Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah


Pendidikan merupakan proses yang disengaja dan terencana untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik, agar mereka
dapat secara aktif mengembangkan potensi diri mereka secara menyeluruh.
Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang memiliki
kekuatan spiritual dan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang baik,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di
masyarakat dan membangun bangsa dan negara. Ki Hadjar Dewantara,
menyatakan gagasannya tentang pendidikan yang menitikberatkan pada kodrat
alami anak. Baginya, pendidikan adalah proses yang menyeluruh dan berorientasi
pada anak, dengan tujuan memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup
dan keselarasan dengan dunianya. (Natasya Febriyanti, 2021)
Kualitas pendidikan dan literasi memiliki hubungan yang erat di
Indonesia. Kualitas pendidikan yang baik secara langsung memengaruhi tingkat
literasi masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan yang berkualitas memberikan
dasar yang kuat bagi perkembangan kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung, yang merupakan dasar dari literasi. Sistem pendidikan yang efektif
memberikan akses yang merata dan berkualitas untuk pembelajaran dasar, yang
pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan literasi masyarakat.
Penilaian yang dilakukan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD) melalui program Programme for International Student
Assessment (PISA) pada tahun 2022, menunjukkan bahwa kemampuan literasi
membaca siswa Indonesia mengalami kemunduran dibandingkan tahun 2018.
Skor literasi membaca siswa Indonesia hanya mencapai 359, atau turun 12 poin
dibandingkan tahun 2018. Indonesia jauh tertinggal dari rata-rata dunia yang
mencapai poin 469. Pencapaian ini merupakan yang terendah semenjak Indonesia
mengikuti PISA pada tahun 2000 (Pristiandaru, 2023). Hasil tes PISA 2022 juga
menunjukkan bahwa literasi membaca Indonesia masih tertinggal dibandingkan
negara-negara tetangga di Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia,
Brunei Darussalam apalagi Singapura.
Penelitian UNESCO tahun 2016 yang berjudul "The World’s Most Literate
Nations" menguak realitas yang memprihatinkan tentang kebiasaan membaca di
Indonesia. Studi ini melibatkan 61 negara di dunia, dan hasilnya menunjukkan
bahwa Indonesia berada di peringkat ke-60, di atas Bostwana, peringkat 61.
(Hutapea & Harususilo: 2019). Data UNESCO juga menunjukkan bahwa hanya
0,001% masyarakat Indonesia yang tergolong rajin membaca. Artinya, dari 1.000
orang Indonesia, hanya 1 orang yang memiliki kebiasaan membaca yang baik.
(Hadibrata, 2021).
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah dan terus melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan literasi dan minat membaca siswa, di
antaranya dengan menerbitkan Payung Hukum, yaitu Undang Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, (Mahbudin, 2020), menyediakan
buku murah dan berkualitas, meluncurkan Program Merdeka Belajar dan
melaksanakan Gerakan Literasi Nasional yang diwujudkan melalui tiga turunan
program yaitu Gerakan Literasi Keluarga, Gerakan Literasi Masyarakat dan
Gerakan Literasi Sekolah (Agustian, 2024).
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan inisiatif sosial untuk
mengubah sekolah menjadi pusat pembelajaran di mana seluruh anggotanya
memiliki kemampuan literasi sepanjang hayat. Fokus utama GLS adalah
membiasakan peserta didik untuk membaca. GLS di sekolah dasar terbagi dalam
tiga tahap, yaitu tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Tahap
pembiasaan melibatkan kegiatan membaca buku selama 15 menit setiap hari
secara menyenangkan dan tanpa paksaan. Tahap pengembangan menekankan pada
pemahaman mendalam terhadap bacaan serta pengembangan berpikir kritis dan
kreatif melalui kegiatan seperti menulis ringkasan atau karya kreatif. Sedangkan
tahap pembelajaran berfokus pada meningkatkan literasi di semua mata pelajaran
dengan memanfaatkan materi bacaan ekstra dan teknik membaca yang relevan.
(Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, 2019). GLS merupakan langkah
strategis dalam mengembangkan kebiasaan membaca dan meningkatkan
kemampuan literasi siswa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak hanya mengartikan literasi
sebagai kemampuan menulis dan membaca, tetapi sebagai pengetahuan atau
keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Lebih luas lagi, literasi juga
diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan
pengetahuan untuk kecakapan hidup. (KBBI Daring). Dewasa ini, literasi
mencakup pemahaman terhadap media sosial, numerasi (kemampuan
matematika), literasi digital (kemampuan untuk menggunakan teknologi digital),
dan literasi informasi (kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan
menggunakan informasi secara efektif). Literasi sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, literasi yang baik membantu seseorang berpartisipasi secara aktif
dalam masyarakat, membuat keputusan yang tepat, dan terlibat dalam
pembelajaran sepanjang hayat. Kemampuan literasi yang baik dapat membantu
individu untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang kehidupan.
Miller dan Pennycuff (2008) mengemukakan bahwa metode bercerita
(storytelling) merupakan salah satu strategi efektif untuk meningkatkan literasi
pada anak. Pendekatan ini memiliki berbagai manfaat yang menunjang
perkembangan kognitif dan linguistik anak, antara lain menumbuhkembangkan
minat baca anak, meningkatkan kecakapan berbahasa secara verbal, pemahaman
bacaan secara komprehensif dan juga kemampuan menulis pada anak. Metode
storytelling adalah cara penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan
cerita dongeng yang mencerminkan situasi kehidupan sehari-hari. (Arifin, 2017).
Metode storytelling sangat sesuai diterapkan di sekolah dasar, karena secara alami
siswa di sekolah dasar cenderung senang bermain dan mendengarkan cerita.
Terutama jika cerita tersebut dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajarannya. Metode storytelling dengan cerita rakyat merupakan alat
yang efektif untuk menumbuhkan nilai moral dan kearifan lokal pada anak-anak.
Cerita rakyat menyimpan pesan moral dan pelajaran hidup yang relevan bagi
generasi penerus. Dengan memadukan unsur visual, audio, dan interaksi,
storytelling dengan cerita rakyat mampu membangkitkan imajinasi,
membangkitkan emosi, dan menanamkan nilai-nilai moral secara lebih efektif
kepada para siswa.
SDK Petra Kediri adalah sekolah dasar yang terletak di Kota Kediri.
Berdasarkan hasil observasi awal, diketahui bahwa tingkat literasi siswa di
sekolah ini masih tergolong rendah. Siswa-siswi kelas 2A di SDK Petra Kediri
masih mempunyai kesulitan dalam memahami bacaan, terkhusus pembelajaran
Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dideskripsikan siswa kurang mengetahui isi
dalam cerita seperti: kesulitan memahami kosakata yang terdapat dalam cerita,
kesulitan menarik kesimpulan atau memahami makna cerita dan kurang
mengetahui amanat atau pesan moral yang terkandung dalam cerita, sehingga bisa
dikatakan tidak tuntas khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi awal, diketahui bahwa tingkat literasi siswa di
sekolah ini masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai bahasa Indonesia dan
kurang antusiasmenya siswa dalam mengikuti kegiatan membaca di perpustakaan
sekolah. Banyak siswa yang masih belum mencapai nilai KKM yaitu 80. Siswa
yang sudah mencapai nilai KKM sebanyak 11 siswa dengan persentase 45,83 %
dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 13 siswa dengan persentase
54,16%.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, peneliti ingin
melakukan tindakan lebih lanjut dengan membuat Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang berjudul “Upaya peningkatan kemampuan literasi dan minat
baca siswa melalui metode storytelling cerita rakyat pada siswa kelas 2A di
SDK Petra Kediri.”

2. Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh penerapan metode storytelling cerita rakyat terhadap
peningkatan kemampuan literasi siswa kelas 2A di SDK Petra Kediri?
b. Bagaimana pengaruh penerapan metode storytelling cerita rakyat terhadap
peningkatan minat baca siswa kelas 2A di SDK Petra Kediri?
c. Bagaimana persepsi siswa kelas 2A di SDK Petra Kediri terhadap
penerapan metode storytelling cerita rakyat dalam meningkatkan
kemampuan literasi dan minat baca?

3. Tujuan Penelitian:
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan literasi siswa kelas 2A di SDK Petra Kediri
melalui penerapan metode storytelling cerita rakyat.
b. Meningkatkan minat baca siswa kelas 2A di SDK Petra Kediri melalui
penerapan metode storytelling cerita rakyat.
c. Mengetahui persepsi siswa kelas 2A di SDK Petra Kediri terhadap
penerapan metode storytelling cerita rakyat dalam meningkatkan
kemampuan literasi dan minat baca.

4. Manfaat Penelitian:
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Siswa:
 Meningkatkan kemampuan literasi siswa, termasuk kemampuan
membaca, memahami isi bacaan, dan menganalisis teks.
 Meningkatkan minat baca siswa, sehingga mereka menjadi lebih
terbiasa membaca dan menikmati berbagai jenis bacaan.
 Meningkatkan pengetahuan dan wawasan siswa tentang budaya dan
nilai-nilai luhur bangsa melalui cerita rakyat yang diceritakan.
 Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan berkomunikasi siswa
melalui kegiatan storytelling.
 Mengembangkan kecintaan siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
b. Bagi Guru:
 Memberikan alternatif metode pembelajaran yang inovatif dan menarik
untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa.
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menerapkan
metode storytelling cerita rakyat dalam pembelajaran.
 Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
c. Bagi Sekolah:
 Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
 Meningkatkan citra sekolah sebagai sekolah yang peduli dengan
pengembangan minat baca dan kemampuan literasi siswa.
 Mendukung pencapaian visi dan misi sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.
d. Bagi Masyarakat:
 Meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak, terhadap
cerita rakyat dan karya sastra Indonesia.
 Menjaga dan melestarikan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa melalui
cerita rakyat.
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia melalui
pengembangan kemampuan literasi dan minat baca sejak dini.

Anda mungkin juga menyukai