Makalah Hukum Administrasi Negara

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TENTANG ASAS-

ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK


Dosen Pengampu : Dr. Nurasikin, S.HI., M.H.

Oleh :
KELOMPOK 4
LOKAL C/A3
Catur Rosita Dewi 2040501115
Denny Hasiholan Napitupulu 2040501120
Elga Ramadhan 2040501122
Mariana Nogo Hayon 2040501111
Nabilla Shalsabilla Az-Zahra Burhan 2040501128
Nur Aida 2040501129
Rani 2040501097
Samuel Menu Alfoy Panjaitan 2040501088
Yeni Herlinda 2040501126
Yusrinaldi 2040501124

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
FAKULTAS HUKUM
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan
makalah mata kuliah Hukum Administrasi Negara dengan judul "Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik" tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin penulis upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, penulis
membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan penulis dapat memberi inspirasi bagi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang berkaitan pada makalah-makalah selanjutnya.

Tarakan, 1 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…..………………………………………………………………………......ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………………..iii

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang………………………….…………………………………………..…...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..…..…….2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..2

Bab II Pembahasan...………………………………………………………………………...3

A. Pengertian Asas Hukum……………………………………………………..………….3


B. Perkembangan Asas Umum Pemerintahan yang Baik…………………………..…....4
C. Asas Umum Pemerintahan yang Baik dalam Peraturan Perundang-undangan…....7
1. UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang PTUN...8
2. UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.9
3. UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan………...…………………...9
4. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah………………..………………....10
5. UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik……………………..…………….......10
6. UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara……………………...……………11
7. UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia…………...…………11

D. Asas Umum Pemerintahan yang Baik Menurut World Bank dan UNDP…………...12

Bab III Penutup………….………………………………………………………………….16

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..16
B. Saran…………………..………………………………………………………………...16

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, penyelenggaraan
negara dengan perantaraan pemerintah harus berdasarkan hukum. Penyelenggaraan
pemerintahan dilaksanakan oleh aparat pemerintahan sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki berdasarkan pengaturan yang telah dibentuk dalam perundang-undangan. Segala
hal yang berkaitan dengan penatalaksanaan pemerintahan termasuk tindakan hukum
penyelenggaraan pemerintahan juga memerlukan pengaturan yang jelas baik jenis
tindakan hukum maupun asas yang menjadi dasar penyelenggaraan pemerintahan yaitu
asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Pemerintah sebagai alat kelengkapan negara dapat diartikan secara luas (in the
broad sense) dan dalam arti sempit (in the narrow sense). Pemerintah dalam arti luas itu
mencakup semua alat kelengkapan negara, yang pada pokoknya terdiri dari cabang-cabang
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif atau alat-alat kelengkapan negara lain yang
bertindak untuk dan atas nama negara, sedangkan dalam arti sempit pemerintah adalah
cabang kekuasaan eksekutif. Pemerintah dalam arti sempit adalah organ/alat perlengkapan
negara yang diserahi tugas pemerintahan atau melaksanakan undang-undang, sedangkan
dalam arti luas mencakup semua badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan di
dalam negara baik eksekutif maupun legislatif dan yudikatif. Secara teoretis dan praktis,
terdapat perbedaan antara “pemerintah” dengan “pemerintahan”. Pemerintahan adalah
segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan
masyarakat dan kepentingan negara. Dengan ungkapan lain, pemerintahan adalah
bestuurvoering atau pelaksanaan tugas pemerintah, sedangkan pemerintah adalah
organ/alat atau aparat yang menjalankan pemerintahan.
Asas-asas umum pemerintahan yang baik (Algemene Behoorlijk Van
Bestuur/General Principle Of Good Administration) merupakan jembatan antara norma
hukum dan norma etika. Asas-asas tersebut ada yang tertulis dan tidak tertulis. Asas ini
sebagai perwujudan pemerintahan yang baik, baik dari sistem dan pelaksanaan
pemerintahan. Pada dasarnya dengan adanya kewenangan bagi administrasi negara untuk
bertindak secara bebas dalam melaksanakan tugas-tugasnya maka ada kemungkinan

1
bahwa administrasi negara melakukan perbuatan yang menyimpang dari peraturan–
peraturan yang berlaku sehingga dapat merugikan masyarakat luas. Oleh sebab itu, sangat
perlu adanya asas–asas pemerintahan untuk membatasi dari wewenang administrasi
tersebut sehingga terhindar dari pelampauan wewenang. Asas-asas pemerintahan yang
baik tersebut tercantum dalam perundangan-undangan formal tertulis kita yang tertuang
dalam sebuah naskah Undang-Undang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan asas hukum?


2. Bagaimana perkembangan asas umum pemerintahan yang baik?
3. Bagaimana asas umum perkembangan yang baik dalam peraturan perundang-
undangan?
4. Bagaimana asas umum pemerintahan yang baik menurut World Bank dan UNDP?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.

1. Untuk memberikan informasi mengenai pengertian asas hukum.


2. Untuk memahami perkembangan asas umum pemerintahan yang baik.
3. Untuk memberikan pemahaman terkait asas umum perkembangan yang baik dalam
peraturan perundang-undangan.
4. Untuk mengetahui asas umum pemerintahan yang baik menurut World Bank dan
UNDP.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Hukum


Pada hakikatnya, manusia ialah makhluk sosial ialah makhluk yang membutuhkan
satu sama lain sehingga akan menimbulkan interasksi di antaranya. Dalam berhubungan
dan berinteraksi tentunya harus ada aturan-aturan yang mampu menertibkan dan
menjadikan hubungan antarmanusia menjadi sejahtera dan harmonis.
Oleh karena itu, hukum dibutuhkan untuk menjadi sanksi bagi yang melanggar norma-
norma berlaku yang telah disepakati manusia. Hukum hadir untuk menegaskan dan
mengikat, aturan-aturan yang diciptakan bersifat memaksa dengan tujuan mampu
menjadikan hubungan antarmanusia lebih teratur.
Dalam menciptakan sebuah hukum pasti tidak terlepas dari kedudukan hukum dan
asas-asas hukum karena ia merupakan gagasan pokok dalam pembentukan hukum. Pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia, asas adalah “dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan
berpikir atau berpendapat” dan hukum adalah “peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah”. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa asas hukum adalah landasan pikiran dalam membuat peraturan resmi
yang dibuat oleh pemerintah yang berwenang.
Terdapat beberapa pengertian asas hukum dari para ahli sebagai berikut.
1. Menurut Belleford, asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan ilmu hukum tidak diangap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum.
Asas hukum merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.
2. Menurut Satjipto Rahardjo, asas hukum adalah “jantung” peraturan hukum yang
merupakan landasan paling luas dalam terciptanya peraturan hukum.
3. Menurut Roeslan Saleh, asas hukum merupakan pikiran dasar sebagai aturan yang
bersifat umum menjadi fundamen dari suatu sistem hukum.
4. Menurut Van Eikema Hommes, asas hukum ialah dasar-dasar umum atau petunjuk
bagi hukum yang berlaku. Dalam pembentukan hukum harus berorientasi pada asas-
asas hukum.

Beberapa pengertian di atas memiliki makna yang sangat luas sehingga dalam
penerapannya dibutuhkan penggolongan tiap jenis untuk asas hukum yang berlaku dalam

3
sebuah aturan. Klasifikasi asas hukum dibedakan menjadi dua, yaitu asas hukum umum
dan asas hukum khusus.

Asas hukum khusus merupakan asas hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang
hukum, seperti asas restitution in integrum, asas lex posteriori derogate legi priori, asas
bahwa apa yang lahirnya tampak benar untuk sementara harus dianggap demikian sampai
diputus (lain) oleh pengadilan.

Sementara itu, asas hukum khusus ialah asas hukum dalam bidang ruang lingkup yang
lebih kecil, seperti bidang hukum perdata, hukum pidana dan sebagainya yang sering
menjadi penjabaran dari asas hukum umum, seperti asas pacta sunt servanda, asas
konsensualisme, asas yang tercantum dalam Pasal 1977 BW, dan asas praduga tak
bersalah.

B. Perkembangan Asas Umum Pemerintahan yang Baik

Perkembangan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) di Indonesia sangat


berhubungan erat dengan perkembangan asas di Belanda karena sejarah perkembangan
AUPB di Indonesia dengan Belanda saling berelasi satu sama lain. Istilah-istilah tersebut
juga diperkenalkan oleh ahli hukum administrasi Belanda. Selain itu, Belanda ialah
penjajah bangsa Indonesia sehingga banyak hukum di Indonesia yang memiliki kemiripan
dengan hukum-hukum di Belanda.

Di Indonesia konsep AUPB yang telah berkembang di Belanda mulai diperkenalkan


oleh G.A. van Poelje pada tahun 1953. Namun pada waktu itu konsep AUPB belum
mendapat perhatian di lingkungan para ahli Hukum Administrasi Negara di Indonesia.
Baru pada tahun 1978 AUPB mulai diperhatikan di lingkungan ahli Hukum Administrasi
Negara di Indonesia tatkala Crince Le Roy, seorang ahli Hukum Administrasi Belanda,
memberikan kuliahnya pada Penataran Lanjutan Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Tata
Pemerintahan di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Crince Le Roy mengetengahkan
11 butir asas-asas umum pemerintahan yang baik yang merupakan terjemahan dari
algemene beginselen van behoorlijk bestuur yang sudah diterima di lingkungan ilmu
Hukum Administrasi Negara Belanda.

Sebelas (11) asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut adalah:

a. Asas kepastian hukum (principle of legal security);

4
b. Asas keseimbangan (principle of proportionality);
c. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality);
d. Asas bertindak cermat (principle of carefulness);
e. Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation);
f. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misure of
competence);
g. Asas permainan yang layak (principle of fair play);
h. Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of
arbritariness);
i. Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised
expectation);
j. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of
undoing the consequences of annulled decicion); dan
k. Asas perlindungan atas pandangan hidup (principle of protecting the personal way of
life).

Kesebelas asas yang dikemukakan oleh Crince Le Roytersebut di Indonesia oleh


Kuntjoro Purbopranoto dikembangkan menjadi 13 asas-asas umum pemerintahan yang
baik. Kuntjoro menambahkan asas:

a. Asas kebijaksanaan (principle of sapientia); dan


b. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).

Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, pada tahun 1990-an di Indonesia
berkembang konsep good governance. Dalam perkembangannya penerapan prinsip-
prinsip good governance kemudian agak bergeser ke arah atau diperkaya dengan berbagai
prinsip manajemen yang diadvokasi sejak manajemen klasik yang berdasar human
behavior yang mendasarkan diri pada manejemen berdasarkan lingkungan sampai
manajemen modern. Pada saat ini konsep tata pemerintahan yang baik telah dikembangkan
dan merupakan perkembangan dari pelaksanaan AUPB di Indonesia.

Konsep ini telah berkembang di tingkat nasional maupun daerah. Berbagai konsep
asas-asas umum pemerintahan yang baik sudah dikembangkan dalam peraturan
perundang-undangan pusat maupun daerah. Pada masa kini berbagai peraturan perundang-
undangan di tingkat daerah provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia sudah banyak
yang memasukkan konsep AUPB di dalamnya. Perkembangan konsep ini terkait dengan

5
tuntutan adanya tata kelola pemerintahan yang baik, yang tidak hanya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat saja, namun juga harus dilaksanakan oleh aparat pemerintah di daerah.
Bahkan pada saat ini pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik juga melibatkan
pihak swasta.

Perkembangan AUPB dapat dibagi dalam 3 fase. Fase pertama adalah bahwa secara
historis penggunaan AUPB sudah berlangsung sejak lama. Penggunaan AUPB tidak
didasarkan pada landasan hukum dalam bentuk normatif yaitu undang-undang atau
peraturan perundangan lainnya, namun lebih diutamakan berdasarkan konsep, doktrin,
kebiasaan yang timbul dalam praktik penyelenggaraan negara.

Pada fase kedua, normativasi AUPB pertama kali dilakukan dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme. Ditegaskan bahwa pembentukkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme merupakan bagian atau subsistem dari peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan penegakan hukum di bidang korupsi, kolusi dan nepotisme.

Fungsi AUPB adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Jadi, sebenarnya tidak mengatur sama sekali
mengenai penyelenggaraan administrasi pemerintahan, yang menjadi urat nadi
pelaksanaan berbagai fungsi dan tugas pemerintah.

Fase ketiga adalah setelah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan disahkan sebagai perundangan yang pertama kali mengatur
mengenai tata laksana pemerintahan yang sesuai dengan UUD NRI 1945 dan Pancasila.
Hal-hal penting terkait penyelenggaraan pemerintahan mulai dari kewenangan,
wewenang, AUPB, atribusi, delegasi, mandat, larangan penyalahgunaan wewenang,
diskresi, keputusan berbentuk elektronis, izin, dispensasi, konsesi, konflik kepentingan,
sosialisasi yang harus dilakukan oleh Pemerintah, standar operasional prosedur, syarat
sahnya keputusan, legalisasi dokumen, sanksi administratif diatur secara jelas.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan sangat


diperlukan bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat serta PTUN dengan faktor
kepentingan yang berbeda tetapi secara keseluruhan memiliki persamaan yaitu untuk
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik.

6
Selain berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyelenggaraan pemerintahan
juga berdasarkan AUPB baik yang telah dicantumkan dalam perundang-undangan,
maupun putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap serta praktik pemerintahan.

Asas-asas umum pemerintahan yang baik berkembang menjadi wacana yang


dijadikan kajian para sarjana dan ini menunjukkan bahwa AUPB merupakan konsep
terbuka (open begrip). Sebagai konsep terbuka, maka akan berkembang dan disesuaikan
dengan ruang dan waktu dimana konsep ini berada. Atas dasar ini tidaklah mengherankan
jika secara kontemplatif maupun aplikatif AUPB ini berbeda-beda antara satu dengan
lainnya.

C. Asas Umum Pemerintahan yang Baik dalam Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan hasil perbandingan prinsip AUPB yang terdapat dalam berbagai


peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu UU AP 2014, UU PTUN 2004, UU
Anti KKN 1999, UU Pemda 2014, UU PB 2009, UU ASN 2014 dan UU Ombudsman
2009, ternyata terdapat jenis dan jumlah asas yang berbeda-beda.

AUPB telah diatur dan disebutkan di dalam berbagai peraturan perundang-undangan


di Indonesia secara eksplisit dengan jenis asas yang beragam dan senantiasa berkembang
jumlahnya. Ini berbeda dengan AUPB yang diatur dalam UU PTUN 1986 yang tidak
disebutkan secara eksplisit di dalam batang tubuh UU tersebut, dan pengaturan secara
eksplisit tentang AUPB muncul pasca perubahan pertama UU PTUN 2004, tepatnya pada
penjelasan Pasal 53 ayat (2) yang memuat AUPB dengan mengacu kepada Pasal 3 UU
Anti KKN 1999.

Pada 13 (tiga belas) asas penting dalam AUPB yang sering digunakan oleh hakim di
pengadilan dalam memutus perkara TUN. Tiga belas asas penting tersebut tersebar di
dalam 7 (tujuh) undang-undang, yaitu, UU PTUN 2004, UU Anti KKN 1999, UU
Administrasi Pemerintahan 2014, UU Pelayanan Publik 2009, UU Ombudsman 2008, UU
Pemda 2014, dan UU ASN 2014.

Pemilihan 7 (tujuh) undang-undang ini didasarkan pada penilaian adanya kesamaan


rezim hukum dari ketujuh UU tersebut. Dari ketiga belas asas tersebut, jika dibandingkan
dengan asas-asas yang sudah diakui di dalam doktrin, terdapat enam asas baru, yaitu asas

7
kepentingan umum, asas keterbukaan, asas kemanfaatan, asas pelayanan yang baik, asas
akuntabilitas, dan asas profesionalitas.

Adapun 13 asas penting yang dianut oleh ketujuh undang–undang tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Asas Kepastian Hukum;


2. Asas Kepentingan Umum (asas baru);
3. Asas Keterbukaan (asas baru);
4. Asas Kemanfaatan (asas baru);
5. Asas Ketidakberpihakan/tidak diskriminatif;
6. Asas Kecermatan;
7. Asas Tidak menyalahgunakan kewenangan;
8. Asas Pelayanan yang baik (asas baru);
9. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
10. Asas Akuntabilitas (asas baru);
11. Asas Proporsionalitas;
12. Asas Profesionalitas (asas baru); dan
13. Asas Keadilan.

Berikut pengaturan AUPB dalam 7 (tujuh) undang-undang.

1. UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang
PTUN

Dalam Pasal 53 Ayat (2) huruf b, pelanggaran terhadap AUPB dapat dijadikan
dasar pengajuan gugatan. Ruang lingkup AUPB tidak disebutkan dalam batang tubuh
melainkan dalam bagian penjelasan dari UU a quo yaitu meliputi 6 (enam) asas.

Pengertian dari masing-masing asas merujuk Pada Pasal 3 UU Anti KKN. Pasal
52 ayat (2) menyebutkan bahwa; Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

(a) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
(b) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik.”

8
Pasal 53 Ayat (2) Di dalam penjelasan pasal 53 ayat (2) huruf (b), dijelaskan
bahwa; yang dimaksud asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah meliputi asas:
kepastian hukum; tertib penyelenggaraan negara; keterbukaan; proporsionalitas;
profesionalitas; akuntabilitas, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme.

2. UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan


Bebas KKN

Ruang lingkup AUPB terdiri dari 7 (tujuh) asas diatur secara eksplisit dalam Pasal
3, namun istilah yang digunakan adalah AUPN (Asas Umum Penyelenggaraan
Negara). Pasal 3 Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi:
a. Asas Kepastian Hukum;
b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
c. Asas Kepentingan Umum;
d. Asas Keterbukaan;
e. Asas Proporsionalitas;
f. Asas Profesionalitas; dan
g. Asas Akuntabilitas.

3. UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan

Ruang lingkup AUPB disebutkan secara eksplisit dalam Pasal 10 Ayat (1) terdiri
dari 8 (delapan) asas. Asas lain di luar 10 asas tersebut dapat diakui oleh hakim
manakala dijadikan dasar pertimbangan dalam memutus perkara (vide Pasal 10 ayat
(2)). Pasal 10 ayat (1) AUPB yang dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi asas:

a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan

9
h. pelayanan yang baik.
Ayat (2) Asas-asas umum lainnya di luar AUPB sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diterapkan sepanjang dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

4. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


AUPB diakui sebagai asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dan ruang
lingkupnya meliputi 10 (sepuluh) asas (vide Pasal 57 dan 58). Pasal 58, Penyelenggara
Pemerintahan Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, dalam
menyelenggarakan Pemerintahan Daerah berpedoman pada Asas penyelenggaraan
pemerintahan negara yang terdiri atas:
a. kepastian hukum;
b. tertib penyelenggara negara;
c. kepentingan umum;
d. keterbukaan;
e. proporsionalitas;
f. profesionalitas;
g. akuntabilitas;
h. efisiensi;
i. efektivitas; dan
j. keadilan.

5. UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

AUPB diakui sebagai asas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Ruang


lingkup AUPB secara eksplisit meliputi 12 (dua belas) asas (vide dalam Pasal 4). Pasal
4, Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

10
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

6. UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara


AUPB disebutkan secara eksplisit dalam Pasal 2, meliputi 7 (tujuh) asas. Pasal 2
Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN berdasarkan pada asas:
a. kepastian hukum;
b. profesionalitas;
c. proporsionalitas;
d. keterpaduan;
e. delegasi;
f. netralitas;
g. akuntabilitas;
h. efektif dan efisien;
i. keterbukaan;
j. non-diskriminatif;
k. persatuan dan kesatuan;
l. keadilan dan kesetaraan; dan
m. kesejahteraan.

7. UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia


AUPB disebutkan dalam Pasal 3 dan terdiri dari 8 (delapan) asas. Pasal 3
Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya berasaskan:
a. kepatutan;
b. keadilan;
c. non-diskriminasi;
d. tidak memihak;
e. akuntabilitas;
f. keseimbangan;
g. keterbukaan; dan
h. kerahasiaan
11
D. Asas Umum Pemerintahan yang Baik Menurut World Bank dan UNDP

Pada perkembangan selanjutnya terkait dengan penyelenggaraan


pemerintahan yang baik (Good Governance) asas-asas ini semestinya tidak hanya
dikaitkan dengan kekuasaan pemerintahan (eksekutif) yang dijalankan oleh alat
administrasi negara.Asas ini juga diberlakukan untuk cabang-cabang kekuasaan
lainya seperti pembentuk undang-undang (legislatif) dan kekuasaan penegakan
hukum (yudikatif).

Bahkan menurut Henk Addink tata pemerintahan yang baik bisa dianggap sebagai
salah satu dari tiga dasar landasan negara modern, di mana perkembangan masing-masing
landasan tersebut di mulai dari sejarah yang berbeda dan hal ini seringkali dikaitkan
dengan perkembangan negara dan ketiganya saat ini masih mengalami perkembangan.
Ketiga landasan tersebut adalah penegakan hukum, demokrasi, dan tata pemerintahan yang
baik. Bahkan pada saat ini konsep AUPB sering dihubungkan juga dengan perkembangan
konsep Good Governance (kepemerintahan yang baik).

Good Governance dapat dilihat sebagai kata-kata atau istilah biasa yaitu
kepemerintahan yang baik. Namun juga digunakan sebagai sebuah label konsep,
khususnya pada konsep AUPB (Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik) dan Good
Governance. Pada perkembangannya penerapan prinsip-prinsip konsep Good Governance
kemudian agak bergeser ke arah atau diperkaya oleh penerapan berbagai prinsip
manajemen yang diadvokasi sejak manajemen klasik, manajemen berdasar Human
behaviour, manajemen berdasarkan lingkungan sampai dengan manajemen yang paling
modern.

Istilah Good Governance secara berangsur menjadi populair baik di kalangan


pemerintahan, swasta maupun masyarakat secara umum. Di Indonesia istilah
ini secara umum diterjemahkan dengan pemerintahan yang baik. Meskipun
ada beberapa kalangan yang konsisten menggunakan istilah aslinya, karena
memandang luasnya dimensi governance yang tidak bisa direduksi hanya menjadi
pemerintah semata.

Istilah Good Governance pertama kali dipopulerkan oleh lembaga dana internasional
pada tahun 1980-an seperti World Bank, UNDP dan IMF dalam rangka menjaga dan
menjamin kelangsungan dana bantuan yang diberikan kepada negara-negara sasaran
bantuan. Pada dasarnya badan-badan internasional ini berpandangan bahwa setiap bantuan

12
internasional untuk pembangunan di negara-negara dunia, terutama negara berkembang
sulit berhasil tanpa adanya Good Governance di negara sasaran tersebut.

Good Governance kemudian menjadi isu sentral dalam hubungan lembaga-lembaga


multilateral tersebut dengan negara sasaran. Safri Nugraha dkk, menyatakan bahwa
penerapan konsep Good Governance pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan
penyelenggaraan negara yang solid, efsien dan efektif. Dalam konsep “Good
Governance” terkandung makna ditinggalkannya monopoli Pemerintah, dan
diikembangkannya partnership pengelolaan negara antar sektor publik, yaitu oleh:

a) Negara/Pemerintah, dengan
b) swasta dan
c) masyarakat.

Jadi, Good Governance ditandai dengan hubungan yang sinergis dan konstruktif
antara ketiga pihak tersebut, yang oleh kalangan pakar disebut sebagai pilar-pilar Good
Governance. Dalam sistem kepemerintahanan yang baik, sinergi tersebut mengusung
prasyarat nilai-nilai dasar atau prinsip yang bersifat universal maupun kondisional.
Karakteristik universal meliputi antara lain meliputi supremasi hukum, transparansi,
profesionalitas, partisipasi, sensitivitas, dan akuntabilitas.

Pada tahun 1990-an, UNDP mengenalkan satu prinsip yang disebut dengan good
governance (pemerintahan yang baik). Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari KKN berawal dari RUU yang
diusulkan pemerintah. RUU ini dari awal memang sudah mengusung prinsip AUPB
sebagai landasan utamanya, meskipun istilah yang digunakan oleh pembentuk UU
bukanlah AUPB, melainkan Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara (AUPN) dan Asas
Umum Pemerintahan Negara yang Baik (AUPNB).

Adapun karakteristik pelaksanaan good governance baik berdasarkan UNDP atau


United Nations Development Programme ataupun World Bank yang meliputi :

1. Participation, yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara


langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of Law, yakni kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

13
3. Transparency, karakteristik ini dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi
yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh
mereka yang membutuhkan.
4. Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholders.
5. Concensus Orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
6. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
7. Efficiency and Effectiveness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
8. Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
9. Strategic Vision, penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi
jauh ke depan.

Karakteristik good governance di Indonesia yang dikenal sebagai Asas-Asas Umum.


Pemerintahan yang Baik atau AUPB, seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan
politik di Indonesia, asas-asas ini kemudian dimuat pada sebuah undang-undang dalam
UU No.28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Dalam pasal 3 UU No.28 Tahun 1999 disebutkan
beberapa asas umum penyelenggara negara, yaitu :

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara.
2. Asas tertib penyelenggara negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperheatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.

14
6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menciptakan sebuah hukum pasti tidak terlepas dari kedudukan hukum dan
asas-asas hukum karena ia merupakan gagasan pokok dalam pembentukan hukum. Asas
hukum adalah landasan pikiran dalam membuat peraturan resmi yang dibuat oleh
pemerintah yang berwenang.

Perkembangan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) di Indonesia sangat


berhubungan erat dengan perkembangan asas di Belanda karena sejarah perkembangan
AUPB di Indonesia dengan Belanda saling berelasi satu sama lain. AUPB telah diatur dan
disebutkan di dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia secara eksplisit
dengan jenis asas yang beragam dan senantiasa berkembang jumlahnya. Ada 13 (tiga
belas) asas penting dalam AUPB yang sering digunakan oleh hakim di pengadilan dalam
memutus perkara TUN.

Pada tahun 1990-an, UNDP mengenalkan satu prinsip yang disebut dengan good
governance (pemerintahan yang baik). Adapun karakteristik pelaksanaan good
governance baik berdasarkan UNDP atau United Nations Development Programme
ataupun World Bank yang meliputi : Participation, Rule of Law, Transparency,
Responsiveness, Equity, Concensus Orientation, Efficiency and Effectiveness,
Accountability dan Strategic Vision.

B. Saran

Asas-asas umum pemerintahan yang baik telah dibentuk berdasarkan pertimbangan


yang sedemikian rupa. Alangkah baiknya pemerintah sebagai pemangku jabatan mampu
mengimplementasikan asas-asas tersebut dalam melaksanakan kewajibannya demi
mencapai tujuan bersama. Di sisi lain, sebagai masyarakat kita juga perlu turut
berpartisipasi dalam menerapkan asas-asas tersebut di lingkungan bermasyarakat.
Partisipasi tersebut sebagai bentuk dukungan kita terhadap perwujudan pemerintahan yang
lebih baik di masa mendatang.
16
DAFTAR PUSTAKA

Administrative Law & Governance Journal. Volume 2 Issue 3, August 2019

Eksistensi Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan yang Layak dalam Menjelmakan


yang Baik dan Bersih di Indonesia Tahun 2001 halaman 166-168

Ichsan Syuhudi. 2017. Media Komunikasi dan Kajian Hukum Implementasi Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, Pena Justisia : 17.1, 10–19.

Kusdarini, Eny. 2019. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik dalam Hukum Administrasi
Negara. Yogyakarta : UNY Press.

Laporan Akhir Tim Kompendium Bidang Hukum Pemerintahan yang Baik Tahun 2007
halaman 7-8

Mertokusumo,Sudikno. 2010. Pengantar Ilmu Hukum. Yogyakarta : Liberty.

Philipus M. Hadjon. 2015. Peradilan Tata Usaha Negara dalam Konteks UU No. 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol 4, No 1,
hlm. 61

Pratiwi, Cekli Setya dkk. 2016. Penjelasan Hukum Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
(AUPB) Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Program Mahkamah Agung RI.

Risalah Rapat Pembahasan RUU PTUN, Pembicaraam Tingkat II/Jawaban Pemerintah atas
Pemandangan Umum Fraksi ABRI atau RUU PTUN halaman 148

Usman, Rachmadi. 2000. Jaminan Keperdataan. Jakarta : Sinar Grafika.

17

Anda mungkin juga menyukai