2 C 800 D

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Pengantar

Booklet Kampanye Politik di Era Digital

Booklet Kampanye digital 4.0 yang anda baca saat ini adalah bagian dari
pengalaman dan riset penulis selama tahun 2014 hingga 2018. Sejak tahun
4 tahun lalu, penulis mencoba untuk mengembangkan strategi konten
visual untuk komunikasi publik dan politik dengan mendirikan studio kreatif
bernama Poligrabs. Dalam perjalanannya, Poligrabs telah bekerjasama
dengan berbagi media, lembaga publik dan swasta untuk menguji
kualitas karya konten visualnya.

Booklet kampanye digital 4.0 ini dibagi menjadi 3 booklet yaitu; booklet
pertama dengan judul “Interupsi!” yang dirilis pada bulan September 2018
akan membahas landasan pemahaman tentang kampanye politik digital.
Booklet kedua dengan judul “Simulasi” yang dirilis pada bulan Oktober 2018
akan membahas tentang bagaimana membentuk tim siber untuk kampanye
digital dan bagaimana merancang aktivitas tim siber pada kampanye politik
digital. Booklet ketiga dengan judul “Virtual selalu visual” akan membahas
tentang jenis dan teknik perancangan konten kreatif kampanye politik digital.
Booklet kampanye digital 4.0 ini disebarkan secara gratis untuk tujuan
pendidikan politik dan dapat di unduh pada website Poligrabs Studio.
Daftar Isi 1 Disrupsi Digital Pada
Kampanye Politik
Booklet Kampanye
Politik di Era Digital
3 Kampanye Politik Digital
Sekarang dan Masa Depan

5 Kampanye Politik 4.0:


Perbedaan Dua Model
Kampanye

8 Kampanye Politik 4.0:


Dari Mana Kita Mulai?

10 3 Kesalahan
Kampanye Politik di Media Sosial

12
Kampanye Politik 4.0:
Motivasi atau konversi Konversi
Pemilih Kampanye Digital
INTERUPSI
Kampanye Politik di
Era Digital
Disrupsi Digital Dari Jokowi ke Ridwan Kamil,
Kembali ke Jokowi
Pada Kampanye Keberhasilan kampanye politik Barrack
Obama menggunakan media sosial di

Politik Amerika Serikat pada tahun 2008


mendorong adaptasi strategi kampanye
politik di seluruh dunia, termasuk di Indone-
sia. Pada tahun 2012, kampanye Jokowi-Ahok
“Media sosial dapat berlaku memanfaatkan media sosial dengan konten
kreatifnya berhasil menarik minat memilih
seperti media konvensional para pemilih muda dan pemula yang diidenti-
sekaligus sebagai media fikasi sebagai swing voters.

personal yang mengintervensi Keberhasilan ini kemudian diulang


ruang-ruang privat.” kembali pada kampanye Ridwan
Kamil – Oded M. Danial pada tahun 2013
yang tidak hanya menggunakan media
konvensional yang well designed, tapi juga
Sejak tahun 2012, kampanye politik
konten digital kreatif yang disebar melalui
telah memasuki era baru pada lapan-
berbagai channel. Aktivitas kampanye
gan strategi. Kampanye politik tidak
digital terbesar di Indonesia tentu saja
lagi beredar di lapangan konvensional
dapat dilihat dari Pilpres 2014. Masing-
memenuhi ruang-ruang publik
masing kandidat baik Jokowi-JK maupun
namun juga mengintervensi ruang
Prabowo-Hatta memanfaatkan metode
privat melalui gawai elektronik.
konvensional melalui partai politik dan
Adaptasi kampanye politik pada ruang
jaringan pendukung dan survey secara
digital terutama mampu melakukan
door-to-door, kampanye kreatif dan
disrupsi pada ruang-ruang privat dan
branding politik melalui simbol kemeja
menyentuh sisi emosional pemilih
kotak-kotak dan garuda merah, sekaligus
melalui berbagai konten kreatifnya,
kampanye digital melalui website, channel
sehingga
resmi media sosial, bahkan buzzer untuk
mengepung opini pemilih.

1
Media Baru Kemudahan akses dan inovasi dari media Segmen inilah yang biasa disebut sebagai
Memahami kampanye digital perlu sosial memungkinkan pemanfaatannya generasi milenial dan generasi Z. Mereka
didahului dengan memahami operasi media berkembang dari sekedar media interaksi terbiasa dengan berinteraksi di media sosial,
sosial sebagai media baru di era industri 4.0. sosial menjadi media komersial bahkan me- menggunakan berbagai alat elektronik yang
Media sosial bergerak lebih cair dari media dia politik yang menghubungkan kelompok terintegrasi dengan internet, melakukan pem-
konvensional yang cenderung kaku dengan satu dengan yang lainnya berdasarkan ke- belian online, bahkan mengandalkan search
satu saluran utama. Hal ini disebabkan oleh samaan minat. Saat ini, penggunaan media engine seperti Google, Bing, dan lainnya
keterbukaan peluang untuk berinteraksi sosial sebagai instrumen marketing sudah sebagai sumber referensi. Aktivitas mereka
melalui kolom komentar, mengekspresikan menjadi kewajiban bagi para pelaku bisnis, memungkinkan pesebaran informasi lebih
suka dan tidak suka melalui tombol like atau pemerintah sekalipun tidak mau keting- cepat dan luas melampui batas geografis dan
love, dan membagikan konten yang dianggap galan dengan memanfaatkannya sebagai demografis.
penting melalui tombol share. Lebih dari itu, instrumen komunikasi publik. Bahkan be- Lekatnya segmen ini dengan media barumen-
media sosial dapat diakses oleh siapa saja berapa partai politik dan organisasi politik ciptakan peluang komunikasi baru yang men-
tanpa terkecuali hanya dengan akses internet mulai menggunakan media sosial sebagai jadi kunci keberhasilan utama dari kampanye
dan gawai yang bisa diakses kapanpun di saluran komunikasi politiknya, tanpa harus politik digital yaitu pesebaran konten kampa-
manapun. bergantung pada exposure media konven- nye kreatif melalui berbagai platform digital
sional yang mahal. yang mampu menciptakan motivasi pemilih.
Berbeda dengan media konvensional yang
berada di ruang publik, media sosial dapat
berlaku seperti media konvensional sekaligus Segmentasi Baru
sebagai media personal yang menginterven- Intervensi media sosial pada lansekap sosial Perubahan strategi kampanye dalam
si ruang-ruang privat. Disrupsi media sosial ini dilatari oleh masuknya segmentasi baru lansekap politik adalah kepastian yang
sebagai media baru tidak berhenti di sini, dalam ranah komunikasi. Segmentasi ini mun- tidak dapat dihindarkan. Perubahan
persaingan antar platform media sosial mela- cul setelah masifenya penggunaan internet strategi tersebut adalah buah dari
hirkan berbagai inovasi yang semakin hari dan lahirnya budaya layar ketika semua orang perubahan fundamental pada masyarakat
semakin mengintegrasikan penggunanya da- berinteraksi dengan berbagai layar dari de- di era revolusi industri 4.0 yang meng-
lam satu platform yang multi-purpose. Bukan pan meja maupun dalam genggaman. Selain hasilkan perubahan sosial dan perubahan
hanya persoalan posting, media sosial saat itu, penetrasi jaringan internet yang semakin ekonomi. Oleh karena itu, ketajaman
ini dilengkapi dengan berbagai fitur interaktif luas, dipadu dengan murahnya harga smart- observasi, fleksibilitas strategi dan
seperti pertanyaan kepada audience, polling phone dan berbagai promosi provider juga keberanian bereksperimen menjadi kunci
atau jajak pendapat, live TV untuk publikasi ikut melatari kelahiran segmen ini. keberhasilan kampanye politik digital di
pribadi, chatroom bahkan survey meter untuk era industrial 4.0.
mengukur minat secara kualitatif.
2
Berbagai konten kreatif dengan berbagai
Kampanye Politik format tersebar di media sosial dan internet
untuk menyentuh sisi emosional audience
Digital Sekarang dan meraih dukungan. Sirkulasi informasi ini
juga membentuk ekspektasi dan imaji
dan Masa Depan pemilih tentang para kandidat.

Segmentasi Baru, Budaya Layar


“Sirkulasi informasi dan Media Baru
Segmentasi baru ini dikategorikan berdasar-
membentuk ekspektasi kan pendekatan generasi yang populer di
dan imaji pemilih tentang ranah marketing dan kini merasuk dalam
segmentasi politik. Pada segmentasi ini,
para kandidat”
Masyarakat dipilah berdasarkan generasi
seperti gen Z (15-24 tahun), milenial (25-
35 tahun), gen X (36-45 tahun) dan baby
boomer (46-55 tahun). Pemilahan generasi
ini dideduksi berdasarkan familiaritas dan in-
Perubahan Interaksi dan Komunikasi
teraksi tiap generasi dengan teknologi digital
di Era Industrial 4.0 Hadirnya revolusi
terutama teknologi informasi.
teknologi komunikasi dengan jaringan
Segmentasi ini sangat penting dalam ranah
internet telah mengubah cara kita
perancangan komunikasi kampanye karena
berinteraksi dan berkomunikasi secara
menentukan medium atau platform media
drastis. Seiring dengan membaiknya
yang digunakan dan konten informasi yang
jaringan internet, akses informasi semakin
akan disebarkan. Pendekatan ini juga ter-
terbuka dan sirkulasi informasipun semakin
hubung dengan screen culture yang meram-
cepat. Perubahan ini juga mengubah
bah generasi muda ketika mereka berinterak-
kebiasaan masyarakat dalam menerima dan
si rutin dengan mengakses informasi melalui
merespon informasi, begitupun juga dalam
beberapa layar sekaligus (TV, laptop, tablet,
konteks informasi politik. Seorang kandidat
dan smartphone).
dalam suatu kampanye politik mendapatkan
popularitas dan dukungan melalui media
sosial berbasis internet.

3
Media baru seperti media sosial, baik yang Kampanye Politik Digital
Pada tahun 2018 ini saja aktvitas
berbasis teks (Twitter), visual (Instagram Pada konteks politik dan pemerintahan, me-
kampanye digital melalui berbagai
dan Facebook), dan video (Youtube) telah dia sosial sebagai media baru telah menam-
platform sudah menjadi hal yang lazim
digunakan secara massive untuk mere- pakkan pengaruhnya secara nyata. Keberhas-
untuk dilakukan di ranah politik.
spon segmentasi baru ini. Brand, korporat, ilan politisi meraih dukungan publik seperti
Sirkulasi opini dan pembentukan imaji
pemerintah, bahkan media massa tidak yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo,
berhasil membentuk ekspektasi pemilih
luput dari perubahan dan terus beradaptasi Prabowo Subianto, Mahfud MD, Ridwan
para kandidiat popular. Kondisi ini
untuk memanfaatkan kemunculan media Kamil dan masih banyak nama lain yang juga
akan semakin berkembang di masa de-
baru ini. dilandasi oleh ketajaman strategi kampanye
pan dan bukan tidak mungkin kampa-
Dampak media baru selama masa transisi digital. Lembaga pemerintahan di tingkat
nye-kampanye lapangan akan tergusur
tentu saja pro dan kontra. Pada lapangan pusat maupun daerah memanfaatkan media
oleh aktivitas kampanye digital.
politik, media baru sukses meningkatkan sosial seperti Twitter, Instagram dan Face-
Kampanye digital dalam politik yang
partisipasi politik generasi muda. Namun book untuk melakukan komunikasi kebijakan
telah digunakan sejak tahun 2012
dampak negatifnya adalah menyebarnya dan mengumpulkan aspirasi publik.
sudah menunjukkan keberhasilan dan
informasi palsu (hoax) yang mengganggu Aktivitas ini melibatkan perancangan komuni-
melahirkan tokoh-tokoh politik yang
stabilitas opini publik. kasi dengan segmentasi baru dan perancan-
mampu memimpin opini publik. Pada
gan konten kreatif yang informatif dan minim
tahun politik 2018-2019 kampanye
bias seperti infografis. Selain itu, para politisi
Kampanye Politik Digital digital akan semakin massive meng-
juga secara aktif membangun branding poli-
Pada konteks politik dan pemerintahan, me- gunakan berbagai platform untuk
tik menggunakan media sosial dan berinter-
dia sosial sebagai media baru telah menam- merebut suara pemilih pemula dan
aksi dengan para pendukungnya. Bahkan saat
pakkan pengaruhnya secara nyata. Keberhas- pemilih muda. Bayangkan apa yang
ini, partai politik ikut aktif menggunakan me-
ilan politisi meraih dukungan publik seperti akan terjadi pada momentum politik
dia sosial untuk melakukan komunikasi politik
yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, di masa depan, ketika segmen milen-
seperti mengabarkan aktivitas, menyebarkan
Prabowo Subianto, Mahfud MD, Ridwan ial dan gen Z semakin membesar dan
gagasan, dan mengenalkan kader-kader ter-
Kamil dan masih banyak nama lain yang juga intervensi digital semakin mendalam
baiknya kepada khalayak (netizen).
dilandasi oleh ketajaman strategi kampanye di masyarakat pada momentum politik
digital. Lembaga pemerintahan di tingkat nasional 2023-2024. Jika para politisi
pusat maupun daerah memanfaatkan media belum menyadari urgensi kampanye
sosial seperti Twitter, Instagram dan Face- digital saat ini, maka dipastikan mer-
book untuk melakukan komunikasi kebijakan eka akan tergagap-gagap menghadapi
dan mengumpulkan aspirasi publik. masa depan.

4
Kampanye Politik
4.0: Perbedaan Dua
Model Kampanye
“Sayangnya, tidak
semua daerah memiliki
infrastruktur yang mapan
dan interaksi aktif di media
sosial berbasis digital.”

Perubahan tren kampanye politik sejak tahun


2012 dengan intervensi strategi media sosial
berbasis internet pada aktivitas politik
mendorong perubahan yang serupa pada
kampanye-kampanye politik berikutnya, begi-
tupun juga dengan perilaku para kandidat di Perbedaan Kampanye Politik
dunia maya. Aktivitas komunikasi politik baik Konvensional dan Digital
secara personal maupun kelembagaan juga Kampanye digital secara prinsip serupa dengan kampanye konvensional pada umum-
terjadi di dunia maya. Namun, migrasi ini nya. Karena, kampanye digital adalah aktivitas kampanye dengan tujuan memengaruhi
tidak dapat digeneralisasi karena masih atau mengubah perilaku audiens yang dilakukan di ranah dunia maya dengan bantuan
banyak daerah yang tidak memiliki atau teknologi digital. Kesamaan ini juga yang membuatnya memiliki persyaratan yang serupa
belum memiliki akses maksimal terhadap yaitu; strategi kampanye, struktur kampanye, dan tema atau konten kampanye. Ketiganya
internet. Oleh karena itu kampanye lapangan berlaku berdasarkan alur (flow), mengikuti bentuk (format) tertentu untuk menciptakan
yang konvensional juga masih menjadi konsistensi dan perencanaan (formulasi) strategis maupun taktis yang mampu mengikuti
bagian penting dalam kampanye politik. respon audiens.

5
Perbedaan yang muncul antara keduanya berasal dari detail strategi, teknik perancangan dan sirkulasi konten. Kampanye digital yang berbasis
media sosial internet dalam konteks politik pemilu terutama muncul sebagai respon dari perubahan familiaritas media yang digunakan oleh
generasi muda atau yang biasa disebut milenial. Sedangkan kampanye konvensional merupakan aktivitas mandatory untuk mengenalkan isu,
program ataupun tokoh. Berikut kami mencatat beberapa perbedaan dari kedua kampanye tersebut;

Digital Konvensional
Segmentasi Milenial (25-35) Semua Umur
Gen Z (17-24)

Media Berbasis internet: Media sosial, website, ap- Media massa : koran, majalah, televisi, radio
likasi, e-news Cetak: Spanduk, Baligo, Leaflet, Poster, merchan-
dise lainnya

Ruang Kampanye Personal (via smartphone pribadi) Publik

Orientasi Pengenalan persona, program, opini dan inten- Pengenalan nama, penanda wilayah (canvassing),
sitas komunikasi personal. leaflet program dan ajakan memilih.

Organisasi Sedikit orang, 10-20 orang tergantung cak- Banyak orang, Mengikuti jumlah TPS dan mobil-
upan wilayah isasi relawan

Gaya Komunikasi Professional, casual, emosional, komunikasi Professional, formal, komunikasi satu arah.
dua arah.

Anggaran Relatif murah, bergantung pada jumlah, varian Relative mahal mengikuti harga cetak, harga
konten, jasa maintenance dan iklan. Kampanye sewa tempat, akomodasi dan operasional lapan-
digital memanfaatkan platform digital gratis gan.Eksposure media massa memiliki harga yang
(freemium). beragam di pusat atau daerah.
Belanja iklan di media massa akan bergantung
pada penempatan, waktu pilihan/slot iklan,
durasi dan permintaan.

Pengukuran Kinerja Tampil dalam statistic insight platform media Kampanye lapangan tidak dapat diukur dengan
yang digunakan berupa jumlah pengikut/teman mudah karena tidak ada alat ukurnya kecuali
akun, interest dan interaksi akun dengan akun jumlah alat peraga yang dibagikan.
audiens. Eksposure media massa dapat diukur dari jumlah
penonton (TV), pendengar (radio), dan oplah
(koran).

6
Jika dilihat dalam tabel tersebut kampanye digital berpotensi meng-
hasilkan dampak yang besar. Sayangnya, tidak semua daerah memi- Perbedaan di atas tidak mengeliminasi pentingnya kampanye
liki infrastruktur yang mapan seperti jaringan internet, pengguna konvensional karena tidak ada satupun strategi kampanye yang
smartphone dan media sosial yang sangat besar dan interaksi aktif di efektif untuk semua. Kombinasi antara kedua kampanye ini
media sosial. Belum lagi suprastruktur kampanye digital yang masih sangat diperlukan untuk mengimbangi dinamika lapangan yang
terbatas seperti tim yang berpengalaman, terorganisir dengan baik terjadi pada masa kampanye politik. Selain itu, sebagaimana
dan kreatif. Sehingga, kampanye digital seringkali tidak dilakukan kampanye konvensional, kampanye digital pun memiliki bias
oleh internal partai politik melainkan menggunakan jasa pihak ketiga dan permasalahan tersendiri. Oleh karena itu, dalam konteks
seperti konsultan atau agency. kampanye 4.0 kandidat memerlukan pertimbangan yang akurat
dan alokasi anggaran dengan tepat berdasarkan prioritasnya.

7
Kampanye Politik
4.0: Dari Mana Kita
Mulai?

“Seringkali pembentukan
tim malah membuat
blunder karena kesalahan
posting ataupun komentar
yang tidak pantas.”

Bagi mereka yang baru memasuki gelang- ataupun menyulut pertengkaran dengan hanya berupa relawan sambil lalu yang
gang kampanye digital baik yang baru politisi lain. Pada masa tenang atau bukan juga memahami media sosial hanya dalam
memulai aktivitas politik ataupun yang terlalu masa kampanye, hal ini memang biasa terjadi kategori penggunaan personal. Seringkali
senior dalam aktivitas politik, urusan digital dan tidak terlalu memiliki pengaruh. Berbeda pembentukan tim malah membuat blunder
seringkali dianggap urusan sepele. Wajar saja, hal dengan pada masa kampanye, setiap post karena kesalahan posting ataupun komentar
karena cukup dengan posting gambar atau bisa melahirkan dukungan, cercaan bahkan yang tidak pantas. Oleh karena itu, saya akan
video dan membubuhi kata-kata sekehendak gugatan hukum yang dimanfaatkan oleh kom- membedah tiga hal yang perlu dipersiapkan
hati dalam 1-2 menit sebuah unggahan media petitor. Upaya menghindari konflik dengan oleh kandidat sebelum melakukan kampanye
sosial sudah bisa dilakukan, tanpa memerlu- membentuk tim kampanye digital juga sering di media digital.
kan bantuan. Namun, familiaritas ini juga yang dilakukan oleh kandidat. Sayangnya, karena
menjadikan para praktisi politik malah terjeb- terlanjur menyepelekan dampak sirkulasi opi-
ak di dalamnya sehingga mengeluarkan kata ni dunia maya dan tidak memahami manfaat
yang tidak pantas, menyebar informasi palsu kampanye digital, tim yang dibentuk

8
3 Prasyarat dalam pelaksanaan
kampanye politik digital

Pertama, Infrastruktur Kampanye. Kedua, Suprastruktur Kampanye. Ketiga, Aktivitas Kampanye.

Sebagaimana kampanye lapangan, kampa- Dikarenakan kampanye adalah tindakan Sebagai tindakan terencana, kampanye
nye digital membutuhkan infrastruktur digital komunikasi massa terorganisir dan terencana, digital perlu menyusun aktivitas kampanye
sebagai landasannya. Infrastruktur kampanye maka kampanye digital juga membutuh- secara efektif dan efisien sekaligus respon-
digital meliputi; kan suprastruktur kampanye sebagai motor sif. Aktivitas utama dalam kampanye digital
penggeraknya. Suprastruktur kampanye meliputi;
1. Website kandidat sebagai sumber digital meliputi;
informasi utama 1. Membangun audience digital
1. Strategi komunikasi kampanye yang
2. Akun laman Facebook yang memberi merancang pesan solid dan konsisten 2. Melakukan sirkulasi informasi
informasi kandidat sebagai politisi
2. Tim digital untuk mengelola dan 3. Merespon dan berinteraksi dengan
3. Akun Instagram bisnis yang dapat memastikan penyebaran sirkulasi konten audience
memberikan laporan statistic dan insight
3. Konten kreatif untuk menarik perhatian 4. Membuat konten kreatif yang mampu
4. Akun group chat untuk menyebar konten audience dan sirkulasi opini merepresentasikan nilai kandidat

Ketiga hal diatas merupakan prasyarat dalam pelaksa-


naan kampanye politik digital, tanpa ketiga hal tersebut
kampanye digital tidak akan memiliki dampak yang
berarti. Pada prinsipnya, mengelola kampanye digital
memiliki kemiripan dengan mengelola kampanye lapan-
gan yang membutuhkan perencanaan, alat, dan struktur.
Perbedaannya adalah sirkulasi pesan yang sangat cepat,
sehingga dibutuhkan tim yang mumpuni.

9
3 Kesalahan
Kampanye Politik di
Media Sosial

“Pada prakteknya kampanye


ini melibatkan perencanaan
dan pengelolaan yang
professional untuk
mendapatkan dampak
yang maksimal.”

Saat ini sudah lazim bagi kandidat politik baik


Berdasarkan pengamatan kami, inilah tiga kesalahan yang sering dilakukan oleh akun
eksekutif maupun legislative memiliki akun
kandidat politik di media sosial.
media sosial yang digunakan sebagai media
kampanye. Sayangnya dari sekian banyak
akun politisi di media sosial, sangat sedikit
1. Tidak membedakan akun personal
yang memiliki dampak. Hal ini disebabkan
Politisi biasanya menggunakan akun personal sebagai akun kampanyenya dalam satu
oleh kecenderungan para politisi yang men-
momentum politik. Sayangnya, tindakan ini memiliki dampak yang buruk karena tidak
ganggap kampanye politik di media sosial itu
mempertimbangkan provasi dan aktivitas competitor politik yang akan mencoba mengak-
mudah dan sekedar posting, tanpa memper-
sis jejak digitalnya. Selain itu, aktivitas yang dimuat seringkali bercampur dengan aktivitas
timbangkan nilai informasi yang disebarkan.
pribadi yang tidak berkaitan dengan politik dan kadang berisi isu sensitive. Oleh karena itu,
kandidat politik seharusnya memiliki dua akun yang berbeda yaitu akun personal dan akun
professional.

10
2. Tidak komunikatif Pentingnya pengelola kampanye
digital professional
Sosial media pada dasarnya adalah instru- Kampanye digital secara struktur sama
ment komunikasi yang intensif antar penggu- dengan kampanye konvensional namun
Kampanye digital melalui media sosial
na, interaksi dapat dilakukan melalui berbagai diselenggarakan di ruang-ruang digital.
memang terlihat mudah, namun pada prak-
fitur, dari tombol like/love, share hingga Pelaku kampanye tetap membutuhkan
teknya kampanye ini melibatkan perencanaan
kolom komentar dan chat. Seringkali, politi- strategi, metode dan struktur yang
dan pengelolaan yang professional untuk
si yang menggunakan media sosial sebagai tepat untuk mengelolanya. Oleh karena
mendapatkan dampak yang maksimal.
instrument kampanye melupakan unsur ini itu, praktek kampanye digital harus
Pengetahuan mengenai seluk beluk media
dan hanya melakukan posting dan berburu disinkronisasi dengan aktivitas kam-
sosial dan penggunaan fitur-fiturnya yang
jumlah follower tanpa memerdulikan respon panye lapangan untuk mencapai hasil
paling mutakhir, kemampuan komunikasi dan
audience. Padahal, unsur inilah yang paling yang maksimal.
konsistensi pesan menjadi syarat utama pen-
penting dari aktivitas media sosial. gelolaan media sosial. Selain itu kreativitas,
estetika dan perancangan pesan dalam
bentuk konten digital yang mampu
3. Tidak memiliki konten kreatif menyentuh sisi emosional audience juga ber-
peran penting dalam kampanye digital.
Terakhir namun paling fatal adalah konten
yang disebarkan melalui media sosial.
Seringkali postingan politisi di media sosial
adalah tentang aktivitas pribadi atau sosial-
nya, persoalannya adalah aktivitas ini tidak
terkurasi dengan baik. Kasus seperti konten
visual tidak sesuai dengan caption atau lebih
banyak mengekspose penampilan dan pose
kandidat tanpa pesan apapun membuat
audience kehilangan simpati pada kandi-
dat. Bukannya tersebar dan meraup respon
positif, postingan kandidat malah dianggap
klise oleh audience bahkan jika terlalu fatal
malah berbalik menjadi isu negative yang
menyerang kandidat.

11
Tidak dapat dipungkiri bahwa kampanye
Kampanye Politik digital adalah inovasi terbaru dalam kampanye
politik. Model kampanye digital ini mengubah
4.0: Motivasi atau banyak elemen dari kampanye konvensional
dengan rotasi yang lebih cepat dan tim yang
konversi memiliki keterampilan baru. Bagi para politisi
yang sedang berkampanye, setiap perubahan
Konversi Pemilih memengaruhi pertimbangannya dan tentunya
berkaitan dengan sebesar apa dampak yang
Kampanye Digital akan mereka terima. Maka tidak heran sering-
kali muncul pertanyaan, apakah kampanye
digital menghasilkan pemilih, berapa banyak
pemilih yang dihasilkan dari kampanye ini,
“Persuasi bukan efektif atau tidak kampanye digital, atau malah
transaksi sehingga menambah biaya politik.

efektifitasnya Pertanyaan ini tentunya sulit untuk dijawab


sangat bergantung oleh para penganjur kampanye digital yang
biasanya berlatar belakang dari digital market-
pada pesan dan cara ing agency. Untuk meringkasnya, para pen-
membawakan pesan ganjur ini akan menganalogikan pada brand
produk tertentu yang telah berhasil melak-
terhadap khalayak sanakan kampanye marketing digitalnya.
yang dituju.” Tentunya hal ini makin membuat politis ragu,
karena politisi sadar betul kalau dirinya bukan
produk dan ia tidak sedang berjualan, lagip-
ula barang apa yang dijual dari politik. Oleh
karena itu, kami akan menjawab pertanyaan
ini dalam perspektif politik, bukan perspektif
marketing ataupun bisnis.

12
Kembali ke Tujuan Kampanye
Dalam studi komunikasi, Rogers dan Storey
(1987) mendefinisikan kampanye sebagai
“Serangkaian tindakan komunikasi yang
terencana dengan tujuan untuk menciptakan
efek tertentu pada sejumlah besar khalayak
yang dilakukan secara berkelanjutan pada
kurun waktu tertentu” (Venus, 2004:7). Kam-
panye sejak dalam konsepnya tidak pernah
menjanjikan perubahan langsung melain-
kan dampak yang dibatasi pada khalayak
tertentu. Selain itu, untuk mencapai tujuan,
kampanye memiliki syarat yaitu harus berupa
tindakan terencana yang dilakukan secara
berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan utama kampanye adalah memen-
garuhi khalayak dan mengubah tindakan,
sementara otoritas perubahan tetap berada
di tangan khalayak. Sebagaimana kampanye konvensional, kampanye digital tidak menjamin
terjadinya konversi pemilih. Konversi hanya dimungkinkan oleh penerimaan
pesan oleh khalayak, dan bergantung pada metode dan alat yang digunakan.
Persuasi Bukan Transaksi Sedangkan penerimaan pesan bergantung pada perancangan komunikasi dan
Sebagai tindakan komunikasi terencana, intensitas penyampaiannya. Oleh karena itu, sebelum memutuskan
kampanye bukanlah transaksi langsung yang bagaimana melakukan kampanye ada baiknya kita memahami apa dan untuk
dapat memberikan hasil secara cepat. Kam- apa kampanye dilakukan.
panye menggunakan pendekatan persuasi
bukan transaksi sehingga efektifitasnya
sangat bergantung pada pesan dan cara
membawakan pesan terhadap khalayak yang
dituju. Hal ini juga terjadi dalam kampanye
konvensional dan digital. Khalayak, pesan,
metode dan instrumennya lah yang menentu-
kan keberhasilan.

13
FAKTA UNIK
KAMPANYE
POLITIK
DIGITAL
sumber : https://thediplomat.com/2018/01/politics-in-indonesia-its-bussines-as-usual/ (diakses pada 4 september 2018)
sumber : twitter.com (diakses pada 4 september 2018)
sumber : twitter.com, Instagram.com, faebook.com (diakses pada 4 september 2018)
sumber : hashtracking.com (diakses pada 2 september 2018)
Rolip Saptamaji

Penulis adalah Creative Director dari Poligrabs Studio. Ia telah menyelesaikan


studi pada tahun 2014 sebagai Magister Ilmu Politik di Universitas Padjadjaran
(Unpad). Penulis adalah pendiri Forum Studi Ilmu Politik Unpad (2012-2014),
sempat menjadi kolumnis pada kolom analisa politik di Harian Pikiran Rakyat
(2012-2015). Fokus terhadap ilmu politik, membuat penulis sempat terlibat
sebagai konsultan dalam kampanye Legislatif dan Presiden di tahun 2014.
Poligrabs Studio

Poligrabs Studio, berdiri sejak 2014, studio kreatif yang mengutamakan desain infor-
masi dalam meramu dan merancang infografis, untuk kebutuhan kreatif dan digital.
Sejak kali pertama berdiri, Poligrabs telah berkecimpung ke dunia edukasi politik dan
mengolaborasikannya dengan desain informasi. Bekerja sama dengan Kompas TV,
Poligrabs merancang infografis untuk edukasi pemilih pada program Indonesia Satu
pada tahun 2014 dan turut berkontribusi menjadi pelatih workshop dalam workshop
Konten Informasi Digital (KIDi) bersama Kemkominfo dan Media Indonesia pada 2016
lalu. Hal tersebut membuat Poligrabs kembali dipercaya oleh Kompas Gramedia untuk
turut berperan pada program Rumah Pilkada melalui infografisnya pada bulan Juni
2018 lalu.

Alamat
Jl. Cigadung Raya Barat No. 15 Bandung
West Java, Indonesia
Email
[email protected]

Telpon
022 2045 4551

Website
poligrabs.com
Daftar Pustaka Diana Saco, 2002, Cybering Democracy: Public Space and the Internet, University of
Minnesota Press, London.
Booklet Kampanye Politik di A.E Priyono, dkk, 2012, Media Sosial, Alat Gerakan Sipil, Ruas, Depok
Era Digital Edisi 1
Krishna Sen, David Hill, 2010, Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia:
Decade of Democracy, Routledge.

Andrea Ceron, Luigi Curini, Stefano Maria Iacus, 2017, Politics and Big Data: Nowcast-
ing and Forecasting Elections with Social Media, Routledge.

CSIS, 2017, Ada Apa dengan Milenial: Paparan Survei nasional csis mengenai orientasi
ekonomi sosial dan politik generasi milenial indonesia, Jakarta

Fayakhun Andriadi, 2017, Partisipasi Politik Virtual: Demokrasi Netizen di Indonesia,


RM Books, Jakarta.

www.intrans.id. Digital political review Indonesian (Diakses pada Juni 2018)

www.databoks.katadata.co.id. Piramida penduduk indonesia masuk tipe ekspansive


(Diakses pada Agustus 2018)

www.news.detik.com. Selamat dating perang hashtag (Diakses pada Agustus 2018)

www.wearesocial.com. Global digital report 2018 (Diakses pada Juni 2018)

www.idntimes.com. Tahun 2020 generasi millennial akan mengubah indonesia (Diak-


ses pada Agustus 2018)

www.theconversation.com. Global series: Politics in the age of social media (Diakses


pada Februari 2018)
www.apc.org. Inside information society: Politics and social media (Diakses pada Juni
2018)
www.martenscentre.eu. Social media and politics power political influence (Diakses
pada Juni 2018)
www.poligrabs.com

Anda mungkin juga menyukai