Agus Hidayat - Upaya Pemberian Terapi Emotional Freedom Technique (Eft) Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pre Operasi
Agus Hidayat - Upaya Pemberian Terapi Emotional Freedom Technique (Eft) Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pre Operasi
Agus Hidayat - Upaya Pemberian Terapi Emotional Freedom Technique (Eft) Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pre Operasi
Agus Hidayat1, Decki Adi Pratama2, Yuli Widyastuti 3, Sri Handayani4, Muhammad Anis Sumaji5
1,2,3,4,5Prodi D3 Keperawan Fakultas Ilmu Kesehatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
*Korespondensi Email: [email protected]
ABSTRACT
Surgery is an invasive procedure by opening the body part through an incision which ends with closing or suturing
the wound that can cause fear, anxiety to stress, because it can threaten the integrity of the body, soul and can
cause pain. One of the pain management methods is the Emotional Freedom Technique (EFT). Objective : To
identify the level of pain before and after giving emotional freedom technique therapy to preoperative patients at
PKU Muhammadiyah Hospital, Sragen. Method : Method of taking new data (here and now) using appropriate
assessment instruments so as to produce data with high validity, namely using interviews with clients, nurses,
clients' families as sources of information and sources of documentation needed. Results : After nursing care with
nursing interventions with emotional freedom technique therapy for 3 x 24 hours, the nursing problem, the
problem of discomfort was resolved, but the acute pain was partially resolve because the pain scale still showed
a scale of 3. Conclusion : After giving emotional freedom technique therapy, it was found that the three clients
had not fully recovered from pain which was marked by when the client showed a more relaxed expression, with
a pain scale of 3 from the initial scale of 6 in Client I, Client II and Client III, namely 3.
Keywords: Preoperative Patient, Emotional Freedom Technique (EFT) Therapy, Pain
Abstrak
Pembedahan merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh melalui sayatan yang diakhiri dengan
penutupan atau penjahitan luka yang dapat menimbulkan rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat
mengancam integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan
metode Emotional Freedom Technique (EFT). Tujuan : Untuk Mengidentifikasi tingkat nyeri sebelum dan
sesudah pemberian terapi emotional freedom technique pada pasien pre operasi di RS PKU Muhammadiyah
Sragen. Metode : Metode mengambil data baru (here and now) dengan menggunakan instrumen pengkajian yang
sesuai sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi, yaitu menggunakan wawancara dengan klien, perawat,
keluarga klien sebagai sumber informasi dan sumber dokumentasi yang dibutuhkan. Hasil : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan dengan intervensi keperawatan dengan terapi emotional freedom technique selama 3 x 24
jam masalah keperawatan masalah gangguan rasa nyaman teratasi namun nyeri akut teratasi sebagian karena
skala nyeri masih menunjukkan skala 3. Kesimpulan : Setelah dilakukan pemberian terapi emotional freedom
technique didapatkan bahwa ketiga klien belum pulih sepenuhnya dari nyeri yang ditandai dengan saat klien
menampakkan ekspresi lebih rileks, dengan skala nyeri 3 dari skala awal 6 pada Klien I, Klien II dan Klien III
yaitu 3.
Kata kunci: Pasien Pre Operasi, Terapi Emotional Freedom Technique ( EFT), Nyeri
1. PENDAHULUAN
Selama beberapa tahun di Indonesia mengalami perkembangan dan peningkatan angka kesakitan dan
kematian. Untuk mengatasi berbagai macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari
tindakan yang paling ringan yaitu secara konservasif atau non bedah sampai pada tindakan yang paling berat yaitu
operatif atau tindakan bedah (Kusmayati (2014) dalam Suhadi & Pratiwi, A. 2020).
Prevalensi pasien dengan tindakan bedah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat 148 juta jiwa pasien di seluruh Rumah Sakit di dunia
mengalami tindakan operasi, sedangkan di Indonesia sebanyak 1,2 juta jiwa mengalami tindakan operasi (Fitria,
dkk. 2019).
Prosedur operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis. Salah satu tindakan lanjutan
dari penanganan kegawatdaruratan sesuai berdasarkan keadaan pasien. Pembedahan merupakan tindakan invasif
dengan membuka bagian tubuh melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan atau penjahitan luka yang dapat
menimbulkan rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat mengancam integritas tubuh, jiwa dan dapat
menimbulkan rasa nyeri (Rismawan, W. dkk. 2019).
95
JUKEKE Vol 1 No. 2 Juni 2022 | ISSN: 2829-0437 (cetak), ISSN: 2829-050X, Hal 95-101
Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016, menjabarkan bahwa
tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pola penyakit di Indonesia, (Kemenkes (2016) dalam Suhadi dan
Pratiwi, A. 2020).
Mengatasi masalah nyeri pada pasien pre operasi dapat menggunakan 2 teknik yaitu teknik farmakologis
dan non farmakologis. Teknik farmakologis seperti pemberian analgetik biasanya menjadi pilihan banyak pasien
untuk mengatasi nyeri. Pada nyeri ringan dapat diberikan obat antiinflamasi nonsteroid atau parasetamol. Nyeri
sedang dapat diberikan seperti tramadol atau codein, nyeri berat dapat diberikan morfin (Lukman & Harjanto,
2007). Sedangkan terapi non farmakologis yang dapat diberikan yaitu hipnoterapi (Sakiyan & Rosa, 2015),
aromaterapi lavender (Alma, 2016), terapi musik dan deep breathing exercise, terapi murattal surat Ar-Rahman
(Suwardi & Rahayu, 2019), terapi guided imagery (Mistati, 2019) dan Emotional Freedom Technique (EFT).
Disini peran perawat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pasien dan mempersiapkan prosedur
operasi serta pemulihan pasca operasi. Oleh kerena itu perlu tindakan yang komprehensif untuk menangani
kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi. Salah satunya dengan metode Emotional Freedom Technique
(EFT). Emotional Freedom Technique (EFT) adalah suatu terapi yang menggunakan titik meridian tubuh sebagai
titik tenaga. EFT bekerja berdasarkan pada penemuan ketidakseimbangan sistem energi tubuh yang memberikan
efek pada psikologi seseorang (Craig dalam Roziika. dkk. 2020).
Berdasarkan uraian diatas, peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk upaya pemberian terapi
emotional freedom technique untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien pre operasi.
2. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal dapat berarti satu orang. Unit yang menjadi kasus
tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-
faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan
dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu (Wulandari, 2018). Penelitian ini dilakukan di
RS PKU Muhammadiyah Sragen pada bulan Januari 2022.
Subyek atau partisipan dalam studi kasus ini adalah pasien dengan indikasi nyeri pre operasi. Metode yang
digunakan yaitu metode observasi partisipatif, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi laporan asuhan
keperawatan. Sedangkan instrumen yang digunakan yaitu format asuhan keperawatan pada pasien pre operasi,
kuesioner tingkat nyeri dengan skala nyeri, alat tulis dan nursing kit.
Klien II
Pada hari Selasa, 22 Maret 2022 yaitu; data subjektif: pasien mengatakan nyeri bahu kanan sehabis kesleo,
pasien mengatakan badan lemas dan cemas, P: nyeri apabila digerakkan, Q: disayat-sayat, R: bahu kanan, S:
skala 6, T: hilang timbul; data objektif: pasien tampak lemas dan cemas, pasien tampak meringis kesakitan,
hasil TTV; TD: 170/80 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S:36 C, SpO2: 98% serta hasil rontgen
menunjukkan adanya dislokasi shoulder dextra.
Klien III
Pada hari Senin, 28 Maret 2022 yaitu; data subjektif: pasien mengatakan nyeri tangan kiri karena jatuh dari
atap rumah, pasien mengatakan badan lemas dan cemas, P: nyeri apabila digerakkan, Q: diremas-remas, R:
tangan kiri, S: skala 6, T: hilang timbul; data objektif: pasien tampak lemas dan cemas, pasien tampak
96
JUKEKE Vol 1 No. 2 Juni 2022 | ISSN: 2829-0437 (cetak), ISSN: 2829-050X, Hal 95-101
meringis kesakitan, hasil TTV; TD: 146/80 mmHg, N: 84x/menit, RR: 22x/menit, S:36 C, SpO2: 98%
serta hasil rontgen menunjukkan adanya union radius sinistra.
3. 2 Diagnosa Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan pada pasien I, II, dan III yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
fisik, dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terapi.
3. 3 Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien I,II, dan III dengan diagnosa nyeri akut yaitu; luaran (SLKI): setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam, maka tingkat nyeri menurun , dengan kriteria hasil: keluhan nyeri
menurun (5), meringis menurun (5), gelisah menurun (5), kesulitan tidur menurun (5), intervensi (SIKI):
Manajemen Nyeri yaitu; observasi: identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal; terapeutik: berikan Teknik non farmakologis,
fasilitasi istirahat dan tidur; edukasi: jelaskan strategi meredakan nyeri; kolaborasi: kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu.
Rencana keperawatan pada pasien I,II, dan III dengan diagnosa gangguan rasa nyaman yaitu; luaran (SLKI):
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam, maka status kenyamanan meningkat , dengan kriteria
hasil: keluhan tidak nyaman menurun (5), gelisah menurun (5), lelah menurun (5), intervensi (SIKI): terapi
relaksasi yaitu; observasi: identifikasi teknik relaksasi yang efektif digunakan, monitor respon terhadap terapi
relaksasi, identifikasi kesediaan kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya; terapeutik: berikan informasi
tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi, ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan ;
edukasi: anjurkan sering mengulangi/ melatih teknik yang dipilih, demonstrasikan dan latih teknik relaksasi.
3. 4 Implementasi
Klien I
Pada hari Sabtu, 19 Maret 2022, pukul 14.00 yaitu: melakukan assessment pada pasien dan melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital, respon subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri bahu kanan karena terjatuh
di sawah, pasien mengatakan badan lemas dan pusing, P: close fraktur radius sinistra, Q: ditusuk-tusuk, R:
tangan kanan, S: skala 6, T: hilang timbul, respon objektif yaitu pasien tampak meringis kesakitan. Pukul
17.00 yaitu: mengukur tanda-tanda vital pre-operasi, respon subjektif yaitu pasien mengatakan badan lemas
dan pusing serta cemas, respon objektif yaitu pasien tampak cemas, hasil TTV; TD: 168/78 mmHg, N:
87x/menit, RR: 20x/menit, S:37 C, SpO2: 97%. Pukul 19.00 yaitu: mengajarkan teknik non farmakologi
yaitu terapi EFT ( Emotional Freedom Tehnique) pre-operasi, respon subjektif yaitu pasien mengatakan
bersedia untuk diterapi, respon objektif yaitu tampak kooperatif.
Pada hari kedua Minggu, 20 Maret 2022, pukul 09.00 yaitu: mengevaluasi keefektifan terapi non
farmakologi yaitu terapi EFT, respon subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
menjadi skala 4, respon objektif yaitu pasien tampak tenang sebelum operasi. Pukul 10.00 yaitu: mengantar
pasien operasi ke IBS, respon subjektif yaitu pasien mengatakan siap untuk operasi, respon objektif yaitu
pasien tampak tenang.
Pada hari ketiga Senin, 21 Maret 2022, pukul 08.00 yaitu mengevaluasi keefektifan terapi EFT, dan
memonitor nyeri, respon subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri berkurang banyak, badan sudah tidak
lemas dan pusing, P: close fraktur radius sinistra, Q: ditusuk-tusuk, R: tangan kanan, S: skala 1, T: hilang
timbul, respon objektif yaitu pasien tampak lebih baik.
Klien II
Tindakan keperawatan dan respon pada pasien II yaitu pada hari pertama Selasa, 22 Maret 2022, pukul
21.00 yaitu melakukan assessment pada pasien dan melakukan pengukuran TTV, respon subjektif yaitu
pasien mengatakan nyeri bahu kanan karena kesleo, pasien mengatakan badan lemas dan pusing, P: nyeri
apabila digerakkan, Q: disayat-sayat, R: bahu kanan, S: skala 6, T: hilang timbul, respon objektif yaitu pasien
tampak lemas dan cemas, hasil rontgen menunjukkan dislokasi shoulder dextra, hasil TTV; TD: 170/80
mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S:36 C, SpO2: 98%. Pukul 22.00 yaitu memberikan injeksi
ceftriaxone skin test, respon subjektif yaitu pasien mengatakan bersedia diinjeksi, respon objektif yaitu
pasien tampak cemas, skin test sudah dilakukan. Pukul 24.00 yaitu mengajarkan teknik non farmakologi
yaitu terapi EFT pre rekontruksi dan ORIF, respon subjektif yaitu pasien mengatakan bersedia untuk
diberikan terapi, respon objektif yaitu pasien tampak kooperatif.
97
JUKEKE Vol 1 No. 2 Juni 2022 | ISSN: 2829-0437 (cetak), ISSN: 2829-050X, Hal 95-101
Pada hari kedua Rabu, 23 Maret 2022, pukul 06.00 yaitu mengevaluasi keefektifan terapi EFT, respon
subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang menjadi skala 3, respon objektif yaitu
pasien tampak tenang sebelum rekontruksi dan ORIF. Pukul 08.30 yaitu mengantar pasien operasi di IBS,
respon subjektif yaitu pasien mengatakan siap untuk dioperasi, respon objektif yaitu pasien tampak tenang.
Pada hari ketiga Kamis, 24 Maret 2022, pukul 06.00 yaitu memonitor nyeri, respon subjektif yaitu
pasien mengatakan nyeri banyak berkurang, badan sudah tidak lemas dan pusing, P: nyeri apabila
digerakkan, Q: disayat-sayat, R: bahu kanan, S: skala 3, T: hilang timbul, respon objektif yaitu pasien
tampak lebih baik.
Klien III
Tindakan keperawatan dan respon pada pasien III yaitu pada hari Senin, 28 Maret 2022, pukul 13.15
yaitu melakukan assessment pada pasien dan melakukan pengukuran TTV, respon subjektif yaitu pasien
mengatakan nyeri tangan kiri karena jatuh, pasien mengatakan badan lemas dan pusing, respon objektif
yaitu pasien tampak lemas dan cemas, hasil rontgen menunjukkan union radius sinistra, hasil TTV; TD:
152/82 mmHg, N: 106x/menit, RR: 28x/menit, S:37 C, SpO2: 98%. Pukul 14.15 yaitu memonitor nyeri,
respon subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri tangan kiri karena jatuh, P: nyeri apabila digerakkan, Q:
diremas-remas, R: tangan kiri, S: skala 6, T: hilang timbul, respon subjektif yaitu pasien tampak meringis
kesakitan. Pukul 19.00 yaitu mengidentifikasi respon nyeri non verbal, respon subjektif yaitu pasien
mengatakan nyeri tangan kiri, respon objektif yaitu pasien tampak meringis.
Pada hari kedua Selasa, 29 Maret 2022, pukul 08.00 yaitu melakukan pengukuran TTV pre operasi,
respon subjektif yaitu pasien mengatakan lemas, cemas dan nyeri berkurang, P: nyeri apabila digerakkan,
Q: diremas-remas, R: tangan kiri, S: skala 5, T: hilang timbul, respon subjektif yaitu pasien tampak
meringis kesakitan. Pukul 09.00 yaitu mengajarkan terapi EFT pre operasi, respon subjektif yaitu pasien
mengatakan siap diberi terapi, respon objektif yaitu pasien tampak kooperatif.
Pada hari ketiga Rabu, 30 Matret 2022, Pukul 11.00 yaitu memonitor nyeri, respon subjektif yaitu
pasien mengatakan sudah tidak pusing dan lemas, P: nyeri apabila digerakkan, Q: diremas-remas, R: tangan
kiri, S: skala 3, T: hilang timbul, respon objektif yaitu pasien tampak tenang. Pukul 14.00 yaitu
mengajarkan terapi EFT post operasi, respon subjektif yaitu pasien mengatakan siap diberi terapi, respon
objektif yaitu pasien tampak kooperatif. Pukul 16.00 yaitu mengevaluasi terapi EFT, respon subjektif yaitu
pasien mengatakan nyeri jauh berkurang banyak, : nyeri apabila digerakkan, Q: diremas-remas, R: tangan
kiri, S: skala 3, T: hilang timbul, respon objektif yaitu pasien tampak tenang.
Klien II
Hari Kamis, 24 Maret 2022 masalah gangguan rasa nyaman teratasi, namun nyeri akut teratasi sebagian,
karena skala nyeri masih menunjukkan skala 3.
Klien III
Hari Rabu, 30 Maret 2022 masalah gangguan rasa nyaman teratasi, namun nyeri akut teratasi sebagian,
karena skala nyeri masih menunjukkan skala 3.
3.6 PEMBAHASAN
Akan membahas tentang upaya pemberian terapi Emotional Freedom Technique (EFT) untuk menurunkan
tingkat nyeri pada pasien pre operasi di bangsal Ahmad Dahlan RS PKU Muhammadiyah Sragen meliputi
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Klien I
1. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Pada tahap pengakajian didapatkan pasien mengatakan mengeluh nyeri tangan kanan karena jatuh di sawah,
pasien mengatakan badan lemas dan cemas, P: close fraktur radius sinistra, Q: ditusuk-tusuk, R: tangan kanan, S:
skala 6, T: hilang timbul.
98
JUKEKE Vol 1 No. 2 Juni 2022 | ISSN: 2829-0437 (cetak), ISSN: 2829-050X, Hal 95-101
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan klien 1 dengan masalah keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik mencantumkan tujuan setelah dilakukan intervensi selama 3x8 jam, maka
tingkat nyeri menurun , dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun (5), meringis menurun (5), gelisah menurun
(5), kesulitan tidur menurun (5). Rencana diagnose nyeri akut meliputi manajemen nyeri yaitu; observasi:
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi
respons nyeri non verbal; terapeutik: berikan Teknik non farmakologis, fasilitasi istirahat dan tidur; edukasi:
jelaskan strategi meredakan nyeri; kolaborasi: kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu (SIKI, 2018).
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam, maka nyeri
akut teratasi Sebagian menjadi skala 3, dengan kriteria hasil tingkat nyeri menurun , dengan kriteria hasil: keluhan
nyeri menurun (5), meringis menurun (5), gelisah menurun (5), kesulitan tidur menurun (5). Pada pasien I
mengalami penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 3 karena EFT berkerja dengan mengolah diri pada system saraf
simpatik dan parasimpatik, sehingga mampu mengurangi kecemasan atau ketegangan jiwa (Prabowo, R. 2019).
Klien II
1. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Pada tahap pengakajian didapatkan pasien mengatakan mengeluh nyeri bahu kanan karena kesleo, pasien
mengatakan badan lemas dan cemas, P: nyeri apabila digerakkan, Q: disayat-sayat, R: bahu kanan, S: skala 6, T:
hilang timbul.
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien II dengan masalah keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisk mencantumkan tujuan setelah dilakukan intervensi selama 3x8 jam,
maka tingkat nyeri menurun , dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun (5), meringis menurun (5), gelisah
menurun (5), kesulitan tidur menurun (5). Rencana diagnose nyeri akut meliputi manajemen nyeri yaitu;
observasi: identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,
identifikasi respons nyeri non verbal; terapeutik: berikan Teknik non farmakologis, fasilitasi istirahat dan tidur;
edukasi: jelaskan strategi meredakan nyeri; kolaborasi: kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu (SIKI, 2018).
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam, maka nyeri akut
teratasi Sebagian menjadi skala 3, dengan kriteria hasil tingkat nyeri menurun , dengan kriteria hasil: keluhan
nyeri menurun (5), meringis menurun (5), gelisah menurun (5), kesulitan tidur menurun (5). Pada pasien I
mengalami penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 3 karena EFT berkerja dengan mengolah diri pada system saraf
simpatik dan parasimpatik, sehingga mampu mengurangi kecemasan atau ketegangan jiwa (Prabowo, R. 2019).
99
JUKEKE Vol 1 No. 2 Juni 2022 | ISSN: 2829-0437 (cetak), ISSN: 2829-050X, Hal 95-101
dengan efek samping terapi yaitu; terapi relaksasi yaitu; observasi: identifikasi teknik relaksasi yang efektif
digunakan, monitor respon terhadap terapi relaksasi, identifikasi kesediaan kemampuan dan penggunaan teknik
sebelumnya; terapeutik: berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi, ciptakan
lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan ; edukasi: anjurkan sering mengulangi/ melatih teknik yang dipilih,
demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (SIKI, 2018).
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam, maka gangguan
rasa nyaman teratasi dengan kriteria hasil status kenyaman meningkat , dengan kriteria hasil: keluhan tidak
nyaman menurun (5), gelisah menurun (5), lelah menurun (5). Pada pasien II sudah tidak mersakan gangguan rasa
nyaman karena EFT berkerja dengan mengolah diri pada system saraf simpatik dan parasimpatik, sehingga
mampu mengurangi kecemasan atau ketegangan jiwa (Prabowo, R. 2019).
Klien III
1. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Pada tahap pengakajian didapatkan pasien mengatakan mengeluh nyeri tangan kiri karena jatuh dari atap,
pasien mengatakan badan lemas dan cemas, P: nyeri apabila digerakkan, Q: diremas- remas, R: tangan kiri, S:
skala 6, T: hilang timbul.
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien III dengan masalah keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisk mencantumkan tujuan setelah dilakukan intervensi selama 3x8 jam,
maka tingkat nyeri menurun , dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun (5), meringis menurun (5), gelisah
menurun (5), kesulitan tidur menurun (5). Rencana diagnose nyeri akut meliputi manajemen nyeri yaitu;
observasi: identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,
identifikasi respons nyeri non verbal; terapeutik: berikan Teknik non farmakologis, fasilitasi istirahat dan tidur;
edukasi: jelaskan strategi meredakan nyeri; kolaborasi: kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu (SIKI, 2018).
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam, maka nyeri akut
teratasi Sebagian menjadi skala 3, dengan kriteria hasil tingkat nyeri menurun , dengan kriteria hasil: keluhan
nyeri menurun (5), meringis menurun (5), gelisah menurun (5), kesulitan tidur menurun (5). Pada pasien I
mengalami penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 3 karena EFT berkerja dengan mengolah diri pada system saraf
simpatik dan parasimpatik, sehingga mampu mengurangi kecemasan atau ketegangan jiwa (Prabowo, R. 2019).
100
JUKEKE Vol 1 No. 2 Juni 2022 | ISSN: 2829-0437 (cetak), ISSN: 2829-050X, Hal 95-101
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas makan dapat diajukan saran sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini bisa memberikan suatu pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang
pengaruh pemberian terapi EFT (Emotional Freedom Tehnique) terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini untuk meningkatkan pemberian pelayanan terapi EFT (Emotional Freedom
Tehnique) terhadap pasien pre operasi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien
pre operasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan
Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
[2] Kurniawan, H dan Dwiantoro, L. 2018. Koordinasi Keperawatan Yang Efektif Untuk Pasien Pre Operasi.
Jurnal Ilmiah Permasi Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. Vol. 8. No. 1.
[3] Mardihusodo, S. J dan Aswar. 2012. Buku Terapi EFT (Emotional Freedom Technique). Yogyakarta : NQ
Publishing.
[4] Munawaroh. (2017). Modifikasi Pro Self Pain Control Untuk Menurunkan Nyeri Dan Meningkatkan
Kemampuan Aktivitas Pada Pasien Kanker Kolorektal Yang Menjalani Kemoterapi Tesis. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
[5] Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam
Terbitan ( KDT )
[6] Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
[7] Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medik
[8] PPNI. (2017). Standart Diangnosis Keperawatan Indonesia : Defisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.
[9] PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.
[10] PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.
[11] Prabowo, R. K. (2019). Efektifitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Bedah Jantung. Indonesian Jurnal Of Health Development.
Vol. 1. No. 2.
[12] Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
101