RKS Upi Morsel

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

BEDAH UNIT PENGOLAH IKAN (UPI) SKALA MIKRO KECIL (MORSEL)


DESA PANDANGA DAN KOLORAY – KEC. MOROTAI SELATAN
KABUPATEN PULAU MOROTAI

1. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN


1.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, maka berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya.

a. Instruksi Presiden No. 1 1988 bersama tambahannya, dan Surat Edaran Menteri
Koordinator EKUIN dan Penyelia Pengembangan No. SE. 6/U. EKUIN/1988 bersama
tambahannya.
b. Peraturan umum tentang pelaksanaan di Indonesia atau AV 1941.
c. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan dan Gedung (SK SNI T-15-
1991-03).
e. Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) 1983
f. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977
g. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi
h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
i. Peraturan Cat Indonesia (PTI) 1961
j. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja
k. Peraturan Konstruksi Baja yang berlaku di Indonesia tahun 1993
l. Peraturan Semen Portland Indonesia NI No. 08
m. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI-1727-1989-F
(SKBI-1.3.53.1987)
n. Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton (SK SNI T-28-1991-03)
o. Peraturan dan Ketentuan yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah setempat, yang
berkaitan dengan permasalahan bangunan.

1.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku dan mengikat pula:


a. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan telah disahkan oleh PPK.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
d. Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa (SPPBJ)
e. Surat Perintah Kerja (SPK)
f. Surat Penyerahan Lapangan (SPL)
g. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya
h. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang telah disetujui Direksi teknis.
2. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS
2.1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara Gambar dan RKS, maka yang mengikat adalah
RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka harus
berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas untuk dikoordinasikan dengan Konsultan
Perencana.
2.3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam
pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, Kontraktor dapat menanyakan kepada
Konsultan Pengawas dan mengikuti keputusannya.

3. PERSIAPAN DI LAPANGAN
3.1. Kontraktor harus membuat bangsal serta gudang kerja dan bahan bangunan dari papan
dengan ukuran 5 x 6 M sebagai tempat tinggal sementara untuk pekerja dan bahan
bangunan serta peralatan maupun perlengkapan kerja.
3.2. Untuk persiapan selanjutnya kontraktor harus segera memobilisasi tenaga, peralatan
dan bahan sesuai yang tercantum dalam dokumen pengadaan atau schedule pekerjaan
yang telah dibuat kontrakor dan telah disetujui oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan.
3.3. Pembongkaran bangunan bangsal kerja setelah pekerjaan selesai pemanfaatannya
akan ditentukan oleh Proyek dan selama masih dalam periode kontrak (termasuk
periode pemeliharaan) biaya pembongkaran menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. JADWAL PELAKSANAAN
4.1. Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, Kontraktor wajib membuat rencana pelaksanaan
terperinci berupa Bar Chart, S-Curve dan Network Planning.
4.2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak
SPK diterima Kontraktor. Rencana kerja yang telah diketahui Konsultan Pengawas
akan diteruskan kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) untuk
mendapat persetujuannya.
4.3. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja yang telah disahkan oleh
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dalam 5 (lima) rangkap kepada Konsultan
Pengawas, dan satu salinan harus ditempel dibangsal Kontraktor di lapangan yang
selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan.
4.4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan grafik
rencana kerja tersebut.

5. SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN


5.1. Kontraktor/Pelaksana wajib menetapkan seorang tenaga teknis khususnya di
lapangan, yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan pekerjaan. Penetapan ini harus dikuatkan dengan surat pengangkatan
resmi dari Kontraktor ditujukan kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan
tembusan kepada Konsultan Pengawas serta Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan (PPHP).
5.2. Satu orang Sarjana Teknik Sipil atau Arsitektur sebagai pelaksana dengan pengalaman
kerja lapangan minimal 1 tahun atau satu orang dengan tingkat kelulusan STM bidang
bangunan serta memiliki sertifikat pelatihan yang telah diakreditas dan memiliki
pengalaman minimal 2 tahun.
5.3. Selain pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan pula memberitahu secara tertulis kepada
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Konsultan Pengawas tentang Susunan
Organisasi Lapangan lengkap dengan nama dan jabatannya masing-masing.
5.4. Bila dikemudian hari menurut Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Konsultan
Pengawas, Pelaksana kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor akan
diberitahu secara tertulis untuk mengganti pelaksananya.
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, Kontraktor
sudah harus menunjuk pelaksana baru atau ia sendiri sebagai penanggung jawab
perusahaan yang akan memimpin pelaksanaan.

6. KEAMANAN PROYEK
6.1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan baik terhadap
pencurian maupun pengrusakan.
6.2. Untuk maksud-maksud tersebut Kontraktor dianjurkan untuk membuat pagar
pengamanan.
6.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.

6.4. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, untuk itu
Kontraktor harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai,
ditempatkan di tempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai.

7. JAMINAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN


Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dalam keadaan siap pakai harus tetap tersedia di
lapangan.
7.1. Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan
serius, Kontraktor harus segera membawa korban ke rumah sakit terdekat dan
melaporkan kejadian tersebut pada PPK.
7.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan cukup, serta memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas/pekerja, baik yang berada di bawah
kekuasaannya maupun di bawah Pihak Ketiga dan untuk tamu-tamu proyek yang
meninjau lapangan pekerjaan.
7.3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua
petugas dan pekerja lapangan.
7.4. Selain untuk penjaga keamanan, penginapan bagi pekerja tidak diperkenankan berada
di lapangan pekerjaan, kecuali bagi para pekerja yang didatangkan dari luar daerah
dengan izin tertulis dari Pemilik Proyek.
7.5. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial keselamatan para pekerja, wajib diberikan
oleh para Kontraktor/Pelaksana sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku. Kontraktor/Pelaksana wajib menyelenggarakan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.

8. ALAT-ALAT PELAKSANAAN
8.1. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan baik berupa alat-alat kecil maupun besar,
harus disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai, sebelum
pekerjaan fisik yang bersangkutan dimulai antara lain:
a. Mesin pengaduk beton dan mesin penggetar
b. Mesin pemadat/compactor
c. Alat merger, alat ukur listrik dan alat ukur air pada saat diperlukan
d. Perlengkapan penerangan untuk keamanan dan kerja lembur.
e. Peralatan lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan

9. TEMPAT TINGGAL KONTRAKTOR DAN PELAKSANA


Untuk kemungkinan diperlukannya kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-hal
mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat
dan nomor telepon yang mudah dihubungi.

Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak sering berubah-rubah selama


pelaksanaan pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan Pelaksana wajib
memberitahukan secara tertulis.
A. SPESIFIKASI UMUM
URAIAN PEKERJAAN

1. Nama Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah BEDAH UNIT PENGOLAH IKAN (UPI)
SKALA MIKRO KECIL (MORSEL).
2. Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi pekerjaan persiapan (pembersihan
dan pembuangan puing), pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur beton,
pekerjaan kayu, pekerjaan dinding, pekerjaan atap, pekerjaan plesteran, pekerjaan
plafond, pekerjaan lantai, pekerjaan kunci dan penggantung, pekerjaan sanitasi air,
pekerjaan instalasi listrik, pekerjaan pengecatan, pekerjaan finishing dan pagar serta
pengadaan meubueler.
3. Sarana Kerja Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus tersedia :
a. Tenaga kerja terampil dan tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti molen (concrete mixer, vibrator, pompa air, alat-alat
penarik/kontrol, mesin pemadat, alat-alat gali, alat-alat ukur atau peralatan lainnya
yang benar-benar diperlukan dan dipergunakan dalam pelaksanaan.
4. Cara Pelaksanaan Semua jenis pekerjaan harus dilaksanakan/mengikuti ketentuan-
ketntuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Bestek, Berita Acara
Aanwijzing dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan dari Konsultan Pengawas.
5. Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri.
B. SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal - 1
PENETAPAN SITE UKURAN-UKURAN / PERSIAPAN

1. Kontraktor dapat membangun direksi keet pada lokasi pekerjaan yang dapat digunakan
sebagai kantor kontraktor dan tempat penyimpanan bahan dan alat, ukuran 5 x 6 M
dengan material atap seng, dinding papan atau tripleks, lantai papan/rabat, dapat dikunci
dan aman dari hujan, panas dengan kelengkapannnya sesuai kebutuhan hingga
selesainya pekerjaan dengan persetujuan dari Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
2. Setelah pekerjaan selesai maka Direksi teknis keet menjadi milik proyek.
3. Kontraktor harus menyiapkan kotak pertolongan kecelakaan P3K di kantor direksi teknis.
4. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan, bentuk, ukuran-ukuran dan mutu
yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) pekerjaan.
5. Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dan segera
memberitahukan/berkonsultasi dengan direksi teknis bilamana terdapat perbedaan
ukuran-ukuran satu sama lainnya.
6. Peil nol ( 0,00) ditetapkan di lapangan sesuai kondisi dan keinginan pada waktu rencana
awal pelaksanaan.
7. Kontraktor diwajibkan membuat tanda tetap untuk ukuran peil nol di atas patok yang kuat,
dan memeliharanya selama waktu pekerjaan berlangsung dan patok tersebut telah
disetujui oleh direksi teknis.
8. Penentuan peil kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dengan teliti terhadap
letak bangunan, siku bangunan maupun peil bangunan.
9. Kontraktor diwajibkan menyediakan air bersih yang memenuhi syarat untuk konstruksi
hingga selesainya pekerjaan dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal - 2
PEKERJAAN TANAH

1. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan pembersihan/mengupas


lapisan tanah permukaan, meliputi segala macam tumbuhan/tanaman, sampah dan
bahan-bahan lain yang dapat merusak bangunan dengan persetujuan direksi teknis.
2. Pekerjaan mencakup pengambilan, pengangkutan, penggalian, penghamparan dan
pemadatan tanah/pasir.
3. Pemadatan harus mencapai 90% dari padat maximum.
4. Untuk tanah bekas galian pondasi dapat digunakan pada urugan kembali.
5. Pekerjaan urugan pasir meliputi :
a. Di bawah pondasi setebal 5 cm.
b. Di bawah lantai minimal setebal 5 cm atau dapat disesuaikan gambar kerja sesuai
timbunan dari ketinggian rencana peil nol dari bangunan.
6. Pekerjaan urugan tanah meliputi : Di bawah lantai dengan ketebalan sesuaikan kebutuhan
dalam gambar.
7. Bahan dasar urugan pasir dari sungai/kali yang sudah bersih dan bebas dari zat organis
lainnya dan Lumpur.
8. Pekerjaan pemadatan urugan pasir harus dilaksanakan lapis demi lapis maksimum 15
cm, dengan menggunakan mesin soil compactor (mesin stamper atau alat sederahana
yang disetujui oleh direksi teknis) dan dibantu dengan air pada saat pemadatan.

Pasal - 3
PEKERJAAN GALIAN PONDASI

1. Pekerjaan galian pondasi harus mengikuti kedalaman yang sesuai dengan gambar.
2. Sebelum pekerjaan galian dimulai kontraktor diwajibkan mengadakan pengecekan AS
galian, letak bangunan dengan bangunan disekitarnya, siku bangunan dan lain-lain
bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan Konsultan Perencana.

Pasal – 4
PEKERJAAN PASANGAN PONDASI

1. Sebelum pemasangan pondasi, kontraktor harus mengecek ulang posisi bouwplank/patok


tetap, kontraktor juga diwajibkan menyempurnakan benang sebagai alat kontrol,
menimbang dengan alat sederhana seperti (selang + air) dan kontrol siku dengan alat
sederhana dari mistar segitiga yang dibuat dengan komposisi (100x80x60) cm.
2. Kontraktor harus betul-betul memperhatikan siku bangunan dan harus disetujui oleh
direksi teknis.
3. Sebelum memasang batu kosong (Aanstamping) kontraktor diwajibkan berkonsultasi
dengan pengawas/direksi teknis tentang benarnya kedalaman/lebar galian pondasi sesuai
gambar.
4. Material pondasi dapat menggunakan batu gunung, batu kali maupun batu karang gunung.
Materialyang digunakan harus dibersihkan dari kotoran tanah dan Lumpur sebelum
digunakan/dipasang.
5. Batu gunung, batu kali atau karang gunung yang diizinkan untuk digunakan adalah dengan
ukuran maximum 15-30 cm.

Pasal - 5
PEKERJAAN BETON

1. Material Bahan Beton

a. Semen
Yang digunakan adalah terdiri dari satu jenis merk dan mutu yang baik atas persetujuan
direksi teknis dan ditetapkan harus memakai produk lokal, semen yang tidak boleh digunakan
adalah :
 Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya.
 Kantong zaknya telah sobek.
 Semen yang tertumpah.
 Semen yang telah dipakai untuk mencampur kering dan sudah bermalam.
 Semen yang sudah lama dijemur/kena matahari.
Keamanan/tempat menyimpan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban lantai dan percikan air.
b. Pasir
Pasir terdiri dari butir-butir yang bersih, bebas dari bahan organic, Lumpur dan sebagainya
dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam PBI-1971.

c. Kerikil/batu pecah Beton.


Kerikil/batu pecah yang digunakan harus bersih dan bermutu baik mempunyai gradasi serta
kekerasan yang sesuai dengan syarat yang tercantum dalam PBI-1971.
Kerikil/batu pecah beton (2-3 cm) sebelum digunakan harus dicuci dengan air sampai bersih
(bila kotor). Penumpukan bahan kerikil/batu pecah beton harus dipisahkan dengan material
lain.

d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, tidak mengandung minyak, asam, garam,
alkohol atau bahan lain yang dapat merusak beton.

e. Takaran Material Beton.


Takaran/ukuran perbandingan material beton tidak diperbolehkan hanya menggunkaan
sekop/diperkirakan saja. Takaran yang diperbolehkan adalah ukuran dan bahan sama,
antara lain seperti : ember, drum plastik, atau tong dari kayu, dengan standar yang telah
ditentukan yakni mutu K-250.

f. Besi Beton
1. Besi beton digunakan mutu U.24. sesuai standar SI-1.
2. Besi beton harus bersih dari lapisan, minyak, karat bebas dari cacat seperti retak,
bengkok-bengkok, dan sebagainya dan harus berpenampang bulat dan memenuhi
syarat yang tercantum dalam PBI-1971.

2. Pekerjaan Pembesian Beton.

a. Pembesian/rakitan besi beton dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan diukur
dengan mm (millimeter) untuk besar diameternya.
b. Ikatan besi beton / beugel menjadi pembesian hingga tidak berubah tempat selama
pengecoran & selimut beton harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam PBI-
1971.
c. Besi beton yang dipasang lebih dari satu lapis harus diberi antara dengan potongan besi
minimal sama dengan diameter besi tersebut.
d. Jarak pemasangan besi beton harus dapat dilalui oleh material beton dengan standar
PBI-1971 adalah minimal 2,5 cm antara besi.
e. Ketentuan-ketentuan lain adalah mengikuti syarat yang tercantum dalam PBI-1971.
f. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dalam waktu 1x24 jam seletah adanya perintah tertulis dari direksi teknis.
3. Jenis dan Mutu Beton.

a. Jenis-jenis pekerjaan Beton.


1. Beton bertulang 1 pc : 2 ps : 3 krk, digunakan untuk semua jenis pekerjaan beton
bertulang.
2. Beton tidak bertulang 1 pc : 5 krk, digunakan untuk lantai beton (rabat) pada overstek
keliling bangunan, dan lainnya sesuai bestek.

b. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan adalah sesuai dipersyaratkan dengan standar komposisi bahan
atau setara/minimal :
Beton bertulang K-175 digunakan pada; Kolom Praktis, Sloof Praktis, Balok Latei, Plat Sirip
yang dilapangan dibuat dengan perbandingan (1 pc: 2 ps : 3 krk).
Dan khusus mutu beton K-250 yaitu digunakan pada Pondasi Telapak, atau dengan
perbandingan takaran (1pc : 1-1/2ps : 2-1/2krk), dan dengan disetujui oleh direksi
teknis/pengawas lapangan.

4. Pengecoran dan Perawatan Beton.

a. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan direksi teknis.


b. Pengadukan beton harus merata, menggunakan beton molen atau alat lain yang
disetujui oleh pengawas.
c. Takaran-takaran untuk semen PC, Pasir, Krikil/batu dan Air harus mendapatkan
persetujuan direksi teknis/pengawas lapangan.
d. Pengecoran harus dilaksanakan dengan tata laksana yang baik dengan mengikuti
petunjuk direksi teknis. Penggunaan alat penggetar/vibrator bila dianggap perlu oleh
direksi teknis maka kontraktor harus melaksanakannya.
e. Apabila proses pengecoran beton, tidak diperkenankan untuk dibebani selama proses
tersebut berlangsung, dan beton harus disiram/dibasahi terus menerus selama 2
(dua) minggu.
f. Pembongkaran mal beton harus dapat dibongkar setelah berumur 3 (tiga) minggu,
kecuali beton sloof, dan kolom praktis, bila dianggap perlu dapat dibongkar setelah
berumur 3-7 hari dengan persetujuan Direksi teknis.

Pasal – 6
PEKERJAAN PASANGAN DINDING

1. Bahan pasangan Dinding adalah batako cetak (press) yang berkualitas baik dan tidak
mudah patah/hancur bila kena air, dengan ukuran standar sesuai kondisi industri lokal
yakni ketebalan hanya berkisar 8 cm dan panjang/lebar adalah (27x 13) cm.
2. Pasangan dinding adukan 1 pc : 3 psr, digunakan pada pasangan bata trasram
3. Pasangan dinding adukan 1 pc : 5 Psr, digunakan untuk, pasangan dinding yang tidak
termasuk pada point “2” tersebut di atas.
4. Semua pasangan batu harus dilakukan penyiraman setiap saat sebelum dipasang.
Pasal – 7
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

1. Plesteran adukan 1 pc: 3 Psr, digunakan untuk pekerjaan :


a. Tiang teras.
b. Sloof luar yang nampak muncul dan pada tempat kolom dan balok beton yang
nampak.
c. Pondasi yang muncul di atas permukaan tanah.
2. Plesteran adukan 1 pc: 5 psr, digunakan untuk Seluruh pasangan Dinding dan termasuk
kolom beton yang rata dengan dinding, kecuali kolom, balok, ringbalok, plat beton yang
terpisah digunakan adukan 1 pc: 3 psr.
3. Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan plesteran terlebih dahulu diadakan penyiraman
sampai jenuh didaerah rencana plesteran.
4. Sebelum plesteran kering betul, dapat dilakukan Pengacian Dinding dengan campuran 1
pc : 8 Pc putih. Diaci/digosok hingga permukaannnya licin dan rata.

Pasal – 8
PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU

1. Pekerjaan Kusen
a. Pekerjaan kusen menggunakan material alluminium.
b. Penggunaan warna kusen alluminium disesuaikan dengan warna cat dinding pada
bangunan, yaitu warna silver.
c. Menggunakan alluminium kwalitas baik yaitu superx silver 3 inc.
d. Penggunaan sealant/silicon untuk material kaca pada kusen.
2. Pekerjaan Pintu Dan Jendela
a. Bingkai pintu menggunakan frame alluminim dan daun pintu menggunakan kaca polos
5 mm.
b. Jendela dengan bingkai frame alluminium dan daun jendela menggunakan kaca polos
5 mm.
c. Pintu toilet mrnggunakan frame alluminium dan daun pintu menggunakan spandrel
alluminium.

Pasal – 9
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Bahan penutup atap menggunakan atap spandek standard pabrikasi.


2. Rangka atap menggunakan struktur rangka kuda-kuda, kayu kelas II A.
3. Sistem pemasangan :
a. Sistem pemasangan mengikuti arah kemiringan dan sebelum dipasang harus
dicek/ditimbang (elevasi), rata dan tidak bergelombang pada permukaan.
b. Pekerjaan atap dianggap selesai bila telah dibersihkan semua berkas-bekas
campuran yang menempel, dan telah terpasang dengan rapi.
Pasal – 10
PEKERJAAN PLAFOND

1. Rangka plafond menggunakan bahan dari kayu kelas II A uk. 5/5.


2. Bahan plafond :
Semua bahan penutup plafond menggunakan material triplex 5 mm, berkualitas baik dan
tidak cacat.

3. Cara pelaksanaan :
a. Sebelum pemasangan rangka plafond harus dileveling terlebih dahulu dengan
menggunakan alat bantu dan diukur sesuai dengan ketentuan yang diinginkan.
b. Rangka plafond harus kuat dan tidak mudah melendut terutama pada bagian
tengah, untuk menghindari hal tersebut maka gantungan rangka plafond dengan
jarak 6 m2.
c. Pemasangan plafond dipasang tanpa nat. Pada sambungan plafond diplamir rata
hingga difinishing.
d. Sisi tepi plafond dengan dinding tembok digunakan penutup list profil kayu dengan
ukuran 2x3 cm dari kayu kls II dan telah diserut halus serta dipasang dengan rapi,
rata dan sambungan rapat.

Pasal – 11
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

1. Lingkup pekerjaan lantai adalah Seluruh permukaan lantai yang dinyatakan dalam
gambar dan BOQ.
2. Bahan penutup untuk lantai ruang belajar menggunakan keramik 60x60.
3. Bahan penutup untuk lantai selasar menggunakan keramik 60x60 bermotif kasar (anti
sleep).
4. Bahan penutup untuk toilet menggunakan keramik ukuran 40 x 40 cm jenis motif jeruk
(kasar).
5. Keramik harus berkualitas baik (siku dan rata) tidak pecah. Alas lantai rabat beton tebal
5 cm, setelah pasir urug dipadatkan.
6. Keramik yang digunakan adalah produksi dalam negeri atau yang sekualitas dengan
ASIA, INA, IKAD.
7. Nat tegel harus menggunakan semen yang serupa dengan aslinya dan sisa semen
segera dibersihkan agar tidak menjadi noda.
8. Ubin keramik untuk lantai yang cacat / retak / pecah tidak boleh dipasang, dengan tetap
memperhatikan permukaan dinding keramik yang harus rata dan pemasangannya rapi
dan bersih.
9. Cara pemasangan tegel Keramik :
a. Sebelum pekerjaan lantai dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan persiapan
yang baik terutama pemadatan pasir urugan yang menggunakan mesin stemper
dengan baik, permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus bersih, cukup
kering dan rata air. Harus disetujui oleh pengawas/direksi teknis, baik kontrol rencana
peil lantai yang diinginkan maupun leveling.
b. Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan letak-letak ruang, beda tinggi lantai,
pemasangan keramik lantai, dimulai dari tulangan/patokan yang telah direncanakan.
c. Sebelum dipasang keramik lantai agar direndam dalam air terlebih dahulu.
d. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air.
e. Adukan semen kental untuk pemasangan keramik harus penuh, baik dipermukaan
dasar maupun dibadan belakang keramik yang terpasang, yang sementara
terpasang.
f. Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata dianjurkan adalah : untuk lantai 1pc : 3
ps dengan ketebalan rata-rata 0,5 – 1,5 cm diatas lantai kerja.
g. Lebar Nat yang dianjurkan, untuk lantai 3 mm dengan adukan pengisi Nat dari
semen Tegel spesial hingga terisi penuh dan dioles dengan jari tangan atau dengan
menggunakan bahan dari karet atau gabus misalnya; potongan sendal jepit swallow
agar permukaannya menjadi mulus dan mengkilap dipandang mata.
h. Pemasangan semen nat, dilaksanakan paling cepat 24 jam sesudah pemasangan
tegel keramik lantai.
i. Pemotongan ubin harus dihindarkan bila terpaksa harus dipotong, maka potongan
terkecil tidak boleh kurang dari ½ ukuran ubin. Pemotongan harus dilakukan dengan
hati-hati dan memakai alat pemotong listrik.
j. Apabila mutu dan cara pemasangan tersebut diatas tidak memenuhi mutu standar
atau percontohan yang sudah disepakati, maka Direksi teknis/pengawas wajib
melakukan perintah pembongkaran secara tertulis kepada pelaksana kontraktor
dilapangan.

Pasal – 12
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

A. U m u m.
Kontraktor harus menyediakan dan memasang semua alat penggantung dan pengunci
(Hardware), sehingga bangunan terselesaikan dengan baik sesuai gambar dan spesifikasi
ini. Sebelum dipasang, Kontraktor harus menyerahkan contoh alat penggantung dan
pengunci yang akan dipakai kepada Direksi teknis untuk dimintakan persetujuannya.
Semua alat penggantung dan pengunci harus dilengkapi sekrup atau baut, dan lain-lain, alat
pengikat yang lengkap sehingga alat-alat panggantung dan pengunci tersebut dapat
dipasang dengan baik.

B. Bahan.
1. Kunci yang digunakan adalah kunci yang berkualitas dengan sistem penguncian 2 (dua)
slag sesuai dengan yang tercantum pada uraian rencana biaya.
2. Engsel yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Untuk pintu menggunakan engsel 3 sees, type ex. Arch atau yang setara dan
berkualitas baik.
 Untuk jendela menggunakan engsel 2 sees, type ex. Arch atau yang setara.
3. Bila tidak dinyatakan lain, grendel untuk pintu digunakan grendel tanam menggunakan
kualitas merk Yale atau yang setara, sedangkan grendel untuk jendela menggunakan type
whitematic ex. Age atau yang setara dan berkualitas baik.
4. Kait angin untuk jendela digunakan kait angin standar yang berkualitas.
5. Untuk alat-alat penggantung dan kunci, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh-contoh
terlebih dahulu, untuk mendapatkan persetujuan Direksi teknis.

C. Pemasangan.
1. Pemasangan alat penggantung dan pengunci harus dilakukan dengan rapi sehingga pintu
dan jendela dapat dibuka dan ditutup dengan mudah dan lancar.
2. Letak engsel pintu dan jendela ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pintu dan jendela
dibuka sesuai gambar.
3. Sebelum penyerahan pekerjaan, kunci-kunci harus diberi minyak, sehingga dapat bekerja
dengan baik.

Pasal – 13
PEKERJAAN KACA

A. U m u m.
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan, perlengkapan yang diperlukan untuk
penyediaan dan pemasangan pekerjaan kaca sesuai dengan gambar atau peraturan ini.

B. Bahan.
1. Kaca yang dipakai harus jernih, rata dan bebas dari cat, cukup tahan terhadap suhu
tinggi serta memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan N.I.3. Pasal 42.

2. Semua kaca yang digunakan adalah kaca bening, sesuai yang dinyatakan dalam
gambar.
3. Tebal kaca yang digunakan yaitu 5 mm sesuai dengan gambar.
4. Merk yang menunjukkan nama pabrik pembuat kaca, jenis kaca, tebal serta kualitas
kaca harus tertempel pada tiap lembar kaca. Tanda merk ini hanya boleh dihapus
setelah kualitas kaca diperiksa dan disetujui oleh Direksi teknis.
5. Dempul yang digunakan untuk memasang kaca harus disetujui oleh Direksi teknis,
dan keadaan dempul pada waktu pemakaian tidak boleh kering atau sudah mengeras.
C. Ukuran.

Ukuran kaca yang tertera pada gambar adalah ukuran rencana. Kontraktor harus
mengadakan pengukuran sendiri untuk tiap rangka kusen dan memasang kaca pada rangka
kusen tersebut.

D. Pemasangan.
1. Sebelum kaca dipasang, alur kayu harus dibersihkan, diplamur dan di cat dengan lapis
cat minyak.
2. Kaca harus dipotong menurut ukuran kusen dengan kelonggaran yang cukup,
sehingga pada saat terjadi muai-susut kaca tidak pecah.
3. Pinggiran kaca (bekas potongan) harus diasah sebelum dipasang.
4. Pada waktu pemasangan harus dibuat tahan tumpu berupa setting block dari bahan-
bahan yang elastis dan tidak korosif.
5. Selanjutnya alur-alur yang ada diisi dengan bahan-bahan mastic atau sealant atau
karet yang elastis dan disyaratkan penutupan-penutupan yang kedap air/udara.
E. Pembersihan.
Sebelum gedung diserahkan, semua bagian kaca harus dibersihkan dan bagian yang rusak
harus diganti. Bahan untuk membersihkan kaca harus disetujui oleh Direksi teknis.

Pasal – 14
PEKERJAAN PENGECATAN DAN FINISHING

1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup Pekerjaan termasuk pengadaan secara lengkap akan tenaga, alat-alat dan bahan-
bahan yang berhubungan dengan semua pekerjaan pengecatan.

2. Persiapan umum

Sebelum meneruskan pekerjaan pengecatan dan pelituran, lantai harus dicuci seluruhnya
dan kebersihan lokasi pekerjaan dijaga agar tidak ada debu beterbangan.
Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan cara yang telah
disetujui dan diuraikan dalam bab-bab yang relevan.

3. Bahan, ketentuan-ketentuan khusus.

Pekerjaan kayu
Cat yang dipergunakan dapat dari merk-merk pabrik terkenal seperti; Glotex, Avian, atau
lainnya yang kualitasnya setara dan disetujui.

Dinding-dinding
Cat yang dipergunakan dapat dari merk-merk terkenal yang kualitasnya setara dan disetujui
seperti :
- Interor : Fresh, Metrolite Avitex, Jasmine,Cendana, Catilac, dll
- Eksterior : Mowilex, Dulux, Levis, Metrolite dll

4. Daftar bahan-bahan

Kontraktor berkewajiban mengajukan daftar dari semua bahan-bahan yang akan dipakai
untuk pekerjaan pengecatan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan
pengecatan dan dikoreksi oleh Direksi teknis. Semua bahan-bahan harus disetujui oleh
Direksi teknis.

5. Pemilihan Warna

Semua warna harus dipilih oleh Arsitek dari konsultan/Direksi teknis, dan Kontraktor harus
menyerahkan contoh warna-warna tersebut kepada Arsitek pada suatu potongan triplex atau
asbes berukuran 30x30 cm masing-masing warna dan atau brosur warna – warna cat.
6. Metode Pelaksanaan
a. Persiapan dan pengecatan dasar untuk kayu ( Listplank, Plafond, kusen, bingkai dan list
profil )
1. Retak-retak, celah-celah dan lubang-lubang harus digosok, dicat dasar dan diperbaiki
dengan jalan menambal keras dan meratakannya. Penambalannya yang keras harus
dari merk yang disetujui. Mata kayu harus dipotong dan diganti dengan kayu yang
mulus atau dipotong dengan permukaannya diperbaiki dengan tambalan, mata kayu
yang kecil-kecil harus diberi dua lapisan plamir yang tipis. Pekerjaan kayu yang halus
yang sudah digabungkan harus dicat dasar semua permukaannya di bengkel kerja
memakai dasar cat sintetis, pekerjaan kayu halus lainnya harus dicat begitu dipotong
dan sebelum dipasang harus dicat dasar dulu seperti yang sudah diuraikan.
2. Pekerjaan kayu halus setelah dicat dasar dan menjadi bergores harus dicat lagi.
Tambal semua lubang-lubang paku dan lain-lain cacat dengan penambal yang keras.
Sebelum merangkaikan pekerjaan kayu halus, semua permukaan-permukaan
tersembunyi harus dicat dengan 1 lapis cat dasar.
3. Pekerjaan kayu halus yang akan dipelitur harus digosok dan diamplas hingga
permukaannya lembut dan tidak cacat. Segera setelah segalanya siap baru pengecatan
lapisan pertama dilaksanakan.
4. Semua sambungan-sambungan kayu, penampang ujung balok bagian yang akan
melekat pada Dinding, harus dicat meni merk Glotex.
5. Cat kayu mengkilat digunakan merk glotex, Avian atau berkualitas setara dan
sebelumnya harus menggunakan cat dasar, plamur, dempul, dan lain-lain. Tata laksana
pengecatan harus mengikuti patent atau petunjuk dari pabrik.
6. Bagian yang akan dicat kayu adalah :
d. Kusen, bingkai, listplank, list profil serta bagian-bagian kayu yang nampak.
e. Konsol Kap/kuda-kuda dan segala pekerjaan kayu yang nampak.
7. Seluruh permukaan balok rangka plafon maupun penggantung harus di Residu anti
rayap atau (Ex.Gelatik) atau yang direkomendasikan pengawas.
b. Persiapan dan pengecatan dasar plesteran
1. Plesteran harus diberi waktu secukupnya untuk mengering dan jangan dipulas (dicat)
sampai permukaannya betul-betul kering (kadar lembab 8%). Semua pekerjaan
plesteran atau semen yang cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan plesteran dari
jenis yang sama.
2. Retak-retak kecil (retak rambut) harus ditambal dengan penambal keras dan tidak
menyusut, retak-retak yang lebar harus dipotong dengan pinggir-pinggirnya dan
tambal dengan plesteran sekelilingnya. Sebelum permukaan plesteran diberi satu
lapisan cat dasar yang tahan sekali, debu-debu yang menempel pada permukaannya
harus dibersihkan dengan lap kering dan kasar lalu dilanjutkan dengan menyeka
memakai lap yang dibasahi dengan air bersih lalu dikeringkan.
c. Pengecatan dasar plesteran Cat Dinding/Plafond.
1. Cat Dinding dapat menggunakan beberapa merk Catylac, Metrolite, atau merk yang
lain yang berkualitas sama (Ex.Indonesia), dan tata laksana pengecatannya mengikuti
patent pabrik.
2. Bagian yang akan dicat Dinding adalah :
a. Seluruh permukaan Dinding yang nampak dan telah (diplester + aci ) dengan rata.
b. Plafond keseluruhan
c. Seluruh permukaan beton yang nampak (Balok, ringbalk, kolom, plat/tangga) dan
telah diplester + aci dengan rata.
d. Listplank dari bahan beton (bila ada).
3. Sebelum dinding dicat terlebih dahulu harus diaci semen campuran 1 kapur : 8 pc dan
diamplas kemudian diplamur dengan plamur Dinding dan diamplas hingga halus,
barulah dilakukan pengecatan secara merata.
4. Pengecatan 2 atau 3 kali sampai merata, warna yang digunakan harus disetujui oleh
Direksi teknis atau Bouwheer.
d. Cat Meni/Residu.
Cat meni/residu yang digunakan adalah merk Alcater/Nampao, meni gelatik, atau jenis lain
agar kayu yang digunakan tidak mudah dijangkau oleh rayap. Sebelum pemasangan penutup
plafond dimulai, terlebih dahulu rangka plafond harus dicat residu pada seluruh
permukaannya.

7. Keahlian

Pekerjaan memasang kaca dan mengecat hanya boleh dilaksanakan oleh orang-orang yang
sudah ahli dan berpengalaman dalam bidang ini, seorang mandor yang
betul-betul cakap harus selalu mengawasi di tempat tersebut selama pekerjaan itu
dilaksanakan.

8. Bahan-bahan yang harus disediakan untuk masa pemeliharaan.


Setelah pekerjaan praktis selesai, Kontraktor harus menyimpan sejumlah bahan-bahan dan
cat yang terpilih untuk persediaan jika terdapat perbaikan-perbaikan yang dikehendaki
selama masa pemeliharaan. Pada waktu penyerahan pekerjaan kedua kalinya (final),
Kontraktor harus menyerahkan kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan cat-cat
untuk penyelesaian menurut jumlah-jumlah daftar berikut :

Cat Dinding Cat Untuk Logam Cat Kayu


5 liter 2 kg 1 kg / 2 liter

Pasal – 15
PEKERJAAN INSTALASI AIR
1. Umum
Lingkup pekerjaan Kontraktor termasuk semua persiapan, pekerjaan, pengadaan peralatan
dan bahan-bahan yang berhubungan dengan instalasi-instalasi plumbing selengkapnya.
Untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut di bawah ini sampai selesai dan berfungsi baik, yaitu :
- Penyediaan air bersih
- Pembuangan air hujan, Saluran kotoran dan pembuangannya.
2. Standar
Semua pekerjaan harus dilakukan dengan baik dan penuh keahlian dan sesuai dengan
spesifikasi dan gambar-gambar. Harus mentaati semua persyaratan standar yang berlaku di
Indonesia dan standar lain yang dapat dipakai seperti Uniform Plumbing Code U.S.A.

3. Spesifikasi manufacture/pabrik.
Spesifikasi semua bahan dan peralatan yang akan dipergunakan harus sudah ditunjukkan
kepada perencana untuk disetujui Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sekurang-
kurangnya 30 hari sebelum pekerjaan.

4. Bahan- bahan yang harus dipakai


1. Air Bersih
a. Menggunakan pipa PVC standar Wavin AW, diameter ½”.
b. Penggunaan perekat pada pipa PVC memakai bahan lem dalam kaleng. Tidak
dibenarkan memakai bahan lem selain yang telah ditentukan dan apabila ingin
melaksanakan pemakaian lem tersebut terlebih dahulu harus diketahui oleh direksi
teknis/pengawas lapangan.
c. Pemasangan pipa Instalasi air bersih tersebut ditanam di Dinding,lantai atau beton.
2. Air Kotor/buangan
a. Pipa yang digunakan yaitu pipa PVC diamete 2” dan saluran ke septictank dipakai
pipa PVC diameter 4”.
b. Penahan pipa Vertikal pada dinding (vertical support) “ bila ada “
- Untuk perletakan dekat/pada dinding agar pipa terpasang baik dengan penahan.
- Untuk pipa yang ditanam pada dinding diberi kaitan terutama pada dinding
sehingga pipa letaknya baik.
c. Saluran pembuangan
- Saluran pembuangan dari site, jalan, parit-parit harus dibuat sesuai gambar
kerja.
- Kontraktor harus memeriksa posisi saluran yang disesuaikan dengan kondisi
nyata di lapangan.
- Perubahan atau penyesuaian dengan lapangan ditentukan bersama dengan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Pasal 16
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Umum

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan, baik dalam
spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar/bestek dimana bahan-bahan dan
peralatan yang dipergunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifkasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, maka merupakan kewajiban
Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut.sehingga sesuai dengan
ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

2. Lingkup Pekerjaan dan Cara Pemasangan.


a. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam keahlian ini meliputi penyediaan semua
bahan yang diperlukan dalam instalasi penerangan yang lengkap, instalasi arde,
termasuk papan-papan sekering, pemutus-pemutus aliran utama, pembantu dan
sebagainya.
Pekerjaan-pekerjaan yang ditentukan dalam pasal ini, dimulai pada pemasukan kabel
tanah panil utama.
Pekerjaan listrik juga harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
menyerahkan dalam keadaan baik dan menyala.
b. Cara pemasangan semua peralatan listrik (armatur lampu, kabel, saklar, lemari
pembagi dll), harus dilakukan dengan rapi, memenuhi persyaratan-persyaratan yang
ditetapkan oleh PLN setempat.
c. Semua peralatan yang digunakan harus dalam keadaan baru, memenuhi syarat-
syarat ketentuan listrik dan mekanis yang distandarkan dan disetujui terlebih dahulu
oleh pemilik atau badan yang ditunjuk oleh pemilik.
d. Pekerjaan Instalasi.
Semua pekerjaan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh perusahaan yang ternama
dan dapat dipercaya atau pekerja Kontraktor yang ahli.
Seluruh pekerjaan instalasi listrik harus dilaksanakan sesuai dengan “Peraturan
Umum Instalasi-instalasi Listrik di Indonesia”, atau peraturan-peraturan setempat
lainnya yang lazim (berlaku), dan harus memerlukan persetujuan Pemerintah dan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Perusahaan instalasi tersebut harus mempunyai izin usaha khusus untuk pekerjaan
instalasi yang disahkan oleh PLN pada lokasi dimana proyek dibangun. Pekerjaan
pada sub Kontraktor ini harus dengan sepengetahuan Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan.
e. Gambar-gambar / Bestek
Diagram dari instalasi-instalasi listrik ditunjukkan dalam gambar kontrak. Diagram-
diagram ini hanya menunjukkan pekerjaan instalasi yang akan dipasang. Aliran dan
pengaturan saluran-saluran, kawat-kawat, kedudukan saklar (switc). Stop kontak-stop
kontak, papan sekering (panel board) dan sebagainya dalam garis besarnya harus
seperti yang ditunjukkan, dapat diperoleh jika dikehendaki untuk disesuaikan dengan
keadaan bangunan, tapi tergantung kepada persetujuan Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan, meskipun persetujuan itu tidak membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawab untuk mendirikan instalasi dengan cara yang ahli, betul dan tepat
fungsi, ukuran-ukurannya dan sifat-sifat pekerjaan selanjutnya.
Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja (shop drawings) sakelar-sakelar dan
papan sekering dan untuk tiap satuan (unit) bangunan, menyediakan gambar-gambar
instalasi yang persis seperti yang dipasang (as installes drawing).
f. Garis besar lingkup pekerjaan listrik yang dimaksud adalah :
1. Pemasangan Panel Utama dan Penel Pembagi lengkap dengan MCB dan
komponennya.
2. Pemasangan Instalasi Penerangan, Stop Kontak dan pentanahan.
3. Pengadaan/Pemasangan Armateur Lampu (lengkap), Saklar, Stop Kontak, kabel
dan lain sebagainya.

3. Jenis Bahan.
a. Panel Tegangan Rendah
1. Panel tegangan Rendah harus mengikuti standar VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL.
2. Panel harus dibuat dari kotak plastik/viber tembus pandang dengan kemampuan 3
(tiga phase). Dengan memisahkan 1 phase : mata lampu, 1 phase stop kontak dan
cadangan/AC.
3. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga apabila diperlukan pada waktu
perbaikan, penyambungan pada komponen-komponen yang dimaksud maka hal
itu dapat dengan mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen lainnya.
4. Ukuran dari tiap unit panel, harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan
sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi teknis Lapangan. Komponen
pengaman yang dapat digunakan, adalah yang sesuai pada Gambar.
b. Kabel-kabel
1. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan minimal 0,6
KV dan 0,5 KV untuk kabel NYM dari merk yang lolos standar yang diizinkan.
2. Pada prinsipnya, kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah; jenis NYK dan NYM
dan NYA untuk kabel penerangan.
3. Penampang kabel minimum yang dapat dipergunakan adalah 2,5 mm2.
4. Sebelum digunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada Direksi teknis.
c. Lampu-lampu
1. Lampu Downlight
2. Lampu LED 15 watt
3. Fitting lampu dari type yang baik jenis Braco/Ellips. (sample diperlihatkan).
d. Kotak Kontak dan Saklar.
1. Saklar yang akan dipasang pada dinding adalah type pemasangan masuk/inbow
dan kotak-kotak Inbow dipasang pada dinding yang nampak di Gambar.
2. Kotak kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 10 A dan mengikuti
Standar VDE sedangkan, kotak kontak khusus 1 ( satu) phase (inbow), mempunyai
rating 15 A.
3. Kotak kontak khusus 3 (tiga) phase (inbow), mempunyai rating minimal 15 A.
4. Kotak kontak dinding dan Saklar yang digunakan yaitu merk Broco, Clipsal atau
setara.
5. Jenis kotak Kontak untuk AC yang digunakan yaitu merk Broco, Clipsal dengan
kemampuan 500 VA.
e. Grounding
1. Kawat Grounding dapat dipegunakan kawat telanjang (BBC=Bare Copper
Conductor).
2. Besarnya kawat Grounding yang bisa digunakan, minimal berpenampang sama
dengan penampang kabel masuk, (incoming feeder).
3. Elektrode Pentanahan untuk grounding digunakan pipa Galvanized dengan
diameter minimal satu inchi. Diujung pipa tersebut dipasang Copper Rod sepanjang
0,5 m. Elektrode Pentanahan yang ditanam dalam tanah, minimal sedalam 6 m
atau sampai menyentuh tanah.
4. Persyaratan Teknis Pemasangan.
a. Panel
1. Panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan
harus rata (horizontal).
2. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan Gland
dari karet, atau Penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
3. Panel harus di-tanah-kan.
b. Kabel-kabel.
1. Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan Cable Merk yang
jelas dan tidak mudah lepas, untuk mengidentifikasikan arah beban.
2. Setiap Kabel Daya, pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya dengan PUIL.
3. Kabel Daya yang dipasang, harus diklem dan disusun dengan rapi.
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya penyambungan, kecuali
pada kabel penerangan.
5. Seluruh kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton, harus
dibuatkan Sleeve dari pipa PVC, dengan diameter minimum 2,5 kali
penampang kabel.
c. Lampu-lampu Penerangan
1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana Plafond
dan artistic serta disetujui oleh Direksi teknis.
2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond.
3. Penggunaan Lampu sesuai gambar kerja dan BQ.
d. Pentanahan.
1. Semua bagian dari system listrik harus ditanahkan.
2. Elektroda Pentanahan harus ditanam dengan kedalaman sesuai standar.
3. Tahanan Pentanahan maximum adalah 20 Ohm.
e. Pengujian.
1. Sebelum semua peralatan utama dari system listrik itu dipasang, harus
diadakan terlebih dahulu pengujian secara individual.
2. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat
pengujian yang baik dari pabrik yang bersangkutan dan LMK/PLN serta
instansi lain yang berwenang untuk itu.
Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh
dari system, untuk menjamin bahwa system tersebut berfungsi dengan baik.

Pasal – 17
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN PEMBERSIHAN

1. Seluruh pekerjaan harus dibuat sebagaimana yang nampak dalam gambar/bestek atau
yang telah dijelaskan dalam gambar detail dimana pelaksanaannya harus rapi dan halus.
2. Setelah pelaksanaan pembangunan selesai dikerjakan, kontraktor harus membersihkan
semua kotoran sisa-sisa material akibat kegiatan pelaksanaan tersebut.
3. Memperbaiki kembali semua kerusakan-kerusakan pada bangunan lain atau jalan
disekitarnya akibat pekerjaan baru.
4. Dalam masa pemeliharaan, pembersihan tersebut harus tetap dilaksanakan sampai
serah terima kedua.
f. Pasal – 18
PEKERJAAN PENGADAAN

1. Pengadaan Peralatan Pengolahan Abon Ikan yang terdiri dari :

a. Cool box : memiliki bahan HDPE dan volume kapasitas tamping 200 liter
b. Keranjang/Container Ikan Berlubang 100 liter : memiliki bahan polyethilen dan
volume kapasitas tamping 100 liter
c. Keranjang/Container Ikan Tidak Berlubang 100 liter : memiliki bahan polyethilen dan
volume kapasitas tamping 100 liter
d. Pisau Stainless Steel : berbahan stainless steel (food grade) 314 yang tidak mudah
korosif atau berkarat
e. Talenan : terbuat dari bahan HDPE dan tebal
f. Timbangan Analitik Digital : dengan maksimum kapasitas 15 Kg
g. Timbangan Duduk Digital : dengan maksimum kapasitas 100 Kg
h. Sealer (Alat Kemas Vacum) : berat 0,6 Kg, daya listrik power = 100 Watt dan
Voltage = 220 Volt
i. Lemari penyimpanan (Etalase) : terbuat dari bahan alumunium dan kaca
j. Ayakan Stainles Steel : berbahan stainless steel (food grade) 314 yang tidak mudah
korosif atau berkarat
k. Spatula/Sutil Stainless Steel : berbahan stainless steel (food grade) 314 yang tidak
mudah korosif atau berkarat
l. Baskom Stainless Steel Besar : berbahan stainless steel (food grade) 314 yang
tidak mudah korosif atau berkarat
m. Baskom Stainless Steel Kecil : berbahan stainless steel (food grade) 314 yang tidak
mudah korosif atau berkarat
n. Ember Plastik Besar : berbahan plastic yang tebal dan kuat
o. Mesin Abon Ikan : peralatan abon ikan yang terdiri dari tiga komponen alat yaitu
mixer abon, alat masak abon dan mesin spinner peniris minyak untuk abon
2. Pengadaan Peralatan Pengolahan Ikan Asin yang terdiri dari :
a. Cool box : memiliki bahan HDPE dan volume kapasitas tamping 200 liter
b. Keranjang/Container Ikan Berlubang 100 liter : memiliki bahan polyethilen dan
volume kapasitas tamping 100 liter
c. Keranjang/Container Ikan Tidak Berlubang 100 liter : memiliki bahan polyethilen dan
volume kapasitas tamping 100 liter
d. Pisau Stainless Steel : berbahan stainless steel (food grade) 314 yang tidak mudah
korosif atau berkarat
e. Talenan : terbuat dari bahan HDPE dan tebal
f. Timbangan Analitik Digital : dengan maksimum kapasitas 15 Kg
g. Timbangan Duduk Digital : dengan maksimum kapasitas 100 Kg
h. Sealer (Alat Kemas Vacum) : berat 0,6 Kg, daya listrik power = 100 Watt dan
Voltage = 220 Volt
i. Lemari penyimpanan (Etalase) : terbuat dari bahan alumunium dan kaca
j. Baskom Stainless Steel Besar : berbahan stainless steel (food grade) 314 yang tidak
mudah korosif atau berkarat
k. Ember Plastik Besar : berbahan plastic yang tebal dan kuat

Pasal – 18
KETENTUAN TAMBAHAN

1. Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, semua ketentuan administrasi, pemeriksaan
bahan/mutu pekerjaan serta ketentuan lain dari pemeriksaan yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk pula sebagai syarat-syarat yang harus
dipenuhi/ditaati.
2. Semua bahan-bahan yang akan digunakan harus melalaui persetujuan direksi teknis
dengan menggunakan surat keterangan persetujuan terutama bahan-bahan produksi
Industri yang mempunyai banyak jenis merk.
3. Bilamana dalam pelaksanaan terjadi perbedaan ukuran-ukuran antara gambar dan
pelaksanaan di lapangan, khususnya pekerjaan halus maka dapat ditoleransi hingga – 2
mm.
4. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan yang keliru, menjadi tanggung
jawab kontraktor.
LAMPIRAN SPESIFIKASI

Semen PC

Semen Warna

Kawat Bendrat
Minyak Bekesting

Paku Campur

Sekrup Fixer
Sekrup Spandek

Sealant

Plat Strip
Atap Spandek

Kaca

Tripleks
Keramik 40x40

Plamir

Cat Dasar Tembok


Cat Penutup/Finishing

Meni Kayu

Cat Kayu dan Besi


Dempul

Kunci Pintu 2 Slaag

Engsel Pintu dan Jendela


MCB

Lampu Downlight LED

Kabel Listrik
Isolasi Kabel

Pipa Instalasi Listrik

Pipa Instalasi Air


Wastafel

Morotai Selatan, 15 Mei 2023

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
KAB. PULAU MOROTAI

DJUNAIDI RAIS, S.Pi


NIP. 197610212001121003

Anda mungkin juga menyukai