Perbup Pengelolaan Keuangan Blud No 10 Tahun 2022

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

BUPATI PURWOREJO

PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN
PERATURAN BUPATI PURWOREJO
NOMOR 10 TAHUN 2022

TENTANG

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan, Pasal 73, Pasal


85 ayat (2), Pasal 87 ayat (5), Pasal 94, Pasal 96,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah, perlu
menetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5340);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6322);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1213);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun
2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1781);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN


KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DI
LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN
PURWOREJO.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Purworejo.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Purworejo.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
5. Badan Layanan Umum Daerah, yang selanjutnya disingkat BLUD,
adalah sistem yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis
dinas/badan Daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan Daerah
pada umumnya.
6. Fleksibilitas adalah keleluasaan dalam pola pengelolaan keuangan
dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan layanan kepada masyarakat tanpa mencari
keuntungan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
7. Praktek Bisnis Yang Sehat adalah penyelenggaraan fungsi
organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam
rangka pemberian layanan yang bermutu, berkesinambungan dan
berdaya saing.
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD,
adalah unsur perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran/pengguna barang.
9. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.
10. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yang selanjutnya disingkat
PPKD, adalah kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai bendahara umum Daerah.
11. Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah unit pelaksana teknis yang
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang tertentu selaku kuasa pengguna anggaran/ kuasa
pengguna barang.
12. Dewan Pengawas BLUD, yang selanjutnya disebut Dewan
Pengawas, adalah organ yang bertugas melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan BLUD.
13. Pejabat Pengelola BLUD adalah Pimpinan BLUD yang bertanggung
jawab terhadap kinerja operasional umum, pelaksanaan kebijakan
fleksibilitas dan keuangan BLUD dalam pemberian pelayanan.
14. Pemimpin BLUD, yang selanjutnya disebut Pemimpin, adalah
Pejabat Pengelola BLUD yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai
penanggung jawab umum operasional dan keuangan.
15. Pejabat Keuangan BLUD, yang selanjutnya disebut Pejabat
Keuangan, adalah Pejabat Pengelola BLUD yang mempunyai tugas
dan fungsi sebagai penanggung jawab keuangan.
16. Pejabat Teknis BLUD, yang selanjutnya disebut Pejabat Teknis,
adalah Pejabat Pengelola BLUD yang mempunyai tugas dan fungsi
sebagai penanggung jawab kegiatan teknis operasional dan
pelayanan di bidangnya.
17. Rencana Strategis, yang selanjutnya disebut Renstra, adalah
dokumen perencanaan BLUD untuk periode 5 (lima) tahunan.
18. Rencana Bisnis dan Anggaran, yang selanjutnya disingkat RBA,
adalah dokumen rencana anggaran tahunan BLUD, yang disusun
dan disajikan sebagai bahan penyusunan rencana kerja dan
anggaran SKPD.
19. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD, yang seianjutnya disingkat
RKA SKPD, adalah dokumen perencanaan dari penganggaran yang
berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan
SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.
20. Dokumen Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya disingkat DPA,
adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
21. Dokumen Bisnis Anggaran BLUD, yang selanjutnya disingkat DBA,
adalah dokumen yang sudah ditandatangani oleh Pemimpin setelah
menyesuaikan RBA berdasarkan hasil evaluasi Tim Anggaran
Pemerintah Daerah dan menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang
bersumber dari dana BLUD.
22. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat
APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan
peraturan Daerah.
23. Program BLUD adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi 1
(satu) atau lebih Kegiatan yang dilaksanakan oleh BLUD untuk
mencapai sasaran dan tujuan penggunaan dana BLUD.
24. Kegiatan BLUD adalah bagian dari Program BLUD yang
dilaksanakan oleh BLUD sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu Program BLUD dan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil atau
sumber daya manusia, barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana BLUD, atau kombinasi dari beberapa atau semua
jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan untuk menghasilkan
keluaran dalam bentuk barang/jasa.
25. Sub Kegiatan BLUD adalah bagian dari Kegiatan BLUD yang
dilaksanakan oleh BLUD sebagai suatu tindakan pengerahan
sumber daya baik yang berupa personil atau sumber daya manusia,
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana BLUD, atau
kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut,
sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam bentuk
barang/jasa.
26. Pendapatan BLUD adalah semua hak BLUD yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran
berkenaan.
27. Belanja BLUD adalah semua kewajiban BLUD yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran
berkenaan.
28. Pembiayaan BLUD adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran berkenaan maupun pada tahun anggaran
berikutnya.
29. Penerimaan Pembiayaan BLUD adalah setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali, baik pada tahun anggaran berkenaan
maupun pada tahun anggaran berikutnya yang bersumber dari sisa
lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya,
penerimaan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang dan
penerima kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga,
dan pelepasan investasi jangka pendek.
30. Pengeluaran Pembiayaan BLUD adalah setiap pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran berkenaan
maupun pada tahun anggaran berikutnya untuk pembayaran
pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, dan
pengeluaran investasi jangka pendek.
31. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran BLUD, yang selanjutnya disebut
SiLPA BLUD, adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran selama 1 (satu) periode anggaran dana
BLUD.
32. Sisa Kurang Perhitungan Anggaran BLUD, yang selanjutnya disebut
SiKPA BLUD, adalah selisih kurang realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran selama 1 (satu) periode anggaran dana
BLUD.
33. Utang BLUD, yang selanjutnya disebut Utang, adalah jumlah uang
yang wajib dibayar BLUD dan/atau kewajiban BLUD yang dapat
dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan,
perjanjian atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
34. Piutang BLUD, yang selanjutnya disebut Piutang, adalah jumlah
uang yang wajib dibayar kepada BLUD dan/atau hak BLUD yang
dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat
lainnya yang sah.
35. Investasi BLUD, yang selanjutnya disebut Investasi, adalah
penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti
bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya
sehingga dapat meningkatkan kemampuan BLUD dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
36. Divestasi BLUD adalah penjualan surat berharga yang dimiliki
BLUD baik sebagian atau keseluruhan kepada pihak lain.
37. Pinjaman BLUD, yang selanjutnya disebut Pinjaman, adalah semua
transaksi yang mengakibatkan BLUD menerima sejumlah uang
atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
BLUD dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
38. Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP,
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan Pemerintah.
39. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLUD adalah
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
dan pelaporan keuangan BLUD.
40. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa
itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
41. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.
42. Rekening Kas BLUD adalah tempat penyimpanan uang BLUD pada
bank yang ditunjuk oleh Bupati.
43. Bendahara Penerimaan BLUD adalah pegawai negeri sipil ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggung-jawabkan uang pendapatan BLUD.
44. Bendahara Pengeluaran BLUD adalah pegawai negeri sipil yang
ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan
dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja
BLUD.
45. Pelaksana Teknis Kegiatan, yang selanjutnya disingkat PTK, adalah
Pejabat Teknis dan/atau pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan 1 (satu) atau beberapa Sub Kegiatan BLUD dari 1
(satu) atau beberapa Kegiatan BLUD dan/atau dari suatu program
BLUD sesuai dengan bidang tugasnya.
46. Pejabat Pembuat Komitmen, yang selanjutnya disebut PPKom,
adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
pengadaan barang atau jasa.
47. Surat Tanda Setoran, yang selanjutnya disingkat STS, adalah
adalah surat yang digunakan untuk menyetorkan penerimaan
BLUD yang diselenggarakan oleh Bendahara Penerimaan BLUD.
48. Tanda Bukti Pembayaran, yang selanjutnya disingkat TBP, adalah
tanda bukti sejumlah uang yang tertera dari pemberi Pendapatan
BLUD.
49. Surat Permintaan Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut Surat-
PPD, adalah surat yang diterbitkan oleh Bendahara Pengeluaran
BLUD untuk mengajukan permintaan pembayaran yang
menggunakan dana BLUD.
50. Surat Permintaan Pencairan Dana Uang Persediaan, yang
selanjutnya disebut Surat-PPD-UP, adalah surat yang diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran BLUD untuk permintaan uang muka kerja
yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran langsung.
51. Surat Permintaan Pencairan Dana Ganti Uang Persediaan, yang
selanjutnya disebut Surat-PPD-GU, adalah surat yang diajukan
oleh Bendaharan Pengeluaran BLUD untuk permintaan pengganti
uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
Iangsung.
52. Surat Permintaan Pencairan Dana Langsung, yang selanjutnya
disebut Surat-PPD-LS, adalah surat yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran BLUD untuk permintaan pembayaran langsung
kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat
perintah kerja Iainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah,
penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang
dokumennya disiapkan oleh PTK.
53. Surat Permintaan Pencairan Dana Pejabat Keuangan, yang
selanjutnya disebut Surat-PPD PK, adalah surat yang diajukan oleh
Pejabat Keuangan untuk permintaan pembayaran atas transaksi
Pembiayaan BLUD yang dilakukan dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu.
54. Surat Otorisasi Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut Surat-
OPD, adalah surat yang digunakan/diterbitkan oleh Pemimpin
BLUD untuk penerbitan Surat-PD atas beban pengeluaran DBA.
55. Surat Otorisasi Pencairan Dana Uang Persediaan, yang selanjutnya
disebut Surat-OPD UP, adalah surat yang diterbitkan oleh
Pemimpin BLUD untuk penerbitan Surat-PD UP atas beban
pengeluaran DBA yang dipergunakan sebagai uang persediaan
untuk mendanai Kegiatan BLUD.
56. Surat Otorisasi Pencairan Dana Ganti Uang Persediaan, yang
selanjutnya disebut Surat-OPD GU, adalah surat yang diterbitkan
oleh Pemimpin BLUD untuk penerbitan Surat-PD GU atas beban
pengeluaran DBA yang dipergunakan untuk mengganti uang
persediaan yang telah dibelanjakan.
57. Surat Otorisasi Pencairan Dana Langsung, yang selanjutnya
disebut Surat-OPD LS, adalah surat yang diterbitkan oleh
Pemimpin BLUD untuk penerbitan Surat-PD LS atas beban
pengeluaran DBA kepada pihak ketiga.
58. Surat Otorisasi Pencairan Dana Pejabat Keuangan, yang
selanjutnya disebut Surat-OPD PK, adalah surat yang diterbitkan
oleh Pemimpin BLUD untuk penerbitan Surat-PD PK atas
pengeluaran pembiayaan DBA kepada pihak ketiga.
59. Surat Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut Surat-PD, adalah
surat yang dibuat sebagai dasar pencairan dana BLUD dan/atau
untuk memerintahkan bank mencairkan dana kepada Bendahara
Pengeluaran BLUD dan/atau pihak ketiga yang diterbitkan oleh
Pejabat Keuangan berdasarkan S-OPD.
60. Surat Pencairan Dana Uang Persediaan, yang selanjutnya disebut
Surat-PD UP, adalah surat yang dibuat sebagai dasar pencairan
dana BLUD dan/atau untuk memerintahkan bank mencairkan
dana kepada Bendahara Pengeluaran BLUD yang diterbitkan oleh
Pejabat Keuangan berdasarkan Surat-OPD UP.
61. Surat Pencairan Dana Ganti Uang Persediaan, yang selanjutnya
disebut Surat-PD GU, adalah surat yang dibuat sebagai dasar
pencairan dana BLUD dan/atau untuk memerintahkan bank
mencairkan dana kepada Bendahara Pengeluaran BLUD yang
diterbitkan oleh Pejabat Keuangan berdasarkan Surat-OPD GU
yang dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah
dibelanjakan.
62. Surat Pencairan Dana Langsung, yang selanjutnya disebut Surat-
PD LS, adalah surat yang dibuat sebagai dasar pencairan dana
BLUD dan/atau untuk memerintahkan bank mencairkan dana
kepada pihak ketiga yang diterbitkan oleh Pejabat Keuangan
berdasarkan beban pengeluaran pada Surat-OPD LS.
63. Surat Pencairan Dana Pejabat Keuangan, selanjutnya disebut
Surat-PD PK, adalah surat yang dibuat sebagai dasar pencairan
dana BLUD dan/atau untuk memerintahkan bank mencairkan
dana kepada pihak ketiga yang diterbitkan oleh Pejabat Keuangan
berdasarkan pengeluaran pembiayaan pada Surat-OPD PK.
64. Surat Pertanggungjawaban, yang selanjutnya disebut SPJ, adalah
sebuah laporan kegiatan dan/atau bukti surat yang berkaitan
dengan kelengkapan administrasi pertanggungjawaban
penatausahaan keuangan dan/atau hasil realisasi kegiatan yang
bersifat teknis dan khusus.
65. Surat Pernyataan Tanggung Jawab, yang selanjutnya disingkat
SPTJ, adalah surat yang menyatakan semua realisasi pendapatan
yang telah diterima dan belanja yang telah dibayar kepada yang
berhak menerima serta pembiayaan.
66. Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan, yang selanjutnya disingkat SP3BP, adalah surat
permohonan kepala SKPD kepada PPKD mengesahkan dan
membukukan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
67. Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan, yang
selanjutnya disebut SP2BP, adalah surat yang menyatakan bahwa
PPKD melakukan pengesahan atas SP3BP.
68. Laporan Realisasi Anggaran, yang selanjutnya disingkat LRA,
adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh BLUD, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasi
pendapatan, belanja, surplus/defisit dan pembiayaan, serta sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran dalam satu periode pelaporan.
69. Laporan Operasional, yang selanjutnya disingkat LO, adalah
laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh BLUD
untuk kegiatan penyelenggaraan pengelolaan keuangan BLUD
dalam satu periode pelaporan.
70. Laporan Perubahan Ekuitas, yang selanjutnya disingkat LPE,
adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada periode
bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mangurangi ekuitas tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
71. Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
pada tanggal tertentu.
72. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, yang selanjutnya
disingkat LPSAL, adalah laporan yang menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih yang berasal dari
akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan
tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan yang
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
73. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi
mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas, dan setara kas
selama satu periode akuntansi, dan saldo kas serta setara kas pada
tanggal pelaporan pada BLUD.
74. Catatan atas Laporan Keuangan, yang selanjutnya disingkat CaLK,
adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan
Realisasi Anggaran, LPSAL, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas dan juga
menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan serta informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar.

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Bupati ini, meliputi:


a. struktur anggaran;
b. perencanaan dan penganggaran;
c. pelaksanaan dan penatausahaan anggaran;
d. SiLPA dan defisit;
e. pelaporan dan pertanggungjawaban.
BAB II

STRUKTUR ANGGARAN

Pasal 3

Struktur anggaran BLUD terdiri atas:


a. Pendapatan BLUD;
b. Belanja BLUD; dan
c. Pembiayaan BLUD.
Pasal 4

Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a,


bersumber dari:
a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain;
d. APBD; dan
e. lain-lain pendapatan BLUD yang sah.

Pasal 5

(1) Pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, berupa imbalan yang diperoleh
dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat.
(2) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, dapat berupa hibah terikat dan
hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain.

(3) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah terikat sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), dipergunakan sesuai dengan tujuan
pemberian hibah dan sesuai dengan peruntukannya yang selaras
dengan tujuan BLUD sebagaimana tercantum dalam naskah
perjanjian hibah.

(4) Hasil kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c dapat berupa hasil yang diperoleh dari kerja sama
BLUD.

(5) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 huruf d berupa pendapatan yang berasal
dari DPA SKPD.

(6) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 huruf e, meliputi:
a. jasa giro;
b. pendapatan bunga;
c. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
d. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
BLUD;
e. Investasi; dan
f. pengembangan usaha.

Pasal 6

(1) Pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat


(5) huruf f dilakukan melalui pembentukan unit usaha untuk
meningkatkan layanan kepada masyarakat.

(2) Unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


bagian dari BLUD yang bertugas melakukan pengembangan
layanan dan mengoptimalkan sumber pendanaan untuk
mendukung kegiatan BLUD.

Pasal 7

(1) Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dikelola


langsung untuk membiayai pengeluaran BLUD sesuai RBA, kecuali
yang berasal dari hibah terikat.

(2) Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan melalui Rekening Kas BLUD.

Pasal 8

(1) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b,


terdiri dari:
a. belanja operasi, dan
b. belanja modal.

(2) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


mencakup seluruh belanja BLUD untuk menjalankan tugas dan
fungsi.

(3) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,


mencakup seluruh belanja BLUD untuk menjalankan tugas dan
fungsi, meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja
bunga, dan belanja lain.

(4) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,


mencakup seluruh belanja BLUD untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
untuk digunakan dalam kegiatan BLUD.

(5) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:


belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan
bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja aset tetap
lainnya, dan belanja aset lainnya.
Pasal 9

(1) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c,


terdiri dari:
a. Penerimaan Pembiayaan BLUD; dan
b. Pengeluaran Pembiayaan BLUD.

(2) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran
berikutnya.

Pasal 10

(1) Penerimaan pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal


9 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. SiLPA BLUD tahun anggaran sebelumnya;
b. Divestasi; dan
c. penerimaan Utang/Pinjaman.

(2) Pengeluaran Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Investasi; dan
b. pembayaran pokok Utang/Pinjaman.

Pasal 11

(1) SiLPA BLUD tahun anggaran sebelumnya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, harus dianggarkan di RBA
berdasarkan proyeksi dan/atau catatan historis 2 (dua) tahun
sebelumnya agar bisa digunakan pada awal tahun anggaran yang
berkenaan.

(2) Divestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b,


merupakan penarikan Investasi jangka pendek.

(3) Penerimaan Utang/Pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal


10 ayat (1) huruf c merupakan penerimaan dana dari kewajiban
berupa Utang/Pinjaman.

Pasal 12

(1) Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a


merupakan pengeluaran dana BLUD untuk melakukan atau
menempatkan Investasi jangka pendek.

(2) Pembayaran pokok Utang/Pinjaman sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 ayat (2) huruf b merupakan pengeluaran dana BLUD
untuk membayar, melunasi atau melakukan cicilan kewajiban
berupa pokok Utang/Pinjaman yang jatuh tempo.
BAB III

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Pasal 13

(1) Unit Pelaksana Teknis Dinas yang menerapkan BLUD menyusun


RBA mengacu pada Renstra.

(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan:


a. anggaran berbasis kinerja;
b. standar satuan harga; dan
c. kebutuhan belanja dan kemampuan yang diperkirakan akan
diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat,
hibah, hasil kerja sama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha
lainnya, APBD, dan sumber pendapatan BLUD lainnya.

(3) Anggaran berbasis kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf a merupakan analisis kegiatan yang berorientasi pada
pencapaian keluaran (output) dengan penggunaan sumber daya
secara efisien.

(4) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di
Daerah.

(5) Dalam hal BLUD belum menyusun standar satuan harga


sebagaimana dimaksud pada ayat (4), BLUD menggunakan standar
satuan harga yang ditetapkan oleh Bupati.

(6) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan pagu belanja yang
dirinci menurut belanja operasi dan belanja modal.

Pasal 14

(1) RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) meliputi:


a. ringkasan pendapatan, belanja dan pembiayaan;
b. rincian anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan;
c. perkiraan harga;
d. besaran persentase ambang batas; dan
e. perkiraan maju (forward estimate).

(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menganut pola anggaran
fleksibel dengan suatu presentase ambang batas tertentu.

(3) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan standar
pelayanan minimal.
Pasal 15

(1) Ringkasan pendapatan, belanja dan pembiayaan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, merupakan ringkasan
pendapatan, belanja dan pembiayaan.

(2) Rincian anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b,
merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan
yang dinyatakan dalam satuan uang yang tercermin dari rencana
pendapatan, belanja dan pembiayaan.

(3) Perkiraan harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)


huruf c, merupakan estimasi harga jual produk barang dan/atau
jasa setelah memperhitungkan biaya per satuan dan tingkat margin
yang ditentukan seperti tercermin dari tarif layanan.

(4) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 ayat (1) huruf d, merupakan besaran persentase
perubahan anggaran bersumber dari pendapatan operasional yang
diperkenankan dan ditentukan dengan mempertimbangkan
fluktuasi kegiatan operasional BLUD.

(5) Perkiraan maju sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)


huruf e, merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna
memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah
disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun
berikutnya.

Pasal 16

(1) Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a,


huruf b, huruf c dan huruf e diintegrasikan/dikonsolidasikan ke
dalam RKA SKPD pada akun pendapatan daerah pada kode
rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain
pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan dari
BLUD.

(2) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 yang sumber


dananya berasal dari Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a, huruf b, huruf c dan huruf e dan SilPA
BLUD, diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam RKA SKPD pada
akun belanja daerah yang selanjutnya dirinci dalam 1 (satu)
program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu) keluaran (output), dan jenis
belanja.

(3) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dialokasikan


untuk membiayai program peningkatan pelayanan serta kegiatan
pelayanan dan pendukung pelayanan.
(4) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
diintegrasikan/ dikonsolidasikan ke dalam RKA SKPD selanjutnya
diintegrasikan/dikonsolidasikan pada akun pembiayaan pada
Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Bendahara
Umum Daerah.

(5) BLUD dapat melakukan pergeseran rincian belanja sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), sepanjang tidak melebihi pagu anggaran
dalam jenis belanja pada DPA, untuk selanjutnya disampaikan
kepada PPKD.

(6) Rincian belanja dicantumkan dalam RBA.

Pasal 17

(1) RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)


diintegrasikan/ dikonsolidasikan dan merupakan kesatuan dari
RKA.

(2) RKA beserta RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan rancangan
peraturan Daerah tentang APBD.

Pasal 18

(1) PPKD menyampaikan RKA beserta RBA sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 kepada tim anggaran pemerintah Daerah untuk
dilakukan penelaahan.

(2) Hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
digunakan sebagai dasar pertimbangan alokasi dana APBD untuk
BLUD.

Pasal 19

(1) Tim anggaran pemerintah Daerah menyampaikan kembali RKA


beserta RBA yang telah dilakukan penelaahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) kepada PPKD untuk
dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD
yang selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan Daerah tentang
APBD.

(2) Tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan RBA


mengikuti tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan
APBD.
BAB IV

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN ANGGARAN

Bagian Kesatu
Pelaksanaan Anggaran

Pasal 20

BLUD menyusun DPA berdasarkan peraturan Daerah tentang APBD


untuk diajukan kepada PPKD.

Pasal 21

(1) DPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 memuat Pendapatan


BLUD, Belanja BLUD dan Pembiayaan BLUD.

(2) PPKD mengesahkan DPA sebagai dasar pelaksanaan anggaran


BLUD.

Pasal 22

(1) DPA yang telah disahkan oleh PPKD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang
bersumber dari APBD.

(2) Pelaksanaan anggaran yang bersumber dari APBD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk belanja pegawai, belanja
modal dan belanja barang dan/atau jasa yang mekanismenya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan, dengan memperhatikan anggaran kas dalam DPA, dan
memperhitungkan:
a. jumlah kas yang tersedia;
b. proyeksi Pendapatan BLUD; dan
c. proyeksi pengeluaran.

(4) Pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dengan melampirkan DPA.

Pasal 23

(1) DPA yang telah disahkan dan DBA menjadi lampiran perjanjian
kinerja yang ditandatangani oleh Bupati dan Pemimpin.
(2) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
memuat kesanggupan untuk meningkatkan:
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan; dan
c. manfaat bagi masyarakat.

Pasal 24

(1) Pelaksanaan anggaran yang menggunakan dana BLUD dilakukan


secara berkala sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan,
dengan memperhatikan anggaran kas ke dalam DBA, dan
memperhitungkan:
a. jumlah kas yang tersedia;
b. proyeksi penerimaan; dan
c. proyeksi pengeluaran.

(2) Pihak yang terlibat dalam penatausahaan keuangan BLUD adalah:


a. Pemimpin;
b. Pejabat Keuangan;
c. Bendahara Penerimaan BLUD;
d. Bendahara Pengeluaran BLUD; dan
e. PTK.

(3) Pejabat Keuangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf
b dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh Bendahara
Penerimaan BLUD dan Bendahara Pengeluaran BLUD.

(4) Bendahara Penerimaan BLUD sebagaimana yang dimaksud pada


ayat (2) huruf c dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh
pembantu Bendahara Penerimaan BLUD.

(5) Bendahara Pengeluaran BLUD sebagaimana yang dimaksud pada


ayat (2) huruf d dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh
pembantu Bendahara Pengeluaran BLUD.

Pasal 25

(1) Untuk pengelolaan kas, Pemimpin membuka Rekening Kas BLUD


pada bank umum yang sehat milik pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah yang ditunjuk oleh Bupati.

(2) Rekening Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
Rekening Kas BLUD, rekening kas Bendahara Penerimaan BLUD
dan rekening kas Bendahara Pengeluaran BLUD.

(3) Rekening Kas BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


digunakan untuk menampung transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas yang dananya bersumber dari Pendapatan BLUD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf e.
(4) Rekening Kas BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipegang
oleh Pejabat Keuangan dan pengelolaannya dilaporkan kepada
Pemimpin dalam bentuk buku kas umum Pejabat Keuangan
beserta buku pembantunya.

(5) Buku Kas Umum Pejabat Keuangan beserta buku pembantunya


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat setiap hari dan
diserahkan setiap hari kerja pertama, setiap minggunya dilaporkan
oleh Pejabat Keuangan kepada Pemimpin BLUD atau dapat
diserahkan sesuai kebutuhan.

Pasal 26

(1) Dalam hal Pemimpin berhalangan sementara atau tetap sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan, dapat ditunjuk pejabat
yang diberi kewenangan untuk menandatangani S-OPD.

(2) Dalam hal Pemimpin berhalangan sementara atau tetap


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penunjukkan pejabat yang
diberi kewenangan menandatangani S-OPD ditetapkan dengan
keputusan kepala Dinas.

(3) Pejabat yang diberi kewenangan menandatangani S-OPD


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditunjuk dari pejabat pada
Dinas atau Pemimpin pada BLUD yang lain.

Pasal 27

Dalam pengelolaan kas, BLUD menyelenggarakan:


a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;
b. pemungutan pendapatan atau tagihan;
c. penyimpanan kas dan mengelola rekening BLUD;
d. pembayaran;
e. perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh
pendapatan tambahan.

Pasal 28

(1) Untuk melaksanakan transaksi penerimaan dan pengeluaran


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Bupati menetapkan
Bendahara Penerimaan BLUD dan Bendahara Pengeluaran BLUD
berdasarkan usulan Pemimpin melalui kepala Dinas.

(2) Setiap transaksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


secara tunai disetorkan paling lambat satu hari kerja berikutnya ke
Rekening Kas BLUD.

(3) Penyetoran penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang


diterima pada hari libur disetorkan pada hari kerja berikutnya.
(4) Penyetoran penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dikecualikan jika kondisi geografis tidak memungkinkan, efisiensi
biaya penyetoran dibandingkan penerimaan harian disetorkan
paling lama 2 (dua) hari kerja berikutnya.

(5) Penyetoran penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),


dikecualikan jika terdapat kemungkinan pengembalian kelebihan
pembayaran tarif layanan kepada pasien sampai dengan
pengembalian kelebihan direalisasikan.

(6) Untuk melaksanakan transaksi pengeluaran sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdapat batasan besaran saldo kas tunai
pada Bendahara Pengeluaran BLUD berdasarkan besaran uang
persediaan yang diatur lebih lanjut dalam peraturan Pemimpin.

(7) Setiap transaksi pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal


27 harus dilaksanakan sesuai DBA.

Pasal 29

Anggaran kas BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 meliputi


anggaran kas Pendapatan BLUD, anggaran kas Belanja BLUD dan
anggaran kas Pembiayaan BLUD.

Bagian Kedua
Penatausahaan Anggaran

Paragraf 1
Umum

Pasal 30

Dalam pelaksanaan anggaran, BLUD melakukan penatausahaan


keuangan paling sedikit memuat:
a. pendapatan dan belanja;
b. penerimaan dan pengeluaran;
c. utang dan piutang;
d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. ekuitas.

Paragraf 2
Pendapatan dan Belanja

Pasal 31

(1) Bendahara Penerimaan BLUD yang menerima pembayaran sebagai


Pendapatan BLUD wajib melakukan pemeriksaan kesesuaian
antara jumlah uang dan kebenaran dokumennya berupa TBP
dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dari pemberi
pendapatan, dan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara nilai
tunai dengan yang tertera pada dokumen penerimaan uang.
(2) Bendahara Penerimaan BLUD membuat TBP atau bukti lain yang
sah minimal 3 (tiga) lembar, asli kepada pemberi pendapatan,
salinan kesatu untuk arsip Bendahara Penerimaan BLUD dan
salinan kedua untuk arsip.

(3) Setiap penerimaan disetor ke Rekening Kas BLUD paling lambat 1


(satu) hari kerja berikutnya dengan menggunakan formulir STS.

(4) Jika penerimaan tidak dapat dilakukan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) akibat keadaan tertentu, maka batas waktu
penyetoran paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya dapat
dikecualikan dengan diatur batas waktu yang wajar untuk
menyetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4) dan ayat
(5).

Pasal 32

(1) Pembukuan transaksi penerimaan Pendapatan BLUD dilakukan


melalui:
a. pembukuan atas pendapatan secara tunai;
b. pembukuan atas pendapatan melalui rekening bank Bendahara
Penerimaan BLUD; dan
c. pembukuan atas pendapatan melalui Rekening Kas BLUD.

(2) Pembukuan transaksi penerimaan pendapatan secara tunai


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui
langkah-langkah:
a. berdasarkan TBP atau bukti lain yang sah, Bendahara
Penerimaan BLUD mengisi buku kas umum penerimaan pada
bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti;
b. Bendahara Penerimaan BLUD juga mengisi informasi di kolom
uraian bawah pembayaran dilakukan secara tunai;
c. Bendahara Penerimaan BLUD mengidentifikasi jenis dan kode
rekening pendapatan;
d. Bendahara Penerimaan BLUD mengisi kolom kode rekening; dan
e. Bendahara Penerimaan BLUD mencatat nilai transaksi pada
kolom jumlah.

(3) Pembukuan transaksi penerimaan pendapatan melalui rekening


bank Bendahara Penerimaan BLUD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan melalui langkah-langkah:
a. Bendahara Penerimaan BLUD membuat STS dan melakukan
penyetoran pendapatan yang diterimanya dengan cara transfer
melalui rekening bank Bendahara Penerimaan BLUD ke
Rekening Kas BLUD;
b. Bendahara Penerimaan BLUD mencatat penyetoran ke Rekening
Kas BLUD pada buku penerimaan dan penyetoran pada bagian
pengeluaran pada kolom tanggal, nomor STS dan jumlah
penyetoran; dan
c. selain pembukuan pada buku penerimaan dan penyetoran,
Bendahara Penerimaan BLUD mengisi register STS.
(4) Pembukuan transaksi penerimaan pendapatan melalui Rekening
Kas BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
melalui langkah-langkah:
d. Bendahara Penerimaan BLUD menerima slip setoran atau bukti
lain yang sah dari pemberi pendapatan atas pembayaran yang
dilakukan ke Rekening Kas BLUD;
e. berdasarkan slip setoran atau bukti lainnya, Bendahara
Penerimaan BLUD mencatat penerimaan BLUD pada buku
penerimaan dan penyetoran pada bagian penerimaan; dan
f. berdasarkan slip setoran atau bukti lainnya, Bendahara
Penerimaan BLUD juga mencatat pengeluaran pada buku
penerimaan dan penyetoran pada bagian pengeluaran.

Pasal 33

(1) Penatausahaan Belanja BLUD dilakukan terhadap belanja


operasional dan belanja modal.

(2) Bendahara Pengeluaran BLUD mengajukan Surat-PPD untuk


melaksanakan belanja yang terdiri dari:
a. Surat-PPD-UP;
b. Surat-PPD-GU; dan
c. Surat-PPD-LS.

(3) Bendahara Pengeluaran BLUD mengajukan Surat-PPD-UP


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, setiap awal tahun
anggaran setelah dikeluarkannya Keputusan Pemimpin tentang
Besaran Uang Persediaan yang dipergunakan untuk mengisi uang
persediaan BLUD.

(4) Pengajuan Surat-PPD-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa pembebanan pada
kode rekening tertentu.

(5) Pada saat uang persediaan telah terpakai, Bendahara Pengeluaran


BLUD dapat mengajukan Surat-PPD-GU sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b yang diberikan apabila dana UP telah
digunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari dana UP
yang diterima.

(6) Surat-PPD-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat


disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa kegiatan
sesuai dengan kebutuhan yang ada.

(7) Surat-PPD-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c


dipergunakan untuk pembayaran langsung pada pihak ketiga
dengan jumlah yang telah ditetapkan.

(8) Pengajuan Surat-PPD-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (7),


dilakukan dengan dokumen Surat-PPD-LS dan dilampiri dokumen
yang disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran BLUD.
Pasal 34

(1) Pengajuan Surat-PPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


dilengkapi dengan dokumen:
a. Surat-PPD-UP, terdiri atas:
1. salinan Keputusan Pemimpin tentang Penetapan Uang
Persediaan untuk BLUD;
2. draf Surat-PPD-UP; dan
3. lampiran lain yang diperlukan.
b. Surat-PPD-GU, terdiri atas:
1. salinan anggaran kas BLUD;
2. draf Surat-PPD-GU;
3. laporan pertanggungjawaban Uang Persediaan;
4. bukti yang lengkap dan sah; dan
5. lampiran lain yang diperlukan.
c. Surat-PPD-LS untuk gaji Pejabat Pengelola dan pegawai BLUD,
terdiri atas:
1. salinan anggaran kas BLUD;
2. draf Surat-PPD-LS gaji;
3. dokumen pelengkap daftar gaji; dan
4. lampiran lain yang diperlukan.
d. Surat-PPD-LS terkait belanja barang dan jasa serta belanja
modal, dilengkapi dengan:
1. salinan anggaran kas BLUD;
2. draf Surat-PPD-LS belanja barang dan jasa serta belanja
modal;
3. dokumen terkait kegiatan, disiapkan PTK; dan
4. lampiran lain yang diperlukan.

(2) Bendahara Pengeluaran BLUD membuat register Surat-PPD yang


diajukan untuk dapat diterbitkan Surat-OPD.

Pasal 35

(1) Surat-OPD terdiri dari:


a. Surat-OPD UP;
b. Surat-OPD GU; dan
c. Surat-OPD LS.

(2) Penerbitan Surat-OPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh Pemimpin BLUD, dan disiapkan oleh Pejabat
Keuangan.

(3) Surat-OPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diterbitkan


jika:
a. pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang
tersedia dan batas anggaran kas pada periode permintaan
pengeluaran kas, dengan selalu memperhatikan jumlah ambang
batas total belanja yang telah ditetapkan; dan
b. didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan
perundang-undangan.
(4) Waktu pelaksanaan penerbitan Surat-OPD paling lambat 2 (dua)
hari sejak Surat-PPD diterima, dan apabila ditolak, dikembalikan
paling lambat 1 (satu) hari sejak diterima Surat-PPD.

(5) Apabila dokumen Surat-PPD UP/GU/LS belum lengkap, Pejabat


Keuangan akan menerbitkan surat penolakan penerbitan Surat-
PPD dan dikembalikan kepada Bendahara Pengeluaran BLUD
untuk dilengkapi sebelum diotorisasi Pemimpin.

(6) Surat surat penolakan penerbitan Surat-PPD sebagaimana


dimaksud pada ayat (5) diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari kerja
sejak Surat-PPD UP/GU/LS diterima.

(7) Atas dasar Surat-OPD yang telah ditandatangani Pemimpin, Pejabat


Keuangan dapat melakukan pencairan dana.

Pasal 36

(1) Pejabat Keuangan mencairkan pembayaran dengan menggunakan


Surat-PD setelah Pemimpin memberi persetujuan dengan
menggunakan Surat-OPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35.

(2) Surat-PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:


a. Surat-PD UP;
b. Surat-PD GU; dan
c. Surat-PD LS.

(3) Surat-PD dapat diterbitkan jika:


a. pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang
tersedia dan batas anggaran kas pada periode permintaan
pengeluaran kas, dengan selalu memperhatikan jumlah ambang
batas total belanja yang telah ditetapkan; dan
b. didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan
perundangan.

Pasal 37

(1) Pembukuan Belanja BLUD dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran


BLUD menggunakan:
a. buku kas umum pengeluaran BLUD;
b. buku pembantu Bendahara Pengeluaran BLUD sesuai
kebutuhan seperti:
1. buku pembantu kas tunai;
2. buku pembantu simpanan/bank;
3. buku pembantu setara kas;
4. buku pembantu panjar;
5. buku pembantu pajak; dan
6. buku pembantu rincian objek belanja.
(2) Dokumen yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan
pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Surat-PD UP/GU/LS;
b. bukti transaksi yang sah dan lengkap; dan
c. dokumen pendukung lainnya sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3
Penerimaan dan Pengeluaran

Pasal 38

(1) Proses penatausahaan keuangan yang dilakukan Pejabat Keuangan


meliputi:
a. penerimaan pendapatan;
b. penerimaan pembiayaan;
c. pengeluaran belanja untuk mekanisme uang persediaan (UP)/
ganti uang persediaan (GU) dan langsung (LS);
d. pengeluaran pembiayaan; dan
e. pengeluaran setara kas dan non anggaran.

(2) Pejabat Keuangan melakukan verifikasi Surat-PPD-PK untuk


pengeluaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
yang diajukan Bendahara Pengeluaran BLUD.

(3) Setelah melakukan verifikasi Surat-PPD-PK sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), Pejabat Keuangan menyiapkan Surat-OPD PK untuk
ditandatangani oleh Pemimpin.

(4) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf d, dilaksanakan oleh Pejabat Keuangan dengan cara
membuat Surat-PPD-PK dan mengajukan Surat-OPD PK untuk
ditandatangani Pemimpin.

(5) Berdasarkan Surat-OPD PK sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dan ayat (4), Pejabat Keuangan mencairkan pembayaran dengan
menggunakan Surat-PD PK.

(6) Untuk pengeluaran setara kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, seperti deposito dibawah 3 (tiga) bulan, Pejabat Keuangan
harus meyakini bahwa dana yang digunakan adalah dana yang
tidak akan digunakan dalam waktu dekat (idle cash), dan
menyampaikan rencana penempatan dana pada aset setara kas
kepada Pemimpin.

(7) Aset setara kas sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mencakup
jumlah dana yang akan ditempatkan dan pilihan penempatan dana
beserta alasan dan hasil analisis pemilihan penempatan dana
tersebut.
(8) Dalam hal Pemimpin menyetujui pengeluaran aset setara kas,
Pemimpin mengeluarkan keputusan Pemimpin tentang persetujuan
aset setara kas yang dipilih.

(9) Berdasarkan keputusan Pemimpin sebagaimana dimaksud pada


ayat (8) Pejabat Keuangan menerbitkan Surat-PPD PK kepada
Pemimpin.

Pasal 39

(1) Dalam rangka pengendalian, Pejabat Keuangan membuat register


Surat-PPD PK dan Surat-OPD PK.

(2) Surat-OPD PK dapat diterbitkan jika:


a. pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang
tersedia dan batas anggaran kas pada periode permintaan
pengeluaran kas; dan
b. didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan
perundang-undangan.

(3) Waktu pelaksanaan penerbitan Surat-OPD PK paling lambat


diterbitkan 2 (dua) hari sejak Surat-PPD PK diterima.

Pasal 40

(1) Dalam rangka pengendalian Rekening Kas BLUD, Pejabat Keuangan


melakukan pembukuan menggunakan buku kas umum Pejabat
Keuangan, meliputi pencatatan:
a. penerimaan pendapatan, kecuali pendapatan APBD yang
diterima dari Bendahara Penerimaan BLUD secara
pemindahbukuan/ transfer dari rekening Bendahara
Penerimaan BLUD dan yang diterima tunai dari Bendahara
Penerimaan BLUD serta yang diterima langsung dari pembayar
tarif layanan;
b. penerimaan pembiayaan BLUD;
c. pengeluaran Belanja BLUD untuk mekanisme uang persediaan
(UP)/ ganti uang persediaan (GU) atau langsung (LS);
d. Pengeluaran Pembiayaan BLUD; dan
e. pengeluaran setara kas dan non anggaran.

Paragraf 4
Utang dan Piutang

Pasal 41

(1) BLUD dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan


barang atau jasa yang berhubungan langsung atau tidak langsung
dengan kegiatan BLUD.
(2) Piutang BLUD dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien,
ekonomis, transparan dan bertanggung jawab serta dapat
memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat
dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Piutang yang berhubungan langsung dengan kegiatan BLUD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah piutang yang timbul
karena penyerahan barang/jasa dalam rangka kegiatan utama
BLUD.

(4) Piutang yang berhubungan tidak langsung dengan kegiatan BLUD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah piutang yang timbul di
luar kegiatan utama BLUD.

Pasal 42

(1) Pemimpin harus mempertimbangkan keuangan BLUD dan


kemampuan penanggung piutang dalam memberikan Piutang
kepada masyarakat atau pihak ketiga.

(2) Pemberian Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat


dilakukan jika memberikan nilai tambah pada BLUD.

(3) BLUD tidak diperkenankan memberikan Piutang kepada


penanggung Utang yang tidak mampu melunasi kecuali karena
alasan sosial kemanusiaan dan/atau peraturan perundang-
undangan.
(4) Dalam memberikan Piutang, BLUD dapat membuat perikatan dan
melakukan penatausahaan sesuai dengan praktek bisnis yang
sehat.

Pasal 43

(1) Pemimpin dalam melaksanakan akuntabilitas Piutang dilakukan


berdasarkan Peraturan Bupati yang mengatur akuntansi BLUD.

(2) Akuntabilitas Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan berdasarkan penggolongan kriteria kualitas Piutang
meliputi:
a. kualitas lancar, apabila belum melakukan pelunasan sampai
dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan;
b. kualitas kurang lancar, apabila dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan pertama tidak
dilakukan pelunasan;
c. kualitas diragukan, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan kedua tidak dilakukan
pelunasan; dan
d. kualitas macet, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan ketiga tidak dilakukan
pelunasan atau piutang telah diserahkan kepada instansi yang
menangani pengurusan piutang negara.
Pasal 44

(1) BLUD melaksanakan penagihan Piutang pada saat jatuh tempo.

(2) Dalam melaksanakan penagihan Piutang sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), BLUD menyiapkan bukti dan administrasi penagihan,
serta menyelesaikan tagihan atas piutang BLUD.

(3) Dalam hal Piutang dengan kualitas macet sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 43 ayat (2) huruf d, penagihan piutang diserahkan
kepada Bupati melalui PPKD dengan melampirkan bukti yang sah.

Pasal 45

(1) Piutang BLUD yang tidak berhasil ditagih, dapat dihapuskan secara
bersyarat atau mutlak dari pembukuan BLUD.

(2) Penghapusan secara bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), dilakukan dengan penghapusan Piutang dari pembukuan BLUD
tanpa menghapuskan hak tagih BLUD.

(3) Penghapusan secara mutlak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dilakukan dengan penghapusan hak tagih BLUD.

(4) Penghapusan secara bersyarat atau mutlak hanya dapat dilakukan


setelah piutang BLUD diurus secara optimal oleh Panitia Urusan
Piutang Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang pengurusan piutang negara.

(5) Pengurusan piutang BLUD dinyatakan telah optimal dalam hal


telah dinyatakan sebagai Piutang Negara Sementara Belum Dapat
Ditagih (PSBDT).

(6) Terhadap Piutang BLUD yang telah dinyatakan Piutang Negara


Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT) oleh Panitia Urusan
Piutang Negara, Pemimpin BLUD melakukan penghapusan secara
bersyarat terhadap Piutang BLUD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) atau penghapusan secara mutlak terhadap Piutang BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan menerbitkan surat
keputusan penghapusan dengan berpedoman pada peraturan
perundang-udangan.

(7) Penghapusan secara bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) atas Piutang BLUD dalam hal piutang berupa tuntutan ganti
rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai Piutang Negara Sementara
Belum Dapat Ditagih (PSBDT) dan terbitnya rekomendasi
penghapusan secara bersyarat dari pemeriksa eksternal
pemerintah.
Pasal 46

(1) BLUD dapat melakukan Utang sehubungan dengan penerimaan


barang, jasa dan/atau transaksi yang berhubungan langsung atau
tidak langsung dengan kegiatan operasional BLUD dan/atau
perikatan pinjaman dengan pihak lain.

(2) Utang dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,


transparan, dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai
tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Utang yang berhubungan langsung dengan kegiatan operasioal


BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Utang yang
timbul karena penerimaan barang/jasa dalam rangka kegiatan
utama BLUD.

(4) Utang yang berhubungan tidak langsung dengan kegiatan BLUD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Utang yang timbul di
luar kegiatan utama BLUD.

(5) Utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Utang jangka
pendek atau Utang jangka pendek.

Pasal 47

(1) Utang jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat


(5) merupakan Utang yang jatuh temponya tidak lebih dari 12 (dua
belas) bulan.

(2) Utang jangka pendek hanya dapat digunakan untuk memenuhi


kebutuhan belanja operasional dan keperluan menutup defisit kas.

(3) Belanja operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2),


merupakan pengeluaran yang dimaksudkan untuk memberikan
manfaat jangka pendek.

(4) Utang jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan dengan syarat:
a. kegiatan operasional yang mendesak dan tidak dapat ditunda;
b. kegiatan tersebut tidak dibiayai dari APBD;
c. saldo kas dan setara kas BLUD tidak mencukupi untuk
membiayai kegiatan operasional yang mendesak dan tidak dapat
ditunda;
d. jumlah utang jangka pendek yang masih ada ditambah dengan
jumlah utang jangka pendek yang akan ditarik tidak melebihi
15% (lima belas persen) dari jumlah pendapatan BLUD di luar
APBD dan hibah terikat; dan
e. persyaratan Iainnya yang ditentukan oleh pemberi Utang.
Pasal 48

(1) Utang jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat


(5) merupakan utang yang jatuh temponya lebih dari 12 (dua belas)
bulan.

(2) Utang jangka panjang hanya dapat digunakan untuk pengeluaran


belanja modal.

(3) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah


pengeluaran yang diperlukan untuk program pengadaan aset tetap
dan/atau aset lainnya yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan pelayanan BLUD.

Pasal 49

(1) Pemimpin menetapkan rencana kebutuhan Utang berdasarkan


usulan Pejabat Keuangan.

(2) Penyusunan rencana kebutuhan Utang sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), dilakukan berdasarkan prioritas kegiatan BLUD yang
tertuang dalam Renstra BLUD.

(3) Penyusunan rencana kebutuhan Utang sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kebutuhan belanja operasional dan belanja modal;
b. kemampuan membayar Utang;
c. batas maksimum kumulatif Utang;
d. kemampuan penyerapan Utang; dan
e. biaya Utang.

(4) Rencana kebutuhan Utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


paling sedikit dilampiri dengan:
a. studi kelayakan kegiatan;
b. proyeksi keuangan dari kegiatan yang diusulkan;
c. rencana pembiayaan secara keseluruhan; dan
d. rencana pengembalian pokok utang dan pembayaran bunga.

(5) Pemimpin mengajukan usulan Kegiatan BLUD yang akan dibiayai


dengan Utang kepada Dewan Pengawas untuk mendapatkan
rekomendasi.

(6) Dalam hal tidak ada atau belum terbentuk Dewan Pengawas,
persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberikan oleh
pejabat yang ditunjuk Bupati.

Pasal 50

(1) Komitmen BLUD dengan calon pemberi utang dituangkan dalam


perjanjian Utang yang ditandatangani oleh Pemimpin dan pemberi
Utang.
(2) Perjanjian Utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-
kurangnya memuat:
a. pihak yang mengadakan perjanjian;
b. jumlah Utang;
c. peruntukan Utang;
d. persyaratan Utang;
e. penyelesaian sengketa; dan
f. keadaan kahar (force majeure).

Pasal 51

(1) BLUD wajib membayar pokok Utang dan bunga yang telah jatuh
tempo sesuai perjanjian Utang.

(2) Kewajiban pembayaran Utang BLUD yang jatuh tempo wajib


dianggarkan dalam RBA-BLUD dan dibayarkan pada tahun yang
bersangkutan.

(3) Dalam hal terjadi ketidakmampuan BLUD dalam membayar


kembali Utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
Daerah mempunyai kewajiban mengambil alih pembayaran Utang
tersebut.

(4) Pembayaran Utang jangka pendek sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan kewajiban pembayaran kembali Utang yang
harus dilunasi dalam tahun anggaran berkenaan.

(5) Pemimpin dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan


pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sepanjang tidak
melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam RBA.

Paragraf 5
Persediaan, Aset Tetap dan Investasi

Pasal 52

(1) Persediaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d


merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional BLUD,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk digunakan atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

(2) Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. persediaan alat tulis kantor;
b. persediaan bahan bangunan;
c. persediaan alat listrik;
d. persediaan obat-obatan/vaksin, bahan kimia dan alat
kesehatan habis pakai, bahan laboratorium dan radiologi;
e. persediaan alat kebersihan pakai habis;
f. persediaan benda pos;
g. persediaan bahan bakar;
h. persediaan bahan makanan;
i. persediaan barang cetakan; dan
j. persediaan bahan pakai habis lainnya.

Pasal 53

(1) Penatausahaan persediaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52


dilakukan oleh pejabat kuasa pengguna barang dan pengurus
barang pembantu yang ditetapkan Bupati atas usul Pimpinan
melalui kepala Dinas.

(2) Pengurus barang pembantu menerima, mendistribusi, menyimpan


barang persediaan dan membuat berita acara serah terima barang.

(3) Pengurus barang pembantu mencatat penerimaan dan pengeluaran


dalam kartu barang dan buku pesediaan setiap ada penerimaan
dan pegeluaran barang.

(4) Pengurus barang pembantu melaksanakan stok opname barang


persediaan dan membuat berita acara hasil stok opname
persediaan.

(5) Pengurus barang pembantu membuat laporan persediaan dan


menyampaikan kepada Pimpinan selaku kuasa pengguna barang.

(6) Dokumen penatausahaan persediaan barang meliputi:


a. berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang;
b. kartu barang;
c. buku persediaan;
d. berita acara hasil stok opname persediaan; dan
e. laporan persediaan.

Pasal 54

(1) Aset tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d


merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan atau dimaksudkan
untuk digunakan, dalam Kegiatan BLUD atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.

(2) Aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. tanah;
b. peralatan dan mesin;
c. gedung dan bangunan;
d. jalan, irigasi dan jaringan;
e. aset tetap lainnya; dan
f. konstruksi dalam pengerjaan.
(3) Aset Tanah sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a adalah tanah
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional BLUD dan dalam kondisi siap pakai, termasuk tanah
yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan.

(4) Peralatan dan mesin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
mencakup mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, seluruh
inventaris kantor, serta peralatan lainnya yang nilainya signifikan
dengan masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam
kondisi siap pakai.

(5) Gedung dan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional BLUD dan
dalam kondisi siap dipakai.

(6) Jalan, irigasi dan jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
BLUD serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh BLUD dan dalam
kondisi siap dipakai.

(7) Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi, dan jaringan sebagaimana


dimaksud pada ayat (6) adalah jalan raya, jembatan, bangunan air,
instalasi air bersih, instalasi pembangkit listrik, jaringan air
minum, jaringan listrik, dan jaringan telepon.

(8) Aset tetap lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e
mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
huruf b, huruf c dan huruf d yang diperoleh dan dimanfaatkan
untuk kegiatan operasional BLUD dan dalam kondisi siap dipakai.

(9) Konstruksi dalam pengerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf f mencakup aset yang sedang dalam proses pembangunan
namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

Pasal 55

(1) Penatausahaan aset tetap dilakukan oleh pejabat kuasa pengguna


barang dan pengurus barang pembantu yang ditetapkan Bupati
atas usul Pimpinan melalui kepala Dinas.

(2) Pengurus barang pembantu menerima, mendistribusi, menyimpan


barang berupa aset tetap bergerak dan membuat berita acara serah
terima barang.

(3) Pengurus barang pembantu mencatat seluruh penerimaan dan


pengeluaran barang yang berada dalam kepengurusannya dalam
buku inventaris dan kartu inventaris barang (KIB).
(4) Untuk aset tetap tidak bergerak diserahkan langsung kepada kuasa
pengguna barang.

(5) Pengurus barang pembantu melaksanakan inventarisasi aset tetap


paling sedikit satu kali dalam lima tahun bersama dengan kuasa
pengguna barang dikecualikan dalam hal aset tetap berupa
konstruksi dalam pengerjaan dilakukan setiap tahun.

(6) Pengurus barang pembantu membuat laporan aset tetap


semesteran dan tahunan disampaikan ke Pimpinan selaku kuasa
pengguna barang.

(7) Dokumen penatausahaan aset tetap meliputi:


a. berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang;
b. laporan barang semesteran dan tahunan;
c. kartu inventaris barang A/ tanah;
d. kartu inventaris barang B/ peralatan dan mesin;
e. kartu inventaris barang C/ gedung dan bangunan;
f. kartu inventaris barang D/ jalan, irigasi dan jaringan;
g. kartu inventaris barang E/ aset tetap lainnya;
h. kartu inventaris barang F/ konstruksi dalam pengerjaan
i. kartu inventaris ruangan;
j. buku inventaris;
k. laporan mutasi barang;
l. rekapitulasi daftar mutasi barang;
m. daftar usulan barang yang akan dihapus; dan
n. stiker register barang yang ditempel pada fisik barang.

Pasal 56

BLUD dapat melakukan Investasi sepanjang memberi manfaat bagi


peningkatan pendapatan dan pelayanan kepada masyarakat serta tidak
mengganggu likuiditas keuangan BLUD.

Pasal 57

(1) Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 merupakan


penempatan sejumlah dana dan/atau barang untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya yang dapat
meningkatkan kemampuan BLUD dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.

(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa investasi


jangka pendek.

(3) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),


berupa:
a. deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas)
bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis; dan
b. pembelian surat utang negara jangka pendek.
Pasal 58

(1) Penatausahaan Investasi dilaksanakan Pejabat Keuangan dengan


membuat analisa kas yang berada dalam pengurusannya meliputi
penerimaan, pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan operasional
dan saldo.

(2) Dalam hal berdasarkan hasil analisa kas sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) saldo kas memungkinkan untuk melakukan Investasi,
Pejabat Keuangan mengusulkan kepada Pimpinan untuk
melaksanakan Investasi.

(3) Pimpinan memberikan persetujuan usulan sebagaimana dimaksud


ayat (2) dan menyampaikan kembali kepada Pejabat Keuangan
untuk menyiapkan pengeluaran kas.

(4) Pelaksanaan Investasi dilengkapi bukti/dokumen sesuai dengan


jenis Investasi antara lain berupa sertifikat deposito/surat berharga
lainnya dan disimpan secara memadai.

(5) Pejabat Keuangan mencatat transaksi Investasi yang dilaksanakan


dan memantau tanggal jatuh tempo Investasi.

Paragraf 6
Ekuitas

Pasal 59

Ekuitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf e merupakan


jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah aset
dengan jumlah kewajiban.

Pasal 60

(1) Pejabat Keuangan melakukan penatausahaan atas ekuitas BLUD

(2) Penatusahaan atas ekuitas sebagaimana dimaskud pada ayat (1)


meliputi :
a. pencatatan ekuitas awal saat ditetapkan BLUD;
b. mutasi dan mengarsipkan dokumen pendukung transaksi
berupa dokumen revaluasi aset tetap.

(3) Pejabat Keuangan melakukan rekonsiliasi atas nilai ekuitas per


tanggal laporan.
BAB V

SISA LEBIH PERHITUNGAN DAN DEFISIT ANGGARAN

Bagian Kesatu
SiLPA BLUD

Pasal 61

(1) SiLPA BLUD merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan


dan pengeluaran BLUD selama 1 (satu) tahun anggaran.

(2) SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud ayat (1) dihitung berdasarkan


LRA dalam 1 (satu) periode anggaran.

(3) SilPA BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
dalam tahun anggaran berikutnya, kecuali atas perintah Bupati
disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas Daerah dengan
mempertimbangkan posisi likuiditas dan rencana pengeluaran
BLUD.

Pasal 62

(1) Pemanfaatan SiLPA BLUD dalam tahun anggaran berikutnya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (3) dapat digunakan
sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dengan
mempertimbangkan posisi likuiditas BLUD melalui mekanisme
APBD.

(2) Pemanfaatan SiLPA BLUD dalam tahun anggaran berikutnya


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila dalam kondisi
mendesak dapat dilaksanakan melalui mendahului perubahan
APBD.

(3) Kriteria kondisi mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


mencakup:
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dan/atau belum cukup
anggarannya pada tahun anggaran berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah
Daerah dan masyarakat.

(4) Kondisi mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan


oleh Pimpinan.
Pasal 63

Dalam hal anggaran BLUD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan


untuk menutupi defisit tersebut antara lain dari SiLPA BLUD pada
tahun anggaran sebelumnya dan penerimaan Pinjaman.

Bagian Kedua
Prosedur Penggunaan SiLPA BLUD

Pasal 64

(1) Nilai SiLPA BLUD yang diperoleh dilaporkan kepada Bupati dan
PPKD, untuk diperhitungkan dan dapat digunakan di awal tahun
anggaran berikutnya.

(2) Laporan SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan rincian rencana penggunaan anggaran pendapatan dan
biayanya.

(3) SiLPA BLUD digunakan sesuai dengan kebutuhan likuiditas dan


jenis Belanja BLUD.

Pasal 65

BLUD dapat diberikan Fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan


anggaran yang bersumber dari BLUD, termasuk pengelolaan
pendapatan dan belanja, pengelolaan kas dan penggunaan SiLPA.

Pasal 66

Mekanisme pelaksanaan penggunaan SiLPA BLUD merupakan


pengecualian dari mekanisme pelaksanaan anggaran Perangkat
Daerah.

Bagian Ketiga
Penyetoran SiLPA BLUD

Pasal 67

(1) SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (3) dapat
disetorkan sebagian atau seluruhnya dengan mempertimbangkan
posisi likuiditas dan rencana pengeluaran BLUD.

(2) Penyetoran dana SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dari Rekening Kas BLUD ke kas Daerah atas perintah
Bupati.

(3) Penyetoran dana SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk:
a. pembinaan pengelolaan keuangan BLUD; dan/atau
b. optimalisasi kas Daerah.
(4) Penyetoran dana SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penyetoran tanpa kewajiban pengembalian.

(5) Atas penyetoran dana SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud pada


ayat (4), Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran dalam
rangka pelaksanaan program dan kegiatan prioritas BLUD pada
tahun anggaran berikutnya sesuai dengan kemampuan keuangan
Daerah.

Pasal 68

Perintah penyetoran dana SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 67 ayat (2) dilakukan setelah mendapatkan pertimbangan PPKD
dan diketahui berdasarkan laporan keuangan terjadi surplus anggaran
BLUD dengan tidak mengganggu likuiditas dan rencana pengembangan
layanan tahun berjalan dan/atau 1 (satu) tahun berikutnya.

Pasal 69

(1) Berdasarkan pertimbangan PPKD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 68, Bupati menerbitkan surat perintah penyetoran SiLPA
BLUD ke kas Daerah.

(2) Surat perintah penyetoran SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. besaran SiLPA yang disetorkan;
b. batas waktu penyetoran SiLPA BLUD ke kas Daerah; dan
c. rekening asal dan rekening tujuan.

Pasal 70

(1) Berdasarkan Surat perintah penyetoran SiLPA BLUD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1), Pemimpin menyetorkan SiLPA
BLUD ke kas Daerah melalui bank yang ditunjuk.

(2) Penyetoran SiLPA BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan sebagai transaksi non anggaran.

(3) Pemimpin menyampaikan salinan bukti penyetoran SiLPA BLUD ke


kas Daerah kepada PPKD.

(4) BLUD dan PPKD mencatat dan melaporkan setiap transaksi


penyetoran SiLPA BLUD.

(5) Akuntansi dan pelaporan keuangan dalam rangka transaksi


penyetoran SiLPA BLUD dilaksanakan sesuai standar akuntansi
pemerintahan.
Bagian Keempat
Defisit Anggaran

Pasal 71

(1) Defisit merupakan selisih kurang antara Pendapatan BLUD dengan


Belanja BLUD.

(2) Dalam hal anggaran BLUD diperkirakan defisit, ditetapkan


pembiayaan untuk menutupi defisit tersebut antara lain bersumber
dari SiLPA BLUD tahun anggaran sebelumnya dan penerimaan
Pinjaman.

BAB VI

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Bagian Kesatu
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan BLUD dan
Bendahara Pengeluaran BLUD

Pasal 72

(1) Bendahara Penerimaan BLUD wajib mempertanggungjawabkan


pengelolaan Pendapatan BLUD yang menjadi tanggungjawabnya
kepada Pemimpin melalui Pejabat Keuangan paling lambat pada
tanggal 5 bulan berikutnya.

(2) Laporan pertanggungjawaban pada bulan akhir tahun anggaran


disampaikan paling lambat pada hari kerja terakhir bulan tersebut.

(3) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


memuat informasi rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo
kas, dan dilampiri:
a. buku penerimaan;
b. register STS; dan
c. bukti penerimaan yang sah dan lengkap.

(4) Atas pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Pejabat Keuangan melakukan verifikasi kebenaran laporan
pertanggungjawaban keuangan.

(5) Pemimpin mengesahkan laporan pertanggungjawaban keuangan


Bendahara Penerimaan BLUD yang telah benar, lengkap dan sah
berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 73

Bendahara Pengeluaran BLUD wajib mempertanggungjawabkan


pengelolaan keuangan BLUD yang menjadi kewenangannya, meliputi:
a. pertanggungjawaban penggunaan uang persediaan (UP) atau ganti
uang persediaan (GU); dan
b. pertanggungjawaban bulanan.

Pasal 74

(1) Pertanggungjawaban penggunaan uang persediaan (UP) atau ganti


uang persediaan (GU) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
huruf a, dilakukan dengan ketentuan:
a. Bendahara Pengeluaran BLUD mengumpulkan bukti yang sah
atas belanja yang menggunakan uang persediaan termasuk
bukti pendukung lain yang sah;
b. berdasarkan bukti sebagaimana dimaksud pada huruf b
Bendahara Pengeluaran BLUD melakukan rekapitulasi belanja
ke dalam laporan pertanggungjawaban uang persediaan sesuai
dengan Program BLUD dan Kegiatan BLUD masing-masing; dan
c. laporan pertanggungjawaban uang persediaan (UP) atau ganti
uang persediaan (GU) sebagaimana dimaksud pada huruf b
menjadi lampiran pengajuan Surat-PD GU.

Pasal 75

(1) Pertanggungjawaban bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


73 huruf b disampaikan kepada Pemimpin paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya.

(2) Pertanggungjawaban bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berupa SPJ yang menggambarkan jumlah anggaran, realisasi dan
sisa pagu anggaran secara kumulatif dan per Kegiatan BLUD, yang
dilampiri:
a. buku kas umum pengeluaran;
b. buku pembantu; dan
c. laporan penutupan kas.

(3) Pembuatan dan penyampaian SPJ sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), dilakukan dengan ketentuan:
a. Bendahara Pengeluaran BLUD menyiapkan laporan penutupan
kas;
b. Bendahara Pengeluaran BLUD melakukan rekapitulasi jumlah
belanja dan item terkait lainnya berdasarkan buku kas umum
dan buku pembantu buku kas umum lainnya khususnya buku
pembantu rincian objek untuk mendapatkan nilai belanja per
rincian objek;
c. berdasarkan rekapitulasi belanja sebagaimana dimaksud pada
huruf b, Bendahara Pengeluaran BLUD membuat SPJ atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya;
d. dokumen SPJ beserta buku kas umum pengeluaran dan buku
pembantu serta laporan penutupan kas kemudian disampaikan
ke Pejabat Keuangan untuk diverifikasi; dan
e. Pemimpin mengesahkan laporan pertanggungjawaban bulanan
yang benar, lengkap dan sah berdasarkan hasil verifikasi
Pejabat Keuangan.

Bagian Kedua
Pelaporan Pendapatan BLUD, Belanja BLUD, dan Pembiayaan BLUD

Pasal 76

(1) Dalam pelaksanaan anggaran, Pemimpin menyusun,


menandatangani dan menyampaikan laporan Pendapatan BLUD,
Belanja BLUD, dan Pembiayaan BLUD secara berkala kepada PPKD
melalui kepala Dinas.

(2) Laporan Pendapatan BLUD, Belanja BLUD, dan Pembiayaan BLUD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan melampirkan SPTJ
yang ditandatangani oleh Pemimpin.

(3) Berdasarkan laporan Pendapatan BLUD, Belanja BLUD, dan


Pembiayaan BLUD serta SPTJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), kepala Dinas menerbitkan SP3BP untuk disampaikan
kepada PPKD.

(4) PPKD melakukan pengesahan laporan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dan menerbitkan SP2BP.

Bagian Ketiga
Pelaporan Akuntansi BLUD

Pasal 77

(1) Laporan keuangan BLUD terdiri atas:


a. LRA;
b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;
c. Neraca;
d. LO;
e. Laporan Arus Kas;
f. LPE; dan
g. CaLK.

(2) Penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLUD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berdasarkan standar akuntansi
pemerintahan mengenai penyajian laporan keuangan BLUD serta
kebijakan akuntansi Pemerintah Daerah dan BLUD.

(3) Laporan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disertai dengan laporan kinerja yang berisikan informasi
pencapaian hasil atau keluaran BLUD.
(4) Laporan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diaudit oleh pemeriksa eksternal pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kempat
Konsolidasi Laporan Keuangan dan Reviu/Audit

Pasal 78

(1) Laporan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77


ayat (1) diintegrasikan/ dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan Dinas, untuk selanjutnya diintegrasikan/
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah.

(2) Tata cara penyusunan, penyampaian dan pengintegrasian laporan


keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
penyusunan dan penyampaian laporan keuangan Pemerintah
Daerah.

Pasal 79

Dalam rangka pembinaan keuangan BLUD, laporan keuangan BLUD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (1) disampaikan oleh
Pemimpin kepada Bupati melalui PPKD selaku pembina keuangan
BLUD.

Pasal 80

(1) Untuk memperoleh keyakinan terbatas atas kualitas laporan


keuangan yang disajikan oleh BLUD selaku entitas pelaporan,
dilakukan reviu atas laporan keuangan BLUD.

(2) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh


Perangkat Daerah yang membidangi pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan di Daerah.

Pasal 81

(1) Pemimpin menyusun laporan keuangan bulanan, semesteran, dan


tahunan.

(2) Laporan keuangan BLUD bulanan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) disusun untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan
Dinas dan Pemerintah Daerah berupa LRA BLUD, paling lambat 5
(lima) hari setelah periode pelaporan berakhir.

(3) Laporan keuangan BLUD semesteran sebagaimana ayat (1) disusun


untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan Dinas dan
Pemerintah Daerah berupa LRA BLUD, LO BLUD, dan LPE BLUD,
dan Neraca, paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan
berakhir.
(4) Laporan keuangan BLUD tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan
Dinas dan Pemerintah Daerah berupa LRA BLUD, LO BLUD, dan
LPE BLUD, Neraca dan CaLK paling lama 2 (dua) bulan setelah
periode pelaporan berakhir.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 82

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Purworejo.

Ditetapkan di Purworejo
pada tanggal 01 - 03 - 2022

BUPATI PURWOREJO,

AGUS BASTIAN

Diundangkan di Purworejo
pada tanggal 01 - 03 - 2022

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURWOREJO,

SAID ROMADHON

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO


TAHUN 2022 NOMOR 10 SERI E NOMOR 7

Anda mungkin juga menyukai