Kel.5 Penegakan Hukum Bidang Pidana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 5

1. Madina Fajira (221010296)


2. Nadya Yan Jingga
(221010285)
3. Muhamad Fikri (221010336)
4.Willi Darwin (201010279)
5. Abdullah Azzam (221010189)
6. Faisal Abidin (221010169)
Perlindungan lingkungan hidup saat ini sudah menjadi
sorotan masyarakat luas , baik Nasional maupun
Internasional . Hal ini tidak lain disebabkan semakin pesatnya
perkembangan / pertumbuhan masyarakat ,
yang dimana tentu akan memberi pengaruh
terhadap lingkungan hidup itu sendiri yang seringkali
menyebabkan ketidakharmonisan antara
kehidupan masyarakat dengan lingkungan hidup .
Definisi Lingkungan hidup secara Yuridis
Dimulai dengan lahirnya UU No 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang memuat prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup
yang berfungsi memberikan arahan (direction) bagi sistem
hukum lingkungan nasional, dan setelah 15 tahun akhirnya
undang-undang ini pun dicabut karena dianggap kurang sesuai
agar terwujud pembangunan berkelanjutan seperti apa yang
dicitakan. Undang- Undang tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup UU. No 4 Tahun 1982 yang telah diganti oleh UU No 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)
kemudian diganti oleh UU No 32 Tahun 2009
Undang-undang 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) telah
menegaskan 3 (tiga) langkah penegakan hukum secara
sistematis:

Penegakan hukum administratif.


Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau melalui.
Pengadilan dan penyidikan atas tindak pidana lingkungan hidup.
Asas-Asas Umum dalam Hukum Pidana LingkunganHidup
Asas-asas umum yang berlaku dalam hukum pidana lingkungan antara lain dikemukakan oleh Muladi (2003:1)
sebagai berikut:
(1) Asas legalitas (principle of legality) bahwa asas initekandung di dalamnya asas kepastian hukum dan kejelasan dan
ketajaman dalam merumuskan peraturan hukum pidana, khususnya sepanjang berkaitan dengan definisi dari
kejahatanlingkungan dan sanksi yang perlu dijatuhkan agar sipelakumentaati normanya. Dalam hal ini terkait akurasi
proses kriminalisasi dengan segala persyaratannya. Syarat-syarattersebut antara lain adalah adanya korban, dan
kerugian yang jelas dalam rumusan norma hukumnya;
(2) Asas pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bahwa Asas ini menegaskan bahwa
pembangunanekonomi jangan sampai mengorbankan hak generasi yang akandatang untuk menikmati lingkungan
hidup yang sehat dan baik;
(3) Asas pencegahan (the precautionary principle) bahwaasas ini mengaskan bahwa apabila terjadi bahaya atau
ancamanterjadinya kerusakan yang serius dan irreversible makakekurang sempurnaan kepastian ilmiah jangan
dijadikan alasanuntuk menunda cost effective measures dalam rangka mencegahterjadinya degradasi lingkungan
hidup;
(4) Asas pengendalian (principle of restraint) bahwa asasini merupakan salah satu syarat kriminalisasi yang
menyatakanbahwa sanksi pidana hendaknya baru dimanfaatkan apabilasanksi-sanksi perdata dan sanksi
administrasi dan sarana-saranalain ternyata tidak tepat dan tidak efektif untuk menanganitindak pidana tertentu.
Dalam hukum pidana dikenal asassubsidiaritas atau “ultima rasio principle” atau asas “ultimumremedium”.
Penegakan sanksi pidana dalam suatu peraturan perundang-
undangan melalui beberapa tahap:

a. Tahap Formulasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana in abstracto olehbadan pembuat
undang-undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang melakukan kegiatan memilih
nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian
merumuskannya dalam bentuk perundang-undangan untuk mencapai hasil perundang-undangan
yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut Tahap
Kebijakan Legislatif.
b. Tahap Aplikasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh
aparat-aparat penegak hukum mulai dari Kepolisian hingga Pengadilan .Aparat penegak
hukum bertugas menegakan serta menerapkan perundang-undangan pidana
yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang.Dalam melaksanakan tugas ini,
aparat penegak hukum harus berpegangan teguhpada nilai-nilai keadilan dan daya
guna tahap ini dapatdisebut sebagai tahap yudikatif.
c. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum secara konkret oleh aparat-aparat
pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat-aparat pelaksana pidana bertugas menegakan peraturan
perundang-undangan pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan.
Jenis Sanksi dalam Tindak Pidana
Lingkungan Hidup
Jenis sanksi tindak pidana lingkungan dalam Undang-UndangNomor 23 Tahun 1997
adalah:
(1) Hanya digunakan pidana pokok berupa penjara dan denda, karena tindak pidana
lingkungan dalam undang- undang inihanya dikualifikasikan sebagai kejahatan;
(2) Sanksi “tindakan tata tertib” yang dapat dikenakan kepadapelaku/subjek berupa
orang/badan hukum, berupa:
(a) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindakpidana; dan/atau;
(b) Penutupan perusahaan (seluruhnya/sebagian); dan/atau;
(c) Perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau;
(d) Mewajibkan mengerjakan apa yang dilakukan tanpahak; dan/atau;
(e) Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau;
(f) Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
JENIS-JENIS TINDAK PIDANA
LINGKUNGAN HIDUP

1.DELIK MATERIL DAN FORMIL


Pengertian :
1. Dellik materil (generic crime) adalah perbuatan melawan hukum yang menyebabkan
pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang tidak perl memerlukan pembuktian
pelanggaran aturan-aturan hukum administrasi seperti izin.
2. Delik formil (specific crime) adalah perbuatan yang melanggar hukum terhadap aturan-
aturan hukum administrasi, jadi untuk pembuktian teriadinya delik formil tidak
diperlukan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup seperti delik
delik materil, tetapi cukup dengan
membuktikan pelanggaran hukum administrasi.
(UU No. 32 Tahun 2009 Tetang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup)
DELIK MATERIEL
Delik materiel dalam ketentuan Undang Undang Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat pada
Pasal 98 dan Pasal 99, yaitu setiap orang yang dengan sengaja atau kelalaiannya
melakukan :
1. Perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
2. Perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
dan mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia
3. Perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
dan mengakibatkan orang luka berat atau mati
DELIK FORMIL
Perbuatan yang dilarang yang mask kategori delik formil dalam UU
No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup terdapat pada Pasal 100 s/d Pasal 111 dan Pasal 113 s/d Pasal 115 antara lain:
1. Melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan;
2. Melepaskan dan/atau mengedarkan produk rekayasa genetik ke media
lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
atau izin lingkungan;
3. Melakukan pengelolaan limbah B3 tapa izin;
4. Menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan;
5. Melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tapa izin;
6. Menyusun amdal tapa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal;
2. TINDAK PIDANA PELANGGARAN DAN KEJAHATAN

a) Pelanggaran Orang baru menyadari hal tersebut merupakan tindak pidana


karena perbuatan tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut
wetsdelict (delik undang-undang ). Dimuat dalam buku III KUHP pasal 489 sampai
dengan pasal 569. Contoh pencurian (pasal 362 KUHP), pembunuhan (pasal 338
KUHP),
perkosaan (pasal 285 KUHP).
b) Kejahatan Meskipun perbuatan tersebut tidak dirumuskan dalam undang-
undang menjadi tindak pidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan tersebut
adalah kejahatan dan patut dipidana, istilahnya disebut rechtsdelict (delik
hukum). Dimuat didalam buku II KUHP pasal 104 sampai dengan pasal 488.
Contoh mabuk ditempat umum (pasal 492 KUHP/536 KUHP), berjalan diatas tanah
yang oleh pemiliknya dengan cara jelas dilarang memasukinya (pasal 551 KUHP)
3. TINDAK PIDANA ADMINISTRASI

Tindak pidana in hanya ditujukan kepada pemegang izin. Dalam hal ini, jika
pemegang izin, yang berdalih telah memiliki izin, melakukan suatu tindakan yang
melawan hukum, seperti membuka hutan dengan cara membakar maka yang
bertanggung-jawab atas tindakan tersebut adalah semata-mata perusahaan yang
bersangkutan.
Contoh: Di beberapa kabupaten di Kalimantan misalnya, bupati berlomba-lomba
memberikan izin penebangan kayu 100 ha kepada pengusaha. Kewenangan yang
diberikan oleh PP No. 6 Tahun 1999 dan UU No. 41 Tahun 1999 ditafsirkan sebagai
peluang luar biasa untuk mengeksploitasi sumber dava
alam di daerah. (Steni, 2007)
4. TINDAK PIDANA OLEH BADAN HUKUM

Undang-undang No. 41 Tahun 1999 sebenarnya mengenal badan hukum


sebagai pelaku tindak pidana. Ketentuan in diatur di dalam ketentuan
Pasal 78 ayat (14). Pasal in berbunyi: "Tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan
atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi
pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-
masing ditambah dengan 1/3
(sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan." (Steni, 2007)
Subjek dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup
Rumusan Tindak Pidana Lingkungan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 selalu diawali dengan kata-kata “ barangsiapa ”. Hal ini dapat ditafsirkan
sama dengan pengertian “orang”. Namun , dalam Pasal 1 butir 32 ditegaskan
bahwa yang dimaksud dengan “orang” adalah Setiap orang adalah orang
perseorangan atau badan usaha , baik yang berbadan hukum maupun yang
tidak berbadan hukum .

Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi / badan hukum dan
sebagainya , pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan terhadap :
(a) Badan hukum , perseroan , perserikatan , yayasan atau organisasi lain
tersebut maupun tidak berbadan hukum (( kelompok );
(b) Mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana atau yang
bertindak sebagai pemimpin ; atau
(c) Kedua-duanya .
Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup
Dalam Menanggulangi Kerugian Negara
Hukum berfungsi mengatur, juga berfungsi sebagai pemberikepastian, pengamanan, pelindung
dan penyeimbang, yang sifatnya dapat tidak sekedar adaptif, fleksibel, melainkan juga prediktif
dan antisipatif. Potensi hukum ini terletak pada duadimensi utama dari fungsi hukum yaitu fungsi
preventif dan fungsi represif.
Fungsi preventif yaitu fungsi pencegahan, yang dituangkandalam bentuk pengaturan pencegahan
yang pada dasarnyamerupakan disain dari setiap tindakan yang hendak dilakukanmasyarakat
yang meliputi seluruh aspek tindakan manusia, termasuk resiko dan pengaturan prediktif
terhadap bentukpenanggulangan resiko itu.
Fungsi represif adalah fungsipenanggulangan, yang dituangkan dalam bentuk
penyelesaiansengketa atau pemulihan terhadap kerusakan keadaan yang disebabkan oleh resiko
tindakan yang terlebih dahulu telahditetapkan dalam perencanaan tindakan itu.
CONTOH KASUS
pembalakan liar yang dilakukan oleh pengusaha kayu asal Medan Adelin Lis, telah
merugikankeuangan negara hampir sekitar Rp.227,02 trilyun,
sedangkankerusakan lingkungan dapat dilihat adanya penggundulan hutansecara
liar yang berlangsung dari tahun 1967 telahmengakibatkan kerusakan hutan di
Indonesia mencapai 1,8 jutahektar per tahunnya meskipun disisi yang lain
dapatmeningkatkan devisa negara. Di Sumatra total penurunan luaskawasan
hutan dari 23 juta ha menjadi 16 juta ha dimanaSumatra Selatan dan Jambi
tercatat sebagai wilayah yang tercepat penurunan luas hutannya. Di Kalimantan
total penurunan luas kawasan hutan dari 40 juta ha menjadi 30 jutaha, dimana
Kalimantan Timur memiliki tingkat konversi hutantertinggi. Sedangkan di
Sulawesi laju penurunan luas hutantergolong rendah, namun lebih karena
konversi hutan sudahdilakukan pada per¬tengahan tahun 1980-an. Dari 3 pulau
yaituSumatra, Kalimantan dan Sulawesi, dari kurang lebih 69 juta ha luas hutan,
saat ini hanya sekitar 57 juta ha. Artinya terjadipengurangan kawasan hutan lebih
dari 12 juta ha.
Kesimpulan

Upaya penegakan hukum pidana lingkungan dalam menanggulangi kerugian


negara, harus juga meliputi penegakan hukum dalam arti luas . Tentunya hal ini
membawa konsekuensi , bahwa upaya peningkatan kualitas pembangunan dan
penegakan hukum tidak semata-mata menjadi tanggung jawab para aparat
penegak hukum dan lembaga pengadilan , tetapi juga seyogyanya menjadi pusat
perhatian dan tanggung jawab semua aparat dan pemegang peran di seluruh
bidang kehidupan ( pemerintahan , politik , ekonomi , perdagangan , perbankan ,
pertahanan - keamanan dan sebagainya ) termasuk masyarakat .

Anda mungkin juga menyukai