Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Ban

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH NON BANK

Dr. Mahmud Yusuf, M.Si


ANALISIS MASALAH DAN TANTANGAN PASAR MODAL SYARIAH

Oleh:
Riska Akmalia
202105020202

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI PERBANKAN SYARIAH

BANJARMASIN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu tercurahkan kehadirat Allah SWT, karena hanya


kepadanya-Nyalah kita persembahkan segala bentuk pujian. Dia telah memberikan
kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Sehingga dengan Iringan rahmat dan
hidayah-Nya lah, pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai zaman
terang benderang.

Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul “Analisis Masalah dan


Tantangan Pasar Modal Syariah” ini yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank yang dibimbing oleh
Bapak Dr. Mahmud Yusuf, M.Si
Masukan dan saran sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan pembuatan
makalah ini.

Banjarmasin, 04 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
C. Metodologi Pembahasan............................................................................................. 4
BAB II ...................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
A. Landasan Teori ........................................................................................................... 5
1. Penjelasan Mengenai Pasar Modal Syariah ......................................................... 5
2. Instrumen/Produk Pasar Modal Syariah.............................................................. 7
B. Analisis ....................................................................................................................... 13
1. Analisis Masalah Pasar Modal Syariah .............................................................. 13
2. Analisis Tantangan Pasar Modal Syariah .......................................................... 16
BAB III................................................................................................................................... 19
PENUTUP .............................................................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 19
B. Saran .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal menjadi topik pembahasan menarik di era globalisasi
seperti saat ini. Investasi dan pasar modal sudah menjadi bagian fundamental
ekonomi tidak hanya negara maju, bahkan juga negara berkembang. Indonesia
pun saat ini sudah mulai muncul kekuatan barunya di sektor investasi dan pasar
modal.
Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari perkembangan
pasar modal. Di Indonesia dikenal dengan Bursa Efek Indonesia (BEI),
perkembangan pasar modal di negara-negara maju, termasuk di negara muslim
sekalipun, kiranya menuntut untuk dicermati lebih lanjut. Hal ini menjadi
keharusan, selain terkait dengan semakin membesarnya peran Bursa Efek
Indonesia (BEI) di Indonesia di dalam memobilisasi dana sektor riil, juga
disebabkan adanya tuntutan bahwa sekuritas yang diperdagangkan harus
selaras dengan syariat Islam.
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu alat penggerak
perekonomian di Indonesia, karena Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan
sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pergerakan dana guna
menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa tahun
terakhir menunjukkan track record yang positif. Penilaian tersebut berdasarkan
pengamatan terhadap fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI,
karena IHSG merefleksikan kinerja BEI secara keseluruhan. Fakta tersebut
menunujukkan bahwa aktivitas investasi di Indonesia sudah mulai tumbuh
pesat. Maka hal tersebut tidak terlepas dari keputusan investasi yang dilakukan
oleh para investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal tentunya pada

1
instrumen saham. Disamping saham tentunya ada juga Reksadana Syariah dan
Sukuk.
Investasi itu sendiri dimaknai dalam kamus istilah pasar modal dan
keuangan yaitu penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau
proyek untuk memperoleh keuntungan.1 Selain itu dalam buku investasi pasar
modal syariah dijelaskan bahwa investasi adalah suatu kegiatan menanamkan
modal saat ini untuk diperoleh manfaatnya di masa yang akan datang.2
Kemudian dalam kamus lengkap ekonomi, investasi di definisikan sebagai
penukaran uang dengan bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak
bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode tertentu supaya
menghasilkan pendapatan.3 Dari ketiga makna investasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa investasi adalah suatu pengorbanan yang dilakukan oleh
seseorang atau investor pada saat ini dengan harapan untuk mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang.
Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan modal di pasar modal.
Institusi pasar modal syariah merupakan salah satu implementasi dari seruan
Allah tentang investasi tersebut.4 Beberapa ayat yang menyerukan investasi
antara lain terdapat pada Surah Al-Hasyr ayat 18:
Yang artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)
dan bettawakallah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”

1
Johar Arifin dan dkk, Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan (Jakarta:
Gramedia, 1999), hal.27.
2
Rivai Wirasasmita, Kamus Lengkap Ekonomi (Bandung: Pionir Jaya, t.t.), hal.85.
3
Nurul Huda dan Mustapa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Edisi revisi. (Jakarta:
Kencana, 2008), hal.8.
4
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah bagi Bangsa Konsep: Sistem Ekonomi Syariah
(Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007), hal.130.

2
Namun, saat ini sangat disayangkan dimana Indonesia yang
notabenenya berpenduduk mayoritas muslim tapi pasar modal syariahnya
masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan pasar modal konvensional
dari hampir semua sisi.
Bila dilihat dari sisi jumlah investor di pasar modal yakni pasar modal
syariah baru 4.098 investor berdasarkan single investor identifikation (SID).
Dengan demikian, jumlah investor saham yang jumlahnya mencapai 434, 443
SID.5 Oleh karena itu pula pastinya berlanjut pada jumlah kapitalisasi modal
pada pasar syariah tersebut. Pasar modal syariah bulan Juni 2016, sesuai data
ISSI.6 Baru sebesar 3. 029.64,77 (miliar). Padahal kapitalisasi modal di BEI
saat ini sudah mencapai Rp. 5.094,26 triliun.
Bukan itu saja ternyata dari segi keaktifan masyarakat Indonesia terlibat
pada pasar modal masih minim hal ini terlihat dari Jumlah investor domestic di
BEI Hanya 0,2% saja sekitar 460 ribu dari jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai 230 juta, sehingga rasio pasar modal domestik masih sangat kecil
dibandingkan dengan negara asia tenggara lainnya. misalnya, Singapura
memiliki investor domestik sebesar 30% dari jumlah penduduk, sedangkan
Malaysia memiliki rasio 12,8% dari jumlah penduduk.7 Berdasarkan latar
belakang diatas maka menarik untuk dikaji lebih mendalam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Masalah dan Tantangan Pasar Modal Syariah?

5
Mahrofi Zubi, “BEI Akan Selenggarakan Festival Pasar Modal Syariah, Kini, Pertumbuhan Pangsa
Pasar Investasi Syariah Lebih Domina,” t.t., ://www.antaranews.com/berita/552117/bei-akan-
selenggarakan-festival-pasar-modal- syariah (diakses 6 maret 2022, pukul.8.27.
bisniskeuangan.kompas.com,Sabtu 6 maret 2022.
6
“SSI adalah Indek Saham Syariah Indonesia.,” t.t., http://www.idx.co.id.
7
Buddy Setianto, Panduan Investasi 2016 Di Bursa Efek Indonesia, (Jakarta: Bumisaka Kurnia, 2016),
hal.3.

3
C. Metodologi Pembahasan
Adapun metode pembahasan dalam tulisan ini sesuai dengan latar
belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis akan
melakukan studi analisis kepustaakaan (library research) dimana penulis
mengumpulkan data bersumber dari data empiris data sekunder yang berasal
dari buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan literatur yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Penjelasan Mengenai Pasar Modal Syariah
Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun
1976 13 , menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang
dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952
Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang
ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek,
sedangkan surat berharga yang dikategorikan sebagai efek adalah saham,
obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim dikenal sebagai efek.
UU yang mengatur tentang pasar modal (UU Republik Indonesia no. 8
tahun 1995)8 Juga mencantumkan pengertian bursa efek, yaitu pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak yang lain
dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.9
Selanjutnya, menurut Ahmad, Pasar modal syariah merupakan kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang dijalankan
berdasarkan prinsip syariah.10
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada
Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad
SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama
melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu

8
“U No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.,” t.t.
9
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas (Edisi Kedua) (Yogyakarta: UPP-
AMP YKPN, t.t.), hal.27.
10
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah. (Jakarta: Gramedia, t.t.), hal.351.

5
pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu
hubungan diantara sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah
kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah.
Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa Pada dasarnya,
semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya. Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal
syariah di Indonesia.
Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia sendiri diawali dengan
diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment
Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h
Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli
2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan
dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para
pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana
berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang
berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-
MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus
bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal
September 2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan
akad yang digunakan adalah akad mudharabah.11
Tidak sampai disitu saja, kepopuleran efek syariah dan keunggulannya
mendorong munculnya berbagai indeks ekuitas diberbagai Negara. Seperti
diketahui beberapa tahun sebelum kemunculan Jakarta Islamic Indeks (JII),

11
“www.ojk.go.id,” t.t.

6
telah ada indeks syariah Yaitu Dow Jones & Company meluncurkan Dow
Jones Islamic Market Index (DJIMI) pada Februari 1999, kemudian diikuti
kemunculan Kuala Lumpur Shariah Index (KLSI) oleh bursa Malaysia pada
April 1999, dan FTSE Global Islamic Index Series (FTSE-GII) oleh
kelompok Financial Times Stock Exchange(FTSE) pada Oktober 1999.12
Pada pasar modal syariah ini dilakukan proses screening untuk menyaring
saham yang sesuai prinsip syariah yang ketentuannya dibuat oleh Shariah
Supervisory Board atau konsultan hukum Islam.

2. Instrumen/Produk Pasar Modal Syariah


Sejalan dengan penejelasan diatas, maka produk pada pasar modal
syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah. Efek Syariah
adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan
pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar
Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar
modal meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit Penyertaan dari Reksa
Dana Syariah.

2.1 Saham Syariah

Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan


modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang
saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut.
Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan
konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.13 Prinsip syariah

12
Zamir Iqbal dan Abas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam: Teori &Praktik (Jakarta: Kencana,
2008), hal.246.
13
Rosylin Mohd, Yusof, dan M. Shabri Abd Majid, “Towards An Islamic International Financial Hub:
The Role Of Islamic Capital Market In Malaysia,” International Journal of Islamic and Middle Eastern
Finance and Management 1, no. No.4 (2008): 313–329.

7
mengenal konsep ini sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan
analogi tersebut, maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham
yang diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai
saham syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika
saham tersebut diterbitkan oleh:

Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam


anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah.

Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran


dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria
sebagai berikut:

Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu tidak


melakukan kegiatan usaha Diantaranya: Pertama, perjudian dan permainan
yang tergolong judi; Kedua, perdagangan yang tidak disertai dengan
penyerahan barang/jasa; Ketiga, perdagangan dengan penawaran/permintaan
palsu; Keempat, bank berbasis bunga; Kelima, perusahaan pembiayaan
berbasis bunga; Keenam, jual beli risiko yang mengandung unsur
ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi
konvensional; Ketujuh, memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan
dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang
ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat; Kedelapan, melakukan transaksi yang mengandung unsur
suap (risywah); Kesembilan, rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan
total ekuitas tidak lebih dari 82%, dan Kesepuluh rasio total pendapatan bunga

8
dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha
dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.

2.2 Sukuk

Sukuk merupakan istilah yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi
syariah (islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata
"sakk" dalam bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara
itu, ada juga yang memberikan memberikan definisi Sukuk yaitu Efek Syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu'/undivided share) atas: aset
berwujud tertentu (ayyan maujudat); nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan)
tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada; jasa (al khadamat) yang sudah
ada maupun yang akan ada aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan); dan atau
kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah).14

Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang


Obligasi Syariah, dijelaskan obligasi syariah (sukuk) adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten15 Kepada
investor (pemegang obligasi) yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada investor berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar kembali dana investasi
pada saat jatuh tempo.

• Karakteristik Sukuk

Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan
obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama
atas suatu aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang
dijadikan dasar penerbitan (underlying asset). Klaim kepemilikan pada sukuk

14
Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, “An Introduction to Islamic Finance: Theory and Practice. Second
Edition,” Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd, 2011, 184–85.
15
Sigit Winarmo dan Sujana Ismaya, Kamus Besar Ekonomi, (Bandung: Pustaka Grafika, 2003).hal.181.

9
didasarkan pada aset/proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan
untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan,
bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan
sukuk.

• Jenis Sukuk

Jenis sukuk16 terdiri dari: Pertama, Sertifikat kepemilikan dalam aset yang
disewakan. Kedua, Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat)
tipe: Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan
atas manfaat aset di masa depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan
Sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan. Ketiga, Sertifikat salam. Keempat,
Sertifikat istishna. Kelima, Sertifikat murabahah. Keenam, Sertifikat musyarakah.
Ketujuh, Sertifikat muzara'a. Kedelapan, Sertifikat musaqa. Dan Kesembilan,
Sertifikat mugharasa. Kehadiran Obligasi Syariah yang pertama sekali adalah oleh PT.
Indosat Tbk pada awal September 2002. akad yang digunakan adalah akad mudharabah
(bagi hasil), dengan tenor 5 tahun indikiasi return 15,75%.17

2.3 Reksa Dana Syariah

Reksadana di Inggris dikenal dengan sebutan unit trust yang berarti unit
kepercayaan.18 Dan Amerika di kenal dengan sebutan mutual fund yang berarti dana
bersama dan di Jepang dikenal dangan sebutan investment fund yang berarti
pengelolaan dana. Secara bahasa reksa dana tersusun dari dua konsep, yaitu reksa yang

16
Silahkan Lihat“Berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk,” t.t.
17
Mustafa Edwin Nasution dan dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Prenada
media Group, 2006).hal.305-306.
18
Jaka E Cahyono, Cara Jitu Memilih Untung dari Reksa Dana (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2000), hal.16.

10
berarti jaga atau pemeliharaan dan konsep dana yang berarti (himpunan) uang. Dengan
demikian secara bahasa reksa dana berarti kumpulan uang yang dipelihara.19

Disimpulkan Reksa dana merupakan dana bersama yang dioperasikan oleh


suatu perusahaan investasi atau sering disebut Manajer Investasi (MI)20 yang
mengumpulkan uang dari pemegang dana dan menginvestasikannya ke dalam saham,
obligasi, opsi, komoditas. dll.21

Jadi, Reksadana syariah (Islamic investment funds) adalah reksadana yang


beroperasi menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk
akad antara pemodal dengan manajer investasi (wakil pemodal), maupun antara
manajer investasi dengan pengguna investasi.22

Selain itu, Reksa Dana syariah juga didefinisikan sebagai reksa dana
sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang
pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.

Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan salah
satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan
pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas
investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi,
namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.23 Reksa Dana Syariah

19
Asri Sitompul, Reksa Dana Pengantar Dan Pengenalan Umum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000),
hal.2.
20
Iggi Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal, Menggagas Konsep dan Praktik Manajemen
Portofolio Syariah (Jakarta: Gramedia, 2000), hal.73.
21
John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi, Edisi Ketiga
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2001), hal.50.
22
Lihat “Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/200,” t.t.
23
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi. (Yogyakarta:
Ekonisia, 2004), hal.201.

11
dikenal pertama kali di Indonesia pada tahun 1997 ditandai dengan penerbitan Reksa
Dana Syariah Danareksa Saham pada bulan Juli 1997.

Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah memiliki kriteria yang
berbeda dengan reksa dana konvensional pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada
pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses
manajemen portofolio, screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan).

• Jenis Reksa dana24

Saat ini setidaknya tercatat terdapat 10 jenis reksa dana syariah: Pertama,
Reksa Dana Syariah Pasar Uang. Reksa dana yang hanya melakukan investasi pada
instrument pasar uang syariah dalam negeri dan/atau efek syariah berpendapatan tetap
yang diterbitkan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan/atau sisa jatuh
temponya tidak lebih dari 1 (satu) tahun. Kedua, Reksa Dana Syariah Pendapatan
Tetap. Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 80% dari Nilai Aktiva
Bersih dalam bentuk efek syariah berpendapatan tetap. Ketiga, Reksa Dana Syariah
Saham. Reksa dana yang melalukan investasi paling sedikit 80% dari Nilai Aktiva
Bersih dalam bentuk efek syariah bersifat ekuitas. Keempat, Reksa Dana Syariah
Campuran. Reksa dana yang melakukan investasi pada efek syariah bersifat ekuitas,
efek syariah berpendapatan tetap, dan/atau instrument pasar uang dalam negeri yang
masing-masing tidak melebihi 79% dari Nilai Aktiva Bersih, dimana dalam portofolio
reksa dana tersebut wajib terdapat efek syariah bersifat ekuitas dan efek berpendapatan
tetap. Kelima, Reksa Dana Syariah Terproteksi. Reksa dana yang melakukan investasi
paling sedikit 70% dari NAB dalam bentuk efek syariah berpendapatan tetap dan paling
banyak 30% dari NAB dalam bentuk saham syariah dan.atau sukuk yang
diperdagangkan di Bursa Efek Luar Negeri.

24
Dahlan Samat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
2004), hal.259.

12
Keenam, Reksa Dana Syariah Indeks. Reksa dana yang melakukan investasi paling
sedikit 80% dari NAB dalam efek syariah yang merupakan bagian dari suatu indeks
syariah yang menjadi acuannya. Investasi pada efek syariah tersebut, paling sedikit
80% dari seluruh efek syariah yang ada dalam indeks. Pembobotan atas masing-masing
efek syariah dalam reksa dana syariah indeks tersebut antara 80%-100% dari
pembobotan atas masing- masing efek syariah dalam indeks yang menjadi acuan.
Ketujuh, Reksa Dana Syariah Berbentuk KIK yang Unit Penyertaannya
diperdagangkan di Bursa Efek (ETF). Reksa dana yang portofolio efeknya terdiri dari
efek syariah yang liquid. Kedelapan, Reksa Dana Syariah Berbentuk KIK Penyertaan
Terbatas. Reksa dana yang hanya ditawarkan kepada pemodal profesional dan dilarang
ditawarkan melalui Penawaran Umum dan/atau dilarang dimiliki oleh 50 pihak atau
lebih. Pemodal professional merupakan pemodal yang memiliki kemampuan untuk
membeli unit penyertaan dan melakukan analisis rasio. Kesembilan, Reksa Dana
Syariah Berbasis Efek Syariah Luar Negeri. Reksa dana yang melakukan investasi
paling sedikit 51% dari Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah pada Efek Syariah
Luar Negeri yang dimuat dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Pihak
Penerbit Daftar Efek Syariah. Kesepuluh, Reksa Dana Syariah Berbasis Sukuk. Reksa
dana yang melakukan investasi paling sedikit 85% dari Nilai Aktiva Bersih pada
instrument sukuk.

B. Analisis
1. Analisis Masalah Pasar Modal Syariah
Problem Pertama adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Masalah sumber
daya manusia (SDM) sampai sekarang masih diperdebatkan apalagi dinegara-negara
berkembang seperti di Indonesia, padahal sumber daya manusia merupakan faktor yang
dapat menjalankan berbagai macam aspek seperti teknologi. Karena teknologi juga
lahir dari manusia maka dari itu SDM merupakan faktor yang sangat fundamental
dalam kemajuan Pasar Modal Syariah.

13
Dengan semakin berkembangnya pasar modal syariah di indnesia khususnya
dan Dunia umum, otomatis memerlukan pemimpin yang memahami substansi konsep
Pasar Modal Syariah secara menyeluruh guna untuk menjalankan lembaga tersebut
tetap berjalan sesuai hukum Islam. Tapi faktanya yang terjadi justru sebaliknya
lembaga-lembaga yang konsisten mengurusi perkembangan Pasar modal Syariah
sekarang justru dalam pengangkatan pemimpin tidak sesuai kemampuan yang
dimilikinya. Padahal seorang pemimpin memiliki andil besar untuk kemajuan Pasar
Modal Syariah selain itu harus mempunyai tujuan yang bagus yaitu tujuan jangka
panjang, visi dan misi yang bagus dan mempunyai pengalaman dan kemampuan serta
memahami secara utuh konsep Pasar Modal Syariah itu sendiri.

Meskipun dalam pelaksanaanya tidak terlihat cacat dalam Pasar Modal Syariah,
tapi sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan berjalannya
lembaga syariah tersebut ke depan. Yang artinya sumber daya manusia menentukan
maju dan mundurnya Pasar modal Syariah tergantung dari kualitas sumber daya
manusia yang mengoperasikan dan menjalankanya dengan metode dan aplikasinya
yang benar.

Problem Kedua adalah Kurangnya Pemahaman Masyarakat. Pemahaman


sebagian besar masyarakat mengenai Pasar Modal Syariah belum tepat, bahkan
diantara ulama dan cendekiawan muslim sendiri masih belum ada kata sepakat yang
mendukung keberadaan Pasar Modal Syariah, Dari kalangan ulama sendiri sampai saat
ini belum ada ketegasan pendapat terhadap keberadaan Pasar Modal Syariah,
kekurangtegasan tersebut antara lain disebabkan karena Kurang komprehensifnya
informasi yang sampai kepada para ulama dan cendekiawan tentang bahaya dan
dampak destruktif sistem bunga terutama pada saat krisis moneter dan ekonomi dilanda
kelesuan.

Kemudian, belum berkembangluasnya lembaga Pasar Modal Syariah sehingga


ulama dalam posisi sulit untuk melarang transaksi keuangan konvensional yang selama

14
ini berjalan dan berkembang luas. Selain itu Belum dipahaminya operasional Pasar
Modal Syariah secara mendalam dan menyeluruh. Selanjutnya adanya kemalasan
intelektual yang cenderung pragmatis sehingga muncul anggapan bahwa sistem bunga
yang berlaku saat ini sudah berjalan atau tidak bertentangan dengan ketentuan agama.

Minimnya pemahaman masyarakat akan Sistem Pasar Modal Syariah antara


lain disebabkan karena Sistem dan prinsip operasional Pasar Modal Syariah relatif baru
dikenal dibanding dengan sistem pasar modal konvensional. Dan Pengembangan Pasar
Modal Syariah baru dalam tahap awal jika dibandingkan dengan Pasar Modal
konvensional yang telah ratusan tahun bahkan sudah mendarah daging dalam
masyarakat. Terakhir Keengganan bagi pengguna jasa Pasar Modal konvensional
untuk berpindah ke Pasar Modal Syariah walaupun notabeneya mereka adalah seorang
muslim disebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tetap dari
bunga.

Problem Ketiga adalah Kurangnya Sosialisasi di Masyarakat. Sosialisasi


yang telah dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang lengkap dan besar
mengenai kegiatan usaha Pasar Modal Syariah kepada masyarakat luas belum
dilakukan secara maksimal.

Tanggungjawab kegiatan sosialisasi ini tidak hanya dipundak para pelaku Pasar
Modal Syariah sebagai pelaksana operasional Pasar Modal Syariah sehari-hari, tetapi
tanggungjawab ini diletakkan kepada semua pihak yang mengaku Islam, apakah itu
perorangan dan kelompok maupun instansi yang meliputi unsur alim ulama, penguasa
negara atau pemerintahan, cendekiawan, dll. Yang memiliki kemampuan dan akses
yang besar dalam penyebarluasan informasi terhadap masyarakat luas.

Sosialisasi yang dilakukan tidak hanya kepada masyarakat awam tetapi juga kepada
ulama, pondok pesantren, ormas-ormas, instansi dan institusi serta pengusaha, yang
selama ini belum tahu ataupun belum memahami secara detail apa dan bagaimana

15
keberadaan dan operasional Pasar Modal Syariah walaupun dari sisi Fiqih dan Syari’ah
mereka tahu benar.

2. Analisis Tantangan Pasar Modal Syariah


Secara umum Pasar modal syariah memiliki beberapa tantangan yang harus
dipikirkan dengan baik dan matang diantaranya yaitu: Pertama, Perlunya kodifikasi
produk dan standar regulasi yang bersifat nasional dan global untuk menjembatani
perbedaan dalam fiqih. Untuk itu, perlu penyelarasan produk secara nasional maupun
global sangat diperlukan agar keuangan Islam terutama pasar modal dapat tumbuh
bersama di berbagai negara, tidak saling memproteksi karena perbedaan mazhab.

Kedua, Perlunya referensi nilai imbal hasil (Rate of Return) bagi keuangan
syariah (pasar modal syariah). nilai imbal hasil yang dibagikan (Sharing) dalam system
keuangan syariah, termasuk pasar modal syariah hendaknya merupakan hasil yang
nyata dari aktivitas bisnis. Sayangnya, referensi nilai imbal hasil tersebut belum
tersedia sehingga institusi keuangan syariah seperti Pasar Modal Syariah seringkali
melakukan penyetaraan dengan suku bunga dalam system konvensional.

Ketiga, Kelangsungan program sosialisai dan edukasi kepada masyarakat.


kegiatan untuk menggugah ketertarikan dan minat masyarakat untuk memanfaatkan
produk-produk Pasar Modal Syariah perlu digalakan pelaksanaannya.

Keempat, Inovasi pengembangan Produk dan Layanan di berbagai Jenis


Lembaga keuangan khusunya pasar modal syariah perlu ditingkatkan. Agar dapat
bersaing dengan produk-produk konvensional, para pelaku ekonomi syariah hendaknya
dapat menciptakan produk yang bernilai uniqueness guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.

Dalam buku Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktik25 disebutkan beberapa
tantangan pasar modal syariah diantaranya yaitu: Pertama, peran ulama syariah. Hal

25
Iqbal dan Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam: Teori &Praktik, hal.253-254.

16
ini sangat penting yang mana ulama (pakar syariah) yang multidisipliner, yang
menguasai tafsir dasar teologi sampai struktur konsep financial, untuk berbagi
pengetahuan, memberikan pelatihan dan pemahaman tentang fungsi pasar modal pada
masyarakat luas. Kedua, rekayasa financial. Rekayasa financial telah merevolusi pasar
modal konvensional. Sukuk adalah contoh yang bagus namun pada pasar uang
hendaknya para pelaku pasar modal syariah memikirkannya dengan baik karena pasar
uang umumnya tidak sesuai dengan syariah hanya transaki spot yang dibolehkan. Yang
lainya tidak karena ditenggerai mangandung unsur gharar. Ketiga, adanya
Pengembangan instusi pendukung seperti, asosiasi indutri, agen penentu agenda dll.
Contoh yang nyata dari ini adalah berdirinya International Islamic Financial Market
(IIFM) dan International Islamic Rating Agency (IIRA) di Bahrain pada tahun 2002.
Keempat, Intensif untuk mempromosikan pasar modal. Selayaknya pembuat kebijakan
harus menyediakan intensif bagi instusi bisnis dan financial untuk mengunakan
instrumen islami.

2.1 Tantangan Pasar Sukuk

Dalam hal ini pasar sukuk juga memiliki tantangan tersendiri yang tentunya
tidak terlepas dari tantangan yang ada pada tantangan secara umum diatas. Menurut
Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor:

Issuers, investors and intermediaries need to nurture the market patiently. Islamic transactions often
face a competitive disadvantage vis-a -vis conventional bond issues in cost-efficiency terms. Each new
issue incurshigher levels of legal and documentation expenses as well as distribution costs; and involves
examining structural robustness in addition to evaluating the credit quality of the obligor.
Standardization of contracts will reduce this problem.26

Bila kita maknai dalam bahasa Indonesia lebih kurangnya adalah “Penerbit sukuk,
investor, dan para intermediator harus “mengasuh” pasar tersebut dengan sabar.
Transaksi Islam sering kali menghadapi kurang kompetitif dibandingkan obligasi

26
Iqbal dan Mirakhor, “An Introduction to Islamic Finance: Theory and Practice. Second Edition,”
hal.200-2001.

17
konvensional dalam aspek efesiensi biaya. Setiap penerbitan baru dikenai pengeluaran
legal dan biaya dokumentasi serta biaya distribusi yang semakin tinggi, dan sebagai
tambahan, harus melalui pengujian kesehatan structural untuk mengevaluasi kualitas
kredit obligator. Standarisasi kontrak/akad akan mengurangi masalah ini”

2.2 Tantangan bagi Reksa Dana Ekuitas

Dalam hal ini pasar reksadana ekuitas juga memiliki tantangan tersendiri yang
tentunya tidak terlepas dari tantangan yang ada pada tantangan secara umum diatas.
Dalam buku Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktik disebutkan diantaranya
yaitu: Pertama, Penekanan utama para manajer reksa dana adalah berdasarkan
mekanisme screening, akan tetapi hanya sedikit perhatian yang diberikan pada praktik
seperti short-selling yang tidak sesuai dengan syariah. Praktik yang diikuti oleh setiap
manajer reksa dana harus diperiksa dan di sahkan oleh para pakar syariah (di Indonesia
tepatnya adalah Dewan Syariah Nasional atau DSN-MUI). Kedua, Akibat dari proses
pemindaian dan penyaringan, saham bisa jadi tidak cukup besar untuk membuka
peluang diversifikasi portofolio yang baik. Upaya harus dilakukan untuk meluaskan
bidang saham yang sesuai syariah. Ketiga, kriteria screening tidak selalu stabil karena
kondisi pasar yang berubah dapat mengubah rasio keuangan perusahaan, yang berarti
perusahan tersebut bisa atau tidak bisa lewat dari filter yang dipersiapkan oleh manajer
dana dari satu periode ke periode lain, sebagai contoh, tergantung pada harga pasar,
sebuah saham bisa masuk dan keluar dari reksa dana dalam periode waktu yang sangat
singkat berkaitan dengan fluktuasi rasio saham ekuitas. Hal ini dapat berpengaruh
buruk pada diversifikasi portofolio dan dapat menimbulkan biaya transaksi tambahan
tiap kali portofolio tersebut diseimbangkan ulang.

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar modal menjadi topik pembahasan menarik di era globalisasi seperti
saat ini. Investasi dan pasar modal sudah menjadi bagian fundamental ekonomi
tidak hanya negara maju, bahkan juga negara berkembang. Indonesia pun saat ini
sudah mulai muncul kekuatan barunya di sektor investasi dan pasar modal. Pasar
modal Syariah merupakan salah satu implementasi penting dari perkembangan
ekonomi Islam saat ini. Namun, dalam perjalanannya untuk menjadi instrumen
investasi yang kompeten dan berpengaruh di pasar tentu diperlukan perjuangan
yang keras, sabar dan bergerak tanpa henti agar tujuan ekonomi Islam
sesungguhnya dapat terwujud. Seiring dengan kenyataan tersebut saat ini bahwa
pasar modal konvensional masih mendominasi jika dibandingkan dengan pasar
modal syariah.

Analisis menunjukkan bahwa saat ini ada tiga instrumen dipasar modal syariah:
saham,obligasi dan reksadana. Permasalahan yang dihadapi oleh pasar modal
syariah secara umum adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM), kurangnya
pemahaman masyarakat dan kurangnya sosialisasi di masyarakat. Kemudian
tantangan adalah refaransi kepentingan hasil nilai (Rate of Return), harus ada
pengembangan inovasi Produk dan Layanan, Perlu adanya kodifikasi produk dan
standar regulasi secara nasional dan global.

B. Saran
Permasalahan dan tantangan pasar modal syariah tidak terlalu rumit dan
sulit. Namun, para pelaku pasar modal syariah harus serius dan konsisten dalam
memecahkan masalah dan secepat mungkin menyelesaikan semua tantangan yang
ada sehingga terwujudnya konsep Islam yang benar dalam ekonomi Islam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achsien, Iggi. Investasi Syariah di Pasar Modal, Menggagas Konsep dan Praktik
Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta: Gramedia, 2000.
Arifin, Johar, dan dkk. Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan. Jakarta: Gramedia, 1999.
“Berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk,” t.t.
Cahyono, Jaka E. Cara Jitu Memilih Untung dari Reksa Dana. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2000.
Downes, John, dan Jordan Elliot Goodman. Kamus Istilah Keuangan dan Investasi,
Edisi Ketiga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2001.
“Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/200,” t.t.
Huda, Nurul, dan Mustapa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah.
Edisi revisi. Jakarta: Kencana, 2008.
Husnan, Suad. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas (Edisi Kedua).
Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, t.t.
Iqbal, Zamir, dan Abas Mirakhor. Pengantar Keuangan Islam: Teori &Praktik.
Jakarta: Kencana, 2008.
Iqbal, Zamir, dan Abbas Mirakhor. “An Introduction to Islamic Finance: Theory and
Practice. Second Edition.” Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd, 2011,
184–85.
Mohd, Rosylin, Yusof, dan M. Shabri Abd Majid. “Towards An Islamic International
Financial Hub: The Role Of Islamic Capital Market In Malaysia.” International
Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management 1, no. No.4
(2008): 313–29.
Mufti, Aries, dan Muhammad Syakir Sula. Amanah bagi Bangsa Konsep: Sistem
Ekonomi Syariah. Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007.
Nasution, Mustafa Edwin, dan dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana Prenada media Group, 2006.
Samat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, 2004.
Setianto, Buddy. Panduan Investasi 2016 Di Bursa Efek Indonesia,. Jakarta: Bumisaka
Kurnia, 2016.
Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramedia, t.t.
Sitompul, Asri. Reksa Dana Pengantar Dan Pengenalan Umum. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2000.
“SSI adalah Indek Saham Syariah Indonesia.,” t.t. http://www.idx.co.id.
Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia, 2004.
“UUNo. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.,” t.t.
Winarmo, Sigit, dan Sujana Ismaya. Kamus Besar Ekonomi,. Bandung: Pustaka
Grafika, 2003.
Wirasasmita, Rivai. Kamus Lengkap Ekonomi. Bandung: Pionir Jaya, t.t.
“www.ojk.go.id,” t.t.
Zubi, Mahrofi. “BEI Akan Selenggarakan Festival Pasar Modal Syariah, Kini,
Pertumbuhan Pangsa Pasar Investasi Syariah Lebih Domina,” t.t.
://www.antaranews.com/berita/552117/bei-akan-selenggarakan-festival-pasar-
modal- syariah (diakses 6 maret 2022, pukul.8.27.
bisniskeuangan.kompas.com,Sabtu 6 maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai