Kel 9 - TP ITE

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

Hukum Pidana Khusus

Tindak Pidana ITE


 Wahyu Mulat Widodo 212710040
Nur Aprilyani M. 212710045
Hanif Syarifudin 212710057
UU ITE
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Undang-Undang ITE (Informasi dan


Transaksi Elektronik) adalah undang-undang
di Indonesia yang mengatur tentang
penggunaan teknologi informasi dan
transaksi elektronik. Undang-undang ini
ditujukan untuk mengatur kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan internet,
komputer, dan perangkat elektronik lainnya.
UU ITE

• Undang Undang Informasi dan Transaksi


Elektronik
“Ketentuan yang berlaku untuk setiap orang
yang melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini, baik yang berada di wilayah hukum
Indonesia maupun di luar wilayah hukum
Indonesia, yang memiliki akibat hokum di
wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar
wilayah hukum Indonenesia dan merugikan
Indonesia.
Sejarah lahirnya UU ITE

• UU ITE mulai dirancang pada Maret 2003 oleh Kementrian


Negara Komunikasi dan Informasi (KOMINFO)
• Mulanya RUU ITE diberi nama Undang-Undang Informasi
Komunikasi dan Transaksi Elekronik (UU IKTE).
• RUU ITE dirancang mulainya oleh Departemen Perhubungan,
Departemen Perindustrian, Departemen perdagangan, serta
bekerja sama dengan Tim dari universitas yang ada di Indonesia.
• Universitas tersebut diantaranya Universitas Padjajaran (UN-
PAD), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas
Indonesia (UI).
• 5 September 2005 secara resmi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menyampaikan RUU ITE kepada DPR melalui
Surat No.r/70/Pres/9/2005.
• Menunjuk Dr. Sofyan A Djalil (Menteri Komunikasi dan
Informatika) & Mohammad Andi Mattalata (Menteri
Hukum dan Hak Azasi Manusia) sebagai wakil pemerintah
dalam pembahasan bersama dengan DPR RI.
• Dalam Rangka pembahasan RUU ITE Departemen
Komunikasi dan Informasi membentuk Tim Antar Departemen
(TAD).
• Melalui Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika No.
83/KEP/M.KOMINFO/10/2005 tanggal 24 Oktober 2005
yang kemudian disempurnakan dengan;
• Keputusan Menteri No.:10/KEP/M.KOMINFO/01/2007
tanggal 23 Januari 2007.
• BANK Indonesia masuk dalam Tim Antar Departemen (TAD)
sebagai pengarah (Gubernur Bank Indonesia), Narasumber
(Deputi Gubernur yang membidangi Sistem Pembayaran),
sekaligus merangkap sebagai anggota bersama-sama dengan
instansi/departemen terkait.
• Tugas TIM TAD antara lain :
• Menyiapkan Bahan, Referensi, dan tanggapan dalam pelaksanaan
RUU ITE,
• Mengikuti pembahasan RUU ITE di DPR RI.
• DPR merespon Surat Presiden No.R/70/Pres/9/2005.
• Dan membentuk Panitia Khusus (Pansus) RUU ITE yang
beranggotakan 50 orang dari 10 fraksi di DPR RI. Dalam rangka
menyususn Daftar Inventaris Masalah (DIM) atas Draft RUU ITE
yang disampaikan Pemerintah tersebut
• Pansus RUU ITE menyelenggarakan 13 kali Rapat Dengar
Pendapat Umum (RDPU) dengan berbagai pihak, antara lain:
• Perbankan, Lembaga Sandi Negara, Operator
Telekomunikasi, Aparat Penegak Hukum, dan Kalangan
akademisi.
• Dan pada Bulan Desember 2006 Pansus DPR RI menetapkan
daftar Inventarisasi Masalah DIM sebanyak 287 DIM RUU ITE
yang berasal dari 10 Fraksi yang tergabung dalam Pansus RUU
ITE DPR RI.
• 24 Januari 2007 sampai dengan 6 Juni 2007 pansus DPR RI
dengan peemrintah yang diwakili oleh dr. Sofyan A Djalil
(Menteri Komunikasi dan Informatika) dan Mohammad Andi
Mattalata (Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia) membahas
DIM RUU ITE.
• 29 Juni 2007 sampai dengan 31 Januari 2008 pembahasan RUU
ITE dalam tahapan pembentukan dunia kerja (Panja),
• sedangkan pembahasan RUU ITE tahap Tim Perumus (Timus)
dan Tim Sinkronisasi (Timsin) yang berlangsung sejak tanggal 13
Februari 2008 sampai dengan 13 Maret 2008.
• 18 maret 2008 adalah Naskah Akhir UU ITE dibawa ke
tingkat II sebagai pengambilan keputusan.
• 25 Maret 2008, 10 Fraksi menyetujui RUU ITE
diterapkan menjadi Undang-Undang.
• Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani
Naskah UU ITE menjadi Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, serta
• Dimuat dalam lembaran Negara Nomor 58 Tahun 2008
dan Tambahan lembaran Negara.
UU ITE

uu no 19
Tindak Pidana dalam UU ITE

PASAL 27 PASAL 30
AYAT 1 : KESUSILAAN Ayat 1 : JEBOL AKSES
AYAT 2 : PERJUDIAN Ayat 2 : JEBOL AKSES UTK
AYAT 3 : PENGHINAAN PEROLEH
AYAT 4 : PEMERASAN ATAU INFORMASI
PENGANCAMAN Ayat 3 : JEBOL PENGAMANAN

PASAL 28 PASAL 31
AYAT 1 : BERITA BOHONG Ayat 1 Intersepsi / Penyadapan
AYAT 2 : UJARAN Ayat 2 intersepsi transmisi
KEBENCIAN / SARA elektronik

PASAL 29
Menakuti secara pribadi
PASAL 32 PASAL 34
AYAT 1 PENYEDIA ALAT UNTUK
MERUBAH/MENGHILANGKAN MELAKUKAN PIDANA PASAL
/MERUSAK DOKUMEN 27 SAMPAI 33
LEKTRONIK MILIK ORANG
LAIN
AYAT 2 MEMINDAHKAN DATA
ELEKTRONIK KE ORANG YG
TIDAK BERHAK

PASAL 33
MEMBUAT SISTEM
ELEKTRONIK BEKERJA
TIDAK SEBAGAIMANA
MESTINYA / HACKER
Dasar Pembentukan UU ITE

• Pertama, “pembangunan nasional sebagai suatu proses yang


berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai
dinamika yang terjadi di masyarakat;”
• Kedua, “globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga meng-
haruskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Infor-
masi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional sehingga
pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara op-
timal, merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna
mencerdaskan kehidupan bangsa;”
• Ketiga, “perkembangan dan kemajuan Teknologi
Informasi yang demikian pesat telah
menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan
manusia dalam berbagai bidang yang secara
langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-
bentuk perbuatan hukum baru; “

• Keempat, “penggunaan dan pemanfaatan


Teknologi Informasi harus terus dikembangkan
untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh
persatuan dan kesatuan nasional berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan demi
kepentingan nasional; ”
• Kelima, “pemanfaatan Teknologi Informasi
berperan penting dalam perdagangan dan
pertumbuhan perekonomian nasional untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat;”
• Keenam, “pemerintah perlu mendukung
pengembangan Teknologi Informasi melalui
infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga
pemanfaatan Teknologi Informasi dilakukan
secara aman untuk mencegah
penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-
nilai agama dan sosial budaya masyarakat
Indonesia; ”
Permasalahan Hukum yang
Dihadapi

• Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi


adalah ketika terkait dengan penyampaian
informasi, komunikasi, dan/atau transaksi
secara elektronik, khususnya dalam hal
pembuktian dan hal yang terkait dengan
perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui
sistem elektronik.
KASUS 1
Kasus Kisruh Luna Maya yang kabarnya dituntut
karena melecehkan profesi wartawan (bukan
jurnalist, kalau jurnalist menulis dengan fakta dan
bukti yang nyata, kalau wartawan bisa menulis
dengan abstrak dalam hal ini kita pandang sebagai
ISU) Infotainment dengan kata yang tidak baik
“Pembunuh” dan “Pelacur”. Semakin hari kasusnya
semakin ramai dibicarakan di setiap berita.
ANALISA KASUS
Pendapat yang mengatakan bahwa penghinaan ringan tidak termasuk dalam
cakupan Pasal 27 Ayat (3) UU ITE.
Alasannya disebabkan:

Pertama, kualifikasi pencemaran disebutkan dalam Pasal 27 Ayat (3) secara


tegas. Apabila Pembentuk UU ITE menghendaki penghinaan ringan termasuk
di dalamnya, mestinya kualifikasi penghinaan ringan di masukkan pula
disamping pencemaran, padahal kenyataannya tidak.

Kedua, kualitas penghinaan ringan tidak sama dengan pencemaran, lebih-


lebih lagi fitnah. Tidak adil dan diluar logika hukum kualitas dua tindak pidana
yang jauh berbeda diberikan acaman dengan pidana yang sama persis.
KASUS 2
Pada tahun 1994 seorang anak yang berusia 18 tahun. bernama Richard
Prycw atau lebih dikenal dengan hacker alias Datastream Cowboy ditahan
lantaran masuk secara ilegal kedalam ratusan sistem komputer rahasia
termasuk pusat data dari graffits Air Force, nasa dan korean atomic research
institute atau badan penelitian atom korea.
Dalam intgrosasinya dengan FBI, ia mengaku belajar hacking dan cracking
dari seseorang yang dikenalnya lewat internet dan menjadikan seorang mentor
yang memiliki julukan “kuji”. Hebatnya , hingga saat ini sang mentor pun
tidak pernah diketahui keberadaannya.
ANALISA
Seharusnya Richard Prycw belajar sesuai dengan umurnya, tidak untuk
sebagai hacking atau cracking yang menjadi penjahat dunia maya, dia masih
bisa mencari atau belajar yang bermanfaat lainnya. Sebaiknya para pengguna
internet atau yang memiliki kemampuan tentang IT dapat menggunakan
kemampuannya untuk hal yang berguna.
Dan sanksi menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 30 UU ITE tahun
2008 ayat 3 : “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses computer dan/atau system elektronik dengan cara apapun
dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol system pengaman
(cracking, hacking, illegal access). Ancaman pidana pasal 46 ayat 3 setiap
orang yang memebuhi unsure sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 3
dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) dan/atau denda
paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)”.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai