) pengadaan ekskul kewirausahaan;d) pengadaan laboratorium kewirausahaan; e) penataan
suasana sekolah berbasis kewirausahaan: f) penghargaan.
Kreativitas Siswa Sekolah Dasar
Kreativitas (creativity) merupakan kemampuan dalam mengembangkan dan
menghubungkan ide baru dan menemukan cara baru dalam melihat suatu masalah atau
peluang, sedangkan inovasi (innovation) adalah kemampuan dalam menerapkan kreativitas
dalam rangka memecahkan suatu masalah atau peluang agar dapat menciptakan suatu
kebaharuan. Kegiatan berpikir kreatif yang menciptakan sesuatu yang baru menggantikan
yang lama merupakan salah satu cara menuju wirausahawan menuju kesuksesan. (Sanawiri
& iqbal, 2018).

Jurnal Pendidikan Tambusai 6946


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

Kreativitas juga dapat diartikan sebagai suatu kompetensi dasar manusia berupa
bentuk aktualisasi diri baik dari pemikiran maupun dari karya atau produk yang dihasilkannya.
Menurut (Munandar, 2016) Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki
potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
Sehingga kreativitas merupakan sesuatu yang bisa diasah dan dikembangkan oleh siswa
melalui sebuah pembelajaran. Untuk terciptanya suatu pembelajaran yang optimal
mengembangkan kreativitas siswa perlu adanya model yang tepat sasaran agar tujuan yang
hendak dicapai dengan mudah terwujud.
Adapun beberapa teori mengenai kreativitas ini. Teori kognitif menyatakan bahwa
kreativitas seperti daya cipta dan kecerdikan merupakan komponen yang sebagaimana yang
didefinisikan dalam taksonomi tujuan pendidikan. Dalam hal tersebut dapat diajarkan secara
efektif melalui intruksi berbasis inquiry yang dibentuk oleh teori-teori. Berdasarkan hal tersebut
pengukuran berfikir dalam pembelajaran terlihat bahwa ada kesempatan luas untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dengan mata pelajaran tertentu. Sedangkan
teori psikologi humanistik menurut Rogers, mengatakan bahwa teori kreativitas berdasarkan
pandangan psikologi humanistik yang mengacu pada pengamatan di bidang psikoterapi. Teori
tersebut mengajukan tiga komponen pokok yang terlibat di dalam kreativitas, yaitu proses,
individu, dan lingkungan. Menurut teori asosiasi, gagasan baru dikembangkan dari gagasan
lama melalui coba-coba. Kreativitas merupakan pengaktivan kembali koneksi mental dan
proses ini berlangsung terus menerus sampai ditemukan suatu kombinasi yang
benar.kreativitas melalui asosiasi terjadi karena baik secara langsung maupun tidak langsung.
(Suharman, 2011). Sedangkan menurut teori psikoanalisis, mengenai kreativitas memiliki
pengaruh yang sangat besar sampai sekarang. Menurut Suler, mengatakan bahwa teori
psikoanalisis sebagai psikologi kognitif merupakan alat yang baik dan fleksibel dalam
memahami fenomena kreativitas yang dipandang sangat kompleks oleh para ahli. Kreativitas
dapat dipahami sebagai bentuk khusus interaksi antara berpikir proses primer dan berpikir
proses sekunder. Gagasan baru dilahirkan melalui pemikiran yang tidak logis dan fantastis
yang berasal dari berpikir proses primer kemudian dibentuk dengan berpikir proses sekunder
dalam konteks yang sesuai dengan nilai-nilai sosial. (Suharman, 2011).
Menurut Torracen menyatakan bahwa individu yang kreatif memiliki ciri sebagai
berikut: 1) kesadaran atas dirinya sendiri; 2) insaf diri yang positif; 3) kesanggupan menguasai
dirinya sendiri; 4) rasa humor yang tinggi; 5) kemampuan memberikan tanggapan yang berani
dan unik (Guntur Talajan, 2012). Tidak hanya ciri seseorang yang memiliki jiwa kreatif itu juga
dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan. Tingkatan kreativitas dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, dan hal ini tergantung perspektif yang digunakan oleh seseorang. Menurut
Taylor mengtakan bahwa kreativitas memiliki beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut :
1) Eksprise spontan (expressice creativity)
Kreativtas pada tingkatan ini adalah tingkatan yang paling rendah. Ekspresi yang
dilakukan yaitu secara spontan sehingga orijinalitas dan kualitas hasil karya tidak
penting. Misalnya, gambar atau lukisan yang dibuat oleh anak-anak, dan ucapan-ucapan
tertentu dalam situasi humor yang dilontarkan seseorang secara bebas tanpa
direncanakan.
2) Teknis (productive creativity)
Kreativitas pada tingkatan ini melibatkan keterampilan dan kecakapan baru dalam
membuat suatu karya. Misalnya, seorang peluks yang menggunakan bulu sebagai cara
yang baru dalam membuat sebuah lukisan.
3) Daya cipta (inventive creativity)
Kreativitas pada tingkatan ini mencangkup kecerdikan seseorang dalam menggunakan
bahan dan membuat kombinasi cara atau pendekatan lama dengan pendekatan baru.
4) Inovatif (innovative creativity)
Kreativitas pada tingkatan inovatif melibatkan pemahaman secara mendalam kemudian
melakukan modifikasi tertentu melalui pendekatan alternative.
5) Emerjensi (emergentive creativity)

Jurnal Pendidikan Tambusai 6947


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

Pada tingkatan kreativitas tertinggi ini melibatkan penemuan gagasan-gagasan yang


paling abstrak dan mendasar bak dalam bidang seni maupun lmu pengetahuan (Guntur
Talajan, 2012).

METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran (mixed methods).
Dimana metode penelitian campuran (mixed methods) ini merupakan jenis penelitian yang
digabungkan dari dua metode penelitian meliputi penelitian kuantitatif dan kualitatif (Subagyo,
2020). Metode campuran bertujuan sebagai penyempurnaan yang menyatukan dari penelitian
kuantitatif dan kualitatif (Lestari & Yudhanegara, 2015). Mixed method merupakan stategi yang
mengintegrasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam pengumpulan data, serta
menggabungkannya dalam semua tahap penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian
deskiriptif analisis dengan tujuan untuk membuat deskripsi atau gambar mengenai suatu objek
yang dikaji secara jelas dan perperinci sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, model yang akan diterapkan adalah mixed methods concurrent
embedded. Adapun desain concurrent embedded (campuran tidak berimbang) ini merupakan
metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang. Dalam satu kegiatan
penelitian mungkin 70/80/90% menggunakan metode kuantitatif dan 30/20/10% metode
kualitatif atau sebaliknya (Mustaqim, 2016). Sehingga dalam tahap pertama penelitian, metode
kualitatif digunakan, dan di tahap kedua, metode kuantitatif diterapkan bersamaan, meskipun
fokusnya berbeda. Adapun model pada penelitian ini merupakan concurrent menurut Creswell
dalam (Sugiyono, 2017) mengatakan bahwa model campuran adalah tahapan atau
serangkaian penelitian yang di mana peneliti menyatukan data kuantitatif dan kualitatif agar
memperoleh analisis yang komprehensif untuk menjawab masalah penelitian. Peneliti
memfokuskan model metode kualitatif sebagai metode primer dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Jamali, Kecamatan Mande,
Kabupaten Cianjur. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 27 orag yang
terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Disini peneliti sebagai
pelaksana sekaligus peneliti bertugas untuk meimplementasikan projek penguatan profil
pelajar pancasila pada tema kewirausahaan pada siswa kelas IV SD Negeri Jamali dan
melakukan penelitian dengan mengumpulkan beberapa data melalui kegiatan wawancara dan
penyebaran angket.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara umum, implentasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SDN Negeri
Jamali dilakukan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan Evaluasi. Berikut
adalah uraian hasil dan pembahasan penelitian pada setiap tahapan pelaksanaan: a)
perencanaan; b) pelaksanaan; c) evaluasi.
Perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Implementasi kurikulum merdeka ini juga memiliki tujuan guna mengembangkan
karakter peserta didik yang sesuai dengan profil pelajar pancasila (Ulandari & Rapita, 2023).
Implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila sebagai bagian dari kurikulum
merdeka juga dijelaskan oleh Bapak Deni Handayani selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jamali
yang menyatakan bahwa:
“Projek penguatan profil pelajar pancasila ini sangatlah wajib dan penting dilaksanakan
disetiap sekolah dalam kurikulum merdeka. Setiap guru wajib melaksanakan p5 ini
untuk mengakhiri setiap tema dan akhir mata pelajarannya. Dalam arti capaian akhir
dalam pembelajaran ini dapat merubah karakter siswa menjadi lebih baik lagi.
Sehingga anak bisa berubah, mandiri dalam rangka penanaman nilai Pancasila ini.”
(Wawancara penelitian, 4 Desember 2023).
Dalam perumusan pelaksanaan projek penguatan pelajar Pancasila Kepala Sekolah
SD Negeri Jamali membuat tim fasilitator yang beranggotakan guru yang memiliki pengalaman
dalam melaksanakan pembelajaran berbasis projek. Tim fasilitator ini terbentuk untuk

Jurnal Pendidikan Tambusai 6948


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

merumuskan program pada projek penguatan profil pelajar Pancasila di SD Negeri Jamali
serta mengelola dan memastikan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik. Sebagaimana
dalam penelitian yang dilakukan oleh Aulia Anggit Hanwita dan Banun Havifah Cahyo
Khosiyono (2023) menyatakan bahwa perencanaan dalam proyek ini akan mampu
meningkatkan pemahaman nilai-nilai Pancasila melalui inovatif dan terarah, menciptakan
lingkungan pembelajaran yang memadukan aspek kulikuler dan karakter. Maka dari itu,
peneliti bermaksud untuk ikut andil dalam pelaksanaan tersebut.
Langkah awal dalam perencanaan projek ini dimulai dari penentuan dimensi, tema,
serta alokasi waktu yang disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah
dilakukan oleh kepala sekolah beserta guru-guru yang menjadi tim fasilitator. Dimensi yang
digunakan adalah dimensi gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Adapun tema yang telah
disepakati bersama oleh tim fasilitator untuk tahun ajaran 2023/2024 adalah “Kewirausahaan”.
Kewirasahaan menjadi projek pertama yang dilakukan oleh SD Negeri Jamali dengan alokasi
waktu 120 jam pelajaran dilakukan secara sinkronus dan asinkronus selama 2 minggu. Tahap
selanjutnya adalah dengan membuat atau memodifikasi modul ajar pelaksanaan projek
penguatan profil pelajar Pancasila dengan tema kewirausahaan. Modul yang dibuat oleh tim
fasilitator dirumuskan dan disesuaikan berdasarkan buku Panduan Pengembangan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dicetuskan oleh (Ristek, 2021). Hal ini disampaikan
oleh Bapak Deni Handayani, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jamali sebagai berikut :
“Setelah saya melihat dari modul ajar yang buat secara kolaborasi antara peneliti dan
tim fasilitator, saya dapat menilai bahwa modul ajar ini merupakan modul ajar baik
sekali yang pernah saya lihat dari modul ajar yang sebelumnya telah dibuat. Dilihat dari
capaian pembelajaran modul ini sangat berkesinambungan dengan materi yang diajar
bahkan modul ajar ini selaras dengan tujuan pada projek yang bertemakan
kewirausahaan karena didalamnya memuat beberapa pengembangan siswa dalam
kegitan berwirausaha. Modul ajar ini juga sangat sesuai dengan kurikulum merdeka
dan tujuan dari tema kewirausahaan tersebut karena pada prosesnya peneliti sudah
berupaya memasukan beberapa hal esensial dalam kurikulum merdeka seperti adanya
dimensi, elemn, alur, hingga asesmen secara utuh dan tepat guna” (Wawancara
penelitian, 4 Desember 2023).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Ibu Ai Nur Aeni selaku Wali Kelas IV
SD Negeri Jamali mengenai kesesuaian modul dengan buku pedoman pengembangan P5
yang mana mengatakan bahwa :
“Sudah sesuai, karena saya melihat dan membandingkan buku pedoman
pengembangan P5 dengan modul tersebut sama-sama berisikan dimensi, elemen,
sub-elemen, alur, hingga asesmen. Maka menurut saya itu sudah sesuai dan cukup
baik digunakan”. (Wawancara penelitian, 4 Desember 2023).
Tujuan projek penguatan profil pelajar Pancasila dirumuskan dengan menentukan
dimensi, elemen, sub-elemen, dan target capaian pada fase yang ditentukan. Fase yang
digunakan pada projek yang dilaksanakan di SD Negeri Jamali merupakan fase B yang
diperuntukan untuk siswa kelas III-IV Sekolah Dasar dengan rentang usia 8-10 tahun. Adapun
penyusunan rubrik pada projek profil disesuaikan dengan dimensi yang ditentukan. Rubrik
tersebut memuat beberapa tahapan perkembangan siswa seperti mulai berkembang, sedang
berkembang, berkembang sesuai harapan, dan sangat berkembang yang ditemukan langsung
saat proses pelaksanaan berlangsung. Rubrik yang dibuat oleh tim fasilitatir SD Negeri jamali
disesuaikan dengan dimensi yang masuk pada tema kewirausahaan yakni rubrik gotong
royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Tahap selanjutnya dalam merumuskan projek profil adalah dengan menyusun dan
menentukan topik, alur aktivitas, dan asesmen projek. Tim fasilitator yang diberi keleluasaan
dalam mengembangkan topik projek profil yang sesuai dengan tema dan tujuan projek profil
serta kondisi dan kebutuhan di sekitar lingkungan SD Negeri Jamali. Hal ini terbukti melalui
pendapat Ibu Ai Nur Aeni mengenai kesesuaian tujuan dan alur pada modul P5 tema
kewirausahaan SD Negeri Jamali sebagai berikut :

Jurnal Pendidikan Tambusai 6949


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

“Dari modul ajar yang telah dibuat oleh peneliti, saya melihat adanya kesesuaian
antara modul dengan tujuan pembelajaran pada tema kewirausahaan ini. Dimana
urutan alur yang dibuat pada modul telah sesuai dimulai dari tahap pengenalan,
kontektual, aksi , tindak lanjut, hingga refleksi peneliti sudah mampu memberikan
pengalaman belajar dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam berwirausaha.”
(Wawancara penelitian, 4 Desember 2023).
Pada Fase B topik projek profil dilaksanakan dengan membuat pameran wirausaha
sederhana untuk melatih siswa dalam mengembangkan jiwa enterpreneur dan kreativitasnya.
Pemilihan topik ini didasarkan pada kondisi dan situasi dilingkungan SD Negeri Jamali yang
memiliki tingkat perekonomian yang rendah sehingga fokus yang dikembangkan pada projek
ini adalah akhlak pribadi, dimana siswa belajar untuk memahami bahwa melakukan usaha
dengan sungguh-sungguh dan tekun akan membuahkan hasil yang optimal.
Setelah merancang alur aktivitas projek, tim fasilitator beserta peneliti berkolaborasi
dalam mengembangkan asesmen. Pada tahap ini, asesmen dilakukan sebagai acuan
keberhasilan pelaksanaan projek profil. Terdapat 2 asesmen yang diterapkan yaitu asesmen
formatif dan asesmen sumatif. Dalam asesmen formatif, pendidik, peneliti, ataupun sesama
siswa menilai berdasarkan pengamatan dari rubrik yang telah dibuat, melakukan umpan balik
secara lisan, dan diskusi. Adapun asesmen sumatif berupa penilaian produk yang dibuat dan
kegiatan wawancara yang dilakukan diakhir kegiatan.

Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Setelah proses pada tahap perencanaan selesai. Peneliti melanjjutkan pada tahap
pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tahap Pengenalan
Kegiatan pengenalan proyek dilaksanakan pada hari Senin 19 November 2023.
Pendidik dan peneliti melakukan pengenalan dengan memberi pengetahuan awal berupa
pertayaan pemantik kepada siswa mengenai projek penguatan profil pelajar pancasila dan
kewirausahaan yang akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Jamali. Pada kegiatan
pengenalan ini, setiap siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya mengenai
pertanyaan yang ditanyakan oleh pendidik dan peneliti. Selain itu, siswa juga diberikan
tayangan video permasalahan yang berkaitan dengan tema kewirausahaan.
Kegiatan pengenalan ini dilanjutkan di hari Rabu 21 November 2023. Pendidik dan
peneliti memberikan siswa sebuah tayangan video itu mwyuguhkan permasalahan akibat
rendahnnnya ekonomi di suatu lingkugan tertet seperti kemiskinan, pengangguran, kelaparan,
hingga pencurian. Permasalahan tersebut dimuculkan untuk melatih siswa agar memiliki
ketemrapilan berpikir kritis sehigga mampu memahami urgensi pelaksaaan projek ini secara
komprehensif.
b. Tahap Kontektualisasi
Pada hari Jum’at 23 November 2023, pendidik dan peneliti melanjutkan ketahap
berikutnya yaitu tahap kontektualisasi. Pada tahap ini, siswa diajak melihat secara langsung
dan nyata permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitar SD Negeri Jamali. Pendidik dan
peneliti mengajak siswa berkeliling mengitari rumah-rumah disekitar SD Negeri Jamali.

Evaluasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Secara umum, evaluasi projek penguatan profil pelajar pancasila terdiri dari 2 tahapan
yakni tahap refleksi dan tindak lanjut dari pelaksanaan P5 di kelas IV SD Negeri Jamali.
a. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan secara berkala selama kegiatan proyek kewirausahaan. Kegiatan
refleksi dilakukan pada setiap akhir kegiatan harian untuk menggali pemahaman siswa terhadap
situasi yang dihadapi dan memberikan saran konstruktif. Pendekatan ini digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data secara real-time dan lebih akurat selama pelaksanaan proyek
kewirausahaan di SD Negeri Jamali.Dengan melakukan tanya jawab terkait pemahaman,
hambatan, solusi, dan keberhasilan pelaksanaan.
b. Tahap Tindak Lanjut

Jurnal Pendidikan Tambusai 6950


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

Tahap tindak lanjut dalam pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan dengan mengadakan evaluasi. Peneliti melakukan evaluasi berdasarkan rubrik
penilaian yang telah dibuat. Evaluasi dilakukan ditengah kegiatan dan diakhir kegiatan dengan
melakukan tinjuan kepada setiap peserta didik mengenai kemampuannya dalam membuat
suatu karya atau produk. Evaluasi juga dilakuakan pada akhir kegiatan dengan pemberian
soal angket dimana siswa harus menjawab dan memberikan alasan atas jawaban yang
diberikan. Strategi tersebut dilakukan sebagai bentuk evaluasi yang dilakukan peneliti saat
penelitian berlangsung.

Peningkatan Kreativitas Siswa SD Negeri Jamali


Peningkatan kreativitas siswa di SD Negeri Jamali menjadi fokus utama dalam
penelitian ini melalui implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kreativitas siswa
kelas IV SD Negeri Jamali mengalami peningkatan setelah pelaksanaan projek penguatan
profil pelajar Pancasila pada kegiatan kewrausahaan, Hal ini terlihat dari presentase angket
jawaban siswa. Sebanyak 81, 48 % yang merupakan 23 dari 27 siswa mengalami peningkatan
kreativitas yang mereka rasakan. Hal ini juga diperkuat dengan wawancara yang dilakukan
dengan Ibu Ai Nur Aeni yang menyatakan bahwa :
“Bagi saya yang menjadi wali kelas 4, saya melihat sekali perkembangan kreatifitas
siswa meningkat siswa setelah pelaksanaan projek ini, Pada kegiatan pembelajaran
siswa sudah mampu menciptakan karya yang orisinil dimana setiap siswa mampu
menciptikan karya yang bersifat inovasi dalam berbagai pelajaran seperti pada
pelajaran SBdP setiap siswa sudah mampu menciptakan batik yang berbeda dengan
rekan-rekannya. Saya kira itu cukup menjadi sebuah bukti keberhasilan dalam
penumbuhan kreatifitas siswa.” (Wawancara penelitian, 4 Desember 2023).
Peningkatan kreativitas siswa juga dapat dibuktikan dengan keberhasilan siswa dalam
membuat karya dan produk pada saat pelaksanaan kegiatan kewirausaan berlangsung. Siswa
sudah dapat membuat berbagai dekorasi dalam bentuk gambar, tulisan, dan tata letak yang
disuguhkan dalam sebuah stand dagang. Selain karya, siswa juga mampu membuat produk
berupa makanan dengan inovasi yang dilakukan siswa, mulai dari penamaan produk yang
unik, produk yang berbeda dengan kelompok lain, dan kemampuan siswa dalam memproses
produk tersebut.
Sebanyak 85,19 % yang merupakan 23 siswa menyatakan bahwa mereka sudah
mampu membuat karya. Dari penjelasan yang diberikan siswa melalui angket, karya yang
mereka buat mulai dari dekorasi stand, menggambar animasi, hingga properti kostum.
Presentase ini menunjukan mayoritas siswa sudah berhasil membuat karya yang dihasilkan
dari dirinya sendiri.
Kepuasan siswa atas karya yang dibuatnya ini terlihat pada presentase yang
menunjukan sebanyak 70,37% yakni 19 siswa merasa bangga atas apa yang sudah
dihasilkannya dari karyanya tersebut. Kepuasan ini menunjukan bahwa siswa sudah berhasil
menciptakan dan puas akan karya yang buatnya. Kepuasan ini juga dapat menumbuhkan
motivasi serta kepercayaan diri siswa sehingga siswa. Dan sebanyak 74,07% yang
merupakan 20 siswa menyatakan bahwa kreatifitas ini penting untuk masa depan. 70,37%
dengan frekuensi 19 siswa menyatakan akan melakukan kegiatan kewirausahaan dimasa
yang akan datang. Keinginana siswa dalam melakukan kegiatan kewirausahaan dimasa
mendatang ini merupakan indikator keberhasil projek sehingga siswa terinspirasi dan
mendapat dorongan untuk menciptakan usahanya sendiri.
Berdasarkan presentase keseluruhan, implementasi projek penguatan profil pelajar
Pancasila pada tema kewirausahaan di SD Negeri Jamali berada pada kategori berkembang
sesuai harapan. Hasil ini didapatkan dari presentase angket siswa, dimana mayoritas siswa
sudah mampu mengembangkan keterampilannya hingga mampu membuat karya atau produk
sendiri. Namun, terdapat beberapa siswa yang masih dalam kategori mulai berkembang,
dimana siswa masih memerlukan motivasi dan bimbingan dalam peningkatan kreativitasnya.
Terdapat beberapa siswa juga yang ada pada kategori Sangat berkembang dimana siswa
sudah mampu menciptakan karya secara orisinil. Dapat disimpulkan bahwa penelitian

Jurnal Pendidikan Tambusai 6951


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 6943-6952
ISSN: 2614-3097(online) Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024

implemnetasi projek penguatan profil pelajar pancasila dalam tema kewirausahaan di SD


Negeri Jamali berhasil karena mayoritas siswa mengalami peneingkatan kreatifitas setelah
dilaksanakannya projek tersebut.

SIMPULAN
Secara keseluruhan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kegiatan
proyek penguatan profil pelajar Pancasila pada tema kewirausahaan secara positif
berkontribusi terhadap peningkatan kreativitas siswa di tingkat sekolah dasar. Dengan
demikian, hasil penelitian ini memberikan landasan bagi strategi pengembangan
pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan kreativitas siswa melalui integrasi nilai-
nilai Pancasila dalam konteks kewirausahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan. (2021). Panduan pengembangan
projek peguatan profil pelajar pancasila jenjang pendidikan dasar dan menengah
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA). Kemendikbudristek, 1–108.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila
Hanwita, A. A. (2023, December). Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar 129 Pancasila
(P5) Tema Kewirausahaan Kelas IV SD. In Prosiding Dewantara Seminar Nasional
Pendidikan (Vol. 2, No. 01).
Haqqi, H., & Wijayati, H. (2019). Revolusi industri 4.0 di tengah society 5.0: sebuah integrasi
ruang, terobosan teknologi, dan transformasi kehidupan di era disruptif. Anak Hebat
Indonesia.
Isrososiawan, S. (2013). Peran kewirausahaan dalam pendidikan. Society, 4(1), 26–49.
Kusuma, A. I. (2017). Strategi manajemen sekolah dasar dalam menumbuhkan jiwa
kewirausahaan. Jurnal JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 4(2), 77–86.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian pendidikan matematika. Bandung: PT
Refika Aditama, 2(3).
Munandar, U. (2016). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Rineka cipta.
Mustaqim, M. (2016). Metode Penelitian Gabungan Kuantitatif Kualitatif/Mixed Methods Suatu
Pendekatan Alternatif. Intelegensia: Jurnal Pendidikan Islam, 4(1).
Risdianto, E. (2019). Analisis pendidikan indonesia di era revolusi industri 4.0. April, 0–16.
Diakses Pada, 22.
Ristek, K. (2021). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–108.
Rizky Satria, P. A., Sekar, W. K., & Harjatanaya, T. Y. (2022). Projek Penguatan. Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila, 138.
Saputra, R., Rochmiyati, S., & Khosiyono, B. H. C. (2023). Perwujudan Keenam Profil Pelajar
Pancasila Dalam Kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Pembuatan
Tempat Pensil Sederhana Dari Botol Plastik Bekas. Elementary School: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-SD-An, 10(1), 87–98.
Sugiyono, P. D. (2017). Metode penelitian bisnis: pendekatan kuantitatif, kualitatif, kombinasi,
dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung, 225, 87.
Talajan, Guntur. 2012. Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru.Yogyakarta: LaksBan
PRESSSindo

Jurnal Pendidikan Tambusai 6952

Anda mungkin juga menyukai