Bab Ii

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 rumah

sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan

kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai

tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Sesuai

fungsinya, rumah sakit merupakan depot pengumpulan (collection

depot) bagi segala macam penyakit baik penyakit menular maupun

tidak menular. Rumah sakit juga merupakan tempat yang selalu

dihuni dan dipergunakan oleh berbagai penjamu yang rentan

(susceptible host).

Rumah sakit sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan

secara menyeluruh sering dikenal sebagai bentuk pelayanan yang

berorientasi pada pelayanan kuratif saja, tetapi untuk mencapai

tujuan pembangunan bidang kesehatan, maka rumah sakit yang

diterapkan secara berangsur akan berkembang menjadi pelayanan

kesehatan paripurna yang mencakup upaya peningkatan,

pencegahan, pengobatan dan pelayanan kesehatan (Sanropie,

1989).

10
2

2. Sanitasi Ruang Bangunan Rumah sakit

Sanitasi ruang bangunan rumah sakit dimaksudkan untuk

menciptakan kondisi ruang dan konstruksi bangunan yang nyaman,

bersih dan sehat di lingkungan rumah sakit. Hal ini diadakan agar

tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pasien, pengunjung

dan petugas rumah sakit karena diharapkan dapat memperpendek

masa perawatan pasien, di samping itu juga dapat memperkecil

kemungkinan rusaknya sarana dan prasarana (Ditjen PPM & PL,

2002).

Pemeliharaan ruang bangunan meliputi pemeliharaan lantai,

dinding, langit-langit, kualitas udara, ruang dan kabinet, sistem

ventilasi dan air conditioning, pencahayaan dan kebisisingan.

Dalam menjaga kebersihan dan kesehatan ruang bangunan maka

perlu dihindari adanya pembersihan yang dapat menebarkan debu

karena jika debu bertebaran maka sama juga dengan menebarnya

kuman yang terkandung di dalamnya sehingga memungkinkan

terjadinya penularan penyakit. Pembersihan dapat dilakukan

minimal satu kali dalam satu hari (Sanropie, 1989).

Dekontaminasi merupakan suatu usaha sanitasi yang dapat

dilakukan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen dan

kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan

selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi


3

pengelolaan alat kesehatan bekas pakai sebelum atau pengelolaan

pencemaran lingkungan, seperti misalnya tumpahan darah atai

cairan tubuh. Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah

penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan

benda, misalnya HIV, HBV dan kotoran lain yang tidak tampak,

sehingga dapat melindungi petugas maupun pasien. Dekontaminsi

dilakukan melalui proses disinfeksi dengan menggunakan

disinfektan, yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang digunakan

untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati dan tidak

digunakan untuk kulit atau jaringan (Ditjen PPM dan PL, 2003).

Salah satu ruang bangunan yang terpenting di rumah sakit

adalah lantai. Lantai merupakan bagian dasar dari suatu bangunan

yang paling sering dijamah oleh pengunjung, pasien dan petugas

yang ada di rumah sakit. Manfaat lantai bagi masyarakat selain

sebagai pijakan kaki juga untuk menahan beban yang ada di

atasnya seperti kursi, meja, tempat tidur dan lain-lain. Lantai

sebagai bagian terpenting dari rumah sakit harus memenuhi syarat

fisik seperti kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan serta

memenuhi syarat kesehatan agar fungsi dan manfaatnya menjadi

maksimal.
4

3. Angka Kuman Lantai

Kuman adalah makhluk hidup yang terdiri dari satu sel dan

dapat memperbanyak diri dengan cepat, terutama apabila berada

pada suatu tempat dengan suasana yang baik dan sesuai. Dalam

waktu satu hari kuman dapat berkembang biak menjadi berjuta-juta

jumlahnya.

Kuman merupakan indikator adanya pencemaran udara oleh

bakteri, keberadaannya di udara ada yang bersifat patogen. Kuman

patogen yang berasal dari udara akan berterbangan dan melekat

pada permukaan ruang bangunan seperti lantai, dinding dan

peralatan non medis lainnya. Sifat-sifat kuman di antaranya

memiliki suhu optimal kurang lebih 37oC, pH optimal 6,4 sampai

7,8, tumbuh pada media yang padat dan dapat tumbuh pula pada

media aerob maupun anaerob.

Angka kuman atau angka lempeng total adalah mikroorganisme

patogen atau non patogen menurut pengamatan secara visual atau

dengan kaca pembesar pada media penanaman yang diperiksa

kemudian dihitung berdasarkan lempeng dasar untuk standar tes

tehadap bakteri (Prastiwi, 2003).

Beberapa kuman yang ada di lantai yang dapat menimbulkan

infeksi nosokomial adalah Staphylococcus aureus, Enterococcus,

Salmonella sp, Shigella sp, Mycobacterium tubercullosa, virus

Hepatitis dan Aspergillus. Upaya pencegahan dari infeksi tersebut


5

salah satunya dengan menjaga kualitas lantai rumah sakit,

sehingga pertumbuhan mikroorganisme di lantai rumah sakit

menjadi terhambat.

Semua mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan

tertentu untuk pertumbuhan dan perbanyakan antara lain (Gaman

dan Sherington, 1992):

a. Waktu

Pada kondisi optimal, hampir semua bakteri memperbanyak

diri dengan pembelahan biner setiap 20 menit. Penelitian

tentang siklus kehidupan suatu koloni bakteri (sejumlah besar

bakteri yang saling mengelompok) diketahui bahwa jika bakteri

ditempatkan pada medium yang baru tidak akan ada

perbanyakan selama 30 menit.

b. Makanan atau nutrisi

Semua mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan

menyediakan energi, biasanya diperoleh dari substansi yang

mengandung karbon, nitrogen untuk sintesis protein, vitamin

yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan dan mineral.

c. Kelembaban

Kelembaban pada masing-masing ruang harus diupayakan

memenuhi syarat (40-70 %). Udara ruang yang terlalu lembab

dapat menyebabkan tumbuhnya bermacam-macam jamur dan

spora.
6

d. Suhu

Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan

maksimum, minimum dan optimal. Mikroorganisme dapat

diklasifikasikan berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukan

yaitu psikrofil, mesofil dan termofil.

e. Oksigen

Bakteri diklasifikasikan menurut keperluan oksigennya, yaitu

aerob obligat, aerob fakultatif, an-aerob obligat, dan an-aerob

fakultatif.

f. Derajad Keasaman (pH)

Hampir semua mikroorganisme tumbuh baik antara pH 6,5-

7,5.

Faktor yang mempengaruhi uji angka kuman pada lantai

(Irmawanti, 1993):

a. Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana adalah orang yang melakukan pengepelan

saat dilakukan penelitian.

b. Kain Pel

Kain pel adalah kain yang digunakan khusus untuk mengepel

lantai.

c. Ember

Ember adalah wadah/tempat peracikan air dan cairan

pembersih lantai.
7

d. Air

Air digunakan untuk pengencer disinfektan. Sebisa mungkin

gunakanlah air yang bersih, contohnya dari sumur dan PDAM.

e. Kondisi kimia dan fisik lingkungan

Kondisi ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan

pencahayaan suatu ruangan.

4. Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita

selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat bersumber

dari faktor endogen dan eksogen yang berasal dari lingkungan,

berupa benda hidup (animate) maupun benda mati (inanimate)

yang terkontaminasi oleh kuman patogen. Suatu infeksi pada

penderita baru bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila

memenuhi beberapa kriteria tertentu sebagai berikut (Ditjen PPM &

PL, 2002):

a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak

didapatkan tanda-tanda klinis dari infeksi tersebut.

b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang

dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

c. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-

kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.

d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.


8

e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda

infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika

dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu, hal ini belum

dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Sedangkan infeksi nosokomial dapat berupa:

a. Infeksi silang

Hal ini disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau

penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak

langsung.

b. Infeksi lingkungan

Infeksi ini disebabkan oleh kuman yang berasal dari bahan atau

benda tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit.

c. Infeksi sendiri

Infeksi ini disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang

berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan lain.

Kuman penyebab infeksi nosokomial berasal dari beberapa

sumber antara lain (Surachman, 1988):

a. Manusia

1) Karier

Orang yang termasuk karier adalah orang sehat yang di

dalam tubuhnya mengandung kuman yang hidup dalam flora

normal dalam jaringan tubuh. Misalnya Staphylococcus


9

aureus, Eschericia coli dan Proteus. Apabila terjadi

perubahan dapat menjadi patogen bagi diri sendiri.

2) Penderita

Tubuh penderita mengandung kuman patogen yang dapat

mencemari lingkungannya bila kontak dengan peralatan

ataupun orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya

penularan penyakit seperti penyakit tuberkulosa oleh

Mycobacterium tubercullosa, kolera dan Shigellosis (Shigella

sp).

b. Bahan atau benda mati

Bahan atau benda mati dapat menjadi tempat sementara bagi

kuman. Benda tersebut dapat berupa:

1) Benda atau bahan kering seperti debu, udara dan

permukaan benda seperti lantai yang dapat menyebarkan

Staphylococcus dan Streptococcus.

2) Sumber lingkungan bebas yang dapat menjadi tempat hidup

bagi Clostridium tetani, Listeria dan Acinetobacter.

5. Upaya Untuk Menurunkan Angka Kuman Lantai

Disinfeksi merupakan proses pengurangan atau penurunan

jumlah jasad renik yang patogen dengan menggunakan zat-zat

yang ada pada disinfektan. Disinfeksi bertujuan untuk menekan

seminimal mungkin jumlah bakteri, virus dan jamur yang terdapat di


10

udara ruang, lantai, dinding, langit-langit, permukaan peralatan,

linen dan semua jenis instrumen yang ada di dalam ruangan.

(Sutena: 1995).

Setiap proses disinfeksi harus selalui didahului dengan proses

pencucian yang memadai, karena proses itu akan menghilangkan

sebagian besar kuman yang terdapat di permukaan dan sisa

kuman yang sedikit akan lebih mudah dibunuh oleh zat disinfektan

(Ditjen PPM dan PL, 2002).

Disinfeksi ruang adalah suatu usaha untuk menekan atau

mengurangi jumlah bakteri, kuman, virus dan jamur yang terdapat

di dalam ruangan, dinding, lantai dan permukaan benda lain yang

berada di dalam ruangan sehingga sesuai dengan Kepmenkes

Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004.

Sasaran disinfeksi ruang adalah bakteri, virus dan jasad renik

lainnya yang bersumber pada (Soekarjo, 1991):

1. Pernafasan atau pembicaraan dan permukaan kulit pasien atau

petugas.

2. Aliran udara dari luar ruangan baik melalui ventilasi alami

maupun sistem penapisan pernafasan yang kurang baik.

3. Instrumen alat penunjang pada ruangan yang berdebu.

4. Kamar bekas atau linen penderita penyakit menular.

5. Lantai yang kotor oleh telapak kaki atau alas kaki.


11

Lantai mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam kondisi

yang tidak bersih, bila dibandingkan dengan permukaan bangunan

yang lain seperti dinding dan langit-langit. Kotoran yang melekat di

atas lantai menempel dan masuk celah-celah pori lantai yang

mengandung banyak kuman penyebab penyakit atau infeksi.

Tindakan membunuh kuman-kuman yang terdapat di lantai dan

semua permukaan dapat menurunkan kemungkinan infeksi melalui

luka terbuka dari permukaan tubuh, makanan yang jatuh ke lantai

akan menimbulkan peyakit akibat kuman yang menempel pada

makanan. Dalam hal ini perlu diperhatikan disinfektan dan metode

yang efektif sehingga tercapai daya bunuh yang optimal terhadap

kuman.

Disinfeksi pada lantai dilakukan untuk membunuh kuman yang

terdapat di permukaan lantai sebagai akibat dari adanya gaya

gravitasi sehingga kuman di udara mengendap dan menempel

pada permukaan lantai. Beberapa metode disinfeksi menurut

Sanropie (1989), yaitu sebagai berikut:

a. Pembersihan dengan menggunakan satu tahap yaitu

menggunakan detergen sintetik yang memungkinkan untuk

melakukan pembersihan sekaligus disinfeksi. Pada

pembersihan satu tahap, disinfektan disemprotkan ke lantai

setelah lima menit disinfektan yang ada diserap dengan kain pel

yang lembab.
12

b. Pembersihan dengan dua tahap yaitu dengan menggunakan

dua kain pel. Larutan disinfektan dilarutkan dalam ember

pertama dan air bersih ditempatkan pada ember kedua. Jika

cara ini dilakukan dengan benar maka pengotoran terhadap

kain pel dan disinfektan dapat dihindari.

Metode disinfeksi pada lantai dapat dilakukan dengan

pengepelan menggunakan berbagai disinfektan. Adapun disinfek-

tan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “F”, “A” dan “S”

yang memiliki bahan aktif dengan kegunaanya sebagai berikut:

a. Disinfektan “F” mengandung bahan aktif Na(OCl) 2 12,5 %.

Disinfektan ini merupakan golongan halogen yang mengandung

gugus chlor yang berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam

rentang waktu sekitar 10-30 menit dan umum digunakan dalam

larutan air dengan konsentrasi 1-5 %. “F” adalah suatu cairan

bening kekuning-kuningan yang memiliki kemampuan sebagai

dan memiliki bau khas chlor. Cara penggunaan disinfektan ini

sangat mudah yaitu mencairkan 40 ml disinfektan ”F” ke dalam

5 liter air, disinfektan siap digunakan (Rismana, 2008). Adapun

kekurangan dan kelebihan dari disinfektan ini adalah:

1) Kelebihan disinfektan ”F” yaitu dapat digunakan untuk

mengepel lantai agar bebas dari kuman, lumut dan jamur,

antiseptik, algasida dan fungisida yang sangat ampuh.

Aplikasi proses disinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus.


13

2) Kekurangan disinfektan ”F” yaitu sifatnya yang tidak stabil,

sulit terbiodegradasi, dan mengiritasi mukosa.

b. Disinfektan “A”, merupakan disinfektan yang mengandung

bahan aktif berupa Benzalkonium chloride 2 %. Benzalkonium

chloride merupakan campuran dari alkyl dimetil benzyl amonium

cloride. Zephiran, zhepirol, benirol, roccal, germitol adalah

nama-nama lain dari benzalkonium chloride. Zat ini sangat larut

dalam air, alkohol, aseton dan sedikit larut dalam benzena.

Benzalkonium chloride bersifat germisidal dan cationic surface

active agent. Disinfektan “A” berdaya aksi dengan cara aktif

permukaan dalam rentang waktu sekitar 10-30 menit.

Disinfektan ini digunakan dengan mencampur 30 ml disinfektan

ke dalam 3 liter air bersih. Adapun kelebihan dan kekurangan

dari disinfektan ini adalah sebagai berikut (Rismana, 2008):

1) Kelebihan disinfektan ”A” yaitu mempunyai jangkauan

aktivitas yang luas dalam membunuh kuman. Bersifat iritasi

terhadap sel bakteri atau mikroorganisme lainnya sehingga

apabila kuman kontak dengan disinfektan ini maka kuman

tersebut akan mengalami kerusakan dinding sel dan cairan

dalam protoplasma. Disinfektan ini ramah terhadap material,

tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat

sebagai pengemulsi.
14

2) Kekurangan dari disnfektan ”A” yaitu hanya dapat

terbiodegradasi sebagian.

c. Disinfektan “S”, merupakan disinfektan yang baru digunakan di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Disinfektan ini adalah disinfektan

yang penggunaannya dikhususkan sebagai disin-fektan lantai

rumah sakit yang mengandung bahan aktif amino acid

hidrochloride dan didecyl-dimethyl amonium chloride.

Disinfektan ini termasuk golongan amonium kuarterner yang

berdaya aksi dengan cara aktif pada permukaan dalam rentang

waktu sekitar 10-30 menit. Salah satu produk yang sudah

dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif untuk membunuh

parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik

yang sangat susah untuk dimatikan dibandingkan virus lipofilik.

Kegunaan dari disinfektan ini adalah dapat membersihkan

permukaan lantai. Dosis pemakaian “S” yaitu 20 ml untuk 8 liter

air dengan aturan pemakaian 50-100 ml/m2

(http://www.surfianos fresh lemon.htm). Adapun kelebihan dan

kekurangan dari disinfektan ini adalah:

1) Keunggulan dari disinfektan ”S” yaitu ramah terhadap

material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan

bersifat sebagai pengemulsi. Memiliki kemampuan

mikrobiologi yaitu untuk menghilangkan bakteri, aktif

terhadap Mycrobacterium tuberculosis, fungisidal termasuk


15

Candida albicans, sebagai virusidal dan aktif terhadap HIV-1

dan hepatitis. “S” dapat bertahan selama 3 tahun sejak

diproduksi, sedangkan larutan yang telah dilarutkan dengan

air dapat bertahan selama 8 jam bila tidak dipakai.

2) Kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi

sebagian. Aplikasi untuk proses disinfeksi hanya untuk

bakteri vegetatif, dan lipovirus. Selain itu kekurangan yang

lain yang menonjol adalah disnfektan ini menjadi kurang

efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel

karena akan terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak

aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan

senyawa fosfat.

Disinfektan atau bahan kimia pembunuh kuman adalah bahan

kimia yang digunakan untuk membunuh sel-sel vegetatif tetapi tidak

membunuh sporanya. Bahan kimia pembunuh kuman yang digu-

nakan untuk disinfeksi pada lantai dapat dikategorikan baik bila

memenuhi syarat sebagai berikut (Sanropie, 1989):

a. Membunuh mikroba dalam spektrum yang luas.

b. Masih aktif membunuh mikroba dengan kandungan zat organik

yang tidak merusak kulit (menyebabkan iritasi dan meracuni

kulit).

c. Terdaftar pada Departemen Kesehatan atau Pemerintah.


16

B. Kerangka Konsep

Adapun skema kerangka konsep dapat digambarkan sebagai

berikut :

Metode desinfeksi Lantai :


1. Penyemprotan bahan kimia
2. Pengepelan dengan disinfektan
”F” , ”A”, ”S”

Angka kuman Angka Kesakitan Tinggi:


Lantai 1. Sumber kuman penyakit seperti:
a. Staphylococcus aureus

Angka Kuman b. Salmonella sp

Lantai Turun c. Shigella sp


d. Mycobacterium tubercullosa
e. Hepatitis
Angka kuman lantai 2. Sumber penyakit seperti hepatitis,
memenuhi syarat TB, typhus dll.
Permenkes

Tercegahnya Infeksi
Nosokomial

Keterangan : Yang digaris bawah adalah variabel yang diteliti


17

Uraian Kerangka Konsep :

Jika angka kuman lantai ruang perawatan tinggi dan tidak dilakukan

disinfeksi pada lantai maka dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

Jika angka kuman lantai ruang perawatan tinggi dan dilakukan

disinfeksi pada lantai, maka dapat tercegahnya infeksi nosokomial.

C. Hipotesis

Ada perbedaan kemampuan disinfektan lantai ”F”, ”A”, ”S” dalam

menurunkan angka kuman lantai ruang PICU RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai