LP DHF Am3
LP DHF Am3
LP DHF Am3
FITRIA ULFA
2206311614401071
PRODI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TUJUH BELAS
KARANGANYAR
2024
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(RASA AMAN NYAMAN)
1. PENGERTIAN
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedesaegyph (Sri Rezeki H.
Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2000). Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang
terdapat padaanak dan dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang
biasanyamemburuk setelah dua hari pertama (Ari Mansoer, dkk, 2000).
2. ETIOLOGI
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia:
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang berlangsung
akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak,tetapi lebih banyak menimbulkan
korban pada anak-anak berusia >15 tahun (ThomasSurusa, Ali Imran Umar, 2004).
Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus
dengue dari penelitian kepadaorang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan
senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).
3. PATOFISIOLOGI
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma
keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakitkepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bitnik- bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegli) dan pembesaranlimpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan
renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu: perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit
>20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
4. MANIFESTASI KLINIS
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
1) Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang,
persendian dan kepala.
2) Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis,
melena.
3) Hepatomegali
4) Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi <20 mmHg hipotensi disertai gelisah
dan akral dingin.
5) Konsentrasi (kadar Ht >20% dan normal)
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain
yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan: mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia),
diare, konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,tulang dan sendi,
(break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh
tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan
sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.
5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
a. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
b. Trombositopenia (< 100.00ml)
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. 19 D. Dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
f. Urium dan PH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic PCO2< 35-40 mmHg dan HCO2 rendah
h. SGot / SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005)
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut:
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, the manis dan beri
penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial asalisilat tidak
dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau
asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
8. KOMPLIKASI
a. Ensefalopatif
b. Perdarahan intraktranial
c. Hernia batang otak
d. Sepsis
e. Pneumonia
f. Hidrasi berlebihan
g. Syok
h. Perdarahan otak
(Monica Ester,1999).
PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama atau alas an masuk RS
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
2. ANALISA DATA
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosakeperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu
(Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017):
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri (D.0077)
b. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130)
c. Nausea b.d factor psikologis d.d pasien mengeluh mual (D.0076)
d. Hipovolemia b.d peningkatan permeabilitas kapiler (D.0022)
e. Resiko perdarahan b.d gangguan koagulasi (D.0012)
Terapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons
pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
2) Hipertermi (D.0130)
Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
Penyebab
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Proses penyakit (mis: infeksi, kanker)
- Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolism
- Respon trauma
- Aktivitas berlebihan
- Penggunaan incubator
Tanda dan gejala
a. Mayor
a) Subyektif: -
b) Objektif
(1) Suhu tubuh diatas nilai normal
b. Minor
a) Subyektif: -
b) Objektif
(1) Kulit merah
(2) Kejang
(3) Takikardi
(4) Takipnea
(5) Kulit terasa hangat
Tujuan dan KH: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x
24 jam, maka Termoregulasi membaik dengan kriteria hasil: (L.14134)
- Menggigil menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
Intervensi:
a. Manajemen Hipertermia (I.15506)
Manajemen hipertermia adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat
untuk mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi.
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urin
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis - (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien
untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
5. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap
akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Khanitta Nuntaboot, and Pipit Festi Wiliyanarti. 2017. “Community Social
Capital on Fi Ghting Dengue Fever in Suburban Surabaya, Indonesia: A
Qualitative Study.” International Journal of Nursing Sciences 4(4): 374–77.