Kel.5 Penegakan Hukum Bidang Pidana
Kel.5 Penegakan Hukum Bidang Pidana
Kel.5 Penegakan Hukum Bidang Pidana
a. Tahap Formulasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana in abstracto olehbadan pembuat
undang-undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang melakukan kegiatan memilih
nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian
merumuskannya dalam bentuk perundang-undangan untuk mencapai hasil perundang-undangan
yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut Tahap
Kebijakan Legislatif.
b. Tahap Aplikasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh
aparat-aparat penegak hukum mulai dari Kepolisian hingga Pengadilan .Aparat penegak
hukum bertugas menegakan serta menerapkan perundang-undangan pidana
yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang.Dalam melaksanakan tugas ini,
aparat penegak hukum harus berpegangan teguhpada nilai-nilai keadilan dan daya
guna tahap ini dapatdisebut sebagai tahap yudikatif.
c. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum secara konkret oleh aparat-aparat
pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat-aparat pelaksana pidana bertugas menegakan peraturan
perundang-undangan pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan.
Jenis Sanksi dalam Tindak Pidana
Lingkungan Hidup
Jenis sanksi tindak pidana lingkungan dalam Undang-UndangNomor 23 Tahun 1997
adalah:
(1) Hanya digunakan pidana pokok berupa penjara dan denda, karena tindak pidana
lingkungan dalam undang- undang inihanya dikualifikasikan sebagai kejahatan;
(2) Sanksi “tindakan tata tertib” yang dapat dikenakan kepadapelaku/subjek berupa
orang/badan hukum, berupa:
(a) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindakpidana; dan/atau;
(b) Penutupan perusahaan (seluruhnya/sebagian); dan/atau;
(c) Perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau;
(d) Mewajibkan mengerjakan apa yang dilakukan tanpahak; dan/atau;
(e) Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau;
(f) Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
JENIS-JENIS TINDAK PIDANA
LINGKUNGAN HIDUP
Tindak pidana in hanya ditujukan kepada pemegang izin. Dalam hal ini, jika
pemegang izin, yang berdalih telah memiliki izin, melakukan suatu tindakan yang
melawan hukum, seperti membuka hutan dengan cara membakar maka yang
bertanggung-jawab atas tindakan tersebut adalah semata-mata perusahaan yang
bersangkutan.
Contoh: Di beberapa kabupaten di Kalimantan misalnya, bupati berlomba-lomba
memberikan izin penebangan kayu 100 ha kepada pengusaha. Kewenangan yang
diberikan oleh PP No. 6 Tahun 1999 dan UU No. 41 Tahun 1999 ditafsirkan sebagai
peluang luar biasa untuk mengeksploitasi sumber dava
alam di daerah. (Steni, 2007)
4. TINDAK PIDANA OLEH BADAN HUKUM
Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi / badan hukum dan
sebagainya , pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan terhadap :
(a) Badan hukum , perseroan , perserikatan , yayasan atau organisasi lain
tersebut maupun tidak berbadan hukum (( kelompok );
(b) Mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana atau yang
bertindak sebagai pemimpin ; atau
(c) Kedua-duanya .
Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup
Dalam Menanggulangi Kerugian Negara
Hukum berfungsi mengatur, juga berfungsi sebagai pemberikepastian, pengamanan, pelindung
dan penyeimbang, yang sifatnya dapat tidak sekedar adaptif, fleksibel, melainkan juga prediktif
dan antisipatif. Potensi hukum ini terletak pada duadimensi utama dari fungsi hukum yaitu fungsi
preventif dan fungsi represif.
Fungsi preventif yaitu fungsi pencegahan, yang dituangkandalam bentuk pengaturan pencegahan
yang pada dasarnyamerupakan disain dari setiap tindakan yang hendak dilakukanmasyarakat
yang meliputi seluruh aspek tindakan manusia, termasuk resiko dan pengaturan prediktif
terhadap bentukpenanggulangan resiko itu.
Fungsi represif adalah fungsipenanggulangan, yang dituangkan dalam bentuk
penyelesaiansengketa atau pemulihan terhadap kerusakan keadaan yang disebabkan oleh resiko
tindakan yang terlebih dahulu telahditetapkan dalam perencanaan tindakan itu.
CONTOH KASUS
pembalakan liar yang dilakukan oleh pengusaha kayu asal Medan Adelin Lis, telah
merugikankeuangan negara hampir sekitar Rp.227,02 trilyun,
sedangkankerusakan lingkungan dapat dilihat adanya penggundulan hutansecara
liar yang berlangsung dari tahun 1967 telahmengakibatkan kerusakan hutan di
Indonesia mencapai 1,8 jutahektar per tahunnya meskipun disisi yang lain
dapatmeningkatkan devisa negara. Di Sumatra total penurunan luaskawasan
hutan dari 23 juta ha menjadi 16 juta ha dimanaSumatra Selatan dan Jambi
tercatat sebagai wilayah yang tercepat penurunan luas hutannya. Di Kalimantan
total penurunan luas kawasan hutan dari 40 juta ha menjadi 30 jutaha, dimana
Kalimantan Timur memiliki tingkat konversi hutantertinggi. Sedangkan di
Sulawesi laju penurunan luas hutantergolong rendah, namun lebih karena
konversi hutan sudahdilakukan pada per¬tengahan tahun 1980-an. Dari 3 pulau
yaituSumatra, Kalimantan dan Sulawesi, dari kurang lebih 69 juta ha luas hutan,
saat ini hanya sekitar 57 juta ha. Artinya terjadipengurangan kawasan hutan lebih
dari 12 juta ha.
Kesimpulan