Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Masalah Nyeri Akut Post Sectio Caesarea

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Journal of Telenursing (JOTING)

Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2023


e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i2.6733

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M


DENGAN MASALAH NYERI AKUT POST SECTIO CAESAREA

Cholilatur Rohmania1, Ati Surya Mediawati2, Dyah Setyorini3


Universitas Padjadjaran1,2,3
[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen keperawatan dengan masalah


nyeri akut pada one day care yang optimal di Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD
X. Metode penelitian menggunakan pendekatan studi kasus dengan wawancara dengan
perawat dan kepala ruangan, observasi di ruangan, serta melakukan analisis masalah
menggunakan problem based analysis 3M (man, method, materials). Hasil penelitian
menunjukan dengan dilakukannya penanganan nyeri yang optimal mulai dari pengkajian
hingga evaluasi nyeri sampai dengan pengoptimalan intervensi non farmakologis (Terapi
music dan Relaksasi nafas dalam), keluhan nyeri pasien menunjukan perbaikan dari skala
sedang menjadi skala ringan (NRS) serta peran perawat dalam intervensi mandiri juga lebih
baik. Permasalahan yang terkaji pada ruangan diantaranya belum optimalnya penanganan
nyeri akut pasca operasi (mulai dari pengkajian sampai evaluasi nyeri terkadang tidak
dilakukan di ruangan), belum adanya SOP intervensi nyeri, belum adanya guideline
penanganan nyeri di ruangan, dan belum terlaksananya intervensi mandiri perawat
berkaitan dengan nyeri. Simpulan, dengan optimalnya pengkajian hingga evaluasi nyeri
termasuk intervensi teknik non farmakologi yang tergolong mudah untuk dipelajari dan
diaplikasikan secara mandiri oleh perawat, hasil yang didapat yaitu tingkat nyeri klien
berkurang dari nyeri sedang di skala 5 menjadi nyeri skala rendah yaitu di skala 3 NRS.

Kata Kunci: Instalasi Bedah Sentral, Manajemen Asuhan Keperawatan, Nyeri Akut

ABSTRACT

This study aims to describe the nursing management of acute pain problems in optimal one-
day care in the Central Surgical Installation Room (IBS) RSUD using a 3M problem-based
analysis (man, method, materials). The results of the research show that by carrying out
optimal pain management, starting from assessment to evaluation of pain to optimizing
non-pharmacological interventions (music therapy and deep breathing relaxation), patient
pain complaints show improvement from moderate to mild scale (NRS) as well as the role
of nurses in independent intervention also better. Problems studied in the room include the
lack of optimal management of acute postoperative pain (from assessment to evaluation of
pain, sometimes it is not done in the room), there is no SOP for pain intervention, there is
no guideline for handling pain in the room, and the implementation of independent nurse
intervention related to pain has not been implemented. In conclusion, with optimal
assessment and evaluation of pain, including non-pharmacological technical interventions
that are relatively easy to learn and apply independently by nurses, the results obtained are
that the client's pain level is reduced from moderate pain on a scale of 5 to low pain on a
scale of 3 on the NRS scale.

2187
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

Keywords: Central Surgical Installation, Nursing Care Management, Acute Pain

PENDAHULUAN
Sebagian besar ibu nifas pasca operasi SC dilaporkan mengalami nyeri ringan
hingga berat pasca operasi caesar dalam waktu 24 jam. Durasi prosedur, jenis anestesi
yang digunakan, dan jenis analgesik yang diberikan adalah semua ditemukan secara
signifikan terkait dengan nyeri pasca operasi caesar (Zhai et al., 2023). Nyeri sedang
hingga berat dilaporkan pada 75,5% ibu melahirkan pada jam ke-2, 80% pada jam ke-12,
dan 58,6% pada jam ke-24. Nyeri adalah masalah yang lazim dan kurang ditangani di
antara klien bedah. Sebuah penelitian telah mengungkapkan prevalensi tinggi nyeri pasca
operasi sedang hingga berat (78-93%) setelah operasi SC (Demelash et al., 2022). Sayatan
bedah itu sendiri menyebabkan trauma jaringan, yang mengaktifkan nosiseptor dan
memicu sinyal nyeri. Selain itu, manipulasi organ selama operasi, seperti rahim dan
rongga perut, dapat menyebabkan peradangan jaringan dan peregangan atau kerusakan
saraf tepi, yang menyebabkan nyeri. Pelepasan mediator inflamasi, membuat reseptor
nyeri peka dan memperkuat respons nyeri. Fluktuasi hormonal, terutama penurunan opioid
endogen dan peningkatan kadar kortisol, juga dapat memengaruhi persepsi nyeri. Faktor
psikologis, seperti kecemasan, ketakutan, dan stres, dapat memperburuk pengalaman nyeri
pasca operasi caesar (Hussen et al., 2022). Memahami etiologi kompleks nyeri pasca
operasi caesar sangat penting untuk mengembangkan strategi manajemen nyeri
komprehensif yang menangani aspek fisik dan psikologis nyeri. Penelitian di China
menunjukkan bahwa sejumlah ibu pascaoperasi caesar mengalami trauma akibat
pengalaman yang tidak menyenangkan terkait nyeri pascaoperasi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 10-20% dari 200 ibu pascaoperasi caesar mengalami gejala
trauma atau gangguan stres pascatrauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
yang terkait dengan pengalaman nyeri tersebut (Lin et al., 2022).
Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah ibu pascaoperasi caesar mengalami trauma
akibat pengalaman yang tidak menyenangkan terkait nyeri pascaoperasi. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-20% dari 200 ibu pascaoperasi caesar
mengalami gejala trauma atau gangguan stres pascatrauma atau Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) yang terkait dengan pengalaman nyeri tersebut (Borges et al., 2020).
Ruang pemulihan pasca operasi memainkan peran yang sangat penting dalam manajemen
nyeri yang adekuat. Hal ini berkaitan dengan di mana pasien mendapatkan perawatan
intensif dan pemantauan setelah operasi. Perawat memiliki peran yang krusial dalam
penanganan manajemen nyeri pasien, karena mereka berada di garis depan untuk
memantau, mengevaluasi, dan memberikan intervensi yang tepat untuk mengurangi nyeri
pascaoperasi (Iamlaor, 2022). Manajemen nyeri yang memadai setelah persalinan sesar
sangat penting. Tim perawatan harus menggunakan pendekatan multimodal yang
mencakup penggunaan obat pereda nyeri, seperti analgesik opioid dan non-opioid, serta
terapi non-farmakologis seperti terapi fisik, akupunktur, relaksasi, dan terapi musik.
Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri pascaoperasi secara efektif, memfasilitasi
pemulihan yang optimal, dan memastikan perawatan yang adekuat terhadap ibu dan bayi
baru lahir (Devi, 2021).
Perawat berperan dalam melakukan penilaian nyeri secara sistematis dengan
menggunakan skala penilaian yang valid dan reliabel. Perawat memantau tingkat nyeri
pasien secara teratur dan melibatkan pasien dalam proses pemantauan dan evaluasi nyeri
(Chatchumni, 2022). Selanjutnya, perencanaan dan implementasi rencana manajemen

2188
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

nyeri: Berdasarkan penilaian nyeri, perawat bekerja sama dengan tim perawatan dan
pasien untuk merencanakan strategi manajemen nyeri yang tepat. Ini meliputi pemilihan
obat pereda nyeri, dosis yang sesuai, penggunaan teknik non-farmakologis, dan
pendekatan multimodal untuk mengurangi nyeri pasien. Perawat memastikan bahwa obat
diberikan tepat waktu, dengan dosis yang sesuai, dan sesuai dengan protokol yang telah
ditetapkan. Penggunaan teknik non-farmakologis: Perawat dapat menggunakan teknik
non-farmakologis seperti relaksasi, terapi musik, teknik distraksi, kompres hangat, atau
pijatan untuk membantu mengurangi nyeri pasien. Perawat berperan memberikan
dukungan emosional dan pengajaran kepada pasien mengenai teknik-teknik ini. Perawat
juga dapat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
pascaoperasi, termasuk penggunaan obat pereda nyeri yang diresepkan, teknik non-
farmakologis yang dapat digunakan, serta tanda dan gejala yang perlu dilaporkan jika ada
masalah yang timbul (Damawanti et al., 2022). Kolaborasi tim multidisiplin diantaranya
perawat berkolaborasi dengan tim multidisiplin, termasuk dokter, ahli farmasi, dan ahli
terapi lainnya, untuk mengembangkan rencana manajemen nyeri yang komprehensif
(Imeraj et al., 2022).
Kontribusi-kontribusi tersebut juga didukung oleh praturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 4 tahun 2022 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional perawat
menyatakan bahwa perawat berhak melakukan tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman dengan melakukan manajemen nyeri non farmakologi (distraksi,
terapi musik dan positioning). Penelitian ini mencoba mengkombinasikan terapi
farmakologis dan non farmakologis nyeri di ruang IBS yang diharapkan sesuai dengan
penelitian pada ruang rawat inap serta dapat memberikan manfaat yang lebih besar dalam
mengurangi nyeri post partum dibandingkan dengan pendekatan yang terbatas pada satu
jenis intervensi saja. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang berfokus penanganan
nyeri di ruang rawat inap, penelitian ini difokuskan kepada penanganan yang paling cepat
dan tepat dan dapat diterapkan nyeri akut di ruang pemulihan instalasi bedah sentral.
Berdasarkan data-data tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik mengenai
manajemen nyeri akut di ruang pemulihan atau recovery room pada Instalasi Bedah
Sentral atau IBS RSUD X.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian merupakan studi kasus dengan pendekatan metode deskriptif untuk
memaparkan proses keperawatan yang telah dilakukan. Metode penelitian deskriptif pada
studi kasus ini adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengkaji secara
mendalam suatu fenomena tertentu, seperti individu, kelompok, organisasi, atau kejadian,
dengan mempelajari konteksnya secara detail. Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis
fenomena tersebut secara holistik, dengan mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual
dan kompleksitas yang terlibat serta dapat menggambarkan manajemen nyeri yang
komperhensif yang dapat dilakukan di ruang IBS RSUD X. Pada penelitian ini, data
dikumpulkan melalui beberapa sumber diantaranya data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui pengkajian fisik klien, wawancara dengan keluarga, perawat, dan
kepala ruangan, serta observasi di ruangan. Sedangkan data sekunder berasal dari rekam
medis klien. Metode analisis yang digunakan adalah analisis naratif untuk menganalisis data
yang telah diperoleh. Subjek penelitian ini adalah satu klien yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu

2189
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

HASIL PENELITIAN
Klien tampak mengalami penurunan kesadaran, ketika perawat melakukan
pengecekan kesadaran klien tampak membuka matanya ketika dipanggil sesaat namun
setelah itu klien tampak tidak sadarkan diri dan di dorong ke ruang operasi. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen dengan hasil klien membuka mata ketika
mendengar suara, klien tampak dapat melokalisir nyeri serta verbalisasi klien bingung
dengan nilai Glasglow Coma Scale atau GCS E3, M3, V4. Klien seketika dipasangkan
monitor dengan hasil TD: 164/115 mmHg (nilai normal : 120/80 mmHg), SpO2:90% (nilai
normal : 95-100%), HR: 109 x/menit (nilai normal : 60-100), dan BJA : 102 x/menit. Klien
di induksi pada pukul 09.26 WIB dengan dilakukan pemasangan infus flush RL 500 ml
dan maintenance RL+Oxytocin 500 ml. Selanjutnya klien dilakukan intubasi dan dilakukan
pemasangan Oropharyngeal Airway atau OPA. Dilakukan sayatan melintang pada pukul
09.33 WIB dengan obat-obatan dan cairan penunjang

Tabel. 1
Pemantauan TTV Interaoperasi

5’ 10’ 15’ 20’ 25’


TD:131/82mmHg TD:133/85mmHg TD:133/85mmHg TD:123/79 mmHg TD:122/85mmHg
HR: 94 x/menit HR : 89x/menit HR : 82x/menit HR: 81x/menit HR : 81x/menit
RR: 20 x/menit RR: 20 x/menit RR:20 x/menit RR:24 x/menit RR: 20 x/menit
SpO2 : 99% SpO2 : 99% SpO2 : 100% SpO2 : 100% SpO2 : 100%
30’ 35’ 40’ 45’ 50’
TD:119/73mmHg TD:139/91mmHg TD:142/90 mmHg TD:125/72mmHg TD:142/83mmHg
HR : 78x/menit HR:71x/menit RR: HR : 85x/menit HR: 69x/menit HR:69x/menit
RR: 20 x/menit 20 x/menit RR: 20 x/menit RR:20 x/menit RR: 20 x/menit
SpO2 : 100% SpO2 : 100% SpO2 : 100% SpO2 : 100% SpO2 : 100%
55’ 60’ 65’ 70’ 75
TD:127/84mmHg TD:125/70mmHg TD: 127/84mmHg TD:138/80mmHg TD:135/97mmHg
HR: 69x/menit HR:83x/menit HR : 69x/menit HR: 69x/menit HR:88x/menit
RR:20x/menit RR:20x/menit RR: 20 x/menit RR:20 x/menit RR: 20 x/menit
SpO2 : 100% SpO2 : 100% SpO2 : 100% SpO2 : 100% SpO2 : 100%

Tabel 1 menggambarkan pemantauan tanda-tanda vital pada waktu interaoperasi atau


pada saat pasien sedang menjalani operasi. Pemantauan tanda-tanda vital selama operasi
atau intervensi medis penting untuk memastikan keamanan dan kesehatan pasien. Tanda-
tanda vital adalah parameter biologis yang memberikan gambaran tentang kondisi tubuh
pasien. Pemantauan dilakukan selama operasi setiap 5 menit. Hal yang dapat disoroti dalam
tabel diatas yaitu nilai tekanan darah atau TD dan HR atau heart rate pasien yang tidak
stabil maka dari itu medikasi yang diberikan pada saat intera operasi adalah untuk
mengontrol hemodinamik pasien. Pada saat pemantauan di menit ketiga kemudian bayi
lahir. Bayi lahir pada pukul 09.40 WIB dengan pemeriksaan fisik bayi Berat : 2100 gram,
Panjang: 36 cm. Seketika bayi dilakukan pemeriksaan awal oleh perawat perinatologi dan
dokter anak.
Bayi tampak pucat dengan anggota tubuh lengkap serta tidak menangis kuat sehingga
bayi di intubasi dengan pemasangan ett dan ventilator. Bayi kemudian dibawa ke PICU.
Sampai dengan anak lahir klien masih belum sadarkan diri dengan pemantauan perdarahan
normal dan total alat penggunaan kasa lepas yaitu 3 benang jahit 3 dan pisau bedah 1.Klien
kemudian dapat membuka matanya dan sadar pada pukul 11.40 WIB yang setelahnya klien
dibawa ke dalam recovery room dan dilakukan pemantauan selama 2-3 jam. Pada saat
dilakukan pememantauan tanda tanda vital post Caesar, klien mengatakan nyeri pada luka

2190
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

bekas operasi Klien mengatakan nyeri seperti disayat- sayat dan terasa hilang timbul. Klien
mengatakan bahwa skala nyeri nya berada pada skala 5 (NRS) dan beberapa kali klien
menanyakan apakah normal atau tidak nyeri pasca operasi Caesar.

Tabel.2
Pemantauan TTV Pasca Operasi

5’ 10’ 15’ 20’ 25’


TD:166/90mmHg TD:156/87mmHg TD:175/100mmHg TD:164/80mmHg TD:169/95mmHg
HR:94x/menit HR:85x/menit HR:85x/menit HR:85x/menit HR:85x/menit
RR: 22 x/menit RR: 20 x/menit RR:20x/menit RR:23x/menit RR:20x/menit
SpO2 : 99% SpO2 : 99% SpO2 : 99% SpO2 : 99% SpO2 : 99%
30’ 35’ 40’ 45’ 50’
TD:172/90mmHg TD:155/88mmHg TD: 167/90 mmHg TD:165/89mmHg TD:160/80mmHg
HR : 100 x/menit HR:80x/menit RR: HR:80x/menit HR:90x/menit RR: HR:88x/menit
RR: 24 x/menit 20 x/menit RR:20x/menit 18x/menit RR: 20 x/menit
SpO2 : 99% SpO2 : 97% SpO2 : 99% SpO2 : 99% SpO2 : 99%

Tabel 2 menggambarkan pemantauan tanda-tanda vital pada waktu post operasi atau
pada saat pasien telah menjalani operasi. Pemantauan dilakukan di ruang pemulihan atau
recovery room setiap 15 menit. Hal yang dapat disoroti dalam tabel diatas yaitu nilai
tekanan darah atau TD pasien yang terus meningkat maka dari itu medikasi yang diberikan
pada saat post operasi adalah untuk mengontrol TD pasien. Berdasarkan uraian kasus dan
hasil pengkajian, masalah manajemen yang ditemukan yaitu belum optimalnya penanganan
nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi SC ditandai dengan klien mengatakan nyeri
di bagian perut post operasi, klien mengatakan nyeri terasa seperti nyut nyutan, klien
mengatakan nyeri yang dirasa berada di skala 5 (0-10), klien mengatakan nyeri muncul
ketika beraktivitas dan mereda ketika diistirahatkan, wajah tampak meringis, klien sesekali
tampak gelisah, TD 142/98 mmHg, HR 78x/menit, RR 20x/menit, SpO2 95%, Suhu
36,90C

Analisa Data Manajemen Asuhan


Man
Penanganan nyeri yang diberikan perawat ruangan kepada klien tertunda karena perlu
konsul dokter untuk pemberian terapi farmakologi. Selanjutnya, perawat lebih
memfokuskan terapi farmakologi untuk mengurangi atau mengatasi nyeri yang dirasakan
klien. Kurangnya kesadaran perawat akan intervensi mandiri penanganan nyeri akut
sangatlah diperlukan. Perawat memainkan peran penting dalam menilai, mengelola, dan
memantau rasa sakit pada periode pasca operasi segera. Ideal nya perawat sebagai
pemegang peranan penting dalam manajemen nyeri dapat intervensi non farmakologis
efektif untuk menunjang intervensi farmakologis dalam mengurangi intensitas nyeri dan
dapat digunakan bersamaan dengan intervensi farmakologis.
Method
Dalam penanganan nyeri di ruang IBS RSUD X berdasarkan hasil wawancara
perawat di ruang recovery room belum menggunakan intervensi non farmakologis untuk
mengatasi nyeri akut pada klien. Belum terdapat SOP khusus yang membahas mengenai
intervensi non farmakologis seperti teknik relaksasi, guided imaginary, dan terapi music
sebagai intervensi mandiri perawat. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara belum
mengoptimalkan dengan maksimal alat pengkajian nyeri seperti NRS atau VAS pada
ruangan post operative atau ruangan pemulihan. Seperti terkadang perawat tidak

2191
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

menanyakan secara langsung kepada klien mengenai skala nyeri yang dirasakan serta
pendokumentasian. Idealnya penggunaan alat penilaian nyeri standar, seperti NRS dan
VAS, dikaitkan dengan hasil manajemen nyeri yang lebih baik pada klien pasca operasi.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa penilaian nyeri secara teratur menggunakan alat
standar dan berhubungan dengan mengurangi risiko untuk keparahan nyeri pasca
Material
Hasil analisa mengenai material yang didapat dari hasil wawancara kepala ruangan
dan observasi di ruangan, ruang IBS sudah memiliki laptop dan pengeras suara untuk
menunjang pengisian rekam medis digital namun digunakan secara bergantian. Ruangan
hanya difasilitasi 3 laptop dan 2 komputer yang berada pada recovery room dan ruangan
transfer. Berdasarkan observasi peneliti perawat belum mengoptimalkan fasilitas yang ada
untuk memberikan intervensi non farmakologis dalam penanganan nyeri pada klien.
Ruangan juga belum memiliki peralatan seperti wangi wangian atau aroma terapi untuk
menunjang intervensi relaksasi yang diberikan.

Rencana Intervensi Manajemen


Adapun rencana tindakan manajemen asuhan keperawatan untuk diagnosa
manajemen asuhan, yaitu mengoptimalkan intervensi non farmakologis dalam penanganan
nyeri post operative di ruang IBS RSUD X berdasarkan prinsip teoritis dari hasil pencarian
Evidence Based Practice diantaranya Teknik relaksasi pernapasan dalam dan music terapi
dapat diberikan untuk mengurangi nyeri sebagai terapi non farmakologi. Hasil penelitian ini
mendukung pandangan bahwa kedua terapi tersebut dapat bermanfaat intervensi untuk
mengurangi keparahan nyeri pada operasi Caesar (Nawangsari et al, 2021). Penggunaan
musik untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi rasa sakit dan kecemasan. Latihan
pernapasan dalam, seperti pernapasan diafragma, dapat membantu meningkatkan relaksasi
dan mengurangi persepsi nyeri.

Implementasi Keperawatan
Penulis memberikan intervensi relaksasi napas dalam dan terapi musik sesuai dengan
evidence based yang sudah penulis analisis. Pemberian edukasi mengenai nyeri yang
dirasakan setelah operasi pendidikan dapat membantu meningkatkan hasil dan kepuasan
klien. Klien yang menerima edukasi yang komprehensif tentang manajemen nyeri pasca-
SC dapat lebih meningkatkan kepuasan yang lebih tinggi dengan serta cenderung klien
menjadi tidak mengalami nyeri persisten atau komplikasi lainnya. Secara keseluruhan,
pendidikan memainkan peran penting dalam manajemen nyeri pasca SC dan harus
dimasukkan sebagai bagian rutin dari perawatan klien.

Implementasi Manajemen
Selanjutnya implementasi manajemen asuhan keperawatan yang telah dilakukan yaitu
berdiskusi dengan perawat pelaksana terkait mengoptimalkan intervensi non farmakologis
dalam penanganan nyeri post operative di ruang IBS RSUD X berdasarkan prinsip teoritis
dari hasil pencarian Evidence Based Practice serta menyarankan ruangan untuk membuat
SOP mengenai intervensi manajemen nyeri. Implementasi manajemen asuhan keperawatan
yang telah dilakukan untuk mengoptimalkan intervensi non farmakologis dalam
penanganan nyeri post operatif melibatkan diskusi dengan perawat pelaksana. Termasuk
penilaian nyeri yang telah dilakukan, memastikan penilaian nyeri dilakukan secara
sistematis menggunakan alat penilaian nyeri yang valid dan reliabel, skala nyeri yang
digunakan dan metode penilaian yang dilakukan, serta upaya pendidikan pasien mengenai

2192
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

intervensi non farmakologis yang dapat membantu mengurangi nyeri.

Evaluasi Keperawatan
Selasa, 21 Februari 2023 pukul 11. 45 WIB, setelah dilakukannya operasi klien
mengeluh nyeri terasa seperti nyut-nyutan dan diremas pada bagian luka sayatan dengan
skala 5 (NRS) hilang timbul dan tidak menjalar. Klien tampak meringis dan tampak
memegang perutnya dengan TTV sebagai berikut;TD : 166/90 mmHg, HR : 80 x/menit
RR: 22 x/menit, SpO2 :99%. Intervensi relaksasi nafas dalam dalam 10 menit, terapi music,
memberikan edukasi mengenai nyeri post SC beserta injeksi petidine injeksi 50 mg. Pukul
14.00 WIB, setelah dilakukan intervensi nyeri menjadi skala 3 (NRS) hilang timbul dan
tidak menjalar. Klien tampak lebih tenang dan dapat di dan sudah tidak tampak memegang
perutnya dengan TTV sebagai berikut;TD : 160/89 mmHg, HR : 74 x/ menit, RR:
23x/menit, SpO2 :100%. Intervensi relaksasi nafas dalam dalam 10 menit, terapi music,
memberikan edukasi mengenai nyeri post SC beserta injeksi Petidine Injeksi 50 mg. Klien
kemudian pada pukul 14.30 dipindahkan ke ruang ICU dikarenakan tekanan darah klien
yang masih belum bisa terkontrol.

PEMBAHASAN
Studi kasus ini difokuskan pada masalah penanganan nyeri yang diberikan perawat
kepada klien tertunda karena perlu konsul dokter untuk pemberian terapi farmakologi,
perawat lebih memfokuskan terapi farmakologi untuk mengurangi/ mengatasi nyeri yang
dirasakan klien, perawat belum mengoptimalkan fasilitas dalam melakukan intervensi
intervensi mandiri terkait penanganan nyeri akut, selanjutnya perawat juga belum
mengimplementasikan Terapi non farmakologi berdasarkan evidence based practice untuk
mengurangi/ mengatasi nyeri yang dirasakan klien serta belum adanya SOP terkait dengan
penanganan non farmakologis nyeri, belum adanya form untuk pemantauan nyeri di
ruangan dan di rumah sakit, kurangnya pemanfaatan fasilitas atau peralatan untuk
penanganan intervensi nyeri pada klien di ruangan, serta belum optimalnya pengkajian dan
penanganan nyeri akut yang dilakukan perawat di ruangan.
Perawat memainkan peran penting dalam mendidik klien dan keluarga mereka
tentang strategi manajemen nyeri dan pengobatan(Imeraj et al., 2022). Hal tersebut
termasuk mengajari klien tentang intervensi non-farmakologis, seperti teknik relaksasi,
gangguan, dan terapi panas, serta memberikan informasi tentang obat opioid dan non-opioid
serta efek sampingnya (Sonneborn et al, 2021). Perawat bekerja sama dengan profesional
kesehatan lainnya, seperti dokter, apoteker, dan ahli terapi fisik, untuk mengembangkan
rencana manajemen nyeri komprehensif yang menangani kondisi mendasar klien dan
penyakit penyerta apa pun. Tanggung jawab perawat dalam manajemen nyeri merupakan
bagian penting dari perawatan pasien yang efektif. Dengan menjalankan tindakan-tindakan
ini, perawat berkontribusi pada kualitas hidup pasien dan memastikan pengalaman nyeri
mereka dikelola dengan baik (Atthayasai et al., 2023). Hasil pengkajian manajemen asuhan
pada klien di ruang IBS yaitu belum optimalnya penanganan nyeri akut berhubungan
dengan pasca operasi SC. Terlebih dahulu penulis melakukan diskusi dengan perawat
ruangan untuk mengurangi/ mengatasi nyeri dengan non farmakologi dengan terlebih
dahulu memberikan dan merekomendasikan literatur terbaru dari evidence based mengatasi
nyeri yang dapat diterapkan pada ruang IBS (Nugroho et al., 2023). Teknik relaksasi,
seperti pernapasan dalam, pencitraan terpandu, dan relaksasi otot progresif, dapat
mengurangi rasa sakit dan kecemasan pasca operasi. Relaksasi Pernapasan selama
persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan

2193
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

homeostatis sehingga tidak ada peningkatan pasokan darah, mengurangi kecemasan dan
rasa takut bahwa orang lain dapat beradaptasi selama persalinan (Wiryanto et al., 2022).
Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien tentang penilaian nyeri, strategi
manajemen nyeri, dan potensi efek samping opioid dapat meningkatkan pengendalian nyeri
dan mengurangi efek samping terkait opioid. Berdasarkan beberapa literatur yang telah
ditemukan, penulis melakukan implementasi untuk mengoptimalkan penanganan nyeri
pada klien pasca operasi SC di ruangan IBS RSUD X. Peneliti melakukan pengkajian nyeri
menggunakan NRS dengan skala nyeri 5 dari 10 dan dengan pengkajian nyeri 5. Klien
tampak gelisah dan menyentuh bagian perutnya. Evaluasi yang didapatkan pada saat setelah
dilakukannya intervensi dan evaluasi nyeri adalah sebagai berikut : Setelah dilakukan
intervensi nyeri menjadi skala 3 (NRS), klien tampak lebih tenang dan tidak merintih
kesakitan, klien tambah sudah dapat berkomunikasi dua arah dengan perawat, klien
mengatakan bahwa music yang diperdengarkan yang digabungkan Latihan teknik relaksasi
nafas dalam membuat rasa nyut-nyut an nya menjadi lebih reda.

SIMPULAN
Hasil yang didapat yaitu tingkat nyeri klien berkurang dari nyeri sedang di skala 5
menjadi nyeri skala rendah yaitu di skala 3 NRS. Teknik non farmakologi tergolong mudah
untuk dipelajari dan diaplikasikan secara mandiri oleh perawat untuk mendukung intervensi
farmakologi.

SARAN
Penilaian yang berkala membantu memahami tingkat nyeri pasien dan memastikan
bahwa intervensi yang tepat diberikan. Serta menyediakan berbagai pilihan metode
pengelolaan nyeri yang mencakup analgesia farmakologis dan non-farmakologis.
Penggunaan obat analgesik harus didasarkan pada karakteristik pasien dan tingkat nyeri
yang dialami. Penelitian selanjutnya dapat berfokus kepada intervensi kecemasan di ruang
pemulihan, meginat peliang intervensi mandiri perawat cukup tinggi, kecemasan juga
merupakan hal yang dirasakan mayoritas pasien pre atau post operasi serta kecemasan dapat
memengaruhi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Atthayasai, J., Chatchumni, M., Eriksson, H., & Mazaheri, M. (2023). Surgical Nurses’
Perceptions of Strategies to Enhance Pain Management Proficiency: A Qualitative
Study. Nursing Reports, 13(2), 923–933. https://doi.org/10.3390/nursrep13020081
Bielewicz, J., Daniluk, B., & Kamieniak, P. (2022). VAS and NRS, Same or Different? Are
Visual Analog Scale Values and Numerical Rating Scale Equally Viable Tools for
Assessing Patients after Microdiscectomy? Pain Research and Management, 2022.
https://doi.org/10.1155/2022/5337483
Borges, N. C., de Deus, J. M., Guimarães, R. A., Conde, D. M., Bachion, M. M., de Moura,
L. A., & Pereira, L. V. (2020). The incidence of chronic pain following Cesarean
section and associated risk factors: A cohort of women followed up for three months.
PLoS ONE, 15(9 september). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0238634
Chatchumni, M., Eriksson, H., & Mazaheri, M. (2022). Core Components of an Effective
Pain Management Education Programme for Surgical Nurses: A Delphi study.
International journal of qualitative studies on health and well-being, vol 17.
https://doi.org/10.1080/17482631.2022.2110672
Darmawati,Diana Febrita, Aida Fitri,Fithria, Masyithah Audina (2022). Efektivitas Edukasi
Manajemen Nyeri pada Pasien yang Menjalani Sectio Caesarea terhadap Kepuasan

2194
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5(2) 2187-2195

Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin. Journal of Medical
Science, 2(2), 54–63. https://doi.org/10.55572/jms.v2i2.58
Demelash, G., Berhe, Y. W., Gebregzi, A. H., & Chekol, W. B. (2022). Prevalence and
Factors Associated with Postoperative Pain After Cesarean Section at a
Comprehensive Specialized Hospital in Northwest Ethiopia: Prospective
Observational Study. Open Access Surgery, Volume 15, 1–8.
https://doi.org/10.2147/oas.s347920
Devi, F. (2021). Manajemen Nyeri Neuropatik. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(1),
179-188. https://doi.org/10.37287/jppp.v3i1.370
Hussen, I., Worku, M., Geleta, D., Mahamed, A. A., Abebe, M., Molla, W., Wudneh, A.,
Temesgen, T., Figa, Z., & Tadesse, M. (2022). Post-operative pain and associated
factors after cesarean section at Hawassa University Comprehensive Specialized
Hospital, Hawassa, Ethiopia: A cross-sectional study. Annals of Medicine and
Surgery, 81. https://doi.org/10.1016/j.amsu.2022.104321
Iamlaor, U. (2022). A Multifaceted Review Journal in the Field of Pharmacy Guidelines for
Regulating the Pain in Post-Operative Patients at Recovery Room of Angthong
Hospital. https://doi.org/10.31858/0975-8453.13.4.279-283
Imeraj, Z., Veseli (Bego), D., & Pirushi, R. (2022). The Role of Nursing Staff in Pain
Management of Patients with Cancer. Open Access Macedonian Journal of Medical
Sciences, 10(G), 455–460. https://doi.org/10.3889/oamjms.2022.9386
Lin, R., Lu, Y., Luo, W., Zhang, B., Liu, Z., & Xu, Z. (2022). Risk Factors for Postpartum
Depression in Women Undergoing Elective Cesarean Section: A Prospective Cohort
Study. Frontiers in Medicine, 9. https://doi.org/10.3389/fmed.2022.1001855
Nawangsari, H., & Pratiwi, L. (2021). Pengaruh Terapi Pemberian Musik terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Luka Post Seksio Sesaria Hari Pertama di Rumah
Sakit Ibu dan Anak. Jurnal Kesehatan Karya Husada, 9(2), 133-137.
https://doi.org/10.36577/jkkh.v9i2.482
Nedeljkovic, S. S., Kett, A., Vallejo, M. C., Horn, J. L., Carvalho, B., Bao, X., Cole, N. M.,
Renfro, L., Gadsden, J. C., Song, J., Yang, J., & Habib, A. S. (2020). Transversus
Abdominis Plane Block With Liposomal Bupivacaine for Pain After Cesarean
Delivery in a Multicenter, Randomized, Double-Blind, Controlled Trial. Anesthesia
and Analgesia, 131(6), 1830–1839. https://doi.org/10.1213/ANE.0000000000005075
Nugroho, R., & Suyanto, S. (2023). Meta-Analisis Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi
Napas Dalam terhadap Rasa Nyeri pada Pasien Post Operasi. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional, 5(3), 1039-1048. https://doi.org/10.37287/jppp.v5i3.1698
Sonneborn, O., & Miller, C. (2021). The Pain Nurse Practitioner and Pain Nurse’s Role and
Views on Opioid Management in Australia: A National Questionnaire Survey. Pain
Management Nursing, 22(6), 740–746. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2021.05.002
Wiryanto Waang, W., & Dewi Kusumawati, P. (2022). Analysis of Deep Breath Relaxation
Techniques to Post SC Patients with Pain. Journal Of Health Science Community,3(2).
https://doi.org/10.30994/jhsc.v3i2.155
Yudhsitira Tan, J. (2021). Effect of Instrumental Music Therapy on Pain Scale of Patient
Post Major Surgery. Advances in Social Science, Education and Humanities Research,
volume 521. https://doi.org/ 10.2991/assehr.k.210415.040
Zhai, W., Liu, H., Yu, Z., Jiang, Y., Yang, J., & Li, M. (2023). Bibliometric Analysis of
Research Studies on Postoperative Pain Management of Cesarean Section. Journal of
Pain Research, 16, 1345–1353. https://doi.org/10.2147/JPR.S404659

2195

Anda mungkin juga menyukai