Bahan Ajar Interaksi Desa Kota
Bahan Ajar Interaksi Desa Kota
Bahan Ajar Interaksi Desa Kota
B. UNSUR-UNSUR DESA
Jika dilihat dari pengertiannya, desa memiliki tiga unsur yakni wilayah, penduduk, serta tata
kehidupan. Berikut penjelasan dari ketiga unsur tersebut.
1. Unsur daerah / wilayah terdiri dari lokasi atau letak, batas – batas wilayah, jenis tanah, keadaan lahan,
luas, juga pola pemanfaatnya.
Daerah yang dimaksud berupa lahan yang produktif maupun yang tidak produktif, termasuk
penggunaan tanah, letak, luas, batas lahan di lingkungan setempat. Unsur daerah meliputi lahan di
desa, misalnya lahan pekarangan, persawahan, tegalan, dan permukiman. Wilayah atau daerah
merupakan tempat bagi manusia untuk dapat melakukan berbagai aktivitas, baik sosial, ekonomi,
maupun budaya. Pemilihan daerah atau wilayah sebagai tempat aktivitas tersebut sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti iklim, topografi, keadaan tanah, dan air. Adanya perbedaan kondisi fisik
antarwilayah menyebabkan terjadinya perbedaan perkembangan wiayah. Contohnya, daerah yang
relatif datar dan terletak di dekat daerah perkotaan akan berkembang lebih cepat daripada daerah
pegunungan yang jauh dari perkotaan
2. Unsur penduduk meliputi tingkat kelahiran, jumlah, tingkat kematian, kepadatan, pertumbuhan
penduduk, persebaran serta mata pencarian penduduk.
Penduduk merupakan salah satu unsur penting dalam suatu wilayah. Di dalam upaya
mengembangkan wilayah penduduk akan bertindak sebagai tenaga kerja, perencana, atau pelaksana
sekaligus yang akan memanfaatkan segala potensi yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan
kependudukan dalam suatu wilayah antara lain jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan mata
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
pencaharian penduduk. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pola penggunaan lahan yang ada
di pedesaan.
3. Unsur tata kehidupan terdiri dari pola tata pergaulan serta ikatan pergaulan, adat istiadat juga norma –
norma yang berlaku di daerah tersebut.
Perilaku kehidupan masyarakat pedesaan meliputi pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan yang melatar
belakangi masyarakat desa. Perilaku masyarakat desa ditunjukkan oleh adanya ikatan antarwarga yang
sangat erat. Hal itu dapat dilihat dengan adanya sikap gotong royong yang mengutamakan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi.
C. POTENSI DESA
1) Potensi fisik
a) tanah, dalam artian sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang merupakan sumber
mata pencaharian, bahan makanan, dan tempat tinggal.
b) air, dalam artian sumber air, kondisi dan tata airnya untuk irigasi, pertanian dan kebutuhan
hidup sehari-hari.
c) iklim, peranannya sangat penting bagi desa yang bersifat agraris.
d) ternak, sebagai sumber tenaga, bahan makanan, dan pendapatan.
e) manusia, sebagai sumber tenaga kerja potensial (potential man power) baik pengolah tanah dan
produsen dalam bidang pertanian, maupun tenaga kerja industri di kota.
pemekaran desa pegunungan itu mengarah kesegala jurusan, tanpa adanya rencana. Sementara itu
pusat-pusat kegiatan penduduk pun dapat bergeser mengikuti pemekaran.
c) Bentuk Desa Linear di Daratan Rendah
Pemukiman penduduk didataran rendah umumnya memanjang sejajar dengan rentangan jalan raya
yang menembus desa yang bersangkutan. Jika kemudian secara wajar artinya tanpa direncanakan
desa mekar, tanah pertanian diluar desa sepanjang jalan desa menjadi pemukiman baru memang
ada kalanya juga pemekaran kearah pedalaman sebelah menyebelah jalan raya. Maka harus
dibuatkan jalan baru mengelilingi desa, jadi semacam ring road dengan maksud agar kawasan
pemukiman baru tak terpencil.
d) Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu
Jenis ini terdapat didataran rendah, yang dimaksudkan dengan fasilitas misalnya mata air, waduk,
lapangan terbang, dan lain-lain. Arah pemekarannya dapat kesegala jurusan, sedang fasilitas-
fasilitas untuk industri kecil dapat disebarkan dimana-mana sesuai dengan keinginan setempat.
Bentuk-bentuk desa seperti diuraikan diatas bertalian erat dengan usaha pengembangan dan
penggalian sumber dayanya secara optimal. Dengan cara yang bijaksana perkembangan
pemukiman dalam arti pemekarannya juga harus direncanakan secara khusus, sehingga terjamin
wajah pemukiman yang baik dalam arti yang menguntungkan.
2. Pola-pola Desa
Menurut R. Bintarto ada 6 pola desa yang dikemukakan yaitu :
a) Memanjang jalan: Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai. Contohnya: terdapat
didaerah Bantul, Yokyakarta
b) Memanjang sungai : Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai. Contohnya terdapat
didaerah Bantul, Yogyakarta
c) Radial : Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang sepanjang sungai dilereng
gunung Tersebar : Pola desa didaerah gunung kidul – yogyakarta merupakan nucleus yang berdiri
sendiri.
d) Memanjang pantai : Didaerah pantai susunan desa nelayan berbentuk memanjang sepanjang pantai.
e) Sejajar jalan kereta api.
E. TIPE-TIPE DESA
Tipologi desa dan kelurahan adalah karakteristik desa dan kelurahan berdasarkan potensi sumber
daya alam dan interaksi dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakat (pola nafkah). Tipologi desa dan
kelurahan mempertemukan konsep sumber daya alam, konsep pemberdayaan masyarakat, dan pola nafkah,
dan aspek kewilayahan. Acuan dalam menentukan tipologi desa dan kelurahan adalah berdasarkan pada
karakteristik desa yang secara alami tidak akan berubah atau jika mengalami perubahan membutuhkan
waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, berdasarkan sensus Potensi Desa (Podes), data karakteristik desa
yang memenuhi kriteria tersebut diatas dan dapat digunakan sebagai dasar pembentukan tipologi adalah
sebagai berikut :
1) Letak geografis
2) Peruntukan lahan
3) Pola nafkah/mata pencaharian
Berdasar karateristik diatas maka tipe desa itu terbagi atas:
1) Desa Pesisir/Nelayan ( DNL) Desa pesisir adalah desa/kelurahan termasuk nagari dan atau lainnya
yang memiliki wilayah berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau merupakan desa pulau)
dengan corak kehidupan masyarakatnya, baik tergantung maupun tidak tergantung pada potensi laut.
2) Desa Persawahan (DPS) Desa yang bila sebagian besar penduduknya tergantung dari usaha
persawahan
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
3) Desa Perladangan (DPL) Desa yang bila bagian terbesar penduduknya hidup tergantung dari usaha
pertanian ladang (palawija/padi gogo/hortikultural)
4) Desa Perkebunan (DRS) Desa yang bila sebagian besar penduduknya hidup tergantung kepada usaha
perkebunan (karet, kelapasawit, cengkeh,dll)
5) Desa Peternakan (DPT) Desa yang merupakan desa dimana penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai peternak.
6) Desa Perdagangan (DJP) Desa dimana orang-orang dari berbagai jurusan dapat bertemu satu dengan
yang lain untuk menjual dan membeli barang-barang yang dihasikan masyarakat sehingga terjadilah
pasar.
7) Desa Pertambangan (DPG) Desa yang tumbuh di dekat wilayah yang menghasilkan hasil-hasil
pertambangan.
8) Desa Industri Kecil dan kerajinan (DIK) Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang industri kecil kerajinan.
9) Desa Industri Sedang dan Besar ( DIB) Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang industri sedang dan besar.
Berdasarkan karakteristik dan potensi desa, maka tipe desa juga dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Tipe Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklah ikatan-
ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk.
Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia,
yakni:
a) Tipe Desa Geneologis
Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana masyarakatnya mempunyai
ikatan secara keturunan atau masih mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang
terbentuk secara geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan
campuran.
b) Tipe Desa Teritorial
Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa teritorial
terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan kepentingan bersama,
dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang menjadi suatu masyarakat hukum
dimana ikatan warganya didasarkan atas ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.
c) Tipe Desa Campuran
Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan wilayah. Dalam
bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.
2) Tipe Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal
Berdasarkan hamparan tempat tinggal, maka desa dapat diklasifikasikan atas:
a) Desa Pedalaman
Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana
ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu
kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.
b) Desa Pegunungan
Desa Terdapat di daerah pegunungan, Pemusatan tersebut didorong kegotong royongan
penduduknya.
c) Desa Dataran Tinggi
Desa yang berada di daerah pegunungan.
d) Desa Dataran Rendah
Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari desa dataran
rendah biasanya bergantung pada sektor pertanian.
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
2) Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa yang masyarakatnya sudah lebih maju dibandingkan dengan desa swadaya.
Selain untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi yang dihasilkan penduduk sudah
mulai dijual ke daerah lain. Desa swakarya mulai mengadakan kontak atau hubungan dengan warga
lain, walaupun intensitasnya masih sedikit.
(Fahmi : 2014) Ciri-ciri desa swakarya adalah sebagai berikut:
a) Mata pencaharian beragam jenisnya
b) Adat istiadat sedang mengalami perubahan
c) Gotong royong untuk membangun desa sudah meningkat
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
d) Pengaruh dari luar sudah masuk sehingga terjadi perubahan cara berpikir
e) Pemerintahan desa mulai berkembang
f) Bantuan pemerintah hanya sebagai perangsang
g) Lapangan kerja bertambah
h) Masyarakat telah mampu meningkatkan kehidupannya.
Jadi dapat disimpulkan desa swakarsa merupakan desa yang memiliki tingkat perkembangannya lebih
maju.
3) Desa swasembada
Desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang ada secara
optimal. Masyarakat desa ini sudah mulai mengadakan interaksi atau hubungan dengan masyarakat
luar untuk melakukan tukar menukar barang dengan wilayah lain. Hasil dari interaksi tersebut
menyebabkan masyarakat yang tinggal didesa swasembada mampu menyerap teknologi baru untuk
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik.
Ciri-ciri desa swasembada:
a) Keperluan hidup pokok desa telah tersedia
b) Ikatan adat yang berhubungan dengan perekonomian tidak berpengaruh lagi
c) Lembaga-lembaga ekonomi dianggap lebih modern
d) Biasanya terletak di sekitar ibu kota kecamatanx
e) Ibu kota kabupaten, atau ibu kota provinsi
f) Alat-alat teknis sudah modern
g) Mata pencaharian beraneka ragam
h) Tingkat pendidikan dan keterampilan tinggi
i) Lembaga ekonomi, sosial, dan kebudayaan sudah dapat menjaga kelangsungan hidupnya
j) Hubungan dengan kota sekitarnya berjalan lancar
k) Kondisi perhubungan, produksi, pemasaran, dan kegiatan sosial sudah baik
Kota merupakan suatu kawasan yang dihuni oleh penduduk yang biasanya memiliki ciri modern.
Penduduk yang menempati kawasan perkotaan umumnya memiliki pencaharian di bidang nonagraris yang
beraneka ragam. Kegiatan ekonomi yang menggunakan lahan perkotaan antara lain :
1) Perumahan
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
Pemanfaatan lahan di kota lebih kompleks dari pedesaan karena struktur dan kondisi masyarakatnya
pun lebih beragam. Lahan perumahan di perkotaan biasanya sangat rapat, karena jumlah penduduknya
banyak.
2) Industri
a. Industri berhaluan bahan (bahan mentah harus diperhitungkan secara khusus) berlokasi ditempat
terdapatnya bahan mentah tersebut.
b. Di tempat pemasaran.
c. Industri berhaluan pekerja, berlokasi ditempat tenaga kerja yaitu pengerjaan bahan industri yang
memerlukan keahlian khusus seperti membatik, membordir
3) Jasa
Jasa yang menggunakan lahan kota adalah jalan, terminal, rel kereta api, stasiun dan sebagainya.
4) Sarana Pemerintahan
Selain perumahan dan perkantoran, lahan di kawasan perkotaan juga biasa digunakan untuk
membangun sarana-sarana pemerintahan. Ini terjadi karena kota biasanya menjadi pusat pemerintahan.
5) Tempat Pemasaran
Keberadaan kawasan perkotaan sebagai pusat pemerintahan akhirnya mendorong masyarakat untuk
lebih banyak melakukan transaksi perdagangan di perkotaan. Oleh karena itu, ada pula sebagian lahan
yang dimanfaatkan untuk keperluan perdagangan (pasar, mall, grosir, dan sebagainya).
C. Pengertian Kota
Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang keilmuannya masing-
masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai berikut.
1. Bintarto
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk
yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya
materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan pendatang.
Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian,
agama, adat, dan kebudayaan
2. Max Weber
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai
sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan
administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
Wilayah pusat usaha yang terdapat di Eropa dan Amerika terutama berisi pedagang eceran, bank,
pelayanan dokter, jasa hukum, hotel dan hiburan. Pada umumnya tidak terdapat perumahan, pabrik, atau
pedagang besar. Menurut Dewi (2009), kota-kota yang terdapat di negeri kita mulanya hanya merupakan
sebuah pemukiman penduduk biasa, seperti desa. Lama-kelamaan tumbuh dan berkembang berdasarkan
latar belakang atau sejarahnya masing-masing.
Dari uraian di atas, adanya perkembangan aktivitas penduduk di Indonesia yang tumbuh
mengakibatkan munculnya kota-kota atas dasar sebagai berikut : ada yang berkembang karena tempat
tersebut merupakan kawasan perdagangan, karena merupakan pusat perkebunan, pertambangan, atau
karena dijadikan pusat administrasi pemerintahan.
1. Menjelaskan pertumbuhan kota yang berlatarbelakang sebagai pusat perdagangan
2. Menjelaskan pertumbuhan kota yang berlatar belakang sebagai pusat pertambangan
3. Menjelaskan pertumbuhan kota yang berlatar belakang sebagai pusat administrasi pemerintahan
4. Menjelaskan pertumbuhan kota yang berlatar belakang sebagai pusat perkebunan
Teknik Perkembangan kota yang sumber tenaga yang digunakan bensin dan uap air
3. Tahap-tahap perkembangan kota menurut Griffith Taylor
Menurut Griffith Taylor , tingkat perkembangan kota ada 4 tahap :
a) Tahap infantile
Pada tahap ini ditandai dengan tidak adanya tempat pemisah antara pusat perekonomian dengan
tempat perumahan sehingga biasanya dijadikan satu antara toko dan perumahan. Lalu lintas
menjadi terganggu. Trotoar dan jalur jalan sempit akan menjadi halaman warga. Selain itu batas
antara daerah miskin dan daerah kaya semakin sulit untuk digambarkan.
b) Tahap Juvenile
Pada tahap ini ditandai dengan munculnya rumah-rumah baru diantara rumah-rumah lama atau tua
dan mulai nampak terpisahnya antara toko atau perusahaan atau perumahan.
c) Tahap Mature
Pada tahap ini ditandai adanya pengaturan tempat ekonomi dan perumahan atau sudah adanya
perencanaan tata kota yang baik
d) Tahap sinile
Pada tahap ini kota kembali menjadi rumit karena adanya pengembanganpengembangan kota yang
lebih luas lagi sehingga terjadi pembongkaran dan penggusuran perumahan maupun untuk
dipindahkan keluar kota.
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural
berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang.
Dalam suatu kota terdapat hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, seperti pusat kota, pusat
bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan yang ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti
jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal.
Ilmu Struktur Ruang Kota merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana pola-pola
penggunaan lahan di kawasan kota. Menurut Hadi Sabari Yunus dalam buku Struktur Ruang Kota
(2000) berpendapat bahwa ada 5 (lima) kategorisasi pendekatan-pendekatan tentang penggunaan lahan
kota, yaitu:
1. Pendekatan Ekologikal (Ecological Approach).
2. Pendekatan Ekonomi (Economic Approach).
3. Pendekatan Morfologikal (Urban Morphological Approach).
4. Pendekatan Sistem Kegiatan (Activity Systems Approach).
5. Pendekatan Ekologi Faktoral (Factoral Ecology Approach).
2. Unsur-unsur Pembentukan Struktur Tata Ruang Kota
Unsur-unsur pembentuk struktur tata ruang kota telah dikemukakan oleh banyak pakar.
Menurut Doxiadis, perkotaan atau permukiman kota merupakan totalitas lingkungan yang
terbentuk oleh 5 unsur, yakni alam (nature), individu manusia (antropos), masyarakat (society),
ruang kehidupan (shells), dan jaringan (network).
Dalam perspektif yang berbeda, menurut Patrick Geddes, karakteristik permukiman sebagai suatu
kawasan memiliki unsur yaitu place (tempat tinggal); work (tempat kerja); folk (tempat
bermasyarakat).
Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota (Sinulingga, 2005:97) yaitu:
a) Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan
yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat pelayanan.
b) Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir yang
cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat.
c) Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka hijau.
d) Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas.
3. Bentuk dan model struktur ruang
Bentuk struktur ruang kota apabila ditinjau dari pusat pelayanan (retail) terbagi menjadi tiga, yaitu
(Sinulingga, 2005:103-105)
a) Monocentric City
Monocentric City adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah penduduknya belum
banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan yang sekaligus berfungsi sebagai Central
Bussines District (CBD).
b) Polycentric City
Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat pelayanan tidak efisien lagi.
Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari satu pusat pelayanan yang
jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk kota.
c) Kota Metropolitan
Kota Metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit yang terpisah
cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi semuanya membentuk satu kesatuan
sistem dalam pelayanan penduduk wilayah metropolitan. Adapun model struktur ruang apabila
dilihat berdasarkan pusat-pusat pelayanan diantaranya adalah:
1) Mono Centered. Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling
terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain.
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
2) Multi Nodal. Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat daan sub-sub pusat yang
saling terhubung satu sama lain. Sub-sub pusat selain terhubung langsung dengan sub
pusat juga terhubung langsung dengan pusat.
3) Multi Centered. Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling terhubung satu
sama lain.
4) Non Centered. Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub pusat.
Semua node memiliki hirarki sama dan saling terhubung antara satu dengan yang lain.
4. Teori Konsentris (The Consentric Theory)
Teori Ini dikembangkan oleh Ernest W. Burgess yang menyatakan bahwa perkembangan suatu
kota akan mengikuti pola lingkaran-lingkaran konsentrik.
Masing-masing zone tumbuh sedikit demi sedikit kea rah luar pada semua bagian sehingga pada
akihirnya akan terbentuk pola keruangan yang berlapis-lapis dengan daerah Central Bussinis
District (CBD) sebagai pusat. (Rostam, dalam Bakaruddin,2012: 173)
Berdasarkan nilai tanah atau kriteria status sosial kawasan tempat kediaman, dalam keadaan biasa,
kota membentuk lima zone sepusat sebagai berikut :
a) Daerah Pusat Bisnis (Central Bussiness Distric)
Lapisan ini merupakan pusat bagi segala kegiatan perniagaan dan perdagangan, pengangkutan
serta kegiatan pusat lainnya. Zone pusat niaga ini terbagi dua :
1) Inti kota dimana terdapat gedung-gedung, kedai-kedai besar hotel, bank,restoran, bioskop
atau hiburan lainnya, kantor.
2) Kawasan perniagaan barang yang diselang selingi oleh gedung-gedung penyimpanan
barang yang terletak mengelilingi pusat inti
b) Daerah Transisi (Zone of Transition)
Zone pada lapisan ini banyak dihuni oleh golongan penduduk berpenghasilan rendah, para
migran yang datang dari desa, sehingga kawasan ini berkembang sebagai kawasan sesak atau
slum area.
c) Daerah tempat tinggal para pekerja (zones of Working men’s home)
Perumahan pada zone ini pada umumnya lebih baik serta sudah mulai teratur. Kebanyakan
penghuninya adalah bekas penghuni zone kedua sebagai pekerja pabrik, buruh dan lain
sebagainya.
d) Daerah tempat tinggal kelas menengah (zone of middle class dwellers)
Kawasan ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari orang-orang profesional, pemilik
sendiri, pengusaha, para pegawai dsb. Perumahan penduduknya terdiri dari rumah-rumah
pribadi, rumah bangsa rendah dan terdapat pusat perniagaan kecil untuk memenuhi kebutuhan
warga setempat.
e) Daerah tempat tinggal para penglaju (commuters of zone)
Merupakan bagian terluar dari suatu kota dan merupakan kawasan perumahan mewah. Pada
lapisan ini hanya ditempati oleh mereka yang mempunyai kendaraan pribadi yang mampu
berulang alik ke tempat kerja di pusat kota, zone ini berkembang sebagai kawasan subur da
nada yang berkembang sebagai kota-kota satelit, tergantung waktu dan luas dan aktivitas
penduduknya. Contoh-contoh negara dengan teori kosentris.
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
5. Teori Sektor
Sumber : http://www.lewishistoricalsociety.com
Keterangan gambar :
a) Biru : Pusat niaga sekaligus pusar kota (CBD)
b) Ungu : Kawasan industri ringan dan perdagangan
c) Orange : Sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh
d) Hijau : Kawasan pemukiman kelas menengah
e) Kuning : Kawasan tempat tinggal golongan atas
Diperkenalkan oleh Homer Hoyt (1930) yang menyatakan bahwa perkembangan unit-unit kegiatan
di daerah kota tidak mengiukuti zone-zone yang teratur secara konsentris, tetapi dengan membentuk
sektor-sektor tertentu.
Sector-sektor tersebut bisa terjadi di sepanjang jalur transportasi darat maupun air, sehingga
perkembangan kota lebih menyerupai gurita.
1) Daerah Industri Kecil dan Perdagangan
Terdiri dari kegiatan pabrik ringan, terletak diujung kota dan jauh dari kota menjari ke arah
luar. Persebaran zona ini dipengaruhi oleh peranan jalur transportasi dan komunikasi yang
berfungsi menghubungkan zona ini dengan pusat bisnis.
2) Daerah pemukiman kelas rendah
Dihuni oleh penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi lemah. Sebagian zona ini
membentuk persebaran yang memanjang di mana biasanya sangat dipengaruhi oleh adanya rute
transportasi dan komunikasi. Walaupun begitu faktor penentu langsung terhadap persebaran
pada zona ini bukanlah jalur transportasi dan komunikasi melainkan keberadaan pabrik-pabrik
dan industri-industri yang memberikan harapan banyaknya lapangan pekerjaan.
3) Daerah pemukiman kelas menengah
Kemapanan Ekonomi penghuni yang berasal dari zona 3 memungkinkanya tidak perlu lagi
bertempat tinggal dekat dengan tempat kerja. Golongan ini dalam taraf kondisi kemampuan
ekonomi yang menanjak dan semakin baik.
4) Daerah pemukiman kelas tinggi
Daerah ini dihuni penduduk dengan penghasilan yang tinggi. Kelompok ini disebut sebagai
“status seekers”, yaitu orang-orang yang sangat kuat status ekonominya dan berusaha mencari
pengakuan orang lain dalam hal ketinggian status sosialnya.
Pertumbuhan atau sector-sektor yang terjadi dari perkembangan kota dapat berupa:
a) Pertumbuhan Vertikal, yaitu daerah ini dihuni oleh struktur keluarga tunggal dan semakin lama
akan didiami oleh struktur keluarga ganda. Hal ini karena ada factor pembatas, yaitu : fisik,
social, ekonomi dan politik.
b) Pertumbuhan Memampat, yaitu apabila wilayah suatu kota masih cukup tersedia ruang-ruang
kosong untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan lainnya.
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
c) Pertumbuhan Mendatar ke Arah Luar (Centrifugal), yaitu biasanya terjadi karena adanya
kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan kegiatan lainnya.
d) Pertumbuhannya bersifat datar centrifugal, karena perembetan pertumbuhannya akan kelihatan
nyata pada sepanjang rute transportasi. Pertumbuhan datar centrifugal ini dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Pertumbuhan Datar Aksial,
pertumbuhan kota yang memanjang ini terutama dipengaruhi oleh adanya jalur transportasi
yang menghubungkan KPB dengan daerah-daerah yang berada diluarnya.
2) Pertumbuhan Datar Tematis,
pertumbuhan lateral suatu kota tipe ini tidak mengikuti arah jalur transportasi yang ada,
tetapi lebih banyak dilatarbelakangi oleh keadaan khusus, sebagai cintih yaitu dengan
didirikannya beberapa pusat pendidikan, sehingga akan menari penduduk untuk bertempat
tinggal di daerah sekitarnya.
3) Pertumbuhan Datar Kolesen,
perkembangan lateral ketiga ini terjadi karena adanya gabungan dari perkembangan tipe satu
dan dua. Sehubungan dengan adanya perkembangan yang terus-menerus dan bersifat datar
pada kota (pusat kegiatan), maka mengakibatkan terjadinya penggabungan pusat-pusat
tersebut satu kesatuan kegiatan.
a) CBD (Cenral Bussines District) : Merupakan Pusat Daerah Kegiatan yang merupakan inti kota.
b) Industry : Industri mengikuti aliran sungai, jalur kereta api, jalan raya. Pekerja kelas bawah bekerja di
daerah ini memproduksi barang kebutuhan kota.
c) Low Class Residential : Merupakan pemukiman pekerja kelas bawah, dekat dengan lokasi pabrik
untuk mengurangi biaya transport. Tingkat polusi di daerah ini sangat tinggi dan lingkungan yang buruk
karena pengaruh pabrik.
d) Middle Class Residental : Merupakan zona pemukiman terluas, dihuni pekerja dengan taraf ekonomi
menengah. Kondisi lingkukngan lebih baik karena agak jauh dari daerah pabrik.
e) High Class Residental : Merupakan zona pemukiman kelas atas, kondisi lingkungan sangat baik dan
sarana transportasi sangat nyaman tanpa kemacetan. Akses menuju pusat kota sangat lancar.
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
d. Integration : bertemunya beberapa unsur yang saling mengisi, sehingga dapat dicapai suatu keserasian dan
kelengkapan
Selain dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan ada juga teori interaksi yang bertujuan untuk
mengukur kekuatan antar dua wilayah atau lebih. Reilly (1929) berpendapat bahwa “kekuatan interaksi antar
dua wilayah atau lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk masing-masing wilayah serta
jarak mutlak antar wilayah”. Dari teori tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekuatan antar wilayah
ditentukan oleh :
a. Jarak antar dua wilayah, Semakin dekat jarak antar dua wilayah maka interaksinya semakin besar, dan
sebaliknya.
b. Jumlah penduduk, Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar kekuatan interaksinya
c. Keterjangkauan transportasi
d. Fasilitas yang terdapat di suatu wilayah
e. Banyaknya kesempatan bekerja dan berusaha
f. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan IPTEK di suatu
g. wilayah
Menurut Daljoeni (1997) selain faktor yang mempengaruhi interaksi yang dijelaskan di atas, ada juga
faktor spatial transfer ability yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:
a. Jarak mutlak
b. Jarak relative
c. Biaya angkutan/biaya transportasi
d. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah.
Interaksi keruangan menandakan bahwa gejala-gejala, sifat gejala dan sebagainya dipengaruhi oleh sifat
keruangan dan non keruangan dari gejala yang bersangkutan. Interaksi keruangan menyatakan dirinya dalam
bentuk perpindahan manusia, materi, informasi dan energi. Interaksi keruangan menyajikan dasar untuk
menerangkan lokasi, relokasi, distribusi dan difusi pemencaran dari gejala-gejala tersebut.
Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor utama yang mendasari atau mempengaruhi timbulnya interaksi
antar wilayah, yaitu sebagai berikut:
a. Regional Complementary
Yaitu adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi. Regional Complementary adalah terdapatnya
wilayah-wilayah yang berbeda dalam ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada
wilayah yang kelebihan (surplus) sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan galian, dan di lain
pihak ada daerah yang kekurangan (minus) jenis sumber daya alam tersebut. Adanya dua wilayah yang
surplus dan minus sumber daya tersebut sangat memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling
melengkapi kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen dan konsumen.
b. Intervening Opportunity
Adanya kesempatan untuk berintervensi, artinya adanya suatu kemungkinan perantara yang dapat
menghambat timbulnya interaksi antar wilayah.
c. Spatial Transfer Ability
Adanya kemudahan transfer atau pemindahan, baik itu manusia, barang dan jasa, gagasan dan informasi
antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Kemudahan
pergerakan antar wilayah sangat berkaitan dengan beberapa hal berikut ini:
1) Jarak antarr wilayah (jarak mutlak dan relatif)
2) Biaya transportasi
3) Kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana tranportasi antar wilayah.
2. Suburban (sub daerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota.
Wilayah ini merupakan tempat tinggal para penglaju (penduduk yang melakukan mobilitas harian ke kota
untuk bekerja).
3. Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang melingkari sub-urban, atau
peralihan antara kota dan desa.
4. Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luar) yaitu semua batas wilayah terluar suatu kota.
Wilayah ini ditandai dengan sifat-sifatnya yang mirip dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat
kota.
5. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota) yaitu suatu wilayah yang terletak antara kota dan desa yang
ditandai dengan pola penggunaan lahan campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
6. Rural (daerah perdesaan).
3. Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda yang
lebih tertarik bekerja di kota.
4. Perubahan tata guna lahan di pedesaan akibat perluasan wilayah kota dan banyak orang kota
membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota.
5. Tata cara dan kebiasan yang menjadi budaya kota telah masuk ke pelosok desa dan
cenderung mengubah budaya desa
6. Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran dan pencemaran
lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi desa-kota.
2) Dampak Interaksi Bagi Kota
Urbanisasi ialah salah satu bentuk dari interaksi desa-kota. Menurut Hope Tisdale Eldrige ( 1956
) pengertian urbanisasi ialah sebuah proses perpindahan penduduk ke kota atau dari daerah permukiman
padat.
a) Dampak Positif Bagi Kota
1) Tercukupinya kebutahan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagian besar
berasal dari daerah perdesaan, seperti sayuran, buah-buahan, beras dan lain-lain.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari desa yang pergi
ke kota.
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan bisa dipasarkan hingga ke pelosok desa
sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
b) Dampak Negatif Bagi Kota
a) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan bagi
daerah perkotaan yaitu meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
b) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya seperti
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan dan lain-lain.
c) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat
yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bataran sungai, pinggiran rel kereta api,
kuburan dan kolong jembatan. Umumnya permukiman yang terbentuk ialah permukiman
kumuh.
Menurut para geografi, wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas
yaitu:
a. Tidak tersedia air bersih untuk diminum.
b. Tidak ada saluran pembuangan air.
c. Penumpukan sampah dan kotoran.
d. Serta akses ke luar perkampungan yang sulit.
d) Terjadi degradasi kualitas lingkungan, peningkatan jumlah penduduk kota yang
pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Permukiman baru
muncul di kota-kota seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Medan, Balikpapan dan Makassar. Pertumbuhan permukiman yang sangat cepat di
perkotaan sangat berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas
lingkungan.
k . PA . PB
I AB= 2
d AB
Keterangan :
IAB : kekuatan interaksi antara daerah A dengan daerah B
k : nilai konstanta empiris, biasanya angka 1
PA : jumlah penduduk daerah A
PB : jumlah penuduk daerah B
dAB : jarak mutlak yang menghubungkan daerah A dan B
Contoh Soal :
Jumlah penduduk kota A adalah 40.000 orang, penduduk kotaB adalah 10.000 orang. Jarak dari
kota A ke kota B adalah 20 km. Berapakah kekuatan interaksi kedua kota tersebut?
Jawab : A dAB : 20 km B
Diketahui :
PA = 40.000
PB = 10.000
dAB = 20 km
interaksi antara kota A dan B adalah :
k . PA . PB
I AB= 2
d AB
1. ( 40.000 ) .(10.000)
I AB= 2
(20)
400.000 .000
I AB=
400
I AB=1.000 .000
Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran arus diantara dua region dengan mengalihkan kedua
masa dari kedua region yang bersangkutan yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region.
Teori gravitasi oleh W.J Reilly yang mengadopsi teori Issac Newton Bahwa kekuatan interaksi antar wilayah
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak, dengan Ketentuan :
a. Kondisi penduduknya relatif sama (MP,Pddk,mobilitas,kondisi sosial ekonomi)
b. Kondisi alam relatif sama (bentuk wilayah dan relif)
c. Kondisi sarana dan prasarana yang menghubungkan wilayah juga sama
Rumus model gravitasi
Pi . P j .
T ij =k 2
d ij
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
Keterangan :
Tij = kekuatan gravitasional antara kecamatan pusat SSWP dengan hinterlandnya.
Pi = jumlah penduduk kecamatan pusat SSWP
Pj = jumlah penduduk kecamatan hinterland
dij = jarak antara kecamatan pusat SSWP dengan kecamatan hinterland
k = suatu konstan
Dab
1+
√ Pb
Pa
= jarak lokasi titik henti, yang dikur dari kota atau wilayah lebih kecil (dari kotaA)
Dab = jarak antara kota A dan B
Pa = jumlah penduduk yang lebih kecil (penduduk kota A)
Pb = jumlah penduduk yang lebih besar (penduduk kota B)
e
β=
v
Keterangan :
β = indeks konektivitas (kelancaran interaksi)
v = jumlah wilayah yang ingin diketahui tingkat interaksinya
e = jumlah jaringan jalan yang menghubungkan wilayah tersebut
contoh :
manakah wilayah di bawah ini yang paling tinggi interaksinya?
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
Jawab:
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa yang paling tinggi tingkat
interaksinya adalah wilayah A
secara keseluruhan
b) Urbanisasi merupakan suatu cara untuk menyerap pengetahuan dan
kemajuan yang ada di kota
c) Urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perkembangan kota.
Fandeli (2004), mengatakan bahwa pertambahan penduduk yang terus terjadi
dengan cepat meyebabkan beberapa masalah lingkungan yaitu: a) proses urbanisasi
akan terjadi sehingga menyebabkan persoalan pencemaran di wilayah perkotaan, b)
tekanan penduduk terhadap lahan akan semakin tinggi, akibatnya terjadi sedimentasi
dan erosi, dan c) tekanan penduduk terhadap kawasan hutan, meyebabkan menurunnya
kualitas hutan yang menyebabkan erosi dan banjir pada musim hujan dan kekeringan di
musim kemarau.
2) Tenaga Kerja
Sukirno (dalam Khairuddin, 2000) menyatakan bahwa dilihat dari sisi peluang,
pertumbuhan ekonomi telah menciptakan banyaknya peluang usaha baru bagi
masyarakat. Namun permasalahan juga muncul akibat daya pikat ekonomi yang
mendorong migrasi tenaga kerja dari luar yang tidak selalu dibekali keahlian yang
memadai.
3) Masalah Sosial
Disamping kerusakan lingkungan yang bersifat biofisik terdapat pula kerusakan
lingkungan sosial budaya. Orang desa yang bermigrasi ke kota biasanya mempunyai
pendidikan yang rendah dan tidak terampil sehingga mereka susah untuk ditampung
bekerja dengan upah layak sehingga tidak sedikit dari mereka yang terperangkap
kedalam profesi prostitusi. Pengangguran, kurang makan dan prostitusi merupakan
media yang subur untuk berkembangnya kejahatan (Soemarwoto, 2001).
c. Aspek Ekonomi
1) Pertumbuhan Ekonomi
Arsyad (1999), juga mengatakan bahwa faktor ekonomi juga mempunyai kontribusi yang besar
dalam menjadikan suatu kota kecil menjadi kota besar karena pertumbuhan ekonomi suatu
kota tentu saja tidak terlepas dari potensi dan aktivitas ekonomi yang berjalan di kota tersebut.
2) Pemerataan Ekonomi
Kuncoro (2003), menyatakan bahwa proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar
fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan
ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan mempunyai
perspektif yang lebih luas. Dalam proses pembangunan selain mempertimbangkan aspek
pertumbuhan dan pemerataan juga mempertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap
kehidupan sosial masyarakat.
Menurut kriteria Bank Dunia (dalam Arsyad 1999), mendasarkan penilaian pendapatan yang
diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan
dikategorikan:
a) Tinggi, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima kurang dari 12% bagian
pendapatan
b) Sedang, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima 12%-17% bagian
pendapatan, dan
c) Rendah, bila 40% penduduk berpendapatan terendah menerima lebih dari 17% bagian
pendapatan
urbanisasi mengandung banyak makna bergantung dari sudut mana kita mengkajinya,
diantaranya:
1) Urbanisasi diartikan sebagai proses pembengkakan kota yang diakibatkan oleh peningkatan
jumlah penduduk yang sangat cepat. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan alami
penduduk kota dan adanya perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dari pengertian ini
sering diartikan bahwa urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
2) Urbanisasi diartikan juga sebagai proses bertambahnya jumlah kota pada suatu wilayah atau
negara yang disebabkan oleh perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi.
3) Urbanisasi diartikan sebagai proses berubahnya suasana kehidupan pedesaan menjadi
suasana perkotaan.
4) Urbanisasi bisa pula diartikan sebagai pemekaran wilayah perkotaan.
Pada awalnya urbanisasi memang membawa dampak positif. Namun, lambat laun
urbanisasi juga bisa membawa dampak negatif dengan berkurangnya penduduk di daerah
pedesaan dan bertambahnya jumlah penduduk di daerah kota. Di negara- negara maju
urbanisasi sudah berlangsung sejak lama sehingga tidak heran jumlah penduduk kota lebih
banyak dari pada penduduk desa.
Usaha-Usaha Dalam Rangka Pemerataan Pembangunan Desa dan Kota Oleh Pemerintah Indonesia
nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun
efektif, adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia
merata di seluruh wilayah tanah air.
Ketimpangan hasil pembangunan yang cukup besar antara desa dan kota, membuat pengembangan
wilayah pedesaan dirasakan sangat penting, karena struktur ekonomi pedesaan berada dalam keadaan yang
tidak menguntungkan dibandingkan dengan struktur perkotaan. Karena itu permasalahan mendasar adalah
bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan pembangunan di pedesaan sekaligus upaya-upaya apa
yang yang harus dilakukan untuk mencapai keserasian/kesamaan dengan wilayah kota.
1. Pembangunan Wilayah
Pedesaan Pembangunan wilayah pedesaan dan perkotaan yang tidak seimbang sebagaimana selama ini
terjadi akan menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi dalam kehidupan. Persoalan-persoalan yang
dihadapi wilayah desa dan kota adalah masalah-masalah yang spesifik, sebab masing-masing wilayah
mempunyai potensi yang berlainan. Desa yang lebih berkesan sebagai kelompok masyarakat yang hidup
secara tradisional, mempunyai banyak ketertinggalan dibanding dengan dengan kota. Salah satu
tujuan pembangunan wilayah pedesaan adalah menyeterakan kehidupan masyarakat desa dan kota
sesuai dengan potensi yang dimiliki desa.
Untuk melakukan pembangunan desa, ada beberapa hal yang tidak dapat diabaikan diantaranya adalah
latar belakang, pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan yang terjadi di setiap desa. Beberapa hal
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
yang perlu untuk mendapat perhatian dalam pembangunan wilayah pedesaan adalah:
a. Pembangunan masyarakat desa masih bersifat dekonsentrasi. Disisi lain, sifat ragam dan hakikat desa
sangat beranekaragam yang secepatnya membutuhkan penanganan. Disamping itu, titik berat
pelaksanaan otonomi daerah yang terletak pada kabupaten menggambarkan kebulatan karakter
pedesaan wilayahnya.
b. Perangkat desa perlu mendapat bantuan teknis dan insentif. Perangkat desa yang menjadi tulang
punggung pelaksanaan pembangunan desa, keadaannya secara umum masih membutuhkan bantuan
teknis yang efektif. Bantuan teknis dan efektif yang dibutuhkan diantaranya adalah:
1) kesejahteraan, artinya pendapatan para kepala desa dan perangkatnya yang masih menjadi
masalah, kualitas ketrampilan, kewibawaan, kemampuan, kejujuran dan dedikasi para
perangkat desa masih perlu ditingkatkan dengan bantuan pemerintah.
2) Kemampuan membangun masyarakat desa mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai
mengawasi masih dilakukan dengan cara yang sangat sederhana atau dalam banyak hal
masih tanpa mekanisme manajemen sama sekali.
3) Mekanisme kerja antara pemerintah desa dan pemerintahan diatasnya perlu dimantapkan. Hal ini
dimaksudkan agar rencana yang dipersiapkan desa beserta masyarakatnya disambut baik dan
terwujud dalam pelaksanaannya tanpa modifikasi ataupun penghilangan yang pokok demi
kepentingan desa. Dan agar pembangunan jangan berlangsung secara birokratis yang berlebihan.
4) Dana pembangunan desa secara lintas sektoral masih belum bermanfaat bagi masyarakat desa.
Karena itu dibutuhkan usaha dan dorongan yang kuat, sehingga mekanisme proyek pembangunan
desa yang berlangsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa melalui pemerintahan paling
bawah.
5) Kurangnya keterpaduan kepentingan antar sektor, sehingga dibutuhkan koordinasi lintas sektoral
tentang pemerintahan desa melalui penyatuan program, misi dan visi pembangunan. Hal ini
dikarenakan setiap sektor mempunyai visi dan misi yang ideal mengenai pembangunan wilayah
pedesaan. Sehingga masing-masing sektor cenderung untuk berpegang teguh secara prinsip pada
fungsi pokoknya dan memegang asumsi bahwa secara fungsional tidak ada kewenangan untuk
mencampuri sektor lain.
1. Sasaran Pembangunan Pedesaan
Perlu untuk disadari bahwa proses pembangunan adalah suatu proses perubahan masyarakat.
Proses perubahan ini mencerminkan suatu gerakan dari situasi lama (tradisional) menuju suatu situasi baru
yang lebih maju (modern) dan belum dikenal oleh masyarakat. Perubahan yang dilakukan tersebut akan
melalui proses transformasi dengan mengenalkan satu atau beberapa fase antara. Pembangunan masyarakat
(pedesaan) memerlukan suatu proses dan model tranformasi dari model lama menuju model baru
(tujuan). Di sisi lain perlu pula untuk dipahami bahwa proses pembangunan merupakan suatu konsep
yang optimistik dan memberikan pengharapan kepada mereka yang secara sukarela berpartisipasi dalam
proses pembangunan. Sehingga perencanaan pembangunan baik sosial maupun budaya selalu perlu
menyadari dan menemukan indikasi-indikasi perubahan tuntutan.
Agar pembangunan wilayah pedesaan menjadi terarah dan sesuai dengan apa yang menjadi
kepentingan masyarakat desa, maka perencanaan mekanisme pelaksanaan pembangunan desa dilakukan
mulai dari bawah. Proses pembangunan yang dilaksanakan merupakan wujud keinginan dari masyarakat
desa. Dalam hal ini koordinasi antara pemerintah desa dengan jajaran di atasnya (Pemerintahan
Kecamatan, Pemerintahan Kabupaten) harus terus menerus dilakukan dan di mantapkan. Apalagi
pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan pada Pemerintah Kabupaten.
Pelaksanaan pembangunan pun hendaknya tidak hanya menjadikan desa sebagai obyek
pembangunan tetapi sekaligus menjadikan desa subyek pembangunan yang mantap. Artinya obyek
pembangunan adalah desa secara keseluruhan yang meliputi potensi manusia (SDM), Sumber Daya Alam
(SDA) dan teknologinya, serta mencakup segala aspek kehidupan dan penghidupan yang ada di pedesaan.
Sehingga menjadikan desa memiliki klasifikasi desa swasembada. Yaitu suatu desa yang berkembang
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota
dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya menunjukkan kenyataan yang makin meningkat.
Oleh karena masyarakat pedesaan sebagian besar berada di sektor pertanian, maka sasaran yang
ingin dicapai adalah membantu pemenuhan kebutuhan pangan dengan mengacu pada peningkatan
taraf hidup masyarakat desa dan peningkatan ketrampilan pada sektor pertanian, pertukangan kayu, dan
kesejahteraan keluarga.
3. Pemberdayaan Potensi Desa dalam Rangka Pengembangan Pedesaan
Munculnya Kesenjangan tingkat pertumbuhan dan kemajuan yang terjadi antara pedesaan dan
perkotaan telah melahirkan kesenjangan. Kondisi kesenjangan ini semakin diperburuk lagi dengan adanya
krisis ekonomi yang mempengaruhi berbagai bidang kehidupan masyarakat desa baik ekonomi, sosial
maupun budaya.
Pembinaan terhadap masyarakat desa dilakukan dengan pendekatan sosial budaya yang
mempergunakan sistem sosisal politik masyarakat setempat untuk berkomunikasi. Walaupun
memperhitungkan kemungkinan perubahan sosial secara sosial pula. Pengetahuan masyarakat tentang
bertani pun juga masih sangat tradisional sekali.
4. Solusi dalam Memelihara Keseimbangan Desa dan Kota
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka menyerasikan/menyamakan
perkembangan desa dan kota
a. Pasar Kerja di Desa
Jumlah tenaga kerja yang memasuki pasaran kerja semakin bertambah banyak. Kualitas diantara
mereka pun beranekaragam, mulai dari tenaga kasar, terampil sampai tenaga akademik. Karena itu
langkah pertama yang harus ditempuh adalah membuka kesempatan kerja untuk menyerap tenaga
kerja pasaran di desa. Hal ini dimaksudkan supaya mereka tidak lari atau pergi ke pusa-pusat
pertumbuhan ekonomi lain, yaitu kota-kota kecil, kota-kota sedang, atau kota-kota besar.
b. Modal usaha kecil
Pasaran kerja atau kesempatan kerja ini biasanya digerakkan oleh perorangan atau kelompok di desa.
Usaha semacam ini biasanya disesuaikan dengan kondisi dan kualitas dari tenaga kerja.
Teknologi yang digunakan tidak terlalu tinggi bahkan dapat dilakukan transfer teknologi kepada
masyarakat desa. Karena bentuknya yang perorangan (kalaupun ada yang kelompok) biasanya modal
usahanya pun kecil. Untuk mendorong keberadaan usaha ini, maka pemerintah perlu untuk
memberikan bantuan kredit kecil ala desa, seperti BKD (Bank Kredit Desa)
c. Teknologi kurang terampil
Tenaga kerja di desa biasanya mempunyai kualitas yang rendah, karena itu untuk mengatasi
masalah maka perlu diadakan berbagai macam penyuluhan, pelatihan, dan berbagai macam bentuk
pembinaan. Mulai dari perangkat desa (aparat desa) sampai pada anggota masyarakat pekerja.
Pengembangan keterampilan tenga kerja di desa perlu diorientasikan pada mata pencaharian
masyarakat desa yang bersangkutan agar potensi yang ada bisa langsung digarap.
d. Pemasaran hasil produksi
Kendala utama usaha-usaha yang dirintis di pedesaan adalah situasi harga yang fluktuatif atau
karena hilang atau berkurangnya kesempatan. Kesempatan pasar atau pemasaran hasil produksi
desa merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi desa. Membaiknya pemasaran hasil
produksi di desa akan mendukung masuknya modal ke daerah pedesaan. Dan sebaliknya, lesunya
pemasaran akan menghambat perekonomian dan produktivitas desa. Karena itu, dalam sistem
pemasaran produk desa perlu adanya suatu sistem yang mampu menumbuhkan kebijaksanaan
pemerintah, mampu mengikuti mekanisme atau tata niaga ekonomi pasar yang berlaku. Program-
program dan usaha pembangunan desa yang dapat menciptakan suasana pra-conditioning untuk
tumbuh dan berkembang adalah:
1) Sistem kepemimpinan di desa
Sistem kepemimpinan di desa baik yang bersifat kepemimpinan formal maupun informal,
baik yang berdasarkan agama maupun organisasi masyarakat adalah sistem yang mampu
Bahan Ajar Karakteristik Desa Kota