Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

1. a.

Perhitungan Gain atau Loss pada Transaksi Obligasi

PT Milea membeli obligasi nominal par Rp 100.000 seharga Rp 48.800.


Pada akhir tahun 2019, PT Milea melaporkan pendapatan bunga sebesar Rp 4.400,
dan PT Dilan melaporkan biaya bunga sebesar Rp 8.000.

Harga beli obligasi: Rp 48.800

Nominal obligasi: Rp 100.000

Selisih antara harga beli dan nominal obligasi adalah:

Selisih = Rp100.000 − Rp48.800 = Rp51.200

Maka, PT Milea memperoleh gain sebesar Rp 51.200 pada transaksi obligasi


tersebut.

b. Penjurnalan untuk Transaksi Investasi Obligasi pada PT Milea Tahun 2019

Penjurnalan untuk investasi obligasi adalah sebagai berikut:

1 Januari 2019: Pembelian Obligasi

31 Desember 2019: Pendapatan Bunga

c. Penjurnalan untuk Transaksi Hutang Obligasi pada PT Dilan Tahun 2019

1 Januari dan 1 Juli 2019: Pembayaran Bunga


d. Penjurnalan PT Dilan untuk Transaksi Investasi 80% di PT Milea selama Tahun
2019

1 Januari 2019: Pencatatan Investasi Awal

31 Desember 2019: Pengakuan Laba PT Milea

Laba bersih PT Milea tahun 2019 adalah Rp 50.000. Dengan kepemilikan 80%,
bagian laba PT Dilan adalah:

Bagian laba = 0,8 × Rp50.000 = Rp40.000

e. Perhitungan Kepemilikan Pemegang Saham Nonpengendali dan Laba Bersih


Konsolidasi Tahun 2019

Kepemilikan nonpengendali adalah 20% dari PT Milea. Laba bersih PT Milea tahun
2019 adalah Rp 50.000, sehingga laba bersih untuk pemegang saham
nonpengendali adalah:

Laba nonpengendali = 0,2 × Rp50.000 = Rp10.000

Laba bersih konsolidasi = Rp200.000 + Rp50.000 − Rp10.000 = Rp240.000

Ikatan Akuntan Indonesia. (2020). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: Andi Offset


2. Gain atau loss pada perusahaan induk (investor) yang dihasilkan dari transaksi
saham treasuri anak perusahaan (investee) dapat terjadi dan tergantung pada
beberapa kondisi akuntansi yang harus dipertimbangkan. Berikut penjelasan
lengkapnya:

Penjelasan Gain atau Loss dari Transaksi Saham Treasuri Anak Perusahaan

Saham treasuri adalah saham yang dibeli kembali oleh perusahaan dari
pemegang sahamnya. Ketika anak perusahaan membeli kembali sahamnya sendiri,
hal ini dapat mempengaruhi nilai investasi yang dicatat oleh perusahaan induk
berdasarkan metode akuntansi yang digunakan.

Metode Ekuitas

Jika perusahaan induk menggunakan metode ekuitas untuk mencatat


investasinya pada anak perusahaan, maka saham treasuri anak perusahaan tidak
secara langsung mempengaruhi nilai investasi yang dicatat oleh perusahaan induk.
Namun, pengaruhnya akan terlihat pada bagian ekuitas anak perusahaan. Berikut
ini adalah beberapa skenario yang dapat terjadi:

1. Pembelian Saham Treasuri di Bawah Nilai Buku

Jika anak perusahaan membeli kembali sahamnya dengan harga di


bawah nilai buku, maka selisih tersebut dapat meningkatkan nilai buku per
saham yang tersisa. Dalam hal ini, perusahaan induk dapat melaporkan gain
dari kenaikan nilai investasinya.

2. Pembelian Saham Treasuri di Atas Nilai Buku

Jika anak perusahaan membeli kembali sahamnya dengan harga di


atas nilai buku, selisih tersebut akan mengurangi nilai buku per saham yang
tersisa. Dalam hal ini, perusahaan induk dapat melaporkan loss dari
penurunan nilai investasinya.

Metode Biaya

Jika perusahaan induk menggunakan metode biaya untuk mencatat


investasinya, maka transaksi saham treasuri anak perusahaan tidak langsung
mempengaruhi nilai investasi yang dicatat. Namun, laba atau rugi dari transaksi
saham treasuri anak perusahaan dapat mempengaruhi laba ditahan anak perusahaan,
yang pada gilirannya dapat mempengaruhi nilai ekuitas konsolidasi perusahaan
induk.

Contoh Penjurnalan (Metode Ekuitas)

Misalkan PT Induk memiliki 80% saham PT Anak dan PT Anak membeli


kembali 10% sahamnya sendiri di bawah nilai buku. Berikut adalah contoh
penjurnalan untuk mencatat transaksi ini:

Gain atau loss pada perusahaan induk dapat dihasilkan dari transaksi saham
treasuri anak perusahaan tergantung pada bagaimana transaksi tersebut
mempengaruhi nilai ekuitas anak perusahaan dan bagaimana perusahaan induk
mencatat investasinya (metode ekuitas atau metode biaya). Pengaruhnya akan
tercermin dalam laporan keuangan konsolidasi perusahaan induk melalui
penyesuaian nilai investasinya.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2020). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: Andi Offset.

3. Dividen Saham Biasa

Dividen saham biasa yang dibayarkan oleh anak perusahaan kepada perusahaan
induk dan pemegang saham nonpengendali dapat mempengaruhi laporan keuangan
konsolidasian dalam beberapa cara:

1. Pendapatan Dividen: Dividen yang diterima oleh perusahaan induk dari


anak perusahaan tidak diakui sebagai pendapatan dalam laporan keuangan
konsolidasian. Sebaliknya, dividen tersebut akan mengurangi saldo
investasi dalam akun anak perusahaan pada laporan keuangan
konsolidasian.
2. Laba Ditahan: Dividen yang dibayarkan oleh anak perusahaan akan
mengurangi saldo laba ditahan dalam ekuitas anak perusahaan. Dalam
laporan keuangan konsolidasian, pengurangan ini juga akan tercermin
dalam saldo laba ditahan konsolidasi.

Contoh Penjurnalan (Metode Ekuitas):

Jika PT Anak membayar dividen sebesar Rp 10.000, dan PT Induk memiliki 80%
saham PT Anak, maka penjurnalan pada perusahaan induk adalah sebagai berikut:
Dalam Laporan Keuangan Konsolidasian:

• Laba ditahan konsolidasi akan berkurang sebesar total dividen yang


dibayarkan oleh anak perusahaan.
• Kas dalam laporan keuangan konsolidasi juga akan mencerminkan
pembayaran dividen.

Stock Split

Stock split oleh anak perusahaan tidak mengubah total ekuitas atau nilai
investasi perusahaan induk dalam anak perusahaan. Namun, stock split
mempengaruhi jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per saham. Hal ini
bisa berdampak pada pengungkapan dalam laporan keuangan konsolidasian.

Item yang Terpengaruh:

1. Jumlah Saham Beredar: Jumlah saham beredar di laporan ekuitas anak


perusahaan akan berubah sesuai dengan rasio stock split. Ini harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian.
2. Nilai Nominal Per Saham: Nilai nominal per saham akan disesuaikan
sesuai dengan rasio stock split. Ini juga perlu diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan konsolidasian.

Contoh Pengungkapan Stock Split:

Misalkan PT Anak melakukan stock split dengan rasio 2:1, jumlah saham
beredar akan berlipat ganda, dan nilai nominal per saham akan dibagi dua.

Dalam Laporan Keuangan Konsolidasian:

• Catatan atas laporan keuangan akan mencantumkan detail stock split, rasio
yang digunakan, dan pengaruhnya terhadap jumlah saham beredar dan nilai
nominal per saham.
Dividen saham biasa dan stock split oleh anak perusahaan mempengaruhi laporan
keuangan konsolidasian sebagai berikut:

• Dividen saham biasa mengurangi saldo laba ditahan konsolidasi dan nilai
investasi pada anak perusahaan di laporan keuangan induk.
• Stock split tidak mempengaruhi total ekuitas, tetapi mengubah jumlah
saham beredar dan nilai nominal per saham yang perlu diungkapkan dalam
catatan laporan keuangan konsolidasian.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2020). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: Andi Offset.

4. Menghitung Laba Per Saham Dasar

a. PT Zaing

Laba terpisah PT Zaing adalah Rp 120.000. Laba dari PT Mardania setelah


dikurangi amortisasi hak paten adalah Rp 30.000. Maka total laba PT Zaing adalah:

Total Laba PT Zaing = Laba Terpisah + Laba dari PT Mardania = Rp 120.000 + Rp


30.000 = Rp 150.000

Jumlah saham beredar PT Zaing = 20.000 saham

Laba Per Saham Dasar PT Zaing = Total Laba / Jumlah Saham Beredar = Rp
150.000 / 20.000 = Rp 7,5

b. PT Mardania

Laba terpisah PT Mardania adalah Rp 55.000.

Jumlah saham biasa PT Mardania = 10.000 saham


Laba Per Saham Dasar PT Mardania = Laba Terpisah / Jumlah Saham Biasa = Rp
55.000 / 10.000 = Rp 5,5

2. Menghitung Laba Per Saham Dilusi

Untuk menghitung laba per saham dilusi, kita perlu mempertimbangkan efek dari
sekuritas yang dapat dikonversi dan opsi saham yang beredar.

a. PT Zaing

Tidak ada informasi tentang sekuritas yang dapat dikonversi atau opsi saham untuk
PT Zaing, sehingga laba per saham dasar sama dengan laba per saham dilusi.

Laba Per Saham Dilusi PT Zaing = Rp 7,5

b. PT Mardania

PT Mardania memiliki sekuritas yang beredar sebagai berikut:

• Opsi beli 2.000 lembar saham dengan harga Rp 15 per saham.


• Saham preferen 1.000 lembar dengan harga konversi Rp 100 per saham,
dapat ditukarkan menjadi 3.000 lembar saham biasa.

Opsi Saham:

Harga pasar rata-rata saham = Rp 30 Harga pelaksanaan opsi = Rp 15

Dilusi dari opsi saham = (Harga Pasar - Harga Pelaksanaan) / Harga Pasar * Jumlah
Opsi Dilusi dari opsi saham = (Rp 30 - Rp 15) / Rp 30 * 2.000 = 1.000 saham

Saham Preferen:

Jumlah saham yang dapat dikonversi dari saham preferen = 3.000 lembar
Total saham yang dipertimbangkan untuk dilusi = Jumlah saham biasa + dilusi opsi
saham + konversi saham preferen Total saham yang dipertimbangkan untuk dilusi

= 10.000 + 1.000 + 3.000 = 14.000 saham

Laba Per Saham Dilusi PT Mardania = Laba Terpisah / Total Saham yang
Dipertimbangkan untuk Dilusi Laba Per Saham Dilusi PT Mardania

= Rp 55.000 / 14.000 = Rp 3,93

Laba per saham dasar dan dilusi untuk PT Zaing dan PT Mardania adalah sebagai
berikut:

• PT Zaing:
o Laba Per Saham Dasar = Rp 7,5
o Laba Per Saham Dilusi = Rp 7,5
• PT Mardania:
o Laba Per Saham Dasar = Rp 5,5
o Laba Per Saham Dilusi = Rp 3,93

Ikatan Akuntan Indonesia. (2020). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai