769 Artikel P5 Raisa 6943-6952
769 Artikel P5 Raisa 6943-6952
769 Artikel P5 Raisa 6943-6952
e-mail: [email protected]
Abstrak
Kreativitas menjadi keterampilan wajib yang harus dimiliki terutama di abad-21 ini karena
menjadi modal penting dalam menghadapi tantangan dan persaingan global terutama dalam
perekonomian dunia. Pendidikan kewirausahaan menjadi jembatan dalam proses penanaman
kreativitas peserta didik dari sejak dini. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan
kreativitas siswa dalam kegiatan berwirausaha sebagai bentuk upaya peningkatan
kesejahteraan ekonomi di lingkungan sekitar SD Negeri Jamali. Pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan mixed method dengan model concurrent embedded menggunakan metode
kualitatif sebagai metode primer. Pengumpulan data diperoleh melalui kegiatan wawancara
dan penyebaran angket yang menghasilkan 27 siswa kelas IV SD Negeri Jamali. Hasil
penelitian menunjukan: (1) Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada
Tema Kewirausahaan telah terlaksana dengan baik, (2) Mayoritas siswa sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan kreativitasnya, (3) Peningkatan kreativitas siswa berada pada
kategori mulai berkembang. Hasil ini menunjukan adanya keberhasilan pelaksanaan P5 dalam
meningkatankan Kreativitas siswa kelas IV SD Negeri Jamali.
Abstract
Creativity is a mandatory skill that must be possessed, especially in the 21st century because
it is an important asset in facing global challenges and competition, especially in the world
economy. Entrepreneurship education becomes a bridge in the process of cultivating students'
creativity from an early age. So this research aims to foster student creativity in entrepreneurial
activities as a form of effort to improve economic welfare in the environment around SD Negeri
Jamali. The approach used is a mixed method approach with a concurrent embedded model
using qualitative methods as the primary method. Data collection was obtained through
interviews and distributing questionnaires which resulted in 27 grade IV students at SD Negeri
Jamali. The research results show: (1) The implementation of the Project for Strengthening the
Profile of Pancasila Students on the Entrepreneurship Theme has been carried out well, (2)
The majority of students are able to solve problems with their creativity, (3) The increase in
student creativity is in the starting to develop category. These results indicate the success of
implementing P5 in increasing the creativity of class IV students at Jamali State Elementary
School.
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai program yang tepat sasaran. Program ini diharapkan dapat meningkatkan
kreativitas siswa di kelas IV SDN Jamali dalam berwirausaha.
TINJAUAN PUSTAKA
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Profil pelajar Pancasila merupakan upaya menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan
ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
Rumusan profil pelajar Pancasila dibuat dengan tujuan sebagai kompas bagi pendidik dan
pelajar Indonesia. Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022 Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila ini merupakan kegiatan ko-kurikuler berbasis proyek yang dirancang
untuk memperkuat upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil
pelajar Pancasila, yang disusun berdasarkan Kompetensi Standar Lulusan Indonesia.
Projek Penguatan Profil Pelajaran Pancasila ini juga merupakan sebuah pembelajaran
berbasis proyek (project based learning) di mana siswa diharapkan bisa mendapatkan
pengalaman belajar informal melalui struktur belajar yang fleksibel (dibanding pembelajaran
formal di dalam kelas), pembelajaran yang interaktif, dan berinteraksi secara langsung dengan
lingkungan di sekitarnya untuk memperoleh berbagai kompetensi yang diharapkan. elain itu,
pendekatan ini juga mendorong pembelajaran yang interaktif dan memungkinkan siswa
berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar, semuanya bertujuan untuk
mengembangkan berbagai kompetensi yang diharapkan (Saputra et al., 2023).
Projek penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan
kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Profil pelajar pancasila khususnya
diberlakukan dalam pembelajaran di kelas. Namun, sesuai dengan kurikulum merdeka belajar,
nilai-nilai profil pelajar pancasila diterapkan di dalam dan di luar kelas. Dalam hal ini projek
penguatan profil pelajar pancasila menjadi jawaban untuk memudahkan menyampaikan
pendidikan untuk memiliki perilaku mencerminkan pelajar yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan.
Dalam implementasinya P5 ini menyuguhkan beberapa tema yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa dimasa yang akan datang. Tema itu meliputi: a) gaya hidup
berkelanjutan; b) kearifan lokal; c) bhinneka tunggal ika; d) bangunlah jiwa raga; e) suara
demokrasi; f) rekayasa teknologi; g) kewirausahaan; h) kebekerjaan. Pada prinsipnya Rizky
Satria et al. (2022) menyatakan bahwa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini harus
bersifat holistik dimana setiap tema dalam projek profil bukan sekadar tempat untuk
menggabungkan berbagai mata pelajaran, tetapi lebih sebagai alat untuk mengintegrasikan
berbagai perspektif dan pengetahuan dalam satu kesatuan yang lengkap. Selain itu,
pendekatan holistik juga mendorong kita untuk mengidentifikasi hubungan yang signifikan
antara berbagai komponen dalam pelaksanaan projek profil, seperti peserta didik, pendidik,
satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari.
Selain itu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila juga harus bersifat konstektual
dimana tema-tema yang diajukan dalam projek profil seharusnya sebisa mungkin relevan
dengan persoalan lokal yang terjadi di wilayah mereka masing-masing. Dengan berpegang
pada pengalaman dan upaya pemecahan masalah sehari-hari sebagai bagian dari solusi,
diharapkan peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna dan secara aktif
meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka. Pembelajaran juga harus berpusat
pada siswa dimana pendidik sebaiknya menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan
banyak kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongannya
sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Harapannya, setiap kegiatan
pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan inisiatif serta
meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Prinsip selanjutnya adalah eksploratif dengan banyak memberikan kesempatan bereksplorasi
dalam hal materi yang bisa dicakup oleh peserta didik, alokasi waktu, dan penyesuaian
dengan tujuan pembelajaran. Prinsip eksploratif juga diharapkan dapat memperkuat peran
projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam melengkapi dan meningkatkan keterampilan
yang telah diperoleh peserta didik dalam konteks intrakurikuler.
Kreativitas juga dapat diartikan sebagai suatu kompetensi dasar manusia berupa
bentuk aktualisasi diri baik dari pemikiran maupun dari karya atau produk yang dihasilkannya.
Menurut (Munandar, 2016) Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki
potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
Sehingga kreativitas merupakan sesuatu yang bisa diasah dan dikembangkan oleh siswa
melalui sebuah pembelajaran. Untuk terciptanya suatu pembelajaran yang optimal
mengembangkan kreativitas siswa perlu adanya model yang tepat sasaran agar tujuan yang
hendak dicapai dengan mudah terwujud.
Adapun beberapa teori mengenai kreativitas ini. Teori kognitif menyatakan bahwa
kreativitas seperti daya cipta dan kecerdikan merupakan komponen yang sebagaimana yang
didefinisikan dalam taksonomi tujuan pendidikan. Dalam hal tersebut dapat diajarkan secara
efektif melalui intruksi berbasis inquiry yang dibentuk oleh teori-teori. Berdasarkan hal tersebut
pengukuran berfikir dalam pembelajaran terlihat bahwa ada kesempatan luas untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dengan mata pelajaran tertentu. Sedangkan
teori psikologi humanistik menurut Rogers, mengatakan bahwa teori kreativitas berdasarkan
pandangan psikologi humanistik yang mengacu pada pengamatan di bidang psikoterapi. Teori
tersebut mengajukan tiga komponen pokok yang terlibat di dalam kreativitas, yaitu proses,
individu, dan lingkungan. Menurut teori asosiasi, gagasan baru dikembangkan dari gagasan
lama melalui coba-coba. Kreativitas merupakan pengaktivan kembali koneksi mental dan
proses ini berlangsung terus menerus sampai ditemukan suatu kombinasi yang
benar.kreativitas melalui asosiasi terjadi karena baik secara langsung maupun tidak langsung.
(Suharman, 2011). Sedangkan menurut teori psikoanalisis, mengenai kreativitas memiliki
pengaruh yang sangat besar sampai sekarang. Menurut Suler, mengatakan bahwa teori
psikoanalisis sebagai psikologi kognitif merupakan alat yang baik dan fleksibel dalam
memahami fenomena kreativitas yang dipandang sangat kompleks oleh para ahli. Kreativitas
dapat dipahami sebagai bentuk khusus interaksi antara berpikir proses primer dan berpikir
proses sekunder. Gagasan baru dilahirkan melalui pemikiran yang tidak logis dan fantastis
yang berasal dari berpikir proses primer kemudian dibentuk dengan berpikir proses sekunder
dalam konteks yang sesuai dengan nilai-nilai sosial. (Suharman, 2011).
Menurut Torracen menyatakan bahwa individu yang kreatif memiliki ciri sebagai
berikut: 1) kesadaran atas dirinya sendiri; 2) insaf diri yang positif; 3) kesanggupan menguasai
dirinya sendiri; 4) rasa humor yang tinggi; 5) kemampuan memberikan tanggapan yang berani
dan unik (Guntur Talajan, 2012). Tidak hanya ciri seseorang yang memiliki jiwa kreatif itu juga
dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan. Tingkatan kreativitas dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, dan hal ini tergantung perspektif yang digunakan oleh seseorang. Menurut
Taylor mengtakan bahwa kreativitas memiliki beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut :
1) Eksprise spontan (expressice creativity)
Kreativtas pada tingkatan ini adalah tingkatan yang paling rendah. Ekspresi yang
dilakukan yaitu secara spontan sehingga orijinalitas dan kualitas hasil karya tidak
penting. Misalnya, gambar atau lukisan yang dibuat oleh anak-anak, dan ucapan-ucapan
tertentu dalam situasi humor yang dilontarkan seseorang secara bebas tanpa
direncanakan.
2) Teknis (productive creativity)
Kreativitas pada tingkatan ini melibatkan keterampilan dan kecakapan baru dalam
membuat suatu karya. Misalnya, seorang peluks yang menggunakan bulu sebagai cara
yang baru dalam membuat sebuah lukisan.
3) Daya cipta (inventive creativity)
Kreativitas pada tingkatan ini mencangkup kecerdikan seseorang dalam menggunakan
bahan dan membuat kombinasi cara atau pendekatan lama dengan pendekatan baru.
4) Inovatif (innovative creativity)
Kreativitas pada tingkatan inovatif melibatkan pemahaman secara mendalam kemudian
melakukan modifikasi tertentu melalui pendekatan alternative.
5) Emerjensi (emergentive creativity)
METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran (mixed methods).
Dimana metode penelitian campuran (mixed methods) ini merupakan jenis penelitian yang
digabungkan dari dua metode penelitian meliputi penelitian kuantitatif dan kualitatif (Subagyo,
2020). Metode campuran bertujuan sebagai penyempurnaan yang menyatukan dari penelitian
kuantitatif dan kualitatif (Lestari & Yudhanegara, 2015). Mixed method merupakan stategi yang
mengintegrasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam pengumpulan data, serta
menggabungkannya dalam semua tahap penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian
deskiriptif analisis dengan tujuan untuk membuat deskripsi atau gambar mengenai suatu objek
yang dikaji secara jelas dan perperinci sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, model yang akan diterapkan adalah mixed methods concurrent
embedded. Adapun desain concurrent embedded (campuran tidak berimbang) ini merupakan
metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang. Dalam satu kegiatan
penelitian mungkin 70/80/90% menggunakan metode kuantitatif dan 30/20/10% metode
kualitatif atau sebaliknya (Mustaqim, 2016). Sehingga dalam tahap pertama penelitian, metode
kualitatif digunakan, dan di tahap kedua, metode kuantitatif diterapkan bersamaan, meskipun
fokusnya berbeda. Adapun model pada penelitian ini merupakan concurrent menurut Creswell
dalam (Sugiyono, 2017) mengatakan bahwa model campuran adalah tahapan atau
serangkaian penelitian yang di mana peneliti menyatukan data kuantitatif dan kualitatif agar
memperoleh analisis yang komprehensif untuk menjawab masalah penelitian. Peneliti
memfokuskan model metode kualitatif sebagai metode primer dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Jamali, Kecamatan Mande,
Kabupaten Cianjur. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 27 orag yang
terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Disini peneliti sebagai
pelaksana sekaligus peneliti bertugas untuk meimplementasikan projek penguatan profil
pelajar pancasila pada tema kewirausahaan pada siswa kelas IV SD Negeri Jamali dan
melakukan penelitian dengan mengumpulkan beberapa data melalui kegiatan wawancara dan
penyebaran angket.
merumuskan program pada projek penguatan profil pelajar Pancasila di SD Negeri Jamali
serta mengelola dan memastikan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik. Sebagaimana
dalam penelitian yang dilakukan oleh Aulia Anggit Hanwita dan Banun Havifah Cahyo
Khosiyono (2023) menyatakan bahwa perencanaan dalam proyek ini akan mampu
meningkatkan pemahaman nilai-nilai Pancasila melalui inovatif dan terarah, menciptakan
lingkungan pembelajaran yang memadukan aspek kulikuler dan karakter. Maka dari itu,
peneliti bermaksud untuk ikut andil dalam pelaksanaan tersebut.
Langkah awal dalam perencanaan projek ini dimulai dari penentuan dimensi, tema,
serta alokasi waktu yang disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah
dilakukan oleh kepala sekolah beserta guru-guru yang menjadi tim fasilitator. Dimensi yang
digunakan adalah dimensi gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Adapun tema yang telah
disepakati bersama oleh tim fasilitator untuk tahun ajaran 2023/2024 adalah “Kewirausahaan”.
Kewirasahaan menjadi projek pertama yang dilakukan oleh SD Negeri Jamali dengan alokasi
waktu 120 jam pelajaran dilakukan secara sinkronus dan asinkronus selama 2 minggu. Tahap
selanjutnya adalah dengan membuat atau memodifikasi modul ajar pelaksanaan projek
penguatan profil pelajar Pancasila dengan tema kewirausahaan. Modul yang dibuat oleh tim
fasilitator dirumuskan dan disesuaikan berdasarkan buku Panduan Pengembangan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dicetuskan oleh (Ristek, 2021). Hal ini disampaikan
oleh Bapak Deni Handayani, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jamali sebagai berikut :
“Setelah saya melihat dari modul ajar yang buat secara kolaborasi antara peneliti dan
tim fasilitator, saya dapat menilai bahwa modul ajar ini merupakan modul ajar baik
sekali yang pernah saya lihat dari modul ajar yang sebelumnya telah dibuat. Dilihat dari
capaian pembelajaran modul ini sangat berkesinambungan dengan materi yang diajar
bahkan modul ajar ini selaras dengan tujuan pada projek yang bertemakan
kewirausahaan karena didalamnya memuat beberapa pengembangan siswa dalam
kegitan berwirausaha. Modul ajar ini juga sangat sesuai dengan kurikulum merdeka
dan tujuan dari tema kewirausahaan tersebut karena pada prosesnya peneliti sudah
berupaya memasukan beberapa hal esensial dalam kurikulum merdeka seperti adanya
dimensi, elemn, alur, hingga asesmen secara utuh dan tepat guna” (Wawancara
penelitian, 4 Desember 2023).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Ibu Ai Nur Aeni selaku Wali Kelas IV
SD Negeri Jamali mengenai kesesuaian modul dengan buku pedoman pengembangan P5
yang mana mengatakan bahwa :
“Sudah sesuai, karena saya melihat dan membandingkan buku pedoman
pengembangan P5 dengan modul tersebut sama-sama berisikan dimensi, elemen,
sub-elemen, alur, hingga asesmen. Maka menurut saya itu sudah sesuai dan cukup
baik digunakan”. (Wawancara penelitian, 4 Desember 2023).
Tujuan projek penguatan profil pelajar Pancasila dirumuskan dengan menentukan
dimensi, elemen, sub-elemen, dan target capaian pada fase yang ditentukan. Fase yang
digunakan pada projek yang dilaksanakan di SD Negeri Jamali merupakan fase B yang
diperuntukan untuk siswa kelas III-IV Sekolah Dasar dengan rentang usia 8-10 tahun. Adapun
penyusunan rubrik pada projek profil disesuaikan dengan dimensi yang ditentukan. Rubrik
tersebut memuat beberapa tahapan perkembangan siswa seperti mulai berkembang, sedang
berkembang, berkembang sesuai harapan, dan sangat berkembang yang ditemukan langsung
saat proses pelaksanaan berlangsung. Rubrik yang dibuat oleh tim fasilitatir SD Negeri jamali
disesuaikan dengan dimensi yang masuk pada tema kewirausahaan yakni rubrik gotong
royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Tahap selanjutnya dalam merumuskan projek profil adalah dengan menyusun dan
menentukan topik, alur aktivitas, dan asesmen projek. Tim fasilitator yang diberi keleluasaan
dalam mengembangkan topik projek profil yang sesuai dengan tema dan tujuan projek profil
serta kondisi dan kebutuhan di sekitar lingkungan SD Negeri Jamali. Hal ini terbukti melalui
pendapat Ibu Ai Nur Aeni mengenai kesesuaian tujuan dan alur pada modul P5 tema
kewirausahaan SD Negeri Jamali sebagai berikut :
“Dari modul ajar yang telah dibuat oleh peneliti, saya melihat adanya kesesuaian
antara modul dengan tujuan pembelajaran pada tema kewirausahaan ini. Dimana
urutan alur yang dibuat pada modul telah sesuai dimulai dari tahap pengenalan,
kontektual, aksi , tindak lanjut, hingga refleksi peneliti sudah mampu memberikan
pengalaman belajar dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam berwirausaha.”
(Wawancara penelitian, 4 Desember 2023).
Pada Fase B topik projek profil dilaksanakan dengan membuat pameran wirausaha
sederhana untuk melatih siswa dalam mengembangkan jiwa enterpreneur dan kreativitasnya.
Pemilihan topik ini didasarkan pada kondisi dan situasi dilingkungan SD Negeri Jamali yang
memiliki tingkat perekonomian yang rendah sehingga fokus yang dikembangkan pada projek
ini adalah akhlak pribadi, dimana siswa belajar untuk memahami bahwa melakukan usaha
dengan sungguh-sungguh dan tekun akan membuahkan hasil yang optimal.
Setelah merancang alur aktivitas projek, tim fasilitator beserta peneliti berkolaborasi
dalam mengembangkan asesmen. Pada tahap ini, asesmen dilakukan sebagai acuan
keberhasilan pelaksanaan projek profil. Terdapat 2 asesmen yang diterapkan yaitu asesmen
formatif dan asesmen sumatif. Dalam asesmen formatif, pendidik, peneliti, ataupun sesama
siswa menilai berdasarkan pengamatan dari rubrik yang telah dibuat, melakukan umpan balik
secara lisan, dan diskusi. Adapun asesmen sumatif berupa penilaian produk yang dibuat dan
kegiatan wawancara yang dilakukan diakhir kegiatan.
Tahap tindak lanjut dalam pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan dengan mengadakan evaluasi. Peneliti melakukan evaluasi berdasarkan rubrik
penilaian yang telah dibuat. Evaluasi dilakukan ditengah kegiatan dan diakhir kegiatan dengan
melakukan tinjuan kepada setiap peserta didik mengenai kemampuannya dalam membuat
suatu karya atau produk. Evaluasi juga dilakuakan pada akhir kegiatan dengan pemberian
soal angket dimana siswa harus menjawab dan memberikan alasan atas jawaban yang
diberikan. Strategi tersebut dilakukan sebagai bentuk evaluasi yang dilakukan peneliti saat
penelitian berlangsung.
SIMPULAN
Secara keseluruhan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kegiatan
proyek penguatan profil pelajar Pancasila pada tema kewirausahaan secara positif
berkontribusi terhadap peningkatan kreativitas siswa di tingkat sekolah dasar. Dengan
demikian, hasil penelitian ini memberikan landasan bagi strategi pengembangan
pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan kreativitas siswa melalui integrasi nilai-
nilai Pancasila dalam konteks kewirausahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan. (2021). Panduan pengembangan
projek peguatan profil pelajar pancasila jenjang pendidikan dasar dan menengah
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA). Kemendikbudristek, 1–108.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila
Hanwita, A. A. (2023, December). Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar 129 Pancasila
(P5) Tema Kewirausahaan Kelas IV SD. In Prosiding Dewantara Seminar Nasional
Pendidikan (Vol. 2, No. 01).
Haqqi, H., & Wijayati, H. (2019). Revolusi industri 4.0 di tengah society 5.0: sebuah integrasi
ruang, terobosan teknologi, dan transformasi kehidupan di era disruptif. Anak Hebat
Indonesia.
Isrososiawan, S. (2013). Peran kewirausahaan dalam pendidikan. Society, 4(1), 26–49.
Kusuma, A. I. (2017). Strategi manajemen sekolah dasar dalam menumbuhkan jiwa
kewirausahaan. Jurnal JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 4(2), 77–86.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian pendidikan matematika. Bandung: PT
Refika Aditama, 2(3).
Munandar, U. (2016). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Rineka cipta.
Mustaqim, M. (2016). Metode Penelitian Gabungan Kuantitatif Kualitatif/Mixed Methods Suatu
Pendekatan Alternatif. Intelegensia: Jurnal Pendidikan Islam, 4(1).
Risdianto, E. (2019). Analisis pendidikan indonesia di era revolusi industri 4.0. April, 0–16.
Diakses Pada, 22.
Ristek, K. (2021). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–108.
Rizky Satria, P. A., Sekar, W. K., & Harjatanaya, T. Y. (2022). Projek Penguatan. Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila, 138.
Saputra, R., Rochmiyati, S., & Khosiyono, B. H. C. (2023). Perwujudan Keenam Profil Pelajar
Pancasila Dalam Kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Pembuatan
Tempat Pensil Sederhana Dari Botol Plastik Bekas. Elementary School: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-SD-An, 10(1), 87–98.
Sugiyono, P. D. (2017). Metode penelitian bisnis: pendekatan kuantitatif, kualitatif, kombinasi,
dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung, 225, 87.
Talajan, Guntur. 2012. Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru.Yogyakarta: LaksBan
PRESSSindo