Fety Fathimah - Fkik
Fety Fathimah - Fkik
Fety Fathimah - Fkik
Skripsi
FETY FATHIMAH
108101000020
NUTRITION DEPARTMENT
PERSONAL DATA
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Jakarta Timur
PENDIDIKAN FORMAL
KATA PENGANTAR
Haturan puji serta syukur tak habis tercurah kepada Rabb Semesta Alam, Allah
SWT, dengan kasih dan sayang-Nya mencurahkan ilmu, kekuatan serta kesabaran
sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Allahumma Sholli „ala sayyidinaa
Muhammad.
Skripsi berjudul “Gambaran Perilaku Orang Tua/Pengasuh Dalam Memberikan
Makanan Bergizi Kepada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Di Yayasan
Tegak Tegar Wilayah Jakarta Timur Tahun 2013” dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Diatas ketidaksempurnaan penulis sebagai manusia, penulis menyadari banyak
pihak yang mendoakan, mendukung, memotivasi dan membantu terselesaikannya skripsi
ini. Untuk itu haturan terima kasih ingin penulis ucapkan kepada:
1. Mamah dan Apah tersayang, terkasih, tercinta yang selalu melantunkan doa untuk
anak-anaknya dalam setiap simpuhnya. Terima kasih atas kesabarannya,
dukungannya, nasihatnya, dan segalanya.
2. Teteh, Aa, Uvi, Ade, Abang atas dukungan, doa dan kontrolingnya. My little
monster: Kaisah, Afiqah, Zabir untuk hiburan pelepas penat.
3. Bapak Prof. Dr. dr. M. K Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
4. Ibu Febrianti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masayarakat UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta
5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA, selaku pembimbing yang memberikan banyak
masukan dan motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, yang juga banyak membimbing, mendukung, dan
memotivasi saya untuk tidak kembali „menghilang‟.
7. Ibu Minsarnawati, terima kasih untuk pelukan hangat dan dukungannya.
8. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syaruf Hidayatullah
Jakarta untuk perjuangan membagi ilmunya yang sangat berharga.
9. Mba yanti, mba udur, mba jimmy untuk komunikasi dan persaudaraan yang baru
dan baik.
10. Sahabat setia: Oki Namiral, kaka eva terima kasih banyak untuk support, curhatan,
dukungan semua-semuanya dan ngga pernah bosennyanya.
11. Uni Reni dan Uda Fajri untuk tumpangan kos-nya, mba mega, mas ansor untuk
pecutannya, mas ryan untuk laptop dan kemudahan akses inetnya, Dina Isnanda
untuk printer, support, dan jalan-jalannya.
viii
12. Mba Fit, Erni, ka takim untuk bimbingannya, Titi, Iin, Dita, Falih, Inggar, semua
temen-temen Kesmas 2008 dan temen-temen PAMI yang turut mendoakan, kasih
masukan dan mencoba membantu selama pengerjaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih kurang dari
sempurna, sehingga sangat diharapkan saran dan masukannya untuk hasil yang lebih
baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
HIV
xiv
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 Verbatim
PENDAHULUAN
karena mempunyai Case Fatality Rate 100% dalam waktu 5 – 20 tahun, artinya
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), pada laporan triwulan hingga bulan Juli
2012 kasus AIDS sebesar 5,2% kasus terjadi pada anak usia 0 – 14 tahun.
Kasus HIV/AIDS pada anak tidak bisa dianggap remeh karena menurut
Saloojee dan Violari (2001), terdapat perbedaan perjalanan penyakit pada anak
dan dewasa. Progresifitas penyakit HIV pada anak lebih cepat dibandingkan
dengan orang dewasa. Menurut Tindyebwa, dkk (2011), lebih dari 280.000 anak
dengan usia kurang dari 15 tahun meninggal karena AIDS pada tahun 2008.
peneliti kepada sepuluh anak yang terinfeksi HIV, kesepuluh anak tersebut
1
2
memiliki konsumsi energi yang kurang dari yang dianjurkan. Melihat hal tersebut,
perlu kiranya melihat bagaimana perilaku orang tua/ pengasuh dalam memberikan
makanan kepada anak yang terinfeksi HIV. Kurangnya asupan gizi yang terjadi
pada anak dengan HIV/AIDS tidak lepas dari perilaku pemberian makan atau pola
makan orang tua dan keluarga. Menurut Almatsier (2011), orang tua/ pengasuh/
makanan yang hendak dimakan, serta kandungan zat gizi dari makanan yang
ditawarkan.
terjadi suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
Gibney dkk (2009), salah satu teori yang telah digunakan secara luas dalam
terhadap perilaku yang bukan dibawah kendali atau keinginan inidividu sendiri
(Achmat, 2010). Salah satu penelitian di bidang kesehatan yang didasarkan pada
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan oleh Farhatun
(2012). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa persepsi atas kontrol perilaku
lainnya.
3
lain kelompok remaja, agama, wanita, profesi, ODHA yang biasanya sulit
terjangkau oleh pemerintah. Salah satu LSM yang mendampingi anak terinfeksi
salah satu wilayah yang menjadi cakupan pendampingan Yayasan Tegak Tegar.
Tercatat 17 anak terinfeksi HIV yang berdomisili di wilayah Jakarta Timur yang
dapat dilihat bahwa Jakarta Timur memiliki jumlah kasus HIV terbesar kedua
diantara 5 wilayah Jakarta lainnya dengan 417 kasus HIV. Jakarta Timur juga
daerah yang memiliki layanan konseling dan tes HIV terbanyak diantara 5
wilayah Jakarta lainnya dengan jumlah 13 tempat pelayanannya yang terdiri dari
kasus HIV-AIDS pada anak tidak bisa diremehkan karena keadaan kurang gizi
memerlukan asupan lebih dari anak yang tidak terinfeksi. Keterpenuhan asupan
makan ini tidak lepas dari pengaruh orang tua/pengasuh. Berdasarkan hal
4
kepada anak terinfeksi HIV. Untuk mengetahui latar belakang perilaku orang
Pada anak terinfeksi HIV, kehilangan berat badan dan keadaan kurang gizi
Salah satu faktor yang mempengaruhi keterpenuhan gizi anak adalah perilaku
sepuluh anak terinfeksi HIVyang menjadi sampel memiliki asupan gizi yang
kurang dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Oleh karena itu, peneliti
perilaku orang tua/ pengasuh dalam memberikan makan kepada anak dengan HIV
HIV?
HIV ?
terinfeksi HIV ?
HIV ?
tua/ pengasuh kepada anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar wilayah
terinfeksi HIV.
terinfeksi HIV.
6
terinfeksi HIV.
wawancara mendalam serta observasi pada orang tua/ pengasuh yang mempunyai
sesuai dengan theory of planned behavior serta food recall 24 jam dan pedoman
observasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
informasi genetik sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat
8
9
gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Penderita infeksi HIV
tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan
virus HIV atau tes darah yang menunjukan jumlah CD4 < 200/mm3 (Depkes,
2006). Berdasarkan pedoman terapi ARV tahun 2011, ODHA tanpa gejala
Orang dengan HIV akan mengalami fase dimana tidak ada gejala
penyakit dan penderita tampak sehat sehingga dapat melakukan aktivitas fisik
secara normal namun dapat menularkan virus kepada orang lain. Fase ini
disebut fase asimtomatik. Setelah melalui fase tanpa gejala, memasuki fase
stadium AIDS. Fase simtomatik ini rata- rata berlangsung selama 1,3 tahun
jarang ditemukan dan lebih mudah diatasi sehingga menekan morbiditas dan
Kasus AIDS pada anak pertama kali dilaporkan ke Center for Disease
Control and Prevention (CDC) pada tahun 1982. Dilaporkan hampir 9.000 anak
dengan usia di bawah 13 tahun menderita AIDS dan 5.000 anak kurang dari 15
tahun meninggal karena AIDS. Sebesar 91% kasus AIDS pada anak disebabkan
oleh perinatal transmission dan hampir menjadi penyebab terjadinya kasus baru
HIV pada anak (King, dkk, 2004). Presentase penularan HIV dari ibu ke bayi
cukup besar yaitu 25 – 45%. Selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian
(Hasnawaty, 2011).
dewasa. Anak dengan HIV memiliki progresivitas penyakit HIV lebih cepat
dibandingkan orang dewasa, anak juga memiliki jumlah virus lebih banyak
sebagai penyakit primer dengan perjalanan penyakit yang lebih agresif karena
penting bagi anak HIV untuk mempertahankan kondisi tubuh mereka dari
Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan
ketika masih berstatus bayi. Di tahun pertama kehidupan, panjang bayi bertambah
50%, tetapi tidak berlipat setelah usia bertambah sampai 4 tahun (Arisman, 2009).
Kondisi yang khas dan permasalahan pada anak usia 3-5 tahun adalah anak
mulai ingin mandiri. Dalam hal makanan pun anak usia ini bersifat sebagai
konsumen aktif. Artinya, mereka dapat memilih dan menentukan sendiri makanan
yang ingin dikonsumsi. Pada usia ini kerap terjadi anak menolak makanan
bermain juga kadang membuat anak menunda waktu makan. Jika orang tua tidak
memperhatikan, bisa saja anak baru minta makan menjelang waktu tidur saat ia
telah lelah beraktivitas seharian dan baru merasa lapar. Padahal, usia balita cukup
perkembangan fisik dan mental anak diusia remaja dan ketika dewasa (Kurniasih,
Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini anak hanya mau makan
aktivitas di luar rumah lebih banyak. Seperti sekolah, bermain, olah raga, dan lain
sebagainya sehingga anak memerlukan energi lebih banyak. Waktu yang lebih
bahkan terhadap pola makannya. Sehinga pada usia ini pola makan anak masih
peru diperhatikan karena gizi yang baik pada usia sekolah menjadi landasan bagi
Usia 10-15 tahun dikenal dengan masa pertumbuhan cepat, tahap pertama
dari serangkaian perubahan menuju kematangan fisik dan seksual. Selain itu,
cirri-ciri sek sekunder semakin tampak, serta terjadi perubahan yang signifikan
dalam kematanan psikologis dan kognitif. Dengan cirri spesifik itu, kebutuhan
energi dan zat gizi di usia remaja ditujukan untuk deposisi jaringan tubuhnya.
makan lebih besar sehingga sering mencari makanan tambahan, misal jajan diluar
waktu makan. Remaja pun menyukai makanan yang padat energi, yaitu manis dan
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi, yaitu asupan yang
penyakit kronis, berat badan lebih atau kurang, pica, karies dentis, serta alergi
(Arisman, 2009).
13
anak-anak misalnya, kesulitan anak untuk makan karena terobsesi ingin main,
asupan gizi yang tidak seimbang, rentannya fisik anak, dan ancaman
perkembangan fisik dan sosial anak dibaca sebagai bagian dari peran nyata
yang kurang gizi, sesungguhnya menjadi bukti lemahnya peran orang tua
Kurniasih (2010) dalam hal ini menyarankan orang tua untuk kreatif
“membujuk” anak agar mau makan makanan bervariasi dan bergizi sesuai
makanan sejak dini kepada anak. Orang tua juga dianjurkan untuk mencukupi
kebutuhan akan camilan sehat di rumah. Selain sehat, makanan dari rumah
2.4.1 Kebutuhan Gizi Anak HIV dan Fungsi Zat Gizi untuk Anak HIV
Berdasarkan WHO (2003), asupan gizi yang cukup adalah cara yang
seimbang. Hal ini penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup semua
energi. Protein, karbohidrat dan lemak, tentu saja sangat heterogen, dan
berat badan dan aktivitas fisik juga pertumbuhan. Kebutuhan energi untuk
anak HIV lebih besar 10% dari anak yang tidak terinfeksi HIV. Bahkan untuk
energi sebesar 50 – 100% dari asupan energi untuk anak tanpa HIV.
peranan utama sebagai penyedia glukosa bagi sel-sel tubuh yang kemudian
karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.
terbesar tubuh sesudah air. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat
gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein
mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yiatu
(Almatsier, 2009).
mereka yang tidak terinfeksi. Sebesar 12 – 15% protein dibutuhkan dari total
asupan energi yang dibutuhkan. Sedangkan untuk asupan lemak, belum ada
Zat gizi penting penghasil energi lainnya adalah lemak. 1 gram lemak
cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan lemak ini berasal dari
sebagai alat angkut vitamin larut lemak, dan pelindung organ tubuh
(Almatsier, 2009).
menyatakan lemak dibutuhkan lebih oleh orang yang terinfeksi HIV namun,
dibutuhakan untuk penderita HIV adalah dalam jumlah yang cukup yaitu 10-
25% dari kebutuhan energi total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi
pasien.
Selain asupan zat gizi makro, zat gizi mikro juga perlu diperhatikan
(2004), syarat diet HIV-AIDS membutuhkan vitamin dan mineral tinggi yaitu
dapat membantu anak terinfeksi HIV dengan status gizi kurang dalam
Menurut Arpadi (2011) , asupan gizi yang baik merupakan kunci dari
gaya hidup yang sehat untuk anak dengan HIV/AIDS. Asupan gizi yang
metabolisme sangat lazim terjadi pada anak yang terinveksi HIV. Lambatnya
pertumbuhan adalah manifestasi awal dari infeksi HIV pada anak yang akan
sekunder dari infeksi HIV adalah asupan makan yang tidak mencukupi, diare,
dapat dicegah, dibalik atau dikembalikan, serta didiubah atau dibatasi namun
memang rumit.
Infeksi gastrointestinal adalah hal yang biasa terjadi pada anak yang
pertumbuhan pada anak HIV. Anak yang terinfeksi HIV terlihat sangat mudah
makan pada anak adalah pengaruh orang tua, pengasuh dan saudara. Ketiganya
tidak bergizi.
bahwa faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah
riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang dan tingkat sosial
ekonomi yang rendah, dan asupan zat gizi yang kurang. Pengetahuan orang tua
terutama terhadap gizi sangat berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi yang
diperoleh anak. Hal ini bekaitan dengan kandungan makanan, cara pengolahan
18
sehingga pengetahuan yang baik akan membantu ibu atau orang tua dalam
menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Novita (2011) bahwa status gizi anak merupakan peran nyata orang
gizi kurang memiliki riwayat penyakit infeksi. Asupan nutrisi yang rendah dan
terdapatnya penyakit infeksi pada anak pada peneitian Fatimah didominasi oleh
untuk mengatasi masalah gizi pada anak, orang tua disarankan memperkenalkan
beraneka ragam makanan sejak dini kepada anak. Orang tua juga dianjurkan
untuk mencukupi kebutuhan akan camilan sehat di rumah. Selain sehat, makanan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang amat luas
membaca, dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
19
yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat dimati oleh pihak luar
dari luar).
Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
terhadap suatu stimulus yakin, faktor internal dimana karakteristik orang yang
tingkat emosional, dan sebagainya. Faktor lainnya adalah faktor eksternal yakni
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor
penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena merupakan
(Notoatmodjo, 2007).
menjelaskan sekelompok fakta atau fenomena, terutama yang telah berulang kali
20
diuji atau diterima secara luas dan dapat digunakan untuk memprediksi fenomena
alam (Hayden, 2009). Menurut Glanz, Rimer, Lewis (2002, dalam Hayden,
2009), teori adalah seperangkat konsep yang saling terkait, definisi, dan proporsi
masalah tertentu dalam suatu lingkungan tertentu, yang mungkin satu teori saja
tidak bisa melakukan. Model adalah gabungan, campuran ide atau konsep yang
kesehatan.
kita lakukan.
Teori intrapersonal adalah teori yang berfokus pada faktor yang ada dalam
attribution theory and the transtheoritical model dan theory of planned behavior.
perilaku dengan cara berbagi pemikiran, saran dan perasaan dengan dukungan
Teori dan model terakhir adalah teori level komunitas yang berfokus pada
1988, mengubah sistem sosial dari satu yang mempertahankan dan mendukung
2009).
bahwa intens untuk melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh attitudes
membuktikan bahwa theory of reasoned action ini adalah teori yang cukup
bagi tingkah laku yang berada di bawah kontrol penuh individu, namun tidak
22
kontrol individu, karena ada faktor yang dapat menghambat atau memfasilitasi
menambahkan satu faktor anteseden bagi niat yang berkaitan dengan kontrol
berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku yan di bawah kendali individu atau
suatu titik dalam suatu kontinum dari sepenuhnya di bawah kendali sampai
Dalam keadaan ekstrim yang sebaliknya, mungkin sama sekali tidak terdapat
faktor pengendali tersebut terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal.
intens yang ke tiga yang disebut persepsi atas kontrol perilaku. Dengan
derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu
tidak akan membentuk suatu niat yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku
Ada beberapa tujuan dan manfaat dari theory of planned behavior ini,
perilaku dan juga untuk menjelaskan tiap aspek penting beberapa perilaku
Bagan 2.1
Theory of Planned Behavior
Background factor
Behavioral Sikap
Sosial beliefs
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pendapatan Norma
- Kepercayaan Normativ Perilaku
Subjektif Niat
e beliefs
Individu
- Personality
- Intelegence
Persepsi atas
Control
Information beliefs
Kontrol
- Pengalaman Perilaku
dengan melihat intens atau niat berperilaku sebagai anteseden terdekat dari
bahwa niat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah
norm), dan persepsi atas kontrol perilaku yang dimiliki (perceive behavioral
control).
behavioral belief yaitu keyakinan bahwa akan berhasil atau tidak berhasil
yaitu keyakinan bahwa tindakannya didukung atau tidak didukung oleh orang
Selain itu persepsi atas kontrol perilaku merupakan ciri khas theory of
planned behavior ini terdapat dua cara atau jalan yang menghubungkan
tingkah laku dengan persepsi atas kontrol perilaku . Cara yang pertama
perilaku dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui perantara niat.
Hubungan yang tidak langsung ini setara dengan hubungan dua faktor lainnya
dengan tingkah laku. Ajzen (2005) berasumsi bahwa persepsi atas kontrol
bahwa dia tidak memiliki sumber daya atau kesempatan untuk menampilkan
tingkah laku tertentu cenderung tidak membentuk niat yang kuat untuk
orang lain akan mendukung tingkah lakunya itu. Cara yang kedua adalah
tingkah laku diharapkan muncul hanya jika ada kesepakatan antara persepsi
atas kontrol perilaku dengan kontrol aktualnya dengan derajat akurasi yang
cukup tinggi.
theory of planned behavior itu diasumsikan sebagai penengah efek dari faktor
pengalaman yang dapat menunjukan beragam isu atau informasi atau yang
2.7.1.1 Sikap
pengetahuan kesehatannya.
akan dihasilkan jika tingkah laku itu dilakukan dan kekuatan terhadap
AB = ∑ bi ei
28
Dengan kata lain, seseorang yang percaya bahwa sebuah tingkah laku
Ajzen, dapat dilihat bahwa norma subjektif (SN) didapatkan dari hasil
penjumlahan hasil kali dari normative beliefs tentang tingkah laku (ni)
SN = ∑ ni mi
prediktif niat terhadap tingkah laku pada tingkah laku yang kontrol
laku yang sering kita kerjakan sehari-hari atau secara rutin, peran
laku yang rutin melalui niat yang spontan pada situasi atau konteks
dipengaruhi beliefs. Belief dalam hal ini adalah tentang hadir atau
31
performa masa lalu, informasi dari luar atau dari pengalaman terhadap
performa tingkah laku orang lain serta dari faktor- faktor lain yang
atau menghambat tingkah laku (pi). Dengan kata lain, semakin besar
2.7.1.4 Niat
laku, yang hingga terdapat waktu dan kesempatan yang tepat, akan
patuh. Niat bisa berubah karena waktu. Semakin lama jarak antara niat
(Achmat, 2010).
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Survei ini dapat
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masarakat, keluarga dan individu.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai konsumsi makanan
individu adalah recall 24 jam. Metode ini digunakan dengan cara mengingat
kembali dan mencatat jumlah, serta jenis panganan dan minuman yang telah
dikonsumsi selama 24 jam adalah salah satu metode yang digunakan untuk
itu responden harus memiliki daya ingat yang baik, sehingga metode ini
tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia
diatas 70 tahhun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
- The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus
estimate)
menggunakan alat- alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
penelitian
dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir pekan dan saat melakukan
yang mempengaruhi dalam keadaan sehat juga dipengaruhi oleh jenis dan
ringannya penyakit. Begitu juga dengan kebutuhan energi yang berubah dalam
keadaan sakit, sesuai dengan jenis dan beratnya penyakit. Cara menentukan
atau ideal. AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan tinggi badan.
Salah satu rumus yang digunakan untuk menghitung AMB adalah rumus Harris
TB = Tinggi Badan
U = Umur
Tabel 2.1
Faktor aktivitas dan faktor trauma atau stres untuk menetapkan kebutuhan energi
orang sakit
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), suatu penelitian yang bertujuan untuk
meramalkan suatu tingkah laku dapat memfokuskan analisinya pada niat untuk
bertingkah laku. Namun, jika penelitian bertujuan untuk memahami tingkah laku,
maka yang perlu dianalisis adalah niat untuk bertingkah laku dan juga sikap,
norma subjektif dan persepsi terhadap tingkah laku tersebut. Teori inilah yang
orang tua/ pengasu dalam memberikan asupan makan guna memenuhi kebutuhan
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Behavioral Sikap
beliefs
Normative Norma
Subjektif Niat Perilaku
beliefs
Persepsi atas
Control
beliefs Kontrol
Perilaku
37
BAB III
penelitian yang dilakukan pada anak HIV menunjukan bahwa pertumbuhan yang
terjadinya kematian. Perilaku mengkonsumsi zat gizi penting ini dipengaruhi oleh
pemberian makan oleh orang tua/ pengasuh anak yang terinfeksi HIV. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku orang
tua dalam memberikan makanan guna memenuhi asupan gizi anak terinfeksi HIV.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Sikap
Perilaku pemberian
Norma subjektif makanan bergizi
pada anak
Persepsi atas Kontrol Perilaku
terinfeksi HIV
Niat
37
38
Table 3.2
Definisi Istilah
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian kualitatif adalah untuk menangkap arti yang terdalam atas suatu
peristiwa, gejala, fakta, kejadian, realita atau masalah tertentu dan bukan untuk
mempelajari atau membuktikan adanya hubungan sebab akibat atau kolerasi suatu
masalah atau peristiwa. Penggunaan metode kualitatif pada penelitian ini adalah
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama, dari individu seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang
biasa dilakukan peneliti. Data primer pada penelitian ini didapatkan dari
40
41
wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh tidak langsung dari lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
data mengenai informan seperti alamat, berat badan dan tinggi badan anak, dan
Dalam penelitian ini data penelitian yang disajikan berupa text hasil
wawancara mengenai sikap, norma subjektif dan persepsi atas kontrol perilaku
informan. Data berupa foto makanan digunakan sebagai hasil dari observasi
terinfeksi HIV.
4.3.2 Observasi
melakukan observasi.
visi, misi, struktur organisasi, program kerja dan daftar anak dampingan
informasi objek penelitian sebagai pelaku. Dalam penelitian ini terdapat dua
informan yaitu informan utama dan informan pendukung. Informan utama dalam
penelitian ini adalah orang tua/ pengasuh dari anak yang terinfeksi HIV.
3. Pedoman observasi
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat
menjadi teori substansif. Adapun data yang diperoleh melalui wawancara dan
sebagai berikut:
1. Menelaah data, yakni seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
2. Reduksi data yaitu membuat abstraksi atau inti, proses dan pernyataan-
dan Cuba (1985), menamakan satuan itu sebagai satuan informasi yang
4. Penafsiran data, menurut Schalzman dan strauss (1973), tujuan dari penafisran
data adalah deskripsi semata atau analisis menerima dan menggunakan teori
dan rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Deskripsi
dari data. Fungsi terakhir adalah teori substantif yakni untuk memperoleh
teori baru yaitu teori dari dasar, analisis harus menampakan metafora atau
data kedalam software Nutri Survey guna menganalisis kandungan gizi dalam
adalah melihat suatu realitas dari berbagai sudut pandang atau perspektif, dari
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang valid maka dilakukan
menggunakan dua atau lebih metode atau prosedur studi, termasuk di dalamnya
metode wawancara mendalam dan observasi untuk mengetahui latar belakang dari
menggunakan triangulasi sumber dimana selain orang tua yang menjadi sumber
informasi juga LSM yang mendampingi orang tua yang memiliki anak terinfeksi
HIV menjadi informan karena dianggap sebagai orang yang berpengaruh dalam
terciptanya perilaku pemberian makan yang dilakukan orang tua kepada anak
terinfeksi HIV. Triangulasi sumber data adalah mencari data dari banyak sumber
Tabel 4.1
Metode Triangulasi
Metode Triangulasi
No Domain Metode Triangulasi
Sumber Metode
1 Perilaku pemberian makanan Wawancara √
mendalam - Observasi
HASIL PENELITIAN
dalam bentuk kampanye publik berupa aktivitas informasi yang bermanfaat guna
menerima ODHA tanpa stigma dan diskriminasi serta kualitas hidup ODHA
Untuk mencapai visi tersebut diatas, misi dari yayasan ini adalah
masyarakat
48
49
berdaya.
terinfeksi HIV-AIDS.
Bagan 5.1
Struktur Kepengurusan Yayasan Tegak Tegar
Ketua yayasan
Sekretaris Keuangan
dan Data
Pengembangan
program
Koor. Anak
dan Keluarga
Koor wil. Koor wil. Koor wil. Koor wil. Koor wil.
Jakpus Jakut Jakbar Jaksel Jaktim
50
Informan utama dalam penelitian ini adalah orang tua atau pengasuh
anak HIV yang berdomisili di Jakarta Timur. Orang tua adalah ayah/ibu
kandung yang memiliki anak terinfeksi HIV. Sedangkan pengasuh adalah wali
atau orang yang mengasuh anak terinfeksi HIV. Dalam penelitian ini,
tinggal mereka. Sehingga dari 17 anak yang tercatat di Yayasan Tegak Tegar
untuk wilayah Jakarta Timur, hanya 5 orang tua/pengasuh saja yang bersedia
51
utama:
Tabel 5.1
Karakteristik Informan Utama
No Informan Initial Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Kriteria
anak informan informan informan kesejahteraan
dengan (tahun) keluarga
anak
1 A F Nenek 64 SMA IRT, KS 1
usaha
warung
2 B G Nenek 60 SMA IRT, KS 1
penjual
makanan
3 C C Ibu 35 PT Joki, KS 1
penjual
minuman
4 D Z Ayah 31 SMP Tidak KS 1
bekerja
5 E A Nenek 51 SMP IRT, KS 1
pengasuh
lansia
SMA: Sekolah Menengah Atas, SMP: Sekolah Menengah Pertama, PT: Perguruan Tinggi,
IRT: Ibu Rumah Tangga, KS: Keluarga Sejahtera
anak terinfeksi HIV. Empat informan berjenis kelamin perempuan dan satu
memiliki umur yang beragam. Sebagian besar sudah berusia diatas 50 tahun,
mereka adalah nenek dari anak ternfeksi HIV. Sedangkan informan yang
yang dianut, pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari
atau lebih, seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah dan bepergian, bagian terluas dari lantai rumah bukan
dari tanah dan bila anak atau anggota keluarganya yang lain sakit dibawa ke
maupun dari LSM lainnya. Bantuan dapat berupa santunan, susu atau
sembako. Selain dari yayasan atau LSM HIV-AIDS, kondisi anak yang tidak
memberikan santunan.
subjektif, dan persepsi atas kontrol perilaku terdapat faktor latar belakang yang
tua/pengasuh tentang makanan bergizi, makanan bergizi untuk anak HIV, dan
HIV-AIDS. Pengetahuan orang tua tentang makanan bergizi masih sangat kurang.
Hal ini terlihat dari jawaban informan yang menyatakan bahwa makanan bergizi
adalah empat sehat lima sempurna. Informan juga tidak mengetahui kandungan
gizi yang ada dalam makanan yang diberikan dan menjadikan kenyang sebagai
indikator kebutuhan makanan anak sudah terpenuhi. Hal ini terlihat dari kutipan
wawancara berikut:
“..Semua makanan kan baik mba. Yang penting dia kenyang..” (Informan C)
54
terinfeksi HIV juga sangat kurang. Orang tua/pengasuh masih belum mengetahui
jika anak membutuhkan gizi lebih banyak untuk pertumbuhan ditambah kondisi
dengan anak yang tidak terinfeksi dan tidak membutuhkan perhatian yang lebih
“..Ngga ada beda. Sama aja kaya anak yang lain…” (Informan C)
“…Ngga khusus sih. Kalo orang tertentu yang ada kelainan mungkin
makanannya beda ya. Tapi kalo buat Z ngga sih, sama aja.…” (Informan D)
Informan mengetahui jika penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus, penyakit ini dapat menurunkan daya tahan tubuh penderitanya, dan
membutuhkan asupan gizi lebih banyak dibandingkan anak yang tidak terinfeksi.
“…Yang bisa ningkatin kekebalan tubuhnya dia kaya bayam, jambu gitu gitu
mba..” (Informan D)
“..Anak dengan penyakit ini kan beda ya. Pokoknya dalam sehari itu harus
Pada penelitian ini terlihat pengalaman merawat anak atau orang yang sakit
“..Dari pengalaman aja saya ngurus anak, terus sekarang engkongkan sakit,
jadi udah tau kalo orang sakit harus makan apa. Udah biasa lah..” (Informan
E).
“..Dulu kan dia kurus banget mba. Saya suka kasian gitu ngeliatnya. Bapak
udah ngga ada kan. Makanya saya pengen saya sehat dia juga sehat..”
(Informan C).
“..Ngga bisa dia kalo cuma dikasih tempe aja. Langsung demam dia kalo
informan tetap sadar jika ada dampak negatif jika anak tidak diberikan makanan
bergizi. Selain itu, pengalaman penyakit anak juga memicu informan untuk
”.. Ngedrop itu badan dia. Jadi gampang sakit. Yah ngedrop lah..”
(Informan C)
pengalaman ketika anak hanya diberi lauk tempe/ tahu tanpa daging /telur,
Dalam penelitian ini, behavioral believe yang dimiliki orang tua adalah
keyakinan orang tua terhadap outcome dari memberikan makanan yang bergizi
untuk anak. Orang tua meyakini anak membutuhkan makanan bergizi guna
menjaga kesehatannya, dengan evaluasi jika anak tidak diberikan makanan bergizi
”... Lemaslah dia. Karenakan dia daya tahan tubuhnya udah kurang. Jadi
Meski memilik pengetahuan tentang gizi anak HIV yang terbatas, orang
kepada anak terinfeksi HIV. Hal ini karena orang/pengasuh meyakini dampak
keluarga dan tempat tinggal. Sehingga sedikit orang yang mereka anggap dapat
orang tersebut adalah orang yang mengetahui status anak mereka ataupun orang
yang juga memiliki anak terinfeksi HIV. Orang yang mereka anggap penting itu
adalah dokter, pengurus yayasan dan teman sebaya. Teman sebaya yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tua/pengasuh yang juga memiliki
cerita anak saya… Habis mau gimana. Yang tau kita begini kan Cuma
pemberian makanan bergizi anak HIV. Dokter sering kali memberikan dorongan
kepada orang tua agar dapat memberikan makanan yang bergizi kepada anak.
mengenai makanan bergizi kepada orang tua/pengasuh pada saat anak melakukan
pegobatan rutin setiap 2 atau 3 bulan sekali. Kelima informan mengaku tidak
”.. Dokter suka nyaranin buat pilih makanan yang bisa bantu kesehatan
dia..” (Informan D)
“…Kaya dokter di carolus tuh mba.. Ya semangat dari dokter itu mba..”
(Informan A)
58
informan D mengakui jika dokter sering kali mendorong mereka agar dapat
Lain lagi yang dialami informan E, yang merasa dokter tidak pernah
pada anaknya. Namun pujian dokter terhadap status kesehatan anak yang baik
pada anak seperti yang telah ia lakukan untuk mempertahankan kesehatan anak
selama ini.
”.. Kalo kata dokter nia mah A udah sehat. Jadi saya seneng aja, berartikan
Tegak Tegar, belum pernah ada penyuluhan mengenai kebutuhan gizi anak
terinfeksi HIV. Meskipun belum ada kegiatan mengenai asupan gizi, namun
informan F mengetahui tentang gizi yang dianjurkan untuk penderita HIV, yakni
seusianya. Padahal kegiatan ini diakui orang tua/pengasuh cukup efektif dalam
“…belom ada sih tentang gizi atau makanan gitu, paling kesehatan buat
pendampingan orang tua yang memiliki anak terinfeksi HIV. Pendampingan ini
terbatas karena hanya terjadi saat orang tua melakukan kunjungan rutin di rumah
sakit.
informan untuk memberikan makanan bergizi pada anak, informan juga memiliki
respon positif terhadap saran yang diberikan orang yang mereka anggap penting
tersebut.
”... Ya saya jalanin aja. Kan nambah pengetahuan. Kalo baik kenapa kita
”.. Saya jadi semangat ngasih dia makan, minum susu. Biar dia sehat. Ngga
apa-apa deh kerja ini itu, yang penting bisa beli makan..” (Informan C)
norma subjektif yang positif, karena orang tua/pengasuh yakin orang yang mereka
60
anggap penting akan mendukung perilaku mereka dan orang tua/pengasuh juga
memiliki motivasi untuk memenuhi harapan dari orang yang mereka anggap
penting.
5.6 Gambaran Persepsi atas Kontrol Perilaku Orang tua/ Pengasuh terhadap
Pemberian Makanan bergizi
dalam upaya memberikan makanan yang bergizi kepada anak. Sebagian besar
nafsu makan anak yang kurang. Seperti informan B, informan C, dan informan D.
Ketiganya mengakui jika anak mereka sering kali susah makan. Hal ini sangat
tua/pengasuh akan menuruti makanan yang anaknya ingin makan atau membeli
”.. Suka-suka dia sih makannya. Ngga bisa dipaksain jam segini harus
makannya..” (Informan B)
anak, seperti yang dialami informan A dan C. Kelelahan yang dialami informan A
disebabkan dalam upaya menyediakan makanan anak terinfeksi HIV, tidak seperti
menyediakan makanan anak yang tidak terinfeksi. Anak F masih belum bisa
menerima makanan yang kasar dan terlalu padat, sehingga orang tua harus
61
membuat makanan lunak dan halus. Setiap hari orang tua harus merebus dan
frekuensi makan yang lebih banyak dibandingkan anak yang lain yaitu 5 kali
sehari.
”.. Capek mba. Kan dia ngga kaya anak biasa atau sepupunya. Kalo
sepupunya kan makan sama kaya yang kita makan. Kalo F kan ngga. Harus
harus ngepel lagi, padahal baru diberesin. Terus sukanya makan sambil lari-
yang bergizi untuk anak. Anak A memiliki nafsu makan yang baik dan sudah
menyadari jika ia tidak makan maka tubuhnya akan lemas dan mudah sakit. Hal
ini membuat informan E senang dan lebih telaten memberikan makanan kepada
informan A yang merasa memiliki hambatan dari dirinya sendiri karena merasa
kelelahan dalam memberikan makanan bergizi pada anak, namun karena nafsu
62
makan anak yang baik dan motivasi informan yang kuat, sehingga informan
sangat yakin dapat mengatasi hambatan dalam memberikan makanan bergizi pada
pelajaran di sekolah dengan baik dan dapat bermain seperti anak yang tidak
terinfeksi.
memberikan makanan bergizi pada anak A. Hal ini karena informan E merasa
tidak memiliki hambatan dalam memberikan makanan bergizi tersebut. Selain itu,
informan A dan informan E sudah terbiasa dengan situasi ini terlihat lebih baik
dalam memberikan makanan bergizi kepada anak. Informan lebih telaten dalam
mengolah sendiri makanan khusus anak dan menyuapi makanan tersebut. Serta
”.. Ngga ada hambatan sih mba. Udah biasa, ngerawat engkong sama A
”.. Saya seneng ngeliat anaknya doyan makan. Biar harus ngeblender dulu,
memiliki hambatan dalam memberikan makan anak karena nafsu makan anak
yang kurang, informan C akan mencari cara agar dapat mengatasi hambatan ini
seperti, memasak makanan yang anak suka, membelikan makanan atau cemilan
63
yang anak sebagai pengganjal perut sementara bahkan informan C akan memaksa
”.. Tapi saya kan suka capek. Habis joki masi harus nyuci. Daripda dia
ngotorin rumah lagi, saya masuk-masukin aja ke mulut dia itu biar dia
makan. Kalo ngga mau makan juga saya paksa masukin..” (Informan C)
memberikan makan anak karena nafsu makan anak yang kurang, namun upaya
berusaha untuk menyediakan dan membelikan makanan yang anak suka tetapi
tidak akan memaksa jika anaknya tidak mau makan. Informan B dan D akan
mengganti makanan pokok dengan makanan selingan jika anak sulit makan.
Orang tua juga merasa kurang memiliki sumber daya untuk memaksakan anaknya
makan. Melihat hal ini dapat dikatakan jika persepsi informan B dan D lemah
”..Suka-suka dia aja makannya. Gitu maunya dia, jajan mulu. Ya saya sih
bolehin aja. Asal ngga ciki cikian, bisa bikin dia sakit…” (Informan B)
pemberian makanan sudah kuat karena informan merasa yakin dapat mengatasi
hambatan yang mereka alami untuk memenuhi kebutuhan gizi anak HIV, seperti
informan B dan informan D memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang lemah
5.7 Gambaran Niat Orang tua/ Pengasuh terhadap Pemberian Makanan bergizi
memberikan makanan bergizi kepada anak mereka. Besarnya niat ini dipengaruhi
oleh sikap informan dan norma subjektif informan yang baik, serta persepsi atas
kontrol perilaku yang kuat. Dalam penelitian ini, jika orang tua meyakini
orang tua/pengasuh juga meyakini adanya dukungan kepada orang tua untuk
penelitian ini. Pada orang tua yang memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang
kuat, maka akan memiliki niat yang kuat pula. Dalam penelitian ini, tiga informan
memiliki niat yang kuat dalam memberikan makanan bergizi kepada anak.
niat yang kuat karena persepsi atas kontrol perilaku mereka yang lemah. Meski
karena persepsi atas kontrol perilaku mereka lemah sehingga niat untuk
Perilaku pemenuhan asupan gizi anak tergambar dari makanan yang anak
makan sehari-hari. Melalui catatan makan harian anak dapat diketahui apakah
energi harian yang dibutuhkan anak sudah terpenuhi atau belum. Pengambilan
data asupan makan anak dilakukan sebanyak tiga kali dengan hari pengambilan
makan ini diperkuat dengan observasi terhadap makanan yang disediakan orang
tua.
makan yang baik untuk anak HIV. Sebagian orang tua menjawab anak terinfeksi
HIV memerlukan perhatian khusus dalam pemberian makan mereka, seperti lebih
teliti dan sabar dalam pemberian makan anak. Namun masih ada orang tua yang
menjawab bahwa anak terinfeksi HIV tidak memerlukan perhatian khusus, seperti
informan D, sehingga orang tua memerlakukan anak terinfeksi HIV sama dengan
Kebutuhan gizi anak yang terinfeksi HIV tidak sama dengan anak yang
digunakan rumus untuk menghitung kebutuhn energi dalam keadaan sakit dengan
adalah aktivitas tidak terikat di tempat tidur (1,2), karena anak dapat melakukan
aktivitas tidak hanya ditempat tidur. Faktor trauma yang digunakan adalah stress
ringan (1,4) dengan pertimbangan meskipun tidak ada cedera namun anak
66
terinfeksi HIV rentan terhadap stress. Jika menentukan kebutuhan gizi dengan
dari AKG untuk anak seusianya. Berikut gambaran keterpenuhan asupan gizi
pada anak :
Tabel 5.2
Keterpenuhan Asupan Zat gizi Makro pada Anak HIV
Dari tabel diatas dapat dilihat keterpenuhan asupan gizi pada anak
informan sangat beragam. Pada informan A asupan makan anaknya sangat baik
karena jumlah energi, protein dan lemak yang dibutuhkan sudah melebihi angka
kebutuhan gizi yang dianjurkan. Hal ini karena informan A sangat telaten
sebanyak lima kali dalam sehari dengan menu makanan yang sama. Orang tua
anak A juga melengkapi kebutuhan gizi anak dengan memberikan beberapa jenis
belum mencukupi angka kecukupan gizi yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan
nafsu makan anak G yang buruk. Berbeda dengan asupan lemak yang melebihi
dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hal ini karena anak G senang
mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan lemak seperti bakso, telur bebek
Pada informan C anak memiliki nafsu makan yang baik. Terlihat dari
terkadang melebihi dari anak biasanya. Anak C akan meminta susu jika merasa
lapar. Selain nafsu makan anak yang baik, keterpenuhan gizi anak C didukung
oleh informan C yang telaten dalam memberikan makan anak. Informan C akan
menyediakan makan sebelum anak merengek karena lapar, informan C juga akan
memaksakan anaknya makan jika anak sedang memiliki nafsu makan yang buruk.
keterpenuhan energi dan protein yang disarankan. Hal ini dikarenakan nafsu
makan anak yang kurang baik dan perilaku orang tua yag kurang memperhatikan
Anak asuh dari informan terakhir memiliki asupan makan yang bagus.
Tidak ada yang kurang dan tidak sangat berlebihan. Anak A memiliki nafsu
makan yang baik dan orang tua yang telaten menyediakan makanan pokok serta
makanan cemilan untuk anak. Sehingga asupan gizi yang diberikan sangat baik.
68
pemenuhan asupan gizi pada anak juga dilakukan observasi terhadap makanan
dilakukan observasi, kelima informan menyediakan tiga kelompok utama zat gizi.
telur, ikan atau ayam, keju, bubur kacang hijau, tahu dan tempe. Wortel, brokoli,
sawi, kangkung dan buah-buahan seperti pisang, semangka, pepaya, dan jeruk
observasi ini terlihat bahwa semua informan berusaha agar dapat menyediakan
asupan gizi anak adalah anjuran untuk vitamin dan mineral berdasarkan Almatsier
Tabel 5.3
Keterpenuhan Asupan Vitamin dan Mineral pada Anak HIV
90% anak terinfeksi kebutuhan vitamin dan mineral mereka tidak terpenuhi.
Hampir semua informan memasak satu kali sebagai menu makan unuk
satu hari. Namun beberapa anak menghilangkan beberapa bahan makanan yang
PEMBAHASAN
bergizi, anak akan mudah terserang penyakit, terhambat pertumbuhannya dan fisiknya
menjadi lemah.
Melihat outcome yang buruk jika anak tidak diberikan makanan yang bergizi
membuat orang tua meyakini jika memberikan makanan bergizi lebih baik untuk
kesehatan anak. Sehingga dapat dikatakan semua orang tua/pengasuh anak terinfeksi
HIV di Yayasan Tegak Tegar wilayah Jakarta Timur memiliki sikap yang positif
Hal ini sesuai dengan theory of planned behavior,bahwa sikap terhadap suatu
perilaku muncul karena adanya kekuatan belief terhadap outcome dari perilkau dan
evaluasi terhadap outcome tersebut. Dengan kata lain, seseorang yang percaya bahwa
sebuah tingkah laku dapat menghasilkan outcome yang positif, maka ia akan memiliki
Dalam penelitian ini terlihat meskipun semua informan memiliki sikap yang
positif agar dapat memenuhi kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV, namun tidak semua
anak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Seperti informan B dan informan C yang
memiliki sikap positif namun tidak terwujud dalam perilaku nyata yang terlihat dari
Menurut Azwar (2011), sikap positif ini tidak selalu atau otomatis terwujud dalam
suatu praktek. Hingga saat ini sebagian hasil penelitian memperlihatkan adanya indikasi
70
71
hubungan yang kuat antara antara sikap dan perilaku dan sebagian lainnya menunjukan
bukti betapa lemahnya hubungan antara sikap dan perilaku. Berdasarkan postulat
konsistensi tergantung, hubungan sikap dengan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-
sikap dan perilaku. Sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan
berbeda dari waktu ke waktu dari situasi ke situasi lainnya. Oleh karena itu, sikap orang
tua/pengasuh yang positif tidak menjamin orang tua/ pengasuh tersebut memberikan
asupan gizi yang memenuhi kebutuah gizi harian anak dengan infeksi HIV, sebab ada
atribut lainnya dalam theory of planned behavior yang juga berperan dalam membentuk
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dalam theory of planned behavior
kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV masih kurang. Seperti informan B yang menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan kebutuhan makan antara anak terinfeks HIV dengan anak
yang tidak terinfeksi. Selain informan B, informan C dan informan D juga memiliki
Padahal menurut Arpadi (2005), asupan gizi yang baik merupakan kunci dari gaya
hidup yang sehat untuk anak dengan HIV/AIDS. Asupan gizi yang optimal akan
mengurangi resiko terkena penyakit kronis, serta membantu untuk mewujudkan kualitas
hidup yang lebih baik (Jama, 2010). Berdasarkan WHO (2003), kebutuhan energi anak
HIV berbeda dengan kebutuhan anak yang tidak terinfeksi, seperti kebutuhan energi
72
10% lebih banyak dari anak tidak terinfeksi, begitu juga protein menurut Almatsier
(2004) yang membutuhkan 12-15% dari total kebutuhan energi, serta vitamin dan
mineral yang membutuhkan 150% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Sediaoetama
Melihat hal tersebut, maka orang tua/pengasuh perlu diberikan pengetahuan lebih
mengenai kebutuhan zat gizi untuk anak terinfeksi HIV, sehingga orang tua lebih
memerhatikan dan lebih teliti dalam memberikan makanan kepada anak mereka. Orang
makanan serta zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut agar orang
tua/pengasuh lebih mengetahui jenis makanan yang dapate memenuhi kebutuhan gizi
pengetahun, sikap dan praktek ODHA dalam pemilihan makanan guna pemenuhan
6.2 Norma Subjektif Orang tua/ Pengasuh terhadap Pemberian Makanan bergizi
Dalam penelitian ini orang tua/pengasuh memiliki keyakinan bahwa orang lain
yang mereka anggap penting akan mendukung agar mereka memberikan makanan
bergizi pada anak. Tekanan sosial agar orang tua/ pengasuh dapat memberikan makan
bergizi kepada anak terinfeksi HIV didapatkan dari dokter, pengurus LSM/ yayasan dan
teman sebaya.
perilaku tertentu jika ia mempersepsikan bahwa orang lain berfikir bahwa seharusnya ia
73
melakukan hal itu. Orang penting yang memiliki pengaruh tersebut bisa pasangan,
pengaruh yang besar terhadap perlaku pemberian makanan bergizi pada anak. Dalam
penelitian ini, dokter berperan memberikan informasi mengenai makanan bergizi dan
memberikan sukungan agar orang tua memberikan anaknya makanan bergizi. Dokter
memiliki pengaruh dalam memberikan pemahaman akan baik dan buruk, atau sesuatu
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Merujuk pada etik kedokteran (UU No.29
tahun 2004), beberapa peran dokter adalah sebagai pendidik yakini memberikan
Sebagai pengembang teknologi, dokter dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inisiatif
untuk menemukan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi pasien sesuai
karena itu dalam penelitian ini, dokter bisa dikatakan sebagai kekuatan sosial yang
mempengaruhi orang tua/ pengasuh agar memberikan anak mereka makanan bergizi,
dimana orang tua/pengasuh akan menuruti permintaan dari dokter karena informan
penyakit HIV, belum ada pengetahuan yang mendalam mengenai kebutuhan gizi anak
74
HIV. Pendampingan yang dilakukan pengurus yayasan juga masih sebatas membantu
informan F sebagai pengurus dari Yayasan Tegak Tegar, bahwa yayasan belum pernah
melakukan penyuluhan mengenai kebutuhan gizi anak HIV yang berbeda dari anak
dan kelompok dengan kebutuhan khusus seperti, kelompok remaja, agama, wanita,
profesi, ODHA yang biasa sulit terjangkau oleh pemerintah. Kegiatan yang dilakukan
tua/pengasuh dalam memenuhi kebutuhan gizi anak HIV. Teman sebaya yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah sesama orang tua/pengasuh yang memiliki anak terinfeksi
HIV. Salah satu program kerja Yayasan Tegak Tegar adalah pertemuan rutin bulanan.
Pertemuan ini dijadikan sebagai wadah ODHA untuk bertukar cerita, pengalaman, saran
dan motivasi. Tidak hanya itu, teman sebaya secara tidak langsung mempengaruhi
perilaku orang tua/pengasuh dalam memberikan makanan yang bergizi pada anak.
Kondisi kesehatan anak terinfeksi HIV yang lebih baik atau lebih buruk dari anak yang
informan asuh memotivasi informan agar dapat memberikan makanan yang bergizi pada
anak mereka. Selain itu, dengan adanya teman sebaya membuat orang tua/pengasuh
merasa tidak sendirian atau bukan hanya mereka yang harus merawat anak terinfeksi
HIV. Menurut KPAN (2003), peran sesama ODHA antara lain melaksanakan
75
penyuluhan melalui kelompok sebaya dan kegiatan pendampingan. Hal ini guna
mengurangi stigma dan diskriminasi dan bentuk peran aktif ODHA menanggulangi
HIV-AIDS.
Selain normative belief, motivasi orang tua untuk mengikuti pemikiran orang lain
yang mereka anggap penting juga mempengaruhi norma subjektif orang tua/pengasuh
agar dapat memberikan makanan yang bergizi pada anak. Semua informan memiliki
tanggapan positif terhadap saran yang diberikan orang lain mengenai pemberian
makanan bergizi. Dengan adanya saran dari orang lain, selain memberikan pengetahuan
atau informasi baru juga memotivasi mereka agar dapat memberikan makanan yang
bergizi pada anak. Seperti informan A yang sangat termotivasi saran dokter sehingga
bersemangat dalam memberikan makanan yang bergizi pada anak. Begitu juga informan
E, meskipun merasa tidak pernah mendapatkan saran dan dukungan dokter agar dapat
memberikan makanan bergizi pada anak, namun pujian dokter terhadap status kesehatan
anak memberikan semangat kepada orang tua agar dapat memberikan makanan bergizi
pada anaknya. Sedangkan informan lainnya merasa akan lebih baik jika mengikuti
saran yang diberikan dokter mengenai makanan yang dianjurkan untuk diberikan
kepada anak.
Berdasarkan normatif belief dan motivational to comply yang dimiliki orang tua
yang telah dipaparkan sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa orang tua/pengasuh anak
terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar Wilayah Jakarta Timur memiliki norma
Anak informan B dan informan D memiliki asupan makanan yang kurang. Pada
wawancara mendalam mengenai norma subjektif ini, informan B dan informan D hanya
76
makanan bergizi pada anak. Meski demikian, informan B dan informan D memiliki
melakukan suatu perilaku maka individu akan cenderung merasakan tekanan sosial
Oleh karena itu, perlunya yayasan/LSM lebih aktif memberikan penyuluhan dan
pendampingan kepada orang tua/ pengasuh. Lebih aktif dan rutinnya yayasan
memberikan pengetahuan mengenai makanan bergizi kepada orang tua akan mendorong
berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang. Dan menurut KPAN (2003), LSM
penanggulangan HIV/AIDS. Karena dapat menjangkau orang tua yang memiliki anak
6.3 Persepsi atas Kontrol Perilaku Orang tua/ Pengasuh terhadap Pemberian Makanan
bergizi
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar orang tua/pengasuh mengakui
bahwa mereka memiliki hambatan dalam memberikan makanan bergizi kepada anak
terinfeksi HIV. Setiap responden memiliki hambatan yang berbeda dalam upaya
Menurut Achmat (2010), persepsi atas kontrol perilaku menunjuk suatu derajat
dimana seorang individu merasa bahwa tampil tidaknya suatu perilaku yang dimaksud
adalah dibawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi
yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak
sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan
menyetujuinya.
yang bergizi pada anak. Hal ini karena informan A sudah tua dan informan A sendiri
yang harus membuat makanan untuk anak terinfeksi HIV. Makanan yang diberikan
kepada anak yang informan A asuh memang berbeda dari anak tidak terinfeksi.
bubur lunak dan kental. Kemudian bubur tadi dimasak kembali hingga lebih mengental
dan ditambah sedikit nasi setiap anak akan makan. Informan A membuat 5 sampai 7
porsi bubur dalam satu kali masak. Sehingga untuk beberapa waktu makan, informan A
hanya akan menghangatkan bubur yang sudah dibuat dan ditambahkan nasi.
mendapatkan makanannya secara dijatah oleh ibu atau pengasuhnya dan tidak memilih
78
serta mengambil sendiri mana yang disukainya. Ditambah lagi, usia anak-anak ini, anak
memiliki masalah kesulitan makan karena terobsesi ingin main, asupan gizi yang tidak
seimbang, rentannya fisik anak, dan ancaman keracunan dari kebiasaan makan makanan
di luar (Novita, 2011). Untuk itu sangat diperlukan ketelatenan dalam memberikan
hambatan pada anak, yakni nafsu makan anak yang kurang baik. Ketiganya mengakui
jika anak mereka sering kali memiliki nafsu makan yang kurang. Hal ini sangat
memengarui orang tua dalam menyediakan makanan anak. Orang tua/pengasuh akan
menuruti makanan yang anaknya ingin makan atau membeli makanan instan yang lebih
Usia 3 -5 tahun, anak sudah mulai memilih makanan yang ingin dikonsumsi, usia
6-9 tahun lebih suka jajan, makan makanan manis, kurang serat. Sedangkan usia 10-19
tahun anak mulai tumbuh menuju kematangan seksual dan fisik. Diketiga periode ini
anak memerlukan asupan gizi yang cukup untuk menunjang kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangannya, ditambah lagi anak sudah mulai banyak memiliki aktifitas.
Ketersediaan makanan yang ingin mereka makan akan memengaruhi nafsu makan anak
Ada pula informan yang merasa tidak memiliki hambatan yaitu informan E. Hal
ini karena anak yang diasuhnya sudah cukup besar dan sudah memiliki kesadaran untuk
mandiri. Anak A memang memiliki nafsu makan yang bagus, sudah bisa menentukan
jam harus makan dan memilih makan makanan rumah jika merasa lapar.
79
umumnya anak mempunyai nafsu makan yang lebih besar, sehingga tak jarang anak
Selain control beliefe, persepsi atas kontrol perilaku juga dipengaruhi oleh
kekuatan faktor dalam memfasilitasi atau menghambat tingkah laku. Adanya kekuatan
pada anak dari dirinya sendiri karena merasa kelelahan, memiliki keyakinan yang kuat
dapat mengatasi hambatannya tersebut. Informan A memiliki sumber daya dan motivasi
yang kuat agar dapat menyediakan makanan bergizi pada anak. Melihat anak asuhnya
dapat mengikuti pelajaran disekolah dan dapat bermain seperti anak yang tidak
pada anak.
kesempatan memberikan makanan bergizi pada anak A. Hal ini karena informan E
merasa tidak memiliki hambatan dalam memberikan makanan bergizi tersebut. Selain
itu, nafsu makan anak yang baik membuat informan E bersemangat menyediakan
makanan bergizi.
memberikan makan anak karena nafsu makan anak yang kurang, informan C akan
mencari cara agar dapat mengatasi hambatan ini seperti, memasak makanan yang anak
suka, membelikan makanan atau cemilan yang anak sebagai pengganjal perut sementara
bahkan informan C akan memaksa anaknya makan jika anak masih tidak mau makan.
Dalam theory of planned behavior, persepsi atas kontrol perilaku dapat langsung
tua/pengasuh yang memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang kuat juga memiliki
memberikan makan anak karena nafsu makan anak yang kurang, namun upaya
berusaha untuk menyediakan dan membelikan makanan yang anak suka tetapi tidak
akan memaksa jika anaknya tidak mau makan. Informan B dan D akan mengganti
makanan pokok dengan makanan selingan jika anak sulit makan. Orang tua juga merasa
Melihat hal ini dapat dikatakan jika persepsi informan B dan D lemah terhadap
kesempatan agar dapat memberikan makanan bergizi kepada anak. Lemahnya persepsi
atas kontrol perilaku yang dimiliki orang tua/pengasuh ini berdampak pada kecukupan
menampilkan suatu perilaku tertentu (Achmat, 2010). Salah satu faktor yang dapat
yang akan dating. Oleh karena itu, pemberian pengetahuan mengenani makanan bergizi
yang dibutuhkan anak HIV diharapkan dapat memotivasi orang tua/pengasuh untuk
Pada penelitian ini, orang tua/pengasuh memiliki sikap yang positif atau favorable
terhadap pemberian makanan bergizi pada anak. Orang tua/ pengasuh mendukung untuk
memberikan makanan yang bergizi kepada anak HIV. Sikap positif ini muncul karena
orang tua/pengasuh memiliki belief positif mengenai konsekuensi jika asupan gizi
harian anak terpenuhi. Behavioral belief ini terlihat dari hasil wawancara dimana orang
tua mengetahui jika asupan gizi anak tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi
kesehatan anak.
Tidak hanya memiliki sikap yang positif, orang tua/ pengasuh juga memiliki
norma subjektif postif. Hal ini terlihat dari hasil wawancara mendalam yakni orang
tua/pengasuh yakin jika orang yang mereka anggap berpengaruh akan mendukung
mereka agar dapat memberikan makanan bergizi kepada anak. Adapun orang-orang
yang memiliki pengaruh kepada orang tua untuk memberikan makanan yang bergizi
untuk anak adalah dokter, pengurus LSM/yayasan, dan teman sebaya. Selain meyakini
bahwa orang yang orang tua/ pengasuh akan mendukung perilaku mereka untuk
memberikan makanan yang bergizi, orang tua/pengasuh juga memiliki motivasi untuk
memberikan makanan bergizi informan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh keyakinan
Intensi atau niat individu menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari
tersebut(Achmat, 2010).
Selain sikap dan norma subjektif yang positif, untuk menghasilkan niat yang
positif juga harus didukung persepsi atas kontrol perilaku yang kuat untuk dapat
beberapa orang tua/pengasuh di Yayasan Tegak Tegar Jakarta Timur memiliki persepsi
kesempatan yang kuat terhadap hambatan yang dihadapi dalam memberikan makanan
yang bergizi untuk anak. Dan masih ada orang tua yang memiliki persepsi atas kontrol
perilaku yang lemah karena memiliki persepsi kesempatan yang lemah. Seperti
informan B dan D yang memiliki masalah dalam memberikan makanan bergizi pada
anak yaitu karena nafsu makan anak yang buruk. Informan B merasa tidak dapat
mempertaankan niatnya jika nafsu makan anak buruk. Begitu juga informan D, saat
nafsu makan anak buruk, informan D pasrah mengitkuti keinginan apa yang ingin anak
niat didasarkan atas asumsi bahwa kontrol keprilakuan yang dipersepsikan oleh individu
Berdasarkan ketiga hal yang mempengaruhi niat orang tersebut, beberapa orang
tua/pengasuh memiliki niat yang kuat karena memiliki sikap dan norma subjektif yang
positif serta persepsi atas kontrol perilaku yang kuat. Sedangkan orang tua/pengasuh
yang memiliki niat yang kurang kuat dipengaruhi oleh persepsi atas kontrol perilaku
mereka yang lemah meski sikap dan norma subjektif mereka positif.
diharapkan dapat merubah sikap dan persepsi atas control perilaku orang tua/pengasuh
dilakukan oleh orang yang mereka anggap penting dapat menambah keyakinan mereka
bahwa orang lain mendukung perilaku pemberian makanan bergizi kepada anak
terinfeksi HIV. Oleh karena itu, dengan dilakukannya penambahan pengetahuan yang
dilakukan yayasan diharapkan dapat menguatkan niat orang tua untuk dapat
Berdasarkan hasil perhitungan kecukupan gizi pada anak terinfeksi HIV di Jakarta
Timur, mereka memiliki kebutuhan gizi dan kecukupan gizi yang beragam.
Membandingkan dengan hasil perhitungan recall 24 jam, didapatkan dua anak memiliki
konsumsi energi yang belum mencukupi kebutuhan yang dianjurkan. Sedangkan tiga
anak lainnya sudah memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan. Anak yang
kebutuhan gizi makronya terpenuhi adalah mereka yang memiliki nafsu makan yang
baik didukung perilaku orang tua/pengasuh yang telaten memberikan makan anak
mereka. Seperti anak informan A, anak informan C, dan anak informan D. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak semua perilaku orang tua/pengasuh di Yayasan Tegak
84
Tegar Jakarta Timur memiliki perilaku yang baik dalam memberikan makanan untuk
Perilaku pemenuhan kebutuhan gizi adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang
kebutuhan gizi bagi tubuh baik yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung.
Orang tua sangat menentukan tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2005). Menurut
Kurniasih (2010), masalah kesehatan yang biasa muncul pada fase anak-anak misalnya,
kesulitan anak untuk makan karena terobsesi dengan main, asupan gizi yang tidak
seimbang, rentannya fisik anak, dan ancaman keracunan akibat dari kebiasaan makan
makanan di luar.
Hal inilah yang terlihat sebagai hambatan paling dominan yang dialami orang
tua/pengasuh. Kesulitan anak untuk makan karena terobsesi main menjadi hambatan
Meski demikian berdasarkan hasil observasi, semua orang tua/ pengasuh berusaha
agar memenuhi kebutuhan karbohidrat orang tua menyediakan nasi, mie, atau roti untuk
dikonsumsi anak. Keterpenuhan protein anak disediakan melalui daging, ayam atau
ikan. Kebutuhan vitamin dan mineral orang tua/pengasuh penuhi dengan menyediakan
sayur-sayuran dan buah untuk dikonsumsi anak. Namun hal ini belum mencukupi
keterpenuhan vitamin dan mineral yang dilihat seperti vitamin C, kalsium, dan
magnesium berdasarkan 1½ kali Angka Kecukupan Gizi. Hanya dua anak yang
terpenuhi dengan baik vitamin dan mineralnya (anak F dan anak C), ketiga anak lainnya
Masalah gizi bisa dikatakan sangat penting bagi penderita HIV. Bahkan
penurunan berat badan pada pendertia HIV sudah dianggap wajar. Padahal, kekurangan
kalori dan protein secara bermakna akan mempengaruhi fungsi kekebalan orang yang
terinfeksi HIV. Malnutrisi pada penderita HIV akan mengurangi kemampuan individu
untuk mencegah penyakit oportunistik atau malignasi dan dalam kenyataanya akan
badan adalah asupan makanan yang kurang memadai, malabsorbsi, penggunaan nutrient
yang abnormal, peningkatan kebutuhan gizi, dan peningkatan ekskresi nutrient. Semua
penyebab ini ikut terlibat dalam penurunan berat badan pada penderita HIV(Hsu, 2006).
Orang tua/pengasuh anak terinfeksi HIV kurang memiliki informasi mengenai hal
tersebut, sehingga jika anak mengalami sakit seperti demam dan flu orang tua/pengasuh
menganggap hal tersebut disebabkan anak terlalu letih karena aktivitas mereka.
Pengetahuan orang tua/pengasuh yang kurang tentang kebutuhan gizi anak HIV
yang lebih dari anak biasa membuat beberapa orang tua/pengasuh memperlakukan anak
terinfeksi HIV sama dengan anak yang tidak terinfeksi. Hal ini terlihat dari hasil
wawancara mendalam beberapa orang tua menjawab bahwa kebutuhan gizi anak
terinfeksi HIV sama saja dengan anak biasa. Padahal berdasarkan WHO (2003), energi
dibutuhkan lebih banyak pada penderita HIV guna menjaga berat badan dan aktivitas
fisik juga pertumbuhan. Kebutuhan energi untuk anak HIV lebih besar 10% dari anak
yang tidak terinfeksi HIV. Bahkan untuk anak yang mengalami penurunan berat badan
dibutuhkan tambahan asupan energi sebesar 50 – 100% dari asupan energi untuk anak
tanpa HIV.
86
6.6 Kontribusi Sikap, Norma Subjektif, Persepsi atas Kontrol Perilaku dan Niat Dalam
Terbentuknya Perilaku Orang tua/ Pengasuh terhadap Pemberian Makanan bergizi
Kontribusi sikap, norma subjektif, persepsi atas kontrol perilaku dan niat terhadap
perilaku terlihat pada anak informan yang memiliki asupan gizi yang kurang tercukupi,
seperti informan B dan informan D, keduanya memiliki sikap dan norma subjektif yang
positif namun persepsi atas kontrol perilaku mereka lemah sehingga niat untuk
menunjukkan perilaku pun lemah dan kebutuhan gizi anakpun tidak terpenuhi.
beberapa informan memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang lemah dan persepsi atas
kontrol perilaku yang kuat. Informan yang memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang
lemah juga memiliki niat yang kurang dan perilaku pemenuhan asupan gizi yang kurang
dibandingkan informan yang memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang kuat.
memunculkan perilaku.
tua harus memiliki sikap dan norma subjektif yang positif serta persepsi atas kontrol
Sikap positif adalah persepsi seseorang bahwa ada dampak positif jika suatu
perilaku dilakukan (Achmat, 2010). Dalam penelitin ini tentunya sikap yang positif
terjadi saat orang tua/pengasuh memiliki persepsi bahwa memberikan makanan bergizi
pada anak terinfeksi HIV memiliki dampak yang positif. Sikap positif ini dibentuk dari
keyakinan serta evaluasi orang tua terhadap outcome jika memberikan makanan bergizi
87
pada anak. Pengetahuan terhadap dampak serta pengalaman dari memberikan makanan
bergizi menjadi beberapa faktor yang membentuk keyakinan orang tua untuk memiliki
sikap positf.
Selain sikap, dibutuhkan juga norma subjektif yang positif agar orang tua
memberikan makanan bergizi untuk anak. Norma subjektif terbentuk dari keyakinan
orang tua/pengasuh bahwa orang yang mereka anggap penting mendukung mereka
untuk memberikan makanan bergizi pada anak. Selain meyakini orang lain memandang
bahwa memberikan makanan bergizi anak adalah hal positif, orang tua/pengasuh juga
termotivasi untuk memenuhi harapan dari orang lain tersebut, itulah yang disebut norma
subjektif positif. Beberapa orang yang berpengaruh terhadap perilaku orang tua adalah
dokter, pengurus yayasan, dan teman sebaya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa
program kerja dan pendampingan dari yayasan memiliki pengaruh terhadap orang
tua/pengasuh.
mewujudkan perilaku. Hambatan yang muncul pada penelitian ini adalah kelelahan
yang dirasakan orang tua dan nafsu makan anak yang buruk. Persepsi atas kontrol
perilaku yang kuat terjadi ketika orang tua/pengasuh meyakini bahwa mereka memiliki
bergizi pada anak. Pengalaman merawat orang sakit dan mengasuh anak menjadi faktor
latar belakang yang mendukung terbentuknya persepsi atas kontrol perilaku yang kuat.
Jika sikap dan normas subjektif sudah postif, persepsi atas kontrol perilaku orang
tua juga kuat, maka akan terbentuk niat orang tua untuk memberikan makanan bergizi
88
pada anak juga kuat. Semakin kuat niat seseorang berperilaku, diharapkan semakin
Theory of planned behavior memiliki tujuan antara lain untuk meramalkan dan
kendali atau kemauan individu sendiri. Berdasarkan teori ini, penentu terpenting
perilaku seseorang adalah intensi untuk berperilaku. Intensi individu menampilkan suatu
perilaku adalah kombinasi dari sikap, norma subjektif persepsi atas kontrol perilaku
untuk menampilkan perilaku tersebut. Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari
menampilkan suatu perilaku tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap
perilaku tersebut. Jika orang-orang lain yang relevan memandang bahwa menampilkan
perilaku tersebut sebagai suatu yang positif dan orang tersebut termotivasi memenuhi
harapan orang lain yang relevan, maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang
positif. Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang
ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi
Bagan 6.1
Kontribusi sikap, norma subjektif, persepsi atas kontrol perilaku, dan niat
orang tua/pengasuh terhadap perilaku orang tua
Sikap
Meyakini bahwa anak
Adanya persepsi orang
Pengetahuan& akan lebih sehat jika
tua bahwa memberiakan
Pengalaman diberikan makanan
makan bergizi memiliki
bergizi
dampak positf
7.1 Simpulan
1. Sikap orang tua/pengasuh Yayasan Tegak Tegar Jakarta Timur terhadap perilaku
pemberian asupan makan kepada anak terinfeksi HIV adalah positif. Hal ini terlihat dari
keyakinan orang tua/pengasuh jika kebutuhan asupan gizi anak terinfeksi HIV terpenuhi
2. Norma subjektif orang tua/pengasuh Yayasan Tegak Tegar Jakarta Timur untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak HIV terbentuk dari normative belief yang berasal dari
orang yang dekat dan mengetahui status infeksi anak seperti dokter, pengurus
yayasan/lsm dan teman sebaya atau orang tua yang juga memiliki anak terinfeksi HIV.
3. Persepsi atas kontrol orang tua dipengaruhi oleh keyakinan orang tua untuk mengatasi
hambatan dalam memberikan makanan bergizi pada anak terinfeksi HIV. Sebagian orang
tua memiliki keyakinan dapat mengatasi hambatan, yaitu kelelahan dan nafsu makan
anak yang buruk, sehingga dapat dikatakan orang tua tersebut memiliki persepsi atas
kontrol yang baik. Namun Sebagian lainnya kurang termotivasi untuk memberikan
4. Persepsi atas kontrol perilaku yang rendah menyebabkan rendahnya niat orang
kurang yakin untuk dapat mempertahankan niat tersebut. Kontribusi niat yang rendah ini
90
91
berakibat pada tidak terpenuhinya asupan gizi yang penting untuk tubuh anak terinfeksi
HIV.
5. Sebagin orang tua/pengasuh sudah dapat ,memenuhi kebutuhan gizi anak. Namun masih
ada sebagian orang tua/pengasuh yang masih kurang memperhatikan pemenuhan gizi
anak. Pada penelitian ini, persepsi atas kontrol perilaku sangat mempengaruhi niat dan
perilaku orang tua dalam memberikan makanan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak.
7.2 Saran
ataupun dokter/ ahli gizi rumah sakit untuk melakukan edukasi mengenai kesehatan dan
gizi anak terinfeksi HIV. Hal yang dapat dilakukan, misalnya penyuluhan tentang
kebutuhan gizi yang harus diberikan orang tua/pengasuh kepada anak HIV dan ragam
makanan serta kandungan gizi dalam makanan, sehingga orang tua dapat menyediakan
makanan yang variatif dan bergizi untuk anak. Pemberian informasi yang dilakukan oleh
yayasan akan memberikan persepsi kepada orang tua bahwa pengurus yayasan
yang lebih mendalam dengan tema yang sama namun dengan metode yang berbeda dan
Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personalit and Behavior (Second Edition). New York:
McGraw Hill.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. (2006). Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
92
93
Kepada YTH
Calon Informan Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fety Fathimah
NIM : 108101000020
Alamat : Jln. H. Baping Rt. 004/09 No. 33 Ciracas Jakarta Timur
Fety Fathimah
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi informan penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi
Kesehatan Masyarakat, yang bernama Fety Fathimah dengan judul “Gambaran Perilaku
Orang Tua/Pengasuh Dalam Memberikan Makanan Bergizi Kepada Anak Terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus Di Yayasan Tegak Tegar Wilayah Jakarta Timur Tahun 2013”.
Saya memahami bahwa yang dihasilkan merupakan rahasia dan hanya digunakan untuk
kepentingan pengembangan Ilmu Kesehatan dan tidak merugikan bagi saya. Oleh karena itu
saya bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini dan saya akan memberikan
informasi yang sebenar-benarnya.
(………………………….)
Pedoman Wawancara Mendalam pada orang tua/pengasuh anak terinfeksi HIV
Pewawancara:
Tanggal wawancara:
a. identitas informan
Pewawancara:
Tanggal wawancara:
a. identitas informan
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Nama :
Hari/ Tanggal :
Frekuensi makan
Adanya makanan
tambahan atau vitamin
yang diberikan
Matriks Wawancara Mendalam pada orang tua/pengasuh anak terinfeksi HIV
Pertanyaan Jawaban
Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E
Faktor latar belakang
1. selama ini apa saja Memberikan 4 sehat 5 sempurna. Makanan yang Makanan yang tidak Makan makanan
yang anda ketahui makanan yang baik Seperti ikan, sayur, membuat anak menimbulkan yang baik setiap
tentang asupan gizi seperti daging, susu, telur, buah. kenyang. penyakit untuk anak. hari seperti lauk-
yang baik untuk anak buah, ayam dan Contoh: kacang pauk, buah, telur,
HIV vitamin yang cukup. hijau, telur, ayam, daging, sayur yang
susu. tercukupi serta
makan teratur.
2. menurut anda Harus ditelateni/ Menyediakan Semua makanan itu Tidak ada Seharusnya orang
seperti apa perilaku diperhatikan dangan makanan yang sehat selama dia kekhususan antara tua lebih sabar dan
pemberian makan sabar dan teliti untuk bergizi seperti ikan, merasakan kenyang anak terinfeksi HIV lebih teliti dalam
anak HIV yang baik? kebutuhan makannya telur, daging. dan perut tidak dengan yang tidak. memberikan
dibandingkan anak kosong. Serta amakanan kepada
biasa. Diberikannya minum susu. anak.
makanan yang
bergizi seperti
daging/ikan/telur.
3. apa saja Demam ketika hanya Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah. Tidak pernah.
pengalaman anda diberi makan karena selalu diberi
ketika anda tidak tempe/tahu saja. makan dan tidak
memberikan makanan membiarkan perut
yang bergizi untuk anak kosong
anak HIV?
Pertanyaan Jawaban
Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E
4.Apa yang anda Gizi yang dapat 4 sehat 5 sempurna 4 sehat 5 sempurna Gizi seimbang, Semua yang
ketahui tentang gizi memenuhi seperti sayur, buah, dimakan sehari-
yang baik? kebutuhan anak lauk, pauk. hari baik
seperti daging,
5.Apa yang anda Lebih banyak Sama saja seperti Sama seperti anak Makanan yang bisa Jenis makanan
ketahui tentang membutuhkan anak yang tidak lain yang tidak meningkatkan sama saja seperti
makanan yang baik asupan gizi terinfeksi terinfeksi kekebalan tubuh. anak lain yang
untuk anak HIV? tidak terinfeksi.
Hanya saja
jumlahnya lebih
banyak
dibandingkan anak
yang tidak
terinfeksi
6.Keuntungan apa Bisa beraktivitas Fisiknya lebih kuat Lebih sehat Tidak mudah Lebih sehat dan
yang anda ketahui seperti anak-anak dan lebih sehat. terserang penyakit. tidak mudah sakit.
jika anak diberikan yang tidak sakit.
makanan bergizi?
7.Apa yang anda Bisa langsung sakit Berat badan tidak Lebih mudah sakit Lebih mudah sakit Lebih mudah sakit
ketahui mengenai karena virusnya bertambah
dampak jika asupan menyerang tubuh
gizi anak tidak lagi
terpenuhi?
8. Apa yang anda Terdapat daging, 4 sehat 5 sempurna Lauk, pauk, telur Makanan yang Makanan yang
ketahui tentang ayam, sayur, buah susu, buah. memenuhi dimakan setiap hari
makanan bergizi? dalam makanan kebutuhan tubuh seperti telur,
sehari-hari anak anak daging, sayur,
buah.
Pertanyaan Jawaban
Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E
Sikap
9. Bagaimana Anak HIV tidak bisa Anak dengan HIV Yang penting anak Makanan harus yang Makanan yang
sikap/pendapat anda diberikan makanan berbeda dengan kenyang bergizi dan ada diberikan harus
terhadap pemenuhan sembarangan dan anak tidak beberapa makanan memiliki gizi yang
asupan gizi untuk tidak bergizi untuk terinfeksi, sehingga yang harus baik
anak HIV sesuai dapat melakukan makananya juga dikonsumsi anak
dengan kebutuhan aktivitas seperti anak harus bergizi seperti vitamin dan
mereka? yang tidak terinfeksi. susu.
10.Menurut anda, apa Virusnya aktif Fisiknya menurun Mudah sakit Mudah sakit Mudah sakit
saja akibat jika sehingga anak akan
kebutuhan gizi anak mudah sakit
tidak terpenuhi?
11.Seberapa besar Besar. Jika tidak Besar. Fisik lebih Besar. Karena daya Besar. Karena Besar. Sehingga
efek diberikan makanan lemah dan tidak tahun tubuh mempengaruhi harus terpenuhi
ketidakterpenuhan yang bergizi anak segar. Dan bisa berkurang sehingga kekebalan tubuh kebutuhan gizinya
gizi tersebut terhadap lebih mudah sakit terserang penyakit anak terlihat tidak anak setiap hari
tubuh anak? seperti radang bersemangat
Norma subjektif
12. Bagaimana Lebih bersemangat Berusaha Lebih bersemangat Lebih mendapatkan Menambah
pengaruh orang lain dan lebih menjalankan apa memberikan anak pengetahuan pengetahuan untuk
menyarankan anda mengetahui makanan yang disarankan makan sehingga mengetahui memberikan
untuk memberikan apa yang harus sesuai dengan makanan yang harus makanan yang baik
asupan bergizi pada diberikan untuk anak kemampuan diberikan untuk anak untuk anak
anak setiap hari?
Pertanyaan Jawaban
Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E
13.Apa dan siapa saja Dokter dan Dokter Dokter, LSM, Dokter Pengalaman
orang yang pengalaman teman teman sebaya
mempengaruhi anda sebaya
untuk tidak
memberikan asupan
bergizi pada anak?
14.Apa saja yang Semangat yang Ingin anak lebih Ingin anak lebih Kasihan jika Ingin anak lebih
mendorong ibu diberikan oleh sehat sehat kebutuhannya tidak sehat
memberikan makanan dokter, nafsu makan terpenuhi
bergizi/ sehat untuk anak yang baik, dan
anak? pengalaman teman
sebaya yang
mengalami hal lebih
buruk
15. Apa hambatan Kelelahan untuk Nafsu makan anak Nafsu makan anak Nafsu makan anak Tidak ada
anda dalam menyediakan makan
memberikan makanan anak
bergizi/sehat untuk
anak?
Niat
18. Apakah selama ini Sangat ingin Iya Sangat ingin Iya Sangat ingin
anda memiliki
keinginan untuk
memberikan makanan
yang bergizi/sehat
untuk anak?
19. Apa saja usaha Lebih sabar dan teliti Diberikan makanan Menyediakan Menyediakan Menyediakan
yang anda lakukan memberikan makan alternative jika makanan yang anak makanan sesuai makanan yang anak
untuk memberikan anak nafsu makan anak suka, atau kemampuan, suka, menyediakan
makanan bergizi/sehat kurang, memberiakan memberikan anak cemilan sendiri
untuk anak? menyediakan makanan makanan makanan yang
makanan yang dia alternative tersedia
suka sehingga perut
anak terisi.
20. Bagaimana anda Kesadaran untuk Menyediakan Sediakan makanan Paling tidak anaknya Lebih santai,
mempertahankan tetap memberikan makanan yang yang anak suka mau makan, entah sehingga tidak
usaha anda tersebut? anak makanan yang berbeda supaya jajan atau makan dibawa menjadi
bergizi tidak bosan atau lauknya saja. beban
menanyakan apa
yang anak ingin
makan
Matriks Wawancara Mendalam pada LSM Pendamping anak terinfeksi HIV
Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang anda ketahui tentang 4 sehat 5 sempurna, dan kebutuhan yang
makanan bergizi? masuk sama dengan kebutuhan yang
dikeluarkan, namun detail dan selebihnya
kurang mengetahui.
2.Adakah kegiatan mengenai gizi untuk Selama ini hanya ada kegiatan penyuluhan
anak HIV? mengenai informasi HIV. Belum ada
penyuluhan atau penyampaian informasi
mengenai gizi anak HIV atau tentang
makanan dan gizinya.
3.Apakah anda mengetahui tentang gizi Iya. Orang dengan HIV/AIDS membutuhkan
yang baik untuk anak HIV? gizi 10% lebih banyak dibandingkan orang
yang tidak terinfeksi. Odha juga harus lebih
memperhatikan kecukupan makanannya,
khusunya anak harus diperhatikan secara
teliti keterpenuhan gizi makanannya.
4.Apa yang anda ketahui tentang Anak terinfeksi HIV harus mendapatkan
kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak asupan gizi yang lebih dibandingkan anak
HIV? yang tidak terinfeksi. Seperti cukup terpenuhi
buah, sayur, lauk dan nasi dalam makanan
hariannya.
Matriks Observasi Perilaku Pemberian Makanan Bergizi pada Anak HIV
Domain Dimensi
Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E
Perilaku Adanya konsumsi √ √ √ √ √
pemberian makan yang terdiri Nasi, ayam, Nasi, ikan lele, Nasi, roti, soto Nasi, telor, sayur Roti, nasi, Sayur
makan dari makanan kembang kol, sayur sop, ayam (daging kangkung, asem, ikan asin,
pokok, lauk-pauk, buncis, kentang, pisang, semangka,susu
ayam, bihun, kol), papaya,susu
sayur, buah, susu tepung jagung, bakso,susu
mi goreng, susu
keju,susu
Frekuensi makan 5 kali 2 kali 4 kali 3 kali 4 kali
7.00 10.00 05.30 07.00 06.30
17.00 17.00 11.00 12.00 10.00
11.00 14.00 18.00 16.00
14.30 18.00 19.30
20.00
Adanya makanan √ √ √ √ √
tambahan atau Minyak ikan batagor kue. Biskuit Bubur kacang ijo
vitamin yang Scot emoltion
diberikan Madu
Hasil Perhitungan Gizi Anak HIV
Domain Dimensi
Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E
Energy (Kkal) Hari 1 3986.4 666.6 2577.4 503.3 1305
Hari 2 2951.8 1095.3 1710.7 1090.5 1334.5
Hari 3 5143 1410 1366.1 1001.6 1703.6
Rata-rata 4027 1057.3 1884.7 865.1 1447.7
Anjuran 1830.9 1567 1682 1734.8 1091.5
Protein (gr) Hari 1 296.7 25.3 60.3 20.3 46.3
Hari 2 84.7 38.2 55.4 39.3 57.6
Hari 3 373.8 42.8 59.5 50 48.5
Rata-rata 251.7 35.4 58.4 30.5 50.8
Anjuran 59.4 47 50.4 52 32.5
Lemak (gr) Hari 1 199.5 27.5 107.9 19.1 29.5
Hari 2 43.9 26.1 48.7 24.8 43.7
Hari 3 249.4 56.7 220.8 42.2 30.2
Rata-rata 164.2 36.7 125.8 28.7 34.5
Anjuran 20.3 17.4 18.6 19.26 12.1
Vitamin C Hari 1 22.5 25.2 202.1 14.2 21.1
(mg) Hari 2 64 3.5 59.6 7.6 31.2
Hari 3 28.1 22.5 13.6 21.5 67.3
Rata-rata 38.2 17 91.7 14.4 39.8
Anjuran 67.5 67.5 67.5 67.5 97.5
Kalsium (mg) Hari 1 303.1 175.3 1583.8 93.7 356.4
Hari 2 737.9 273.5 533.3 226.6 620.2
Hari 3 378.3 244.7 183.1 233.7 891
Rata-rata 473.1 231.1 766.7 184.6 622.5
Anjuran 900 750 750 750 1500
Magnesium Hari 1 362.5 98.8 209.2 47.8 157.3
(mg) Hari 2 444.6 137.6 161.7 122.1 178.5
Hari 3 469 180 171.9 99.8 215.6
Rata-rata 425.3 138.8 180.9 89.9 183.8
Anjuran 180 135 135 135 345
VERBATIM I
Berikut ini adalah verbatim berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dibuat
sebelumnya.
1. P Bu, ibu tau ngga tentang makanan bergizi?
J 4 sehat 5 sempurna kan? Ada daging, ayam, sayur, buah susu?
2. P Kalo menurut ibu gizi yang baik kaya gimana?
J Yang penting kenyang sih mba. Kalo kenyangkan dia semangat.
3 P Kalo gizi yang baik buat anak HIV gimana bu?
J Sebenernya anak HIV itukan sama aja kaya anak dengan penyakit lain ya.
Mau anak itu sakit jantung, atau sakit apa aja. Harus dapet makanan yang
baik, kaya vitamin, daging, susu, buah, sayuran, kue-kue, yang bikin dia
kenyang.
4 P Yang ibu tau tentang makanan yang baik anak seperti F gimana bu?
J Ngga ada bedanya sih sebenernya sama aja kaya anak yang lain ya. Anak
yang sakit jantung, paru-paru sama dia, ya tetep harus makan obat, dikasih
makan bergizi, istrahat. Tapi anak kaya dia gizinya harus banyak. Soalnya
kan virus di tubuhnya dia kan ikut makan. Ibaratnya kan sekarang
virusnya dia lagi tidur mba, jadi kalo dia makannya banyak, virusnya juga
ikut makan. Kalo makan gizinya kurang, virusnya bangun, sakit deh dia.
5 P Jadi kalo cara memberi makanan buat anak HIV gimana bu yang baik?
J Harus ditelatenin ya mba. Ngga bisa dia makan sembarangan. Kaya inikan
saya bikinin dia bubur. Sebentar lagi nih waktunya dia makan. tapi
anaknya lagi main. Tuh mba, saya bersyukur banget. Dulu waktu ketauan
dia sakitkan dia kuruus banget mba. Udah meringkuk aja. Ngga ada
dagingnya. Sedih deh dulu mah. Teruskan saya telatenin kasih makan dia
mba. Anak mahal dia mba. buburnya aja mahal banget dulu. Satu kotak
bisa 170.000. tapi sekarang udah ngga beli lagi. Bisa ternyata saya bikin
sendiri. Ayam, nasi, keju, sayur aja dicampurin gitu. Lebih enak bikinan
saya malah mba. susunya dia juga beda mba. ini susu sapi murni. Dokter
yang jual. Mahal juga itu susunya dia. Satu bungkus 20.000. (pergi ambil
susu). Nih mba susunya dia.
6 P Pernah ngga bu punya pengalaman, ngga ngasih F makanan bergizi terus
F sakit atau kenapa-kenapa gitu bu?
J Ya itu. Dia kan harus dikasih makannya bergizi ya. Daging, sayur. Ngga
bisa dia kalo cuma dikasih tempe aja. Langsung demam dia kalo dikasih
tempe aja. Saya pernahkan, udah males gitu masak ayamnya. Waktu itu
ngga sempet ke pasar, anaknya udah minta makan, yaudah saya bikinin
bubur aja Cuma pake tempe, sayur sama keju doang, dia langsung demam.
Anak mahal ini dia emang.
7 P Jadi yang ibu tau kalo F ngga dikasih makanan bergizi dampaknya apa
bu?
J Langsung demam dia. Virusnya bangun, terus langsung nyerang dia. Kalo
dia makannya bergizi kan virusnya ikut makan, jadi ngga nyerang
badannya dia, soalnyakan virusnya udah dikasih makan.
8 P Keuntungannya apa bu, kalo ibu kasih F makanan bergizi?
J Tidurnya enak, bisa ngapa-ngapain. Dulukan dia ngga bisa ngapa-ngapain
mba. lemes soalnya. Tidur mulu. Sekarang mah udah ngga. Mba liat aja
nanti anaknya. Lari-larian, kaya anak ngga sakit aja. Sekolahnya juga bisa
ngikutin pelajarannya dia. Saya kira dia ngga bisa naik kelas gitu ya,
ternyata bisa tuh. Nilainya juga lumayan. Sekarang ikut les juga. Les
bahasa inggris sama matematika. Bisa dia ngikutinnya. Biasanya kan anak
yang kena begini juga suka lebih lambat mikirnya. Tapi F ngga tuh. Dia
bisa ngikutin pelajarannya. Emang ngga dapet ranking, tapi nilainya
bagus, berarti dia bisa ngikutin kan?
9 P Bu, kalo menurut ibu, anak seperti F ini harus diberi makanan bergizi
seperti apa biar kebutuhan gizinya terpenuhi?
J Anak kaya F ini makanannya harus yang bergizi. Nasinya banyak, pake
daging. Ngga bisa dia makan sembarangan atau ngga bergizi. Kalo ngga,
ngga bisa dia kaya anak lain. Coba aja mba liat, anak yang kena juga,
kulitnya tuh kalo diliat pada korengan, terus lemes, lesu, ngga semangat.
Kalo F kan ngga. Kulitnya dia cakep, ngga ada koreng, bisa main. Ih ngga
bisa diem banget mba dia. Ini aja lagi main diluar sama sepupunya.
10 P Kalo menurut ibu, kalo F ngga dikasi makanan bergizi akibatnya apa bu?
J Virusnya bangun mba. Sakit lagi nanti dia.
11 P Dampaknya besar ngga sih bu menurut ibu kalo F ngga dikasih makanan
bergizi?
J Besarlah mba. Dia aja sekarangkan gizinya buruk. Kalo makanannya ga
bergizi, bisa demam, radang dia. Kalo makannya Cuma sama tempe
doang sakit dia mba.
12 P Bu, ada ngga orang yang mempengaruhi ibu buat ngasih F makanan
bergizi?
J Ada. Kaya dokter di carolus tuh mba. Saya kan orangnya ceplas-ceplos
mba. Saya penasaran. Saya tanya dokter. Dok, anak kaya F gini bisa jadi
dokter ngga dok? Bisa bu. Yang penting ibu sekarang car uang yang
banyak. Bisa dia jadi dokter.
Terus mba, atau mba yanti, kan juga jadi ngasih tau saya apa F makannya
udah bener apa belum.
Saya juga ngga mau mba, F ini kaya anak yang kena lainnya. Kan suka
keliatannya ngga sehat. Gampang sakit, lemes. Kalo saya mah ngga mau.
Makanya saya kasih makannya yang bener.
13 P Pengaruhnya dari orang-orang tadi buat ibu apa bu?
J Ya saya jadi tau anaknya harus dikasih makan seperti apa. Kaya mba atau
mba yanti kan kan jadi saya dikasih tau saya harus gimana.
Bikin saya semangat juga. Kaya yang tdai dokter carolus itu mba. Saya
jadi semangat habis dia ngomong gitu.
14 P Yang bikin ibu mau memberikan makanan bergizi buat F apa bu?
J Ya semangat dari dokter itu mba. Terus anaknya juga doyan makan.
Sehari dia bisa makan lima kali mba. Lahap anaknya makan. Jadi saya
seneng ngasih makannya. Orang anaknya mau makan. Orang tua mana sih
mba yang ngga seneng lat anaknnya doyan makan?
15 P Kalo hambatannya buat ngasih makan makanan bergizi buat F ada bu?
J Capek mba. Kan dia ngga kaya anak biasa atau sepupunya. Kalo
sepupunya kan makan sama kaya yang kita makan. Kalo F kan ngga.
Harus ngerebus ayam dulu. Lima ekor loh mba saya sekali masak buat F.
belum diblendernya. Harus ngangetin dulu setiap dia mau makan. Ibunya
mana ada ngurusin begini?kan saya juga yang nyuapin dia. Kalo sekolah,
kan harus anget makanannya, jadi kalo jam istirahat saya kesekolah dia,
nganterin makanan. Ntar dia makan, kalo udah habis baru saya pulang.
Dia kan ngga bisa jajan. Makan selain bubur ini dia ngga mba. Yang dia
tau makanan ya bubur aja. Ngga tau tahu, tempe tuh dia ngga tau.
16 P Terus gimana ibu ngatasi hambatan ngasih makan F?
J Saya seneng ngeliat anaknya doyan makan. Biar harus ngeblender dulu,
nyuapin jadi ngga kerasa capeknya. Orang anaknya doyan makan. Ya saya
seneng. Seneng juga saya ngeliat dia sehat. Bisa belajar, ikut les, main
sama temen-temennya. Saya jadi termottivasi karna liat anaknya sehat
mba.
17 P Jadi ibu yakin bisa ngatasi hambatan tadi?
J Yakin mba. Karnakan kita liat perkembangan dia. Dari yang kecilnya, ih
sedih banget dulu mah mba, sampe bisa kaya sekarang ini, bisa main,
ceria, saya jadi semangat ngasih makan dia.
18 P Selama ini ibu punya keinginan atau niat buat ngasih makan bergizi buat
F?
J Iya lah mba
19 P Apa bu usaha ibu buat ngasih F makanan bergizi?
J Ya saya telatenin kasih makan dia sama masak. Yang penting ibunya dia
cari uang yang banyak. Biar deh saya yang urus dia.
20 P Gimana cara ibu buat mempertahankan tetep bisa ngasih F makanan
bergizi?
J Ya gimana mba. Mau ngga mau saya harus nyediain makanan buat dia.
Jadi udah biasa sih. Udah tau, anak kaya dia ini harus ditelateni, ngga bisa
makannya sembarangan ngga diperhatiin.
VERBATIM II
Berikut ini adalah verbatim berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dibuat
sebelumnya.
1. P Bu, yang ibu tau tentang makanan bergizi apa?
J Persisnya sih ngga tau. 4 sehat 5 sempurna kali ya?
2. P Kalo menurut ibu gizi yang baik kaya gimana?
J 4 sehat 5 sempurna. Ada ikan pasti, telur, sayur, buah kadang-kadang
harusnya sih sering.
3 P Kalo gizi yang baik buat anak HIV gimana bu?
J Yang kita sediainnya makanannya harus yang bergizi, harusnya. Kaya
daging, telor, ikan.
4 P Yang ibu tau tentang makanan yang baik buat G gimana bu?
J Sama aja sih makanan buat anak yang kena ‘itu’ sama yang ngga kena
5 P Jadi kalo cara memberi makanan buat anak HIV gimana bu yang baik?
J Iya sama aja kaya kita. Sehari makan ikan, sayur, buah.
6 P Pernah ngga bu punya pengalaman, G sakit kalo ngga dikasih makanan
bergizi?
J Ngga pernah sih. Dia kalo sakit juga sama kaya kita biasa. Flu, demam,
diare.
7 P Menurut ibu, ada dampaknya ngga sih kalo G ngga dikasih makanan
bergizi?
J Berat badannya ngga nambah, terus keliatannya layu. Emm gimana sih
layu tuh ya, pucet, lemes gitu paling.
8 P Kalo menurut ibu ada ngga keuntungan kalo G dikasih makan makanan
bergizi?
J Kesehatannya dia bagus. Fisiknya kuat, menunjang semua, kesehatannya
baiklah.
9 P Bu, kalo menurut ibu, anak seperti G ini harus diberi makanan bergizi
seperti apa biar kebutuhan gizinya terpenuhi?
J Anak dengan penyakit ini kan beda ya. Jadi sayur, buahnya, ikan atau
telur, dagin itu harus ada buat dia. Pokoknya dalam sehari itu harus ada
daging atau ayam atau ikannya gitu.
10 P Kalo menurut ibu, kalo G ngga dikasi makanan bergizi akibatnya apa bu?
J Fisiknya menurun. Ya layu itu.
11 P Pengaruhnya besar ngga sih bu menurut ibu kalo G ngga dikasih
makanan bergizi?
J Besar. badannya jadi keliatan ngga bagus. Ngga seger gitu fet. Ntar bisa
nambah penyakit.
12 P Bu, ada ngga orang yang mempengaruhi ibu buat ngasih makanan bergizi
buat G?
J Dokter sih.
13 P Dokter nyuruh apa bu?terus ibu jalanin ngga yang disuruuh dokter?
J Dokter suruh kasih makan yang banyak biar gemuk. Ya saya jalanin ya
sebatas kemampuan saya aja. Saya kasinya yang penting nasi, lauk, pauk,
sayur, harus lengkap.
14 P Yang bikin ibu mau memberikan makanan bergizi buat G apa bu?
J Ya pengen cucu sehat dan besar sih fet.
15 P Kalo hambatannya buat ngasih makan makanan bergizi buat G ada bu?
J Anaknya susah makan. Mood-mood-an makannya. Suka-suka dia aja
makannya. Gitu maunya dia, jajan mulu. Ya saya sih bolehin aja. Asal
ngga ciki cikian, bisa bikin dia sakit.
Dia kan giginya gitu fet. Tadi liat kan? (gigi bagian depan ompong). Jadi
makannya lama banget. Kan masih suka saya suapin, suka gregetan
sendiri, soalnya makannya lama karna susah ngunyah kali ya giginya ngga
ada gitu. Kalo ngga saya suapin itu lebih lama lagi. Dia kalo makan sambil
main. Kalo anak lain, kalo udah kosong, balik, makan lagi, kalo dia ngga,
harus neneknya teriak-teriak dulu baru balik makan lagi. Capek ngasih
makan dia mah.
Kadang sih kalo sempet saya bikin tim. Kalo bikin tim dia makannya
cepet.
Tapi kan saya ya gini, ngga ngurusin dia doang. Harus nyiapin masak buat
besok jualan lagi. Jadi saya jarang ngetim. Yang penting masak ada kuah-
kuah gitu, jadi dia gampang ngunyahnya. Kalo kering dia ngga bisa makan
fet.
16 P Terus gimana ibu ngatasi hambatan ngasih makan F?
J Sebenernya anaknya ngga milih-milih makanan. Kalo kita sediain apa,
yang ada aja dia makan. Kadang kalo lagi keliatan susah makan, kita
ngikutin anaknya mau dimasikin apa. Atau kalo dia ngga mau makan nasi
atau makanan yang udah kita siapin nih, yaudah biarin aja kasih makanan
yang lain yang dia mau. Biasanya sih roti, bakso, batagor.
17 P Yakin bu kalo kaya tadi gizi G terpenuhi?
J Yakin. ‘kan dia jajannya juga ngga sembarangan. Yang ciki-ciki gitu ngga
saya bolehin.
18 P Selama ini ibu punya keinginan atau niat buat ngasih makan bergizi buat
G?
J Iya. Pengennya sih gizinya bagus. Pengen kasih menu makanannya
lengkap. Susu cukup, makan buah sama lauk cukup.Cuma ya gentian,
ngga harus ada daging sama ayam. Daging aja, atau ayam aja gitu.
19 P bu apa usaha ibu buat ngasih G makanan bergizi?
J Kadang makanannya saya tim. Biasanya kan dia makan dua kali sehari.
Kalo di tim bisa makan tiga kali sehari. Atau kalo makan biasa ya saya
suapin biar lama juga, atau kalo mau jajan saya kasi. Asal ngga yang ciki-
ciki.
20 P Gimana cara ibu buat mempertahankan tetep bisa ngasih F makanan
bergizi?
J Kalo lagi susah makan suka saya tanya, mau makannya apa, sediain yang
dia mau makan. Masaknya juga beda-beda biar dia ngga bosen. Cuma mau
gimana ya. Kadang mau udah dibikinin yang dia mau juga kalo anaknya
lagi ngga mau makan ya ngga dimakan.
VERBATIM III
Berikut ini adalah verbatim berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dibuat
sebelumnya.
1. P Menurut mama, makanan bergizi apa ma?
J Lauk, pauk, telur, susu, buah.
2. P Kalo gizi yang baik menurut mama gimana ma?
J Ya apa itu, 4 sehat 5 sempurna. Yang lauk, pauk, telur, susu, buah tadi
3 P Kalo gizi yang baik buat anak HIV kaya gimana menurut mama?
J Sayur-sayuran, buah, kue-kue yang bikin dia kenyang itu baik buat dia
4 P Kalo makanan yang baik buat anak seperti C gimana ma?
J Semua makanan kan baik mba. Yang penting dia kenyang. Terus sama
minum susu. Yang penting perut dia ngga kosong.
5 P kalo cara mama memberi makanan buat anak ternfeksi gimana ma? Ada
beda ngga sama yang ngga terinfeksi?
J Ngga ada beda. Sama aja kaya anak yang lain.
6 P Pernah punya pengalaman ngga ma, C sakit karna mama ngga kasih
makanan bergizi?
J Ngga pernah. Karna pasti saya kasi makan setiap hari, ngga saya biarin
perut dia kosong. Kan kalo saya belum masak, saya beliin dulu dia kue-
kue gitu mba. Yang penting perutnya ngga kosong.
7 P Menurut mama, apa dampak kalo C ngga dikasi makan makanan bergizi?
J Ngedrop itu badan dia. Jadi gampang sakit. Yah ngedrop lah.
8 P Ada ngga ma keuntungan kalo mama kasih C makanan bergizi
J Ada.
9 P Kalo menurut mama, C harus diberi makanan bergizi seperti apa biar
kebutuhan gizinya terpenuhi?
J Yang penting kenyang itu dia. Lagian anak ini udah tau sendiri mba. Kalo
lapar, di tarik ini rambut mamanya minta bikinin susu. Tengah malam
mba, dia jambak rambut saya uh-uh (memperagakan anaknya menjambak)
minta bikinin susu. Ngga liat waktu. Itu jam 12 mba. Kita lagi tidur enak-
enak gitu kan, tiba-tiba dia jambak rambut saya.
Kadang juga dipukulnya saya kalo dia lapar.
10 P Menurut mama, apa akibat kalo C ngga dikasi makanan bergizi
J Nge-drop mba.
11 P Seberapa besar menurut mama efeknya kalo C ngga dikasi makanan
bergizi?
J Besar mba. Lemaslah dia. Karenakan dia daya tahan tubuhnya udah
kurang. Jadi gampang sakit.
12 P Ma, ada ngga orang yang dukung mama buat ngasih makanan bergizi
buat C?
J Ada. Kaya dokter, orang-orang di yayasan. Kadangkan mereka suka
tanya, C gimana kabarnya? Dulukan waktu dia pertama kali ketauan sakit
itu mba dia kurus banget. Kasian saya liat dia. Sama kalo kita lagi ada
acara kaya ngumpul-ngumpul di YPI atau Tegak Tegarkan ketemu temen-
temen yang lain, saya suka cerita anak saya begini nanti mereka bantu
saya. Curhat-curhatan gitu mba. Habis mau gimana. Yang tau kita begini
kan Cuma mereka-mereka aja. Orang disini ngga ada yang tau mba.
13 P Pengaruhnya gimana sih ma, dokter, pengurus yayasan sama ngumpul
sama temen tadi yang bikin mama mau ngasih makanan bergizi buat C?
J Saya jadi semangat ngasih dia makan, minum susu. Biar dia sehat. Ngga
apa-apa deh kerja ini itu, yang penting bisa beli makan buat sehari.kadang
saya suka cape gitu mba, kan cape mba. Kalo sekarang mau ngambil obat
harus antri. Emang obatnya gratis. Tapi buat ngurusnyya kalo dateng pagi
nanti pulangnya sore. C harus dibawa kemana-mana.
Kadang seneng saya kalo ada acara di YPI. Kan suka di telpon, mama C,
dateng yak e YPI. Saya bilang, saya ngga punya uang, kalo ngga ada
uangnya saya ngga mau datang. Tapi kan kalo kita datang suka dikasi
uang ongkos, kadang sembako, susu, ya lumayan.
14 P Yang bikin mama memberikan makanan bergizi buat C apa ma?
J Dulu kan dia kurus banget mba. Saya suka kasian gitu ngeliatnya. Bapak
udah ngga ada kan. Makanya saya pengen saya sehat dia juga sehat.
15 P Ada hambatan ngga ma buat ngasih makanan bergizi buat C?
J Suka angot-angotan dia kalo makan.dia sukanya makan sendiri. Tapi kalo
makan sendiri, berantakannyaa..nasi tumpah dimana-mana, harus ngepel
lagi, padahal baru diberesin. Terus sukanya makan sambil lari-larian.
Capek saya ngejarnya keluar.
Ya lagi saya harus cari uang sendiri buat makan sehari-hari. Berapa sih
mba dapet dari joki?paling cukup buat makan hari ini. Kadang saya suka
kasihan, kakanya C juga suka bantu saya joki. Kalo dia masuk siang,
paginya dia joki dulu. Mau gimana lagi. Tap Tuhan masih sayang,
sekarang C udah gemuk, sehat, malah ngga bisa diem. Saya juga sehat
jadi masi bisa kerja apa aja yang penting baik.
16 P Gimana cara mama ngatasi hambatan biar mama tetep bisa kasi C
makanan bergizi?
J Kerja mba.Sekarang kan saya terima cucian mba, jadi kalo pulang joki
saya ambil cucian.
C ini sukanya makan sendiri. Tapi saya kan suka capek. Habis joki masi
harus nyuci. Daripda dia ngotorin rumah lagi, saya masuk-masukin aja ke
mulut dia itu biar dia makan. Kalo ngga mau makan juga saya paksa
masukin.
Kadang apa yang dia mau kita kasih aja biar ganjel perut. Paling ngga,
ngga kosong perut dia. Beliin aja kaya donat, kue, biscuit yang bikin
kenyang.
17 P Mama yakin dengan gitu kebutuhan gizi C udah terpenuhi?
J Yakin. Walau ngga seberapa usaha yang kita lakuin yang penting dia bisa
makan.
18 P Selama ini mama punya keinginan atau niat buat ngasih makan bergizi
buat C?
J Iya pengen banget mba.
19 P Usaha apa yang mama lakuin biar bisa kasi C makanan bergizi?
J Kerja lah kita mba. Karena keadaan begini kan, paling ngga ada kerja
dapet uang buat makan hari ini.
Kalo C lagi ngga mau makan, saya bikinin yang dia suka. Dia suka banget
sayur daun singkong mba. Kadang saya beliin makanan yang kaya kue-
kue gitu buat dia yang penting perut ngga kosong.
20 P Gimana cara mama buat tetep bisa ngasih F makanan bergizi?
J Kerja terus saya. Apa aja saya lakuin, biar hidup pas-pasan yang penting
sampe dia ngga makan. Sediain makanan kesukaan dia kalo dia udah
susah makan. Kalo udah cape, saya ambilin aja nasi sama mi, saya
piringin, saya taruh aja di depan tivi, nanti dia makan sendiri.
VERBATIM IV
Berikut ini adalah verbatim berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dibuat
sebelumnya.
1. P Mas, yang mas ketahui tentang makanan bergizi apa?
J Yang memenuhi kebutuhan badan anak
2. P Kalo menurut mas, gizi yang baik kaya gimana?
J Gizi seimbang. Kaya sayur mayur, lauk, pauk, buah ada.
3 P Kalo gizi yang baik buat anak HIV gimana mas?
J Yang bisa ningkatin kekebalan tubuhnya dia kaya bayam, jambu gitu gitu
mba
4 P Yang mas tau tentang makanan yang baik anak seperti Z gimana mas?
J yang ngga nimbulin dia sakit, kaya kacang ijo, telor, ikan, ayam, susu.
5 P Jadi kalo cara memberi makanan buat anak HIV gimana bu yang baik?
J Ngga khusus sih. Kalo orang tertentu yang ada kelainan mungkin
makanannya beda ya. Tapi kalo buat Z ngga sih, sama aja.
6 P Pernah punya pengalaman ngga mas Z sakt karna nga dikasih makanan
bergizi?
J Ngga sih. Dia kalo kecapean sakit. Kaya kemaren kan ke ciputat itu hujan
pulangnya, demam dia. Tapi kalo karna makanan ngga pernah.
7 P Mas tau ngga dampak kalo Z ngga dikasi makanan bergizi?
J Sering sakit kalo asupan gizinya kurang gitu. Mudah sakit.
8 P Kalo keuntungannya kalo Z dikasi makanan bergizi?
J Ngga cepet ngedrop ke anaknya. Kalopun ngedrop Cuma sesekali aja tapi
ngga sampe sakit lama gitu. Kaya demam biasa aja.
9 P Menurut mas, Z harus diberi makanan bergizi seperti apa biar kebutuhan
gizinya terpenuhi?
J Vitamin sama susu ngga boleh ngga dikasih mba. Kalo makanan sih ngga
harus yang mewah, yang penting bergizi tinggi. Kaya tempe, sayur
gitukan.
10 P Kalo menurut mas, kalo Z ngga dikasi makanan bergizi akibatnya apa?
J Ngedrop badannya. Bisa sakitnya panjang. Soalnya kena penyakit-
penyakit lain. Kan jadi gampang sakit.
11 P Pengaruhnya besar ngga mas kalo Z ngga dikas makkanan bergizi?
J Besar. kan jadinya bisa mempengaruhi kekebalan tubuh Z.
12 P Mas, siapa yang mempengaruhi mas untuk ngasi makanan bergizi buat Z?
J Dokter. Dokter suka nyaranin buat pilih makanan yang bisa bantu
kesehatan dia.
13 P Pengaruhnya gimana mas dukunan dari oran lain supaya mas
memberikan makanan bergizi?
J Jadi makin dapet pengetahuan sih ya. jadi tau anaknya harus dikasiih
makan apa, jadi lebih diperhatiin buat makan anak.
14 P Yang bikin mas mau memberikan makanan bergizi buat Z apa mas?
J Karena itukan kebutuhan dia. Kalo ngga terpenuhi ya kasian juga.
15 P Ada ngga mas hambatan selama memberikan makanan bergizi buat Z?
J Suka-suka dia sih makannya. Ngga bisa dipaksain jam segini harus
makan.tapi kalo udah minta makan, harus disediaain. Baru gtu.
Dikit juga sih dia makannya. Makannya badannya kurus.
16 P Gimana cara mas ngatasi hambatan tersebut?
J Diganjel dulu. Kalo ngga mau dikasih makanan lain dulu yang dia suka.
Kadang suka nanya juga, lagi mau makan apa?kalo dia yang mintakan
jadiny nanti dimakan.kadang lauknya aja dimakan.
17 P Mas yakin ngga bisa mengatasi hambatan ini?
J Yakin sih. Yang penting ada yang dia makan.
18 P Selama ini mas punya keinginan atau niat buat ngasih makan bergizi buat
Z?
J Ya tentu lah
19 P Apa usaha mas buat ngasih Z makanan bergizi?
J Sekemampuan kita aja. Apa yang ada kita kasih, yang penting memenuhi
kebutuhan dia
20 P Gimana cara mas buat mempertahankan tetep bisa ngasih Z makanan
bergizi?
J Paling ngga anaknya mau makan, mau jajan atau mau makan lauknya aja,
jadi ngga masuk angin.
VERBATIM V
Berikut ini adalah verbatim berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dibuat
sebelumnya.
1. P Menurut ibu makanan bergizi itu apa?
J Vitamin. Makanan yang kita makan sehari-hari.
2. P Kalo gizi yang baik menurut ibu gimana?
J Ya makanan yang kita makan sehari-hari, semua makanan baik. Telor,
susu, daging, sayur, buah.
3 P Kalo gizi yang baik buat anak HIV gimana bu?
J Sehari-hari makan yang baik. Kaya lauk, pauk, susu, buah, telor, daging,
sayur. Terus makannya teratur.
4 P Yang ibu tau tentang makanan yang baik buat A gimana bu?
J Sama aja kaya anak yang lain sih kaya sama makan ikan, makan daging,
sayur, ngga beda sama kita yang sehat. Cuman harus lebih banyak aja buat
dia mah dibandingin orang lain. Kaya daging, anak yang sehat mah satu
cukup, kalo dia harus dua.
5 P Kalo menurut ibu, cara memberi makanan buat anak HIV gimana bu yang
baik?
J Harus ditelatenin. Kalo bisa kita bikin sendiri makanan di rumah. Jadi dia
kenyang makan di rumah jadi ngga jajan diluar. Sayakan gitu mba. Suka
bikin bubur kacang ijo, ager, donat jadi A ngga jajan makanan diluar. Kan
kita ngga tau ya jajanan diluar mah udah macem-macem banget. Ngga
pernah dia jajan diluar.kan udah kenyang dari rumah. Kalo lagi main,
laper juga pulang ke rumah.
6 P Pernah ngga bu punya pengalaman, ngga ngasih A makanan bergizi terus
A sakit bu?
J Ngga sihh
7 P Tapi menurut ibu, kalo A ngga dikasih makanan bergizi ada dampaknya
apa bu buat A?
J Sakit-sakitan. Gampang sakit mba.
8 P Keuntungannya apa bu, kalo ibu kasih A makanan bergizi?
J Sehat. Ngga cepet sakit. Makanya diutamain dikasih makanan yang sehat.
9 P Bu, kalo menurut ibu, anak seperti A ini harus diberi makanan bergizi
seperti apa biar kebutuhan gizinya terpenuhi?
J Makanan yang dikasih harus bervitamin, biar ngga cepet sakit. Cuman A
sih dari dulu ngga suka saya kasih vitamin. Baru sekarang aja nih dia
minta neneknya beliin vitamin.
10 P Kalo menurut ibu, kalo A ngga dikasi makanan bergizi akibatnya apa bu?
J Ya sakit-sakitan. Tapi A mah ngga pernah sakit sih. Makannya dia mau.
11 P Besar ngga sih bu menurut ibu pengaruh kalo A ngga dikasih makanan
bergizi?
J Besar, makanya makanan diapun harus lebih besar dari orang lain.
12 P Bu, ada ngga orang yang mempengaruhi atau nyaranin ibu buat ngasih A
makanan bergizi?
J Ngga ada sih yang nyaranin. Dari pengalaman aja saya ngurus anak, terus
sekarang engkongkan sakit, jadi udah tau kalo orang sakit harus makan
apa. Udah biasa lah.kalo dokterkan suka nanya aja, gimana bu keadaan A,
sehat? Sehat dok. Tuh liat aja ngga bisa diem. Dokter mah udah pada
kenal dia semua, dokter nia, dokter nita. Habiskan kalo dateng langsung
salim. Kalo kata dokter nia mah A udah sehat. Jadi saya seneng aja,
berartikan saya udah bener ngasih makan A kaya gini.
13 P Pengaruhnya dari orang-orang tadi buat ibu apa bu?
J Ya saya jalanin aja. Kan nambah pengetahuan. Kalo baik kenapa kita
ngga jalanin kan?
14 P Yang bikin ibu mau memberikan makanan bergizi buat A apa bu?
J Pengen anaknya sehat mba. Lagian A mah doyan banget makan. Tau dia,
kalo udah jam 12 itu udah waktunya makan.
15 P Kalo hambatannya buat ngasih makan makanan bergizi buat A ada bu?
J Ngga ada hambatan sih mba. Udah biasa, ngerawat engkong sama A juga.
Jalanin aja.
16 P Jadi ibu ngerasa ngga ada hambatan buat kasih makanan bergizi buat A
J Ya, apa ya. Biar pas-pasan gini mah mba, kalo rejeki mah ada aja. Ibu
tinggal disini kan bukan rumah ibu. Numpang ibu. Ngga bayar. Ibu juga
masih suka dipanggil buat ngerawat nenek-nenek disekitar sini, A juga
kan suka ada aja dapet uang, susu, sembako, buku, yang dari yayasan, dari
tetangga, dari pa haji yang punya rumah ini.
17 P Jadi ibu yakin bisa ngatasi hambatan tadi?
J Yakin aja. Selama ibu maasih bisa kerja mah mba fety. Toh selama ini
juga begini. Enjoy aja ibu mah (tersenyum sumringah)
18 P Selama ini ibu punya keinginan atau niat buat ngasih makan bergizi buat
F?
J Iya mba, pingin banget
19 P Apa bu usaha ibu buat ngasih F makanan bergizi?
J Kalo buat makanan kita ngikutin si A. biasanya dia yang minta mau
makan apa gitu. Saya selalu bikin cemilan sendiri mba kaya donat, kacang
ijo, ager, kolak, jadi dia ngga jajan diluar.
20 P Gimana cara ibu buat mempertahankan tetep bisa ngasih F makanan
bergizi?
J Kalo cape ngurusi A sama engkongnya mah saya bawa enjoy aja.