Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting

untuk membina keterampilan komunikasi. Seseorang perlu belajar cara

berbahasa yang baik dan benar agar dapat berkomunikasi dengan baik.

Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan

berkesinambungan. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia berperan untuk

kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui bahasalah manusia

belajar berbagai jenis pengetahuan yang ada di dunia.

Salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia

yang baik dan benar melalui program pendidikan di sekolah. Pembinaan

keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah dilaksanakan melalui mata

pelajaran bahasa Indonesia.

Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan

keterampilan berbahasa dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Keterampilan berbahasa Indonesia bagi peserta didik merupakan dasar untuk

mengembangkan dirinya dalam menghadapi berbagai masalah sekarang

maupun pada masa yang akan datang. Peserta didik yang terampil berbahasa

Indonesia akan mudah menuangkan ide, dan gagasan baik secara lisan

maupun tulis kepada orang lain.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari empat

keterampilan yang diajarkan yakni keterampilan menyimak (listening skills),

1
2

keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading

sklills) dan keterampilan menulis (writing skills) (Tarigan, 2015 : 1).

Keterampilan berbahasa ini saling berkaitan dengan tiga keterampilan lainnya

dan merupakan suatu kesatuan atau catur tunggal (Dawson dalam Tarigan).

Pembelajaran menulis di sekolah memiliki peranan penting sebagai dasar

keterampilan menulis peserta didik. Keterampilan menulis merupakan

keterampilan yang harus mendapatkan perhatian karena menuntut kecerdasan

dan kreativitas. Tanpa kreativitas tidak mungkin seseorang bisa menghasilkan

karya yang baik sebab menulis merupakan proses kreatif yang harus diasah

secara terus menerus. Hal ini selaras dengan pendapat Nurgiyantoro (2001:

296) yang menyatakan bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk

manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa yang paling akhir

dikuasai oleh peserta didik setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan

membaca. Dibandingkan dengan tiga keterampilan berbahasa yang lain,

keterampilan menulis lebih sulit dikuasai. Hal ini disebabkan menulis

bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat melainkan juga

mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur

tulisan yang teratur. Oleh sebab itu, dibutuhkan latihan yang intensif untuk

menguasai keterampilan menulis.

Secara esensial minimalnya ada tiga tujuan utama pembelajaran menulis

yang dilaksanakan para guru di sekolah. Tujuan pertama menumbuhkan

kecintaan menulis pada diri peserta didik, mengembangkan kemampuan

peserta didik menulis dan membina jiwa kreativitas para peserta didik untuk

menulis. (Abidin, 2012 : 187).


3

Menulis laporan pengamatan sederhana merupakan bagian dari

keterampilan menulis yang juga harus mendapatkan perhatian. Dalam

kurikulum 2013 yang tertuang dalam silabus, standar kompetensi menulis

yang harus dikuasai peserta didik kelas II SD semester I adalah melaporkan

penggunaan kosakata bahasa Indonesia yang tepat atau bahasa daerah hasil

pengamatan tentang keragaman benda berdasarkan bentuk dan wujudnya

dalam bentuk teks tulis, lisan, dan visual.

Berdasarkan hasil wawancara pada 30 Mei 2018 yang dilakukan oleh

peneliti terhadap guru wali kelas II, diketahui bahwa di SD Negeri

Margalaksana Kabuapaten Tasikmalaya, pembelajaran menulis laporan

pengamatan sederhana masih mengalami kendala. Hal tersebut menjadikan

hasil keterampilan menulis peserta didik masih belum maksimal. Beberapa

hal yang menyebabkan keterampilan menulis peserta didik masih kurang

adalah (1) Pembelajaran cenderung membosankan karena kurang media

yang bervariasi (2.) Metode pembelajaran tidak variatif, menantang dan

menarik bagi peserta didik (3) Guru kurang dapat mengelola kelas (4)

Tujuan pembelajaran belum tercapai. Adanya permasalahan tersebut,

diperlukan suatu inovasi baru dalam pembelajaran di kelas. Guru harus

mampu menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan keterampilan

menulis pada peserta didik. Guru dapat mengupayakannya dengan

menggunakan model pembelajaran yang menarik dan beragam. Penggunaan

model yang menarik sangat penting bagi peserta

didik untuk membantu dalam penuangan ide atau gagasan.

Model discovery learning dan media benda konkret dirasa mampu

mengatasi permasalahan menulis pada peserta didik. Dengan melakukan


4

berbagai tahapan dari metode ini dengan baik peserta didik diharapkan

mampu menuangkan ide-ide nya ke dalam tulisan secara baik.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan terkait

peningkatan keterampilan menulis laporan pengamatan peserta didik terlalu

kompleks. Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka

perlu adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu, permasalahan dalam

penelitian ini akan difokuskan pada penerapan model discovery learning dan

media benda konkret untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan

pengamatan sederhana pada tema bermain di lingkunganku (Penelitian

Tindakan Kelas pada Kelas II Sekolah Dasar Negeri Margalaksana

Kabupaten Tasikmalaya).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan rincian tersebut penulis mengidentifikasi permasalahan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbaikan proses pembelajaran menulis laporan

pengamatan sederhana dengan menggunakan model discovery learning

dan media benda konkret di kelas II Sekolah Dasar Negeri Margalaksana

Kabupaten Tasikmalaya?

2. Apakah penerapan model discovery learning dan media benda konkret

pada pembelajaran menulis laporan pengamatan sederhana dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Margalaksana?


5

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui penerapan model discovery learning dan media benda

konkret dapat memperbaiki proses pembelajaran menulis laporan

pengamatan sederhana di kelas II SD Negeri Margalaksana Kabupaten

Tasikmalaya.

2. Mengetahui penerapan model discovery learning dan media benda

konkret dapat meningkatkan kemampuan menulis pada pembelajaran

menulis laporan pengamatan sederhana di kelas II SD Negeri

Margalaksana Kabupaten Tasikmalaya.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tentang penerapan model discovery learning ini ada

dua, yaitu secara praktis dan secara teoretis.

1. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru diantaranya:

1). meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan proses

pembelajaran;

2). menambah wawasan guru dalam menyajikan pembelajaran yang

sesuai dengan perkembangan dan karakteristik peserta didik

Sekolah Dasar.

b. Manfaat bagi peserta didik diantaranya;

1). meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran

menulis laporan pengamatan sederhana

2). meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik dalam

pembelajaran menulis laporan pengamatan sederhana


6

c. Manfaat bagi peneliti diantaranya:

1). terjalinnya kemitraan yang lebih erat dengan para guru, peneliti

dapat mengetahui berbagai permasalahan para guru dalam

menjalankan tugasnya.

2). sangat bermanfaat bagi peneliti yang akan menjadi guru

profesional.

2. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu pendidikan yaitu

membuat inovasi penggunaan model discovery learning dan media

benda konkret dalam peningkatan kemampuan menulis laporan

pengamatan sederhana pada kelas II SD.

Anda mungkin juga menyukai