Sap Kelompok 1 TBC Paru
Sap Kelompok 1 TBC Paru
Sap Kelompok 1 TBC Paru
(SAP)
TUBERKULOSIS PARU
Dosen Pengampu:
Dr. Ns. Putri Dafriani, M.Sc
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis,
M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang
terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.1 Hingga saat ini,
Tuberkulosis tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang masuk dalam Millennium
Development Goals (MDGs). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih terus menggaungkan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya masalah
kesehatan terutama Stunting, TBC, dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Masalah
kesehatan tersebut diupayakan selesai pada 2019 sebagaimana hasil Rapat Kerja Kesehatan
(Rakerkesnas) 2018 yang digelar pada 5-8 Maret 2018 di Tangerang, Banten. Karenanya, diharapkan
pemahaman dan pengaplikasian Germas dilakukan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Terkait TBC, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati
posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TBC di Indonesia tidak pernah
menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah
diobati tetapi belum dilaporkan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Tuberkulosis Paru selama 30 menit,
pasien diharapkan mampu mengetahui cara penatalaksanaan penyakit Tuberkulosis Paru.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang Tuberkulosis Paru pasien
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian dari Tuberkulosis Paru.
b. Menjelaskan penyebab penyakit Tuberkulosis Paru
c. Menjelaskan Tanda dan gejala penyakit Tuberkulosis Paru
d. Menjelaskan Cara pengobatan / penatalaksanaan penyakit Tuberkulosis Paru
e. Menjelaskan Cara pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru
C. JADWAL KEGIATAN
a. Tempat : STIKes Syedza Saintika
b. Waktu : 30 menit
c. Sasaran : Keluarga Tn.A
d. Topik : Penatalaksanaan pada Penyakit Tuberkulosis Paru
D. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
E. MEDIA
a. Leaflet
F. RENCANA KEGIATAN
H. SETTING TEMPAT
Keterangan:
: persentator
: moderator
: observer
: fasilitator
: audience
I. EVALUASI
1. Standart Persiapan
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menyiapkan satuan acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat
2. Standart Proses
Peserta dapat bekerjasama saat dilakukan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Dengan memberikan pertanyaan:
a. Jelaskan pengertian Tuberkulosis Paru?
b. Sebutkan Penyebab penyakit Tuberkulosis Paru?
c. Sebutkan tanda dan gejala penyakit Tuberkulosis Paru?
d. Sebutkan cara pengobatan Tuberkulosis Paru?
e. Sebutkan cara pencegahan Tuberkulosis Paru,
A. PENGERTIAN TB PARU
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang
paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang
yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut
juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru-paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus, droplet
yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau
bernyanyi (Priscilla, 2012).
1. Demam
Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri
otot, dll). Timbulnya gejala ini biasanya berangsur-angsur dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia (naga, S , 2012).
• Tujuan Pengobatan pada penderita Tuberkulosis paru selain untuk menyembuhkan atau
mengobati penderita juga dapat mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi
terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Panduan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) disediakan dalam bentuk paket yaitu dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat
dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket obat untuk
satu pasien dalam satu masa pengobatan. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa
keuntungan dalam pengobatan TB yaitu (Departemen Kesehatan, 2011):
Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Obat-obat primer paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi dapat
menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Oleh karena
itu, terapi ini selalu dilakukan dengan kombinasi dari 2-4 macam obat untuk kuman
tuberculosis yang sensitif. Berikut obat anti tuberculosis yang termasuk obat-obat
primer adalah (BPOM RI), 2017) :
1. Isoniazid (INH) merupakan devirat asam isonikotinat yang berkhasiat untuk obat tuberculosis
yang paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat. Efek samping dari isoniazid adalah mual, muntah,
demam, hiperglikemia, dan neuritis optic.
2. Rifampisin adalah sebuah golongan obat antibiotic yang banyak dipakai untuk menanggulangi
infeksi Mycobacterium tuberculosis. Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menghambat sistesis protein terutama pada tahap transkripsi. Efek samping dari rifampisin
adalah gangguang saluran cerna, terjadi gangguan sindrim influenza, gangguan respirasi, warna
kemerahan pada urine, dan udem.
3. Pirazinamid adalah obat antibiotic yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
Tuberkulosis dan bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Indikasi dari pirazinamid
adalah tuberkulsis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek samping dari pirazinamid adalah
anoreksia, icterus, anemia, mual, muntah, dan gagal hati.
4. Etambutol adalah obat antibiotic yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri tuberculosis di
dalam tubuh. Indikasi dari etabutanol adalah tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Efek samping penurunan tajam penglihatan pada kedua mata, penurunan terhadap kontras
sensitivitas warna serta gangguan lapang pandang.
5. Streptomisin adalah antibiotic yang dihasilkan oleh jamur tanah disebut Streptomyces griseus
yang dapat digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi seperti tuberculosis untuk
menghambat pertumbuhan mikroba. Saat ini streptomisin semakin jarang digunakan kecuali
untuk kasus resistensi. Efek samping dari streptomisin adalah gangguang fungsi ginjal,
gangguan pendengaran, dan kemerahan pada kulit.
6. Obat-obat sekunder, diberikan untuk tuberculosis yang disebabkan oleh kuman yang resisten
atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Berikut yang
termasuk obat sekunder adalah kaproemisin, sikliserin, macrolide generasi baru (asotromisin
dan klaritromisin), quinolone dan protionamid.
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapatkan obat setiap hari dan diawasi langsung
unutuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita yang menularkan
penyakit menjadi tidak menularkan penyakit dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negative (konversi) pada akhir pengobatan
intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
Pada tahap lanjutan penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kuman persisten
(dormant) sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan. Panduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisipn, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolode, dan Amoksisilin +
Asan Klavulanat, derivate Rifampisin/INH.
c. Terapi Komplementer
Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 3 jari di bawah jari kaki, di sela-
sela antara jari tengah dan jari manis
Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 2 jari di bawah jari-jari kaki, di
sela-sela antara ibu jari dan jari telunjuk.
Titik refleksi tenggorokkan pada punggung kaki di antara sela-sela ibu jari dan jari
telujuk
Titik refleksi tenggorokan ditemukan pada telapak tangan di sela-sela jari telunjuk dan
jari tengah
Titik refleksi untuk meredakan batuk yang berada di telapak tangan bagian 2 jari
dibawah ibu jari
Titik refleksi untuk meredakan batuk pada dibawah tulang tengkorak kepala, tulang
tengah punggung leher kiri dan kanan, dan di sebelah tulang belikat atas sebelah kanan
dan kiri.
Priscilla, L. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Gangguan Respirasi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Abd. Wahid, I. S. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. TIM.
Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Merdeka. Jakarta
Naga, S.Sholeh. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: Diva Press.