Karya Ilmiah Zenti
Karya Ilmiah Zenti
Karya Ilmiah Zenti
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan sumber daya
manusia yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua
potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.. Berdasarkan Permen
Dikbud No 19 tahun 2016 Pasal 2 huruf a usia wajib belajar adalah 6 (enam) tahun sampai
dengan 21 (dua puluh satu) tahun atau tamat satuan pendidikan menengah sebagai rintisan
wajib belajar 12 tahun. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya
Pendidikan di kalangan masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat dimulai dari
wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belajar 12 tahun.
Begitu pula persoalan pendidikan di Indonesia yang berkaitan dengan masalah rendahnya
keterampilan membaca. Rendahnya keterampilan membaca tersebut dipengaruhi banyak
faktor, misalnya malas belajar, cepat bosan, kurangnya konsentrasi, kurangnya perhatian
guru, tidak ada media pembelajaran, anak lambat belajar (slow leamer).
Guru sebagai salah satu komponen penunjang keberhasilan proses pembelajaran yang
mempunyai tugas mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik sehingga memiliki
keterampilan membaca juga menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan.
Pengalaman yang dialami penulis di lapangan banyak peserta didik yang pada awal masuk
SD belum memiliki keterampilan membaca. Hasil test awal yang dilakukan guru di kelas I
SDN Pasireurih 04 sekitar 18 atau 50% peserta didik dari 35 peserta didik belum terampil
membaca sehingga mempengaruhi hasil belajar pada tema 3 kegiatanku subtema 4
pembelajaran 1 dengan KKM 70 kemampuan peserta didik masih ada yang dibawah KKM.
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada tema 3 subtema 4 pembelajaran 1 hampir
semua peserta didik mendapat rata-rata nilai di atas KKM namun untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia rata-rata kelas masih dibawah KKM.
Kurangnya nilai Bahasa Indonesia disebabkan karena rendahnya keterampilan membaca di
kelas rendah. Hal ini menjadi masalah besar, karena membaca merupakan keterampilan awal
yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Dengan terampil dalam membaca peserta didik
dapat dengan mudah memahami semua pelajaran. Guru kelas 1 dituntut untuk dapat
meningkatkan keterampilan membaca dengan menggunakan berbagai strategi.
Strategi tersebut bisa menggunakan jenis metode pembelajaran yaitu metode abjad dan eja
diberikan kepada peserta didik yang belum bisa membaca huruf, metode suku kata dan
silabik diberikan kepada peserta didik yang belum dapat membaca kata, metode kata dan
global atau kalimat diberikan kepada peserta didik yang belum lancar membaca kata atau
kalimat dan metode SAS diberikan kepada peserta didik yang sudah lancar membaca. Media
gambar dan suku kata dianggap guru dapat meningkatkan keterampilan membaca karena
dengan media gambar peserta didik akan lebih konkrit melihat huruf.
Dengan pertimbangan di atas, penulis menganggap penggunaan media gambar pada Bahasa
Indonesia dengan materi kosa kata dapat meningkatkan keterampilan membaca peserta didik.
Berdasarkan data tersebut guru membuat PKP dengan judul “Penggunaan Media Gambar
Pada Bahasa Indonesia Dengan Materi Kosa Kata untuk Meningkatkan Keterampilan
Membaca Peserta didik Kelas I Sekolah Dasar Negeri Pasireurih 04 Kecamatan Tamansari
Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2022”
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut penulis meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi dan
menganalisis kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan dan menemukan beberapa
masalah sebagai berikut :
Dari identifikasi dan analisis diatas penulis berusaha mencari faktor penyebab masalah
dengan melakukan refleksi terhadap peserta didik dan melakukan diskusi dengan teman
sejawat. Dari hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan
keterampilan membaca dikelas I pada pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang ada, maka akan dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka masalah dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Apakah penggunaan media gambar gada Bahasa Indonesia dengan materi kosa kata
dapat meningkatkan keterampilan membaca peserta didik kelas I Sekolah Dasar
Negeri Pasireurih 04 Kecamatan TamansariKabupaten Bogor tahun pelajaran 2022?
2. Bagaimana penggunaan media gambar pada Bahasa Indonesia dengan materi kosa kata
dapat meningkatkan keterampilan membaca peserta didik kelas I Sekolah Dasar
Negeri Pasireurih 04 Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2022?
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran yang diharapkan penulis adalah :
1. Meningkatkan keterampilan membaca Bahasa Indonesia
2. Mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
3. Memperbaikidan membantu proses pembelajaran
4. Menggunakan alat peraga yang lebih konkrit dan menarik
3. Bagi Sekolah
Sebagai data bahan referensi untuk pengembangan keilmuan khususnya dalam bidang
pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Membaca
Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang akan
membawa kemajuan dan meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan.
1. Pengertian Membaca
a. Secara Umum
Membaca merupakan sebuah aktivitas berupa melafalkan atau mengeja sebuah tulisan. Hal
ini sesuai dengan yang tertuang dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang
menyatakan bahwa membaca adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.
Di dalam KBBI tertulis bahwa ada setidaknya 5 makna dari kata “baca” atau “membaca”
yaitu :
1. Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, bisa dengan melisankan atau hanya
dalam hati.
5. Mengambil, memperoleh makna dari kata, kalimat, paragraf hingga sebuah satu kesatuan
(misal buku/karya tulis) dll”.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan membaca adalah melihat, mengeja atau
melafalkan, memahami tulisan dan mengucapkan sesuatu yang tertulis sehingga memperoleh
makna kata atau kalimat.
Menurut para Ahli arti membaca memang berbeda tetapi mempunyai esensi yang sama.
Berikut beberapa pendapat dari para ahli yang bisa kita ketahui :
Membaca dapat diartikan sebagai pemikiran, sehingga dalam pemahaman dialek sebuah
tulisan dengan metode membaca sebagai sebuah proses penalaran. (Halaman 6: 1987).
2. Yunus (2012)
Membaca adalah aktivitas membaca agar dapat memperoleh informasi yang disampaikan di
dalam bahan bacaan. Produk membaca merupakan hasil dari proses membaca yakni
pemahaman atas isi bacaan (2012:148).
3. Tarigan (1984)
Pendapat Tarigan menuliskan bahwa arti membaca adalah proses untuk memperoleh pesan
yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. (1984: 7)
4. Nurhadi (2008)
Berbeda dengan pendapat Nurhadi (2008: 13) bahwa arti membaca adalah proses yang sangat
kompleks dan melibatkan banyak faktor. Misalnya, melibatkan faktor internal dan faktor
eksternal si pembaca itu sendiri. Faktor yang memiliki faktor internal terdiri dari minat,
intelegensi, bakat, tujuan membaca dan motivasi.Sedangkan faktor eksternal pembaca
dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi, sarana membaca dan tradisi membaca. Dari
dua faktor tersebut saja jika kita gabungkan, akan menjadi poin yang sifatnya sangat
kompleks dan tidak bisa berdiri sendiri tentunya.
5. Farida Rahim
Beda lagi dengan Pengertian Membaca Menurut Para Ahli Farida Rahim. Kegiatan membaca
buku termasuk keterampilan dasar. Dimana di dalam keterampilan dasar membaca ini terdiri
tiga dasar yaitu reording (mengasosiakan bunyi sesuai dengan sistem tulisan), decoding
(Proses penerjemahan kata-kata yang dibaca) dan meaning (memahami kata secara
interpretatif, evaluatif dan kreatif)
6. Mulyati (2007:1.12)
Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa
kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta
maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Anderson (Akhadiah 1991:
23-24), mengemukakan lima ciri membaca : a) Membaca adalah proses konstruktif
Pengertian atau pemahaman pembaca mengenai suatu tulisan merupakan hasil pengolahan
berdasarkan informasi yang terdapat dalam tulisan itu dipadukan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki. b) Membaca harus lancar Kelancaran membaca ditentukan
oleh kesanggupan pembaca mengenai kata-kata. Artinya pembaca harus dapat
menghubungkan tulisan dengan maknanya. Dari hasil penelitian ternyata bahwa konteks yang
bermakna dapat mempercepat pengenalan. c) Membaca harus dilakukan dengan strategi yang
tepat Pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan srtategi membaca
dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta tujuan
membacanya. Pembaca yang terampil dengan cepat akan dapat menangkap jika ada kalimat
atau informasi 7 yang tidak relevan dalam bacaannya, sedangkan pembaca yang belum
terampil tidak dapat melihatnya. d) Membaca memerlukan motivasi Motivasi merupakan
kunci keberhasilan dalam belajar membaca. Membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang
menyenangkan. e) Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara
berkesinambungan. Keterampilan tidak diperoleh secara mendadak atau dalam waktu singkat
dan untuk selamanya. Keterampilan diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap, dalam waktu
yang panjang serta terus-menerus.
Dari uraian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan Kemampuan
untuk menguasai pemahaman seperti mengenali huruf-huruf dan kata-kata yang
menghubungkan bunyi serta maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
2. Manfaat Membaca
Anak yang gemar membaca dapat meningkatkan kosa kata dalam berbahasa. Jika anak
semakin sering membaca, maka kosa kata yang dimiliki semakin meningkat di mana dapat
meningkatkan kelancaran dalam berbicara. Itulah salah satu pentingnya mengajari anak
membaca sejak dini.
Mengajari anak membaca bisa meningkatkan kemampun si anak dalam berkomunikasi. Jika
kosa kata yang dimiliki anak semakin banyak, maka anak akan tumbuh dengan struktur
bahasa yang teratur, sehingga mempermudah untuk melakukan komunikasi personal ataupun
komunikasi di depan umum.
c. Memperluas pengetahuan
Mengajari anak membaca jelas akan memperluas pengetahuan sejak dini. Anak yang rajin
membaca bahkan tidak hanya satu bidang ilmu pengetahuan dapat memperluas wawasan dan
jaringan. Ia dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja dengan bekal pengetahuan
yang dimiliki.
Mengajari anak membaca akan mendobrak daya nalar anak. Membaca dapat juga mengasah
daya berpikir anak. Hal ini dikarenakan semakin banyak ilmu yang masuk ke dalam otak,
kecenderungan untuk mencari pengetahuan lain semakin meningkat. Dengan demikian
membaca dapat mengasah daya berpikir kritis pada anak.
Mengajari anak membaca sejak dini disinyalir bisa mengurangi potensi depresi pada anak.
Depresi dapat diakibatkan karena seseorang terdiam atau tidak melakukan apa-apa dengan
memikirkan berbagai kejadian secara terus-menerus.Seseorang yang dari kecil mengalami
kekerasan psikologi oleh keluarganya dapat mengalami stres berkepanjangan. Langkah yang
dapat ditempuh untuk mengurangi stres salah satunya adalah membaca dan menulis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpilkan bahwa manfaat membaca dapat
memperluas dan menambah pengetahuan, mengasah daya berpikir anak dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi serta mengurangi potensi depresi.
3. Tujuan Membaca
Menurut Herusantosa dalam Saleh Abbas 2006: 103 tujuan pembelajaran membaca menulis
permulaan adalah sebagai berikut. a. Pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca; b.
Mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang
wajar; dan c. Anak dapat membaca dan menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Selanjutnya, Wardani 1995: 56
menyatakan bahwa tujuan utama dari membaca menulis permulaan adalah agar anak dapat
mengenal tulisan sebagai lambang atau simbol bahasa sehingga anak-anak dapat
menyuarakan tulisan tersebut. 13 Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabarti Akhadiah M. K.,
dkk. 19921993: 31 mengemukakan bahwa tujuan membaca permulaan adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Berikutnya, Darmiyati Zuchdi dan Budiasih
19961997: 122 mengatakan bahwa tujuan pembelajaran pada tahap membaca permulaan di
kelas I ini, terutama ditekankan pada kemampuan membaca teknik yang masih terbatas pada
kewajaran lafal dan intonasi.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas tujuan membaca permulaan adalahagar peserta
didik mengenal tulisan, lafal dan intonasi yang wajar sebagai dasar untuk membaca lanjut.
4. Jenis-jenis Membaca
a. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pun
pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami
informasi, pikiran, dan perasaan pengarang (Tarigan, 2008: 23). Sejalan dengan pendapat
tersebut, membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau
kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras
(Dalman, 2010:48). Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa membaca nyaring adalah
kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi
yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh
penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman menulis (Dalman,
2013:64).
Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa
gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau dalam
hati, kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik, menikmati bahan bacaan yang
dibaca dalam hati, dan dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran
yang terdapat dalam bahan bacaan itu. Dalam membaca senyap pembaca hanya
mempergunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Latihan-
latihan pada membaca senyap haruslah dimulai sejak dini sehingga anak-anak sudah dapat
membaca sendiri, dan pada tahap ini anak hendaknya dilengkapi bahan bacaan tambahan
yang penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan dan memperoleh serta
memahami ide-ide dengan usahanya sendiri (Tarigan,1994:30).
Pada saat membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory),
yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati (silent
reading) adalah untuk memperoleh informasi. Selanjutnya, dikatakan bahwa membaca dalam
hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) membaca ekstensif dan (2) membaca intensif. Kedua
jenis membaca ini, memiliki bagian-bagian tersendiri. Pembagian tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membaca ekstensif adalah membaca sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu
sesingkat mungkin (Tarigan, 2008: 32). Membaca ekstensif berarti membaca secara
luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai
untuk ini, karena memang begitulah tuntutannya dan juga karena bahan bacaan itu
sendiri memang sudah banyak Tujuan membaca ekstensif untuk memahami isi yang
penting dengan cepat secara efisien. Membaca ekstensif meliputi:
a. membaca teliti,
b. membaca pemahaman,
c. membaca kritis, dan
d. membaca ide
Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca
bersama-sama orang lain.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan jenis membaca
ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu dia membaca, antara lain
membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua
yaitu membaca ekstensif dan intensif.
B. Pengelolaan Pembelajaran
Menurut Sumiati dan Asra (op.cit,p.25) proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang mempunyai tujuan yaitu diperolehnya hasil belajar pada diri siswa. Hasil
belajar itu berupa perubahan tingkah laku baik berbentuk kecakapan, sikap, maupun,
keterampilan melakukan sesuatu kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Dimyati dan
Mudjiono dalam Syaiful Sagala(op.cit.,p.62) mengatakan pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan
peran para guru untuk menciptakan kondisi belajar siswa yang menarik, berdasarkan tujuan,
strategi,metode, dan langkah-langkah sistematik pembelajaran serta penyediaan sumber
belajar untuk meningkatkan keterampilan membaca dan intelektual peserta didik.
C. Media Pembelajaran
a. Media Cetak
Media cetak merupakan media massa yang terkenal, media cetak juga merupakan media atau
alat komunikasi yang bersifat tertulis. Adapun berbagai macam media yang tergolong
kedalam media cetak. Seperti buku, modul, surat kabar majalah, artikel dan lain sebagainya.
Dalam penerapan media berbasis cetak dalam pembelajaran, dapat menunjang atau
membantu peserta didik maupun pendidik dalam memaparkan metri dan menggunakan
metode atau teknik mengajar. Penggunaan media berbasis cetak sendiri sudah meranah dan
juga masih digunakan sampai saat ini. Sebagai salah satu media dari berbagai media lainnya
media cetak merupakan media yang utama di gunakan sebelum mengenal media lain seperti
media audio visual, maupun visual, maupun terpadu.
b. Media Elektronik
Media elektronik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sarana media massa
yang mempergunakan alat-alat elektronik modern, misalnya radio, televisi dan film. Sumber
elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman
audio, presentasi multimedia, dan konten daring yang berupa analog maupun digital.
Berikut ini beberapa permainan yang dijadikan sebagai media pembelajaran membaca, yaitu
di antaranya adalah :
Karpet abjad
Sekarang ini ada karpet yang khusus untuk dipasang di ruangan tempat anak – anka
bermain, karpet jenis ini bisa di bongkar dan dipasang, dan sebaiknya anda pilih
karpet bongkar pasang ini yang terdapat ptongan abjad, supaya anak – anak bisa ikut
mengenali dan belajar mengenai huruf dair karpet yang mereka gunakan.
Table abjad
Banyak sekali dijual table abajad yang diperuntukkan untuk anak anak supaya dapat
belajar membaca. table ini juga dijual dengan murah sehingga dapat terjangkau.
Dengan table seperti ini maka anak – anak akan lebih mudah mnegenali dan
mengingat abjad dengan cepat asalkan didamping dengan baik.
Kuartet
Kartu kuartet juga baik untuk media belajar membaca anak yang efektif. Dnegan
sering membaca kartu kuartet amka anak – anak akan mudah lacar dalam membaca.
tentunya kartu ini dikhususkan untuk anak – anak yang sudah mulai belajar membaca,
sehingga tinggal melancarkan saja.
Buku dongeng
Kadang bagi anak yang belum bisa membaca buku dongeng hanya dilihat gambarnya
saja, namun, jika anda sambil mengajarkan anak membaca, menggunakan buku
dongeng memang sangat mudah dan juga mampu menarik perhatian anak untuk lebih
fokus dalam belajar membaca. pilihlah buku atau cerita dongeng yang sangat disukai
oleh anak anda, sehingga mereka bersemangat untuk belajar membaca.
Media pembelajaran dalam bentuk permainan ini bertujuan untuk meningkatkan cara belajar
membaca bagi peserta didik yang efisien.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajan sangat
berpengaruh untuk meningkatkan daya tangkap peserta didik dalam proses pembelajaran
membaca.
D. Media Gambar
Media gambar adalah suatu media visual yang hanya bisa dilihat saja, akan tetapi tidak
mempunyai unsur audio atau suara. Menurut Sadiman Arief S. (2003:21) media gambar
adalah sebuah gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berguna untuk
menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini bisa membantu siswa untuk
mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar
komponen dalam masalah tersebut bisa terlihat dengan lebih jelas.
Manfaat media gambar sebagai media pembelajaran menurut Subana (1998:322) diantaranya
adalah:
Kesimpulan media gambar menurut uraian diatas adalah penggunaan media gambar sebagai
alat bantu dalam kegiatan belajar yang memberikan pengalaman visual pada anak guna
mendorong motivasi belajar dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi
lebih sederhana, konkret dan mudah dipahami.
E. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa yang resmi bagi
Republik Indonesia serta bahasa untuk persatuan bangsa Indonesia.Hampir semua warga
Indonesia memakai salah satu dari 748 bahasa yang ada di negara Republik Indonesia sebagai
bahasa ibu. Walau demikian, Bahasa Indonesia dipakai sangat luas diperguruan-perguruan,
sastra, media massa, surat-menyurat resmi, perangkat lunak, serta bermacam forum publik
lainnya, sehingga bisa dikatakan bahasa Bahasa Indonesia dipakai semua warga Indonesia.
Ejaan ini adalah ejaan bahasa Melayu dengan memakai huruf latin. Charles Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer
menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudia dikenal
dengan nama ejaan van ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901.
Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan
tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
’akal, ta’, pa’, dsb.
Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini
juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
Konsep ejaan ini juga dikenak pada akhir tahun 1959. Sebab perkembangan politik selama
tahun-tahun selanjutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.
Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EYD,
ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin
dibakukan.
Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar berarti menyampaikan pikiran dengan
informasi yang lengkap secara teratur. Ragam bahasa yang digunakan dapat berupa ragam
bahasa formal atau nonformal, bergantung pada konteksnya.
F. Materi Penelitian
1. Peserta didik memperhatikan gambar, dan menyebutkan kosa kata yang berhubungan
dengan gambar.
2. Membaca teks yang berhubungan dengan kegiatan malam hari.