Falsafah Ibadah Dalam Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

FALSAFAH IBADAH DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :


Mata Kuliah : Filsafat Hukum Islam
Dosen Pengampu : Sudirman Suparmin, Dr., Lc., M.A.

Disusun Oleh :

Kelompok 13

1. Muhammad Adril Shufi Waruwu (2006200354)


2. Teuku Hardia (2006200358)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA
T.A 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji syukur atas kehadirat


Allah SWT atas berkah nikmat rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Falsafah Ibadah Dalam Islam” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Filsafat


Hukum Islam. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Falsafah Ibadah Dalam Islam bagi para pembaca dan penulis.

Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada bapak Sudirman Suparmin,


Dr., Lc., M.A. selaku dosen Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Pemakalah menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian makalah ini ditulis lebih kurang mohon maaf.

Medan, Januari, 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumus Masalah

BAB II PEMBAHASAN

Falsafah Zakat dalam Hukum Islam

2.2 Falsafah Puasa dalam Hukum Islam

2.3 Falsafah Haji dalam Hukum Islam

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan untuk


menyembah Allah. Sebab, disembah maupun tidak disembah Allah tetaplah Allah.
Esensi ketuhanan-Nya tidak akan berkurang meskipun seluruh manusia dan yang
ada di jagad raya ini tidak menyembah-Nya. Ibadah merupakan upaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah.1

Ibadah merupakan istilah yang digunakan untuk mencakup segala perkara


yang disukai dan diridhoi oleh Allah, baik itu berbentuk perkataan, perbuatan.
Sedangkan ibadah dalam arti sebenarnya yaitu takut dan tunduk sesuai dengan
syarat yang di tentukan atau di tetapkan oleh agama. 2 Dalam Islam, ibadah harus
berpedoman atas apa yang Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam, yang dilandaskan pada Kitab yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa Kitab suci al-quran dan segala
perbuatan, dan perkataan, dan ketetapan Nabi atau sering kita sebut disebut al-
Hadits.3

Ibadah adalah aktifitas spiritual yang merupakan inti dari keyakinan dalam
beragama. Ibadah secara etimologi memiliki arti tunduk atau merendahkan diri.
Ibadah menurut syariat Islam mengandung banyak definisi, namun secara prinsip
memiliki makna dan maksudnya satu. Diantara definisi yang dapat dijelaskan
antara lain adalah; 1) Ibadah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dengan
melaksanakan perintah-Nya; 2) Ibadah adalah sikap dan perilaku merendahkan
diri kepada Allah sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, disertai rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi; 3) Ibadah merupakan keseluruhan yang

1
Hilmi Al-Khuli. 2007. Menyikap Rahasia Gerakan-Gerakan Shalat. Jogjakarta: Diva Press, hal
98.
2
Abidin Zaenal dan Ibnu Mas’ud. 2007. Fiqih Madzab Syafi’I Buku 1 Ibadah. Bandung: Pustaka
Setia, hal 20.
3
Yusuf Qardhawi. 2002. Konsep Ibadah Dalam Islam set ke-2. Bandung: Mizan, hal 14.

1
mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai Allah Swt, baik berupa ucapan
atau perbuatan, yang zahir maupun yang batin.

Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan ghairu
mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan penjalanan
syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Contoh ibadah mahdhah antara
lain sholat, zakat, puasa dan haji. Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah
ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam hubungannya dengan sesama
manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan ibadah
muamalah.

Sofyan Sauri mengatakan bahwa akidah, ibadah dan akhlak adalah


kesatuan yang padu dan tidak dapat dipisahkan. hal ini dikarenakan seseorang
dikatakan beriman dan beribadah dengan baik apabila dalam kesehariannya
melaksanakan syari’ah. Maka apabila ibadah telah dijalankan dengan baik akan
muncul perilaku yang baik.4

Ibadah adalah aspek terpenting dalam kehidupan manusia. di dalam ibadah


seseorang akan membangun pengharapan atas segala kelemahan yang ada pada
dirinya. Ibadah juga suatu bentuk pembelajaran yang menanamkan nilai
kedisiplinan. Aktifitas ibadah yang teratur oleh waktu, pada dasarnya adalah pola
menanamkan kedisiplinan. Bila nilai-nilai ini dapat ditanamkan sejak dini pada
usia kanak-kanak, maka akan membentuk karakter yang kuat. Pembiasaan
kedisiplinan beribadah pada anak secara alamiah akan melahirkan karakter
kemandirian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Falsafah Zakat dalam Islam?


2. Apa yang dimaksud Dengan Falsafah Puasa?
3. Bagaimana Falsafah Haji Menurut Falsafat Ibadah dalam Islam?

4
Sofyan Sauri. 2004. Pedidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta, hal 38.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Falsafah Zakat

1. Pengertian Zakat

Zakat adalah ibadah maliyah ijtima‟iyyah yang memiliki posisi yang


sangat penting, strategis dan menentukan baik dari sisi ajaran maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan ummat.5 Pernyataan itu mencerminkan zakat
tidak hanya sebagai ibadah mahdhah saja akan tetapi juga mengandung fungsi-
fungsi sosial.

Zakat merupakan rukun islam ketiga dan sebagai satu-satunya rukun


yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi illahiyah dan dimensi
insaniyah. Zakat berdimensi illahiyah adalah Allah memerintahkan kaum
muslim untuk berz akat dan jika seorang muslim mengamalkannya,
melakukannya, melaksanakannya maka kaum muslim akan mendapat pahala
sekaligus terhindar dari dosa. Akan tetapi dimensi insaniyah mengantarkan
zakat pada suatu lingkup kehidupan sosial masyarakat sebagai instrumen pelebur
ketidakadilan, disparitas (ketimpangan), kesenjangan.

Para ahli ilmu berpendapat bahwa zakat itu dinamakan zakat karena
didalamnya ada tazkiyah (penyucian) jiwa, harta dan masyarakat. Telah
diriwayatkan dari Rasulullah saw bersabda: “Harta tidak berkurang karena
shadaqah (zakat) dan shadaqah (zakat) tidak diterima dari penghianatan.” (HR.
Muslim).6 Menurut Undang-Undang No.38 tahun 1998 tentang pengelolaan zakat,
pengertian zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya.7 Sedangkan UU yang terbaru yaitu UU No. 23
Tahun 2011 dalam BAB I Pasal 1 menyebutkan bahwa zakat adalah harta yang

5
Karim, Adiwarman. 2003. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: IIIT Indonesia, hal 56.
6
Husein As-Syahatah. 2004. Akuntansi Zakat: Panduan Praktis Perhitungan Zakat Kontemporer.
Surabaya: Pustaka Progresif, hal 4.
7
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah, hal 345.

3
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.8

2. Macam-Macam Zakat

Zakat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu zakat fitrah yang


wajib dibayarkan pada bulan Ramadhan sampai sebelum shalat ‘Ied dan dan
zakat maal yang wajib dibayarkan ketika ketentuannya terpenuhi.

a. Zakat fitrah
Sesuai dengan nama, zakat ini bertujuan membersihkan jiwa
muslim. Zakat fitrah juga disebut zakat jiwa yaitu setiap jiwa/orang
yang beragama Islam harus memberikan harta berupa makanan pokok
pada yang berhak menerimanya, dan dikeluarkan pada Ramadhan
sampai sebelum shalat Idul Fitri bulan Syawal.9 Zakat Fitrah merupakan
salah satu bagian dari zakat, dimana kewajibannya dibebankan kepada
semua orang yang beragama Islam, baik yang baru lahir sampai yang
sakaratul maut. Jadi siapapun baik kaya, miskin, laki-laki maupun
perempuan, tua, muda maupun bayi, semuanya harus membayar zakat
fitrah. Tujuan membayar zakat fitrah yaitu untuk mensucikan setiap jiwa
seorang muslim pada setiap tahunnya.Ketentuan bagi orang yang wajib
membayar zakat fitrah (Muzaki) adalah :
1) Orang tersebut beragama Islam
2) Orang tersebut,ketika sebelum matahari terbit pada Hari
Raya Idul Fitri masih hidup (yang baru lahir maupun dalam
sakaratul maut)
3) Orang tersebut pada saat itu mampu menafkahi diri dan
keluarga
4) Orang yang tidak berada di bawah tanggung jawab orang
lain.10
b. Zakat maal
8
Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Departemen Agama. Jakarta.
9
Agus Thayyib Afifi dan Shabira Ika. 2010. Kekuatan Zakat Hidup Berkah Rezeki Melimpah.
Yogyakarta: Galangpress Center, hal 66.
10
Ibid, hal 69.

4
Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan atas harta benda yang

kita miliki.11 Zakat Maal juga disebut zakat harta yaitu kewajiban umat
Islam yang memiliki harta benda tertentu untuk diberikan kepada yang
berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya) dan dalam
jangka waktu tertentu (haul). Zakat Maal memang berbeda dengan
zakat fitrah. Zakat fitrah hanya diberikan dalam setahun sekali yaitu
sebelum salat Idul fitri dan dengan jumlah yang sama setiap jiwanya
yaitu satu sha‘ (setara dengan 2,5 kg) makanan pokok tetapi ketentuan
zakat maal berbeda-beda jumlahnya, antara satu benda dengan benda
yang lainnya.
Adapun tujuan dari pada zakat maal adalah untuk
membersihkan dan mensucikan harta benda mereka dari hak kaum
miskin diantara umat Islam. Dalam menentukan harta sebagai obyek
zakat, Al-Quran dan Hadis mengemukakan dua pendekatan yaitu tafsili
(terurai dan terinci) danijmali (global). Secara tafsili, dikemukakan
dalam Al-Quran dan Hadis beberapa jenis harta yang menjadi obyek
zakat yaitu zakat pertanian, seperti yang dikemukakan Al An’am
(6) : 141. Zakat emas dan perak, dikemukakan dalam At Taubah :
34-35 dan beberapa Hadis Nabi. Sektor ekonomi modern yang
berkembang dari waktu ke waktu jelas termasuk obyek zakat yang
sangat potensial.
Misal penghasilan yang didapat melalui keahlian, yang sering
disebut dengan zakat profesi, seperti profesi dokter, ahli bangunan,
dosen, pegawai, konsultan, pengacara, perancang pakaian dan lain
sebagainya, jelas termasuk obyek zakat. Perusahaan yang dikelola
sendiri dan bersama-sama dalam bentuk PT, CV, koperasi, pada akhir
tahun harus hitung zakatnya. Zakat dapat dikenakan pada
perusahaannya atau pada pemegang saham dari dividen yang dibagi
perusahaan. Peternakan ayam, itik, dan yang lainnya pada setiap akhir
tahun harus menghitung zakatnya dengan dianalogikan pada zakat
perdagangan. Demikian pula usaha sarang burung walet, anggrek,

11
Ibid

5
investasi properti dan sektor modern yang makin bervariasi, harus
dizakati, dengan analogi pada zakat pertanian/ perdagangan.

3. Filosifi Adanya Kewajiban Berzakat dalam Islam

Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena
zakat merupakan salah satu implementasi azas keadilan dalam sistem ekonomi
Islam. Apabila kita memahami kembali makna filosofis diwajibkannya zakat,
maka kita akan mengetahui bahwa sebenarnya zakat mengandung beberapa
aspek: aspek moral dan aspek ekonomi. Dalam bidang moral, zakat mengikis
habis ketamakan dan keserakahan si kaya. Dalam aspek sosial, zakat bertindak
sebagai alat khusus yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan
dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial
yang mereka miliki. Sedangkan pada aspek ekonomi, zakat mencegah
penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan
memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar
dan sangat berbahaya di tangan pemiliknya. Ia merupakan sumbangan wajib
kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.

Pengertian filosofis di sini yaitu sesuatu yang berhubungan dengan


filsafat, sedangkan filsafat yang dimaksud adalah ajaran hukum dan perilaku.
Memahami adanya kewajiban membayar zakat, kiranya dari sudut keadilan,
yang merupakan ciri utama ajaran (hukum) Islam dan anjuran dalam
berperilaku, adalah sangat tepat.

Adapun filosofi dari kewajiban berzakat dalam Islam yaitu:

a. Keyakinan Keagamaan
Orang yang membayar zakat merupakan salah satu manifestasi
dari keyakinan agamanya. Penerimaan zakat dari banyak orang oleh
Rasulullah dikatakan suatu ibadah mensucikan mereka dari kotoran
hartanya. Susungguhnya zakat dapat membantu mensucikan jiwa
manusia (dari sifat mementingkan diri sendiri, kikir dan cinta harta)

6
sehingga mampu membuka jalan untuk pertumbuhan dan kemajuan
(melalui pembelanjaan untuk orang lain).

b. Pemerataan dan Keadilan

Merupakan tujuan sosial zakat yaitu membagi kekayaan yang


diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia. Dari sisi
pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu

instrumen penting dalam pemerataan pendapatan.12 Hikmah yang


terkandung dalam perintah wajibnya menunaikan zakat dalam Islam,
yaitu:

1) Menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat


menunaikan kewajiban terhadap Allah dan terhadap makhluk
Allah.
2) Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta
mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan
membiasakan membayarkan amanat kepada orang yang berhak
dan berkepentingan.
3) Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas nikmat kekayaan
yang diberikan kepadanya.
4) Guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si
miskin dan yang susah.
5) Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai
antara si miskin dan si kaya. Rapatnya hubungan tersebut akan
membuahkan beberapa kebaikan dan kemajuan, serta berfaedah
bagi kedua golongan dan masyarakat umum.
c. Kebebasan

Zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas. Zakat merupakan


ibadah yang memiliki dimensi ganda, trasendental dan horizontal. Oleh
sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia,
terutama Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yng berkaitan

12
Sulaiman Rasjid. 2001. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Bandung: Sinar Baru
Algensindo, hal 217.

7
dengan Sang Khaliq maupun hubungan sosial kemasyarakatan di
antara manusia.

2.2 Falsafah Puasa

Kebanyakan umat Islam kini tidak memahami kewajipan puasa dalam arti
kata yang sebenar. Perlaksanaan ibadah ini tidak berlandaskan kepada
pengetahuan dan kefahaman yang mendalam. Puasa perlu dilihat dari sudut
falsafah dan konsep yang tepat berdasarkan kepada wahyu dan akal.

Berdasarkan Surah al-Baqarah: 183 -187, beberapa perkara perlu diambil


perhatian:
a. Puasa telah diwajibkan ke atas umat-umat terdahulu tetapi ahli kitab telah
mengubah dan menggantikan kewajiban tersebut. Bukan lagi di bulan
ramadhan (musim yang sangat panas) tetapi di musim semi (antara musim
panas dan musim dingin). Bilangan puasa juga ditambah kepada 50 hari
sebagai kaffarah kerana tidak menunaifcan pada waktu yang ditetapkan.
Puasa adalah media yang paling ampuh untuk membersihkan jiwa dan
ibadah yang paling efektif yang dapat mengekang hawa nafsu. Sebab
itulah puasa diwajib dan disyariatkan kepada seluruh umat beragama
sekalipun bagi mereka yang menyembah berhala. Puasa ini sudah dikenali
sejak zaman Mesir kuno. Selanjutnya mduas sampai ke zaman Yunani dan
Romawi. Penganut Hindu juga tetap melakukan ibadah puasa hingga ke
saat ini.
b. Puasa dapat menumbuhkan rasa taqwa. Ini menunjukkan betapa besarnya
faedah puasa dan hikmahnya yang sangat tinggi. Puasa juga membiasakan
jiwa manusia supaya meninggalkan keinginan-keingtnan nafsu yang
diharuskan demi melaksanakan perintah Allah dan mengharapkan pahala
dari padanya. Jiwa yang bertaqwa ini akan mudah untuk meninggalkan
perkara-perkara yang haram terutama dalam mematahkan syahwat perut
dan kemaluan. Ini disebabkan manusia sentiasa dipengaruhi hidupnya oleh
dua faktor ini, yaitu perut dan kemaluannya.

8
Puasa mempunyai kelebihan-kelebihannya terutamanya terhadap
pembentukan akhlak. Puasa itu perisai atau pengawal, sebab itu orang yang
berpuasa ditegah dari bercakap kotor (al-rafath) dan tidak boleh melakukan
perbuatan-perbuatan orang jahil (yajhal), bertengkar atau pun melolong (yashab).

Puasa yang sebenar bukan sahaja perlu bersusah payah mengawal nafsu
makan, minum dan seks tetapi hendaklah melewati apa sahaja yang ditegah oleh
syarak seperti zina, persetubuhan di siang hari antara suami isteri, berbohong,
menipu dan sebagainya.

Dengan puasa, mental kita teriatih dalam menghadapi godaan nafsu


syahwat yang diharamkan dan kita dapat menahan dni untuk tidak melakukannya.
Di dalam hadis sahih ada menyatakan: “Puasa itu adalah scbahagian daripada
sabar”. Seterusnya kita dapat mengetahui bahwa Allah mewajibkan puasa ini
adalah untuk kemaslahatan kita.
Imam al-Qurtubi menjelaskan sebagaimana yang dipetik oleh Ibn Hajar:
Di waktu seseorang itu berpuasa, ditegah dia dari bercakap kotor, melakukan
perbuatan-perbuatan orang jahil, bertengkar dan melolong. Ini bukanlah berarti di
hari yang lain dari berpuasa, seseorang itu boleh melakukan perbuatan-perbuatan
atau perkataan-perkataan itu.

2.3 Falsafah Haji

1. Pengertian Haji

Ibadah haji merupakan ibadah yang sangat unik, biaya begitu besar dan
resiko tidak ringan, tenaga yang dikeluarkan juga memerlukan persiapan yang
besar, walaupun demikian jumlah yang menginginkan berangkat haji jauh
melebihi kuota. Berapa banyak orang yang menjual rumah maupun tanahnya
untuk berangkat haji. Maka sudah sewajarnya kalau diperkirakan bahwa faidah di
balik ibadah haji lebih besar dari segala pengorbanan tersebut. Hal ini dirasakan
oleh ribuan bahkan jutaan manusia yang pernah melakukan haji, hanya kuat dan
lemahnya nilai yang mereka dapatkan berbeda antara satu sama yang lainnya.

9
Haji adalah rukun Islam yang kelima. Perlaksanaannya bergantung pada
beberapa syarat. Yang utamanya ialah berkuasa atau tidak dalam konteks
kewangan, kesihatan dan kekeluargaan. Jika ini semua boleh diatasi maka
seseorang itu sudah wajib untuk menunaikannya. Apakah sebabnya dikhaskan
suatu tempat untuk penyempurnaannya. Sekurang-kurangnya ada dua unsur yang
fundamental mendasari penentuan ini : (a) usaha-usaha untuk menyedarkan diri
manusia tentang nilai-nilai sejarah yang telah dilalui oleh para Rasul dan Anbiya
dahulu. (b) membentuk persaudaraan atau perkenalan global antara sesama umat
Islam di mana semua jenis bangsa bersatu atas satu niat dan objektif, di satu lokasi
geografi yang ditentukan oleh syariat. Umat Islam diajar untuk merasai sendiri
penderitaan dan kepayahan hidup yang telah dialami oleh para Rasul dan Anbiya‟
dahulu. Pendidikan ini boleh memperbaiki kualiti keislaman mereka.

2. Nilai Nilai Manasik Haji


a. Ihram

Ihram berasal dari kata ahrama-yuhrimu-ihraman; yang berarti masuk pada


wilayah atau waktu yang dimuliakan atau masuk wilayah yang diharamkan yang
tadinya halal seperti minyak wangi, atau bercumbu pada istri. Ihram adalah rukun
pertama yang dilakukan oleh jamaah haji, yaitu niat memasuki ibadah haji dan
umrah, yang dengan itu ia memasuki ibadah yang mulia dan haram bagi dia
melakukan beberapa hal yang merusak ihramnya.

Diharapkan dengan ibadah ihram mendapatkan kemerdekaan dari segala


ketergantungan.dunia dan hanya tergantung kepada Allah. Karena orang yang
dekat dengan Allah akan semakin menikmati hidupnya. Dengan keyakinannya
bahwa materi bukan andalan tapi sarana. Materi dinamakan materi karena ada
batasnya maka orang yang mengandalkannya akan mendapatkan kebuntuan
solusi. Adapun orang yang mengandalkan Allah tidak ada kebuntuannya karena
Dia yang Maha Mutlak.

10
b. Talbiyah

Talbiyah merupakan satu dari inti ibadah haji, talbiyah dengan lisan, hati
maupun perbuatan. Talbiyah disunahkan untuk diulang-ulangi terus selama ibadah
haji dan umrah dalam keadaan ihram. Rasulullah mengatakan bahwa ibadah haji
yang terbaik adalah yang banyak mengucapkan talbiyah dan menyembelih
qurban.

Kata talbiyah, diambil dari labba-yulabbi, artinya merespon panggilan.


Kata labbaik adalah sebuah jawaban seorang yang diundang, diajak, atau
diperintah dalam kondisi siap siaga menjalankan perintah, dengan pakaian yang
siap menyambut undangan. Labbaika berarti siap menyambut perintah dan
menjalankannya tanpa diskusi dan penentangan. Labbaika hanya diberikan jika
diyakini bahwa perintah dan panggilan datang dari Dzat yang pantas memanggil,
apalagi Allah SWT yang tidak membutuhkan kita dan kitalah yang tergantung
kepada-Nya. Dzat yang tidak ada kepentingan-Nya kepada kita. Maka jawaban
seorang mukmin jika dipanggil Allah adalah sami'na wa atha'na, aku dengar dan
aku taat. Bukan sami'na wa 'ashaina, kami dengar dan kami maksiat, dan bukan
sami'na dan pikirpikir dulu.

c. Thawaf

Thawaf adalah rukun yang sangat penting dalam umrah dan haji, sangat
disunnahkan untuk dilakukan berulang-ulang, terutama setiap kali masuk masjid.
Thawaf dari akar kata thafa-yathufu, yang berarti mengitari atau mengelilingi.
Yang dimaksudkan thawaf adalah mengelilingi kakbah dimulai dari hajar aswad
sampai tujuh kali dengan niat ibadah kepada Allah. Thawaf memberikan pelajaran
bahwa hendaklah seorang beriman berthawaf dengan hati mengikuti orbit ridha
Allah, sebagaimana seluruh alam berkeliling mengelilingi orbit yang telah
ditentukan Allah. Thawaf mengajarkan bahwa Allahlah sebagai tujuan hidup,
ridha, dan cinta-Nya.

11
d. Sa’i

Sa'i berasal dari kata sa'a-yas'a yang berarti usaha atau lari. Yang
dimaksudkan adalah berjalan atau lari dari Shafa menuju Marwa tujuh kali
putaran. Sa'i dilakukan setelah melakukan thawaf. Sa'i memiliki pelajaran yang
sangat banyak, di antaranya keyakinan bahwa sebuah orientasi hidup harus
direalisasikan dengan usaha keras. Kalau dalam masalah duniawi semua
memahami bahwa segala keberhasilan dicapai dengan usaha keras maka demikian
pula dengan idealis iman. Perjuangan untuk melakukan islamisasi kehidupan,
untuk keberhasilan dunia dan kebahagiaan akhirat sangat memerlukan usaha keras
pula.

e. Wukuf di Arafah

Wukuf berasal dari kata waqafa-yaqifu-wuquufan yang berarti berhenti.


Adapun 'arafah dari kata 'arafa yang berarti mengetahui. Wukuf adalah
keberadaan jamaah haji di padang Arafah untuk ibadah haji. Wukuf dari sisi
ibadah dhahir adalah berhentinya jamaah haji, atau menahan diri di padang Arafah
mulai dari tergelincir matahari sampai terbenam, untuk berdoa, berdzikir kepada
Allah SWT. Wukuf merupakan klimaks ibadah haji sebagaimana hadits Nabi:
"Alhaj 'arafah." Yang artinya 'haji itu Arafah.' Ada dua pelajaran yang besar dari
ibadah wukuf. Pertama, kata wukuf sendiri yang berarti berhenti, mengisyaratkan
berhentinya manusia pada waktu kiamat di padang Mahsyar dengan tidak
membawa apa-apa, dan tidak berguna harta dan anak kecuali yang datang kepada
Allah dengan hati yang bersih. Pada waktu wukuf di padang Arafah, jamaah haji
hanya memakai pakaian ihram seperti ketika meninggal dengan dikafani dua
lembar kain. Harapan ketika wukuf hanya satu, yaitu diterima hajinya, diampuni
dosanya, dikabulkan doanya di sisi Allah.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zakat adalah ibadah maliyah ijtima‟iyyah yang memiliki posisi yang


sangat penting, strategis dan menentukan baik dari sisi ajaran maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan ummat. Para ahli ilmu berpendapat bahwa zakat itu
dinamakan zakat karena didalamnya ada tazkiyah (penyucian) jiwa, harta dan
masyarakat.

Puasa mempunyai kelebihan-kelebihannya terutamanya terhadap


pembentukan akhlak. Puasa itu perisai atau pengawal, sebab itu orang yang
berpuasa ditegah dari bercakap kotor (al-rafath) dan tidak boleh melakukan
perbuatan-perbuatan orang jahil (yajhal), bertengkar atau pun melolong (yashab).

Haji adalah rukun Islam yang kelima. Perlaksanaannya bergantung pada


beberapa syarat. Yang utamanya ialah berkuasa atau tidak dalam konteks
kewangan, kesihatan dan kekeluargaan. Jika ini semua boleh diatasi maka
seseorang itu sudah wajib untuk menunaikannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khuli, H. (2007). Menyikap Rahasia Gerakan-Gerakan Shalat. Yogyakarta:


Diva Press.
As-Syahatah, H. (2004). Akuntansi Zakat: Panduan Praktis Perhitungan Zakat
Kontemporer. Surabaya: Pustaka Progresif.

Ika, A. T. (2010). Kekuatan Zakat Hidup Berkah Rezeki Melimpah. Yogyakarta:


Galangpress Center.

Karim, A. (2003). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: IIIT Indonesia.

Mardani. (n.d.). Fiqh Ekonomi Syariah. 345.

Mas’ud, A. Z. (2007). Fiqih Madzab Syafi’I Buku 1 Ibadah. Bandung: Pustaka


Setia.

Qardhawi, Y. (2002). Konsep Ibadah Dalam Islam set ke-2. Bandung: Mirzan.

Rasjid, S. (2001). Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sauri, S. (2004). Pedidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta.

14

Anda mungkin juga menyukai