Yusthima: Dwika Putra Bagiastra
Yusthima: Dwika Putra Bagiastra
Yusthima: Dwika Putra Bagiastra
Abstrak
Dampak Undang-Undang Kemajuan spektakuler dibidang teknologi informasi dan
Informasi Dan Transaksi komunikasi berdampak sangat besar bagi perkembangan
Elektronik (Uu Ite) interaksi hukum dan interaksi sosial. Di samping memberikan
Terhadap Perubahan kontribusi positif bagi pengguna, media teknologi informasi ini
Hukum Dan juga menimbulkan sisi negatif. Untuk mengantisipasi hal
Sosial Dalam Masyarakat tersebut pemerintah Indonesia menerbitkan undang-undang
nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
(UU ITE). Undang-undang tersebut adalah undang-undang yang
pertama yang mengatur tentang pelaksanaan teknologi informasi
dan komunikasi di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk
membahas dampak undang-undang ITE dan implementasinya
bagi pengguna di Indonesia. Metode yang digunakan adalah
riset perpustakaan yang berhubungan dengan implementasi di
lapangan. Dapat disimpulkan bahwa: (1) undang-undang no. 11
tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
Kata kunci: Undang- memberikan payung hukum bagi masyarakat pengguna
undang Traksaksi teknologi dan transaksi elektronik. (2) perlunya sosialisasi
Elektronik (UU ITE), kepada masyarakat agar tercapai kepastian hukum bagi
hukum, sosial pengguna dan penyelenggara teknologi informasi.
59
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Permasalahan
Latar belakang penelitian ini adalah dengan derasnya arus globalisasi yang
terjadi, yang telah menimbulkan berbagai masalah pada hampir seluruh aspek
kehidupan manusia di bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga terjadi perubahan-perubahan yang mendasar.
Seiring dengan perubahan pada seluruh aspek tersebut berdampak pada
berubahnya pula tatanan pola tingkah laku sosial manusia dalam masyarakat, maka
aspek hukumpun harus berubah. Hukum harus diatur agar tercipta ketertiban dalam
masyarakat. Hal ini memerlukan payung hukum. Dengan demikian dikatakan bahwa
hukum tidak boleh statis, tetapi harus dinamis, dan selalu diadakan perubahan sejalan
dengan perkembangan zaman serta dinamika kehidupan sosial dalam masyarakat. Pada
era reformasi sejak tahun 1998, banyak peraturan perundang-undangan yang telah
diterbitkan dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan arus globalisasi.
Diharapkan peraturan perundang-undangan yang telah diterbitkan itu dapat membawa
masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik dari pada sebelum.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat telah mengubah hidup
manusia menjadi lebih mudah karena kecanggihan dan daya kerjanya yang efektif dan
effisien. Keberadaan teknologi informasi awalnya hanya digunakan kalangan tertentu
saja, namun sekarang hamper seluruh lapisan masyarakat sudah menggunakannya, baik
instansi pemerintah maupun swasta. Memanfaatkan dan kecanggihan serta kepraktisan
teknologi informasi dalam instansi pemerintah digunakan untuk mengelola semua jenis
data, memberikan informasi dan juga fasilitas kemudahan misalnya pelayanan publik
melalui situs pemerintah secara on-line dan lain-lain. Demikian juga halnya dengan
instansi swasta atau badan usaha yang menggunakan teknologi informasi untuk
mengelola semua jenis data dengan melakukan transaksi penjualan secara on-line (e-
commerce).
Dampak perkembangan dan kemajuan teknologi informasi sedemikian pesat
yang dirasakan melanda dunia termasuk Indonesia. Globalisasi Informasi telah
menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia. Hal ini
menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang
60
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
61
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik khususnya dengan
interaksi perubahan sosial dan perubahan hukum.
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai Konsep dan teknis
pembentukan serta pelaksanaan memorandum of understanding serta menganalisis
mengenai keberadaan Asas kebebasan berkontrak sebagai landasan kebebasan memilih
memorandum of understanding untuk menjadi landasan kerjasama institusi/lembaga.
Analisis ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan memorandum of
understanding dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama di institusi.
II. PEMBAHASAN
Fungsi dan Peranan Hukum Abdul Manan (2009:68) menyatakan bahwa
fungsihukum yang diharapkan setelah diciptakan atau diubah melalui peraturan
perundang-undangan dengan menggunakan instrumen-instrumen, antara lain:
(1) Standard of Conduct; merupakan sandaran atau ukuran tingkah laku yang
harus ditaati oleh setiap orang dalam bertindak dalam melakukan hubungan
satu dengan yang lain.
(2) As a Tool of Social Engineering; sebagai sarana atau alat untuk mengubah
masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam
hidup masyarakat.
I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
1
62
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
(3) As a Tool of Social Control; sebagai alat untuk mengontrol tingkah laku dan
perbuatan manusia agar mereka tidak melakukan perbuatan yang melawan
norma hukum, agama dan kesusilaan.
(4) As a Facility on Human Interaction; yakni hukum berfungsi tidak hanya
menciptakan ketertiban, tetapi juga menciptakan perubahan masyarakat
dengan cara memperlancar proses interaksi sosial dan diharapkan menjadi
pendorong untuk menimbulkan perubahan dalam kehidupan sosial di
masyarakat.
(5) Rechtzeken Heid; yakni agar dalam setiap persoalan dan permasalahan yang
terjadi dalam masyarakat ada kepastian hukum untuk dijadikan pegangan
oleh seluruh masyarakat.
Berkaitan dengan dimensi perubahan hukum, terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa masyarakat berubah dulu baru hukum datang kemudian. Faktor-
faktor yang menggerakkan perubahan itu sebenarnya bukan hukum, melainkan faktor
lainnya seperti adanya perkembangan dan penggunaan teknologi canggih. Hal ini dapat
terlihat bahwa jika suatu saat memang terjadi perubahan dalam masyarakat, maka
hukum tetap bukan faktor penyebabnya, jadi hukum hanya dilihat sebagai akibat
perubahan saja. Jika timbul hukum-hukum baru, sebenarnya hanya akibat dari keadaan
masyarakat yang memang telah berubah sebelumnya, sehingga hukum hanya sekedar
mengkukuhkan apa yang sebenarnya memang telah berubah. Sebelum hukum timbul
sebagai alat untuk menciptakan perubahan, sebetulnya telah lebih dahulu bekerja
kekuatan-kekuatan perubahan lain seperti penemuan dan pemanfaatan teknologi
informasi baru, Setelah berjalan hingga tingkat perubahan tertentu, barulah hukum
dipanggil untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dari perubahan itu.
Menurut Soemarno Partodihardjo Hukum dalam konsep law as a tool social engineering
sebagaimana yang telah dikemukakan Roscoe Pound, bahwa hukum harus menjadi
faktor penggerak ke arah perubahan masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya sesuai
dengan fungsi-fungsi hukum yang telah disebutkan. Oleh karena itu, dalam perubahan
hendaknya harus direncanakan dengan baik dan terarah, sehingga tujuan dari perubahan
itu dapat tercapai dengan baik.
Perkembangan Teknologi Informasi. Pengertian teknologi informasi, menurut
Pasal 1, Bab Ketentuan Umum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
63
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
64
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
(1) Hukum akan melayani kebutuhan masyarakat, agar supaya hukum itu tidak
akan ketinggalan oleh lajunya perkembangan masyarakat. Ciri-ciri yang
terdapat dalam paradigma pertama ini yaitu:
a) Perubahan yang cenderung diikuti oleh sistem lain karena dalam kondisi
ketergantungan.
b) Ketertinggalan hukum di belakang perubahan sosial.
c) Penyesuaian yang cepat dari hukum kepada keadaan baru.
d) Hukum sebagai fungsi pengabdian.
e) Hukum berkembang mengikuti kejadian berarti tempatnya adalah di
belakang peristiwa bukan mendahuluinya.
(2) Hukum dapat menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat atau setidak-
tidaknya dapat memacu perubahan-perubahan yang berlangsung dalam
masyarakat. Ciri-ciri yang terdapat dalam paradigma kedua ini adalah:
a) Law as a tool of social engineering (hukum sebagai alat perubahan).
b) Law as a tool of direct social control (hukum sebagai alat kontrol sosial).
c) Forward looking (berorientasi ke masa depan).
d) Ius Constituendum (hukum yang akan berlaku untuk masa akan datang)
e) Hukum berperan aktif dengan masyarakat.
f) Tidak hanya sekedar menciptakan ketertiban tetapi menciptakan dan
mendorong terjadinya perubahan dan perkembangan tersebut.
Dampak Perkembangan Teknologi Informasi. Teknologi Informasi dan
komunikasi selain memberikan keuntungan ekonomis bagi pengguna media perangkat
internet akan kebutuhan informasinya, akan dapat menjadi pedang bermata dua, karena
selain memberikan kontribusi positip bagi peningkatan kesejahteraan dan kemajuan
peradaban manusia, sekaligus juga menjadi sarana efektif untuk melakukan perbuatan
melawan hukum. Teknologi yang berdampak negatif ini disebabkan oleh pengguna
teknologi sendiri, misalnya; terjadinya pencurian pulsa, pembobolan kartu kredit, kartu
ATM, situs atau web-site yang menyediakan jasa preman / pembunuh bayaran dan lain-
lain. Meningkatnya kriminalisasi cybercrime atau kejahatan dalam dunia maya sudah
banyak terjadi di Indonesia. Namun karena perangkat peraturan yang ada saat ini belum
cukup kuat menjerat pelaku dengan sanksi yang tegas, maka kejahatan ini semakin
berkembang seiring perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.
65
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
Keberlakuan Hukum dalam Ruang Maya Aktivitas di internet tidak dapat dilepaskan
dari faktor manusia dan akibat hukumnya juga bersinggungan dengan manusia di
masyarakat yang berada dalam dunia fisik, maka kemudian muncul pemikiran tentang
perlunya aturan hukum untuk mengatur aktivitas-aktivitas di dalam ruang maya
(cyberspace) tersebut. Oleh karena karakteristik ini sangat berbeda, maka muncul
pendapat pro dan kontra mengenai dapat atau tidaknya hukum konvensional yang
mengatur aktivitas-aktivitas di dalam ruang maya. Hal ini akan menimbulkan
perdebatan dalam pengaturannya. Secara umum, permasalahan pro dan kontra mengenai
dapat atau tidaknya sistem hukum konvensional mengatur aktivitas-aktivitas di
cyberspace yaitu
1. Karakteristik aktivitas-aktivitas di internet sebagai bagian dari teknologi
informasi adalah lintas batas atau hubungan dunia menjadi tanpa batas sehingga
tidak lagi tunduk pada batasan-batasan territorial dan menyebabkan perubahan
ekonomi, sosial, teknologi dan budaya secara signifikan.
2. Sistem hukum konvensional yang justru bertumpu pada territorial, dianggap
tidak cukup untuk memadai untuk menjawab permasalahan-permasalahan
hukum yang baru timbul dan dimunculkan oleh aktivitas-aktivitas manusia di
dalam dunia ruang maya (Jurnal Hukum Bisnis. Selanjutnya dalam perjalanan
pengaturan internet dengan hukum juga telah menimbulkan pro dan kontra, yang
di prakarsa oleh 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Kelompok pertama; menolak secara total setiap upaya untuk menciptakan
setiap aturan-aturan hukum bagi aktivitas-aktivitas dalam cyberspace.
Alasannya bahwa internet sebagai surga demokrasi yang menyediakan lalu
lintas ide secara bebas dan terbuka, tidak boleh dihambat oleh aturan-aturan
yang di dasarkan atas sistem hukum konvensional yang bertumpu pada
batasan-batasan territorial.
2) Kelompok kedua; bahwa penerapan system hukum konvensional untuk
mengatur aktivitas-aktivitas dalam cyberspace mendesak untuk dilakukan
tanpa harus menunggu berakhirnya perdebatan akademis tentang sistem
hukum mana yang paling tepat. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa
meluasnya akibat negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas dalam
66
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
67
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
68
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
(4) Alat bukti elektronik diakui seperti halnya alat bukti lainnya yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
(5) Tanda Tangan Elektronik (TTE) diakui memiliki kekuatan hukum yang
sama dengan Tanda Tangan Konvensional (tinta basah dan meterai).
(6) Memberikan definisi legal formal berbagai hal yang berkaitan dengan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
(7) Informasi dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetakannya
merupakan alat bukti yang sah dan memiliki akibat hukum yang sah.
(8) Mendenifisikan perbuatan yang dilarang dalam pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK).
(9) Menetapkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan.
(10) Mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai salah satu upaya
mencegah kejahatan berbasis Teknologi Informasi (TI).
(11) Melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan Teknologi
Informasi (TI).
Implementasi Undang- undang ITE dan Kasus-kasus Berkaitan dengan aktivitas
dan kegiatan bisnis masyarakat pengguna transaksi atau perdagangan elektronik (e-
commerce), UU ITE merupakan Payung Hukum yang melingkupi kegiatan transaksi
atau perdagangan elektronik di dunia maya (cyberspace) tersebut. Namun sejak
kelahiran Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik tersebut, permasalahan dalam undang-undang tersebut dan pasal-pasal
pencemaran nama baik atau delik reputasi pada undang undang tersebut memiliki
banyak cacat bawaan, kesimpang siuran rumusan, dan inkonsistensi hukum pidana.
Sebenarnya undang-undang tersebut di atas khusus diperuntukkan mengatur
perdagangan elektronik di internet, akan tetapi ternyata undang-undang ini ikut
mengatur hal-hal yang sebenarnya telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP), khususnya tentang penghinaan dan pencemaran nama baik. Hal ini
mengindikasikan adanya penduplikasian tindak pidana yang justru rentan terhadap
terjadinya ketidak pastian hukum sehingga menimbulkan gejolak dalam masyarakat.
Duplikasi ini akhirnya dapat merugikan masyarakat sendiri karena tidak tahu perbuatan
mana yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan dilakukan menurut hukum.
Korban dari kekaburan rumusan pasal tersebut telah dapat terlihat, namun kejadian.
69
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
III. PENUTUP
III.1 Simpulan
1. Pemahaman dan sosialisasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Teknologi Informasi (UU ITE) kepada masyarakat yang
diakibatkan adanya perubahan sosial, belum cukup efektif, sebagaimana terlihat
dari masih maraknya pelanggaran-pelanggaran dalam penggunaan teknologi
informasi.
2. Teknologi informasi ini mempunyai dampak negative yang dapat merugikan
banyak pihak dikarenakan belum jelasnya hukum yang mengatur tentang
penggunaan teknologi informasi, seperti kejahatan dalam dunia telematika
(cybercrime), pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual di cyberspace dan lain-
lain serta lemahnya aturan tentang jaminan keamanan dan kerahasiaan informasi
dalam pemanfaatan teknologi informasi. 3. Dalam perubahan sosial dan hukum,
Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
cukup dapat di adaptasi terhadap berbagai perubahan dan perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat, khususnya dibidang teknologi informasi..
III.2 Saran
1. Agar ditinjau kembali tentang adanya pasal krusial dalam UU ITE ini, khususnya
pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama baik. Terlihat jelas bahwa pasal tentang
penghinaan,pencemaran nama baik, berita kebencian, permusuhan, ancaman
menakuti-nakuti ini cukup mendominasi pada daftar perbuatan yang dilarang
menurut UU ITE diperbaharui. Pasal ini telah dipermasalahkan juga oleh Dewan
Pers bahkan mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
2. Sebaiknya perlu diperjelas secara detail dengan peraturan dalam tingkat yang
lebih rendah dari UU ITE. Misalnya diterbitkan Peraturan Pemerintah (P.P.)
sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik agar tidak menjadi rancu dalam penafsiran dan penerapan
hukumnya.
3. Sebaiknya kemampuan Sumber daya manusia (SDM) aparatur penegak hukum di
bidang teknologi informasi ditingkatkan, termasuk aparat polisi, jaksa, hakim
bahkan pengacara, khususnya dalam menangani masalah-masalah hukum siber
70
YUSTHIMA : Jurnal Prodi Magister Hukum FH Unmas Denpasar,
Vol. 03, No. 01 Bulan Maret Tahun, 2023
ISSN: 1978-1520 E-ISSN: 2809-431X
(cyberlaw). Sehingga penegakan hukum di bidang ini dapat terlaksana secara baik
dengan dukungan SDM aparatur yang berkualitas serta ahli dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Manan, 2005 ,Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Prenada Media, Jakarta .
Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Jurnal
Jurnal Hukum Bisnis, Efektifitas UU ITE Dalam Penyelesaian Sengketa E-
Commerce,Volume 29, Nomor 1, 2006.
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2008.
Website
http://www.hukum.online.com/artikel_detail.asp?id
http://id.wikipedia.org/wiki/internet
71