BAB I REVISI BISMILLAH Edit
BAB I REVISI BISMILLAH Edit
BAB I REVISI BISMILLAH Edit
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh terlambatnya aliran darah ke
otak, yang juga dikenal sebagai kelemahan neurologis. Secara umum, stroke akut
adalah keadaan di mana aliran darah ke otak terhenti karena sumbatan (stroke
iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik). Stroke non hemoragik terjadi ketika
pembuluh darah ke otak tersumbat (Khotimah et al., 2021). Anteroscherosis, yang
merupakan penebalan dinding pembuluh darah, serta emboli, bekuan darah yang
berasal dari trombus jantung, menyebabkan penyumbatan ini.
Gangguan menelan, nyeri akut, kesulitan untuk bergerak, kesulitan untuk
berkomunikasi secara verbal, kurangnya perawatan diri, ketidakseimbangan
nutrisi, dan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah beberapa masalah
yang muncul sebagai akibat dari stroke non hemoragik. Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral adalah salah satu masalah yang paling berbahaya yang
menyebabkan kematian (Nuraeni, 2017). Masalah keperawatan yang sering
muncul pada pasien yang mengalami stroke non-hemorragik adalah penurunan
kesadaran. Ini karena pembuluh darah karotis di cabang menuju otak bagian
tengah dan cabang otak bagian depan dapat tersumbat, yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. Oleh karena itu, penanganan dan pemantauan yang tepat
diperlukan untuk meningkatkan kesadaran pasien stroke non hemoragik. Susil
(2019)
Menurut World Health Organization (2022), Lembar Fakta Stroke Global
yang dirilis pada tahun 2022 menunjukkan bahwa risiko terkena stroke seumur
hidup telah meningkat sebesar 50% selama 17 tahun terakhir, dan sekarang 1 dari
4 orang diproyeksikan mengalami stroke seumur hidup. antara tahun 1990 dan
2022, terjadi peningkatan kejadian stroke sebesar 70%, peningkatan prevalensi
stroke sebesar 102%, dan peningkatan D. beban yang tidak proporsional. Jumlah
kasus baru penyakit tidak menular pada tahun 2018 adalah 2.412.297 kasus,
menurut hasil rekapitulasi dataJumlah kasus stroke adalah 3,09% dari 2.412.297
kasus. Menurut kelompok umur, provinsi Kalimantan timur (14,7%) dan
Yogyakarta (14,6%), sedangkan Sulawesi Selatan (10,6%). Kelompok umur
terbesar adalah 55-64 tahun (33,3%), 65-74 tahun (22,5%), 45-54 tahun (21,8%),
lebih dari 75 tahun (11,5%), dan 15-44 tahun (10,9%) (Riskesdas, 2020).
Data yang dikumpulkan oleh RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo dari
Makassar dari januari 2019 hingga desember 2021 menunjukkan bahwa 1221
pasien dirawat dan 851 mengalami stroke. 10 pasien (1,17%), 17-25 tahun 47
pasien (5,5%), 26-35 tahun 33 pasien (3,8%), 36-45 tahun 126 pasien (14,8%),
46-55 tahun 211 pasien (24,7%), 56-65 tahun 221 pasien (25,9%), dan 32 pasien
di atas 65 tahun (3,7%).. Ada kemungkinan bahwa prevalensi stroke meningkat di
semua kelompok usia di seluruh dunia (SIRS RSWS, 2021). Dengan 89%
DALYs dan 86% kematian akibat stroke terjadi di negara berpehasilan rendah dan
menengah kebawah di seluruh dunia. tanggung jawab yang tidak proporsional
Karena tingkat kejadian yang tinggi, orang mendapatkan perawatan atau
penanganan untuk stroke. Penanganan stroke dapat dibagi menjadi dua bagian:
penanganan medis dan keperawatan. Penatalaksanaan medis terdiri dari
pembedahan, pengobatan, dan penatalaksanaan umum (fase akut dan rehabilitasi).
Dalam negara berpehasilan rendah hingga menengah, menaikkan kepala dari
tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat sambil menjaga tubuh sejajar adalah
salah satu bentuk penatalaksanaan keperawatan yang dapat digunakan pada tahap
awal penanganan pasien yang mengalami stroke. tanggung jawab yang tidak
proporsional (Kusuma et al., 2019).
Melalui penerapan intervensi pemberian posisi kepala naik 30 derjat, pasien
yang mengalami cedara kepala mengalami penurunan tekanan intracranial.
Tekanan intracranial bias meningkat, Anda harus mengangkat kepala 30 derajat.
Ketika jaringan dan cairan otak bergeser dari posisi normalnya, itu disebut
herniasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Pertami et al., 2021), pasien
yang mengalami trauma kepala sangat dipengaruhi oleh posisi kepala di atas 30
derajat. Penurunan kesadaran pasien memerlukan perawatan dan penanganan
segera untuk mengurangi kesakitan dan mencegah kematian. Akibatnya, peran
perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan status kesadaran dan mengurangi kecacatan. Upaya asuhan
keperawatan seperti oksigenasi, pengaturan posisi, dan stimulasi sentuhan dan
suara dapat meningkatkan kesadaran pasien (Ali, 2020). Salah satu jenis
intervensi dalam stimulasi suara adalah stimulasi Al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. Itu ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan dengan jalan
mutawatir, jadi membacanya adalah perbuatan ibadah. Mendengarkan Al-Qur'an
adalah salah satu metode non-farmakologis yang efektif untuk memperbaiki
tanda-tanda vital dan meningkatkan saturasi oksigen. Menurut Azzahroh &
Hanifah (2020), mendengarkannya dapat membuat Anda merasa lebih santai,
santai, tenang, dan tenang. Spiritualitas memiliki potensi untuk mempercepat
pemulihan dan penyembuhan pasien. Dalam surat Al Isra ayat 82, Al-Qur'an
dapat berfungsi sebagai stimulan dan obat.
Terjemahnya :
Dan kami menurunkan Al-Qur'an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman; Al-Qur'an tidak menambah manfaat kepada orang-
orang yang zalim, tetapi hanya menyebabkan mereka kehilangan manfaat..
Q.s Al Isra ayat 82.
Berdasarkan latar belakang diatas maka satu maka rumusan masalah Karya
tulis Ilmih pelaksanaan impkementasi head up 30 derajat kombinasi terapi
murottal
C. Tujujan
1. Tujuan Umum
Untuk diketahui gambaran asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
non hemoragic stroke dengan masalah keperawatan penurunan kapasitas
adaptif intracranial di ruangan Intensif care unit RSUP Wahidin
Sudirohusodo.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melihat gambaran pengkajian pada pasien dengan non hemoragic
stroke
b. Untuk melihat diagnosis pada pasien dengan Non hemoragic stroke
c. Untuk melihat intervensi keperawatan pada pasien dengan Non
hemoragic stroke
d. Untuk melihat implementasi pada pasien dengan Non hemoragic stroke
e. Untuk melihat evaluasi pada pasien dengan non hemoragic stroke
f. Untuk menganalisis intervensi pada posisi head up 30 derajat dengan
kombinasi terapi murottal
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan tugas akhir ners ini akan menjadi dasar untuk praktik keperawatan
karena akan mengajarkan cara memberikan perawatan kepada pasien yang
mengalami stroke non-hemoragik.
2. Manfaat Aplikatif
Diharapkan tugas akhir ini dapat digunakan untuk mengatasi masalah
penurunan kapasitas adaptif intrakranal dan bersihan jalan napas yang tidak
efektif dengan stroke non-hemoragik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Definisi
Stroke adalah kondisi neurologis yang terjadi karena masalah dengan
pasokan darah ke otak. Biasanya, pembuluh darah pecah atau terhalang oleh
gumpalan, yang menghentikan pasokan oksigen dan nutrisi ke otak dan
merusak jaringan otak. (WHO, 2018).
Stroke non hemoragik adalah gejala klinis dari kerusakan atau disfungsi
jaringan otak akibat kurangnya aliran darah ke otak, yang mengganggu
kebutuhan darah dan oksigen otak. Sekitar 80-85% stroke non hemoragik
terjadi, dan 20% stroke hemoragik terjadi karena hipertensi intraserebrum dan
perdarahan subarachnoid. (Junaidi, 2021).
2. Klasifikasi
Dua jenis stroke adalah hemoragik atau hemoragik (HS) dan iskemik atau
Non Hemorrhagic Stroke (NHS). (Smeltzer & Bare, 2013).
3. Berdasarkan kausal
3. Etiologi
Berikut ini adalah pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada pasien yang
mengalami stroke non hemoragik: (Radaningtyas et al., 2018).
1. Angiografi serebral
membantu dalam identifikasi faktor risiko stroke tertentu, seperti
perdarahan, obstruktif arteri, dan oklusi atau nuptur.
2. Elektro encefalography
mengidentifikasi masalah melalui gelombang otak atau mungkin
menunjukkan area lesi tertentu.
3. Sinar x tengkorak
Klasifikasi karotis interna ditemukan pada trobus serebral, yang
menunjukkan perubahan kelenjar lempeng pineal yang berlawanan dari
waktu ke waktu. Aneurisma pada pendarahan sub arachnoid, klasifikasi
persial dinding.
4. Ultrasonography Doppler
mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah dengan sistem arteri
karotis, aliran darah, pembentukan plak, atau arterosklerosis).
5. CT-Scan
tunjukkan edema, hematoma, iskemia, dan infark.
6. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
menunjukkan tekanan anormal dan biasanya thrombosis, emboli, dan
TIA; tekanan meningkat dan cairan mengandung darah; dan hemoragi
sub arachnois atau perdarahan intakranial.
7. Pemeriksaan foto thorax
Bisa menunjukkan kondisi jantung, termasuk pembesaran vertrikel kiri,
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
Ini juga dapat menunjukkan perubahan pada kelenjar lempeng pineal,
berlawanan dengan massa yang luas.
8. Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal: Peningkatan tekanan dan cairan darah menunjukkan
perdarahan subarachnoid atau intracranial. Sebaliknya, trombosis,
emboli, dan TIA biasanya terjadi dengan tekanan normal. Dalam
thrombosis, kadar protein total menurun karena inflamasi..
b. Pemeriksaan darah rutin.
c. Pemeriksaan kimia darah: hiperglikemia dapat terjadi pada stroke
akut. Serum gula darah mencapai 250 mg dan kemudian turun
perlahan.
7. Penatalaksanaan
Stroke Menurut (Kurniati et al., 2013) pada pasien stroke yang berbaring lama
dapat terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
1. Bekuan darah (Trombosis)
Kaki lumpuh sering mengalami penimbunan cairan dan pembengkakan
yang disebut edema. Mereka juga dapat mengakibatkan embolisme paru,
sebuah bekuan dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru..
2. Dekubitus
Memar terjadi pada pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit, dan jika mereka
tidak dirawat dengan baik, dapat menyebabkan ulkus dekubitus dan
infeksi.
3. Pneumonia
Pasien yang mengalami stroke tidak dapat menelan dan batuk dengan
benar, yang menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan
menyebabkan pneumonia.
4. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur)
Hal ini disebabkan oleh kurangnya mobilitas.
5. Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan yang sering terjadi akibat stroke menyebabkan reaksi
fisik dan emosional yang tidak menyenangkan karena perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh..
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
2. Breathing : timbulnya pernapasan yang sangat sulit atau tak teratur, suara
napas seperti halnya ronchi/aspirasi, wheezing, sonor, ngorok, dan
ekspansi pada dinding dada, batuk atau bias juga melindungi jalan napas
5. Eksposure : inspeksi dan juga palpasi seluruh tubuh pada pasien untuk mengetahui
apakah terdapat cidera
Pengkajian sekunder
d. Sirkulasi
e. Eliminasi
Tandanya : biasa pasien mengalami sulit buang air kecil atau pun
mengalami retensi urin
f. Nutrisi
g. Hygiene
l. Diagnosis Keperawatan
2. Pertahankan posisi
kepala dan leher netral\
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan dan yang
bertanggung jawab
Edukasi
yang tenang dan lambat dapat membantu mengurangi hormon stres. Ini
rileks dan mengalihkan perhatian dari perasaan takut, cemas, dan tegang. Setelah
Subjek studi kasus ini adalah individu atau pasien yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi.
Fokus studi kasus pada penelitian ini ialah melakukan asuhan keperawatan
pada pasien Non Hemoragic Stroke dengan penurunan kesadaran dan
ketidakstabilan saturasi oksigen implementasi pengaturan kepala posisi 30
derjat dikombinasi dengan terapi murottal
1. Tahap Persiapan
Dalam penelitian studi kasus ini peneliti menekankan beberapa prinsip etik
dalam keperawatan yaitu menurut (Notoatmojo, 2012).
َو اْبَتِغ ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك ُهّٰللا الَّداَر اٰاْل ِخَر َة َو اَل َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َاْح ِس ْن َك َم ٓا
َاْح َس َن ُهّٰللا ِاَلْيَك َو اَل َتْبِغ اْلَفَس اَد ِفى اَاْلْر ِضۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِسِد ْيَن
Terjemahnya :
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
PRIMARY /SURVEY
Jenis kelamin : L
Nama Pasien : Tn.M Umur : 76 tahun No. RM : 01008406
Nama Keluarga : Tn.M
Agama : Islam
Pekerjaan : pensiunan
Alamat Rumah : Toraja
Telp/Hp : 082193968642
Sianosis (-/-)
Warna Kulit: sawo
matang
Diaforesis (-/-)
Kesadaran: GCS : E4 M5
Vx trakeostomi
Tanggal pemeriksaan : 04
Februari 2023
Foto Thorax:
Kesan:
- cardiomegaly dengan
dilatasi dan elongasi
- pneumonia bilateral
Foto Thorax AP 17
Februari 2023
- terpasang ETT Pada
trachea dengan tip +/-
4.91 cm diatas carina
- efusi pleura sinistra
- dilatatio, elongatio et
atherosclerosis aortae
Hasil kimia klinik : Analisa Gas
Darah (08/2/2023)
∙ pH 7.36 (Normal: 7.40) ←
√ Hangat Dingin
2. Pucat :
Ya √Tidak
3. Sianosis :
Ya √Tidak
4. Pengisian Kapiler : 2 detik
a. Frekuensi 112x/menit
b. Irama:
√Reguller Irreguler
c. Kekuatan:
√Kuat
6. TD 153/95 mmHg
7. Kelembaban kulit :
√ Lembab Kering
Warna Kulit ; sawo
matang
8. Turgor:
√Normal Kurang
Lain-lain
Suara Jantung (S3/S4) ;
tidak ada suara jantung
tambahan
Ejection Fraction (EP) :sulit
dikaji
7. Tanda vital
TD : 153/95 mmHg
HR: 112x/menit
Pernapasan : 15x/menit
Suhu ; 36,7 o C
SPO2 ; 88 %
via canula
trakeostomi
5. Ada Masalah (Ya)
E. Exposure Penurunan
Kapasitas Adaptif
1. Adanya trauma pada daerah:
Intrakranial
bagian belakang kepala
Ada Masalah (ada)
F.Folley Catheter
1. kateter (+/-) : Terpasang
kateter
ukuran :
2. Produksi urine : 100 cc
3. Warna urine : kuning
Ada Masalah (tidak)
G. Gastric Tube
1. NGT : Terpasang NGT
ukuran :
2. NGT Dekompresi (+/-)
3. Warna Residu NGT : Hitam
Ada Masalah : tidak
AIUEO
A (Alkohol) : tidak ada
I (Insulin) : tidak ada
U (Uremia) : tidak ada
E (Epilepsi) : tidak ada
O (Over dosis) : tidak ada
Pengkajian B1-B6
B1 (Breathing)
Bentuk dada: Normochest
RR : 25x/menit
Pola Nafas
Terpasang OPA (-) :tidak NPA (+/-): tidak Endotracheal Tube (+/-): tidak
Tracheastomi (+/-) : terpasang
Penggunaan Otot Bantu Nafas (+/-): Ya
Pernafasan cuping hidung (+/-): tidak
Penggunaan Alat Bantu Pernafasan: Terpasang NRM 10 liter/menit melalui tracheostomi
Suara Nafas: Normal/Vesikuler
Suara nafas tambahan : Ada Wheezing (+/-): -
Stridor (+/-): - Gargling (+/-): -
Rochi (+/-) : +
Masalah : Ada
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
B2 (Circulation)
Tekanan Darah : 153/95mmHg
CRT : 2 detik
Sianosis (+/-): tidak
Akral : Hangat
Tubuh : tidak pucat
Edema tidak
Masalah : tidak ada masalah
B3 (Neurologi)
Tingkat Kesadaran : Samnolen
GCS : E 4 M 5 Vx
Refleks Kornea (+/-): ada
Refleks Cahaya (+/-): -/-
Reflek Pupil (+/-): -/-
Ukuran Pupil (isokor) ukuran (2.5 / 2.5 )
Refleks Motorik (bisep +/+ trisep +/+ patella +/+ ): sulit dikaji
Refleks Nervus Kranialis (Jabarkan 12 Nervus Kranialis dengan singkat): sulit dikaji
Skor Nyeri 3 BPS
Masalah : Tidak
B4 (Bladder)
Edema Vagina/Scrotum (+/-): tidak ada
Produksi Urine: 390 cc/ 24 jam
Warna Urine: kuning pekat
Bau Urine: amonia
Sedimen Urine (+/-): - darah (+/-): -
Distensi Uretra (+/-): -
Terpasang kateter Urine (+/-): iya Jenis: silicon
Balance Cairan/24 Jam (Silahkan dilampirkan perhitungan BC) : Input:
Susu : 600 ml Jus buah: 100 ml
Bubur Saring : 600 ml
Omeprazole : 40 mg
Levofloxacin : 250 mg
Piracetam : 1200 mg
Norepineprin : 0,05mg
Curcuma : 4000 mg
Bisoprolol : 2,5 mg
Vip Albumin : 2 caps
Levofloxacin : 250 mg
Vit K : 1 amp/8 jam
Vit C : 250 mg
Paracetamol : 500 mg
Asam tranexamat : 18 mg
Infus RL : 1000 ml
Outpute :
Urine 189 cc Residu :-
IWL ; 15X 60X 24 / 24 Jam = 900cc
B5 (Bowel)
Terpasang NGT (+/-): iya ukuran: 18 Fr, terpasang sejak tanggal 30 Januari 2022
Kebutuhan Nutrisi enteral 1711 kkal /24 jam
Retriksi Cairan (+/-): tidak
Residu lambung -
Bentuk Abdomen (simetris/asimetris): simetris
Distensi Abdomen (+/-): tidak
Asites (+/-):-
Mual (+/-):-
Muntah (+/-): -
Peristaltik Usus; 5-6 x/menit
Pasien belum BAB sudah +/- 1 minggu
Masalah : tidak ada
B6 (Bone)
Warna Kulit: sawo matang
Decubitus (+/-): tidak
Pergerakan Ekstremitas (aktif/pasif): pasif
Kekuatan Otot ;
0 0
0 0
- Bagaimana pola tidur klien? (jam, berapa lam, nyenyak/tidak?) anak pasien mengatakan
kadang pasien tidur jam 22:00 dan bangun beraktivitas dijam 07.00, pola tidur teratur
- Apakah kondisi saat ini menganggu klien? sulit dikaji
- Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur? Anak pasien
mengatakan pasien tidak pernah mengomsumsi obat tidur
Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur? Anak pasien mengatakan pasien
tidak memiliki kegiatan khusus sebelum tidur
- Bagaimana kebiasaan tidur? Anak pasien mengatakan pasien memiliki kebiasaan
tidur yang baik
- Berapa jam klien tidur? Bagaimana kualitas tidurnya ? anak pasien mengatakan
sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam perhari,kualitas tidur nyenyak
- Apakah klien sering terjaga saat tidur? sulit dikaji
- Pernahkan mengalami gangguan tidur? Jenis nya? sulit dikaji
- Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut? Tidak ada gangguan saat tidur
- Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur? Anak pasien
mengatakan pasien tidak pernah mengomsumsi obat tidur
- Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur? Anak pasien mengatakan pasien
tidak memiliki kegiatan khusus sebelum tidur
- Berapa jam klien tidur? Bagaimana kualitas tidurnya ? anak pasien mengatakan
sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam perhari,kualitas tidur nyenyak
- Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut? Tidak ada gangguan saat tidur
• Inspeksi :bentuk normal, rambut warna hitam, rambut tidak mudah rontok
Telinga ; bentuk simetris, tidak ada cairan darah dari telinga
Mata ; mata simetris, sclera warna merah, conjungtiva tidak anemis, pupil
isokor, refleks cahaya ; -/-, refleks pupil -/- , kedua mata tertutup, terdapat lesi
pada mata Hidung; bentuk simetris, tidak ada massa, tidak ada sekret, tidak ada
lesi, tidak ada darah
Mulut ; mukosa bibir kering, tidak ada luka, terdapat sekret pada mulut
bercampur darah, tidak ada tonsilitis, gigik putih
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer, terpasang trakeostomi
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Thoraks
• Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada ada, simetris kiri dan kanan, tidak
ada massa dan jejas
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi
• Perkusi : suara sonor
• Auskultasi : Bronkovesikuler, terdapat ronkhi
Pelvis
• Inspeksi : Sulit dikaji
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas atas/bawah
• Inspeksi :
Hasil :
Tanggal pemeriksaan : 15 Februari 2023
CT Scan: MSCT Brain 3 dimensi (Tanpa Kontras)
Kesan:
- Multiple pendarahan epidural pada regio occipitoparietal kiri
- Brain edema
Hipoksia
gangguan neurosensori
pasien terintubasi
terpasang Trakeostomi
terjadi penumpukan
sputum
3 DS: Tidak dapat dikaji penurunan suplai darah Gangguan
DO: dan O2 ke otak Pertukaran Gas
- pola napas tidak teratur
- sesak : ada iskemik pada jaringan
- pasien tampak terpasang otak
- NRM melalui trakeostomi
10 liter/menit
RR 25 x/menit HR Hipoksia
: 112x/menit
Hasil foto Thorax 04
Februari 2023 cedera paru
kesan :
- cardiomegaly dengan Pneumonia Bilateral
dilatasi dan elongasi
-pneumonia bilateral
Hasil foto Thorax AP 17
Februari 2023
- terpasang ETT pada
trachea dengan Tip +/-
4.91 cm diatas carina
- efusi pleura sinistra
- dilatatio, elongatio et
atherosclerosis aortae
Hasil kimia klinik :
Analisa Gas Darah
(08/2/2023)
∙ pH 7.36 (Normal: 7.40)
←
∙ pCO2 79.6
mmHg (Normal: 40
mmHg) ←
∙ HCO3 46.4
mmol/l (Normal: 24
mmol/l) →
∙ BEecf -
20.9 mmol/l (Normal: 0
mmol/l) →
Interpretasi AGD :
Asidosis respiratorik
terkompesasi sebagian
4 DS: Tidak dapat dikaji penurunan suplai darah Defisit perawatan
DO: dan O2 ke otak diri
-Klien dalam keadaan
tidak mampu merawat
dirinya Penurunan fungsi
-Nilai GCS E4 M5 Vx neuromotorik
-Terdapat sekret pada
mulut
Immobilitas
-Kekuatan otot 0
0
0 0
5 Faktor Risiko: penurunan suplai darah Risiko defisit
- Terpasang NGT ukuran dan O2 ke otak nutrisi
18
arteri vertebra
- Peristaltic usus 5-6x/menit basilaris
Disfagia
tindakanpemasangan
ETT
benda asing
terpasang ke dalam
tubuh
RENCANA INTERVENSI
8. Monitor Terapeutik
tekanan perfusi serebral - Agar tidak terkontaminasi
oleh bakteri
Terapeutik
9. Pertaha - Agar tidak terjadi
nkan sterilitas peningkatan TIK
sistem pemantauan
- Agar pasien tidak terganggu
10. Pertahankan posisi
kepala dan leher netral - Agar diketahui hasil
pemantauan dan yang
11. Atur interval
pemantauan sesuai kondisi bertanggung jawab
pasien Edukasi
Agar pasien mengetahui
12. Dok hasil pemantauan
umentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Informasikan hasil pemantauan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan adanya jalan intervensi selama 3x24 Observasi Observasi
napas buatan dibuktikan dengan jam, diharapkan bersihan - Monitor bunyi napas - Untuk mengetahui adanya
DS: Tidak dapat dikaji jalan napas meningkat
DO: dengan Kriteria hasil: Terapeutik suara napas tambahan
- Pasien terpasang trakeostomi a. Produksi sputum - Posisikan semi fowler Terapeutik
menurun atau supinasi - Untuk mempertahankan
- Terdapat sputum bercampur darah jalan napas klien dan posisi
- Suara napas : b. Frekuensi napas - Lakukan pengisapan lendir sebelum melakukan
Bronkovesikuler membaik kurang dari 15 detik suction
RR : 25x/menit
- Lakukan hiperoksigenasi - Membantu mengeluarkan
HR : 112x/menit sebelum pengisapan lendir menggunakan
endotrakeal suction
- Berikan oksigen, jika perlu
- Menambah oksigen yang
masuk ke dalam tubuh
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
dengan perubahan membran alveolus- keperawatan selama 3 x 24 Observasi Observasi
kapiler dibuktikan dengan - Monitor frekuensi irama, - Penurunan bunyi napas dapat
jam, diharapkan
DS: Tidak dapat dikaji kedalaman, dan upaya menunjukkan atelectasis,
DO: pertukaran gas meningkat
napas ronchi mengi menunjukkan
dengan kriteria hasil:
akumulasi secret
- pola napas tidak teratur Tingkat kesadaran - Monitor pola napas (seperti
- sesak : ada meningkat bradipnea, - Untuk mengetahui
- pasien tampak terpasang Gelisah menurun Pola perkembangan status
takipnea,hiperventilasi,
NRM melalui trakeostomi
napas membaik kussmaul, cheyne- kesehatan pasien
10 liter/menit
PCO2 membaik stokes,biot,ataksik)
RR 25 x/menit - Batuk efektif dapat
HR : 112x/menit pH arteri membaik mengeluarkan dahak
- Monitor kemampuan batuk
Hasil foto Thorax 04 Februari 2023 efektif
- Untuk memastikan adanya
kesan :
- Monitor adanya produksi
- cardiomegaly dengan dilatasi dan sputum di saluran napas dan
elongasi sputum mengetahui seberapa parah
- Monitor adanya sumbatan kondisi pasien
-pneumonia bilateral - Mengetahui adanya suara
jalan napas
Hasil foto Thorax AP 17 Februari 2023 napas tambahan dan
- terpasang ETT pada trachea dengan Tip - Auskultasi bunyi napas keektifan jalan napas
+/- 4.91 cm diatas carina
- Monitor SPO2 - Mengetahui adanya suara
- efusi pleura sinistra napas tambahan
- dilatatio, elongatio et atherosclerosis Terapeutik
aortae - Atur interval pemantauan - Mengetahui adanya
Hasil kimia klinik : Analisa Gas Darah respirasi sesuai kondisi perubahan nilai SPO2
(08/2/2023)
∙ pH 7.36 (Normal: 7.40) ← - Dokumentasikan hasil - Untuk mengukur jumlah
pemantauan oksigen dan karbondioksida
∙ pCO2 79.6 mmHg dalam darah dan menentukan
(Normal: 40 mmHg) ← tingkat keasaman atau pH
darah
∙ HCO3 46.4 mmol/l
(Normal: 24 mmol/l) → Terapeutik
∙ BEecf - 20.9 mmol/l - Mengetahui keadaan napas
(Normal: 0 mmol/l) → pasien apakah teratur atau
tidak
Interpretasi AGD : Asidosis respiratorik
terkompesasi sebagian - Sebagai sarana untuk
melakukan evaluasi terhadap
tindakan yang telah
Dilakukan
4 Defisit perawatan diri berhubungan Tujuan: Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri
dengan gangguan neuormuskular intervensi selama 3x24 Observasi Observasi
dibuktikan dengan jam, diharapkan perawatan - Identifikasi - Untuk menentukan
DS: Tidak dapat dikaji diri meningkat kebutuhan alat bantu intervensi lebih lanjut
DO: dengan kebersihan diri,
- Klien dalam keadaan tidak mampu Kriteria hasil: berpakaian, berhias,
merawat dirinya a. Mempertahankan makan Terapeutik
kebersihan diri Terapeutik
- Nilai GCS: 9 (Delirium) meningkat - Agar pasien merasa
- Sediakan lingkungan aman dan rileks
- Terdapat sekret pada mulut dan yang terapeutik
(mis.suasana hangat, - Untuk memenuhi
trakeostomi
rileks, privasi) kebutuhan perawatan
- Kekuatan otot diri pasien
- Siapkan keperluan
pribadi - Membantu melakukan
0|0
perawatan diri pada
0|0 - Fasilitasi kemandirian, pasein yang dalam
bantu jika tidak mampu keadaan tidak mampu
melakukan perawatan merawat dirinya
diri
Untuk menjaga kebersihan
- Jadwalkan rutinitas pasien
perawatan diri
5. Risiko defiist nutrisi dibuktikan dengan Tujuan: Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Pemberian Makanan
ketidakmampuan menelan makanan intervensi selama 3x24 Observasi enteral
Faktor Risiko: jam, diharapkan Status - Untuk mengetahui tanda Observasi
Faktor Risiko: nutrisi membaik dengan dan gejala terjadinya - untuk memastikan
- Terpasang NGT ukuran 18 Kriteria hasil: infeksi ketepatan posisi NGT
a. Serum albumin Terapeutik
- Peristaltic usus 5-6x/menit Untukmengetahui haluaran
meningkat - Mengurangi kontaminasi
- Hasil lab : Albumin: 2.9 bakteri cairan
- Untuk mengurangi Terapeutik
normal3,5-5,0) - Untuk mencegah bakteri
kontaminasi silang
- Mengurangi risiko masuk pada selang ngt
infeksi
- Memudahkan proses
pencernaan melalui NGT
- Untuk mengetahui
output cairan pasien
6 Risiko infeksi dibuktikan dengan efek Tujuan: Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
prosedur invasif, ketidakadekuatan intervensi selama 3x24 Observasi Observasi
pertahanan tubuh sekunder jam, diharapkan Tingkat - Monitor tanda dan gejala - Untuk mengetahui tanda
Faktor Risiko: infeksi menurun dengan infeksi lokal dan sistemik dan gejala terjadinya
- Pasien terpasang Trakeostomi Kriteria hasil: Terapeutik infeksi
a. Kebersihan badan - Batasi jumlah pengunjung Terapeutik
- Pasien terpasang kateter urine meningkat - Mengurangi kontaminasi
- Cuci tangan sebelum dan
b. Kadar sel darah bakteri
sesudah kontak dengan
putih membaik
pasien dan lingkungan - Untuk mengurangi
pasien kontaminasi silang
Pertahankan teknik aseptik - Mengurangi risiko infeksi
- pada pasien berisiko tinggi berpotensi menular
Kolaborasi Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian - Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu antibiotic, jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Terapeutik:
- mempertahankan sterilisasi system pemantauan
hasil ; pemantauan tampak steril
- mempertahankan posisi kepala
hasil ; klien tampak nyaman dengan posisi head up 300
- Mengatur interval sistem pemantauan sesuai kondisi pasien Hasil : Interval
sistem pemantauan diatur setiap 30 menit
- Memberikan terapi nonfarmakologis
- Hasil : Klien diberikan terapi murottal Al-Qur’an hari kedua
- mendokumentasikan hasil pemantauan
hasil:
09.00 WITA ; TD 134/ 93 mmHg N 106 x/menit S 36.5oc P ; 22 x/menit, SPO2 93%
10.00 WITA ; TD 134/ 93 mmHg N 106x/menit S 36.5oc P ; 22 x/menit, SPO2 93%
11.00 WITA ; TD 134/ 93 mmHg N 106x/menit S 36.5oc P ; 22 x/menit, SPO2 93%
12.00 WITA ; TD 134/ 93 mmHg N 106x/menit S 37 oc P ; 22 x/menit, SPO2 95%
13.00 WITA ; TD 140/ 93 mmHg N 106/menit S 37 oc P ; 22 x/menit, SPO2 95%
14.00 WITA TD 140/ 93 mmHg N 106 x/menit S 37 oc P ; 22 x/menit, SPO2 95%
Hasil ;
Hasil ttv klien dalam batas normal
Manajemen Jalan Napas NURAENI
Observasi
- Memonitor bunyi napas
Hasil : tidak ada bunyi napas tambahan
Terapeutik
- memosisikan semi fowler atau supinasi
Hasil : pasien diposisikan Head up 30⁰
- melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
Hasil : jalan napas dibersihkan tanpa ada tanda asianotik
Pemantauan Respirasi NURAENI
Observasi
- memonitor pola napas
Hasil : 09.00 WITA ; P 21 x/menit
10.00 WITA ; P 21 x/menit
11.00 WITA ; P 22 x/menit
12.00 WITA ; P 22 x/menit
13.00 WITA ; P 22 x/menit
14.00 WITA ; P 22x/menit
- Memonitor kemampuan batuk efektif
Hasil : pasien tampak tidak mampu melakukan batuk efektif
- Memonitor adanya produksi sputum Hasil : terdapat sputum berkurang ada
darah sedikit
- Memonitor SPO2
Hasil :
09.00 WITA ; SPO2 92%
10.00 WITA ; SPO2 92%
11.00 WITA ; SPO2 93%
12.00 WITA ; SPO2 93%
13.00 WITA ; SPO2 95%
14.0 WITA ; SPO2 95%
Terapeutik
- mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
Hasil : pemantauan respirasi dilakukan setiap jam
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
Hasil :
09.00 WITA ; SPO2 92%
10.00 WITA ; SPO2 92%
11.00 WITA ; SPO2 93%
12.00 WITA ; SPO2 93%
13.00 WITA ;SPO2 95%
14.00 WITA ; SPO2 95%
Dukungan Perawatan Diri NURAENI
Observasi
- mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
makan :
Hasil : pasien tampak tidak bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara
mandiri
Terapeutik
- menyiapkan keperluan pribadi
hasil : memberikan pemahaman kepada keluarga untuk menyiapkan popok,
sikat gigi, dan alat mandi.
- menjadwalkan rutinitas perawatan diri
Hasil : pasien dijadwalkan untuk dimandikan setiap pagi hari
Pemberian Makanan Parenteral NURAENI
Observasi
- Memeriksa NGT dengan memeriksa residu lambung
Hasil : tidak terdapat residu
- Memonitor rasa penuh, mual, dan muntah
Hasil : tidak tampak tanda tanda rasa penuh, mual dan muntah
Terapeutik
- Menggunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via NGT
Hasil : menggunakan handscone bersih saat pemberian makanan
- Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama pemberian makanan
Hasil : tidak ada kontraindikasi saat diperikan makanan dalam posisi tersebut
- mengukur residur sebelum pemberian makan
Jumlah residu : tidak ada residu
Pencegahan Infeksi NURAENI
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Hasil : suhu normal 37 ˚ C,
- menggunakan alat bantu napas Trakeostomi
Terapeutik
- Membatasi jumlah pengunjung
Hasil : pengunjung hanya diberikan kesempatan untuk menjenguk pasien diluar
bilik pasien
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Hasil : tidak tampak tanda kontaminasi dari perawat ke pasien maupun sebaliknya
Rabu, 29 Februari 2023 Pemantauan Tekanan Intrakranial NURAENI
Pukul 9.00 Observasi :
- mengkaji penyebab peningkatan TIK
Hasil ; Traumatic Brain Injury
- memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK Hasil ;
TD : 140/86mmHg Kesadarsan menurun ; GCS ; E 4 M 6 V ; x
- mengobservasi TTV
9.00 WITA ; TD 140/86 mmHg N 103x/menit S 37.0oc P ; 18 x/menit, SPO297%
10.00 WITA ; TD 140/ 86 mmHg N 103x/menit S 37 oc P ; 18 x/menit, SPO2 98%
11.00 WITA ; TD 140/ 86 mmHg N 103x/menit S 36.7oc P ; 18 x/menit, SPO2 98%
12.00 WITA ; TD 136/ 87 mmHg N 64x/menit S 37.3oc P ; 22x/menit, SPO2 97%
13.00 WITA ; TD 123/ 85 mmHg N 80/menit S 37.0oc P ; 22 x/menit, SPO2 97%
14.00 WITA TD 121/ 85 mmHg N 85x/menit S 37.0oc P ; 22x/menit, SPO2 97%
Terapeutik:
- mempertahankan sterilisasi system pemantauan hasil ; pemantauan tampak steril
- mempertahankan posisi kepala
hasil ; klien tampak nyaman dengan posisi head up 300
- Mengatur interval sistem pemantauan sesuai kondisi pasien
Hasil : Interval sistem pemantauan diatur setiap 30 menit
- Memberikan terapi nonfarmakologis
- Hasil : Klien diberikan terapi murottal Al-Qur’an hari ketiga terakhir
- mendokumentasikan hasil pemantauan hasil:
9.00 WITA ; TD 131/86 mmHg N 103x/menit S 37.0oc P ; 18 x/menit, SPO2 97%
10.00 WITA ; TD 129/ 86 mmHg N 103x/menit S 37 oc P ; 18 x/menit, SPO2 98%
11.00 WITA ; TD 140/ 86 mmHg N 103x/menit S 36.7oc P ; 18 x/menit, SPO2 98%
12.00 WITA ; TD 136/ 87 mmHg N 64x/menit S 37.3oc P ; 22x/menit, SPO2 97%
13.00 WITA ; TD 136/ 85 mmHg N 80/menit S 37.0oc P ; 22 x/menit, SPO2 97%
14.00 WITA TD 136/ 85 mmHg N 85x/menit S 37.0oc P ; 22x/menit, SPO2 97%
Hasil ;
Hasil TTV klien dalam batas normal
Manajemen Jalan Napas NURAENI
Observasi
- Memonitor bunyi napas
Hasil : tidak ada bunyi napas tambahan
Terapeutik
- memosisikan head up 30⁰
Hasil : pasien diposisikan head up 30⁰
- melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik Hasil : jalan napas dibersihkan
tanpa ada tanda asianotik
Pemantauan Respirasi NURAENI
Observasi
- memonitor pola napas Hasil :
09.00 WITA ; P 23 x/menit
10.00 WITA ; P 23 x/menit
11.00 WITA ; P 24 x/menit
12.00 WITA ; P 22/ x/menit
13.00 WITA ; P 22x/menit
14.00 WITA ; P 22menit
- Memonitor kemampuan batuk efektif
Hasil : pasien tampak tidak mampu melakukan batuk efektif
- Memonitor adanya produksi sputum Hasil : terdapat sputum sedikit dan darah
berkurang
- Memonitor SPO2 Hasil :
9.00 WITA ; SPO2 97%
10.00 WITA ; SPO2 98%
11.00 WITA ; SPO2 98%
12.00 WITA ; SPO2 97%
13.00 WITA ;SPO2 97%
14.00 WITA ; SPO2 97%
Terapeutik
- mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
Hasil : pemantauan respirasi dilakukan setiap jam
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
Hasil :
9.00 WITA ; SPO2 97%
10.00 WITA ; SPO2 98%
11.00 WITA ; SPO2 98%
12.00 WITA ; SPO2 97%
13.00 WITA ;SPO2 97%
14.00 WITA ; SPO2 97%
Dukungan Perawatan Diri Observasi NURAENI
- mengIdentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
makan :
Hasil : pasien tampak tidak bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri
Terapeutik
- menyiapkan keperluan pribadi
hasil : memberikan pemahaman kepada keluarga untuk menyiapkan popok, sikat
gigi, dan alat mandi.
- menjadwalkan rutinitas perawatan diri
Hasil : pasien dijadwalkan untuk dimandikan setiap pagi hari
Pemberian Makanan Parenteral NURAENI
Observasi
- Memeriksa NGT dengan memeriksa residu lambung Hasil : tidak terdapat
residu
- Monitor rasa penuh, mual, dan muntah
Hasil : tidak tampak tanda tanda rasa penuh, mual dan muntah
Terapeutik
- Menggunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via NGT
Hasil : menggunakan handscone bersih saat pemberian makanan
- Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama pemberian makanan
Hasil : tidak ada kontraindikasi saat diperikan makanan dalam posisi tersebut
- mengukur residur sebelum pemberian makan
Jumlah residu : tidak ada residu
Hari/Tanggal/Jam Hasil Asessment Pasien dan Pemberi Pelayanan Instruksi Ppa Paraf & Nama
Senin, 27 Februari Diagnosis 1 Pemantauan tekanan NURAENI
2023/10.00 S: Tidak dapat dikaji intracranial sangat penting
O: TTV: 140/93 mmhg, Pernapasan: 27x/menit, S: 36,8 karena bertujuan untuk menjaga
N: 102x/menit, SPO2: 88% aliran darah dan oksigen ke
Kesadaran menurun: otak, jika peningkatan tekanan
GCS: E 4 M 5 V: x intracranial dapat
A: Masalah Penutunan Kapasitas Adaptif Intrakranial P: mengakibatkan iskemik
Intervensi dilanjutkan serebral sehingga dapat
Observasi mengancam nyawa pasien
- mengkaji penyebab peningkatan TIK
- memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK
- mengobservasi TTV
Terapeutik
- mempertahankan posisi kepala dokumentasikan hasil
pemantauan
- Terdapat sekret
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Kelumpuhan anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo),
perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan adalah beberapa gejala gangguan
syaraf tersebut. (kurniawan et al.,2019)
Selain itu, data menunjukkan bahwa klien tidak mampu merawat dirinya
sendiri dan bahwa ada sekret di mulut dan trakeostomi, yang menunjukkan
kekurangan perawatan diri. Pasien stroke mengalami ketergantungan pada
perawat atau orang lain untuk merawat dirinya karena kelemahan dan
keterbatasannya. Salah satunya gejala serebral: motorik (kelemahan,
kecanggungan, atau paralis ekskremitas) (Hutahalung,2019)
Terjemahnya:
"Allah swt memberitahukan, bahwa dia pasti akan menguji para hamba-
Nya dengan bencana-bencana," kata Syaikh Abdur Rahman al-Sa'di dalam
tafsirnya. Ini menunjukkan hamba mana yang benar-benar sabar dan berkeluh
kesah. Jika kaum mukmin selalu bahagia, mereka tidak akan menghadapi
bencana. Ini adalah keputusan Allah atas hamba-Nya. Jika itu terjadi, pasti akan
ada percampuran dan tidak akan ada pemisah dengan orang yang tidak baik.
Situasi ini adalah tipe kerusakan yang berbeda. Sifat hikmah Allah menunjukkan
bahwa ada perbedaan antara orang yang berperilaku baik dan orang yang
berperilaku buruk..
Menurut Al-Biqa'I dalam Quraish Shihab, ayat ini menjelaskan mengapa
mereka dihukum neraka jahannam. Yang jelas, apapun hubungan yang dipilih,
kaum musyrik tidak senang apabila Rasul menang dalam peperangan atau
mendapatkan kebaikan. Selain itu, orang-orang yang beragama Islam percaya
bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas untuk menentukan hukum moral..
Terjemahnya:
(Dan apa saja yang telah menimpa kalian) Ayat ini ditujukan
kepada orang-orang mukmin dan menunjukkan malapetaka dan
kesengsaraan (maka adalah karena perbuatan tangan kalian sendiri),
atau dosa yang telah kalian lakukan sendiri. Disebutkan bahwa mereka
melakukan dosa-dosa tersebut dengan tangan mereka, mengingat
bahwa tangan manusia melakukan sebagian besar pekerjaan (dan Allah
memaafkan sebagian besar dari dosa-dosa tersebut), sehingga Dia
tidak memberikan balasan kepada mereka. Dia tidak cukup mulia untuk
menduakalikan hukuman akhirat-Nya. Itu dimaksudkan untuk
meningkatkan martabat mereka di akhirat karena musibah yang
menimpa orang-orang yang tidak berdosa di dunia ini..
Al-Maraghi menafsirkan musibah dunia sebagai hukuman atas dosa-dosa
manusia. Namun, Allah tidak menghukum semua kejahatan, memaafkan manusia
atas kesalahan mereka.. (Shihab, 2007)
Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikatakan Tamam et al. (2020),
yang menyatakan bahwa penuaan adalah ketika semua organ, termasuk pembuluh
darah otak, kehilangan kapasitasnya secara bertahap dan frekuensi stroke
meningkat seiring bertambahnya usia. Pembuluh darah menjadi tidak elastis,
terutama bagian endotel yang menebal di daerah intim. Ini menyebabkan
pembuluh darah menyempit, yang mengurangi aliran darah ke otak. Sebuah studi
tambahan oleh Pertami et al. (2019) menemukan bahwa saturasi oksigen tiga
puluh orang turun. Pembuluh darah mengalami penurunan fungsi dan menjadi
tidak elastis dengan bertambahnya usia, terutama karena bagian endotel
membengkak. Tidak cukup aliran darah ke seluruh jaringan karena lumen
pembuluh darah semakin sempit. karena itu akan berdampak pada nilai saturasi
oksigen responden. Peneliti berpendapat bahwa nilai saturasi oksigen individu
bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia dan jenis kelamin.
Karena penurunan fungsi beberapa organ, seperti jantung, seiring bertambahnya
usia, nilai saturasi oksigen menurun..
Usia adalah ciri organ. Semua organ tubuh mengalami penurunan fungsinya
seiring bertambahnya usia, termasuk pembuluh darah otak, yang mengalami
penurunan aliran darah. Pembuluh darah menjadi tidak elastis, terutama bagian
endotel yang menebal, sehingga lumen pembuluh darah sempit. Akibatnya, aliran
darah menurun ke seluruh jaringan, yang mengakibatkan saturasi oksig.Tapi
dalam penelitian ini, perempuan lebih banyak mengalami masalah jenis kelamin
karena mereka mengalami kondisi yang dianggap sebagai pemicu, seperti
kehamilan, melahirkan, dan menopause, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormonal..
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran