Kel.11 Merintis Usaha Baru & Model Pendekatan - Kewirausaahn

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL PENDEKATANNYA”


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Asep Nuhdi., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 11 :


1. Fadli Syaifuloh / 21862081080
2. Hanin Afifah /21862081066

Tahun Ajaran 2023-2024


TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL LAA ROIBA BOGOR
Kampus II (Cibinong) Jl. Raya Pemda Pajeleran No. 41, Cibinong, Bogor
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya di peruntukkan kepada sang Pencipta dan Pemilik
jiwa serta ruh seluruh makhluk, Allah SWT dan yang telah menjadikan Nabi Muhammad
SAW sebagai teladan dan panutan bagi seluruh umat manusia. Dengan terselesainnya
makalah yang berjudul “Merintis Usaha Baru Dan Model Pendekatannya” Untuk memenuhi
salah salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak.
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih. Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan
makalah di masa yang akan datang. Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami sebagai penyusun dan bagi semua pihak yang telah membaca makalah ini.

Bogor,26 Mei 2024

Penyusun

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1. Pendahuluan.................................................................................................................3
A. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
B. Tujuan Masalah..............................................................................................................3
BAB 2. Pembahasan..................................................................................................................4
1. Cara Memasuki Dunia UsahaMerintis Usaha Baru..........................................................4
2. Model Pendekatannya.......................................................................................................7
3. Tahapan-Tahapan Dalam Merintis Usaha Baru................................................................8
4. Profil Usaha kecil & Model Pengembangannya...............................................................9
BAB 3. Penutup.......................................................................................................................14
KESIMPULAN.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

ii
3

BAB I

PENDAHULUA

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memasuki dunia usaha?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan in side out dan pendekatan the out side in?
3. Apa saja tahapan-tahapan dalam merintis usaha baru?
4. Apa profil usaha kecil dan model pengembangannya?

B. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana cara memasuki dunia usaha.
2. Untuk mengetahui pendekatan in side out dan the out side in.
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam merintis usaha baru.
4. Untuk mengetahui tentang profil usaha kecil dan model perkembangan.
.
4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Cara Memasuki Dunia Usaha

Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau pelaksana usaha kecil wirausaha dapat
memilih dan melakukan tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang apabila ingin memulai
suatu usaha atau memasuki dunia usaha yaitu :

a. Merintis usaha baru (starting)

b. Dengan membeli perusahaan orang lain (buying)

c. Kerjasama manajemen (franchising)

1. Merintis Usaha Baru ( Starting)


Merintis usaha baru merupakan usaha membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide dan manajemen yang dirancang sendiri. Untuk masuk ke dalam
dunia usaha, seseorang harus memiliki jiwa wirausaha. Cara memasuki dunia usaha yang
pertama adalah dengan merintis usaha baru (starting). Metode ini terwujud dalam
pembentukan dan pendirian usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi,
manajemen. Karena bermula dari diri sendiri, maka pembahasan mengena imetode ini adalah
yang paling luas. Secara umum, ada 3 (tiga) bentuk usaha baru yang dapat dirintis yaitu:

a. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan
dikelola sendiri oleh seseorang.
b. Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara
bersama-sama menjalankan usaha bersama.
c. Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar
badan hukum dengan modal saham-saham.
Sesuai dengan konsep kewirausahaan, telah dikemukakan bahwa untuk memasuki dunia
usaha (business) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seseorang yang
mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi resiko. Sebagai pengelola
dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business
operator), ia harus memiliki:
5

a. Kecakapan untuk bekerja.


b. Kemampuan mengorganisir.
c. Kreatif.
d. Lebih menyukai tantangan.
Menurut hasil survei Peggy Lambing
:
a. Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang
diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional
lainnya.
b. Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya
dengan lebih baik berdasarkan pengalaman di perusahaan sebelumnya.
c. Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang
pasar.
d. Sedangkan sisanya sebesar 31% lagi karena hobi.

Alat untuk pengembangannya yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang untuk


memulai bisnis/usaha, menurut Lambing (2000:92), bersumber dari :
1. Surat kabar
2. Laporan periodik tentang perubahan ekonomi
3. Jurnal perdagangan dan pameran dagang
4. Publikasi pemerintah
5. Informasi lisensi produk yang disediakan oleh broker, universitas, dan korporasi
lainnya.
Tahapan – tahapan dalam merintis usaha baru adalah sebagai berikut:
1. Diawali dengan adanya ide
2. Mencari sumber dana dan fasilitas barang, uang, dan orang
3. Sumber dana bisa berasal dari badan keuangan/bank berupa kredit atau orang yang
bersedia sebagai penyandang dana
4. Obyek bisnis memiliki pasar
5. Memperhatikan peluang pasar sebelum produk diciptakan
Seorang yang akan memulai sebuah usaha, harus diawali dengan adanya ide. Setelah
ada ide, langkah berikutnya adalah mencari sumber dana dan fasilitas baik barang, uang
maupun orang. Sumber dana tersebut berasal dari badan-badan keuangan seperti bank
dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia menjadi penyandang dana.
6

2. Dengan Membeli Perusahaan Orang Lain (Buying)


Cara kedua yang bisa dilakukan oleh seseorang yang akan merintis usaha baru adalah
dengan membeli perusahaan telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain
dengan nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah ada. Banyak alasan mengapa
seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis
usaha baru, antara lain : Resiko lebih rendah.,lebih mudah dalam memasuki dunia usaha.,
memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar.
Meskipun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung permasalahan,
yaitu :
o Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang
pasar.
o Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya citra
(image) atau reputasi perusahaan.
Sebelum melakukan kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa aspek yang
harus dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Aspek-aspek tersebut meliputi :
d. Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut?

e. Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?

f. Di mana lokasi perusahaan tersebut?

g. Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan ketimbang merintis


sendiri usaha baru?
7

Seorang wirausahawan yang telah memutuskan akan membeli sebuah perusahaan perlu
memperhatikan langkah-langkah berikut ini :
a. Yakinlah bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkanlah alasan
membeli perusahaan ketimbang merintis usaha-usaha baru atau Franchising.
b. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu mengelolanya?
Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan,dan kepribadian anda.
c. Pertimbangkan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan dari perusahaan
tersebut : apakah uang, kebebasan, atau fleksibilitas?
d. Pertimbangkan usaha yang diinginkan. Tempat yang bagaimana yang anda inginkan?
e. Pertimbangkan kembali gaya hidup. Mungkin anda memiliki perusahaan ini
selamalamanya atau untuk kesenangan saja.

3. Kerjasama Manajemen ( Franchising)


Cara ketiga dalam memasuki dunia usaha adalah kerjasama manajemen atau yang
biasa dikenal dengan istilah waralaba/franchising. Franchising adalah suatu kerja sama antara
entrepreneur (franchise) dengan perusahaan besar (Franchisor) dalam mengadakan
persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha. Secara sederhana, model
usaha ini dapat digambarkan sebagai kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan
cabang/penyalur. Inti dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk. Franchisor adalah perusahaan induk, yaitu
perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan franchise adalah perusahaan pembeli lisensi
(penyalur atau dealer).
8

2. Model Pendekatan

Menurut Lambing, keunggulan dari perusahaan baru datang ke pasar adalah dapat
mengindentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan “kemampuan pesaing”. Selain itu, ada dua
pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan
usaha baru:
a. Pendekatan ”in-side out” atau ”idea generation” yaitu pendekatan berdasarkan gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Contohnya: keterampilannya
sendiri, kemampuan dan latar belakang yang dapat menentukan jenis usaha yang akan
dirintis.
b. Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition” yaitu pendekatan yang
menekankan pada basis ide bahwa suatu perusahaan akan berhasil apabila merespon
kebutuhan pasar sebagai kunci keberhasilan. Contohnya yaitu melalui pengamatan
lingkungan (environment scanning).
Alat untuk pengembangannya yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang untuk memulai
bisnis/usaha, menurut Lambing bersumber dari :
a. Surat kabar.
b. Laporan periodik tentang perubahan ekonomi.
c. Jurnal perdagangan dan pameran dagang.
d. Publikasi pemerintah.
e. Informasi lisensi produk yang disediakan oleh broker, universitas, dan korporasi
lainnya.
Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang calon wirausaha
harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang
diperlukan seorang calon wirausaha meliputi :
a. Kemampuan teknik
Yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara
menyajikannya.
b. Kemampuan pemasaran
Yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga
yang tepat.
c. Kemampuan finansial
Yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana dalam merintis
dan mengelola usaha.
9

d. Kemampuan hubungan
Yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan mengembangkan
relasi, komunikasi dan negosiasi.

3. Tahapan-Tahapan Dalam Merintis Usaha Baru

Tahapan – tahapan dalam merintis usaha baru adalah sebagai berikut:

1. Diawali dengan adanya ide

2. Mencari sumber dana dan fasilitas barang, uang, dan orang

3. Sumber dana bisa berasal dari badan keuangan/bank berupa kredit atau orang

yang bersedia sebagai penyandang dana

4. Obyek bisnis memiliki pasar

5. Memperhatikan peluang pasar sebelum produk diciptakan

Seorang yang akan memulai sebuah usaha, harus diawali dengan adanya ide.

Setelah ada ide, langkah berikutnya adalah mencari sumber dana dan fasilitas baik

barang, uang maupun orang. Sumber dana tersebut berasal dari badan-badan

keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia menjadi

penyandang dana.

Selanjutnya seorang wirausahawan perlu mengamati dan menganalisa pangsa

pasar dari obyek bisnis, yaitu produk (baik berupa barang ataupun jasa) yang akan

dihasilkan dari usahanya. Analisa pasar ini penting agar wirausahawan tidak kesulitan

dalam mendistribusikan hasil produksinya, karena barang atau jasa yang dihasilkannya

memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat/komunitas tertentu. Oleh karena itu,

mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk

barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk produk yang akan

dihasilkan ada dan terbuka lebar, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera

mendatangkan keuntungan. Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus
10

diperhatikan:

1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.

2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.

3. Tempat usaha yang akan dipilih.

4. Organisasi usaha yang akan digunakan.

5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh

Jaminan usaha ini bisa berupa asuransi maupun jaminan dari pemerintah,

seperti insentif usaha. Adanya jaminan usaha ini dapat memberikan kepastian

bagi seorang wirausahawan untuk memulai kegiatan bisnisnya, terutama

dalam mengantisipasi perubahan secara mendadak dari lingkungan usaha.

6. Lingkungan usaha.

4. Profil Usaha Kecil Dan Model Pengembangannya


1. Tahap studi kelayakan
Studi kelayakan usaha secara umum dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Tahap penemuan ide.
Pada tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya. Ide tersebut
kemudian dirumuskan dan diidentifikasi. Misalnya peluang bisnis apa saja yang paling
memberikan keuntungan, yaitu: bisnis industri, perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau
jenis usaha lainnya yang dianggap paling layak.
b. Memformulasikan tujuan.
Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis. Apa visi dan misi bisnis yang
hendak diemban setelah jenis bisnis tersebut diidentifikasi? Apakah misinya untuk
menciptakan barang dan jasa yang sangat diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah
untuk menciptakan keuntungan yang langgeng?
c. Tahap analisis.
Proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut
layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini dilakukan seperti prosedur proses penelitian
11

ilmiah lainnya, yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan
menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu
dilaksanakan (go) atau tidak dilaksanakan (no go).
d. Tahap keputusan.
Langkah berikutnya adalah tahap mengambil keputusan apakah bisnis layak dilaksanakan
atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang mengandung risiko, maka
keputusan bisnis biasanya berdasarkan beberapa kriteria investasi, seperti Pay Back
Pe¬riod (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan sebagainya
Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuat perencanaan. Perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis
(blue-print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian
finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta
keterampilan pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua fungsi
penting, yaitu :
a. Sebagai pedoman mencapai keberhasilan manajemen usaha
b. Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dan luar.

2. Kekuatan dan kelemahan usaha kecil


Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain:
a. Memiliki kebebasan untuk bertindak.
Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin
baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan yang
berubah tersebut. Sedangkan, pada perusahaan besar, tindakan cepat tersebut susah
dilakukan.
b. Fleksibel.
Perusahaan kecil sangat luwes, ia dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan
baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-
sumber setempat yang bersifat lokal. Beberapa perusahaan kecil di antaranya menggunakan
bahan baku dan tenaga kerja bukan lokal yaitu menda-tangkan dari daerah lain atau impor.
c. Tidak mudah goncang.
Karena bahan baku dan sumber daya lainnya kebanyakan lokal, maka perusahaan kecil tidak
rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor. Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal
sebagai akibat tingginya nilai mata uang asing, maka kenaikan mata uang asing tersebut dapat
dijadikan peluang dengan memproduksi barang-barang untuk keperluan ekspor.
12

Kelemahan perusahaan kecil dua aspek, yaitu :


a. Aspek kelemahan struktural.
Kelemahan dalam struktur perusahaan misalnya kelemahan dalam bidang manajemen
dan organisasi, kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan
penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan
terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu saling terkait dengan
faktor yang lain kemudian membentuk lingkaran ketergantungan yang tidak berujung
pangkal dan membuat usaha kecil terdominasi dan rentan.
Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjol adalah
kurangnya permodalan. Akibatnya terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal.
Karena pemilik modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan baku dan dapat
mengusahakan bahan baku, maka pengusaha kecil memiliki ketergan-tungan pada
pemilik modal yang sekaligus penguasa bahan baku. Akibat dan ketergantungan tersebut,
otomatis harga jual produk yang dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan
oleh penguasa pasar dan pemilik modal, maka terjadilah pasar monopsoni. Dengan
kondisi ini, maka batas keuntungan pengusaha kecil ditentukan oleh batas harga jual
produk dan batas harga beli bahan baku. Terjadilah repatriasi keuntungan yang
mengakibatkan permodalan usaha kecil jumlahnya tetap kecil. Kondisi tersebut
mengakibatkan ketengantungan pengusaha kecil yang menjadi buruh pada perusahaan
sendiri dengan upah yang ditentukan oleh batas keuntungan dari pemilik modal sekaligus
penguasa pasar dan penguasa sumber-sumber bahan baku.
b. Aspek kelemahan kultural.
Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan kultural
mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain
guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti:
1. Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
2. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan mudah didapat.
3. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam
menjalin hubungan kemitraan.
4. Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain, kualitas, maupun
kemasannya.
5. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang
terjangkau.
13

3. Pengembangan usaha kecil


Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang
cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis.
Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemu-kakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan
sangat tergantung pada kemampuan internal. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dan
dinamis, perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan
sumber daya internal secara superior (internal resource-based strategy) untuk menciptakan
kompetensi inti (core competency).
Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori dynamic strategy
maupun teori resource-based strategy sangat relevan bila khusus diterapkan dalam
pemberdayaan usaha kecil. Menurut teori resources-based strategy, agar perusahaan meraih
keuntungan secara terus-menerus, maka perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal
yang supe¬rior, yang tidak transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan memberi
daya saing jangka panjang (futuristik) yang kuat dan melebihi tuntutan masa kini di pasar dan
dalam situasi eksternal yang bergejolak.
Agar perusahaan kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha khusus yang diarahkan untuk
survival, consolidation, control, planning, dan expectation. Dalam tahapan ini diperlukan
penguasaan manajemen, yaitu mengubah pemilik sebagai pengusaha (owners as
businessman) yang merekrut tenaga dan diberi wewenang secara jelas. Perubahan yang
dilakukan, yaitu : bidang pemasaran harus mengubah getting customer menjadi improve
competitive situation, bidang keuangan tahap cash flow berubah menjadi tahap tighten
financial control, improve margin, and control cost, dan bidang pendanaan usaha kecil harus
sudah ventura capital.
Menurut teori the design school, perusahaan harus mendesain strategi perusahaan yang ‘fit”
antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai yang
didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti (core competency) yang merupakan
kompetensi khusus (distinctive competency) dan pengelohaan sumber daya perusahaan.
Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis seperti sekarang, perusahaan harus
menekankan pada strategi pengembangan kompetensi inti (building core competency), yaitu
pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan. Keunggulan tersebut dapat
diciptakan melalui “The New 7-S’ strategy (The New 7-S’s)”, yaitu :
1. Superior stakeholder satisfaction, yaitu mengutamakan kepuasan stakeholder.
2. Strategic sooth saying, yaitu merancang strategi yang membuat kejutan atau yang
mencengangkan.
14

3. Position for speed, yaitu posisi untuk mengutamakan kecepatan.


4. Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan.
5. Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk mengadakan perubahan/pergeseran
peran yang dimainkan.
6. Signaling strategic intent, yaitu mengindikasikan tujuan dan strategi.
7. Simultanous and sequential strategic thrusts, yaitu membuat rangkaian
penggerak/pendorong strategi secara simultan dan berurutan.

Berdasarkan pandangan para ahli di atas, jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan
baik kecil maupun besar pada umumnya sangat tergantung pada strategi manajemen
perusahaan dalam memberdayakan sumber daya internalnya.
15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulannya dari materi diatas yaitu seorang wirausaha atau kewirausahaan yang
sukses tidak hanya mempunyai keterampilan di bidang usaha tertentu akan tetapi juga
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk mengelolah usaha kecil, wirausaha dapat
memilih dan melakukan tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang apabila ingin memulai
suatu usaha atau memasuki dunia usaha yaitu :

1. Merintis usaha baru (starting)


2. Dengan membeli perusahaan orang lain (buying)
3. Kerjasama manajemen (franchising)
16

DAFTAR PUSTAKA

Mardiyatmo. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Yudhistira.

Manurung. 2005. kewirausahaan. Medan.

Nasution, Darma Putra. 2001. Pengembangan Wirausaha Baru. Medan: Yayasan


Humoniora & Asian Community Trust (ACT).

Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai