Hakikat Ibadah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ISLAM DAN IBADAH

Dosen Pengampu
DR. H. SUHAYIB, M.Ag

Disusun Oleh

Kelompok 4
1. DESI ANDRIANI
2. NAJWA DIVA SHANDIKA
3. NAZWA ALHAURA
4. RATU DIVA OLIVIA
5. SHAFA FAUZZIYAH DANYTA
6. VIOLA SALSABILLA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PRODI KRIMINOLOGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
hingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kami semua
untuk menikmati segala karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Islam dan Ibadah “.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri penyusun tentang
Islam dan Ibadah. Demi kesempurnaannya, penyusun mengharapkan saran dan
masukan dari berbagai pihak.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah mendukung hingga terselesaikan makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang
membacanya.

Pekanbaru, Oktober 2023


Tertanda

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Hakikat Ibadah .......................................................................................... 3
B. Pengaruh Ibadah dalam Diri dan Kehidupan ............................................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10


A. Kesimpulan ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam rangka
pengabdian atau kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam tidak hanya
terbatas pada hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan juga terdapat
hubungan antara manusia dengan manusia lainnya serta antara manusia dengan
alam (Razak, 1993: 18).
Ibadah merupakan kewajiban utama manusia terhadap Allah SWT,
terutama yang ada pada rukun Islam diantaranya perkara shalat. Mengajarkan
anak tertib dan khusyu untuk menjalankan ibadah dengan cara memberikan
contoh kepada anaknya, apabila orangtua membiasakan tertib beribadah di rumah
maka anak secara tidak langsung juga akan menirukan kebiasaan tersebut, dan
apabila anak susah diajak untuk menjalankan ibadah maka cara yang harus
dilakukan orangtua adalah dengan mengajak anak langsung dalam kegiatan
beribadah.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia tidak semata-mata terlepas
begitu saja tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan yang seharusnya di
jalankan oleh manusia. Di dalam hubungannya dengan kehidupan, tidak lain
untuk berserah diri kepada Allah SWT, tentunya manusia harus menjalankan
segala perintah-perintah-Nya dengan sebaik mungkin yang sesuai anjuran yang
sudah ditetapkan oleh Allah SWT didalam aturan agama Islam. Shalat merupakan
salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh kaum muslimin baik
sendirian, maupun dilaksanakan dengan cara berjama‟ah, baik dikerjakan didalam
rumah ataupun didalam masjid atau mushola. Dalam pandangan Islam, shalat
merupakan ibadah yang paling istimewa, unik bisa dibandingkan dengan ibadah-
ibadah lainnya (H. Falahudin, Nurjamudin, 2007). Dikuatkan oleh hadits
bahwasanya sholat menjadi ibadah yang pertama kali diperhitungkan diakhirat
dan juga sekaligus menjadi barometer dalam perhitungan amal perbuatan manusia
(HR. At-Tirmidzi: 378, An-Nasa‟i 461).

1
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Hakikat ibadah?
b. Bagaimana Pengaruh ibadah dalam diri dan kehidupan?

C. Tujuan Penulisan
a. Memahami Bagaimana Hakikat ibadah
b. Memahami Bagaimana Pengaruh ibadah dalam diri dan kehidupan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Ibadah
1) Konsep ibadah
Ibadah diambil dari bahasa Arab `abdun‟ yang artinya adalah menyembah.
Dari segi istilah agama Islam pula ialah tindakan, menurut, mengikut dan
mengikat diri dengan sepenuhnya kepada segala perkara yang disyariatkan oleh
Allah dan diserukan oleh para Rasul-Nya, sama ada ia berbentuk suruhan atau
larangan.
Konsep ibadah memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek
kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik
utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran agama terletak pada
pengabdian seorang hamba pada Tuhannya.
2) Ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka menjalin
hubungan yang baik antara hamba dan Allah SWT. Kaidah ibadah mahdoh
menyatakan bahwa seluruh ibadah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang
memgharamkannnya. Pada jenis ibadah ini diharamkan
melakukan kreativitas karena ibadah ini hanya Allah yang memiliki otoritas
penuh dalam memberikan perintah dan mengatur tatacaranya. Manusia tidak
punya pilihan lain kecuali tunduk dan patuh pada ketetapan hukum yang telah
diatur secara terperinci.
Ibadah mahdhah memiliki 4 prinsip yaitu :
1. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah
2. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw
3. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)
4. Azasnya “taat”
Ibadah ghairu mahdhoh adalah ibadah yang dilakukan dalam hubungan
antara manusia dengan manusia lainya. Maka pengertian ibadah ini berlakunya
kaidah muamalah yang memyatakan bahwa seluruh ibadah muamalah pada

3
asalnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya.dengan cemikian dalam
masalah ibadah ini terbuka peluang akal untuk melakukan kreativitas dalam
menetapkan suatu hukum. Amal ibadah ghairah mahdhoh ini yang memiliki
korelasi langsung antara amal shaleh dalam bermuamalah dengan keimanan
seorang . Keimanan yang kuat tentu mendorong manusia untuk bergairah
melaksanakan perintah-Nya.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini :
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul
c. Bersifat rasional
d. Azasnya “Manfaat”
3) Fungsi dan hikmah ibadah
Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut
untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya
keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga
pada amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan
menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal
yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam
Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama
manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT
dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun
sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam :
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik
Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan
segala bentuk syirik.

4
2. Memiliki ketakwaan
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan
manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT.
Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah
dorongan untuk beribadah kepada Nya.
3. Terhindar dari kemaksiatan.
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi
tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa
dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah
baju yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman
langsung dari ibadah yang dikerjakannya.
5. Tidak kikir
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi
milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan
umat. Hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa
miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk
keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan
dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.

4) Makna spiritual ibadah dalam kehidupan sosial


Di dalam setiap ibadah yang kita kerjakan harus bisa menyentuh dan
memasuki dimensi spritual. Dimensi spiritual itu tidak lain adalah ihsan, “An
ta‟buda Allah ka annaka tarahu wain lam yakun tarahu fainnahu yaraka. Kita
beribadah kepada-Nya seakan kita melihat-Nya, apabila kita tidak melihat-Nya
maka sesungguhnya Dia melihat kita”. Dalam beribadah kita akan merasa kerdil
jika dibandingkan Sang Pencipta, hal tersebut dimaksudkan agar kita selalu ingat
kepada Allah yang telah menciptakan bumi dan seisinya.

5
B. Pengaruh Ibadah dalam Diri dan Kehidupan
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin banyak ibadahnya,
maka akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu menghadapi
kekecewaan dan kesukaran dalam hidup dan sebaliknya. Dan semakin jauh
seseorang dari agama, akan semakin sulit baginya untuk memperoleh ketentraman
hidup.
Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini kami akan sampaikan beberapa
poin penting yang menunjukkan besarnya pengaruh positif ibadah dan amal
shaleh yang dilaksanakan seorang muslim dalam hidupnya.
1- Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat
Allah Ta‟ala berfirman,

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan” (QS. an-Nahl:97).
Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam ayat
di atas dengan “kebahagiaan (hidup)” atau “rezki yang halal dan baik” dan
kebaikan-kebaikan lainnya yang mencakup semua kesenangan hidup yang
hakiki[8].
Sebagaimana orang yang berpaling dari petunjuk Allah dan tidak mengisi
hidupnya dengan beribadah kepada-Nya, maka Allah Ta‟ala akan menjadikan
sengsara hidupnya di dunia dan akhirat. Allah Ta‟ala berfirman,

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya


baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta” (QS Thaaha:124)[9].

6
2- Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua masalah
dan kesulitan yang dihadapi
Allah Ta‟ala berfirman,

َّْ ْْ‫{ َو َمهْْيَتَّك‬


}‫ْ َويَرزلًْْمهْْ َحيثْْالْيَحتَسب‬.ً‫ّللاَْيَج َعمْْنًَْْ َمخ َرجب‬
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan
baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya
rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. ath-Thalaaq:2-3).
Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan
menegakkan semua amal ibadah yang wajib dan sunnah (anjuran), serta menjauhi
semua perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta‟ala[10].
Dalam ayat berikutnya Allah berfirman,

}ً‫ّللاَْيَج َعمْْنًَْْمهْْأَمريْْيسرا‬
َّْ ْْ‫{ َو َمهْْيَتَّك‬
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq:4). Artinya: Allah akan
meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya
jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya).
3- Penjagaan dan taufik dari Allah Ta’ala
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda kepada Abdullah bin Abbas

ْ ))‫ْاحفظّْللاْتجديْتجبٌك‬،‫((احفظّْللاْيحفظك‬
“Jagalah (batasan-batasan/syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah
(batasan-batasan/syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu“.
Makna “menjaga (batasan-batasan/syariat) Allah” adalah menunaikan hak-hak-
Nya dengan selalu beribadah kepadanya, serta menjalankan semua perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Dan makna “kamu akan mendapati-Nya
dihadapanmu“: Dia akan selalu bersamamu dengan selalu memberi pertolongan
dan taufik-Nya kepadamu.
Keutamaan yang agung ini hanyalah Allah Ta‟ala peruntukkan bagi orang-orang
yang mendapatkan predikat sebagai wali (kekasih) Allah Ta‟ala, yang itu mereka
dapatkan dengan selalu melaksanakan dan menyempurnakan ibadah kepada Allah
Ta‟ala, baik ibadah yang wajib maupun sunnah (anjuran). Dalam sebuah

7
hadits qudsi yang shahih, Allah Ta‟ala berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi
wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah menyatakan perang (pemusuhan)
terhadapanya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan
suatu (ibadah) yang lebih Aku cintai dari pada (ibadah) yang Aku wajibkan
kepadanya, dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan
(ibadah-ibadah) yang sunnah (anjuran/tidak wajib) sehingga Akupun
mencintainya…“.
4- Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan
iman
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

“Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah


Ta’ala sebagai Rabbnya dan islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulnya“[16].
Imam an-Nawawi – semoga Allah Ta‟ala merahmatinya – ketika menjelaskan
hadits di atas, berkata, “Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah
Ta‟ala, dan tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan
ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh)
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi bahwa barangsiapa
yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam
hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut
(secara nyata)”.
Sifat inilah yang dimiliki oleh para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam, yang semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah Ta‟ala, kemudian
karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan
kepada Allah Ta‟ala. Allah Ta‟ala berfirman,

َْ ‫بن ْ َو َزيَّىًَْ ْفي ْلهوبكْمْ ْ َو َك َّر ْيَ ْإنَيكمْ ْانكف َْر ْ َوانفسو‬
ْ‫ق‬ َْ ‫َّب ْإنَيكمْ ْاْلي َم‬ َّْ ْ ‫ه‬
َْ ‫ّللاَ ْ َحب‬ َّْ ‫{ونَك‬
َ
}‫ون‬ َْ ‫بنْأونَئ‬
َ ‫كٌْمْْانرَّاشد‬ َْ َ‫َوانعصي‬
“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu

8
benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-
orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).
5- Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama
Allah
Allah Ta‟ala berfirman,

َّْ ْ ُّْ‫يه ْآ َمىوا ْبْبنمَولْ ْانثَّببتْ ْفي ْان َحيَبةْ ْان ُّدويَب ْ َوفي ْاْلخ َرةْ ْ َويضم‬
ْ‫ّللا‬ َْ ‫ّللا ْانَّذ‬
َّْ ْ ْ‫{يثَبِّت‬
َّْ ْْ‫يهْ َويَف َعم‬
}‫ّللاْ َمبْيَ َشبء‬ َْ ‫انظَّبنم‬
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang
teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-
orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS Ibrahim:27).
Ketika menafsirkan ayat ini Imam Qatadah berkata, “Adapun dalam kehidupan
dunia, Allah meneguhkan iman mereka dengan perbuatan baik (ibadah) dan amal
shaleh (yang mereka kerjakan)”.
Fungsi ibadah dalam meneguhkan keimanan sangat jelas sekali, karena seorang
muslim yang merasakan kemanisan dan kenikmatan iman dengan ketekunannya
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka setelah itu – dengan taufik
dari Allah Ta‟ala – dia tidak akan mau berpaling dari keimanan tersebut meskipun
dia harus menghadapi berbagai cobaan dan penderitaan dalam
mempertahankannya, bahkan semua cobaan tersebut menjadi ringan baginya.
Gambaran inilah yang terjadi pada para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam dalam keteguhan mereka sewaktu mempertahankan keimanan mereka
menghadapi permusuhan dan penindasan dari orang-orang kafir Quraisy, di masa
awal Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mendakwahkan Islam. Sebagaimana
yang disebutkan dalam kisah dialog antara Abu Sufyan dan raja Romawi Hiraql,
yang kisah ini dibenarkan oleh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Di antara
pertanyaan yang diajukan oleh Hiraql kepada Abu Sufyan waktu itu, “Apakah ada
di antara pengikut (sahabat) Nabi itu (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam) yang murtad (meninggalkan) agamanya karena dia membenci agama
tersebut setelah dia memeluknya?” Maka Abu Sufyan menjawab, “Tidak ada“.
Kemudian Hiraql berkata, “Memang demikian (keadaan) iman ketika kemanisan
iman itu telah masuk dan menyatu ke dalam hati manusia“.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibadah diambil dari bahasa Arab `abdun‟ yang artinya adalah menyembah.
Dari segi istilah agama Islam pula ialah tindakan, menurut, mengikut dan
mengikat diri dengan sepenuhnya kepada segala perkara yang disyariatkan oleh
Allah dan diserukan oleh para Rasul-Nya, sama ada ia berbentuk suruhan atau
larangan.
Konsep ibadah memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek
kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik
utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran agama terletak pada
pengabdian seorang hamba pada Tuhannya.
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin banyak ibadahnya,
maka akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu menghadapi
kekecewaan dan kesukaran dalam hidup dan sebaliknya. Dan semakin jauh
seseorang dari agama, akan semakin sulit baginya untuk memperoleh ketentraman
hidup.
Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini kami akan sampaikan
beberapa poin penting yang menunjukkan besarnya pengaruh positif ibadah dan
amal shaleh yang dilaksanakan seorang muslim dalam hidupnya.
a. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan
akhirat
b. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua
masalah dan kesulitan yang dihadapi
c. Penjagaan dan taufik dari Allah Ta’ala
d. Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda
kesempurnaan iman
e. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan
agama Allah

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31926217/HAKIKAT_IBADAH
https://muslim.or.id/3117-pengaruh-ibadah-bagi-seorang-muslim.html

11

Anda mungkin juga menyukai