ASKEP DM (Fransiska Marawali
ASKEP DM (Fransiska Marawali
ASKEP DM (Fransiska Marawali
DIABETES MELITUS
OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan hikmat dan rahmatnya atas
teselesaikannya makalah ini yang berjudul ‘’asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis diabetes melitus’’ dalam
menyelesaikan makalah ini kami menemui banyak kendala namun atas kerja sama dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya
kendala tersebut dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah. Semoga hasil dari penyusunan
makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa Keperawatan. Akhir kata, melalui kesempatan ini
penyusun Askep mengucapkan banyak terima kasih.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017)
Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki
kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di
pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8
juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes.
Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni,
DM tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak
ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan
instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan hormonal.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015 terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di
seluruh dunia dan diprediksikan angka tersebut akan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun 2040.
Sedangkan jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta yang menempatkan Indonesia
dalam urutan ke-7 tertinggi di dunia bersama China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko (IDF, 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2017, prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 2,5 % .DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 3,0 %.
(Kemenkes, 2017). Sementara , diSumatra Barat diperkirakan sebanyak 3,4 juta jiwa menderita penyakit diabetrs tipe II.
Selain itu prevalensi nasional, Sumatra Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,5% dimana berada diurutan 16
dari 33 provinsi di Indonesia.
Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan pementauan
diatas,penulis tertarik membahas Asuhan Keperarawatan pada Tn.Z dengan Diabetes Melitus Diruangan Inap Ambun Suri
Lantai III RSUD Dr.Acmad Moctar Bukittingi.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka penulis akan melakukan pengkajian lebih lanjut
dengan melakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan Infeksi Saluran Kemih dengan membuat rumusan masalah
sebagai berikut, Asuhan keperawatan pada kliendengan Infeksi Saluran Kemih
C. Tujuan
Mahasiswa mampu melaksanakan asuahan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya (ADA,2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin
atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah.
Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang
dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit
jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011)
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana
kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010)
B. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah
kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan
asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan
bare,2015)
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Manifestasi Klinis
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari
penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari
efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni
(urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu.
Pemulaan gejala yang ditunjukan meliputi:
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel tubuh kurang sehingga energi yang
dibentuk pun kurang itun sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan
makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
b. Sering merasa haus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa
haus sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan karena
membuat kadar gula semakin tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama urin,untu menjaga agar urin yang
keluar, yang mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga
volume urin yang keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015) .
2. Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari 4kg.
D. Patofisiologi & WOC
Menurut Smeltzer,Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel sel betaprankreas telah di oleh proses autoimun.Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun tetap
berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial.jika kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi maka
ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urine(glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine,ekresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis ostomik,sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih(poliurea),dan rasa haus (polidipsi). (Smeltzer
2015 dan Bare,2015).Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunan simpanan
kalori. Gejala lainya kelelahan dan kelemahan . dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis(pemecahan glikosa yang tersimpan) dan glukoneogenesis(pembentukan glukosa baru dari asam asam
amino dan subtansi lain). Namun pada penderita difisiensi insulin,proses ini akan terjadi tampa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk smping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebih. Ketoasidosis yang disebabkan
dapat menyebabkan tanda tanda gejala seperti nyeri abdomen mual, muntah, hiperventilasi ,mafas berbaun aseton
dan bila tidak ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran,koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering
merupakan komponen terapi yang penting. (Smeltzer 2015 dan Bare,2015)
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik.
Meskipun pula pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam
munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup,
obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel
sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang
tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik
Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015) Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat(selama bertahun tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada
kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.). (Smeltzer 2015
dan Bare,2015).
WOC
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah
No Pemeriksaan Normal
F. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau ditambah
2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan
menghitung percentage of relative body weight( BPR=berat badan normal) dengan rumus:
BPR= BB(kg) X 100%
TB(cm) -100
Keterangan :
1) Kurus (underweight) :BPR<90%
b. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi
insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan dirangsang pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan
dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel mengenai diabetes
d. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara (edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik)
belum berhasil, bearti harus diberikan obat obatan
b) Tujuan
• Mencegah infeksi
c) Peralatan
• Bak Instrumen yang berisi o Pinset Anatomi o Pinset Chirurgis o Gunting Debridemand o
Kasa Steril o Kom: 3 buah
• Peralatan lain terdiri dari:
o Sarung tangan
o Gunting Plester
o Plester atau perekat
o Alkohol 70%/ wash bensin
o Desinfektant
o NaCl 0,9%
o Bengkok: 2 buah,1 buah berisi larutan desinfektan
o Verband
o Obat luka sesuai kebutuhan
d) Prosedur Pelaksanaan
• Tahap pra interaksi:
o Melakukan Verifikasi program terapi
o Mencuci tangan
o Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
• Tahap orientasi :
o Memberikan salam dan menyapa nama pasien
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
o Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
• Tahap kerja:
o Menjaga Privacy
o Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
o Membuka peralatan
o Memakai sarung tangan
o Membasahi plaster dengan alkohol/wash bensin dan buka dengan menggunakan pinset
o Membuka balutan lapis terluar
o Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
o Membuka balutan lapis dalam
o Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
o Melakukan debridement
o Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl
o Melakukan kompres desinfektant dan tutup dengan kassa
o Memasang plester atau verband o Merapikan pasien
Tahap Terminasi
o Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
o Berpamitan dengan klien
o Membereskan alat-alat
o Mencuci tangan
o Mencatat kegiatan dalam lembar/ catatan keperawatan
B. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan
algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol
glikemik. Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin
setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa,
prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi
penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin. 16 Lama
kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis
insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan
insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia
setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran
tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan
keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial
untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan
kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
1. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab
resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang
demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah. Glipizid
lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan
gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai
digunakan pada pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan insulin
dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang
mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan
menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan golongan
obat yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes 19 ringan.
Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita
sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis.
4. Thiazolidinediones
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek insulin dengan
mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan
tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones
adalah obat yang relatif .
G. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan menyebabkan berbagai komplikasi.
Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
BAB III
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data
data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya,
meliputi nama pasien,umur, keluhan utama
1. Riwayat Kesehatan
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri
dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari
penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi
(Debra Clair,Jounal Februari 201)
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering
kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya
nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Luka yang sukar sembuh , lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi
sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya
perdangan pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker
prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak berdaya karena ketergantungan
menyebabkan reasi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan
pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak
elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan
JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
f. Pemeriksaan Abdomen
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
C. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hiperglikemia Observasi :
resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula
- Identifikasi kemungkinan penyebab
darah membaik KH :
hiperglikemia
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
• Kestabilan kadar glukosa
Terapeutik :
darah membaik
- Berikan asupan cairan oral Edukasi :
• Status nutrisi membaik
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan
• Tingkat pengetahuan meningkat
olah raga Kolaborasi :
3 Infeksi b.d peningkatan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Pengcegahan Infeksi Observasi
Leukosit selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
menurun KH : dan sistematik Terapetik
• Tingkat nyeri menurun
- Berikan perawatan kulit pada area
• Integritas kulit dan jaringan
edema
membaik
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
• Kontrol resiko meningkat kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
Edukasi:
E. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Ny. b
Tanggal Lahir : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : -
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Timor
Alamat : Liliba
Sumber Informasi :
Keluhan Utama : Badan lemas,pusing,gula darah tinggi dan ada luka di kaki sebelah kiri,
luka aterasa nyeri
Riwayat Penyakit Saat Ini : klien mengatakan badan klien terasa letih Dan lemah,klien
mengatakan klien sering mual dan muntah, dan belum BAB sejak 5 hari yang lalu, klien
mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 10 x/perhari, klien mengatakan ada luka dikaki
sebelah kanan dan nyeri pada bagian luka,klien mengatakan tidak nyaman dengan luka nya
dikaki, klien mengatkan susah saat beraktivitas dan dibantu keluarga
Riwayat Kesehatan Sebelumnya : Klien menderita penyakit Diabetes selama 14 tahun yang
lalu ,pasien tidak pernah dirawat karna penyakit Diabetes, klien hanya berobat kepukesmas ,
tapi jarang minum obat.
Persepsi keluarga terhadap penyakit: Keluar belum begitu paham dengan penyakit
diabetes dan cara pengobatan maupun pencegahan diabetes
Riwayat Nutrisi :
Nafsu makan : Normal
Pola makan : 3× sehari
Minum : air putih jenis: Jumlah : 1200 cc/hari
Pantangan makanan : Tidak Ada
Menu makanan : Nasi dan Sayur
Riwayat pertumbuhan :
BB saat ini = 60 kg, TB = 170 cm, LK = cm, LD = cm, LLA = cm
BB sebelum sakit = 47 kg
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital :
S : 36,8C N : 80 x/mnt T : 120/80 mmHg RR : 21x/mnt
Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma
√
Masalah keperawatan :
2. Sistem pernapasan :
a. Keluhan : Sesak nyeri waktu napas
Batuk √ produktif tidak produktif
Sekret : Konsistensi :
Warna : Bau :
b. Irama napas √ teratur tidak teratur
c. Jenis dispnoe kusmaul Cheyne Stokes
d. Suara napas vesikuler bronko vesikuler
Ronki wheezing
e. Alat bantu napas ya tidak
Jenis : ............ Flow : .......lpm
Lain-lain :
Masalah keperawatan :
3. Sistem kardiovaskuler
a. Keluhan nyeri dada ada tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. Suara jantung normal murmur
gallop lain-lain .......
d. CRT : detik
e. Akral hangat panas dingin kering
basah
f. JVP normal meningkat menurun
Lain-lain :
Masalah keperawatan :
4. Sistem persyarafan
a. GCS : 15(E=4, V=5, M=6)
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps
c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig
d. Keluhan pusing ya √ tidak
e. Pupil √ isokor anisokor Diameter : ......
f. Sclera/konjungtiva anemis ikterus √ normal
g. Gangguan pandangan ya tidak Jelaskan : ....
h. Gangguan pendengaran ya tidak Jelaskan : ....
i. Gangguan penciuman ya tidak Jelaskan : ....
√
j. Istirahat/tidur : 9 jam/hari gangguan tidur : Nyeri
Masalah Keperawatan :
5. Sistem perkemihan
a. Kebersihan √ bersih kotor
b. Keluhan kencing nokturi inkontinensia
Gross hematuri √ poliuria
Disuria oliguria
Retensi hesistensi
Anuria
c. Produksi urine : 10x ml/hari Warna:kuning Bau:pesing
d. Kandung kemih Membesar ya √ tidak
Nyeri tekan ya √ tidak
e. Intake cairan oral : cc/hr parenteral : cc/hr
f. Alat bantu kateter ya tidak
√
Jenis : ....... sejak tanggal : .........
Lain-lain :
Masalah keperawatan :
6. Sistem pencernaan
a. Mulut √ bersih kotor berbau
b. Mukosa lembab √ kering stomatitis
c. Tenggorokan sakit menelan sulit menelan
Pembesaran tonsil nyeri tekan
d. Abdomen tegang kembung ascites
√
Nyeri tekan ya √ tidak
PENGKAJIAN PSIKOSOSIALSPIRITUAL
a. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
√ Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
b. Reaksi saat interaksi kooperatif √ tidak kooperatif curiga
c. Gangguan konsep diri ya √ tidak
Lain-lain :
Masalah keperawatan :
terhadap
obat
4 NACL 0,9 % 500m Untuk hipersensiti Detak jantung
g mengatur f cepat,iritasi,nyer
jumlah air i sendi
dalam tubuh
5 metronidazol 3x1 Untuk Alergi dan Perasaan mual
e hari membasmi ibu hamil muntah,penurun
bakteri an nafsu makan
dalam
tubuh
6 plasbumin 25% Untuk pasien Anemia Peningkatan air
hipoalbuminem berat liur,mual muntah
ia jantung
( Fransiska R Marawali)
A. ANALISA DATA
o klien
mengtakan
aktivitas
dibantu
o keluarga klien
mengatakan
aktivitas
tebatas
DO:
o aktivitas klien
tampak
dibantu
keluaraga
o saat makan
klien nampak
dibantu
keluarga
o saat duduk
klien tampak
dibantu
keluarga
o saat kekamar
mandi klien
tampak
dibantu
keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
insulin 6 Iu
Observasi :
- Identifikasi pengobatan
yang direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukungan
untuk menjalani
program pengobatan
dengan baik dan benar
Edukasi:
Terapeutik :
Edukasi:
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Terapeutik :
- Memberikan
dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan
baik dan benar
Edukasi:
- Menjelaskan
mamfaat dan efek
samping pengobatan
- Menganjurkan
mengosomsi obat
sesuai indikasi
2 23-12-2022 9:00 Melakukan terapi S:
aktivitas - Klien mengatakan
tidak bisa
Observasi : beraktifitas sendiri
- Mengidentifikasi - Klien mengatakan
kemapuan aktivitas dibantu
berpartisipasidalam dikeluarga
aktivitas O:
tertentu(dengan cara - Aktivitas klien
menanyakan apa saja tampak dibantu
aktivitas yang bisa keluarga
dilakukan tampa - Saat malam klien
dibantu keluarga) tampak dibantu
keluarga
Terapeutik : - Saat mau duduk
- Memfasilitasi pasien klien dibantu
dan keluarga dalam keluarga
menyesuiakan
lingkungan untuk A : Masalah belum
mengakomodasi teratasi intoransi
aktivitas yang di pilih aktivitas
- Melibatkan
keluarga P : intervensi dilanjutkan
dalam aktivitas
- Melakukan terapi
aktivitas
Edukasi:
- Melakukan
- Mengajarkan cara
manajemen
melakukan aktivitas
yang ringan program latihan
Melakukan
manajenen program
09:30 latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
1. 24-12-2022 08:00 Melakukan S:
manajemen - Pasien mengatakan
hiperglikemia sudah bisa
mengontrol pola
Observasi : makan
- Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
kemungkinan buang air kecil ±
penyeba 5x/ hari
hiperglikemia(denga - Keluarga
n cara menanyakan mengatakan sudah
bagaimana pola teratur minum
makan klien) obat
- Memonitor tanda
dan gejala O:
hiperglikemia(denga - (Gula darah
n cara menanyakan puasa ,184)
apakah sering haus - Klien tampak
dan lapar dan sering sudah bisa
BAK mengontrol pola
Terapeutik : makan
- Memberikan asupan - Klien tampak lelah
cairanoral(menberika
n minum pada A:
pasien) Masalah tertasi
sebagian
Edukasi : Ketidakstabilan gula
- Mengajurkan darah
kepatuhan terhadap P : intervensi dilanjutkan
diet Kolaborasi : - Melakukan
- melakukan manajemen
kolaborasi hiperglikemia
pemberian insulin - Melakukan
sebanyak 6 unit edukasi program
pengobatan
Melakukan edukasi
8:30 program pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengobatan yang
direkomendasi(denga
n menanyakan
apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan
dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan
baik dan benar
Edukasi:
- Menjelaskan
mamfaat dan efek
samping pengobatan
- Menganjurkan
mengosomsi obat
sesuai indikasi
kemapuan beraktivitas
aktivitas duduk)
Observasi :
- Melakukan terapi
- Mengidentifikasi
aktivitas
pengetahuan dan
- Melakukan
pengalaman aktivitas
manajemen
fisik sebelumnya
program latihan
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/
melanjutkan aktivitas
fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
BAB V :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah di lakukan pada Ny.B dengan
1. Pengkajian
dilakukan dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan
data
2. Diagnosa
perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus. Tujuan yang diharapkan dari
4. Implementasi
semua dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana tindakan yang penulis tidak
5. Evaluasi
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat Karya Tulis Ilmiah diharapkan bagi
pasien dengan Diabetes Melitus dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus agar
(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 15 april
2016 dari http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC