Tubes 1 Teori Organisasi
Tubes 1 Teori Organisasi
Tubes 1 Teori Organisasi
Perkembangan teori mengenai organisasi sejalan dengan perkembangan dalam cara pandang
mengenai dunia ini (paradigma, world view). Dimulai dari teori-teori organisasi yang beraliran klasik
(paradigma positivistik/obyektif), aliran transisional yang menentang pandangan dari aliran klasik,
serta teori-teori yang mengusung subyektifitas. Sejarah teori organisasi merupakan kisah evolusi
konsep-konsep dan pemikiran tentang bagaimana organisasi beroperasi dan berkembang dari waktu
ke waktu.
Pendekatan Klasik (Awal abad ke-20): Era ini ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran dari
para ahli seperti Frederick Taylor dengan Scientific Management, Max Weber dengan Birokrasi, dan
Henri Fayol dengan Administrative Theory. Daniels, Spiker, and Papa (1997) menyebut aliran klasik
ini sebagai Manajemen Saintifik dan Klasikal. Teori-teori dalam paradigma ini memandang
organisasi sebagai sesuatu yang menyerupai mesin, yang digerakkan oleh rencana dan kontrol dari
manajemen. Teori manajemen saintifik dan klasik menunjukkan usaha awal untuk mengatasi
kompleksitas organisasi pada abad 20. Hal yang umum dalam teori aliran saintifik dan klasik:
1) Organisasi dijalankan oleh otoritas manajemen. Karyawan adalah alat untuk melaksanakan rencana
manajemen. Implikasinya komunikasi organisasi adalah sebagai alat kontrol manajerial dan
koordinasi proses organisasi.
2) Teori saintifik dan klasik meyakini bahwa orang berperilaku menurut model rasional dan ekonomi.
Motivasi utama bekerja adalah uang. Motivasi sosial dan politik dalam perilaku organisasi dianggap
tidak relevan atau merugikan bagi keefektifan organisasi. Sistem struktur dan fungsi organisasi yang
rasional akan mengurangi efek buruk atas konflik kelompok, persaingan pribadi, dendam, perjuangan
kekuasaan, dan egosime.
3) Masing-masing teoritisi memajukan resep agar organisasi didesain menyerupai mesin.
Tiga teori yang sangat berpengaruh selama awal 1900-an yaitu: (1) Manajemen Saintifik dari
Frederick Taylor, (2) Manajemen Umum dari Henri Fayol, (3) Teori Birokratik Weber.
Pendekatan-pendekatan ini menekankan pada struktur organisasi, efisiensi, pembagian kerja yang
jelas, dan hierarki.
B. Pendekatan Neoklasik (Tahun 1930-an): Pendekatan ini muncul sebagai tanggapan terhadap kritik
terhadap pendekatan klasik. Teori ini mengakui pentingnya faktor manusia dalam organisasi dan
mengembangkan gagasan tentang motivasi, kepemimpinan, dan dinamika kelompok dalam konteks
organisasi.
Salah satu tokoh penting dalam teori ini adalah Elton Mayo, seorang psikolog dan sosiolog asal
Australia. Ia melakukan eksperimen di pabrik Hawthorne Works milik Western Electric Company
pada tahun 1927 untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan.
Eksperimen ini menghasilkan penemuan bahwa faktor non-teknis seperti hubungan sosial,
kepercayaan, dan pengakuan terhadap karyawan juga berpengaruh terhadap produktivitas mereka.
Teori Organisasi Neo-Klasik juga meliputi Teori X dan Teori Y yang dikembangkan oleh Douglas
McGregor pada tahun 1960. Teori X menyatakan bahwa karyawan cenderung malas dan perlu
dikontrol dengan ketat, sementara Teori Y menyatakan bahwa karyawan cenderung bekerja keras dan
berinisiatif jika diberi kebebasan dan tanggung jawab yang cukup. Selain itu, teori ini juga mencakup
Teori Kontijensi yang menekankan pentingnya menyesuaikan pendekatan manajemen dengan
kondisi dan situasi yang dihadapi oleh organisasi. Salah satu tokoh penting dalam teori ini adalah
Joan Woodward, yang mengemukakan bahwa jenis teknologi yang digunakan oleh suatu organisasi
dapat mempengaruhi struktur dan gaya manajemen yang cocok untuk organisasi tersebut. Secara
umum, Teori Organisasi Neo-Klasik menekankan pentingnya memperhatikan faktor-faktor
manusiawi dan sosiologis dalam organisasi, selain faktor teknis dan struktural. Teori ini juga
menekankan pentingnya mengadaptasi pendekatan manajemen dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi oleh organisasi.
Terdapat beberapa aliran dalam Teori Organisasi Neo Klasik antara lain:
1. Aliran Teori Kemanusiaan (Human Relations Theory): Aliran ini menganggap bahwa kebutuhan
sosial dan psikologis dari karyawan juga harus diperhatikan dalam manajemen organisasi. Aliran ini
muncul pada tahun 1930-an dan dipelopori oleh Elton Mayo dan rekan-rekannya di Hawthorne
Studies. Aliran ini memfokuskan perhatiannya pada faktor-faktor manusiawi dalam organisasi seperti
motivasi, komunikasi, dan dinamika kelompok kerja. Aliran ini mengemukakan bahwa kepuasan
karyawan Perilaku Organisasi sangat penting dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi
organisasi. Oleh karena itu, manajemen harus memperhatikan faktor-faktor manusiawi tersebut dalam
mengelola karyawan dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Aliran Teori Kemanusiaan
memberikan kontribusi penting dalam mengubah pandangan manajemen terhadap karyawan, dari
dilihat hanya sebagai faktor produksi menjadi sebagai sumber daya manusia yang perlu dikelola
dengan baik.
2. Aliran Teori Perilaku (Behavioral Theory): Aliran ini muncul pada tahun 1940-an dan 1950-an
sebagai tanggapan terhadap aliran manajemen ilmiah yang dianggap terlalu mekanistik dan tidak
memperhatikan faktor manusia dalam organisasi. Aliran ini dipelopori oleh Douglas McGregor dan
Abraham Maslow. Aliran ini menekankan pentingnya kepuasan kerja dan pengakuan sebagai faktor
motivasi, serta peran pemimpin dalam membentuk budaya organisasi yang positif. Beberapa tokoh
yang terkenal dalam aliran ini antara lain Douglas McGregor, Abraham Maslow, dan Frederick
Herzberg. McGregor mengembangkan konsep "Theory X" dan "Theory Y" untuk menjelaskan
pandangan manajemen terhadap karyawan, sementara Maslow memperkenalkan konsep hierarki
kebutuhan manusia dan Herzberg mengembangkan teori motivasi yang dikenal dengan nama "Two-
Factor Theory". Aliran Teori Perilaku juga memperkenalkan konsep pengambilan keputusan dan
hubungannya dengan perilaku manusia dalam organisasi. Tokoh penting dalam hal ini adalah Herbert
Simon yang mengembangkan konsep "bounded rationality" dan "satisficing" dalam pengambilan
keputusan. Aliran ini memperkenalkan studi tentang kepribadian, motivasi, persepsi, dan dinamika
kelompok dalam organisasi, yang kemudian menjadi dasar bagi pengembangan teori-teori lain dalam
organisasi.
3. Aliran Teori Kontingensi (Contingency Theory): Aliran ini muncul pada tahun 1960-an dan
mengakui bahwa tidak ada satu model manajemen yang bisa diterapkan secara universal pada semua
organisasi. Aliran ini dipelopori oleh Joan Woodward, dan kemudian dikembangkan oleh Paul
Lawrence dan Jay Lorsch. Aliran ini menekankan pentingnya konteks organisasi, situasi, dan
lingkungan dalam menentukan model manajemen yang tepat. Teori ini berpendapat bahwa
pendekatan yang tepat dalam manajemen organisasi tergantung pada berbagai faktor kontekstual,
termasuk lingkungan organisasi, karakteristik tugas, dan gaya kepemimpinan. Beberapa tokoh yang
terkait dengan aliran teori kontingensi antara lain Joan Woodward, Fred Fiedler, dan Paul Lawrence.
Sumber: Robbins, S. P., Judge, T. A., & Sanghi, S. (2018). Organizational behavior (17th ed.).
Pearson. 4. Aliran Teori Sistem (Systems Theory): Aliran ini muncul pada tahun 1960-an dan
menganggap bahwa organisasi adalah sistem kompleks yang terdiri dari subsistem yang saling terkait.
Aliran ini dipelopori oleh Ludwig von Bertalanffy dan kemudian dikembangkan oleh Chester Barnard
dan James Thompson. Aliran ini menekankan pentingnya mengelola hubungan antara subsistem
dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Aliran Teori Sistem (Systems Theory)
merupakan aliran dalam teori organisasi yang menganggap organisasi sebagai suatu sistem yang
kompleks dan saling terkait dengan lingkungan sekitarnya. Aliran ini mulai berkembang pada tahun
1960-an dan 1970-an, dengan tokoh-tokoh seperti Chester Barnard, Ludwig von Bertalanffy, dan
James D. Thompson. Menurut aliran ini, organisasi dapat dipandang sebagai sistem yang terdiri dari
berbagai subsistem yang saling berinteraksi dan saling memengaruhi. Misalnya, subsistem produksi
memengaruhi subsistem keuangan, dan keputusan manajemen dalam subsistem keuangan dapat
memengaruhi kinerja subsistem produksi. Sistem dapat pula mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Misalnya, organisasi dapat memengaruhi pasar melalui produk yang dihasilkan atau mempengaruhi
masyarakat melalui kebijakan tanggung jawab sosial yang diterapkan. Dalam aliran teori sistem,
terdapat beberapa konsep penting Perilaku Organisasi seperti input, proses, output, dan umpan balik
(feedback) yang saling terkait dan mempengaruhi kinerja organisasi. Aliran ini menekankan
pentingnya mengelola organisasi secara holistik dan memperhatikan hubungan antara subsistem dan
lingkungan sekitarnya.
Teori Organisasi Neo Klasik mengakui pentingnya faktor manusia dan dinamika sosial dalam
manajemen organisasi, dan menawarkan pendekatan yang lebih terpadu dan fleksibel untuk
memahami dan mengelola organisasi.
C. Teori Organisasi Modern Organisasi modern mengacu pada pengembangan teori dan praktik
manajemen pada abad ke-20 dan seterusnya. Organisasi modern memiliki beberapa karakteristik,
seperti penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih, hubungan kerja yang lebih
fleksibel, dan penekanan pada inovasi dan kecepatan dalam mengambil keputusan. Sejarah organisasi
modern dimulai pada awal abad ke-20, ketika aliran manajemen ilmiah (scientific management) dan
teori administrasi (administrative theory) berkembang. Aliran manajemen ilmiah dikembangkan oleh
Frederick Winslow Taylor dan berfokus pada peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan
menerapkan metode ilmiah pada proses produksi. Teori administrasi dikembangkan oleh Henri Fayol
dan menekankan pentingnya penggunaan prinsip-prinsip manajemen dan koordinasi dalam
organisasi. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori organisasi neo-klasik berkembang, termasuk aliran
teori perilaku (behavioral theory) dan teori kontingensi (contingency theory). Aliran teori perilaku
menekankan pentingnya faktor psikologis dan sosial dalam perilaku organisasi, sementara aliran teori
kontingensi mengakui bahwa tidak ada satu pendekatan manajemen yang cocok untuk setiap situasi
dan organisasi. Pada tahun 1980-an dan 1990-an, teori organisasi modern mengalami perkembangan
lebih lanjut dengan munculnya aliran teori sumber daya manusia (human resource theory) dan teori
pilihan publik (public choice theory). Aliran teori sumber daya manusia menekankan pentingnya
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif untuk meningkatkan kinerja
organisasi, sementara aliran teori pilihan publik menekankan pentingnya mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan para stakeholder organisasi, termasuk pemerintah, konsumen, dan pemegang
saham. Selain itu, sejak tahun 1990-an, organisasi modern juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, termasuk internet, media sosial, dan teknologi
mobile. Hal ini telah memengaruhi cara organisasi beroperasi, berkomunikasi, dan berinteraksi
dengan pelanggan dan stakeholder lainnya. Teori Organisasi Modern adalah pendekatan baru dalam
studi manajemen dan organisasi yang berkembang sejak akhir abad ke20. Teori ini berfokus pada
kompleksitas dan dinamika organisasi sebagai sistem yang terus berubah dan saling terkait dengan
lingkungan eksternal. Beberapa aliran teori organisasi modern yang terkenal antara lain:
1. Teori Sumber Daya (Resource Dependence Theory): Aliran teori ini menganggap bahwa organisasi
bergantung pada sumber daya dari lingkungan eksternal, seperti modal, tenaga kerja, dan teknologi.
Organisasi harus memperoleh sumber daya ini dan mengelolanya dengan baik untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Teori Sumber Daya (Resource Dependence Theory)
menyatakan bahwa organisasi tidak dapat mempengaruhi lingkungannya secara mutlak, melainkan
tergantung pada sumber daya yang tersedia untuknya. Teori ini berfokus pada cara organisasi
memperoleh dan mengelola sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan mereka, serta
bagaimana hubungan mereka dengan pihak luar organisasi yang menyediakan sumber daya tersebut.
Teori ini dikembangkan oleh Jeffrey Pfeffer dan Gerald Salancik pada tahun 1978, sebagai reaksi
terhadap pandangan sebelumnya Perilaku Organisasi tentang organisasi yang berfokus pada kontrol
lingkungan. Mereka menekankan bahwa organisasi harus memahami sumber daya yang tersedia dan
mencari cara untuk memperoleh dan memanfaatkannya dengan efektif. Teori sumber daya juga
mengajarkan bahwa organisasi harus menjalin hubungan dengan pihak luar yang menyediakan
sumber daya, seperti supplier, konsumen, dan lembaga keuangan.
2. Teori Institutional (Institutional Theory): Aliran teori ini menekankan pentingnya institusi dalam
membentuk dan memengaruhi perilaku organisasi. Institusi dapat berupa norma, nilai, dan aturan
yang diadopsi oleh masyarakat atau industri tertentu. Organisasi harus memperhatikan lingkungan
institusionalnya dan menyesuaikan perilakunya agar sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku.
Teori Institutional (Institutional Theory) merupakan teori organisasi modern yang berfokus pada
pengaruh lingkungan institusional terhadap organisasi. Teori ini mengasumsikan bahwa organisasi
tidak beroperasi secara mandiri, tetapi dipengaruhi oleh tuntutan dan norma-norma yang diterapkan
oleh institusi dan lingkungan sosial yang lebih luas. Teori ini pertama kali dikembangkan pada tahun
1970-an oleh beberapa peneliti seperti John Meyer dan Brian Rowan. Mereka menekankan bahwa
organisasi harus memenuhi persyaratan dan harapan dari lingkungan institusional yang ada, seperti
pemerintah, kelompok kepentingan, dan lembaga sosial. Organisasi yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut akan berisiko kehilangan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan. Salah
satu konsep utama dalam teori institutional adalah isomorfisme, yaitu konvergensi struktur dan
praktik organisasi yang berasal dari tekanan lingkungan institusional. Terdapat tiga jenis
isomorfisme: coercive isomorphism (isomorfisme paksaan), mimetic isomorphism (isomorfisme
tiruan), dan normative isomorphism (isomorfisme normatif). Coercive isomorphism terjadi ketika
organisasi beradaptasi dengan persyaratan lingkungan institusional yang diterapkan secara paksa,
sedangkan mimetic isomorphism terjadi ketika organisasi meniru praktik-praktik organisasi lain yang
dianggap sukses. Normative isomorphism terjadi ketika organisasi mengadopsi praktik-praktik yang
dianggap ideal dan tepat oleh masyarakat umum. Dalam teori ini, organisasi juga dianggap sebagai
aktor yang dapat memengaruhi dan membentuk lingkungan institusional. Organisasi yang sukses
dapat menjadi agen perubahan dalam lingkungan institusional yang lebih luas dan memperluas
jangkauannya.
3. Teori Ekologi Organisasi (Organizational Ecology Theory): Aliran teori ini melihat organisasi
sebagai bagian dari ekosistem yang saling berkompetisi untuk bertahan hidup. Organisasi yang
mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak akan mati.
Teori ini menekankan pentingnya seleksi alam dalam perkembangan organisasi. Teori Ekologi
Organisasi (Organizational Ecology Theory) merupakan teori dalam bidang sosiologi organisasi yang
mempelajari bagaimana organisasi bermunculan, bertahan hidup, dan punah dalam suatu lingkungan
ekologi yang kompleks. Teori ini dikembangkan pada tahun 1980-an oleh Michael T. Hannan dan
John H. Freeman dan didasarkan pada analogi dengan ekologi alamiah. Seperti halnya makhluk hidup
di alam, organisasi juga dilihat sebagai entitas yang hidup dan berada dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut teori ini, organisasi bertahan hidup dan berkembang tergantung pada
beberapa faktor, antara lain: pertama, Isi dan sumber daya organisasi: Organisasi yang memiliki
sumber daya yang cukup dan memiliki isi yang menarik cenderung lebih mampu bertahan hidup
dalam jangka panjang. Kedua, Pesaing dan lingkungan: Organisasi yang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan mengatasi persaingan dengan organisasi lain cenderung lebih mampu
bertahan hidup dalam jangka panjang. Ketiga, Mekanisme seleksi alamiah: Seperti halnya dalam
ekologi alamiah, organisasi yang mampu beradaptasi dengan lingkungan Perilaku Organisasi dan
memiliki keunggulan kompetitif cenderung lebih mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.
Dalam teori ini juga dikenal istilah "liar" dan "domestik". Organisasi liar (liability of newness) adalah
organisasi yang baru didirikan dan masih rentan terhadap kegagalan. Sedangkan organisasi domestik
(liability of incumbency) adalah organisasi yang sudah mapan dan memiliki keunggulan kompetitif,
namun dapat tergantikan oleh organisasi baru yang lebih adaptif dan inovatif.
4. Teori Proses (Process Theory): Aliran teori ini menganggap bahwa organisasi adalah proses yang
terus-menerus berubah dan berkembang. Organisasi harus mampu mengelola perubahan dan adaptasi
untuk tetap relevan dan efektif dalam lingkungan yang terus berubah. Teori Proses (Process Theory)
merupakan pendekatan yang berfokus pada proses dinamis di dalam organisasi, dan menganggap
bahwa organisasi terus berubah dan beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah. Teori ini
memandang organisasi sebagai sistem terbuka yang terus menerus berinteraksi dengan lingkungan
dan perubahan di dalam organisasi dipandang sebagai hasil dari interaksi antara elemen-elemen
organisasi. Beberapa teori yang termasuk ke dalam teori proses antara lain:
a. Teori Perubahan Organisasi (Organizational Change Theory): Teori ini memfokuskan pada
perubahan yang terjadi di dalam organisasi, dan mencari cara untuk mengelola perubahan tersebut
agar terjadi secara efektif. Teori perubahan organisasi sering digunakan untuk membantu organisasi
mengatasi perubahan yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti persaingan, perubahan regulasi,
atau teknologi baru. Teori Perubahan Organisasi adalah rangkaian konsep dan prinsip yang
membahas perubahan dalam organisasi, termasuk faktor yang mempengaruhinya, proses perubahan,
dan dampaknya terhadap organisasi dan individu yang terlibat dalam perubahan tersebut. Tujuan dari
teori perubahan organisasi adalah untuk membantu manajer dan pemimpin organisasi untuk
memahami dan mengelola perubahan dengan lebih efektif. Ada beberapa teori perubahan organisasi
yang telah dikembangkan, termasuk:
✓ Teori Lewin's Change: Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin dan berfokus pada tiga tahap
perubahan: unfreezing, moving, dan refreezing. Unfreezing melibatkan menghilangkan keadaan saat
ini, mempersiapkan organisasi untuk perubahan. Moving melibatkan perubahan itu sendiri, sementara
refreezing melibatkan mempertahankan perubahan baru.
✓ Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory): Teori ini berfokus pada hubungan antara
individu dan organisasi dan menggambarkan perubahan organisasi sebagai proses yang melibatkan
interaksi dan pertukaran antara individu dan organisasi. Teori ini mengidentifikasi faktor-faktor
seperti persepsi dan motivasi yang mempengaruhi keputusan individu untuk berpartisipasi dalam
perubahan organisasi.
✓ Teori Diffusi Inovasi (Diffusion of Innovations Theory): Teori ini menjelaskan bagaimana
inovasi menyebar melalui masyarakat dan organisasi. Teori ini mencakup faktorfaktor yang
mempengaruhi adopsi inovasi, seperti keuntungan relatif, kompleksitas, dan kemudahan penggunaan.
✓ Teori Perubahan Radikal (Radical Change Theory): Teori ini menggambarkan perubahan
organisasi sebagai perubahan yang radikal dan dramatis yang terjadi karena tekanan internal atau
eksternal yang signifikan. Teori ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang kuat dan Perilaku
Organisasi inovatif dalam mengelola perubahan radikal. Semua teori perubahan organisasi ini
memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing dan dapat digunakan untuk membantu manajer
dan pemimpin organisasi untuk merancang dan mengelola perubahan yang efektif
✓ Double-Loop Learning: Konsep ini mengacu pada proses belajar yang melibatkan pemahaman
dan penilaian ulang terhadap asumsi dasar atau model mental yang mendasari tindakan atau
keputusan. Dalam double-loop learning, tidak hanya dilakukan perbaikan terhadap tindakan atau
keputusan yang salah, tetapi juga dilakukan perbaikan terhadap asumsi atau model mental yang
mendasarinya.
✓ Single-Loop Learning: Konsep ini mengacu pada proses belajar yang melibatkan perbaikan
tindakan atau keputusan yang salah atau tidak efektif, tetapi tidak melibatkan penilaian ulang terhadap
asumsi atau model mental yang mendasarinya.
✓ Knowledge Management: Konsep ini mengacu pada proses mengelola pengetahuan organisasi
yang meliputi pembentukan, penyimpanan, penggunaan, dan penyebaran pengetahuan. Dalam
knowledge management, organisasi berusaha untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, dan
membagikan pengetahuan yang penting untuk meningkatkan kinerja dan inovasi organisasi.
✓ Organizational Memory: Konsep ini mengacu pada kemampuan organisasi untuk mengingat
dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh di masa lalu untuk membantu mengambil
keputusan dan meningkatkan kinerja di masa depan. Organizational memory dapat dilihat sebagai
aset penting organisasi yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Teori
Pembelajaran Organisasi memiliki implikasi penting bagi manajemen organisasi, termasuk strategi
pengembangan karyawan, manajemen perubahan, dan pengembangan produk dan jasa baru.
5. Teori Kompleksitas (Complexity Theory): Aliran teori ini menganggap organisasi sebagai sistem
kompleks yang terdiri dari berbagai elemen yang saling terkait dan saling memengaruhi. Organisasi
harus memperhatikan kompleksitas ini dalam mengambil keputusan dan mengelola perubahan. Teori
kompleksitas (complexity theory) adalah suatu pendekatan dalam teori organisasi yang memandang
organisasi sebagai suatu sistem kompleks yang terdiri dari banyak elemen yang saling berinteraksi
dan mempengaruhi satu dengan yang lain nya dalam cara yang tidak selalu dapat diprediksi atau
dijelaskan secara linier. Teori ini menekankan bahwa organisasi adalah sistem dinamis dan kompleks
yang selalu berubah, dan perubahanperubahan ini tidak selalu dapat diprediksi atau dijelaskan dengan
model-model linear yang sederhana. Teori kompleksitas berasal dari ilmu fisika dan matematika, dan
kemudian diadopsi oleh berbagai bidang, termasuk teori organisasi. Teori ini menekankan pentingnya
melihat organisasi sebagai suatu sistem kompleks yang selalu berubah dan berkembang, dan bahwa
perubahan dalam organisasi dapat terjadi sebagai hasil dari interaksi antara banyak faktor yang saling
berhubungan. Beberapa konsep yang penting dalam teori kompleksitas adalah "efek kupu-kupu"
(butterfly effect), di mana perubahan kecil dalam satu bagian dari sistem dapat mempengaruhi sistem
secara keseluruhan, dan "kerumitan adaptif" (adaptive complexity), di mana sistem yang kompleks
dapat memperoleh adaptasi dan kemampuan untuk berubah seiring dengan perubahan lingkungan
yang terjadi. Dalam konteks organisasi, teori kompleksitas menekankan bahwa Perilaku Organisasi
organisasi harus mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi, dan harus memiliki
kemampuan untuk memperoleh informasi dan belajar dari pengalaman Teori Organisasi Modern
memberikan pendekatan baru yang lebih holistik dan kompleks dalam studi manajemen dan
organisasi. Aliran teori tersebut menekankan pentingnya melihat organisasi sebagai sistem yang
dinamis dan terus berubah dalam lingkungan yang kompleks dan saling terkait.
Sumber-sumber:
- https://jurnal.uai.ac.id/index.php/SPS/article/viewFile/34/32
- Daniels, Tom D, Spiker, Barry K, Papa, Michael J. 1997. Perspective on Organizational Communication
4th Ed. USA: McGraw-Hill
- http://digilib.uinkhas.ac.id/27501/1/BUKU%20PO_Fauzan.ISBN.pdf.pdf
NIM : 044595463