Yusthima: Dwika Putra Bagiastra

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Vol 03 No.

01 Bulan Maret Tahun 2023


YUSTHIMA e-ISSN: 2809-431X
Open Acces at: https: https://e-
Yusthika Mahasaraswati journal.unmas.ac.id/index.php/yusthima
DOI: 10.36733/yusthima.v3i1
UNMAS DENPASAR

DAMPAK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN


TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE) TERHADAP
PERUBAHAN HUKUM DAN SOSIAL DALAM
MASYARAKAT

Dwika Putra Bagiastra


Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar, E-mail: [email protected]

Info Artikel Abstract


Impact Of Information The spectacular development of the information technology in
And Transaction Laws communication. has greatly impact the development of law and
Electronic (Uu Ite) social interaction. Beside giving a positive contribution for the
Regarding Law And information technology media used, howewer, it also has caused
Changes Social In negativeimpact in another part. In order to prevent this, the
Community Indonesian government has initiated a new regulation as the
Information and Electronic Transaction Law No. 11 year 2008.
The regulation is the prior Indonesian law, which arranged the
implementation of information technology communication. The
objectived of this research is to discuss the impact of the
information and electronic transaction and its implementation
in Indonesian. The method used library research, which
connected with the implementation in the real field, and
analyzed descriptively. It can be concluded that: (1) The
Keywords : the regulation number 11 year 2008 give the protection to the of the
information and electronic information and electronik transaction society. (2) it shoud be
transaction law no. 11 year socialized to the community in order to achive the law security
2008, law, social. for the information technology user and promotor

Abstrak
Dampak Undang-Undang Kemajuan spektakuler dibidang teknologi informasi dan
Informasi Dan Transaksi komunikasi berdampak sangat besar bagi perkembangan
Elektronik (Uu Ite) interaksi hukum dan interaksi sosial. Di samping memberikan
Terhadap Perubahan kontribusi positif bagi pengguna, media teknologi informasi ini
Hukum Dan juga menimbulkan sisi negatif. Untuk mengantisipasi hal
Sosial Dalam Masyarakat tersebut pemerintah Indonesia menerbitkan undang-undang
nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
(UU ITE). Undang-undang tersebut adalah undang-undang yang
pertama yang mengatur tentang pelaksanaan teknologi informasi
dan komunikasi di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk
membahas dampak undang-undang ITE dan implementasinya
bagi pengguna di Indonesia. Metode yang digunakan adalah
riset perpustakaan yang berhubungan dengan implementasi di
lapangan. Dapat disimpulkan bahwa: (1) undang-undang no. 11
tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
Kata kunci: Undang- memberikan payung hukum bagi masyarakat pengguna
undang Traksaksi teknologi dan transaksi elektronik. (2) perlunya sosialisasi
Elektronik (UU ITE), kepada masyarakat agar tercapai kepastian hukum bagi
hukum, sosial pengguna dan penyelenggara teknologi informasi.

59
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Permasalahan
Latar belakang penelitian ini adalah dengan derasnya arus globalisasi yang
terjadi, yang telah menimbulkan berbagai masalah pada hampir seluruh aspek
kehidupan manusia di bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga terjadi perubahan-perubahan yang mendasar.
Seiring dengan perubahan pada seluruh aspek tersebut berdampak pada
berubahnya pula tatanan pola tingkah laku sosial manusia dalam masyarakat, maka
aspek hukumpun harus berubah. Hukum harus diatur agar tercipta ketertiban dalam
masyarakat. Hal ini memerlukan payung hukum. Dengan demikian dikatakan bahwa
hukum tidak boleh statis, tetapi harus dinamis, dan selalu diadakan perubahan sejalan
dengan perkembangan zaman serta dinamika kehidupan sosial dalam masyarakat. Pada
era reformasi sejak tahun 1998, banyak peraturan perundang-undangan yang telah
diterbitkan dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan arus globalisasi.
Diharapkan peraturan perundang-undangan yang telah diterbitkan itu dapat membawa
masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik dari pada sebelum.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat telah mengubah hidup
manusia menjadi lebih mudah karena kecanggihan dan daya kerjanya yang efektif dan
effisien. Keberadaan teknologi informasi awalnya hanya digunakan kalangan tertentu
saja, namun sekarang hamper seluruh lapisan masyarakat sudah menggunakannya, baik
instansi pemerintah maupun swasta. Memanfaatkan dan kecanggihan serta kepraktisan
teknologi informasi dalam instansi pemerintah digunakan untuk mengelola semua jenis
data, memberikan informasi dan juga fasilitas kemudahan misalnya pelayanan publik
melalui situs pemerintah secara on-line dan lain-lain. Demikian juga halnya dengan
instansi swasta atau badan usaha yang menggunakan teknologi informasi untuk
mengelola semua jenis data dengan melakukan transaksi penjualan secara on-line (e-
commerce).
Dampak perkembangan dan kemajuan teknologi informasi sedemikian pesat
yang dirasakan melanda dunia termasuk Indonesia. Globalisasi Informasi telah
menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia. Hal ini
menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang

60
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru


yang berkaitan dengan teknologi informasi. Sehingga mengharuskan dilakukannya
pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan transaksi elektronik ditingkat nasional
yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Pembangunan teknologi
informasi dapat dilakukan secara optimal, merata dan menyebar ke semua lapisan
masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang telah diamanatkan
dalam Preambule Undang-Undang Dasar 1945.
Kegiatan teknologi melalui media elektronik, disebut ruang siber (cyberspace)
yang meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan perbuatan hukum
yang nyata. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran
dan kualifikasi hukum konvensional saja, sebab akan terlalu banyak kesulitan dan hal
yang lolos dari pemberlakuan hukum. Transaksi melalui media elektronik atau internet
diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan telah diundangkan pada tanggal 21 April 2008, dengan Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 58. Namun ternyata UU tersebut belum mencapai sasaran
yang optimal karena belum adanya Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur
pelaksanaannya. Padahal dalam Bab XIII, pada Ketentuan Penutup, Pasal 54 ayat 2,
berbunyi: “Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun
setelah diundangkan Undang-Undang ini.”
Permasalahan dalam pelaksanaan UU ITE tersebut sering menimbulkan
kerancuan, mengingat jumlah pemakai teknologi informasi dari tahun ketahun terus
meningkat dengan menggunakan sarana dengan teknologi tersebut. Sehingga terjadi
salah penafsiran sadar atau tidak sadar permasalahannya akan menjadi kasus yang akan
berhadapan dengan aparat penegak hukum. Undang- Undang No.11 tahun 2008 tersebut
belum banyak di sosialisasikan ke masyarakat dan sampai sekarang belum adan
Peraturan Pemerintah (PP) seperti yang telah diamanatkan dalam Pasal 54 ayat 2
Undang-Undang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
Peran, Pengaruh dan Efektifitas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) terhadap masyarakat.
Metode yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif, ekploratif, yaitu suatu
penelitian yang mengkaji peraturan perundang- undangan serta sumber-sumber lainnya
yang relevan dengan perkembangan teknologi informasi umumnya dan Undang-Undang

61
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik khususnya dengan
interaksi perubahan sosial dan perubahan hukum.
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai Konsep dan teknis
pembentukan serta pelaksanaan memorandum of understanding serta menganalisis
mengenai keberadaan Asas kebebasan berkontrak sebagai landasan kebebasan memilih
memorandum of understanding untuk menjadi landasan kerjasama institusi/lembaga.
Analisis ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan memorandum of
understanding dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama di institusi.

I.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam membahas isu hukum adalah metode
penelitian hukum dengan jenis penelitian hukum normatif. yakni meneliti dari
perspektif internal dengan objek penelitiannya adalah norma hukum.1 Penelitian
normatif ini digunakan untuk menganalisis persoalan kekosongan norma sebagai isu
hukum dalam penelitian ini yakni perihal pengaturan Memorandum of Understanding
sebagai landasan kerjasama dalam suatu institusi. Jenis pendekatan masalah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute
approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

II. PEMBAHASAN
Fungsi dan Peranan Hukum Abdul Manan (2009:68) menyatakan bahwa
fungsihukum yang diharapkan setelah diciptakan atau diubah melalui peraturan
perundang-undangan dengan menggunakan instrumen-instrumen, antara lain:
(1) Standard of Conduct; merupakan sandaran atau ukuran tingkah laku yang
harus ditaati oleh setiap orang dalam bertindak dalam melakukan hubungan
satu dengan yang lain.
(2) As a Tool of Social Engineering; sebagai sarana atau alat untuk mengubah
masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam
hidup masyarakat.

I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
1

Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, h. 12.

62
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

(3) As a Tool of Social Control; sebagai alat untuk mengontrol tingkah laku dan
perbuatan manusia agar mereka tidak melakukan perbuatan yang melawan
norma hukum, agama dan kesusilaan.
(4) As a Facility on Human Interaction; yakni hukum berfungsi tidak hanya
menciptakan ketertiban, tetapi juga menciptakan perubahan masyarakat
dengan cara memperlancar proses interaksi sosial dan diharapkan menjadi
pendorong untuk menimbulkan perubahan dalam kehidupan sosial di
masyarakat.
(5) Rechtzeken Heid; yakni agar dalam setiap persoalan dan permasalahan yang
terjadi dalam masyarakat ada kepastian hukum untuk dijadikan pegangan
oleh seluruh masyarakat.
Berkaitan dengan dimensi perubahan hukum, terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa masyarakat berubah dulu baru hukum datang kemudian. Faktor-
faktor yang menggerakkan perubahan itu sebenarnya bukan hukum, melainkan faktor
lainnya seperti adanya perkembangan dan penggunaan teknologi canggih. Hal ini dapat
terlihat bahwa jika suatu saat memang terjadi perubahan dalam masyarakat, maka
hukum tetap bukan faktor penyebabnya, jadi hukum hanya dilihat sebagai akibat
perubahan saja. Jika timbul hukum-hukum baru, sebenarnya hanya akibat dari keadaan
masyarakat yang memang telah berubah sebelumnya, sehingga hukum hanya sekedar
mengkukuhkan apa yang sebenarnya memang telah berubah. Sebelum hukum timbul
sebagai alat untuk menciptakan perubahan, sebetulnya telah lebih dahulu bekerja
kekuatan-kekuatan perubahan lain seperti penemuan dan pemanfaatan teknologi
informasi baru, Setelah berjalan hingga tingkat perubahan tertentu, barulah hukum
dipanggil untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dari perubahan itu.
Menurut Soemarno Partodihardjo Hukum dalam konsep law as a tool social engineering
sebagaimana yang telah dikemukakan Roscoe Pound, bahwa hukum harus menjadi
faktor penggerak ke arah perubahan masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya sesuai
dengan fungsi-fungsi hukum yang telah disebutkan. Oleh karena itu, dalam perubahan
hendaknya harus direncanakan dengan baik dan terarah, sehingga tujuan dari perubahan
itu dapat tercapai dengan baik.
Perkembangan Teknologi Informasi. Pengertian teknologi informasi, menurut
Pasal 1, Bab Ketentuan Umum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

63
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

Informasi dan Transaksi Elektronik adalah: Suatu teknik untuk mengumpulkan,


menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau
menyebarkan informasi. Salah satu sarana implementasi dari penggunaan teknologi
tersebut adalah dengan menggunakan media seperangkat komputer yang dapat
mengolah semua data, sistem jaringan untuk menghubungkan komputer satu dengan
lainnya dan teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK) yang digunakan agar data
dapat disebar dan dapat diakses secara global. Perkembangan teknologi informasi
melahirkan sistem baru dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan e-life, artinya
kehidupan sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik, dan sekarang
ini sudah marak dengan dengan berbagai kata yang diawali dengan huruf “e” seperti; e
commerce, e-government, e-education, e-library, e-medicine dan lain-lain. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi kini telah banyak membantu semua kalangan dalam
menjalankan setiap aktivitasnya, banyak sekali pekerjaan yang terselesaikan dengan
lebih cepat karena penggunaan sistem media yang baru, canggih dan berteknologi
tinggi.
Kemajuan teknologi telah banyak memberi kebebasan kepada para penggunanya
untuk melaksanakan setiap aktivitasnya dengan sebebas mungkin sesuai dengan hak
azasinya. Misalnya, pengiriman surat melalui kantor pos yang biasanya paling cepat
dihitung dengan hari kepada si penerima, kini surat sudah dapat terkirim dan diterima
dalam hitungan beberapa menit bahkan hitungan detik. Dalam skala tertentu dampak
kemajuan teknologi tersebut menimbulkan pengangguran sebab yang sebelumnya
pekerjaan yang dikerjakan manusia mulai digantikan dengan sistem teknologi baru dan
canggih yang banyak membantu pencepatan penyelesaian pekerjaan, keakuratan data
lebih terjamin dan terjadi penghematan biasa Interaksi Perubahan Sosial dan Perubahan
Hukum. Interaksi perubahan sosial di satu sisi dan perubahan hukum di sisi lain
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan seperti dua sisi keeping mata uang.
Interaksi tersebut membawa konsekuensi ilmiah karena akan dilihat dari sudut pandang
yang berbeda. Menurut Soerjono Soekanto bahwa paradigma yang berkembang dalam
memberikan format atas hubungan interaksi perubahan sosial dan perubahan hukum
adalah:

64
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

(1) Hukum akan melayani kebutuhan masyarakat, agar supaya hukum itu tidak
akan ketinggalan oleh lajunya perkembangan masyarakat. Ciri-ciri yang
terdapat dalam paradigma pertama ini yaitu:
a) Perubahan yang cenderung diikuti oleh sistem lain karena dalam kondisi
ketergantungan.
b) Ketertinggalan hukum di belakang perubahan sosial.
c) Penyesuaian yang cepat dari hukum kepada keadaan baru.
d) Hukum sebagai fungsi pengabdian.
e) Hukum berkembang mengikuti kejadian berarti tempatnya adalah di
belakang peristiwa bukan mendahuluinya.
(2) Hukum dapat menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat atau setidak-
tidaknya dapat memacu perubahan-perubahan yang berlangsung dalam
masyarakat. Ciri-ciri yang terdapat dalam paradigma kedua ini adalah:
a) Law as a tool of social engineering (hukum sebagai alat perubahan).
b) Law as a tool of direct social control (hukum sebagai alat kontrol sosial).
c) Forward looking (berorientasi ke masa depan).
d) Ius Constituendum (hukum yang akan berlaku untuk masa akan datang)
e) Hukum berperan aktif dengan masyarakat.
f) Tidak hanya sekedar menciptakan ketertiban tetapi menciptakan dan
mendorong terjadinya perubahan dan perkembangan tersebut.
Dampak Perkembangan Teknologi Informasi. Teknologi Informasi dan
komunikasi selain memberikan keuntungan ekonomis bagi pengguna media perangkat
internet akan kebutuhan informasinya, akan dapat menjadi pedang bermata dua, karena
selain memberikan kontribusi positip bagi peningkatan kesejahteraan dan kemajuan
peradaban manusia, sekaligus juga menjadi sarana efektif untuk melakukan perbuatan
melawan hukum. Teknologi yang berdampak negatif ini disebabkan oleh pengguna
teknologi sendiri, misalnya; terjadinya pencurian pulsa, pembobolan kartu kredit, kartu
ATM, situs atau web-site yang menyediakan jasa preman / pembunuh bayaran dan lain-
lain. Meningkatnya kriminalisasi cybercrime atau kejahatan dalam dunia maya sudah
banyak terjadi di Indonesia. Namun karena perangkat peraturan yang ada saat ini belum
cukup kuat menjerat pelaku dengan sanksi yang tegas, maka kejahatan ini semakin
berkembang seiring perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

65
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

Keberlakuan Hukum dalam Ruang Maya Aktivitas di internet tidak dapat dilepaskan
dari faktor manusia dan akibat hukumnya juga bersinggungan dengan manusia di
masyarakat yang berada dalam dunia fisik, maka kemudian muncul pemikiran tentang
perlunya aturan hukum untuk mengatur aktivitas-aktivitas di dalam ruang maya
(cyberspace) tersebut. Oleh karena karakteristik ini sangat berbeda, maka muncul
pendapat pro dan kontra mengenai dapat atau tidaknya hukum konvensional yang
mengatur aktivitas-aktivitas di dalam ruang maya. Hal ini akan menimbulkan
perdebatan dalam pengaturannya. Secara umum, permasalahan pro dan kontra mengenai
dapat atau tidaknya sistem hukum konvensional mengatur aktivitas-aktivitas di
cyberspace yaitu
1. Karakteristik aktivitas-aktivitas di internet sebagai bagian dari teknologi
informasi adalah lintas batas atau hubungan dunia menjadi tanpa batas sehingga
tidak lagi tunduk pada batasan-batasan territorial dan menyebabkan perubahan
ekonomi, sosial, teknologi dan budaya secara signifikan.
2. Sistem hukum konvensional yang justru bertumpu pada territorial, dianggap
tidak cukup untuk memadai untuk menjawab permasalahan-permasalahan
hukum yang baru timbul dan dimunculkan oleh aktivitas-aktivitas manusia di
dalam dunia ruang maya (Jurnal Hukum Bisnis. Selanjutnya dalam perjalanan
pengaturan internet dengan hukum juga telah menimbulkan pro dan kontra, yang
di prakarsa oleh 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Kelompok pertama; menolak secara total setiap upaya untuk menciptakan
setiap aturan-aturan hukum bagi aktivitas-aktivitas dalam cyberspace.
Alasannya bahwa internet sebagai surga demokrasi yang menyediakan lalu
lintas ide secara bebas dan terbuka, tidak boleh dihambat oleh aturan-aturan
yang di dasarkan atas sistem hukum konvensional yang bertumpu pada
batasan-batasan territorial.
2) Kelompok kedua; bahwa penerapan system hukum konvensional untuk
mengatur aktivitas-aktivitas dalam cyberspace mendesak untuk dilakukan
tanpa harus menunggu berakhirnya perdebatan akademis tentang sistem
hukum mana yang paling tepat. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa
meluasnya akibat negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas dalam

66
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

cyberspace yang telah memaksa segera dibentuk aturan hukum yang


mengaturnya.
3) Kelompok ketiga; mengacu pandangan dari kedua kelompok di atas, yaitu
bahwa aturan hukum yang mengatur aktivitas-aktivitas dalam cyberspace
harus dibentuk secara evolutif dengan menerapkan prinsip- prinsip hukum
secara umum dengan hati-hati, akurat serta melibatkan peran masyarakat
dan menitik beratkan pada aspek-aspek tertentu dalam cyberspace yang
menyebabkan kekhasan pada transaksi-transaksi melalui internet. (
Danrivanto Budhiyanto, 2010:38 )
Materi Muatan Undang-undang no. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) merupakan hukum maya (cyber law) yang pertama
dimiliki Indonesia, dapat dikatakan memiliki muatan dan cakupan luas dalam mengatur
cyberspace, meskipun di beberapa sisi masih terdapat pengaturan-pengaturan yang
kurang lugas dan juga ada yang terlewat. Kalau dianalisis materi muatannya tampak
bahwa UU ITE menganut 2 (dua) model pengaturan yaitu:
(1) Pengaturan yang berpihak pada pemilahan materi hukum secara ketat
sehingga regulasi yang dibuat bersifat sempit dan spesifik pada sektor
tertentu saja.
(2). Pengaturan yang bersifat komprehensif dalam arti materi muatan yang diatur
mencakup hal yang lebih luas disesuaikan dengan kebutuhan yang saat ini
terjadi.
Sehingga dalam regulasi tersebut akan tercakup aspek-aspek hukum perdata materiil,
hukum acara perdata dan pidana,(walaupun dapat berupa kaedah petunjuk hukum
tertentu) hukum pembuktian dan hukum pidana. Mengacu pada 2 model tersebut di atas,
UU ITE sendiri cenderung mengikuti model pengaturan yang kedua ini. Berdasarkan
Undang – undang ITE, secara garis besar materi-materi pokok yang dirangkum sebagai
berikut:
(1) Asas dan Tujuan.
(2) Informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik, dalam hal ini, tanda
tangan elektronik diakui memiliki kekuatan hukum yang sama dengan
tanda tangan konvensional (tinta basah dan bermeterai).

67
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

(3) Penyelenggara Sertifikasi Elektronik dan Sistem Elektronik.


(4) Alat bukti elektronik yang diakui memiliki kekuatan hukum yang sama
seperti alat bukti lainnya yang diakui dalam KUHAP.
(5) Transaksi Elektronik (e-commerce).
(6) Pengaturan nama domain, Hak Kekayaan Intelektual dan perlindungan hak
pribadi.
(7) Perbuatan yang dilarang,
dijelaskan pada Bab VII (pasal 27 sampai pasal 37) meliputi:
(a) Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan).
(b) Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan
Permusuhan)
(c) Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakuti)
(d) Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking)
(e) Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi)
(f) Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi Rahasia)
(g) Pasal 33 (Virus, Membuat Sistem Tidak Bekerja)
(h) Pasal 35 (Menjadikan seolah Dokumen Otentik).
(8) Penyelesaian sengketa.
(9) Peran pemerintah dan peran masyarakat
(10) Penyidikan.
(11) Ketentuan pidana.
Berdasarkan materi-materi pokok maupun bentuk pengaturan yang tersebut di
atas, dapat diketahui bahwa setidaknya terdapat sebelas terobosan yang dilakukan oleh
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu:
(1) Undang- Undang pertama yang berkaitan dengan pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) maupun Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE).
(2) Bersifat ekstra territorial berlaku untuk setiap orang yang berada di Dalam
Negeri (DN) dan Luar Negeri (LN) yang memiliki akibat hukum di
Republik Indonesia.
(3) Menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi
secara elektronik.

68
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

(4) Alat bukti elektronik diakui seperti halnya alat bukti lainnya yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
(5) Tanda Tangan Elektronik (TTE) diakui memiliki kekuatan hukum yang
sama dengan Tanda Tangan Konvensional (tinta basah dan meterai).
(6) Memberikan definisi legal formal berbagai hal yang berkaitan dengan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
(7) Informasi dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetakannya
merupakan alat bukti yang sah dan memiliki akibat hukum yang sah.
(8) Mendenifisikan perbuatan yang dilarang dalam pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK).
(9) Menetapkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan.
(10) Mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai salah satu upaya
mencegah kejahatan berbasis Teknologi Informasi (TI).
(11) Melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan Teknologi
Informasi (TI).
Implementasi Undang- undang ITE dan Kasus-kasus Berkaitan dengan aktivitas
dan kegiatan bisnis masyarakat pengguna transaksi atau perdagangan elektronik (e-
commerce), UU ITE merupakan Payung Hukum yang melingkupi kegiatan transaksi
atau perdagangan elektronik di dunia maya (cyberspace) tersebut. Namun sejak
kelahiran Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik tersebut, permasalahan dalam undang-undang tersebut dan pasal-pasal
pencemaran nama baik atau delik reputasi pada undang undang tersebut memiliki
banyak cacat bawaan, kesimpang siuran rumusan, dan inkonsistensi hukum pidana.
Sebenarnya undang-undang tersebut di atas khusus diperuntukkan mengatur
perdagangan elektronik di internet, akan tetapi ternyata undang-undang ini ikut
mengatur hal-hal yang sebenarnya telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP), khususnya tentang penghinaan dan pencemaran nama baik. Hal ini
mengindikasikan adanya penduplikasian tindak pidana yang justru rentan terhadap
terjadinya ketidak pastian hukum sehingga menimbulkan gejolak dalam masyarakat.
Duplikasi ini akhirnya dapat merugikan masyarakat sendiri karena tidak tahu perbuatan
mana yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan dilakukan menurut hukum.
Korban dari kekaburan rumusan pasal tersebut telah dapat terlihat, namun kejadian.

69
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

III. PENUTUP
III.1 Simpulan
1. Pemahaman dan sosialisasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Teknologi Informasi (UU ITE) kepada masyarakat yang
diakibatkan adanya perubahan sosial, belum cukup efektif, sebagaimana terlihat
dari masih maraknya pelanggaran-pelanggaran dalam penggunaan teknologi
informasi.
2. Teknologi informasi ini mempunyai dampak negative yang dapat merugikan
banyak pihak dikarenakan belum jelasnya hukum yang mengatur tentang
penggunaan teknologi informasi, seperti kejahatan dalam dunia telematika
(cybercrime), pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual di cyberspace dan lain-
lain serta lemahnya aturan tentang jaminan keamanan dan kerahasiaan informasi
dalam pemanfaatan teknologi informasi. 3. Dalam perubahan sosial dan hukum,
Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
cukup dapat di adaptasi terhadap berbagai perubahan dan perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat, khususnya dibidang teknologi informasi..

III.2 Saran
1. Agar ditinjau kembali tentang adanya pasal krusial dalam UU ITE ini, khususnya
pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama baik. Terlihat jelas bahwa pasal tentang
penghinaan,pencemaran nama baik, berita kebencian, permusuhan, ancaman
menakuti-nakuti ini cukup mendominasi pada daftar perbuatan yang dilarang
menurut UU ITE diperbaharui. Pasal ini telah dipermasalahkan juga oleh Dewan
Pers bahkan mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
2. Sebaiknya perlu diperjelas secara detail dengan peraturan dalam tingkat yang
lebih rendah dari UU ITE. Misalnya diterbitkan Peraturan Pemerintah (P.P.)
sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik agar tidak menjadi rancu dalam penafsiran dan penerapan
hukumnya.
3. Sebaiknya kemampuan Sumber daya manusia (SDM) aparatur penegak hukum di
bidang teknologi informasi ditingkatkan, termasuk aparat polisi, jaksa, hakim
bahkan pengacara, khususnya dalam menangani masalah-masalah hukum siber

70
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X

(cyberlaw). Sehingga penegakan hukum di bidang ini dapat terlaksana secara baik
dengan dukungan SDM aparatur yang berkualitas serta ahli dalam bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdul Manan, 2005 ,Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Prenada Media, Jakarta .

Anggara, Supriyadi W.E., Ririn Syafrani, 2010, Kontroversi Undang-Undang


I.T.E.,Degraf Publishing, Jakarta

Danrivanto Bhudiyanto, 2010, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi


Informasi, Refika Aditama, Bandung.

Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Jurnal
Jurnal Hukum Bisnis, Efektifitas UU ITE Dalam Penyelesaian Sengketa E-
Commerce,Volume 29, Nomor 1, 2006.

Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2008.

Website
http://www.hukum.online.com/artikel_detail.asp?id

http://id.wikipedia.org/wiki/internet

71

Anda mungkin juga menyukai