MAKALAH PPKN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

JUDUL : BAGAIMANA URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU

PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA?

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan moral maupun material.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun penambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Topoyo, 18 marer 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional
1. Makna Integrasi Nasional
B. Pentingnya Integrasi Nasional
C. Perkembangan sejarah integrasi di Indonesia
D. Tantangan dalam membangun integrasi
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional
F. Upaya Mengatasi Masalah Tantangan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan persatuan dan kesatuan


untuk mambangun bangsa dan negara agar mampu hidup sejajar dengan bangsa dan
negara lain. Karena dengan kukuhnya Negara kesatuan republik indonesia sejak
proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 yang merupakan berkat dan rahmat tuhan yang
maha kuasa, bagi rakyat indonesia secara keseluruhan menjadi dasar dilaksanakannya
pembangunan disegala bidan. Hasrat untuk bersatu tercermin dalam sila ketiga pancasila
yaitu persatuan indonesia.

Negara indonesia memiliki wilayah yang luas, jumlah ras penduduk yang banyak,
kebonekaan rakyat serta hubungan dengan bangsa lain harus dibina untuk mewujudkan
kerjasama yang baik. Berbagai hambatan dan tantangan yang pernah dialami dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan datang silih berganti. Kalau rasa persatuan dan
kesatuan kita pudar, maka besar kemungkinan muncul konflik seperti adanya perkelahian
antar pelajar, perkelahian antar warga desa yang bisa berkembang menjadi perang antar
suku, ras, agama dan hal ini akan mengancam integrasi bangsa Indonesia. Sehingga
persatuan dan kesatuan bangsa semestinya dikembangkan dan dibiasakan mulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagimana Menelusuri Konsep dan Urgensi Integrasi?

2. Apakah Pentingnya Integras?

3. Bagaimana Tantangan dalam membangun integrasi?

4. Bagaimana Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional?

5. Bagaimana Upaya Mengatasi Masalah Tantangan?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui konsep dan urgrnsi integrasi

2. Memahami pentingnya integrasi

3. Mengetahui tantangan dalam membangun integrasi

4.Mengetahui esensi dan uregnsi integrasi nasional

5. Memahami upaya mengatasi masalah tantangan

4
BAB II
PAMBAHASAN
Dalam mengarungi kehidupannya, sebuah negara-bangsa (nation state) selalu dihadapkan
pada upaya bagaimana menyatukan keanekaragaman orang –orang yang ada di dalamnya agar
memiliki rasa persatuan, kehendak untuk bersatu dan secara bersama bersedia membangun
kesejahteraan untuk bangsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bagaimana mungkin suatu
negara-bangsa bisa membangun, jika orang-orang yang ada di dalam negara tersebut tidak mau
bersatu, tidak memiliki perasaan sebagai satu kesatuan, dan tidak bersedia mengikatkan diri
sebagai satu bangsa.
Suatu negara-bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang dinamakan integrasi
nasional. Dapat dikatakan bahwa sebuah negara-bangsa yang mampu membangun integrasi
nasionalnya akan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa-bangsa yang ada di
dalamnya. Integrasi nasional merupakan salah satu tolak ukur persatuan dan kesatuan bangsa.
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional
1. Makna Integrasi Nasional
Marilah kita telusuri istilah integrasi nasional ini. Kita dapat menguraikan istilah tersebut
dari dua pengertian: secara etimologi dan terminologi. Etimologi adalah studi yang
mempelajari asal usul kata, sejarahnya dan juga perubahan yang terjadi dari kata itu.
Pengertian etimologi dari integrasi nasional berarti mempelajari asal usul kata pembentuk
istilah tersebut.Secara etimologi, integrasi nasional terdiri atas dua kata integrasi dan
nasional.
Sekarang, kita telusuri pengertian integrasi nasional secara terminologi. Terminologi
dapat diartikan penggunaan kata sebagai suatu istilah yang telah dihubungkan dengan
konteks tertentu. Konsep integrasi nasional dihubungkan dengan konteks tertentu dan
umumnya dikemukakan oleh para ahlinya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian
integrasi nasonal dalam konteks Indonesia dari para ahli:

Nama Pengertian Integrasi Nasional


Saafroedin Bahar (1996) Upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya
Riza Noer Arfani (2001) Pembentukan suatu identitas nasional dan penyatuan
berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam suatu
kesatuan wilayah

5
Secara Umum
Integrasi nasional adalah kesadaran identitas bersama di antara warga negara. Ini
berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang berbeda, agama dan daerah, dan
berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa kita semua adalah satu.
Jenis integrasi ini sangat penting dalam membangun suatu bangsa yang kuat dan
makmur.
Jenis Integrasi
Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010)
lebih cocok menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional.
Menurutnya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik.
Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni 1) integrasi bangsa, integrasi wilayah, 3)
integrasi nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5) integrasi tingkah laku (perilaku integratif).

B. Pentingnya Integrasi Nasional


Menurut Myron Weiner dalam Surbakti (2010), dalam negara merdeka, faktor
pemerintah yang berkeabsahan (legitimate) merupakan hal penting bagi pembentukan negara-
bangsa. Hal ini disebabkan tujuan negara hanya akan dapat dicapai apabila terdapat suatu
pemerintah yang mampu menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau
bersatu dan bekerja bersama.
Kemampuan ini tidak hanya dapat dijalankan melalui kewenangan menggunakan
kekuasaan fisik yang sah tetapi juga persetujuan dan dukungan rakyatnya terhadap pemerintah
itu. Jadi, diperlukan hubungan yang ideal antara pemerintah dengan rakyatnya sesuai dengan
sistem nilai dan politik yang disepakati. Hal demikian memerlukan integrasi politik.Negara-
bangsa baru, seperti halnya Indonesia setelah tahun 1945, membangun integrasi juga menjadi
tugas penting. Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal ini.
Pertama, dikarenakan pemerintah kolonial Belanda sebelumnya tidak pernah
memikirkan tentang perlunya membangun kesetiaan nasional dan semangat kebangsaan pada
rakyat Indonesia. Yang dilakukan penjajah adalah membangun kesetiaan kepada penjajah itu
sendiri dan guna kepentingan integrasi kolonial itu sendiri. Jadi, setelah merdeka, kita perlu
menumbuhkan kesetiaan nasional melalui pembangunan integrasi bangsa.
Kedua, bagi negara-negara baru, tuntutan integrasi ini juga menjadi masalah pelik bukan
saja karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya, tetapi juga latar belakang bangsa yang
bersangkutan. Negara-bangsa (nation state) merupakan negara yang di dalamnya terdiri dari
banyak bangsa (suku) yang selanjutnya bersepakat bersatu dalam sebuah bangsa yang besar.
Suku-suku itu memiliki pertalian-pertalian primordial yang merupakan unsur negara dan telah
menjelma menjadi kesatuan-kesatuan etnik yang selanjutnya menuntut pengakuan dan perhatian
pada tingkat kenegaraan. Ikatan dan kesetiaan etnik adalah sesuatu yang alami, bersifat primer.

6
Integrasi diperlukan guna menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas-identitas baru
yang diciptakan (identitas nasional). Misalnya; bahasa nasional, simbol negara , semboyan
nasional, ideologi nasional dan sebagainya.
Integrasi versus Disintegrasi
Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi berarti penyatuan, keterpaduan
antar elemen atau unsur yang ada di dalamnya, disintegrasi dapat diartikan ketidakpaduan,
keterpecahan di antara unsur unsur yang ada. Jika integrasi terjadi konsensus maka disintegrasi
dapat menimbulkan konflik atau perseturuan dan pertentangan.
Disintegrasi bangsa adalah memudarnya kesatupaduan antar golongan, dan kelompok
yang ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan. Gejala disintegrasi merupakan hal yang dapat
terjadi di masyarakat. Masyarakat suatu bangsa pastilah menginginkan terwujudnya integrasi.
Namun, dalam kenyataannya yang terjadi justru gejala disintegrasi. Disintegrasi memiliki banyak
ragam, misalkan pertentangan fisik, perkelahian, tawuran, kerusuhan, revolusi, bahkan perang.
C. Perkembangan sejarah integrasi di Indonesia
Menurut Suroyo (2002), ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah mengalami
pembangunan integrasi sebelum bernegara Indonesia yang merdeka. Menurutnya, ada tiga model
integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia, yakni 1) model integrasi imperium
Majapahit, 2) model integrasi kolonial, dan 3) model integrasi nasional Indonesia.
a. Model integrasi imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit. Struktur
kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama
yaitu wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh
raja dan saudara-saudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa (mancanegara dan
pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah
negara-negara sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungan dagang,
antara lain dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).
b. Model integrasi kolonial
Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas wilayah Hindia
Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX dengan wilayah yang terentang dari
Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi wilayah juga
dengan menguasai maritim, sedang integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar
(pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata
lain pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang berarti. Integrasi model kolonial ini tidak
mampu menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud
menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.

7
c. Model integrasi nasional Indonesia
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa Indonesia sejak
bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun sebelumnya ada integrasi kolonial, namun integrasi
model ketiga ini berbeda dengan model kedua. Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar
rakyat jajahan (Hindia Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi
kolonial dan penguasaan wilayah.
Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa
Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau
kesadaran kebangsaan yang baru.

D. Tantangan dalam membangun integrasi


Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang
dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang ada berkenaan
dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi.
Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara
elite dan massa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda
dari massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi
vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga
hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol
daripada dimensi vertikalnya.
Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami oleh negara-
negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah
primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada
beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah,
agama, dan kebiasaan.
Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan
unjuk rasa. Hal ini bisa berpeluang mengancam integrasi horizontal di Indonesia.
Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin untuk
terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan
rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa dipinggirkan.
Tantangan dari dimensi vertikal dan horizontal dalam integrasi nasional Indonesia
tersebut semakin tampak setelah memasuki era reformasi tahun 1998. Konflik horizontal maupun
vertikal sering terjadi bersamaan dengan melemahnya otoritas pemerintahan di pusat. Kebebasan
yang digulirkan pada era reformasi sebagai bagian dari proses demokratisasi telah banyak
disalahgunakan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri.

8
Tindakan ini kemudian memunculkan adanya gesekan-gesekan antar kelompok dalam
masyarakat dan memicu terjadinya konflik atau kerusuhan antar kelompok. Bersamaan dengan
itu demonstrasi menentang kebijakan pemerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali
demonstrasi itu diikuti oleh tindakan-tindakan anarkhis.
Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat, kebijakan
pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, dukungan masyarakat
terhadap pemerintah yang sah, dan ketaatan warga masyarakat melaksanakan kebijakan
pemerintah adalah pertanda adanya integrasi dalam arti vertikal. Sebaliknya kebijakan demi
kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang tidak/kurang sesuai dengan keinginan dan harapan
masyarakat serta penolakan sebagian besar warga masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
menggambarkan kurang adanya integrasi vertikal. Memang tidak ada kebijakan pemerintah yang
dapat melayani dan memuaskan seluruh warga masyarakat, tetapi setidak-tidaknya kebijakan
pemerintah hendaknya dapat melayani keinginan dan harapan sebagian besar warga masyarakat.
Jalinan hubungan dan kerjasama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai antara
kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada satu sama lain, merupakan
pertanda adanya integrasi dalam arti horizontal. Kita juga tidak dapat mengharapkan
terwujudnya integrasi horizontal ini dalam arti yang sepenuhnya. Pertentangan atau konflik antar
kelompok dengan berbagai latar belakang perbedaan yang ada, tidak pernah tertutup sama sekali
kemungkinannya untuk terjadi. Namun yang diharapkan bahwa konflik itu dapat dikelola dan
dicarikan solusinya dengan baik, dan terjadi dalam kadar yang tidak terlalu mengganggu upaya
pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan nasional.
Di era globalisasi, tantangan itu ditambah oleh adanya tarikan global di mana keberadaan
negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global.
Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar
berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara-bangsa, dan tarikan dari
dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan etnis,
kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami
tantangan yang semakin berat. Di sisi lain, tantangan integrasi juga dapat dikaitkan dengan aspek
aspek lain dalam integrasi yakni aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya.

9
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab
integrasi masyarakat merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi negara untuk membangun
kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara
senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita,
baik kerugian berupa fisik material seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan kekawatiran,
cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan.Di sisi lain, banyak pula
potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai dengan
konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat di samping membawa potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan menyimpan
potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara
dan sikap yang tepat. Namun apa pun kondisinya, integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang
sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu perlu
senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan
untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa dan
negara yang bersangkutan.
Berikut faktor-faktor yang memicu terjadinya pertentangan dalam masyarakat.
1. Faktor Amarah
Amarahlah yang menyebabkan para warga desa melakukan pembalasan kepada satu
sama lainnya, dan semuannya berujung pada kelajutan konflik yang tiada berujung dan melebar.
2. Faktor Biologis
Para warga yang ikut dalam perkelahian atau bentrokan antar 2 desa atau warga ini tidak
dipengaruhi oleh gen keturunan orang tua mereka yang tidak agresif atau suka mengagangu
orang lain. Karena itu apabila ada perkelahian antar warga terjadi mereka hanya sebatas ikut-
ikutan dan rasa solidaritas saja.
3. Faktor Kesenjangan Generasi
Sehubungan dengan adanya perbedaan dan atau jurang pemisah (gap) antar generasi yaitu
anak dengan orangtua dapat terlihat dari bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal
dan tidak harmonis. Hal ini ketika ada rombongan anak muda yang diberi nasihat ketika ada
hiburan agar tidak melakukan kekerasan dan mabuk-mabukan tidak digubris. Yang semakin jelas

10
ketika menyangkut hutan yaitu agar tidak melakukan penebangan pohon jati mereka warga suka
juga melakukan penebangan kayu.
4. Lingkungan
Antara warga ke 2 desa yang masing masing keluarga memiliki sejata api atau senjata
tradisional yang dengan bebas di miliki oleh oara warga di Indonesia bagian timur tersebut maka
tak heran lingkuangan sangat mempengaruhi kejadian tersebut dijadikan ajang pembalasan
dendam ketika ada kasus dahulu yang belum selesai.5. Peran Belajar Model Kekerasan
Pengaruh terjadinya kekesaran atau tindakan anarkis di kalangan masyarakat di Indonesia salah
satunya disebabkan oleh adanya teknologi yang berkembang contohnya TV atau playstion.
Faktor faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa :
1. Keutuhan dan kedaulatan wilayah negara dari Sabang sampai Merauke.
2. Pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan dasar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Konsep wawasan nusantara dan ketahanan sebagai acuan operasional.
4. Kekayaan budaya bangsa Indonesia termasuk hasil hasil pembangunan.

F. Upaya Mengatasi Masalah Tantangan


Untuk dapat mengatasi masalah Tantangan dan permasalahan dalam upaya memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa memerlukan kesadaran individu maupun kesadaran besama atau
kolektif.
1. Secara individual, masing-masing kita harus memiliki kesadaran bahwa ada perbedaan
diantara kita. Kesadaran bahwa kita beda, lalu diteruskan melalui dialog lewat interaksi sosial
untuk bisa saling memberi dan saling menerima dalam kesetaraan. Lewat kesadaran individual
masing-masing kita mencoba untuk mencari dan merumuskan kesepakatan-kesepakatan sosial
tanpa harus kehilangan jati diri, karakteristik masing-masing. Ego dan super ego untuk selalu
berkuasa dan ingin tampil terbaik akan terakomodasi melalui kesepakatan sosial yang terbangun.
Pencerahan individu ini dapat dilakukan melalui penyingkiran sumber derita dari keterasingan,
adanya keinginan yang berlebihan, tahta, nafsu atau dorongan, (hal ini memang sangat filosofis
dan mengacu pada ajaran dan nilai agama).
2. Secara besama atau kolektif, konflik sosial yang terjadi merupakan buah dari disparitas sosial,
ekonomi dan politik yang berdampak adanya pengebiran terhadap hak-hak sekelompok orang
oleh kelompok orang yang lainnya. Hal ini terjadi biasanya diawali oleh adanya pengingkaran
atas komitmen atau kontrak sosial yang telah dibangun, adanya ketidakadilan, ketidaksetaraan
dan sikap eklusivitas antar kelompok satu dengan yang lainnya.
Untuk itu langkah struktural yang bersifat preventif yang dapat dilakukan dalam mengatasi
konflik sosial, ekonomi dan politik bahkan bisa merembet ke persoalan konflik SARA adalah:

11
1. Secara terus menerus membangun komitmen persatuan dan kesatuan sehingga tidak
ada dusta diantara kita;
2. Secara terus menerus melakukan revitalisasi nilai yang memang bergerak bersamaan
dengan perubahan sosial;
3. Mengembangkan sikap dan perilaku segilik, seguluk, selunglung sebayan taka, paras
paros sarpanaya;
4. Mengembangkan kesadaran menyama braya sebagai simbol kehidupan bersama
sebagai satu kesatuan keluarga;
5. Membangun solideritas sosial, kepedulian sosial dan interkasi sosial yang intens, hal
ini penting dilakukan untuk menghindari tumbuhnya sikap individulis dan eklusifistis
dikalangan kelompok-kelompok sosial;
6. Cinta Tanah Air.
Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air.
Cinta tanah air dan bangsa dapat diwujudkan dalam berbagai hal, antara lain:
a. Menjaga keamanan wilayah negaranya dari ancaman yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri.
b. Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan.
c. Mengolah kekayaan alam dengan menjaga ekosistem guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
d. Rajin belajar guna menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin untuk
diabdikan kepada negara.
7. Membina Persatuan dan Kesatuan
Pembinaan persatuan dan kesatuan harus dilakukan di manapun kita berada, baik
di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Tindakan yang
menunjukkan usaha membina persatuan dan kesatuan, antara lain:
a. Menyelenggarakan kerja sama antar daerah.
b. Menjalin persahabatan antarsuku bangsa.
c. Memberi bantuan tanpa membedakan suku bangsa atau asal daerah.
d. Mempelajari berbagai kesenian dari daerah lain,
e. Memperluas pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
f. Mengerti dan merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, serta tidak
mudah marah atau menyimpan dendam.

12
g. Menerima teman tanpa mempertimbangkan perbedaan suku, agama,
maupun bahasa dan kebudayaan
8. Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan
keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan
menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.
9. Partisipasi tenaga dan Partisipasi pikiran
10. Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI
Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek
kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat
nasional. Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan perencanaan yang matang
diantaranya adalah sebagai berikut
 Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki
kemampuannya.
 Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai
sektor kehidupan.
 Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri / regional.
 Kesiapan perekonomian rakyat.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan
bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat
konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal
dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan strategis
penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman atau
gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya digunakan
untuk menghadapi ancaman tetapi juga untuk membantu pemerintah dalam upaya
pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional.
11. Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan NKRI
Berikut beberapa sikap dan perilaku mempertahankan NKRI :
1. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
2. Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga
keutuhan, kedaulatan Negara dan mempererat persatuan bangsa.

13
3. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan
yang ada akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah
kebanggaan karena merupakan salah satu kekayaan bangsa.
4. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki
bangsa, bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat
diwujudkan dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
5. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik
alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat.
Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan,
solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.
6. Menaati peraturan. Salah satu cara menjaga keutuhan Indonesia adalah
dengan menaati peraturan. Peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan berbangsa
dan bernegara.Tujuannya agar Indonesia menjadi lebih baik. Melalui peraturan,
Indonesia akan selamat dari kekacauan. Taat kepada undang-undang dan
peraturan berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. Peraturan berlaku baik untuk
presiden maupun rakyat biasa, baik tua maupun muda, baik yang kaya maupun
yang miskin, baik laki-laki maupun perempuan.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Integrasi nasional adalah kesadaran identitas bersama di antara warga negara . Ini
berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang berbeda, agama dan daerah, dan
berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa kita semua adalah satu.
Jenis integrasi ini sangat penting dalam membangun suatu bangsa yang kuat dan
makmur. Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang
dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal,
tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan
yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang
pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung
berpandangan tradisional. Secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keutuhan NKRI tidak hanya bermakna wilayah melainkan mencakup aspek sumber
daya alam, sumber daya manusia dan seluruh khasanah budaya bangsa. Seluruh aspek
harus dijaga dari gangguan pihak luar dan pihak dalam.
2. Perlu upaya sungguh-sungguh dan terencana untuk menjaga keutuhan NKRI. Salah
satunya dengan membangun budaya sadar arsip oleh seluruh komponen bangsa.
3. Arsip adalah aset bangsa yang sangat penting dan tak tergantikan karena di dalamnya
terekam data seluruh aspek keutuhan NKRI. Arsip akan menjadi bukti jika aspek-aspek
tersebut dipersoalkan pihak lain. Arsip juga akan menjadi pusat memori dan sumber
referensi bagi generasi mendatang untuk mengawal keutuhan NKRI.
B. SARAN
1.Sebaiknya kita memahami pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.
2. Membangun kesadaran bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan
persatuan dan kesatuan untuk membangun bangsa dan negara agar mampu hidup sejajar
dengan bangsa dan negara lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms.2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Belajar


Riyanto, Astim. 2006. Negara Kesatuan. Bandung: Yapemdo
http://esraandarias.blogspot.co.id/2016/12/makalah-pkn-urgensi-dan-tantangan_17.html
www.google.com

16

Anda mungkin juga menyukai