LP Citra Tubuh

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGGUAN CITRA TUBUH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:
NENG AMALIA LESTIAWATI
NIM: E2214401036

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2024
A. DEFINISI

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal
(Alimul, 2012). Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan
pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.

Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh (Stuart-Laraia, 2005).

Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk struktur dan fungsi
tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan (Stuart dan Laraia, 2005). Gangguan Citra tubuh
adalah kebingungan diri dalam cara memandang dan menerima gambaran tubuh (Nanda, 2005).
Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan secara mental dalam memandang fisik diri sendiri (Nanda,
2008).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
a) Biologis : Penyakit genetik dalam keluarga, Pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak
dan remaja, Anoreksia, bulimia, atau berat badan kurang atau berlebih dari berat badan ideal,
perubahan fisiologi pada kehamilan dan penuaan, pembedahan elektif dan operasi, trauma,
penyakit atau gangguan organ dan fungsi tubuh lain ; Stroke, Kusta, Asthma dan lain-lain,
pengobatan atau kemoterapi, penyalahgunaan obat atau zat ; coccaine, Amphetamine,
Halusinogen dan lain-lain.
b) Psikologis : Gangguan kemampuan verbal, konflik dengan nilai masyarakat, pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, ideal diri tidak realistis.
c) Sosial budaya : Pendidikan masih rendah, masalah dalam pekerjaan, nilai budaya
bertentangan dengan nilai individu, pengalaman sosial yang tidak menyenangkan, kegagalan
peran sosial.

2. Faktor Presipitasi

 Trauma
 Penyakit, kelainan hormonal
 Operasi atau pembedahahan
 Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan ; maturasi
 Perubahan fisiologis tubuh ; kehamilan, penuaan.
 Prosedur medis dan keperawatan ; efek pengobatan ; radioterapi, kemoterapi.
C. SUMBER KOPING
Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
D. MEKANISME KOPING
Ketika mengalami gangguan citra tubuh individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi citra tubuh secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius.
E. RENTANG RESPON
Respon Klien Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Menurut Riyadi (2009), respon pasien terhadap perubahan bentuk atau keterbatasan meliputi
perubahan dalam kebebasan, pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.
• Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
1. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian,
pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau
penerimaan).
2. Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang
berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku
yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
1. Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat
keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri,
menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling
mendukung dengan keluarga.
2. Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa
kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung
atau dengan keras menolak bantuan.
Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
1. Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima
tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
2. Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalan
kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu,
frustrasi, tertekan).
F. TANDA DAN GEJALA
1. Mayor
Subyektif:
 Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
 Perasaan negatif tentang tubuh
Obyektif
 Kehilangan bagian tubuh
 Fungsi/dan struktur tubuh berubah
 Menghindari melihat dan/atau menyentuh tubuh
 Menyembunyikan bagian tubuh2
2. Minor
Subyektif:
 Pandangan pada tubuh berubah (misal: penampilan, struktur, fungsi)
 mengungkapkan perubahan gaya hidup
 Merasa pada reaksi orang lain
 Mengungkapkan perasaan tentang perubahan tubuh (misal: penampilan,struktur, fungsi),
perubahan atau kehilangan
 Menolak mengakui perubahan keinginan bertemu pemuka agama.

Obyektif :

 Fokus berlebihan pada perubahan tubuh


 Kemampuan tubuh beradaptasi dengan lingkungan berubah
 Hubungan sosial berubah
 Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
 Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

G. DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Objektif : Hilangnya bagian tubuh.

a. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsik


b. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
c. Menolak melihat bagian tubuh.
d. Menolak menyentuh bagian tubuh.
e. Aktifitas sosial menurun.

2. Subjektif :

a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.
b. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
c. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
d. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
e. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
f. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Konsep diri : Ideal diri ; tidak realistis, ambisius

4. Sosial budaya :

a. Nilai budaya yang ada di masyarakat.


b. Nilai budaya yang dianut individu
F. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TERJADI
 Gangguan citra tubuh : perubahan bentuk
 Harga diri rendah
 Penyakit fisik
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor, sumber koping yang dimiliki paien. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat pasien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
1. Identitas pasien, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian dan alamat pasien.
2. Keluhan utama/alasan MRS: keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari
orag lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari - hari, dependen.
3. Faktor predisposisi: meliputi kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya, perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba-tiba), perlakuan
orang lain yang tidak menghargai pasien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
4. Aspek fisik /fiologis, meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, nadi, suhu,
Pernapasan, TB, BB dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
5. Aspek Psikososial meliputi:
 Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
 Konsep diri
 Citra tubuh
- Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubahatau tidak menerima perubahan
tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi
negative tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
- Identitas diri, Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
- Peran, Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus
sekolah, PHK
- Ideal diri mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi.
- Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Pasien
mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubungan social dengan orang lain terdekat
dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
- Status mental, Kontak mata pasien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat
memulai pembicaraan, pasien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan perawat.
- Mekanisme koping, Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
- Aspek medik, Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi, ECT, Psikomotor,
therapy okupasional dan rehabilitas
H. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Intervensi Generalis
Tindakan Keperawatan pada Individu

a. Tujuan:

1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.


2) Paien dapat meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
3) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya.
4) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
5) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
6) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
b. Tindakan Keperawatan

1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya ; dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
2) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap, bantu pasien
menyentuh bagian tersebut.
3) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
4) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
5) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
a) Gunakan protesa, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru.
b) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal

6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :

a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari.

b) Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas keluarga dan
sosial.

c) Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran
penting baginya.

d) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a. Tujuan :

1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh.


2) Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
3) Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.
4) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas
keberhasilannya.

b. Tindakan Keperawatan :

1) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
a) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah.
b) Memfasilitasi interaksi di rumah.
c) Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial.
d) Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien.

4) Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan keluarga dalam gangguan
citra tubuh.

5) Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga.

Intervensi Keperawatan

1. Gangguan citra tubuh

Tujuan :

 Klien mampu mengenal bagian tubuh yang sehat dan yang

terganggu atau sakit

 Klien mampu mengetahui cara mengatasi gangguan citra tubuh

 Klien mampu mengafirmasi bagian tubuh yang sehat

 Klien mampu melatih dan menggunakan bagian tubuh yang sehat

 Klien mampu merawat dan melatih bagian tubuh yang terganggu

 Klien mampu mengevaluasi manfaat yang telah dirasakan dari

bagian tubuh yang terganggu

 Klien mampu mengevaluasi manfaat bagian tubuh yang masih

sehat

 Klien mampu merasakan manfaat latihan pada bagian tubuh yang

terganggu Tindakan :

a. Kaji tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemampuan klien mengatasinya.

b. Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat gangguan citra tubuh

c. Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien terhadap citra

tubuhnya
d. Menjelaskan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada ibu

hamil

e. Motivasi klien untuk merawat dan meningkatkan citra tubuh

seperti : menggunakan make up dan skincare untuk wajah yang

berjerawat.

f. Motivasiklienuntukmelakukanlatihanmeningkatkancitratubuh

sesuai jadwal dan beri pujian.

2. Koping tidak efektif

Tujuan :

 Klien mampu mengetahui perubahan kondisi kesehatan dan

kemampuannya mengatasi perubahan

 Klien mampu mengetahui pengertian tanda dan gejala penyebab

serta akibat dari ketidakefektifan koping

 Klien mampu mengetahui cara mengatasi ketidakefektifan koping

 Klien mampu mengatasi masalah secara bertahap

 Klien mampu menggunakan sumber/daya sistem pendukung dalam

mengatasi masalah

 Klien mampu merasakan manfaat latihan yang dilakukan

 Klien mampu mengembangkan koping yang efektif klien mampu

merasakan manfaat sistem pendukung Tindakan :

a. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan koping

b. Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping

c. Diskusikankoping(upayaataucara)mengatasimasalahpadamasa

lalu
d. Koping (upaya) yang berhasil dan tidak berhasil. Berikan pujian

e. Pemanfaatansumberdayaatausistempendukungdalammengatasi

masalah

f. Latihan menggunakan upaya menyelesaikan masalah saat ini

3.dengan menggunakan cara lama yang berhasil atau cara baru.

 Buat daftar masalah yang dihadapi

 Buat daftar cara (lama dan baru) yang akan digunakan

 Pilih, latih, dan jadwalkan cara yang akan digunakan untuk

masalah yang dihadapi

 Evaluasi hasil jika berhasil dibudidayakan jika kurang berhasil

dipilih cara lain pada daftar cara nomor kedua

g. Latih menggunakan sistem pendukung yang teratur

h. Berimotivasidanpujianataskeberhasilanklienmengatasimasalah

Harga Diri Rendah

Tujuan :

 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi

yang terapeutik

 Klien mampu mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang

di miliki klien, keluarga dan lingkungan

 Klien mampu menilai kemampuan yang dimiliki untuk

dilaksanakan

 Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan

kemampuan

 Melatih klien kegiatan yang dipilih sesuai rencana yang dibuat sesuai kemampuan klien
2.2.4 Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Stuart, Keliat &
Pasaribu, 2016)

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1: persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2: intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan: independen, dependen, dan interdependen.

Tahap 3: dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

2.2.5 Evaluasi

Keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Perencanaan evaluasi memuat criteria
keberhasilan proses dan Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut: 1) Proses
asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.

2) Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam
rencana evaluasi.

Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1) Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan criteria yang
telah di tetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.

3) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
2. Stuart, G. W., Sundeen, JS., 1998, Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih bahasa:
Achir Yaniedisi III. Jakarta : EGC
3. Keliat, Farida Kusumawat., 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba
Medika.
4. Keliat, B.A. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa:
CMHN.Jakarta: EGC
5. Sunaryo, (2014). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
6. Stuart, G. W., Sundeen, JS., 1998, Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih bahasa:
Achir Yaniedisi III. Jakarta : EGC

https://id.scribd.com/document/548907614/LP-Gangguan-Citra-Tubuh

Anda mungkin juga menyukai