Sap Kelompok 1 TBC Paru

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

TUBERKULOSIS PARU

KEPERAWATAN DEWASA SISTEM


KARDIOVASKULAR, RESPIRATORI, HEMATOLOGI

Dosen Pengampu:
Dr. Ns. Putri Dafriani, M.Sc

Disusun oleh:
KELOMPOK 1

PRODI S1 KEPERAWATAN (2C)


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )

Pokok Bahasan : Tuberkulosis Paru (TB)


Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan pada Penyakit Tuberkulosis Paru)
Sasaran : Keluarga Tn.A
Tempat : STIKes Syedza Saintika
Waktu : 30 menit

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis,
M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang
terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.1 Hingga saat ini,
Tuberkulosis tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang masuk dalam Millennium
Development Goals (MDGs). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih terus menggaungkan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya masalah
kesehatan terutama Stunting, TBC, dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Masalah
kesehatan tersebut diupayakan selesai pada 2019 sebagaimana hasil Rapat Kerja Kesehatan
(Rakerkesnas) 2018 yang digelar pada 5-8 Maret 2018 di Tangerang, Banten. Karenanya, diharapkan
pemahaman dan pengaplikasian Germas dilakukan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Terkait TBC, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati
posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TBC di Indonesia tidak pernah
menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah
diobati tetapi belum dilaporkan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Tuberkulosis Paru selama 30 menit,
pasien diharapkan mampu mengetahui cara penatalaksanaan penyakit Tuberkulosis Paru.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang Tuberkulosis Paru pasien
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian dari Tuberkulosis Paru.
b. Menjelaskan penyebab penyakit Tuberkulosis Paru
c. Menjelaskan Tanda dan gejala penyakit Tuberkulosis Paru
d. Menjelaskan Cara pengobatan / penatalaksanaan penyakit Tuberkulosis Paru
e. Menjelaskan Cara pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru
C. JADWAL KEGIATAN
a. Tempat : STIKes Syedza Saintika
b. Waktu : 30 menit
c. Sasaran : Keluarga Tn.A
d. Topik : Penatalaksanaan pada Penyakit Tuberkulosis Paru

D. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

E. MEDIA
a. Leaflet

F. RENCANA KEGIATAN

NO TAHAP KEGIATAN WAKTU EVALUASI


1 Persiapan 1. Menyiapkan Audience 5 menit Alat-alat tersedia dan
2. Menyiapkan Alat dan Media tidak ada yang kurang,
3. Melakukan setting tempat. serta posisi audience
tertata dengan baik,
2 Orientasi 1. Mengucapkan salam dan 5 menit Audience
terimakasih atas kesedian Mendengarkan dan
audience mengikuti acara ini. memperhatikan, serta
2. Perkenalan menjelaskan
3. Menjelaskan tujuan pendapatnya tentang
4. Kontrak waktu dan bahasa penyakit TB
3 Kerja 1. Menggali pengetahuan 10 menit Audience menjawab,
audience tentang pengertianTB Mendengarkan,
Paru. memperhatikan
2. Memberikan reimprosment(+) pemateri.
pada audience
3. Menjelaskan pengertian TB
Paru
4. Menggali pengetahuanaudience
tentang penyebab penyakit TB
Paru
5. Memberikan reimprosment(+)
pada audience
6. Menjelaskan tentang penyebab
penyakit TB Paru
7. Menggali pengetahuanaudience
tentang tanda dan gejala
penyakit reumatik
8. Memberikan reimprosment(+)
pada audience
9. Menjelaskan tanda dan gejala
penyakit rematik
10. Menggali pengetahuan audience
tentang carapencegahan penyakit
TB Paru.
11. Memberikan reimprosment(+)
pada audience
12. Menjelaskan cara pencegahan
TB Paru
13. Menggali pengetahuan audience
tentang carapengobatan dan
penatalaksanaan penyakitTB
Paru
14. Memberikan reimprosment (+)
pada audience
15. Menjelaskan cara pengobatan
dan penatalaksanaan TB Paru.
4 Evaluasi 1. Melakukan evaluasi dengan 5 menit Tanya jawab
Menanyakan kembali kepada
audience tentang materi yang
telah disampaikan (evaluasi
objective), dan menanyakan
perasaan masyarakat setelah
melakukan pendidikan
kesehatan tentang TB Paru
ini (evaluasi subjective).
5 Terminasi 1. Menyimpulkan hasil dari 5 menit Peserta mengajukan
materi pertanyaan,
2. Memberikan saran-saran mendengarkan dan
3. Mengucapkan terima kasih mengucapkan salam
atas peran dari peserta
4. Mengucapkan salam penutup.
G. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Resty Desta Azra (Memandu jalannya acara penyuluhan; mengatur,
menengahi, serta mengawasi diskusi)
2. Persentator : Panji Okta (Menyampaikan / menjelaskan materi pada saat penyuluhan)
3. Fasilitator : Destaria, Anggun, Irham, Nola, Revanggi (Menyiapkan peralatan
penyuluhan dan mendampingi audience).
4. Observer : Catherinne Yvonne (Mengamati dan mengevaluasi jalannya kegiatan
penyuluhan, serta mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan)

H. SETTING TEMPAT

Keterangan:
: persentator
: moderator
: observer
: fasilitator
: audience

I. EVALUASI
1. Standart Persiapan
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menyiapkan satuan acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat
2. Standart Proses
Peserta dapat bekerjasama saat dilakukan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Dengan memberikan pertanyaan:
a. Jelaskan pengertian Tuberkulosis Paru?
b. Sebutkan Penyebab penyakit Tuberkulosis Paru?
c. Sebutkan tanda dan gejala penyakit Tuberkulosis Paru?
d. Sebutkan cara pengobatan Tuberkulosis Paru?
e. Sebutkan cara pencegahan Tuberkulosis Paru,

Diharapkan perserta dapat:


a. audience mampu menjelaskan kembali pengertian Tuberkulosis Paru
b. audience mampu menyebutkan kembali penyebab penyakit Tuberkulosis Paru
c. audience mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala penyakit Tuberkulosis Paru
d. audience mampu menyebutkan kembali cara pengobatan Tuberkulosis Paru
e. audience mampu menyebutkan kembali cara pencegahan Tuberkulosis Paru
LAMPIRAN MATERI

TB PARU (Tuberkulosis Paru)

A. PENGERTIAN TB PARU
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang
paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang
yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut
juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru-paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus, droplet
yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau
bernyanyi (Priscilla, 2012).

B. PENYEBAB PENYAKIT TB PARU


Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang berukuran dengan
panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M. tuberculosis adalah
berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan dengan zat
kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang
dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut menjadi daerah yang kondusif
untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2008).
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-
tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan tuberculosis aktif kembali.
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan. Basil mikrobakterium
tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli,
maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang kelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya ini dinamakan tuberculosis primer, yang dalam
perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer, peradangan
terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis
yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer
(reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di
dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Abdul, 2013).

C. TANDA & GEJALA PENYAKIT TB PARU


Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yang artinya suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti
lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimtomatik (Muttaqin, 2012).
Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala respiratorik
dan gejala sistemik :
• Gejala Respiratorik, meliputi :
a. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan kemudian menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang selanjutnya
adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
b. Batuk darah, pada saat baruk darah yang dikeluarkan yaitu dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
Gejala klinis Haemoptoe : Kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut dari
nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Batuk darah
• Darah dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokkan.
• Darah berbuih bercampur udara
• Darah segar berwarna merah muda
• Darah bersifat alkaliS
• Anemia kadang-kadang terjadi
• Benzidin test negative
2) Muntah darah
• Darah dimuntahkan dengan rasa mual
• Darah bercampur sisa makanan
• Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
• Darah bersifat asam
• Anemia sering terjadi
• Benzidin test positif
3) Epistaksis
• Darah menetes dari hidung
• Batuk pelan kadang keluar
• Darah berwarna merah segar
• Darah bersifat alkalis
• Anemia jarang terjadi
c. Sesak nafas, akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan apabila terjadi kerusakan
parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada, pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritic yang ringan. Gejala nyeri
dada ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.

• Gejala Sistemik, meliputi :

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Namun kadang-kadang panas bahkan


dapat mencapai 40-41ºC. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan
berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Demam merupakan gejala yang sering
dijumpai biasanya timbul pada sore hari dan malam hari mirip dengan deman influenza, hilang
timbul dan semakin lama semakin panjang serangannya sedangkan masa bebas serangan semakin
pendek.

2. Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri
otot, dll). Timbulnya gejala ini biasanya berangsur-angsur dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia (naga, S , 2012).

D. CARA PENGOBATAN PENYAKIT TB PARU


1) Farmakologi

• Tujuan Pengobatan pada penderita Tuberkulosis paru selain untuk menyembuhkan atau
mengobati penderita juga dapat mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi
terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Panduan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) disediakan dalam bentuk paket yaitu dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat
dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket obat untuk
satu pasien dalam satu masa pengobatan. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa
keuntungan dalam pengobatan TB yaitu (Departemen Kesehatan, 2011):

 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.

 Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya resistensi


obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.

 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

• Obat-obat anti Tuberkulois

 Obat-obat primer paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi dapat
menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Oleh karena
itu, terapi ini selalu dilakukan dengan kombinasi dari 2-4 macam obat untuk kuman
tuberculosis yang sensitif. Berikut obat anti tuberculosis yang termasuk obat-obat
primer adalah (BPOM RI), 2017) :

1. Isoniazid (INH) merupakan devirat asam isonikotinat yang berkhasiat untuk obat tuberculosis
yang paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat. Efek samping dari isoniazid adalah mual, muntah,
demam, hiperglikemia, dan neuritis optic.

2. Rifampisin adalah sebuah golongan obat antibiotic yang banyak dipakai untuk menanggulangi
infeksi Mycobacterium tuberculosis. Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menghambat sistesis protein terutama pada tahap transkripsi. Efek samping dari rifampisin
adalah gangguang saluran cerna, terjadi gangguan sindrim influenza, gangguan respirasi, warna
kemerahan pada urine, dan udem.

3. Pirazinamid adalah obat antibiotic yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
Tuberkulosis dan bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Indikasi dari pirazinamid
adalah tuberkulsis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek samping dari pirazinamid adalah
anoreksia, icterus, anemia, mual, muntah, dan gagal hati.

4. Etambutol adalah obat antibiotic yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri tuberculosis di
dalam tubuh. Indikasi dari etabutanol adalah tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Efek samping penurunan tajam penglihatan pada kedua mata, penurunan terhadap kontras
sensitivitas warna serta gangguan lapang pandang.

5. Streptomisin adalah antibiotic yang dihasilkan oleh jamur tanah disebut Streptomyces griseus
yang dapat digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi seperti tuberculosis untuk
menghambat pertumbuhan mikroba. Saat ini streptomisin semakin jarang digunakan kecuali
untuk kasus resistensi. Efek samping dari streptomisin adalah gangguang fungsi ginjal,
gangguan pendengaran, dan kemerahan pada kulit.

6. Obat-obat sekunder, diberikan untuk tuberculosis yang disebabkan oleh kuman yang resisten
atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Berikut yang
termasuk obat sekunder adalah kaproemisin, sikliserin, macrolide generasi baru (asotromisin
dan klaritromisin), quinolone dan protionamid.

• Pengobatan tuberculosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu :

a. Tahap intensif (2-3 bulan)

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapatkan obat setiap hari dan diawasi langsung
unutuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita yang menularkan
penyakit menjadi tidak menularkan penyakit dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negative (konversi) pada akhir pengobatan
intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.

b. Tahap lanjutan (4-7 bulan)

Pada tahap lanjutan penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kuman persisten
(dormant) sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan. Panduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisipn, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolode, dan Amoksisilin +
Asan Klavulanat, derivate Rifampisin/INH.

c. Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai


pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis (Budhi Purwanto, 2013). Modalitas penyembuhan adalah metode
penyembuhan yang digunakan bersama dengan pengibatan berbasis obat dan tindakan
pembedahan sebagai upaya pemenuhan pelayanan holistic. Titik akupresur ini dilakukan
peijatan setiap titiknya minimal 3 menit. Berikut yaitu titik akupresur untuk mengurangi batuk
berdahak pada penderita penyakit tuberculosis sebagai berikut :

 Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 3 jari di bawah jari kaki, di sela-
sela antara jari tengah dan jari manis
 Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 2 jari di bawah jari-jari kaki, di
sela-sela antara ibu jari dan jari telunjuk.

 Titik refleksi tenggorokkan pada punggung kaki di antara sela-sela ibu jari dan jari
telujuk

 Titik refleksi tenggorokan ditemukan pada telapak tangan di sela-sela jari telunjuk dan
jari tengah

 Titik refleksi untuk meredakan batuk yang berada di telapak tangan bagian 2 jari
dibawah ibu jari

 Titik refleksi untuk meredakan batuk pada dibawah tulang tengkorak kepala, tulang
tengah punggung leher kiri dan kanan, dan di sebelah tulang belikat atas sebelah kanan
dan kiri.

E. CARA PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU


Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit tuberculosis paru.
Pencegahan-pencegahan berikut dapat dilakukan oleh penderitaa, masyarakat, maupun petuhas
kesehatan (Naga, 2014) :
 Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat batuk, dan
membuang dahak tidak sembarangan tempat.
 Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan ketahanan
terhadap bayi yaitu dengan memberikan vaksinasi BCG.
 Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang
penyakit tuberculosis, yang meliputi gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya terhadap
kehidupan masyarakat pada umumnya.
 Petugas kesehatan juga harus melaukan pengisolasian dan pemeriksaan terhadap orang-orang
yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan khusus kepada penderita tuberculosis ini.
Pengobatan dengan cara menginap di rumah sakit hanya dilakukan oleh penderita dengan
katagori berat dan memerlukan pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak
dikehendaki pengobatan jalan.
 Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melakukan desinfeksi, seperti cuci tangan,
kebersihan rumah yang ketat, perhatiah khusus terhadapmuntahan atau ludah anggota keluarga
yang terjangkit penyakit tuberculosis (piring, tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi
rumah dan sinar matahari yang cukup.
 Melakukan imunisasi pada orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita,
seperti keluarga perawat, dokter, petugas kesehatan dan orang lain yang terindikasi, dengan
vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
 Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang terindikasi. Perlu dilakukan Tes
Tuberkulin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil negative, perlu
diulang pemeriksaan tiap bulan delama 3 bulan dan perlu penyelidikan intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.

Priscilla, L. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Gangguan Respirasi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Abd. Wahid, I. S. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. TIM.

Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Merdeka. Jakarta

Naga, S.Sholeh. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: Diva Press.

Anda mungkin juga menyukai