Makalah Fisafat Ilmu
Makalah Fisafat Ilmu
Makalah Fisafat Ilmu
Oleh :
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi
maupun penulisan. Terima kasih
08 Oktober 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................11
B. Saran ......................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemikiran ilmiah adalah pemikiran logis dan empiris. Logika itu logis dan
empiris dibahas secara mendalam atas dasar fakta yang dapat dibenarkan, selain
1
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan, dalam makalah ini akan
diangkat dua rumusan masalah yang akan dibahas yaitu meliputi :
C. Tujuan Penulisan
Setiap ilmu pengetahuan yang telah berdiri sendiri atau menjadi disiplin
ilmiah tersendiri, masing-masing memiliki prinsip-prinsip dasar tertentu. Dengan
prinsip diartikan sebagai suatu pernyataan yang mengandung unsur kebenaran
umum dan unsur kebenaran khusus.
3
4
a. Objektivitas
Apa itu objek? Pertanyaan yang patut untuk dijawab. Ada pendapat bahwa
objek dapat dilihat dalam arti luas dan dalam arti terbatas. Dalam arti lebih luas,
objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran pengarahan suatu tindakan
sadar dari subjek. Dengan kata lain, objek adalah sesuatu yang menjadi sasaran
intensionalitas kekuatan jiwa, kebiasaan atau bahkan ilmu tertentu. Objek adalah
5
tujuan tindakan (daya, kebiasaan, ilmu) sebagai tindakan. Dalam arti lebih
terbatas, objek tidak berarti setiap atau semua yang diketahui atau yang
dikehendaki, melainkan hanya berarti apa yang secara independent bertentangan
dengan atau berhadapan dengan subjek sedemikian rupa, sehingga subjek itu
harus memperhatikannya.
b. Generalisasi
Dalam pengertian lain, generalisasi adalah suatu proses transisi logis dari
hal partikular ke hal universal, dari pengetahuan yang kurang umum ke
pengetahuan yang lebih umum. Misalnya transisi dari konsep “panas” ke konsep
“energi” ; dari geometri Euklides ke geometri Labachevsky.
c. Sistematisasi
jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut
dengan sarana berpikir ilmiah.
a. Logika Induktif
Logika induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
untuk itu penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Penarikan
kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan
7
mengenai benyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu
kesimpulan yang bersifat umum.
Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari
sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum
ilmiah, maka diperlukan proses penalaran sebagai berikut :
b. Logika Deduktif
Logika dedutif yaitu suatu cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogismus yang secara
sederhana digambarkan sebagai penyusunan dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang
kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan
merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua
premis tersebut Dengan kata lain, penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir
yang merupakan kebalikan dari penalaran induktif.
1. Metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-
objek material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam
kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang
asli. Dan melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai
kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah
mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu
kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera.
2. Metode berpikir ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh
informasi sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan
keberadaannya. Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi.
Ini dikarenakan metode ini mengharuskan kita untuk menghapuskan diri dari
setiap opini dan keyakinan si peneliti mengenai subjek kajian. Setelah
melakukan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan
komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan
bersarkan sejumlah premis-premis ilmiah.
10
3. Metode berpikir ilmiah bersifat tentatif, yaitu sebelum ada kebenaran ilmu
yang dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi
kesimpulan ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
4. Metode berpikir ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk
sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika
5. Metode berpikir ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak
termasuk ke dalam kelompok ilmu. Demikian juga halnya dengan bidang
sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan
metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya.
6. Pengetahuan yang berupa wahyu Ilahi merupakan kebenaran dari pengetahuan
yang bersifat mutlak, artinya tidak berubah sepanjang masa. Metode berpikir
ilmiah tidak bisa menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
12
B. Saran
13