Aromatherapy Pada Persalinan-4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

Aromatherapy Pada Persalinan

Disusun oleh :
Dea fitria sela : 230107034P
Ike turlastri : 230107035P
Diana anggraini : 230107036P
Astir ivo handayani : 230107037P
Vernia lisa : 230107038P
Umi khoiriah : 230107039P
Sherly Yolanda : 230107040P
Titin rohila : 230107041P
Silvi andriani : 230107042P
Iin septiana : 230107043P
Pilda lutpiliyah : 230107044P

PROGRAM STUDI S1 KEBIDAANAN KONVERSI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Aromatherapy Pada
Persalinan".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pringsewu, 10 mei 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian persalinan..................................................................................6
2. Persalinan Kala I.........................................................................................10
3. Nyeri Persalinan..........................................................................................11
4. Aromaterapy................................................................................................14
5. Atensi...........................................................................................................20
6. Fisiologi Penghidu.......................................................................................29
7. Sistem Limbik.............................................................................................32
8. Hubungan Atensi dengan Jaras Olfactorius................................................35
9. Pijat aromatrapi lavender............................................................................38

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ................................................................................................40
2. Saran............................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses fisiologis yang terjadi pada setiap wanita.


Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, air ketuban,
selaput plasenta dan plasenta) keluar kandungan melalui jalan lahir. Persalinan
dikatakan normal apabila presentasi janin belakang kepala, tidak mempunyai
komplikasi-komplikasi lain dan dapat lahir dengan tanpa bantuan serta lamanya
persalinan tidak melebihi 24 jam (Hakimi, 2010).Persalinan normal adalah
persalinan yang di mulai secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan
tetap demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan sepontan dengan
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37hingga 42 minggu
lengkap.(who)

Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit
pinggang, sakit perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa
tidur nyenyak. Dan perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan
sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya terhadap dirinya pada
saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang
dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan
pada persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu
merupakan hal yang membahayakan ( Ibrahim,C, 1993 )

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, 70 sampai 80 persen wanita


mengalami nyeri pada saat persalinan. Sehingga di Rumah Sakit swasta banyak
melakukan persalinan secara seksio sesarea sebesar 20 sampai dengan 50 persen.
Peningkatan persalinan secara seksio sesarea ini dikarenakan kebanyakan ibu
bersalin tidak mau merasakan nyeri pada saat persalinan. Di Brazil, angka ini
mencapai lebih dari 50 persen dari angka kelahiran di rumah sakit yang merupakan
persentase tertinggi di seluruh dunia (Satrioaji, 2006).

iv
Salah satu tanda mulainya persalinan yaitu adanya kekuatan his yang makin
sering terjadi dan dengan jarak semakin pendek. Nyeri persalinan kala I merupakan
proses yang fisiologis. Nyeri persalinan kala I disebabkan oleh adanya dilatasi
serviks, hipoksia pada sel-sel otot uterus yang memendek (effacement), serta
adanya tekanan pada struktur sekitar. Adanya his atau kontraksi uterus
menyebabkan pembuluh-pembuluh saraf dan pembuluh darah tertekan. Tekanan
pada pembuluh saraf akan menyebabkan rasa sakit atau nyeri

Nyeri persalinan berasal dari kontraksi miometrium dan merupakan proses


fisiologis dengan intensitas berbeda-beda pada masing-masing individu
(Cunningham,2004). Rasa nyeri dapat dipengaruhi oleh paritas, usia, kecemasan,
dukungan keluarga, budaya dan lingkungan serta pengalaman persalinan
sebelumnya (Judha, 2012).

Nyeri persalinan dapat menimbulkan kecemasan pada pasien, menyebabkan


timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen dan tekanan darah
meningkat. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat
menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri yang
mengakibatkan persalinan menjadi lama (Subekti, 2004).

Oleh karena itu dalam bidang kedokteran terutama bidang anastesiologi


telah mengembangkan berbagai macam pengobatan untuk mengurangi rasa sakit
dan ketakutan selama proses persalinan.upayah menghilangkan rasa sakit atau
nyeri saaat proses persalinan dapat di lakukan secara nonfarmakologi dan
farmakologi. Dari segi metode nonfarmakologi atau tanpa obat atau metode
pertolongan sendiri adalah metode tanpa ada efek samping secara klinis, dan
metode non farmakologi ini lebih alami.

Nyeri persalinan bisa dikurangi dengan metode non farmakologis, yaitu


dengan menggunakan teknik relaksasi dan pernafasan, effleurage dan tekanan
sacrum, hidroterapi, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan
teknik lain seperti hipnoterapi, masase, acupressure, aromaterapi, yoga dan
sentuhan terapeutik (Scherch, 1991 dikutip oleh Bobak, 2005).

v
Sedangkan untuk manajemen non farmakologi yang sering diberikan antara
lain yaitu dengan hidroterapi, terapi masase, aromaterapi, dan tehnik behavioral
yang meliputi meditasi, latihan autogenik, serta imajinasi terbimbing dan nafas
ritmik (Yuliatun, 2008)

Metode ini sangat berguna untuk menghilangkan pikiran wanita dari nyeri
dan ia merasa lebih terkontrol pada saat partus (Abraham, 2014). Metode
nonfarmakologi yang sudah di kenal salah satunya, pijat aromatrapi dalam
persalinan.

Pijat aromatrapi merupakan perawatan yang paling banyak dikenal karena


minyak esensial dalam larutanaroma trapi mampu menembus kulitdan teresap ke
dalam tubuh, sehingga memberikan pengaruh penyembuhan dan menguntungkan
pengaruh penyembuhan dan menguntungkan pada berbagai jaringan dan organ
internal (koensoermardiyah, 2009). Pijat aromatrapi adalah jenis pengobatan yang
popular dan umum di masyarakat,dan terbukti membawa efek positif sesuai tujuan
penggunaannya (sudari, 2021).

Secara fisiologis, pijetan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki


aliran darah dan kelenjar getah bening, sehingga oksigen, zat makanan dan sisah
makanan dibawa secara efektif ke jaringan tubuh dan plasenta. Dengan
mengendurkan ketegangan dan membantu menurunkan emosi pijat juga
merelaksasi dan menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah.
Bila seseorang sedang merasa tidak sehat, pijatan dapat meningkatkan
kemampuan diri untuk menyembuhkan diri sendiri dan cara ini dapat digunakan
untuk melengkapi terapi alami.

Aromaterapi sendiri merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif


dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik lain dari tumbuhan (Primadiati,
2013). Minyak yang digunakan dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri,
bunga lavender. Para peneliti membuktikan bahwa orang yang berada di
lingkungan yang beraroma harum mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
(Republika, 2010).

vi
Menurut jurnal Afrianti wahyu widiarti, suhardi, (2015) Aromaterapi lavender
adalah terapi yang menggunakan minyak essensial yang dinilai dapat membantu
mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman
seperti cemas, stress, depresi, dan sebagainya. Dalam penggunaannya aroma terapi
dapat diberikan melalui beberapa cara, antara lain inhalasi, berendam, pijat, dan
kompres.

Pada saat menjelang persalinan melakukan pijat aromatrapi dapat


membuat rasa lireks dan nyaman. Ibu yang di pijat 20 menit setiap jam selama
tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat
merangsang tubuh melepaskan senyawa endropin yang merupakan pereda rasa
sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak.
Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, yaitu pada bagian kaki, punggung,
bahu, tangan (Danuatmaja, 2008).

Filosofi bidan dalam menjalankan tugasnya tidak hanya melakukan


pencegahan melainkan bidan dapat memberikan penatalaksanaan untuk menangani
masalah gangguan tingkat nyeri persalinan kala 1 fase aktif sesuai dengan
perannya, maka penulis memilih penerapan pijat aromatrapi lavender terhadap
tingkat nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin dengan gangguan nyeri
persalinan kala 1 fase aktif sesuai dengan filosofi dan standar yang di tetapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai
berikut
Apakah Pijat aromatrapi lavender dapat mengurangi nyeri persalinan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum

vii
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui aromatherapy
dalam persalinan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui cara meggunakan aromatherapy sebagai pengurang rasa
nyeri persalinan

viii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus


1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Bandiyah, 2012).
persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
( Depkes RI 2008)
Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Saifudin, 2010)

a. Tanda – tanda permulaan persalinan


1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaan
nya menjadi lebih enteng, ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia
merasa bahwa berjalanan sedikit lebih sukar, dan sering di ganggu oleh
perasaan nyeri pada anggota bawah.

2) Pollakisuria
Kepala janin sudah mulai masuk pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing yang disebut pollakisuria.

ix
3) False labor
3 atau 4 minggu seblum persalinan. Calon ibu diganggu oleh his
pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton hicks.

4) Perubahan serviks
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa
leher rahim tertutup, panjang dan kurang lunak tetapi menjadi: lebih
lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan.

5) Energy sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi sekitar 24-28 jam
sebelum persalinan dimulai, setelah beberapa hari sebelumnya merasakan
kelelahan fisik akibat usia kehamilan maka ibu akan menemukan satu hari
sebelum melahirkan dengan energi penuh.

6) Gastrointestinal upsests
Beberapa ibu mungkin mengalami tanda-tanda seperti diare, mual dan
muntah karena efek penurunan hormon pada sistem pencernaan (Yanti,
2010)

b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


a.Faktor power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin ke luar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan adalah: kontraksi otot perutnya,
kontraksi diafragma, dan aksi ligamen, dengan kerja sama yang baik dan
sempurna.
1. His (kontrasi uterus)
Terjadi karena otot-otot polos Rahim bekerja dengan baik dan
sempurna. sifat-sifat kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian di
ikuti relaksasi.pada saat kontraksi otot-ototrahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum menjadi lebih kecil mendorong
janin dan kantong amnio kea rah bawah Rahim dan serviks.
x
Menurut Yanti(2010), dalam melakukan observasi pada ibu bersalin,
hal-hal yang harus diperhatikan ibu bersalin adalah :
a. Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau per 10 menit.
b. Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah).
c. Durasi lama his : lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan
dengan detik, misalnya 50 detik.
d. Interval his : jarak antara his satu dengan his berikutnya .
e. Misal his datang tiap 2-3 menit.
f. Datangnya his : apakah sering / teratur atau tidak.
2. Tenaga mengejan
Setelah pembukan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontrkasi
otot-otot dinding perut yang mengekibatkan peninggian tetakan intra
abdominal. Tenaga ini serupa dengantenaga mengejan waktu kita
buang air besar tapi jauh lebi kuat lagi.
Saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek yang
mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot
perutnya dan menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini
hanya akan dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif suatu ada his (Yanti, 2010).
a. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul haris ditentukan , sebelum
persalinan dimulai. (Sumarah 2008).
b. Passenger (janin dan plasenta)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir yang
merupakan akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala
xi
janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga
melewati jalan lahir, maka dianggap juga sebagai bagian dari
passanger yang menyertai jalan janin, namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. Presentasi
adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas
panggul dan melalui jalan lahir persalinan. Tiga presentase janin
yaitu kepala (96%), bokong (3%), bahu (1%). Sedangkan letak
janin ada dua macam yaitu letak memanjang dan letak melintang.
Letak memanjang dapat berupa presentase kepala tauapun bokong.
Presentase ini tergantung pada struktur janin yang pertama
memasuki panggul ibu.
c. Psikis
Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan, ibu
bersalin yang didampingi suami dan orang-orang yang dicintainya
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar
dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami
atau orang-orang yang dicintainya. Ini menunjukan bahwa
dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang
berpengaruh pada kelancaran proses persalinan (Asrinah 2010).
Tingkat kecemasan ibu selama bersalin akan meningkat jika ia
tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang
disampaikan kepadanya. Ibu bersalin biasanya akan mengutarakan
kekhawatirannya jika ditanya. Membantu ibu berpartisipasi sejauh
yang diinginkan dalam melahirkan. Memenuhi harapan ibu akan
hasil akhir persalinannya, membantu ibu menghemat tenaga,
mengendalikan rasanyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam
mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologi dari
orangorang terdekat akan membantu memperlancar proses
persalinan yang sedang berlangsung. Kamar bersalin, memberi
sentuhan, memberi analgesia jika diperlukan dan yang paling
penting berada disisi pasien adalah dukungan psikologi (Sumarah
2009).

xii
Faktor psikis ibu tidak kalah pentingnya untuk lancarnya sebuah
proses persalinan. Ibu yang dalam kondisi stress, otot-otot
tubuhnya termasuk otot rahim mengalami spasme yang dapat
meningkatkan rasa nyeri persalinan sehingga menghambat proses
persalinan (Yanti, 2010).
Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon seseorang
terhadap sakit. Rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui.
d. Penolong
Perubahan psikologis ibu bersalin wajar terjadi pada setiap
orang, namun ibu memerlukan bimbingan dari keluarga dan
penolong persalinan agar dapat menerima keadaan yang terjadi
selama persalinan sehingga dapat beradaptasi terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan
sehingga dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui
oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tuganya sebagai
pendamping atau penolong persalinan. Tidah hanya itu, penolong
yang sudah mendapat kepercayaan dari ibu yang akan bersalin
harus menunjukan keahlianya maupun ketrampilannya, sehingga
disini ibu yang akan bersalin merasa nyaman dan tenang dalam
menghadapi proses persalinannya (Sumarah , 2008).

2. Persalinan Kala I
Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung kira –
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira – kira 7 jam. Gejala pada kala I ini
dimulai bila timbulnya his dan mengeluarkan lender darah. Lendir darah tersebut
berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.
Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh– pembuluh kapiler yang berada
disekitar kanalis serviks itu pecah karena pergeseran ketika serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase yaitu :
xiii
1. Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lamban
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a. Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pemukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waku 2 jam pembukaan berlangsung
sampai cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm). Fase– fase tersebut
dijumpai pada primigravida, pada multigravida pun terjadi demikian,
akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebuh pendek.

Menurut Depkes RI 2008, kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi


uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase laten dan fase
aktif.

1. Fase laten pada kala I persalinan :


a. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
b. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c. Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2. Fase aktif pada kala I persalinan :
a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dlam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara).
c. Terjadi penurunan bagian terbawah janin

3. Nyeri Persalinan
A. Pengertian nyeri persalinan

xiv
Menurut Internatonal Association For the study of pain (IASP) Nyeri
merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian ketika terjadi kerusakan (Judha
dkk, 2012).

Persalinan Mekanisme nyeri persalinan menurut Maryunani (2010), sebagai


berikut:

a. Membukanya mulut rahim


Nyeri pada kala pembukaan disebabkan oleh membukanya mulut rahim
misalnya peregangan otot polos merupakan rangsangan yang cukup
menimbulkan nyeri. Terdapat hubungan erat antara pembukaan mulut rahim
dengan intensitas nyeri (makin menbuka makin nyeri), dan antara timbulnya
rasa nyeri dengan timbulnya kontraksi rahim (rasa nyeri terasa ± 15-30 detik
setelah mulainya kontraksi).
b. Kontraksi dan peregangan Rahim
Rangsang nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf sewaktu rahim
berkontraksi dan tergangnya rahim bagian bawah.
c. Peregangan jalan lahir bagian bawah
Peregangan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala pembukaan dan
selama kala pengeluaran menimbulkan rasa nyeri paling hebat dalam proses
persalinan.

B. Penyebab Nyeri Persalinan


1. Penyebab Fisik
a. Luka parut servik dari pembedahan sebelumnya dapat meningkatkan
resistensi servik untuk penipisan dan pembukaan awal beberapa
centimeter. Kontraksi dan intensitas besar selama berjam-jam atau
berhari-hari diperlukan untuk mengatasi resistensi ini kemudian
pembukaan baru bisa terjadi.
b. Ukuran janin Persalinan dengan ukuran janin yang besar akan
menimbulkan rasa nyeri yang lebih kuat dari persalinan dengan ukuran
janin normal. Karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran
xv
janin semakin lebar diperlukan peregangan jalan lahir sehingga nyeri
yang dirasakan semakin kuat.

2. Penyebab Psikologis
a. Ketakutan, kecemasan, dan stess yang berlebihan Dapat menyebabkan
pembentukan katekolamin dan menimbulkan kemajuan persalinan
melambat. Ibu yang tidak didukung secara emosional akan mengalami
kesulitan dalam persalinan yang lalu dapat meningkatkan nyeri.
b. Kelelahan dan perasaan putus asa Merupakan akibat dari pra-persalinan
atau fase laten yang panjang.

C. Dampak Nyeri Persalinan


Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus.
Intensiltas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses persalinan,
dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang pelepasan
mediator kimiawi seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, histamin,
bradikinin, substansi P, dan serotonin, akan membangkitkan stres yang
menimbulkan sekresi hormon seperti katekolamin dan steroid dengan akibat
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi
hormon tersebut yang berlebihan akan menimbulkan gangguan sirkulasi
uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin (Farrer, 2001).

D. Penanganan Nyeri Persalinan Secara Non Farmakologis


Menurut Henderson (2006), penanganan nyeri persalinan secara non
farmakologis adalah:
1. Teknik Pernapasan
Teknik pernapasan dapat mengendalikan nyeri karena dapat meminimalkan
fungsi simpatis dan meningkatkan aktifitas komponen parasimpatik.
Demikian ibu dapat mengurangi nyerinya dengan cara mengurangi sensasi
nyeri dan dengan mengontrol intensitas reaksi terhadap nyeri (Mander,
2003). Teknik ini mempunyai efek bagi ibu karena dapat membantu ibu.
Demikian ibu dapat menyimpan tenaga dan menjamin pasokan oksigen
untuk bayi.
xvi
2. Pengaturan Posisi
Ibu yang menjalani persalinan harus mengupayakan posisi yang nyaman
baginya. Posisi yang dapat diambil antara lain: terlentang, rekumben lateral,
dada lutut terbuka, tangan lutut, berjalan dan jongkok. Posisi tersebut dapat
membantu rotasi janin dari posterior ke anterior. Setiap posisi yang
mengarahkan uterus ke depan (anterior) membantu gravitasi membawa
posisi yang lebih berat pada punggung janin ke depan, ke sisi bawah
abdomen ibu. Posisi tersebut mencakup membungkuk ke depan, jika
berbaring di atas tempat tidur posisi tangan lutut, posisi lutut dada. Posisi
rekumben lateral atau sim atau semi telungkuk akan membantu janin
berotasi ke arah anterior dari posisi oksipital posterior kiri.
3. Massage
Massage adalah memberikan tekanan tangan pada jaringan lunak biasanya
otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan
posisi sendi untuk meredam nyeri, menghasilkan relaksasi dan memperbaiki
sirkulasi. Massage dapat menghambat perjalanan rangsangan nyeri pada
pusat yang lebih tinggi pada sistem syaraf pusat. Selanjutnya rangsangan
taktil dan perasaan positif yang berkembang ketika dilakukan bentuk
perhatian yang penuh sentuhan dan empati, bertindak memperkuat efek
massage untuk mengendalikan nyeri
4. Kehadiran Pendamping
Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan, penghiburan,
dan dorongan orang yang mendukung sangat besar artinya karena dapat
membantu ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu saat proses persalinan
sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu dan yang paling penting adalah
orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalin.

4. Aromaterapi
a. Definisi
Aromaterapi merupakan suatu bentuk pengobatan alternatif
menggunakan bahan tanaman volatil, banyak dikenal dalam bentuk minyak
esensial dan berbagai macam bentuk lain yang bertujuan untuk mengatur
xvii
fungsi kognitif, mood, dan kesehatan. Aromaterapi dibentuk dari berbagai
jenis ekstrak tanaman seperti bunga, daun, kayu, akar tanaman, kulit kayu,
dan bagian-bagian lain dari tanaman dengan cara pembuatan yang berbeda-
beda dengan cara penggunaan dan fungsinya masing-masing. 2 Ada banyak
jenis aromaterapi, seperti minyak esensial, dupa, lilin, garam, minyak pijat,
dan sabun.12 Jenis tanaman yang digunakan sebagai esktrak juga sangat
banyak, yaitu rosemary, sandalwood, jasmine, orange, basil, ginger, lemon,
tea tree, ylang-ylang, dan masih banyak lagi.13
Terdapat banyak cara penggunaan aromaterapi yang memiliki
manfaatnya masing-masing. Aromaterapi inhalasi merupakan minyak
esensial yang dihirupkan sampai pada paru, dimana memberikan manfaat
baik secara psikologis dan fisik. Tidak hanya aroma dari minyak esensial
yang merangsang otak untuk memicu suatu reaksi, bahan-bahan alami yang
terdapat dalam minyak esensial pada saat terhirup juga memberikan
beberapa efek teraupetik. Sebagai contoh, minyak esensial kayu putih
memberikan efek mengurangi sumbatan pada jalan napas paru. Namun
penggunaan yang berlebihan juga memberikan beberapa konsekuensi maka
sebaiknya dilakukan secara aman dan tidak berlebihan.
Ada juga penggunaan minyak esensial yang dioleskan pada kulit.
Minyak esensial yang diaplikasikan pada kulit dapat terabsorbsi sampai pada
aliran darah. Salah satu manfaat penggunaan aplikasi topikal yaitu efek yang
bekerja langsung di bagian tubuh yang diinginkan. Pijat merupakan cara
terbaik untuk mendapatkan manfaat aromaterapi topikal dimana terdapat
juga efek teraupetiknya. Namun, penggunaan yang berlebihan juga
memberikan beberapa kekhawatiran efek samping, karena konsentrasi
minyak esensial yang sangat tinggi, terkadang dapat memicu iritasi terhadap
kulit terlebih pada bahan murni minyak esensial.

b. Bentuk dan Jenis Aromaterapi


Bentuk sediaan aromaterapi dikemas dan dibuat dalam berbagai
macam jenis. Terdapat bentuk dupa, garam, sabun mandi, minyak
esensial, minyak pijat, dan lilin. Berbagai macam bentuk tersebut
digunakan dengan fungsi yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-
xviii
hari.1
Bentuk minyak esensial aromaterapi merupakan ekstrak tanaman
yang dibuat menjadi jenis minyak esensial yang dicampur dengan air, lalu
dibakar. Minyak esensial digunakan dengan cara mencampurkan 3-4 tetes
minyak esensial ke dalam air sekitar 20 ml. Air tersebut ditempatkan pada
cawan yang siap untuk dipanaskan. Pemanasan cawan tersebut
menggunakan lilin dan juga bisa dengan lampu.14
Bentuk sediaan lilin aromaterapi merupakan ekstrak tanaman yang
dibuat menjadi bentuk lilin dan kemudian dibakar. Tercium bau
aromaterapi dari hasil pembakaran api terhadap lilin tersebut. Lilin
aromaterapi dibentuk dalam cetakan. Pembuatan lilin aromaterapi hanya
bisa beberapa jenis aromaterapi yang dibuat, misalnya lavender dan
sandalwood. Hal tersebut dikarenakan beberapa campuran minyak
esensial membuat lilin sulit membeku.15
Dupa aromaterapi merupakan bentuk sediaan yang dicetak. Ada dua
jenis bentuk dupa, yaitu bentuk stik dan kerucut. Dupa ini dibuat dari
bubuk akar yang dicampur dengan minyak esensial. Harganya murah dan
menggunakan campuran minyak esensial yang kualitasnya tidak terlalu
bagus. Hal tersebut dikarenakan penggunaan dupa yang hanya dibakar.16
Sediaan garam sebagai aromaterapi ternyata digunakan sebagai bahan
untuk berendam saat mandi. Garam ini dimasukkan pada air rendaman
yang kemudian dapat memberikan sensasi relaksasi dan menyenangkan
saat berendam. Bisa digunakan dengan merendam bagian tubuh tertentu,
misalnya kaki, untuk mengurangi rasa lelah.16
Tak jauh berbeda dengan minyak esensial aromaterapi, minyak pijat
aromaterapi dibuat dalam bentuk minyak, namun dengan tambahan
minyak zaitun. Maka dari itu, minyak pijat lebih kental dibanding minyak
esensisal. Penggunaannya hanya dengan mengoleskan minyak pijat
tersebut di tubuh. Sensasi nyaman dan relaksasi pun terasa pada tubuh
yang dioleskan minyak tersebut.17
Sabun mandi merupakan bentuk sediaan yang juga digemari dalam
pemakaian aromaterapi. Biasanya sabun aromaterapi dalam bentuk sabun
batang yang dicetak, bukan dalam bentuk sabun cair. Fungsi sabun mandi
xix
aromaterapi ini menjadi ganda. Tidak hanya sebagai pembersih
tubuh, tetapi juga untuk memperhalus kulit dan menjauhkan dari
serangga.18

c. Aromaterapi Rosemary

Rosemary (Rosmarinus officinalis L.) merupakan suatu bahan rempah


dan salah satu tanaman yang termasuk dalam tanaman herbal aromatik
karena memiliki aroma yang khas. Rosemary termasuk dalam divisi
Magnoliophyta , karena tanaman rosemary merupakan tanaman berbunga
bukan monokotil maka digolongkan dalam kelas Magnoliopsida yang
tergabung dalam famili Lamiaceae.19 Tanaman yang berasal dari negara
Eropa ini secara luas digunakan di dunia karena memiliki aroma khas dan
kaya akan minyak atsiri dan dipercaya sebagai aromaterapi yang mampu
membantu fungsi dan kerja otak.19
Minyak esensial rosemary mengandung beberapa komponen dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Komponen utama terdiri dari a-pineole ,
1,8- cineole and camphor.20 Senyawa aktif 1,8-cineole yang terdapat
dalam rosemary ini dapat merangsang sistem saraf pusat terutama locus
cereleus untuk mensekresikan noradrenalin yang bersifat stimulan
sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. 8 Literatur
lain juga melaporkan bahwa dampak pembau minyak esensial rosemary
dapat merangsang dan mengontrol kerja simpatis di sistem saraf pusat
sehingga mampu mempengaruhi daya konsentrasi dan memori. Hal ini
juga dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada anjing dimana
aroma rosemary membuat anjing menjadi lebih waspada seperti berdiri
dan bergerak dibandingkan dengan aroma lain seperti lavender dan
chamomile.20 Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa aromaterapi
rosemary

xx
memiliki potensi untuk mempengaruhi sistem limbik terutama

amigdala.17 Berikut merupakan tabel yang berisikan daftar jenis

aromaterapi yang mempengaruhi sistem limbik :

Tabel 2. Beberapa macam aromaterapi yang berpengaruh di sistem


limbik.17

clary sage , jasmine ,


Glandula Pituitari patchouli ¸ylang-

ylang
bergamot ,
Hipotalamus frankincense , geranium ,

rosewood
Thalamus clary sage , jasmine ,
grapefruit , rose
Blackpepper ,
Amigdala/ peppermint , rosemary ,
Hippocampus
lemon

Pada pemeriksaan electroencephalography (EEG) didapatkan

penurunan yang signifikan pada gelombang alfa (8-12 Hz) pada bilateral

regio mid-frontal. Penurunan alpha ini menandakan adanya peningkatan

tingkat kewaspadaan di otak. Tidak hanya gelombang alfa, selama inhalasi

aromaterapi rosemary, kekuatan gelombang beta (13-30 Hz) secara

signifikan meningkat di daerah frontal. Peningkatan pusat aktivasi

biasanya ditandai dengan penurunan aktivasi alpha dan peningkatan

gelombang beta. Meningkatnya gelombang beta di wilayah frontal

dihubungkan dengan kemampuan proses berpikir. 21 Seperti yang sudah

disebutkan pada paragraf sebelumnya efek stimulasi pada rangsangan

sistem saraf otonom memang berkaitan dengan kandungan 1,8-cineole


21
dan alpha-pinele yang terdapat pada minyak esensial rosemary.22 Kedua

komponen tersebut memiliki keterlibatan yang cukup penting dengan

aktivitas di sistem saraf pusat khususnya pada fungsi kognitif. Komponen

fungsi kognitif yang sering diteliti salah satunya adalah atensi.

5. Atensi
a. Definisi Atensi

Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu

stimulus dengan mengabaikan stimulus yang tidak dibutukan dan

merupakan proses kognitif yang melibatkan berbagai macam aspek

psikologis dan neurologis.23

Proses terbentuknya atensi merupakan suatu proses kognitif yang

melibatkan hubungan neural dimana jika terdapat gangguan dalam

prosesnya maka akan menyebabkan kelainan sistem atensi seperti ADHD

(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit

Disorder).6 Terdapat tiga teori yang mendasari terbentuknya proses atensi.

Pertama, sistem atensi pada otak secara anatomis terpisah dari sistem

pemrosesan data yang melakukan suatu aktivitas di daerah spesifik otak.

Kedua, atensi merupakan serangkaian aktivitas yang melibatkan

keseluruhan korteks otak dan yang ketiga, area-area di otak yang mengatur

atensi melakukan beberapa jenis atensi yang berbeda dan dapat ditentukan

dari segi kognitifnya.24 Penelitian baru-baru ini mengatakan bahwa atensi

terbentuk dari sistem yang spesifik secara anatomis dan terbagi dalam

ketiga hubungan area anatomis otak yang memiliki fungsi alerting ,

orienting, dan executive attention.7


22
Gambar 1. Struktur anatomi yang berkaitan dengan aspek atensi.24

a. Alerting yaitu suatu keadaan dimana seseorang dapat mencapai dan

mempertahankan status waspada. Sistem alerting ini dihubungkan dengan

lobus frontal dan parietal di hemisfer kanan otak. Kedua lobus tersebut

dapat diaktivasi dengan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus dan membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Hal ini

berhubungan dengan rangsangan sistem norepinefrin dari locus sereleus

otak yag terdapat pada kedua lobus tersebut. Locus sereleus merupakan

tempat produksi noreepinefrin yang paling banyak di otak.7

b. Orienting merupakan suatu proses seleksi informasi yang diterima oleh

23
fungsi sensorik, dalam hal ini melibatkan sensor visual (visual orienting).

Bagian otak yang terlibat dalam proses orienting terletak pada lobus

parietal dan frontal. Jaringan fronto-parietal pada fungsi orienting ini akan

melepaskan neurotransmitter asetilkolin dalam jumlah yang banyak dari

biasanya.25

c. Executive attention merupakan suatu proses eksekusi yang menyelesaikan

berbagai permasalahan yang muncul pada saat seseorang memberikan

atensi. Proses eksekusi ini mengaktivasi area cingulatus anterior walaupun

juga mengaktivasi bagian-bagian lain di otak dengan jumlah yang kecil. 7

Proses executive ini biasanya dipelajari dengan memberikan tes yang

melibatkan konflik. Contohnya adalah tes Stroop.

Gambar 2. Tes stroop.

Pada tes Stroop, terdapat nama-nama warna dengan tinta yang berbeda-

beda. Subjek diminta untuk menyebutkan warna dari tinta sembari

mengabaikan nama-nama warna tersebut. Struktur anatomi otak yang

berperan dalam proses executive attention yaitu area cingulatus anterior

dan korteks prefrontal lateral.


24
Neurotransmitter yang berperan dalam modulasi proses executive

attention adalah dopamin.

Baru-baru ini terdapat penelitian yang mengatakan bahwa sistem

limbik khususnya amigdala terlibat dalam suatu sistem yang mengatur

proses atensi di otak. Amigdala memainkan peran penting dalam beberapa

pengolahan fungsi selektif yang dihadapi selama kegiatan yang

membutuhkan banyak atensi sebagai contoh yaitu proses belajar.27

b. Faktor yang Mempengaruhi Atensi


1. Aromaterapi
Pemberian aromaterapi dinilai dapat berpengaruh pada atensi terutama
meningkatkan tingkat kewaspadaan. Aromaterapi terdiri dari berbagai
jenis, seperti contoh aroma rosemary dan peppermint diyakini dapat
meningkatkan kemampuan kognitif seseorang.
2. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa atensi pria jauh lebih baik
dibandingkan dengan wanita walaupun ada juga penelitian yang
menemukan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan
antara pria dengan wanita. Liu et al (2013) menyatakan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki pada aspek
orienting namun tidak ada perbedaan pada aspek alerting maupun
executive attention.
3. Latihan
Suatu latihan atau kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dapat
meningkatkan atensi seseorang. Beberapa contoh yaitu dapat
dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan kognitif pada anak
penderita ADHD akibat latihan aerobik, dan pada orang yang sering
bermain games memiliki atensi yang cenderung lebih baik dibandingkan
dengan orang yang jarang atau tidak pernah bermain video game.

25
4. Usia
Usia termasuk faktor penting dalan atensi. Kemampuan sensorik dapat
menurun seiring dengan bertambahnya umur. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa efisiensi pada orang lanjut usia dalam
memberikan atensi pada suatu objek cenderung menurun. Panca indera
pada usia lanjut dapat mengalami degenerasi fungsional.
5. Gangguan emosional
Pada kondisi stres sampai keadaan depresi, kadar glukokortikoid
menjadi meningkat. Glukokortikoid dapat mengatur kerja hipokampal,
fungsi psikologi, memori, dan perhatian. Maka dari itu, pada saat
stress, dapat menurunkan fokus di otak dalam hal ini mempengaruhi
atensi.
6. Gangguan atensi
Gangguan atensi dapat dikatakan apabila seorang menjadi tidak fokus
dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah
beralih. Hal ini biasanya muncul pada masa kanak-kanak. Seorang anak
yang sulit berkonsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan
dengan anak normal umumnya. Seringkali anak-anak tersebut memiliki
taraf kecerdasan mendekati rata-rata atau mungkin lebih tinggi dari
rata-rata dan memiliki pendengaran dan penglihatan yang normal,
tetapi mereka terlihat memiliki kesulitan memproses informasi
sensoris, cemas dan kurang motivasi atau minat pada suatu hal.

c. Penilaian Atensi

Software yang digunakan untuk mengukur ketiga jaringan atensi

( orienting, alerting, dan coflict) bernama ANT (Attention Network Test).

ANT ini dibuat oleh Jin Fan dan Michael Posner yang telah digunakan

untuk berbagai penelitian yang berhubungan dengan atensi dan waktu

reaksi. ANT ini dapat digunakan untuk subjek penelitian dari manusia

berumur 6-85 tahun maupun dapat dilakukan pada kera. Kecepatan reaksi

26
dan tes Flanker merupakan dasar pengukuran pada ANT. Tes Flanker

mengaktivasi area cingulatus anterior yang mengatur fungsi eksekutif.7

Subjek penelitian yang menggunakan ANT akan menekan tombol di

keyboard secepat mungkin sesuatu tanda panah di tengah yang muncul.

Tanda panah yang muncul bisa didahului dan tidak didahului dengan

petunjuk mengenai tempat munculnya tanda panah dan flankers. Tanda

panah tersebut juga bisa muncul dari atas maupun bawah dari tanda fiksasi

yang berupa tanda (+).

Aspek alerting dinilai dengan cara mengurangi rerata kecepatan

reaksi dengan dua petunjuk yang memberi informasi kapan target akan

muncul terhadap watu reaksi tanpa petunjuk. Tidak didapatkan petujuk

tempat munculnya tanda panah, di atas maupun di bawah titik fiksasi.

Aspek orienting didapat dari pengurangan rerata kecepatan reaksi

memencet tombol keyboard pada tanda panah yang sebelumnya muncul

petunjuk dimana tanda panah tersebut dengan tanda panah yang

sebelumnya muncul di tengah ( titik fiksasi). Sedangkan pada efek

executive attention, didapatkan dengan mengurangi rerata semua kecepatan

reaksi dari tanda panah yang memiliki flankers yang searah dengan

flankers yang tidak searah, baik yang sebelumnya didahului petunjuk atau

tidak.

27
Gambar 3. Cara kerja Attention Network Test7

28
6. Fisiologi Penghidu

Gambar 4. Mekanisme fisiologi penghidu33

Nervus olfaktorius berasal dari reseptor neuron olfaktorius yang

terdapat pada mukosa olfaktorius. Dari nervus olfaktorius, neuron

menembus melewati foramina kribriformis pada tulang etmoidal.

Sampailah pada tahap selanjutnya menuju bulbus olfaktorius. Kemudian

neuron di bulbus olfaktorius melanjut ke posterior menuju traktus

olfaktorius. Akhirnya, neuron tersebut sampai pada korteks olfaktorius.

Bagian olfaktorius pada otak merupakan salah satu dari struktur otak

yang pertama kali berkembang pada hewan primitif dan sebagian besar

bagian lain yang tersisa dari otak berkembang di sekitar permulaan proses

olfaktorius ini. Bagian otak yang merupakan asal mula dari olfaksi ini

kemudian berkembang menjadi struktur dasar otak yang mengendalikan

emosi dan perilaku lain pada manusia, dan sistem ini yang biasa disebut

29
dengan sistem limbik.33

Gambar 5. Hubungan neurologis sistem olfaktorius.33

Serabut saraf yang kembali dari bulbus disebut dengan nervus

kranialis I atau traktus olfaktorius. Namun demikian, pada kenyataannya

kedua traktus dan bulbus merupakan suatu pertumbuhan jaringan otak dari

dasar otak ke arah anterior yaitu suatu pembesaran yang berbentuk bulat

pada ujungngya disebut sebagai bulbus olfactorius . Bulbus ini terletak

pada lempeng kribiformis yang memisahkan rongga otak dari bagian atas

rongga hidung. Lamina kribiformis memiliki banyak lubang yang

merupakan tempat masuknya saraf-saraf kecil dengan jumlah yang sesuai

dan berjalan naaik dari membran olfactorius di rongga hidung memasuki

bulbus olfactorius di rongga kranial.33

30
Pada gambar 5, menggambarkan hubungan yang erat antara sel-sel

olfaktorius di membran olfaktorius dengan bulbus olfaktorius, yang

memperlihatkan bahwa akson-akson pendek dari sel olfaktorius akan

berakhir di struktur globular yang multipel di dalam bulbus olfaktorius

yang disebut dengan glomeruli. Setiap glomeruli ini berperan sebagai

ujung dendrit yang berasal dari 25 sel-sel mitral yang besar dan sekitar 60

sel-sel berumbai yang lebih kecil. Dendrit inilah yang akan menerima

sinaps dari sel olfaktorius, sel mitral, dan sel berumbai yang menngirimkan

akson-akson melalui traktus olfactorius untuk menjalarkan sinyal-sinyal

olfactorius ke tingkat yang lebih tinggi di sistem saraf pusat.33

Bulbus olfaktorius akan secara langsung menuju korteks olfaktorius

primer (korteks piriformis). Bagian yang menerima proyeksi langsung dari

korteks piriformis antara lain, nukleus olfaktorius anterior, tuberkel

olfaktorius, korteks entorhinal, dan sistem limbik (amigdala).34

7. Sistem Limbik

Gambar 6. Komponen sistem limbik (warna kuning).34


31
Kata limbik berasal dari kata limbus yang berarti pinggiran atau batas.

Sistem limbik merupakan bagian suatu bagian besar dari kortek pada sisi

medial otak.35 Sistem limbik berbeda dengan lobus limbik. Lobus limbik

merupakan kesatuan struktur yang terdiri dari archicortex (formasi

hipokampalis dan girus dentatus), paleocortex (korteks piriformis dari

girus hipokampalis anterior), mesocortex (girus cinguli). Formasi

hipokampalis terdiri dari hipokampus, girus dentatus, kompleks subikular

(subikulum, presubikulum, dan parasubikulum), dan korteks entorhinal

(area Brodmann 28).Sedangkan, sistem limbik gabungan lobus limbik dan

nuklei subkortikal, yaitu amigdala, nuklei septales, hipotalamus,

epitalamus, nukleus talamus, dan ganglia basalis Semuanya memiliki

hubungan kesatuan satu sama lain dan juga memiliki hubungan yang erat

dengan sistem olfaktorius.35

Amigdala merupakan kompleks dari beragam nukleus berukuran kecil

yang terletak tepat di bawah korteks serebri dari polus medial anterior

lobus temporalis. Amigdala memiliki banyak sekali hubungan dua arah

dengan hipotalamus seperti juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Pada

hewan tingkat rendah, amigdala sangat berkaitan dengan rangsangan

olfaktori yang berhubungan dengan sistem limbik. Salah satu bagian utama

traktus ofaktorius yang berakhir di bagian amigdala adalah nuklei

kortikomedial yang terletak tepat di bawah korteks serebri di dalam area

piriformis olfaktorius lobus temporalis. Pada manusia, ada bagian lain dari

amigdala yaitu nuklei basolateral yang jauh lebih berkembang daripada

bagian olfaktorius tersebut dan berperan penting pada banyak aktivitas

32
perilaku yang umumnya tidak berhubungan dengan stimulus olfaktorius.33

33
Amigdala juga merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada

tingkat bawah sadar, dimana juga berproyeksi pada jalur limbik sistem

seseorang dalam hubungannya dengan alam sekitar dan alam pikiran.

Amigdala dipercaya sebagai bagian otak yang berperan dalam

melakukan pengolahan dan ingatan terhadap

reaksi emosi. Oleh karenanya amigdala juga merupakan bagian dari

sistem limbik yang dipelajari pada ilmu neurosains kognitif khususnya

atensi.33

8. Hubungan Atensi dengan Jaras Olfactorius

Reseptor Akson sel neuron Bulbus Olfaktorius (sel


mitral dan sel
Olfaktorius olfaktorius berumbai)

Korteks Korteks Piriformis


entorhinal ( Korteks Olfaktorius

Primer )

Amygdala

Gambar 7. Jalur olfaktorius pada sistem limbik.35

34
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, rangsang

olfaktorius akan diterima oleh reseptor nervus olfaktorius, menuju akson

sel neuron olfaktorius lalu ke bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius akan

secara langsung menuju korteks olfaktorius primer (korteks piriformis).

Korteks olfaktorius primer akan memproyeksi langsung menuju amigdala.

Central nucleus amygdala memiliki banyak proyeksi ke forebrain

bagian basal, salah satunya ialah magnocelluler basal forebrain yang

mengandung nucleus basal Meynert (substansia inominata). Sistem

magnocelluler basal forebrain berasal dari jaras ascenden sistem

kolinergik yang menginervasi korteks otak. Sistem ini dapat

mempengaruhi seluruh korteks di otak termasuk korteks sensorik yang

mempunyai peran penting untuk merespon rangsang dari lingkungan.

Akibatnya, forebrain bagian basal mengatur proses pengolahan rangsang

dari lingkungan tersebut. Proses tersebut dapat meningkatkan kewaspadaan

dan atensi seseorang.27

35
Gambar 8. Struktur anatomis amigdala

36
9. Pijat aromatrapi lavender
Pijat aromaterapi merupakan perawatan yang paling banyak dikenal karena minyak
esensial dalam larutan aromaterapi mampu menembus kulit dan terserap ke dalam
tubuh, sehingga memberikan pengaruh penyembuhan dan menguntungkan pada
berbagai jaringan dan organ internal (Koensoermardiyah, 2009). Pijat aromaterapi
adalah jenis pengobatan yang populer dan umum di masyarakat, bahkan paten-paten
dan produk yang berkaitan dengan pijat dan aromaterapi atau gabungan keduanya telah
beredar di masyarakat dan terbukti membawa efek positif sesuai tujuan penggunaannya
(Sundari, 2011).
Secara fisiologis, pijatan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran
darah dan kelenjer getah bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa makanan
dibawa secara efektif ke dan dari jaringan tubuh dan plasenta. Dengan mengendurkan
ketegangan dan membantu menurunkan emosi pijat juga merelaksasi dan menenangkan
saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah. Bila seseorang sedang merasa tidak
sehat, pijatan dapat meningkatkan kemampuan diri untuk menyembuhkan diri sendiri
dan cara ini dapat digunakan untuk melengkapi terapi alami. Pada ibu menjelang
persalinan, pijat aromaterapi dengan cara lembut dapat membantu ibu merasa lebih
segar, rileks dan nyaman menjelang persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu
yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa
sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin
yang merupakan pereda rasa sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan
nyaman dan enak. Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, yaitu pada bagian
kaki, punggung, bahu, tangan (Danuatmaja, 2008).
Aromaterapi sendiri merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif dengan
menggunakan sari tumbuhan aromatik lain dari tumbuhan (Primadiati, 2013). Minyak
yang digunakan dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri, bunga lavender.
Para peneliti membuktikan bahwa orang yang berada di lingkungan yang beraroma
harum mempunyai rasa percaya diri yang tinggi (Republika, 2010).
Aromaterapi dapat diberikan dengan cara penghirupan, pengompresan, pengolesan
dikulit, perendaman dan akan lebih efektif disertai pijatan (Bakir, 2009). Penggunaan

37
aromaterapi dalam persalinan membantu ibu untuk menurunkan tingkat nyeri. Salah
satu minyak aromaterapi yang bisa digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu lavender.
Minyak esensial lavender memiliki kandungan perelaksasi, antispasmodik dan pereda
nyeri. Oleh sebab itu, lavender berguna untuk meredakan nyeri kontraksi terutama pada
saat persalinan (Praptiani, 2012).

38
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Nyeri persalinan bisa dikurangi dengan metode non farmakologis, yaitu pijat
aromatherapy lavender. Penerapan pijat aromatrapi lavender terhadap tingkat nyeri
persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin dengan gangguan nyeri persalinan kala 1
fase aktif sesuai dengan filosofi dan standar yang di tetapkan berguna untuk meredakan
nyeri kontraksi terutama pada saat persalinan

2. SARAN
Diharapkan kedepannya bidan sebagai tenaga kesehatan dalam pelayananannya tidak
hanya menggunakan terapy farmakologi, tetapi dapat menggunakan terapy non
farmakologi sebagai asuhan kebidanan komplementernya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Janiwarty, B dan Pieter, H. Z. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan
Terapannya. Yogyakarta : Rapha Publishing

Kementrian Kesehatan RI, 2018. Profil Kesehatan IndonesiaTahun 2017. Jakarta

Sidi, R. H. (2012). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid
(Dismenore Primer) Pada wanita Usia 17-23 tahun (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).

Mirazanah, I., Carolin, B. T., & Dinengsih, S. (2021). Pengaruh aromaterapi lavender terhadap
kecemasan ibu bersalin. JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati), 7(4), 785-792.

Ernawati, S. (2021). PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP NYERI


PERSALINAN: LITERATUR REVIEW.

Kundarti, F. I., Titisari, I., & Windarti, N. T. (2017). Pengaruh Pijat Aromaterapi Lavender
Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), 55-65.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Edisi Kelima. Jakrta : PT. Bina Pustaka

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta : Salemba Medika

Sholehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama

40
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Pengertian

Aromaterapi merupakan suatu bentuk pengobatan alternatif menggunakan bahan tanaman

volatil, banyak dikenal dalam bentuk minyak esensial dan berbagai macam bentuk lain

yang bertujuan untuk mengatur fungsi kognitif, mood, dan kesehatan. Aromaterapi

dibentuk dari berbagai jenis ekstrak tanaman seperti bunga, daun, kayu, akar tanaman,

kulit kayu, dan bagian-bagian lain dari tanaman dengan cara pembuatan yang berbeda-

beda dengan cara penggunaan dan fungsinya masing-masing.

Tujuan

1) Meningkatkan Kesehatan fisik dan spiritual

2) Membuat tubuh menjadi rileks

3) Mengurangi rasa nyeri dan kecemasan

4) Memberikan efek stimulasi

5) Pasien mampu menceritakan perasaan setelah pemberian aromatherapi

Indikasi

Pasien merasakan kecemasan dan nyeri

Kontraindikasi

Pasien dengan gangguan pernafasan

PERSIAPAN

1. Peralatan

Kursi, bantal, aromaterapi lavender

41
2. Klien

a. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan pada klien.

b. Pastikan posisi klien sudah nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup dengan

menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala

ditopang.

c. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam , dan sepatu.

PENATALAKSANAAN

1. Gerakan 1 : melatih otot tangan

a. Genggam tangan kiri dengan menggunakan suatu kepalan.

b. Buat kepalan yang sangat kuat agar merasakan sensasi ketegangan.

c. Pada saat kepalan dilepaskan, pandu klien untuk merasakan relaks selama 10 detik

d. Lakukan gerakan ini 2 kali agar dapat mengetahui perbedaan antara ketegangan otot

dan keadaan relaks yang dialami.

e. Lakukan hal yang serupa pada tangan kanan.

2. Gerakan 2 : melatih otot tangan bagian belakang

Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot tangan dibagian

belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap langit-langit.

3. Gerakan 3 : melatih otot brisep

a. Genggam kedua telapak dengan membentuk kepalan.

b. Bawa kedua kepalan ke arah pundak sehingga otot brisep akan menjadi tegang.

4. Gerakan 4 : melatih otot bahu agar mengendur

Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan menyentuh telinga dan fokuskan

perhatian gerakan pada bahu, punggung atas, dan leher yang mengalami ketegangan.

42
5. Gerakan 5 dan 6: melemaskan otot-otot wajah

a) Kerutkan dahi dan alis hingga ketegangan otot terasa

b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang

mengendalikan gerakan mata.

6. Gerakan 7 : mengendurkan ketegangan otot rahang

Katupkan rahang diikuti gerakan menggigit gigi.

7. Gerakan 8 : mengendurkan otot-otot sekitar mulut

Gerakan memoncongkan bibir sekuat-kuatnya hingga merasakan ketegangan di sekitar

mulut

8. Gerakan 9 : merileksikan otot leher bagian depan dan belakang

a) Gerakan dimulai otot leher bagian belakang kemudian otot leher bagian depan.

b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat

c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sehinga merasakan ketegangan

dibagian belakang leher dan punggung atas.

9. Gerakan 10 : melatih otot leher bagian depan

Gerakan membawa kepala ke muka dan benamkan dagu ke dada sehingga merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.

10. Gerakan 11 : melatih otot punggung

a) Angkat tubuh dari sandaran kursi

b) Punggung di lengkungkan

c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang sehingga relaks

d) Setelah relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil melemaskan otot.

11. Gerakan 12 : melemaskan otot dada

43
Tarik nafas panjang, diamkan beberapa saat sambil merasakan ketegangan dibagian dada

sampai turun ke perut kemudian dilepas dan lakukan napas normal dengan lega. Ulangi

gerakan ini sekali lagi.

12. Gerakan 13 : melatih otot perut

Tarik perut dengan kuat kedalam, tahan sampai menjadi kencang dan keras kemudian

lepaskan. Ulangi kembali gerakan perut ini.

13. Gerakan 14: melatih otot kaki (paha dan betis)

Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang, lanjutkan mengunci lutut

sehingga ketegangan pindah ke otot betis. Tahan posisi tegang kemudian lepaskan.

Ulangi dua kali gerakan masing-masing

44

Anda mungkin juga menyukai