Bab Ii - 2018446adn

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengawasan

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan istilah pengawasan berasal

dari kata “awas” yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat

sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi

laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi. (Suardi,

2014:15)

Menurut Syafie (2013:81) “Pengawasan adalah salah satu fungsi dalam

manajemen untuk menjamin agar pelaksana kerja berjalan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan dalam perencanaan”.

Melalui pengawasan dapat diawasi sejauh mana penyimpangan,

penyalahgunaan, penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan datang.

Jadi, keseluruhan pengawasan adalah aktivitas membandingkan apa yang sedang

atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya.

Siagian (2007:125), mengemukakan bahwa pengawasan adalah proses

pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar

semua pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya.

Menurut Terry dalam Syafie (2013:130), mengatakan bahwa pengawasan

dapat dirumuskan sebagai proses penentuan yang harus dicapai yaitu standar, apa

yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu

melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana,

yaitu selaras dengan standar (ukuran).

11
12

Menurut Manullang (2008:173) mengemukakan pengawasan adalah suatu

proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,

menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Selain itu, menurut Sukanto (2014:99), pengawasan pada hakikatnya

merupakan usaha memberi petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu

bertindak sesuai dengan rencana. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengawasan

terdiri dari penentuan-penentuan standar, supervisi kegiatan atau pemeriksaan,

pembandigan hasil dengan standar serta mengoreksi kegiatan atau standar.

Menurut Simbolon (2004:61) pengawasan ialah suatu proses dimana

pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan

oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah

ditentukan.

Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha

untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.

2.1.1 Jenis-Jenis Pengawasan

Dibawah ini beberapa berbagai jenis pengawasan yang dapat dilakukan

diantaranya sebagai berikut:

1. Pengawasan Internal dan Eksternal

Pengawasan internal ialah pengawasan yang dilakukan oleh orang

ataupun badan yang ada terdapat didalam lingkungan unit organisasi/lembaga

yang bersangkutan. Sedangkan pengawasan eksternal ialah pengawasan atau


13

pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang ada diluar unit

organisasi/lembaga yang diawasi.

2. Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif ialah lebih dimaksudkan sebagai, suatu

pengawasan yang dilakukan pada kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan,

sehingga dapat mencegah terjadinya kegiatan yang menyimpang.

Misalnya pengawasan tersebut dilakukan oleh pemerintah supaya

untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan

keuangan negara yang membebankan/merugikan negara. Sedangkan

pengawasan represif ialah suatu pengawasan yang dilakukan terhadap suatu

kegiatan setelah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan atau dilakukan.

Misalnya pengawasan represif dilakukan pada akhir tahun anggaran yang

dimana anggaran yang telah ditentukan lalu disampaikan laporannya.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan aktif ialah pengawasan yang dilaksanakan sebagai dari

bentuk pengawasan yang dilakukan ditempat kegiatan yang bersangkutan.

Sedangkan pengawasan pasif ialah suatu pengawasan yang dilakukan

misalnya melalui penelitian serta pengujian terhadap surat-surat atau laporan-

laporan pertanggung jawaban yang disertai dengan berbagai bukti penerimaan

maupun bukti pengeluaran.

4. Pengawasan Kebenaran Formil

Pengawasan Kebenaran Formil ialah pengawasan menurut hak dan

pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud serta tujuan pengeluaran.


14

2.1.2 Tujuan Pengawasan

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang

direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan

utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan

rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk

memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang.

(Manullang, 2008:173).

Sedangkan Soekarno dalam Saydam (2003:197) mengemukakan tujuan

pengawasan antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan

rencana.

2. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan instruksi.

3. Untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan efisien.

4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam

kegiatan.

5. Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan

kearah perbaikan.

Wursanto (2002:270) menyatakan bahwa, pengawasan atau controlling

bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas/pekerjaan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan menyangkut kegiatan

membandingkan antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang telah
15

ditetapkan, dan apabila pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu

diadakan koreksi seperlunya. Organisasi akan mencapai sasarannya apabila

pimpinan mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Simbolon (2004:62) Pengawasan bertujuan agar hasil

pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna

(efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Silalahi (2003:181) yaitu, tujuan dari

pengawasan adalah:

1. Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah

direncanakan.

2. Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau

ditetapkan.

3. Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan, sedang

atau mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

4. Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya.

5. Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan secara umum adalah

menciptakan suatu efisiensi dan efektivitas dalam setiap kegiatan dan berusaha

agar apa yang direncanakan dapat menjadi kenyataan.

2.1.3 Fungsi Pengawasan

Menurut Simbolon (2004:62) mengemukakan bahwa, fungsi dari

pengawasan yaitu:
16

1. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas

dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

2. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

prosedur yang ditentukan.

3. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian dan

kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

4. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan

pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan.

2.1.4 Manfaat Pengawasan

Menurut Hayani (2014:100) Bila fungsi pengawasan dilaksanakan dengan

tepat, organisasi akan memperoleh manfaat berupa:

1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilakukan oleh staf, apakah

sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber daya telah

digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan akan

meningkatkan efisiensi kegiatan program.

2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainya mencukupi

kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.

4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan

atau diberikan pelatihan lanjutan.


17

2.1.5 Proses Pengawasan

Dikemukakan oleh Handoko dalam Hayani (2014:100) bahwa proses

pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:

1. Penetapan standar pelaksanaan

2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata

4. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan

penyimpangan-penyimpangan

5. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan

Menurut Manullang (2008:184) untuk mempermudah dalam merealisasi

tujuan, pengawasan harus perlu dilalui beberapa fase atau urutan pelaksanaan

yang terdiri dari:

1. Menetapkan alat ukur (standar)

Alat penilai atau standar bagi hasil pekerjaan bawahan, pada umumnya

terdapat baik pada rencana keseluruhan maupun pada rencana-rencana

bagian. Dengan kata lain, dalam rencana itulah pada umumnya terdapat

standar bagi pelaksanaan pekerjaan. Agar alat penilai itu diketahui benar

oleh bawahan, maka alat penilai itu harus dikemukakan, dijelaskan kepada

bawahan. Dengan demikian atasan dan bawahan bekerja dalam

menetapkan apa yang menjadi standar hasil pekerjaan bawahan tersebut.

2. Mengadakan penilaian

Dengan menilai dimaksudkan membandingkan hasil pekerjaan bawahan

(actual result) dengan alat pengukur (standar) yang sudah ditentukan. Jadi
18

pimpinan membandingkan hasil pekerjaan bawahan yang senyatanya

dengan standar sehingga dengan perbandingan itu dapat dipastikan terjadi

tidaknya penyimpangan.

3. Mengadakan tindakan perbaikan (corective action)

Dengan tindakan perbaikan diartikan, tindakan yang diambil untuk

menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan

standar atau rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan

perbaikan itu tidak serta merta dapat menyesuaikan hasil pekerjaan yang

senyatanya dengan rencana atau standar.

2.1.6 Karakteristik Pengawasan Yang Efektif

Menurut Siswanto (2011:149), pengawasan yang efektif yaitu:

1. Ada unsur keakuratan, dimana data harus dapat dijadikan pedoman.

2. Tepat waktu, yaitu informasi harus dihimpun dan segera dievaluasi secara

cepat.

3. Objektif dan komprehensif artinya mudah dipahami.

4. Terpusat dengan memutuskan pada bidang yang paling banyak

kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar.

5. Secara ekonomi realistik, dimana biaya pengawasan harus ditekan

seminimum mungkin.

6. Seacara organisasi realistik, yaitu cocok dengan keadaan yang ada

diorganisasi.

7. Berkoordinasi dengan arus pekerjaan organisasi, karena dapat

menimbulkan sukses atau gagal seluruh operasi.


19

8. Fleksibel, harus dapat menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi,

sehingga organisasi dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan

yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru.

9. Preskriptif dan Operasional, pengendalian efektif dapat mengidentifikasi

tindakan perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan

dari standar.

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia kini makin berperan besar bagi kesuksesan suatu

organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa unsur manusia dalam suatu

organisasi dapat memberikan ke unggulan bersaing, mereka membuat sasaran,

strategi, inovasi dan mencapai tujuan organisasi. Karena itu, sumber daya manusia

merupakan salah satu unsur yang paling vital bagi organisasi.

Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama, sumber daya manusia

mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, sumber daya manusia

merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan

produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta menentukan seluruh tujuan

dan strategi organisasi. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran

utama organisasi dalam menjalankan bisnis, Manajemen sumber daya manusia

(MSDM) berhubungan dengan sistem rancangan formal dalam suatu oganisasi

untuk menentukan efektifitas dan efisiensi untuk mewujudkan sasaran suatu

organisasi. Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan dengan apa yang

sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan.

Manajemen sumber daya manusia merupakan konsep luas tentang filosofi


20

kebijakan, prosedur, dan praktik yang digunakan untuk mengelola individu atau

manusia melalui organisasi. Penggunaan konsep dan sistem sumber daya manusia

adalah kontrol secara sistematis dari proses jaringan fundamental organisasi yang

mempengaruhi dan melibatkan semua individu dalam organisasi, termasuk proses

perencanaan sumber daya manusia, desain pekerjaan, susunan kepegawaian,

pelatihan dan pengembangan organisasi. Manusia selalu berperan aktif dan

dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia jadi perencana, pelaku

dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang

khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan.

Unsur manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah manusia yang

merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian, yang dipelajari

manajemen sumber daya manusia ini hanyalah masalah yang berhubungan dengan

tenaga kerja manusia saja.

Menurut Hasibuan (2007:10) “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah

ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan

efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

Pengertian ini menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni

dimana dalam pelaksanaannya seorang manajer perlu mencari cara dalam

memberdayakan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien guna

mencapai tujuan perusahaan”.

Manajemen sebagai ilmu dan seni dalam melakukan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan, penyusunan personalia dan pengendalian secara


21

terarah melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan.

Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan human capital, karena sumber

daya manusia memberikan kontribusi terhadap profitabilitas. Sering kali disebut

sebagai modal intelektual (intelectual capital), karena kemampuan memberikan

ide-ide cemerlang dalam pengembangan organisasi.

Hal senada dikemukakan pula oleh Rivai (2009:1) bahwa “Manajemen

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang

meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Karena sumber daya manusia dianggap penting perannya dalam pencapaian tujuan

organisasi, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber

daya manusia dikumpulkan secara sistematis. Istilah manajemen mempunyai arti

sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mengelola sumber

daya manusia”.

Secara sederhana pengertian manajemen sumber daya manusia menurut

Faustino (2003:2) adalah mengelola sumber daya manusia dari keseluruhan

sumber daya yang tersedia dalam suatu organisasi, baik organisasi publik maupun

swasta, sumber daya manusialah yang penting dan sangat menentukan, sumber

daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan,

keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya.

Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya

organisasi dalam mencapai tujuannya.

Menurut Handoko (2011:3) “Manajemen sumber daya manusia merupakan

suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan


22

kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,

peintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai

berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Kiggundu dalam Faustino (2003:4) “Manajemen sumber daya manusia

adalah pengembangan dan pemanfaatan personil (pegawai) bagi pencapaian yang

efektif mengenai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan individu, organisasi,

masyarakat, nasional dan internasional.

Melihat definisi-definisi manajemen sumber daya manusia diatas,

manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang

mempelajari hubungan khusus dan peranan manusia dalam organisasi/perusahaan.

Unsur manajemen sumber daya manusia yang sangat dominan ialah manusia yang

merupakan tenaga kerja pada organisasi.

Manajemen sumber daya manusia adalah bagian dari manajemen. Oleh

karena itu, teori-teori manajemen umum menjadi dasar pembahasannya.

Manajemen sumber daya manusia lebih memfokuskan pembahasannya mengenai

pengaturan peranan manusia di dalam mewujudkan tujuan yang optimal.

Pengaturan ini meliputi masalah (human resources planning), pengorganisasian,

pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,

pemeliharaan, pengintegrasian, kedisiplinan, dan pemberhentian tenaga kerja

untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan dan karyawan.

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pendayagunaan sumber daya manusia. Hal ini merupakan

kegiatan penting, karena mengelola sumber daya manusia lebih sulit dibandingkan
23

dengan mengelola sumber-sumber daya lainnya. Peranan sumber daya manusia

sangat menentukan keberhasilan perusahaan atau organisasi dalam mencapai

tujuannya, karena sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam satu

organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan

berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaannya visi tersebut

dikelola oleh manusia. Manajemen sumber daya manusia berarti mengurus

sumber daya manusia berdasarkan visi organisasi agar tujuan organisasi dapat

dicapai secara optimum. Karenanya, manajemen sumber daya manusia juga

menjadi bagian dari ilmu manajemen yang mengacu pada fungsi manajemen

dalam pelaksanaan, proses perencanaan, pengorganisasian, susunan kepegawaian,

memimpin dan mengendalikan.

2.3 Pengawasan Kualitas Depot Air Minum Isi Ulang

Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum,

sedangkan Depot Air Minum yang disingkat DAM adalah usaha yang melakukan

proses pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual

langsung kepada konsumen.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, antara lain:

1. Dinas Kesehatan

a. Dilakukan pengawasan pertama kali untuk menguji kualitas

bakteriologi dan kimia terhadap semua parameter air minum yang berlaku

berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI.


24

b. Dilakukan pengawasan rutin kualitas bakteriologi air minum yang

minimal harus dilakukan berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI

yang berlaku.

c. Dilakukan pengawasan rutin terhadap depot air minum dan

dipublikasikan hasil pengawasan yang diperoleh yaitu :

1) Setiap pengelola dan karyawan wajib telah memiliki sertifikat

pelatihan kursus Penjamah Makanan, Pengujian Sederhana dan

pengambilan sampel air minum.

2) Pengawasan laik hygiene Sanitasi Depot Air Minum secara rutin.

2. Pengusaha depot air minum isi ulang

a. Setiap karyawan depot air minum harus di periksa kesehatan karyawan

sedikitnya 6 bulan sekali.

b. Karyawan menggunakan pakaian kerja yang dilengkapai tanda pengenal,

sehingga mudah dikenal dan di awasi.

c. Mencatat semua temuan dalam proses penyelanggaraan Depot Air Minum

seperti, arsip bon penjualan, hasil pengujian mutu air minum.

d. Pengambilan sampel air minum dan air bersih dilakukan oleh tenaga yang

dilatih untuk itu.

Kegiatan pengawasan kualitas depot air minum yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Siak adalah:

1. Pengawasan berkala, meliputi:

a. Pemeriksaan lapangan dengan melakukan kunjungan ke

perusahaan depot air minum dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali


25

dalam setahun yang dilakukan oleh petugas sanitasi dari organisasi

asosiasi atau organisasi yang terdaftar lainnya dan atau petugas

kesehatan yang menangani HSMM (Hygiene Sanitasi Makanan dan

Minuman) di Kabupaten/Kota atau KKP dibantu Sanitarian

Puskesmas. Pelaksanaan pengawasan meliputi (penggunaan air baku,

proses produksi, mesin dan peralatan, mutu air minum). Pengawasan

rutin menggunakan (formulir DAM 2) sebagai alat pementau

higiene sanitasi depot. Pemeriksaan awal dengan form DAM2 akan

mendapatkan sertifikat laik Hygiene sanitasi bagi yang memenuhi

syarat dan digunakan untuk mendapatkan izin usaha dari

Pemerintah Daerah setempat.

b. Pengambilan contoh spesimen dan dikirim dilaboratorium untuk

menganalisa tingkat cemaran air minum pada suatu waktu atau dalam

rangka uji petik pengawasan pada saat terjadi keracunan.

c. Pemeriksaan contoh dan spesimen dilakukan dilaboratorium yang telah

mendapatkan akreditasi atau yang di tunjuk oleh pemerintah daerah.

2. Pengujian air minum

a. Semua air bersih yang masuk dalam proses pengolahan diperiksa

mutunya secara fisik dan laboratorium. Sampel diambil oleh petugas

pengambil sampel, sanitarian atau petugas laboratorium yang ditunjuk

oleh pemda.

b. Suhu penyimpanan, suhu pengolahan, dan suhu pencucian diperiksa

dengan alat pengukur suhu yang tepat (termometer). Suhu yang ideal
26

adalah berkisar antara ± 3º C dari suhu lingkungan, diperkirakan

antara 25-31º C.

c. Air minum produksi depot harus sesuai dengan pengantat resmi

dengan Keputusan Mentri Kesehatan RI. Pemeriksaan

dilakukan secara periodik dan rutin sesuai ketentuan peraturan

perundang yang berlaku didaerah. Konsumen dapat melakukan

pengujian biologis di Depot Air Minum untuk menambah keyakinan

akan kualitas air minumnya, Sementara pengusaha melakukan uji

bakteriologi (E.Colli) dan kimia terbatas secara rutin.

2.4 Permenkes RI No 736/Menkes/Per/VI/2010 Tentang Tata Laksana

Pengawasan Kualitas Air Minum

Berdasarkan Permenkes RI No 736/Menkes/Per/VI/2010 tentang tata

laksana pengawasan kualitas air minum meliputi:

1. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas

fisik air minum dan faktor resikonya.

Pelaksanaan inspeksi sanitasi dilakukan melalui:

a. Penetapan lokasi titik dan frekuensi inspeksi sanitasi untuk depot air

minum.

b. Pengamatan dan penilaian terhadap sarana air minum dengan

menggunakan formulir inspeksi sanitasi sarana air minum dan;

c. Menetapkan tingkat resiko pencemaran berdasarkan hasil penilaian.

2. Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi

sanitasi.
27

Pengambilan sampel air minum harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Penetapan lokasi titik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan hasil

inspeksi sanitasi.

b. Titik-titik sampel menyebar dan mewakili kualitas air dari sistem

penyediaan air minum;

c. Sampel diambil, disimpan, dan dikirim dalam wadah yang steril dan

bebas dari kontaminasi;

d. Pengiriman sampel dilakukan dengan segera;

e. Sampel yang diambil dilengkapi dengan data rinci sampel dan label.

3. Pengujian kualitas air minum dilakukan dilaboraturium yang terakreditasi.

Pelaksaan pengujian sampel air minum dilakukan dilaboraturium

yang terakreditasi atau dilakukan pengujian lapangan dengan

menggunakan peralatan pengujian lapangan yang terkalibrasi. Metode

pengujian sampel air minum mengacu kepada Standar Nasional Indonesia

atau metode yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional atau metode

lainnya berdasarkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan

kuakuratan hasil pengujinya. Dalam hal suatu Kabupaten/Kota tidak

memiliki laboraturium terakreditasi, pemerintah daerah menetapkan

laboratorium sebagai laboratorium penguji kualitas air.

4. Analisis hasil pengujian laboraturium

Analisis hasil pengujian laboraturium dilakukan melalui:

a. Membandingkan hasil pengujian laboraturium dengan parameter

kualitas air minum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;


28

b. Identifikasi dugaan sumber kontaminasi dan;

c. Identifikasi langkah-langkah perbaikan.

5. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) mengeluarkan rekomendasi sesuai dengan

hasil analisis pengujian laboraturium. Apabila hasil tidak sesuai dengan

persyaratan kualitas air minum, maka rekomendasi dilengkapi dengan

saran tidak lanjut perbaikan.

6. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut

Penyelenggara air minum harus segera melakukan tindak lanjut

perbaikan kualitas air minum, apabila dalam pengawasan internal hasilnya

tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum. Penyelenggara air minum

juga harus melaksanakan tindak lanjut dari rekomendasi atas pengawasan

eksternal.

Dalam hal ini pelaksanaan inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air

minum dan pengujian kualitas air minum dilaksanakan oleh tenaga terlatih.

Tenaga terlatih adalah petugas laboratorium, sanitarian, dan tenaga lain yang

memiliki keterampilan untuk melakukan inspeksi sanitasi atau pengambilan

sampel air minum yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan. Sedangkan

pemantauan tindak lanjut perbaikan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota Dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).


29

2.5 Pengawasan dalam Pandangan Islam

Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan

dalam rangka menjamin terlaksananya kegiatan dengan konsisten. Dalam konsep

pendidikan Islam, pengawasan dilakukan baik secara material maupun spiritual,

artinya pengawasan tidak hanya mengedepankan hal-hal yang bersifat materil

saja, tetapi juga mementingkan hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini yang secara

signifikan membedakan antara pengawasan dalam konsep Islam dengan konsep

sekuler yang hanya melakukan pengawasan bersifat materil dan tanpa melibat

Allah Swt sebagai pengawas utama.

Hadits Rasulullah Saw juga menganjurkan perlunya melaksanakan

pengawasan atau evaluasi dalam setiap pekerjaan. Ajaran Islam sangat

memperhatikan adanya bentuk pengawasan terhadap diri terlebih dahulu sebelum

melakukan pengawasan terhadap orang lain. Hal ini antara lain berdasarkan hadits

Rasulullah Saw yang artinya: “Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain.

Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR.

Tirmidzi: 2383).

Orang yang yakin bahwa Allah pasti mengawasi hamba-Nya, maka orang

itu akan bertindak hati-hati. Ketika sendiri, dia yakin Allah yang kedua, dan ketika

berdua dia yakin Allah yang ketiga. Allah SWT berfirman dalam Surat Al –

Mujadilah Ayat 7 yaitu:

                

               

                 
30

Artinya: “Tidaklah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa


yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan
rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan
tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang
keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka
di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada
mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-
Mujadilah:7).

Tujuan melakukan pengawasan, pengendalian dan koreksi adalah untuk

mencegah seseorang jatuh terjerumus kepada sesuatu yang salah. Tujuan lainnya

adalah agar kualitas kehidupan terus meningkat. Inilah yang dimaksud dengan

tausiyah, dan bukan untuk menjatuhkan.

Fungsi manajerial pengawasan adalah untuk mengukur dan mengkoreksi

kerja bawahan untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dan rencana yang

didesain sedang dilaksanakan. Dalam konteks ini, implementasi syariah

diwujudkan melalui tiga pilar pengawasan, yaitu:

1. Ketaqwaan individu, bahwa seluruh personel perusahaan/instansi dipastikan

dan dibina agar menjadi manusia yang bertaqwa.

2. Pengawasan anggota, dalam suasana organisasi yang mencerminkan sebuah

team maka proses keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan

pengawasan dari personelnya sesuai dengan arah yang telah ditetapkan.

3. Penerapan/supremasi aturan, organisasi ditegakkan dengan aturan main yang

jelas dan transparan dan tidak bertentangan dengan syariah.


31

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitiaan ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan dasar pijakan

dalam rangka penyusunan penelitian ini. Kegunaan dari penelitian terdahulu

adalah untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari

topik penelitian yaitu yang mengenai pengawasan. Dibawah ini adalah uraian

beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian

sebagai berikut:

1. Riksan Paputungan (2018) dengan judul penelitian Pengawasan Dinas

Kesehatan dalam Pengoperasian Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan

Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Masalah dalam

penelitian ini yaitu masih banyaknya depot air minum isi ulang yang belum

mempunyai izin resmi dari BPOM serta syarat hygiene sanitasi yang sering

diabaikan, serta ditambah lagi masih kurangnya kesadaran pengusaha depot isi

ulang untuk melaksanakan kewajiban pemantauan air yang di produksinya.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengendalian,

pemeriksaan, inspeksi, dan supervisi. Adapun hasil penelitian menunjukan

bahwa pengawasan Dinas Kesehatan dalam pengoperasian depot air minum isi

ulang di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

belum maksimal. Karna masih adanya pengusaha depot air minum isi ulang

yang beroperasi tanpa memiliki izin, kemudian tidak adanya sanksi tegas dari

instansi terkait bagi para pelaku usaha depot air minum isi ulang yang belum
32

memiliki izin, serta kurangnya kesadaran dari pengusaha depot air minum

untuk mengurus izin usaha dan juga terus berusaha meningkatkan mutu air

yang diproduksinya, karenanya berkesan para pengusaha kurang

memperhatikan kualitas air serta izin usaha dan hanya mendahulukan

keuntungan pribadi.

2. Gaery Rahman Saputra (2014) dengan judul penelitian Pengawasan Balai

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten dalam Peredaran Obat

Tradisional di Kota Serang. Masalah dalam penelitian ini yaitu masalah dalam

pengawasan peredaran obat tradisional, sehingga masih adanya obat

tradisional illegal yang beredar di pasaran. Indikator yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Joko Widodo,

meliputi pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan, standar operasional

pemantauan, sumber daya keuangan dan peralatan, jadwal pelaksanaan

kontrol. Adapun Hasil penelitian menunjukan bahwa pengawasan yang

dilakukan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan belum optimal,

dikarenakan jumlah sumber daya manusia pengawas yang masih minim,

kurangnya kelengkapan sarana, kurang meratanya sosialisasi inormasi

mengenai obat tradisional dan public warning serta terpusatnya pengawasan

yang dilakukan pada satu wilayah.

3. Faisal Yunan Siregar (2015) dengan judul penelitian Pengawasan Angkutan

Kota oleh Dinas Perhubungan Kota Dumai. Permasalahan yang terjadi di Kota

Dumai masih banyaknya Angkutan Kota yang terjaring dalam operasi

penumpang umum dan barang yang kedapatan melakukan pelanggaran izin


33

yang seharusnya dilengkapi seluruh Angkutan Kota sebagian juga tidak

memenuhi syarat layak jalan hal ini dapat menimbulkan masalah berkaitan

dengan keselamatan bagi penumpang dan pengguna jalan yang lain. Selain itu

tumpang tindih trayek Angkutan Kota juga menjadi masalah yang harus

diawasi agar tidak terjadi kemacetan maupun perselisihan dengan Angkutan

Kota lainnya yang masih sering terjadi di Kota Dumai. Indikator yang

digunakan dalam penelitian ini: 1. Prosedur pengurusan izin trayek, 2.

Pengawasan pendahuluan, 3. Pengawasan concurrent, 4. Pengawasan umpan

balik. Adapun Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan tersebut

belum dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Terbukti dengan masih

banyaknya Angkutan Kota yang beroperasi tidak sesusai dengan peraturan

yang ada yang berdampak pada kenyamanan masyarakat sehingga tidak

menutup kemungkinan hal ini juga mempengaruhi minat masyarakat untuk

menggunakan angkutan sebagai alat transportasi umum dalam berkegiatan

sehari-hari yang dapat memberi keuntungan bagi pengendara Angkutan Kota

itu sendiri.
34

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul
Masalah peneliti Hasil penelitian Perbedaan
Peneliti Penelitian
1. Riksan Pengawas Masalah penelitian Hasil penelitian Indikator
Paputu an Dinas yaitu masih menunjukan bahwa yang
ngan Kesehatan banyaknya depot air pengawasan Dinas digunakan
(2018) dalam minum isi ulang Kesehatan dalam dalam
Pengopera yang belum pengoperasian depot air penelitian
sian Depot mempunyai izin minum isi ulang di ini yaitu
Air resmi dari BPOM Kecamatan Pinolosian pengendal
Minum Isi serta syarat hygiene Kabupaten Bolaang ia,pemerik
Ulang di sanitasi yang sering Mongondow Selatan saan,
Kecamata diabaikan, serta belum maksimal. Karna inspeksi,
n ditambah lagi masih masih adanya dan
Pinolosian kurangnya kesadaran pengusaha depot air supervisi.
Kabupaten pengusaha depot isi minum isi ulang yang
Bolaang ulang untuk beroperasi tanpa
Mongond melaksanakan memiliki izin,
ow kewajiban kemudian tidak adanya
Selatan pemantauan air yang sanksi tegas dari
di produksinya. instansi terkait bagi
para pelaku usaha depot
air minum isi ulang
yang belum memliki
izin, serta kurangnya
kesadaran dari
pengusaha depot air
minum untuk mengurus
izin usaha dan juga
terus berusaha
meningkatkan mutu air
yang diproduksinya,
karenanya berkesan
para pengusaha kurang
memperhatikan kualitas
air serta izin usaha dan
hanya mendahulukan
keuntungan pribadi.
2. Gaery Pengawas Masalah dalam Hasil penelitian Indikator
Rahma an Balai penelitian ini yaitu menunjukan bahwa yang
n Pengawas masalah dalam pengawasan yang digunakan
Saputra Obat dan pengawasan dilakukan oleh Balai dalam
(2014) Makanan peredaran obat Pengawas Obat dan penelitian
35

No Nama Judul
Masalah peneliti Hasil penelitian Perbedaan
Peneliti Penelitian
(BPOM) tradisional, sehingga Makanan belum ini
Provinsi masih adanya obat optimal, dikarenakan
mengacu
Banten tradisional illegal jumlah sumber dayapada teori
dalam yang beredar di manusia pengawas yang
yang
Peredaran pasaran. masih minim, dikemukak
Obat kurangnya kelengkapan
an oleh
Tradisiona sarana, kurang Joko
l di Kota meratanya sosialisasi
Widodo,
Serang inormasi mengenai obat
meliputi
tradisional dan public
pelaku
warning serta kontrol
terpusatnya pengawasan
pelaksanaa
yang dilakukan pada
n
satu wilayah. kebijakan,
standar
operasiona
l
pemantaua
n, sumber
daya
keuangan
dan
peralatan,
jadwal
pelaksanaa
n kontrol.
3. Faisal Pengawas Permasalahan yang Hasil penelitian Indikator
Yunan an terjadi di Kota menunjukkan bahwa yang
Siregar Angkuta Dumai masih pengawasan tersebut digunakan
(2015) Kota oleh banyaknya belum dapat berjalan dalam
Dinas Angkutan Kota yang dengan baik dan penelitian
Perhubung terjaring dalam maksimal. Terbukti ini:
an Kota operasi penumpang dengan masih 1.Prosedur
Dumai umum dan barang banyaknya Angkutan pengurusa
yang kedapatan Kota yang beroperasi n izin
melakukan tidak sesusai dengan trayek,
pelanggaran izin peraturan yang ada yang 2.Pengawa
yang seharusnya berdampak pada san
dilengkapi seluruh kenyamanan masyarakat pendahulu
Angkutan Kota sehingga tidak menutup an,
sebagian juga tidak kemungkinan hal ini 3.Pengawa
memenuhi syarat juga mempengaruhi san
layak jalan hal ini minat masyarakat untuk concurrent
36

No Nama Judul
Masalah peneliti Hasil penelitian Perbedaan
Peneliti Penelitian
dapat menimbulkan menggunakan angkutan ,
masalah berkaitan sebagai alat transportasi 4.Pengawa
dengan keselamatan umum dalam san umpan
bagi penumpang dan berkegiatan sehari hari balik
pengguna jalan yang yang dapat memberi
lain. Selain itu keuntungan bagi
tumpang tindih pengendara Angkutan
trayek Angkutan Kota itu sendiri.
Kota juga menjadi
masalah yang harus
diawasi agar tidak
terjadi kemacetan
maupun perselisihan
dengan Angkutan
Kota lainnya yang
masih sering terjadi
di Kota Dumai.
Sumber: Data Olahan, 2018
37

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Analisis Pengawasan Kualitas Depot Air


Minum Isi Ulang Oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Siak (Studi Kasus Di Kecamatan
Tualang)

Teori proses pengawasan oleh


manullang (2008:184)

1. Menetapkan alat ukur (standar)


2. Mengadakan penilaian
3. Mengadakan tindakan perbaikan

Terlindunginya masyarakat dari potensi


pengaruh buruk akibat konsumsi air
minum yang berasal dari depot air
minum isi ulang.

Sumber: Data Olahan, 2018


38

2.8 Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian digunakan agar tidak terjadi kesalahan

persepsi dalam pemahaman terhadap tulisan, dimana di tulis batasan-batasan

pengertian konsep yang digunakan untuk pembahasannya, antara lain:

1. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilaksanakan

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur

hubungan peranan tenaga kerja agar efektif dan efesien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

3. Depot Air Minum adalah usaha yang melakukan proses pengolahan air

baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada

konsumen.

4. Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor resiko

terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah

terhadap air minum agar aman dikonsumsi.

5. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi adalah bukti tertulis yang dikeluarkan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang menerangkan bahwa depot air

minum telah memenuhi standar baku mutu atau persyaratan kualitas air

minum dan persyaratan Hygiene Sanitasi.

6. Penjamah adalah orang yang secara langsung menangani proses

pengolahan air minum pada depot air minum untuk melayani konsumen.

7. Inspeksi Sanitasi adalah pemeriksa atau pengamatan secara langsung

terhadap fisik sarana dan kualitas air minum.

8. Sampel air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan untuk

keperluan pemeriksaaan laboratorium.


39

2.9 Konsep Operasional

Untuk mengetahui pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Siak terhadap

kualitas depot air minum isi ulang di Kecamatan Tualang maka pada penelitian ini

peneliti mengangkat pendapat pengawasan dari Manullang (2008:184), untuk

melaksanakan pengawasan dalam upaya merealisasikan tujuan haruslah melalui

suatu proses atau langkah-langkah yaitu terdiri dari tiga fase sebagai berikut:

Tabel 2.2
Konsep Operasional

Variabel Indikator Sub Indikator


Pengawasan 1. Menetapkan alat a. Standar kualitas air minum
ukur (standar)
2. Mengadakan a. Inspeksi sanitasi
Penilaian b. Pemeriksaan kualitas air
c. Membandingkan hasil pemeriksaan
laboratorium dengan standar
kualitas air minum untuk
mengetahui perbedaan
3. Mengadakan a. Pengambilan tindakan perbaikan
tindakan b. Pemantauan perbaikan
Perbaikan
Sumber: Manullang, (2008:184)

Anda mungkin juga menyukai