Bab 2
Bab 2
Bab 2
LANDASAN TEORI
A. Hubungan Sosial
lingkungan tempat dia tinggal dan berhubungan antara satu dengan yang
lain.
komunikasi.1
terdiri dari inter dan action. Inter artinya antara dan action artinya
satu sama lain.2 Menurut Kamus Ilmiah Popular hubungan adalah “hal
1
Hassan Shadelly, Enslikopedia Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), 1462.
2
Barbara Agusti, Kamus Lengkap Bahasa Inggris (Surabaya: Mega Prass, 2004), 14.
11
12
Dengan demikian hubungan adalah suatu tindakan antara satu sama lain
menyatakan bahwa:
kelompok.
3
Mas’ud Khasan. Kamus Ilmiah Populer (Jakarta: Bintang Pelajar, 2010), 138.
4
Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 110.
13
untuk menjadi sama dengan orang lain dengan kata lain secara tidak
berhubungan.
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV. Rajawali, 2012), 55.
6
Dewi Wulansari, Sosiologi (Konsep dan Teori) (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), 34.
14
hubungan sosial dimungkinkan terjadi karena dua hal yakni kontak sosial
dan komunikasi.
Nampak dalam suatu kontak sosial yang disertai adanya komunikasi, oleh
karena itu hubungan baru dapat terjadi jika telah terpenuhi syarat-syarat
berikut:7
Kontak sosial berasal dari bahasa latin “con” atau “cum” yang
7
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 58-61.
15
badaniah. Selain itu kontak juga dapat terjadi dengan tanpa adanya
dan lainnya.
kontak secara fisik saja tetapi yang paling mendasar adalah tanggapan
patung atau main mata dengan orang buta sampai berjam-jam lamanya
b. Ada komunikasi
atau perasaan dari satu pihak ke pihak lain, sehingga terjadi pengertian
ini dalam bentuk percakapan antara dua orang, pidato dari ketua
kepada anggota rapat, berita yang dibacakan oleh penyiar televisi atau
8
Wulansari, Sosiologi (Konsep dan Teori), 37.
9
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), 86.
17
bahwa:
orang tersebut.
10
Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 111.
11
Wijaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 5-
6.
18
yang berlangsung secara tatap muka adalah yang paling lengkap dan
saling suka lebih berhasil dari komunikasi yang awalnya sudah tidak
saling menyukai.
12
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 60.
13
Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, 193.
19
sebagai bentuk keempat dari hubungan sosial. Dibawah ini akan dijelaskan
kegiatan yang dilakukan bersama antara dua orang atau lebih. Kerja
bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan dari luar
kerjasama, yaitu:
14
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 64.
15
Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, 80.
20
tertentu.16
b. Persaingan (competition)
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan
16
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 66.
21
atau kekerasan.
bersifat kompetitif.
sosial.
17
Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, 101.
22
sosial.18
internasional.
d. Akomodasi
menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.
kestabilan.
18
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 67.
23
terpisah.20
19
Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, 82-83.
20
Ibid., 85.
21
Yudi Santoso, Max Weber (Sosiologi Agama) (Yogyakarta: Ircisod, 2012), 76.
24
1. Tindakan Sosial
atau tindakan manusia yang dilakukan didasarkan pada maksud dan tujuan
tindakan sosial. Sebagai contoh, seorang istri karena tidak mapu lagi
bukan suatu tindakan sosial, akan tetapi bunuh diri yang dimaksudkan agar
lain, jika anda bersiul pada saat berada di kamar mandi keran anda baru
saja mendapatkan honor dari atasan, itu bukan tindakan sosial, tetapi jika
25
anda bersiul di kamar mandi karena pada saat itu teman anda akan
berkunjung ke rumah anda, sehingga dengan bersiul teman anda tadi tahu
jika anda sedang berada di kamar mandi. Tindakan ini dapat disebut
tindakan sosial mempunyai arah dan tujuan tertentu. Karena itu, seorang
orang lain, maka seorang ahli sosiologi perlu membongkar isi kepala si
(understanding of understanding).
22
Ambo Upe, Tradisi Aliran dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 204.
26
kita dapat melihat ritual kearamaan pada bulan Ramadhan bagi umat
tujuan tertentu, yang terwujud dengan jelas. Artinya, itu harus mempunyai
arti bagi pihak-pihak lain. yang bersifat introspektif seperti meditasi atau
merupakan sosial. Bentuk sosial yang paling penting adalah sosial timbal
suatu keadaan di mana ada dua orang atau lebih terlibat dalam suatu
proses. Proses prilaku tersebut terjadi berdasarkan tingkah laku para pihak
23
Soerjono Soekanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 9-
10.
28
orientasi penuh terhadap pihak lain dan sebaliknya, jarang sekali terjadi.
hal itu hanya merupakan bukti adanya kemungkinan bahwa suatu bentuk
tertentu akan terjadi hal mana membuktikan adanya suatu hubungan sosial.
29
Dengan demikian, apabila suatu persahabatan itu ada, maka artinya adalah
bentuk-bentuk tertentu.24
perubahan, atau apakah yang lama tetap ada akan tetapi artinya berubah.
Arti itu sendiri pun mungkin mengalami proses antara konstannya arti
dianuti oleh para pihak-pihak yang mengadakan hubungan itu. Hal itu
atau perasaan.
mutual. Artinya, para pihak yang terlibat dalam suatu hubungan membuat
24
Ibid 46-47.
30
pihak dalam keadaan normal dan selama di berasional, akan dianuti oleh
pihak lain dengan siapa dia berhubungan dan akan menyesuaikan diri
demikian maka untuk sebagian berorientasi pada tujuan dan dia ingin
pada nilai-nilai. Artinya, dia wajib mentaati persetujuan yang telah ada,
antisipasi.25
2. Ekonomi
Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism.26 Dwi Narwoko dan Bagong
25
Ibid., 48.
26
Ibid., 49.
27
Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, 299.
31
dari masa Reformasi sampai kira-kira abad ke-18 pegaruh dari agama
terhadap beberapa sikap psikologis tertentu dan unsur-unsur dari ajaran ini
dibawakan oleh kelas menengah yang tengah naik dan sejarahnyalah yang
dalam golongan yang terpilih oleh Tuhan. Maka terdapat suatu dorongan
menjiwai dunia usaha niaga dengan suatu semangat baru. Sifat hemat yang
28
Taufik Abdullah, Agama Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi (Jakarta: LP3ES, 1979), 141.
32
bahwa sukes merupakan berkat Tuhan bukan tak dikenal sebelum adanya
ajran Protestan dan bahkan agama Kristen. Akan tetapi aliran Calvinis
Inilah menjadi penyebab rasa gelisah karena ingin tahu apakah seseorang
dislipiner. Sifat-sifat ini kemudian jadi milik bersama dan juga menjiwai
pemenuhan keperluan, tetapi suatu tugas yang suci. Pensucian kerja, (atau
sikap hidup keagamaan yang melarikan diri dari dunia. Sikap hidup
keagamaan yang diinginkan oleh doktrin ini, kata Weber ialah “askese
29
Ibid., 143.
33
pasangannya. Sukses hidup, yang dihasilkan oleh kerja keras bisa pula
terpilih.30
30
Ibid., 9.
31
Weber dalam thesisnya mempertegas perbedaan antara gereja dan sekte. “Gereja” pada dasrnya
dapat dikatakan sebagai suatu pranata dengan sifat-sifat khusus yang mempunyai kerangka
sosial dan peradaban yang lebih luas dan sering menjadi aktualisasi dari suatu penekanan
struktural. Sedangkan “sekte” mempunyai pengertian lebih terbatas. Ia adalah bagian dari gereja
walaupun secara teoritis sekte tersebut dapat pula memunculkan dirinya menjadi gereja. Jika itu
terjadi maka ini berarti bahwa sekte telah sanggup menjadikan dirinya sebagai perumus umum
dari penekanan strukturak dari kebudayaan dan masyarakat yang luas.
34
primitif tidak terlepas dari kehidupan beragama dan kepercayaan kepada yang
gaib. Ketika akan turun ke sawah mereak mengadakan ritual tertentu terlebih
dahulu, seperti sesajen dan berdoa. Dalam mencari hasil hutan juga tidak
bagi orang lain, seperti mengajar, bertukang, berdagang dan lainnya. Dalam
tambahan harapan dan optimisme karena Tuhan adalah yang maha kaya dan
terhadap hak orang lain, supaya menjaga diri untuk hanya mau mengambil
pencurian dan pemerasan. Hal ini tentu karena mereka hanya beragama
32
Agus Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2006), 235-236.
33
Ibid., 236.
35
materi dan ekonomi. Selain iman yang lemah untuk memegang prinsip,
seperti besarnya jurang pemisah antara kaya dan miskin, kecemburuan sosial
menambah gairah disiplin kerja. Hal ini memang sangat tergantung pada
keras, tahan cobaan dan hidup irit, menurut weber menjadikan mereka tidak
34
Ibid, 237.
35
Ibid, 237.
36
Dwi narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, 299.
36
kekuatan-kekuatan sosial, politik, ekonomi dan agama yang Eropa. Mulai dari
masa Reformasi sampai kra-kira abad ke-18 pegaruh dari agama sangat
yang mengakibatkan tenaga luar biasa yang merupakan ciri khas kapitalisme
Calvinisme. Semangat ini dibawakan oleh kelas menengah yang tengah naik
didahului oleh hubungan serupa dalam masa lampau dalam arti bahwa di
yaitu menghalangi atau membantu. Dalam hal Calvinisme, faktor utama yang
dilihat oleh Weber adalah doktrin tentang panggilan itu, di mana memperoleh
terpilih oleh Tuhan. Maka terdapat suatu dorongan untuk usaha kuat dan
faktor lain yang timbul dari Calvinisme, menjiwai dunia usaha niaga dengan
37
Taufik Abdullah, Agama Etos Kerja Dan Perkembangan Ekonomi (Jakarta: LP3ES, 1979), 141.
37
suatu semangat baru. Sifat hemat yang menjelma dari kesadaran akan
bukan tak dikenal sebelum adanya ajaran Protestan dan bahkan agama
Kristen. Akan tetapi aliran Calvinis memberinya tempat utama dengan jalan
pertanda dari keselamatan. Inilah menjadi penyebab rasa gelisah karena ingin
serta dislipiner. Sifat-sifat ini kemudian jadi milik bersama dan juga menjiwai
melihat kerja sebagai Beruf atau panggilan. Kerja tidaklah sekedar pemenuhan
keperluan, tetapi suatu tugas yang suci. Pensucian kerja, (atau perlakuan
terhadap kerja sebagai suatu usaha keagamaan yang akan menjamin kepastian
yang melarikan diri dari dunia. Sikap hidup keagamaan yang diinginkan oleh
doktrin ini, kata Weber ialah “askese duniawi”, yaitu intensifikasi pengabdian
38
Ibid., 143.
38
menemukan pasangannya. Sukses hidup, yang dihasilkan oleh kerja keras bisa
pula dianggap sebagai pembenaran bahwa ia, si pemeluk adalah orang yang
terpilih.39
sekarang pun dengan kemajaun teknologi supra modern manusia tidak luput
masyarakat dan dunia diwarnai perkembangan pesat ilmu dan teknik. Hampir
“Tidak ada bangsa bagaimana primitifnya, yang tidak memiliki agama dan
tidak dapat dipecahkan oleh teknologi dan dan teknik prganisasi yang
sesudah mati. Agama dapat menjadi sarana manusia untuk mengankat diri dari
39
Ibid., 9.
40
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya), 119.
39
perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi
persis dengan apa yang digambarkan oleh Karl Mark yang menganggap
bahwa agama hanya merupakan salah satu faktor bangunan atas, yang
pendidikan.42
41
Ibid., 119-120.
42
Ibid., 15.
40
Amerika, Eropa, agama tidak lagi ikut berperan sebagai alat legetimasi sosial
individual.
diadakan upacara religi memberi sesajen kepada dewa atau dewi yang
pemiliham umum adalah partai politik yang mempunyai asas dan dasar
agama.
tertentu. Misalnya, dalam hal penentuan jenis pendidikan dan afiliasi pada
pembaharuan sosial.
daerah bukan tempat ibadah agama hampir tidak dilibatkan. Selain itu,
masyarakat dalam kota seperti ini bersifat dinamis dan perkembangan iptek
selamat di dunia dan di akhirat, yaitu sebagai manusia yang bertakwa kepada
Tuhan, beradab dan manusiawi, yang berbeda dari cara-cara hidup hewan dan
mahluk lainnya. Sebagai sistem keyakinan, agama bisa menjadi bagian dan
43
Ibid., 48.
42
inti dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat, dan menjadi
tertentu untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran
agamanya. Ketika pengaruh ajaran agama sangat kuat terhaap sistem niali dari
terwujud dalam simbol suci yang maknanya bersumber pada ajaran agama
yang menjadi pedoman dari eksistensi dan kegiatan berbagai pranata yang ada
digerakkan dan diarahkan oleh berbagai sistem nilai yang sumbernya adalah
agama yang dianutnya dan terwujud dalam kegiatan para warga masyarakatnya
sebagai tindakan dan karya yang diselimuti oleh simbol-simbol suci. Keyakinan
agama yang sifatnya pribadi dan individuan bisa berupa tindakan kelompok.
Keyakinan itu menjadi sosial disebabkan oleh terutama hakikat agama itu
sendiri yang salah satu ajarannya adalah hidup dalam kebersamaan dengan
44
Ibid., 63-64.
43
tertentu.45
kematian, dan bersama-sama merayakan musim tanam dan panen. Hal itu
dan kolektif. Dengan kata lain, agama adalah sistem simbol di mana
masyarakat bisa menjadi sadar akan dirinya, ia adalah cara berpikir tentang
agama.
45
Ibid., 121-122.
44
Masyarakat diikat oleh sistem simbil yang umum. Sistem simbol itu
dan norma-norma etik yang selaras dengan karakteristik itu masyarakat itu
ada dalam tatanan sosial, mengenang saat-saat yang berarti dalam sejarah dan
Agama pada saat tertentu dapat berfungsi sebagai pelindung tatanan sosial,
dan pada saat lainnya dapat menilai kondisi sosial saat sekarang dengan
46
Ibid., 122-123.
45
dan Hindu
yang ada akan menimbulkan konflik. Suatu kegiatan yang menyimpang dari
suatu ajaran yang sudah diyakini kebenarannya oleh agama tertentu. Apabila
dibelokkan oleh aliran baru akan memicu kekhawatiran bagi umat-umat yang
lain. Dalam masyarakat telah banyak kesadaran yang terjadi berkaitan dengan
pluralisme dan kebersamaan dalam hidup, saling berbagi tanpa ada pilah-pilah
Pluralisme secara bahasa berasal dari kata plural (Inggris) yang berarti
jamak, dalam arti ada keanekaragaman dalam masyarakat, ada banyak hal lain
di luar kelompok kita yang harus diakui. Pluralisme secara istilah adalah suatu
dengan hubungan antar berbagai konsepsi, persepsi dan respon tentang ultim
yang satu, realitas ketuhanan yang penuh dengan misteri. Teori hubungan
47
Syamsul Ma'arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia (Yogyakarta: Logung Pustaka,
Yogyakarta, 2005), 11.
46
antar agama itu paling tidak didekati melalui dua bentuk utama, enklusivisme
bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku
pluralisme.48
Islam dan Hindu, maka kerukunan umat beragama selalu diiringi dengan
terkadang berbenturan dengan aturan yang berlaku di dalam agama itu sendiri.
lain:
48
Adeng Muchtar Ghazali, Agama dan Keberagamaan dalam Konteks Perbandingan Agama
(Bandung: Pustaka Pelajar, Bandung, 2004), 199.
47
kemasyarakatan.
warisan, dan harta benda, dan yang paling penting adalah keharmonisan
Meski dalam skala kecil, baru-baru ini penodaan agama banyak terjadi
baik dilakukan oleh umat agama sendiri maupun dilakukan oleh umat
suatu ajaran yang sudah diyakini kebenarannya oleh agama tertentu.49 Hal
49
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju
Dialog dan Kerukunan Antar Agama (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009), 13-14.