Makalah Konseling Individu
Makalah Konseling Individu
Makalah Konseling Individu
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2024
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami tujukan puja dan puji syukur kehadirat Yang Maha
Kuasa, Allah SWT karena telah memberikan segala nikmat jasmani maupun rohani,
sehingga kami alhamdulillah bisa menyelesaikan makalah dengan tema “Etika
Dalam Konseling Individu” sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan.
Sebagaimana maksudnya penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah Konseling Individu. Pengerjaan tugas ini kami presentasikan dengan
harap dapat menjadi suatu sarana pembelajaran atau edukasi bagi insan yang
membaca dan mendengarkan. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat Dosen Konseling Individu, Bapak Hasan Bastomi, M.Pd.I
yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga penyelesaian makalah ini
usai.
Dalam penyusunan tugas ini, kami sadar akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan baik dari segi tulisan, maupun dalam bentuk penyajiannya
(lisan), Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan yang
bersifat membangun demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu pastinya memiliki masalah dalam kehidupannya.
Baik itu bersifat ringan, sedang, hingga permaslahan yang dikategorikan
berat. Konselor sebagai professional helper (penolong) dalam lingkup
bimbingan dan konseling hadir bagi konseli atau peserta didik sebagai
upaya membantu konseli dalam mengentaskan permasalahan yang dialami.
Interaksi yang terbentuk ketika proses konseling antara konselor dengan
konseli, merupakan suatu hal yang fundamental dalam penerapannya.
Konselor harus menerapkan serta menjunjung tinggi etika dan nilai sebagai
tenaga profesional, serta harus memiliki kesadaran penuh dalam
menjalankan tugasnya dengan baik agar konseling individu dapat berjalan
dengan efektif.
Faktanya, masih banyak konselor yang cenderung abai dengan kode
etik profesi konselor, khususnya dalam layanan individual counseling
(konseling individu). Hal tersebut berdampak pada meningkatnya isu
pelanggaran kode etik sebagai tenaga professional. Etika konseling individu
dapat dikatakan sebagai seperangkat landasan pelaksanaan konseling
individu dengan mengindahkan kode etik bimbingan dan konseling.
Keberhasilan layanan konseling individu terletak pada bagaimana seorang
konselor mampu menerapkan kode etik konseling, sehingga mampu
mendapat kepercayaan konseli/peserta didik dan terentasnya problem yang
dialami oleh konseli.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika bimbingan dan konseling?
2. Apa sajakah aspek etika dalam konseling individu?
3. Bagaimanakah urgensi etika dalam praktik konseling individu?
4. Apa sajakah pelanggaran kode etik dalam bimbingan dan konseling?
5. Bagaimanakah sanksi pelanggaran kode etik dalam bimbingan dan
konseling?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat etika bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui aspek etika dalam konseling individu.
3. Untuk memahami urgensi etika dalam praktik konseling individu.
4. Untuk mengetahui dan memahami pelanggaran kode etik dalam
bimbingan dan konseling.
5. Untuk mengetahui dan memahami sanksi pelanggaran kode etik dalam
bimbingan dan konseling.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Erviani Aniswita., dkk. Kode Etik Konseling: Teoritik dan Praksis. Jurnal UMSB. 2021,
8(1a).
3
5. Meningkatkan akuntabilitas dan integritas konselor dan pelaksanaan
konseling menjadi lebih efektif.2
B. Aspek Etika Konseling Individu
Menurut John McLeod dalam jurnal yang ditulis Faiz, terdapat empat etika
yang penting dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut:
1. Professional Responsibility, yaitu bahwa selama proses konseling,
seorang konselor bertanggung jawab untuk konseli dan dirinya
sendiri, dengan memberikan perhatian penuh kepada konseli dan
mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan konseli serta
memastikan bahwa dia memilih jalan yang positif untuk kehidupan
dirinya sendiri;
2. Confidentiality, konselor berkewajiban untuk merahasiakan semua
informasi konseli sesuai dengan asas kerahasiaan yang mendasari
layanan bimbingan dan konseling;
3. Conveying Relevant Information to the Person in Counseling,
bahwa konseli memiliki hak untuk mengetahui tentang semua proses
konseling dan kualifikasi konselor, konsekuensi konseling, serta
estimasi waktu konseling dilaksanakan;
4. The Counselor Influence, konselor memiliki pengaruh besar dalam
konseling sehingga ada berbagai hal yang harus diperhatikan agar
tetap efektif. Hal ini terkait pada kebutuhan konselor (budaya yang
berpotensi menghambat), pengalaman/kompetensi konselor dan
penerapan etika konselor dalam memberikan layanan konseling
individu kepada konseli.3
2
Hunainah, MM. Etika Profesi Bimbingan Konseling, (Bandung: Rizqi Press, 2013).
3
Faiz, A., Dharmayanti, A., & Nofrita, N. Etika Bimbingan dan Konseling dalam
Pendekatan Filsafat Ilmu. Indonesian Journal of Educational Counseling. 2018, 2(1), 1–12.
https://doi.org/10.30653/001.201821.26
4
C. Urgensi Etika Dalam Praktik Konseling Individu
Hubungan antara konselor dengan konseli dalam melakukan proses
konseling agar berjalan dengan baik dibutuhkan pemahaman terkait batas-
batas tanggung jawab pada masing-masing peran sesuai dengan kode etik
yang berlaku. Untuk menjaga keprofesionalan dalam memberikan layanan
konseling individu, konselor perlu berusaha dengan berbagai macam
strategi agar dapat mengembangkan keahliannya sehingga sesuai dengan
standar etika yang berlaku atau bahkan meningkat menjadi lebih baik.
Kepribadian konselor menentukan kesuksesan dan etika. Konselor
membutuhkan spontanitas, fleksibilitas, fokus, keterbukaan, kestabilan
emosi, kepercayaan diri, dan pengetahuan.4 ACA (American Counseling
Association) juga menjelaskan standar etika konselor ialah memiliki
personal values (nilai-nilai pribadi) yang meliputi nilai, sikap, keyakinan,
perilaku, dan menghindari nilai-nilai yang tidak konsisten pada saat
memberikan layanan.5
Panduan Operasional Penyelenggaraan (POP) BK menyebutkan
bahwa secara umum layanan BK terbagi atas layanan dasar, layanan
responsif, perencanaan individu, serta dukungan sistem. Layanan responsif
menurut POP BK ialah pemberian bantuan terhadap peserta didik yang
membutuhkan penanganan secara cepat. Layanan responsif berisi mengenai
penanganan masalah-masalah dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan
karir peserta didik. Sedangkan untuk starateginya layanan responsif
memiliki beberapa strategi, tetapi yang paling umum dan sering digunakan
dalam pengentasan masalah peserta didik adalah konseling individu.
Sehingga dalam proses pelaksanaaanya perlu kesiapan dan kehati-hatian
agar sesuai dengan standar kode etik konselor.6
4
Athalia., dkk. Etika Konselor Profesional dalam Bimbingan dan Konseling. Nusantara of
Research. 2022, 9(1a), 54-60.
5
Gerald Corey. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Cengage
Learning, 2016).
6
Ach. Sudrajad Nurismawan., dkk. Studi Aksiologi Etika Konselor dalam Memperbaiki
Pemberian Layanan Konseling Individu di Sekolah. Jurnal Filsafat Indonesia. 2022, 5 (1).
5
D. Pelanggaran Kode Etik BK
Pelanggaran kode etik BK terjadi karena sistem nilai, norma, aturan
yang ditulis secara jelas, tegas dan terperinci dalam kode etik profesi
terkadang tidak selalu dapat diterapkan secara mulus oleh anggota.
Berikut ini adalah bentuk pelanggaran dalam kode etik BK:
1. Terhadap Konseli
a. Menyebarkan atau membuka rahasia konseling terhadap
orang yang tidak berkepentingan dengan konseli.
b. Melakukan perbuatan asusila (pelecehan seksual,
penistaan agama, rasisme, dll).
c. Melakukan tindakan kekerasan terhadap konseling baik
berupa fisik ataupun psikologis.
d. Kesalahan terhadap praktek profesional seperti prosedur,
teknik, evaluasi, dan tindak lanjut.
2. Terhadap Organisasi Profesi
a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah
ditetapkan terhadap organisasi profesi.
b. Mencemarkan nama baik profesi seperti menggunakan
organisasi profesi untuk kepentingan pribadi dan atau
kelompok.
3. Terhadap Teman Sejawat dan Profesi Lain yang Terkait
a. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik seperti
pelecehan, penghinaan, menolak bekerja sama, tindakan
arogan.
b. Melakukan tindakan referal kepada pihak yang tidak
memiliki keahlian sesuai dengan masalah konseli.
E. Sanksi Pelanggaran Kode Etik BK
Sanksi pelanggaran kode etik BK diantaranya adalah sanksi moral
yang sifatnya relatif (merasa bersalah, krisis atau hilang rasa percaya diri,
tidak berani tampil di publik, pudarya reputasi dan kredibilitas (kepercayaan
publik), rendahnya permintaan jasa layanan konseling, dikucilkan oleh
6
komunitas profesi) serta sanksi yang dikeluarkan dari organisasi yang
sifatnya formal. Sanksi organisasi lebih efektif dan mudah dikontrol karena
mengikat dan melekat pada organisasi yang menaungi yaitu ABKIN
(Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia). Oleh karena itu, yang
dimaksud bentuk sanksi pelanggaran kode etik di sini adalah sanksi
organisasi. Sanksi organisasi ini diatur dalam beberapa tingkatan, mulai
tingkat ringan, sedang sampai berat. Dengan demikian, pemberian bentuk
sanksi akan bergantung pada tingkat pelanggarannya.
Ada lima bentuk sanksi bagi pelanggaran kode etik profesi konselor yaitu:
1. Memberikan teguran secara lisan;
2. Memberikan surat peringatan (SP 1, 2, dan 3) secara tertulis;
3. Pencabutan keanggotan ABKIN dengan tidak hormat;
4. Pencabutan lisensi bagi yang berpraktik mandiri atau
dikeluarkan dari lembaga tempat ia bekerja;
5. Apabila terkait dengan permasalahan hukum/kriminal maka
akan diserahkan pada pihak yang berwenang. 7
Sementara itu, mekanisme penerapan sanksi yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Mendapatkan pengaduan dan informasi dari konseli dan atau
masyarakat;
2. Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik tingkat daerah;
3. Apabila pelanggaran yang dilakukan masih ringan, maka
penyelesaiannya dilakukan oleh dewan kode etik tingkat daerah;
4. Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data
yang disampaikan oleh konseli dan atau masyarakat;
5. Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan
kode etik daerah terbukti kebenarannya maka diterapkan sanksi
sesuai dengan masalahnya.8
7
ABKIN. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia. Paper Knowledge. Toward a
Media History of Documents. 2018, 5(2), 40–51.
8
Nofianti Saputri. Pelanggaran Kode Etik Bagi Konselor, (Samarinda: The Dusty Glass,
2013).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik merupakan seperangkat aturan, nilai, dan sikap yang telah
disepakati dan harus ditaati oleh anggota organisasi bimbingan dan
konseling dalam menjalankan tugasnya. Menurut John McLeod terdapat
empat etika yang penting dalam bimbingan dan konseling yaitu professional
responsibility, confidentiality, conveying relevant information to the person
in counseling, the counselor influence. Untuk menjaga keprofesionalan
dalam memberikan layanan konseling individu, konselor perlu berusaha
dengan berbagai macam strategi agar dapat mengembangkan keahliannya
sehingga sesuai dengan standar etika yang berlaku. Pelanggaran kode etik
BK terjadi karena penerapan yang kurang pada segi sistem nilai, norma,
aturan yang ditulis secara jelas, tegas dan terperinci terhadap konseli,
organisasi profesi, dan teman sejawat atau profesi lain yang terkait. Sanksi
pelanggaran kode etik BK diantaranya adalah sanksi moral dan sanksi
organisasi ABKIN.
B. Saran
Begitu pentingnya memperhatikan etika dalam menjalankan profesi yang
digeluti. Oleh karena itu, sebagai calon konselor professional harus
memperkaya pengetahuan serta mengindahkan segala bentuk kode etik
bimbingan dan konseling, khususnya dalam pelaksanaan layanan konseling
individu kepada konseli.
8
DAFTAR PUSTAKA
Aniswita, Erviani., dkk. Kode Etik Konseling: Teoritik dan Praksis. Jurnal UMSB.
2021, 8(1a).
Faiz, A., Dharmayanti, A., & Nofrita, N. Etika Bimbingan dan Konseling dalam
Pendekatan Filsafat Ilmu. Indonesian Journal of Educational Counseling.
2018, 2(1). https://doi.org/10.30653/001.201821.26
Hunainah, MM. Etika Profesi Bimbingan Konseling. Bandung: Rizqi Press, 2013.
Saputri, Nofianti. Pelanggaran Kode Etik Bagi Konselor. Samarinda: The Dusty
Glass, 2013.