Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Mekanisme
Mekanisme berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu mechane yang
membuat sesuatu dan dari kata mechos yang memiliki arti sarana dan cara
atau alat yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berkaitan
B. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
bahasa berasal dari kata awas yang artinya dapat melihat baik-baik, tajam
peng- pada awal kata dan mendapat akhiran –an menjadi pengawasan yang
terlaksana sesuai dengan rencana yang betapapun baiknya akan gagal sama
10
11
pekerjaan sesuai dengan rencana atau maksud yang telah ditetapkan maka ia
penilaian terhadap organisasi atau kegiatan dengan tujuan agar organisasi atau
proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah
namun tidak merubah apa yang telah disampaikan sebelumnya oleh para alhli
penilaian dan diperlukan koreksi agar tujuan dapat tercapai maka dapat
dan standar yang sudah ditetapkan agar setiap bidang melaksanakan tugas dan
12
fungsinya dengan baik, juga merupakan proses untuk menjamin sebuah kegiatan
apa yang telah direncanakan hingga tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.
2. Peran Pengawasan
organisasi.
diperoleh secara berdaya guna (efektif) dan berhasil guna (efisien) sesuai
2004: 62).
4. Jenis-Jenis Pengawasan
a. Waktu Pengawasan
b. Objek Pengawasan
c. Subjek Pengawasan
14
yang di luar organisasi atau lembaga terkait. Pengawasan macam ini biasa
informal.
ini terdiri dari pengawasan pribadi, interview, laporan tertulis dan laporan
pengawasan yang dilakukan oleh organisasi kerja dari luar organisasi kerja
15
6. Langkah-langkah Pengawasan
ini merupakan salah satu dari tindakan manajerial. Dalam buku itu ditulis bahwa ,
tindakan manajerial setelah melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah dicapai
a. Tindakan perbaikan
b. Revisi standar
dengan biaya yang efektif, tepat-akurat dan dapat diterima oleh yang
yang efektif menurut Indra Iman dan Siswandi ini dapat lebih
segera.
masa orde lama, masa orde baru hingga sekarang. Dari masa ke masa
pokok, yaitu peraturan yang menyangkut hubungan bilateral antara dua negara
kenegaraan, Indonesia yang menganut sistem Republik dan Saudi Arabia yang
keamanan dan terbatasnya fasilitas. Kini pada saat dunia telah aman dan fasilitas
semakin canggih, besarnya jumlah jamaah haji terkait dengan keterbatasan kuota
perang melawan agama; tidak wajib pergi haji, dimana berlaku fardhu ‘ain
bagi umat Islam melakukan peran melawan penjajah bangsa dan agama”.
Pada tahun 1948 pemerintah Indonesia mengirimkan misi haji, yang terdiri
dari K.R.H. Moh. Adnan, H. Ismail Banda, H. Saleh Suady dan H. Samsir
mendapat sambutan hangat dari Baginda Raja Ibnu Saud dan pada tahun itu
penyelenggaraan haji yang lebih baik sehingga calon jamaah haji yang
berangkat tahun 1949 cukup banyak. Pada waktu itu jamaah haji yang
yang wafat sebanyak 320 orang atau 3,23%-nya, sedangkan panitia yang
pengurusan di tanah suci sebanyak 27 orang, adapun tim kesehatan yang juga
dan berpenghasilan dari sumber daya alam seperti bertani dan nelayan yang
pada waktu itu memiliki kesempatan perdagangan yang lebih luas, sehingga
orang yang berangkat haji, pemerintah memiliki data lain yaitu jamaah haji
yang berangkat secara mandiri sebanyak 1.843 orang, wafat 42 orang atau
Haji Indonesia (PPHI) yang diketuai oleh K.H.M. Sudjak. Kedudukan PPHI
Agama RIS No. 3170 Tahun 1950 dan Surat Edaran Menteri Agama RIS No.
A. III/I/648 Tahun 1950 yang menunjuk PPHI sebagai lembaga yang sah di
21
modern agar mengurangi penderitaan jamaah haji apabila menaiki kapal laut
yang penuh dengan bahaya. Pada masa tahun 1950-an tersebut penanganan
sejak tahun 1949 sebesar Rp. 3.395,14 meningkat dua kali lipat pada tahun
1950 dan tahun 1951 sebesar Rp. 6.487,25 atau sekitar 52,3%. Biaya
perjalanan ibadah haji justru mengalami kenaikan hanya sekitar 10%, yaitu
pada tahun 1951 sebesar Rp. 6.487,25. Jumlah jamaah haji Indonesia
mencapai puncaknya pada tahun 1951 sebanyak 9.502 orang, petugas haji
Indonesia 20 orang, jamaah haji yang wafat sebanyak 384 orang atau 4,04%
angkutan haji yang cukup besar, hampir dua kali lipat, yaitu untuk tarif haji
udara sebesar Rp. 16.691, sedangkan haji laut sebesar Rp. 7.500.
Dengan adanya transportasi jamaah haji udara maka pada tahun 1952
yang menggunakan kapal laut sebanyak 14.031 orang, pesawat udara 293
orang, jumlah jamaah haji yang wafat 278 orang atau 1,94%, sedangkan
1964 yang berisi tentang upaya mengatasi pengangkutan jamaah haji (laut)
dari Indonesia, maka pada tanggal 1 Desember 1964 berdirilah PT. Arafat
yang bergerak di bidang pelayanan ibadah haji dengan kapal laut. Tujuan
haji antara lain KM. Gunung Jati, KM. Tjut Nyak Dien, KM.
jangka waktu satu bulan. Di kapal ini seluruh calon jamaah haji
1966. Pada tahun itu ditetapkan pula biaya perjalanan ibadah haji
dalam tiga kategori, yaitu haji dengan kapal laut sebesar Rp. 27.000,
haji berdikari sebesar Rp. 67.500, haji dengan pesawat udara sebesar
orang, dengan pesawat udara 373 orang, sedangkan jumlah haji kapal
laut yang wafat 114 orang, dan 2 orang jamaah haji udara, atau 0,73%
jamaah haji berdikari tetap menggunakan kapal laut. Sesuai data tahun
560.000. Pada waktu itu jumlah ibadah haji berdikari kapal laut
pesawat udara.
haji pada tahun- tahun sebelumnya, maka pemerintah, dalam hal ini
tinggal sementara untuk menunggu waktu haji tiba. Hal ini banyak
yang dikenal dengan nama program ONH Plus. Pihak swasta sendiri
ibadah haji.
28
jumlah jamaah haji yang terus bertambah dari negara-negara lain. Hal
60).
ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan nyaman
ibadah secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur” inilah hal yang
secara efektif.
kedutaan besar Kerajaan Arab Saudi dalam hal ijin masuk (visa) ke
mengalimi dua kali pembatalan yaitu pada tahun 2020 pada masa
dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 ini diambil
Kompas.co.id, 2021)
D. Kerangka Pikir
judul penelitian ini yaitu: “Mekanisme Pengawasan Ibadah Haji Serta Dampaknya
”. Pengawasan Ibadah
Haji
Penyelenggaran Haji
Yang Optimal