Askep Ppok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT


PARU OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK)

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh SKP PPNI

MEITA LAILA, AMD. KEP

NIRA : 13750648051

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA (PPNI)


DPD PPNI KOTA BUKITTINGGI
SUMATERA BARAT
TAHUN 202

1
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya yang ta terhingga, sehingga penuis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul, “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)” untuk Untuk emenuhi syarat
memperoleh SKP PPNI.
Sebagai sebuah tugas penulis mengakui dan menyadari bahwa makalah masih
jauh dari kesempurnaan, karena penulis menerima segala bentuk kritik dan saran dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan dan semoga makalah ini dapat manfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Selesainya penulisannya ini tidak terlepas dari bantuan
pihak-pihak yang telah memberikan jasanya. Maka penulis mengucapkan terima kasih
terutama :
1. Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, MM
2. Semua pihak yang memberikan bantuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dpat dijadikan sebagai bahan kajian
tambahan yang mungkin sangat berguna untuk menambah wawasan kita. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sangat membangun untuk dapat digunakan
sebagai bahandalam upaya menyusuri makalah yang lebih baik untuk masa yang akan
dating dan akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermaanfaat bagi para
pembaca.

Bukittinggi, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Masalah.......................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................ 3
2.1 Pengertian................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi....................................................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi.................................................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi............................................................................................................... 6
....................................................................................................................................
2.5 Pathway...................................................................................................................... 8
....................................................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis...................................................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................. 9
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................... 10
2.9 Pengkajian.................................................................................................................. 12

2.10 Diagnosa.................................................................................................................. 14
2.11 Intervensi................................................................................................................. 14
2.12 Implementasi............................................................................................................ 18
2.13 Evaluasi.................................................................................................................... 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................. 19
BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 58
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 58
4.2 Saran........................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit paru obstruktif Kronis (PPOK) merupakan istilah lain dari beberapa
jenis penyakit paru-paru yang berlangsung lama atau menahun, ditandai dengan
meningkatnya resistensi terhadap aliran udara
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu kelompok
penyakit tidak menular yang menjadi masalah di bidang kesehatan baik di Indonesia
maupun di dunia. PPOK adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran napas dan paru
yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara yang bersifat persisten dan progresif
sebagai respon terhadap partikel atau gas berbahaya. Karakteristik hambatan aliran udara
PPOK biasanya disebabkan oleh obstruksi saluran nafas kecil (bronkiolitis) dan
kerusakan saluran parenkim (emfisema) yang bervariasi antara setiap individu
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam Agustin, 2017). Pada umumnya penyakit ini
dapat dicegah dan diobati (Suyanto dalam Agustin, 2017)..
PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik
dengan lingkungan. Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan
pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor-
faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat
terjadi dalam rentang lebih dari 20 tahunan. (Smeltzer dan Bare dalam Rahmadi, 2015.
Penyakit ini juga mengancam jiwa seseorang jika tidak segera ditangani (Smeltzer dan
Bare dalam Rajmadi, 2015).
Angka kejadian PPOK di Indonesia cukup tinggi dengan menggambil beberapa sempel di
daerah DKI Jakarta 2,7%, Jawa Barat 4,0%, Jawa Tengah 3,4%, DI Yogyakarta 3,1%,
Jawa Timur 3,6% dan Bali 3,6%. Hasil wawancara pada peserta umur kurang lebih 30
tahun berdasarkan gejala. Dalam kasus PPOK laki-laki cenderung lebih tinggi di banding
perempuan dan lebih tinggi pedesaan di banding perkotaan (Kemenkes dalam Agustin,
2017). World Health Organizatiton (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 yang akan
datang angka kejadian PPOK akan mengalami peningkatan dan menduduki dari peringkat

1
6 menjadi peringkat 3 sebagai penyebab kematian tersering (Ikawati dalam Agustin,
2017).
Berdasarkan Latar belakang di atas terlihat bahwa angka kejadian penderita
PPOK semakin meningkat setiap tahun, maka kami sebagai penyusun makalah tertarik
untuk membuat “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis” untuk menambah wawasan bagi mahasiswa Keperawatan maupun untuk
pembaca lain agar menambah ilmu pengetahuan.

1.2 Tujuan Penulis


a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan PPOK
b. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengakajian pada pasien dengan PPOK
b) Mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan PPOK
c) Mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan PPOK
d) Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan PPOK
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan PPOK
f) Mampu membuat dokumentasi yang ditujukan untuk institusi Rumah Sakit

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar PPOK
2.1 Pengertian
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta
adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009).
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPDadalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan
asthma bronchiale (S Meltzer, 2001)
PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Bruner & Suddarth,
2002).
PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel,
terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya (Snider, 2003).

2.2 Etiologi
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel
gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. Asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. Polusi udara
a. polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
b. polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotorn- debu jalanan

3
3. polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
a. infeksi saluran nafas bawah berulang

2.3 Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan
mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk
kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun
berturut – turut (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana
akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus.
Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan
meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar
mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan
meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan
produksi mukus yang banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi
hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.

4
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap
pada bagian distal dari paru- paru.Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi
alveolar, hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal
timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga
meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi
polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi
sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV
dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang
akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia

5
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas
(Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
3) Wheezing,
4) Batuk non produktif
5) Takikardi
6) Takipnea
2.4 Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai
hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah
distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan

6
restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat
gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi
digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume
ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood,
2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar
dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen.Timbul peradangan yang
menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
paru.Mediator - mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi
normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru
dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factorsdan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan
pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi
berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan

7
hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada
arteriol (Chojnowski, 2003).

2.5 Pathway

2.6 Manifestasi Klinis


Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan
sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan
mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari,
tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan

8
adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya
membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat
melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1) Batuk bertambah berat
2) Produksi sputum bertambah
3) Sputum berubah warna
4) Sesak nafas bertambah berat
5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7) Penurunan kesadaran
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Faal Paru
a.Spirometri (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FEV1/FVC) Obstruksi
ditentukan oleh nilai FEV1 prediksi (%) dan atau FEV1/FVC (%). FEV1 merupakan
parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau
perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin
dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif
dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.
b.Peak Flow Meter
2. Radiologi (foto toraks)
Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan kelainan paru berupa
hiperinflasi atau hiperlusen, diafragma mendatar, corakan bronkovaskuler
meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal melebar. Meskipun kadang-
kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan
radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru
lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien.
3. Analisagas darah
Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia kronis
kadar hemiglobin dapat meningkat.
4. Mikrobiologi sputum
5. Computed temography

Dapat memastikan adanya bula emfimatosa

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)


2011,PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :

9
1.Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi
sputum, dan dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko.

Spirometri : Normal

2.Derajat I (PPOK ringan)


Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi
sputum.Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80% .
3.Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum.
Sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri : FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
4.Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 dan 4.Eksaserbasi lebih sering terjadI.
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%
5.Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik. Disertai
komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%.

2.8 Penalataksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-40% kasus.
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang
usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan
FEV 1 sebesar 1,5L).
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat simtomatik
yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan
meningkatkan
elastic recoil sehingga mempertahankan potensi jalan nafas (Davey, 2002).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c. Meningkatkan masukan nutrisi
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi

10
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan
program pengobatan (Doenges, 2000)
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
2.Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian
3.Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1.Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
2.Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3.Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
4.Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
a. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.
5.Pengobatan simtomatik.
6.Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7.Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
8.Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a.Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
b.Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
c.Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
d.Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.

11
B. Konsep Asuhan Keperawatan secara Teoritis
2.10 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan
pasien, dan nama penanggungjawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan yang
sama.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
sama.
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
f. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
· Keletihan, kelelahan, malaise,
· Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
· Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
· Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
· Keletihan
· Gelisah, insomnia
· Kelemahan umum/kehilangan massa otot
g. Sirkulasi
Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
· Peningkatan tekanan darah
· Peningkatan frekuensi jantung
· Distensi vena leher · Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
· Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAPdada)
· Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dansianosis
perifer · Pucat dapat menunjukkan anemia.
h. Integritas Ego

12
Gejala :
· Peningkatan factor resiko
-Perubahan pola hidup
Tanda :
· Ansietas, ketakutan, peka rangsang
i. Makanan/ cairan
Gejala :
· Mual/ muntah
· Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
· Ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
· Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan
edema (bronchitis)
Tanda :
· Turgor kulit buruk · Edema dependen
· Berkeringat
j. Hyegene
Gejala :
· Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitassehari-hari
Tanda :
· Kebersihan buruk, bau badan
k. Pernafasan
Gejala :
· Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnyasulit nafas (asma); rasa
dada tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas(asma)
· Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2tahun. Produksi sputum (hijau,
puith, atau kuning) dapat banyak sekali(bronchitis kronis)
· Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dinimeskipun dapat
menjadi produktif (emfisema)
· Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasandalam jangka
panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu batubara, rami katun,
serbuk gergaji

· Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.

Tanda :

· Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjangdengan mendengkur,


nafas bibir (emfisema)

· Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan hidung.

13
· Dada: gerakan diafragma minimal.

2.11 Diagnosa Keperawatan


1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
2) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
3) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
5) Resiko deficit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
6) Defisit perawatan diri b.d kelemahan

2.12 Intervensi keperawatan


Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari
asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil
keperawatan berdasarkan SMART,yaitu:
- S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda).
- M :Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau).
- A :Achievable (dapat dicapai).
- R :Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah).
- T :Time (punya batasan waktu yang jelas).

14
No SDKI SLKI SIKI INTERVENSI

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 Latihan INTERVENSI UTAMA


napas tidak jam, bersihan jalan napas meningkat batuk efektif 1. Latihan Batuk efektif
efektif b.d dengan kriteria hasil : Observasi
spasme jalan  Identifikasi kemampuan batuk
1. Batuk efektif meningkat
napas  Monitor adanya retensi sputum
dari menurun (1) ke sedang
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
(3)
 Monitor input dan output cairan
2. Frekuensi napas meningkat
Terapeutik
dari menurun (1) ke sedang
(3).  Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Pola napas meningkat dari
 Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
menurun (1) ke sedang (3)
 Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik kemuadian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik.
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3x
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas dalam yang
ke 3
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

15
No SDKI SLKI SIKI INTERVENSI

2. Pola napas tidak Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 Manajemen INTERVENSI UTAMA


efektif b.d jam, pola napas membaik dengan jalan napas
1. Manajemen Jalan napas
hambatan upaya kriteria hasil :
napas Observasi
1. Frekuensi napas membaik
 Monitor pola napas
dari menurun (1) ke sedang
 Monitor bunyi napas tambahan
(3)
2. Kedalaman napas membaik  Monitor sputum

dari menurun (1) ke sedang Terapeutik

(3)
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin lift
3. Ekskursi dada membaik dari
 Posisikan semi fowler dan fowler
menurun (1) ke sedang (3)
 Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian broncodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

16
No SDKI SLKI SIKI INTERVENSI

3. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 Manajemen INTERVENSI UTAMA


aktivitas b.d jam, toleransi aktifitas meningkat energi 1. Manajemen energi
ketidakseimbangan
dengan kriteria hasil : Observasi
antara suplai
dengan kebutuhan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
oksigen. 1. Frekuensi nadi meningkat
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
dari menurun (1) ke sedang
 Monitor pola dan jam tidur
(3)
 Monitor lokasi dan ketidaknyaman selama melakukan aktifitas
2. Saturasi oksigen meningkat
Terapeutik
dari menurun (1) ke sedang
(3)  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
3. Kemudahan dalam
 Lakukan latihan rentang gerak pasif/ aktif
melakukan aktifitas sehari
 Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
hari meningkat dari
 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah/
menurun (1) ke sedang (3)
berjalan.
4. Kecepatan berjalan dan
Edukasi
jarak berjalan meningkat
 Anjurkan tirah baring
dari menurun (1) ke sedang
 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
(3)
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
5. Kekuatan tubuh bagian atas
berkurang
dan bagian bawah
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
meningkat dari menurun
Kolaborasi
(1) ke sedang (3)
6. Toleransi dalam menaiki  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

tangga meningkat dari makanan

17
menurun (1) ke sedang (3)

18
2.9 Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (ASKEP, n.d.)
2.10 Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan pasien dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.

19
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PPOK
DI RUANG INTERNE RSUD SIJUNJUNG

1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn S
Jenis Kelamin : Laki laki
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Tani
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Sikaladi
No RM : 09.22.44.
Diagnosa Medis : PPOK (klien masuk IGD tanggal 8 juli 2020 dan
pengkajian tanggal 10 Juli Desember 2020)

B. Penanggung Jawab
Nama : Tn R
Umur : 19 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sikaladi
No. Telp : 085265642534

C. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama.
Susah untuk bernafas ( Dipsnoe)

Riwayat keluhan sekarang


Klien masuk RSUD sijunjung tanggal 8 Juli 2020 pukul 18.00 wib melalui IGD
dengan keluhan sesak napas berat sejak 1 mimggu yang lalu dan makin memberat
sejak 1 hari sebelum masuk IGD. Pasien mengatakan sesak seperti memenuhi
20
dinding dada dan bertambah jika berjalan atau beraktifitas beberapa menit.
Keluhan sesak tetap tidak membaik walapun telah merubah posisi. Pasien
mengatakan tidak bisa lagi melakukan aktifitas sejak sesak datang.
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 3 minggu yang lalu, batuk bertambah parah
sejak 3 hari sebelum masuk RS. Pasien mengatakan ada sputum, sputum bewarna
kehijauan,dan sputum agak susah dikeluarkan. Batuk sering muncul jika malam
hari datang.
Pasien mengatakan semenjak sakit tidak bisa beraktifitas lagi, pasien bertambah
sesak jika berjalan walau hanya kekamar mandi, akral dingin TD naik setelah
beraktfitas dan pasien terlihat letih dan lesu.
Kesadaran : Compos Metis
TD : 170/100 mm hg
Nadi : 112 x/i
Suhu : 37.5 ºC
Pernafasan : 40 x/i

Riwayat kesehatan masa lalu

Pasien mengatakan tidak ada menderita penyakit lain sealain sesak napas,dan
siudah di diagnosa PPOK semenjak 2 tahun yang lalu dan sudah dirawat sebanyak
4 kali.Riwayat kontak dengan pasien TB aktif tidak jelas, pasien merupakan
perookok berat.

Pasien tidak ada riwayat alergi makanan dan obat selama ini.

Riwayat penyakit dalam keluarga


Pasien mengatakan tidak ada dalam keluarganya yang memiliki penyakit DM,
Hipertensi, Jantung, Kanker, dan penyakit menurun lainnya. Tidak ada anggota
keluarga lainnya yang menderita penyakit TB Paru

D. Fisiologis

1. Fisik
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri-kanan
Sela iga simetris kiri-kanan

21
Pembuluh darah vena ectasis ( - )
Buah dada simetris
Tidak ada massa
Palpasi : fremitus raba menurun pada hemitorax sinistra dan dextra
setinggi ics 1 kali
tidak ada nyeri tekan
perkusi : Paru : redup pada ICS III kiri dan kanan
pekak pada ICS IX paru Ki – Ka
batas paru depan kanan : ICS VI dextra
batas paru belakang kanan : vertebra thorakalis IX dextra
posterior
batas paru belakang kiri : vertebra thorakalis X sinistra
posterior
Auskultasi : Bunyi napas : vesikuler
Napas tambahan : terdengar ada ronky dan wheezing
Pemeriksaan Ro Thorax : ada dilakukan tgl 8/7-2020
Kesan : Infeksi paru
Pemeriksaan laboratorium
Kesan : hasil TCM klien belum keluar

2. Sirkulasi
a. Fisik
TD : 170/100 mmhg, N : 112x/i
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak pembesaran, tidak ada
sianosis, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis
Palpasi : CRT < 2 detik, akral hangat, tidak ada nyeri tekan,
nadi 82x/I, tidak teraba pembesaran ictus cordis
Perkusi : Pekak,
Batas kanan atas ICS II linea parastenarlis dekstra
Batas kiri atas ICS II linea midklavikularis sinistra
Batas kanan bawah ICS V linea parastenarlis dekstra
Batas kiri bawah ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : BJ I DAN BJ II murni regular, tidak ada bunyi
jantung tambahan
22
Labor

Jenis pemriksaan Hasil Satuan Normal


Hb 13,8 gr/dl 13-16
Leukosit 6.600 mm 5000-10000
Hematokrit 40,1 mm
Trombosit 242.000 mm 150rb-400rb

Pemeriksaan EKG : Ada dilakukan tgl 8/7-2020 ( Terlampir)

3. Nutrisi

1. Antropometri
TB : 155 cm
BB : 40 kg
2. Bimedik : Pemeriksaan labor
HB : 13,8 gr/dl
3. Clinical signs : konjungtiva tidak anemis
Turgor kulit jelek
BB menurun
Mukosa mulut kering
4. Diet : MLPPOK
5. Pemeriksaan fisik abdomen
Inspeksi : Tidak ada terlihat massa
Datar, ikut gerak napas
Palpasi : nyeri tekan epigastrium ( - )
Hati : Tida teraba
Limpa : Tida teraba
Ginjal : Tida teraba
Perkusi : Tympani, ascites (-)
Auskultasi: Peristaltik (+) kesan normal
4. Eliminasi
a. Fisik

23
Tn S mengatakan tidak ada keluhan saat BAK warna BAK

kuning. Sebelum sakit frekuensi BAK 6-7 x/hari (1700cc). Saat sakit

3-5x/hari (800cc). Tn S mengatakan tidak ada menggunakan obat

diuretik. Untuk BAB Tn S mengatakan BAB berwarna pucat, sebelum

sakit Tn S mengatakan BAB 1x/hari. Saat sakit BAB kadang 1x/2 hari.

Tn S mengatakan tidak ada menggunakan obat pencahar

b. Tidak ada pemeriksaan labor urinalis

5. Aktifitas dan Istirahat


a. Fisik

Kemampuan Perawatan Diri


0 = Mandiri
1 = Dengan alat bantu
2 = Bantuan dari orang lain
3 = Bantuan peralatan dan orang lain
4 = Tergantung/Tidak mampu

Aktifitas/Kemampuan beraktifitas 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Berpakaian/berdandan √

Toileting √

Mobilisasi ditempat tidur √

Berpindah √

Berjalan √

Menaiki tangga √

24
Berbelanja √

Memasak √

Pemeliharaan rumah √

Klien mengatakan aktifitas sehari-hari klien dilakukan dengan bantuan


keluarga. Kekuatan otot klien didapat score 4. Pada saat sakit, aktifitas
klien dibantu oleh keluarga, karena klien lemah dan pusing.

Kiri Kanan

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

0 :Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total


1 :Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan
pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut
2 : didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan
gaya berat (gravitasi)
3 :Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
4 :Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi
sedikit tahanan yang diberikan
5 :Tidak ada kelumpuhan (normal)

b. Istirahat Tidur
Untuk istirahat kebiasaan tidur klien malam hari dari jam 22.00 sampai jam
05.00 total 8 jam dan siang hari sekitar jam 13.30 sampai 15.00 total 1,5 jam.
Klien tidur dengan keadaan lampu redup dan sebelum tidur klien minum air
hangat dan BAK dahulu.

c. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan Rontgen klien positif TB. Paru
6. Proteksi dan Perlindungan
25
a. Fisik
Pada saat pengkajian, Klien terpasang infus ditangan kanan
Nacl 0,9 % : Aminofluid (2:1) 8 jam/kolf, Suhu klien 37,5 º C,

Resiko jatuh
TANGGAL
FAKTOR RESIKO JATUH SKOR

USIA
Kurang dari 80 tahun 0
Antara 60-69 tahun 1 1
Lebih dari 70 Tahun 2
RIWAYAT JATUH
Tidak pernah jatuh 0 0
Pernah jatuh < 1 tahun 1
Pernah jatuh < 1 tahun 2
Jatuh pada saat dirawat sekarang 3
AKTIVITAS
Mandiri 0
ADL dengan alat Bantu 1 1
ADL dibantu penuh 2

MOBILITAS/MOTORIK
Mandiri 0
Menggunakan Alat 1
Koordinasi/keseimbangan buruk 2 2
KOGNITIF
Orientasi penuh 0 0
Gangguan memori 1
Bingung/disorientasi 2
POLA BAB/BAK
Teratur 0 0
Inkontinensia Urin / Faeses 1
Nokturia 2

26
Urgensi / Frekuensi 3
*PILIH DIBAWAH INI DAPAT DIJUMPAI LEBIH DARI SATU
DEFISIT SENSORIS
Kacamata bukan Biofokal 0
Kacamata Biofokal 1
Gangguan pendengaran 1
Kacamata Multifokal 2
Katarak / Glaucoma 2
Hampir tidak melihat / Buta 3
PENGOBATAN
Kurang dari 4 jenis dan tidak termasuk
1
yang tersebut dibawah
Antihipertensi/ Hipoglikemik/
2
Antidepresan/ Neurotopik
Sedatif / Psikotropika / Narkotika Infus
3
Epidural / Spinal / Diuretik / Laxativ
KOMORBIDITAS
Diabetes / Cardic / ISK 1
Gangguan SSP / Stroke / Parkinson 2
Pasca Bedah 0-24 jam 3

TOTAL SKOR 4
PEDOMAN PENCEGAHAN PASIEN RESIKO JATUH
RISIKO RENDAH ( 0 - 5 )
Pastikan bel mudah terjangkau √
Roda tempat tidur pada posisi terkunci √
Posisikan tempat tidur pada posisi rendah √
Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan √
Lakukan SEMUA pedoman pencegahan
untuk risiko sedang √
Pasangkan gelang khusus (warna
kuning) sebagai tanda risiko jatuh √


Beri tanda Risiko pasien jatuh pada pintu

27
kamar pasien
RISIKO TINGGI ≥ 14
Lakukan SEMUA pedoman pencegahan
untuk risiko tinggi
Kunjungi dan monitor pasien setiap 1 jam
Tempatkan pasien dikamar yang paling
dekat dengan Nurse Station (jika
memungkinkan

PARAF dan NAMA PERAWAT


Sisca
Skor resiko jatuh klien : 4 termasuk kedalam resiko rendah
7. Sensori
a. Fisik
Nyeri : P = Nyeri timbul apabila batuk keras
Q = Nyeri tidak begitu menusuk
R = Nyeri didada jika batuk
S = Skala nyeri 4
T = Nyeri dirasakan saat batuk dan sudah batuk
b. Penglihatan
Ketajaman : Visus normal (+), Konjungtiva anemis (-), Skala ikteric -),
Reflek cahaya (+).
c. Penciuman
Tidak ada sumbatan, perdarahan (-).
d. Pengecapan
Manis (-), Asin (+), Asam (+)
e. Pendengaran
Normal ki = ka
1. Cairan dan Elektrolit
a. Fisik
Intake cairan sebelumnya 2000cc
Minum : 1000cc/ 24 jam
Intravena 1500cc/ 24 jam
Output : Urine = 1500cc/ 24 jam

28
Drain (-)
IWL 40x15=600
Diare = (-)
Muntah = (-)
Perdarahan (-)
Total : 1000 + 1500 = 2500 (input)
1500 (output)
Balance cairan = cairan masuk – (IWL + cairan keluar)
24 Jam
= 1500 – (600 + 1500)
24 Jam
= 1500 – 2100
= -600
Tanda dehidrasi : Bibir kering
: Mukosa mulut kering
: Lidah kotor
Distensi vena jugularis : tidak ada
Edema : tidak ada
Labor : Ureum = 36 (normal 10-50), Creatinin = 0,8 (0,6-1,1), Rapid tes
negatif
2. Fungsi Neurologi
Status mental : Memory = Panjang
Perhatian = Dapat mengulang
Bahasa = Baik
Kognitif = Baik
Orientas = Orang (+), waktu (+), tempat (+)
3. Endokrin
a. Fisik
Kelenjer tiroid : tidak ada pembesaran (-), Tremor (-)
GDS = 285 mg/

B. Mode Konsep Diri


Status : pasien merupaan suami dari 1 istri dan ayah dari 3 ana

29
Citra tubuh : Pasien mengatakan bisa menerima penyakit dan eadaan dirinya yang
sudah kurus
Ideal diri : pasien mengataan ingin cepat pulang dan bisa beraktifitas kembali
Peran diri : pasien mengatakan dia berperan sebagai suami dan istri
Spiritual : Pasien mengatakan beragama islam dan jarang sholat maupun mengaji
C. Mode Fungsi Peran
Pasien berperan sebagai kepala RT ,ia bekerja sebagai petani untuk menghidupi
kebutuhan
keluarga sehari semenjak sakit klien tidak bisa lagi menjalankan kewajiban nya
memberi nafkah
lahir dan batin ,iya hanya menerima bantuan dari anggota keluarga yang lain nya.
D. Mode Interdependensi
Kemampuan bekerja sama :Selama masih sehat ia mampu bekerjasama dengan orang
lain seperti: Tetangga dan adiknya. Selama sehat ia bisa memberi nafkah kepada
keluarga walau dengan bertani . Istri dan anak mendukung apapun pekerjaan
suaminya .
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
a. Laboratorium
Darah Rutin
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hb 13,8 gr/dl 13-16
Ht 6600 mm 40-48
Erytrosit 5,19 mm³ 4,5-5,5
LED - 0-10
Leukosit 8300 Mm 5000-10.000
Trombosit 195000 FL 150rb-400rb
MCV -77,5 Pg 82-92
MCH 26,9 g/dl 27-31
MCHC 34,8 32-36
Jumlah Retiulosit
Absolut 25.000-75.000
Relatif 0,50-2,00

30
Hitung Jenis :

Test Hasil Satuan Nilai Normal


Basofil - - 0,0-1,0
Eosinofil - - 1,0-3,0
Neutrofil 70,5 % 52-76
Limfosit 21,3 % 20,0-40,0
Monosit - - 2,0-8,0

Kimia Darah :

Test Hasil Satuan Normal


Ureum 36 Mg/dl 20-40
Kreatinin 0,8 Mg/dl 0,5-1,5
GDS 28 Mg/dl 70-200

b. Rontgen Thorax
Ada diperiksa ( Hasil ada gambaran infeksi pada paru) ( expertise ronsent terlampir)
c. ECG
Ada, kesan : Tacicardy
HR = 117, PR = 107, QRS = 102, QT = 315, QTC = 439, QTR = 0,72
d. CT Scan
Tidak ada
e. MRI
Tidak ada
f. Pemeriksaan Lainnya
Terpasang monitor tgl 12/ 07/ 2020-07-19
TD = 160/90mmhg, N = 102x/i, P = 34x/i, S = 95
E. TERAPI
a. Infus
Nacl 0,9% drip aminophilin 1 amp 8jam/kolf

b. Obat
 Ceftriaxon IV 2X1

31
 Azitromicyn 1X500 ( Po)
 Salbutamol 3X2mg ( po)
 OMZ IV 2X40
 Vetryn Syrp 2X2 ( po)
 Sleeding scale / 6 jam
 Lantus 1X8
 Levo IV 1X75
 Combivent ( nebu) 4X1
 Pulmi cord (Nebu ) 2X

8. Analisa Data
Nama Pasien : Tn S
Ruangan : Paru

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Data subjektif Ketidak seimbangan Gangguan pertukaran gas
 Pasien mengatakn susah ventilasi perfusi
untuk bernapas
 Pasien mengataan napas
sesak
 Pasien mengatakan sesak
sejak 1 minggu yang lalu
 Pasien mengatakan sesak
bertambah jika
beraktifitas
 Pasien mengataan
kalaumalam napas bunyi
– bunyi seperti menciut
 Pasien mengatakn tidak
bisa posisi telentang,
hanya dengan duduk
bisa bernapas denga n

32
nyaman

Data objektif
 Napas sesak ( + )
 Pernafasan = 40 X/i
 Berkeringat dingin
 Akral dingin
 Sesak bertambah jika
tidur
 Bernapas mengunakan
alat bantu napas
 Terpasang Nrm 13 liter
 Bunyi napas tambahan
wheezing, ronki
 Takiardi , N = 112X/i
 Dipsnea
 Saturasi 02 85 %
 Setelah dipasang NRM
saturasi 91%
2 Data subjetif Hipersekresi jalan napas Bersihan jalan napas tidak
 pasien mengatakan batuk efektif
sejak 2 minggu yang lalu
 pasien mengataan batuk
berdahak
 pasien mengatakan susah
mengeluarkan dahak
 pasien mengatakan nyeri
saat batuk
pasien mengataan batuk
bertambah jika malam
dating
 Pasien mengatakan
tenggorokan terasa

33
penih dengan dahak

data objektif
 pasien terlihat sesekali
batuk
 sputum ( + )
 sputum berwarna
kehijauan
 pasien terlihat susah
mengeluarkan dahak
 ada terdengar bunyi
ronki
 frekuensi napas cepat
 P 40X/menit
 pat periksa TCM hari
kemaren

3 Data subjektif Kelemahan otot Pola napas tidak Efektiff


 Pasien pernapasan

mengatakn napas
terasa sesak
 Pasien
mengatakan
sesak bertambah
jika berjalan
 Pasien
mengatakan dada
terasa berdebar
Data Objektif
 Pernapasan ccepat
 P 40X / MENIT
 Bernapas menggunakan

34
otot bantu pernapasan

4 Data subjetif KetidaKSEIMBANGA Intoleransi aktifitas


 pasien mengatakan sejak N antara suplai dan
sakit tidak bias lagi kebutuhan oksigen
beraktifitas
 Pasien mengatakan tidak
bisa merobah posisi dari
duduk krna sesak
 Pasien mengtakan
mudah lelah dan leih
karena sesak
 Pasien mengatakan dada
terasa berdebar2

Data objektif
 Pasien tampak ditempat
tidur saja
 TD 170/100
 NADI 112 X/MNIT
 Saturasi 02 91 pakai
NRM 13 liter
 Pasien tampak lemah
 Gambaran EKG tidak
normal

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertuaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hiperseresi jalan napas
3. Pola napas tidak efeltif b/d kelemahan otot pernapasan

35
4. Intolerasi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan o2

1. Nursing Care Plan (NCP)


Nama Klien : Tn S
Ruangan : Interne
N Diagnosa Kriteria SIKI Intervensi
o Keperawata Hasil/Outcome
n (SDKI) (SLKI)

I Gangguan Setelah dilakukan 1. Terapi Pemantauan Respirasi


pertukaran intervensi oksigen Tindakan :
gas b/d intervensi 2. Pemberian
ketidak keperawatan 3x inhalasi Obeservasi

seimbanga 24 jam gangguan 1)monitor frekuensi,


n ventilasi pertukaran gas
irama, kedalaman dan
perfusi d.d tearatasi dengan
bunyi kriteria hasil: upaya nafas

napas
-Bunyi nafas 2)monitor pola nafas
tambahan
tambahan tidak ada seperti bradipnea
- Pasien tidak takipnea, hiperventilasi
gelisah
- dispnea menurun 3)monitor kemampuan
- napas cuping
batuk efektif
hidung menurun
-takikardi membaik 4)monitor adanya
-Pola napas
produksi sputum
membaik
-Turgor kulit 5)monitor adanya
membaik
sumbatan jalan nafas

6)monitor nilai AGD

7)monitor hasil X-ray

36
thorak

Terapeutik

1)atur interval

pemantauan

2)respirasi sesuai kondisi

pasien

3)dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi

1)jelaskan tujuan dan

prosedur 2)pemantauan

informasikan hasil

pemantauan jika

perlU

Terapi oksigen
Observasi

1. Monitor kecepatan
aliran oksigen
2. Monitor alat terapi
oksigen
3. Monitor efektifitas
terapi oksigen
4. Monitor tanda- tanda

37
hipoventilasi
5. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Teraupetik

6. Bersihkan secret pada


mulut hidund dan
trakea.
7. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
8. Berikan oksigen
tambahan jika perlu
Edukasi

9. Ajarkan pasien dan


keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kalaborasi

10. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen

Pemberian inhalasi
Observasi
1. Identifiaksi
kemungkinan alergi
dan kontra indikasi
obat
2. perikasa tanggal
kadarluaesa obat
3. monitor tanda-tanda
vital

38
4. monitor efek
teraupetik obat
teraupetik

5. lakukan prinsip 6
benar
6. kocok inhaler selama
2-3 detik
7. lepaskan penutup
inhaler dan pegang
terbalik
8. posisi inhaler didalam
mulut mengarah ke
tenggorakan
edukasi

9. anjurkan bernafas
lambat dan dalam
penggunaan nebulezer
10. anjurkan manahan
nafas selama 10 detik
11. anjurkan ekpirasi
lambat melalui hidung
12. ajarkan pasien dan
keluarga tentang
pemberian oksigen
13. jelaskan jenis obat
alasan pemberian
tindakan yang
diharapakan dan efek
samping obat

II Bersihan Setelah dilakukan - Manajemen Jalan Mananjemen Jalan


jalan napas intervensi napas
napas
b/d keperawatan 3x 24 - latihan batuk
39
hipersekresi jam tingkat infeksi efektif 1)monitor frekuensi,
jalan napas menurun dengan
irama, kedalaman dan
kriteria hasil
upaya nafas
-Produksi sputum
menurun 2)monitor bunyi napas
tambahan
-mengi menurun
3) Monitor sputum
-Dispnoe menurun (jumlah,warna,aroma)

-Gelisah menurun Terapeutik

- frekuensi napas 1)pertahankan kepatenan


membaik jalan napas

-Pola nafas
2)posisikan fowler
membaik

3) Berikan minum air

hangat

4)Lakukan fisotrapi dada

5)Lakukan penghisapan

lendir

6)Beriak O2

Edukasi

1)Ajarkan teknik batuk

efektif

Kolaborasi

Kolaborasi dalam

40
pemberian bronkodilator

Latihan batuk efektif

Observasi

1) identifikasi

kemampuan

batuk

2) monitor adanya

retensi sputum

3) Monitor tanda dan

gejala infeksi

saluran nafas

4) Monitor input dan

output cairan

Terapeutik

1) Atur posisi semi fowler

/fowler

2) Pasang perlak dan

bengkok dipangkuan

pasien

3) Buang sekret pada

tempat sputum

41
Edukasi

1) Jelaskan tujuan

dan prosedur batuk

efektif

Anjurkan tarik

napas dalam

melalui hidung

selama 4 detik

ditahan sema 2

detik kemudian

keluarkan dari

mulut dengan bibir

2) mencucurselama 8

detik

3) Anjurkan

mengulangi tarik

napas dalam

hingga 3kali

4) Anjurkan batuk

dengan kuat

lansung setelah

tarik napas dalam

yang ke 3

42
Kolaborasi

Kolaborasi dalam

pemberian mukolitik jika

perlu

III Pola napas Setelah dilakukan Pemantauan Pemantauan Respirasi


tidak efektif intervensi respirasi Tindakan :
efektif intervensi Pengaturan posisi
keperawatan 3x Obeservasi

24 jam pola 1)monitor frekuensi,


napas tidak efektif
irama, kedalaman dan
tearatasi dengan
kriteria hasil: upaya nafas

 Dipspnoe
2)monitor pola nafas
menurun seperti bradipnea
Penggunaaan otot takipnea, hiperventilasi
 bantu nafas
3)monitor kemampuan
menurun
batuk efektif
 Orthopnie

menurun 4)monitor adanya

 Frekuensi produksi sputum

pernapasan 5)monitor adanya


membaik sumbatan jalan nafas
Kedalaman
6)monitor nilai AGD
nafas

43
membaik 7)monitor hasil X-ray

thorak

Terapeutik

1)atur interval

pemantauan

2)respirasi sesuai kondisi

pasien

3)dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi

1)jelaskan tujuan dan

prosedur 2)pemantauan

informasikan hasil

pemantauan jika

perlU

Pengaturan Posisi

Observasi

-Monitor status
oksigenisasi sebelum dan
sesudah

mengubah posisi

-Monitor alat traksi agar

selalu tepat

44
Terapeutik

-Tempatkan pada tempat

tidur yang tepat

-Tempatkan pada posisi

terapeutik

-Tinggikan anggota gerak

20 derajat di atas level

jantung

-Berikan bantal yang tepat

pada leher

-Minimalkan gesekan dan

tarikan saat mengubah

posisi

-Pertahankan posisi dan

integritas traksi

Edukasi

-Informasikan pada
keluarga saat melakukan
perubahan

posisi

Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian

premedikasi sebelum

mengubah posisi jika

perlu

45
IV Intoleran Setelah dilakukan Manemen energi Manajemen energi
Aktifitas b/d intervensi Pemantauan TTV
Observasi
ketidak keperawatan 3x24
seimbangan intoleran aktifitas 1. Identifikasi
antara membaik dengan gangguan fungsi
suplai dan kriteria hasil: tubuh yang
kebutuhan menyebabkan
-frekuansi nadi
oksigen kelelahan
normal
2. Monitor kelehan
-saturasi normal
fisik dan
Dapat melakukan
emosional
aktifitas seperti
3. Monitor pola dan
biasa
jam tidur
-kelulah lelah
4. Monitor lokasi dan
berkurang
ketidaknyaman
-aritmia saat
setelah beraktivitas
aktifitas berkurang
Teraupetik
-tekanan darah
norma 5. Sediakan
-frekuensi napas lingkungan yang
bagus nyaman dan
-gambaran EKG rendah stimulus
mebaik cahaya
6. Lakukan latihan
rentang gerak
pasif/ dan aktif
7. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Fasilitasi duduk disisi
tempat, jika

46
1. dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi

2. Anjurkan tirah
baring
3. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
4. Anjurkan
menghubungi
perawat jika ada
tanda kelelahan
tidak berkurang
Kalaborasi

5. Kalaborasi dengan
ahli gizi tentang
asupan makanan

1. Implementasi dan Evaluasi (Catatan Perkembangan)


Nama Klien : Tn S
Ruangan : Interne
No Hari/Tanggal No.Dx. Implementasi Evaluasi Paraf

1. Jumat I 1)Memonitor frekuensi, S = Paseien mengatakan


napas masih sangat sesak
10 juli 2020 irama, kedalaman dan

upaya nafas -Pasien mengatakan sudah


keluar keringant dingin
2)Memonitor pola nafas karena sesak
seperti bradipnea
-Passien mengatakan susah

47
takipnea, hiperventilasi untuk bernapas

-pasien mengatakan dada


3)Memonitor kemampuan
terasa sakit saat bernapas
batuk efektif

4)Memonitor adanya
O = Napas sesak
produksi sputum
-pernapasan 32x/menit

5)Memonitor adanya
-pasien masih berkeringat
sumbatan jalan nafas dingin

-akral pasien dingin


7)Memonitor hasil X-ray

thoraX -pasien tampak bernapas


menggunakan alat bantu
8)Mengatur interval napas

pemantauan respirasi sesuai -pasien terpasang NRM 13

kondisi pasien liter

-Saturasi O2 pasien saat


9)Melakukan
pakai nasal canul 85 dan
dokumentasikan
stelah di ganti NRM 91%
hasil pemantauan
-Bunyi napas rongky dan
wheezing masih tredengar
10)Menjelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan - takikardi nadi 112 x/mnit

-Terlihat susah bernapas


11)informasikan hasil
dengan hanya bisa duduk
pemantauan jika perlU saja tampa bisa berbaring

12) memberikan Oksigen A = Masalah belum


kepada pasien sesuai teratasi

orderan P = Intervensi
(1,2,3,8,12,13,14 )

48
13) Memberikan Nebulezer lanjutkan

kepada pasien ( Combiven:

Pulmicort )

14) memantau saturasi o2

II 1)Memonitor frekuensi, S = Pasien mengatakan


irama, kedalaman dan maish sering batuk
upaya nafas
-pasien mengatajkan masih
2)memonitor bunyi napas
ada dahak
tambahan
-pasien mengatakan dahak
3) meMonitor sputum
masih kental
(jumlah,warna,aroma)
-pasien mengatakan dahak
4)mempertahankan
susah dikelurkan
kepatenan jalan napas
-pasien mengatakan napas

5)menagtur posisi fowler masih sesak

O = Pasien terlihat ada


6) memBerikan minum air
batuk
hangat
-pasien memegang dada

7)meLakukan fisotrapi dada saat batuk

-suputium sudah
8)Beriakan O2 NRM 13
kekuningan tapi masih
LITER kental

9)Ajarkan teknik batuk -terdengar bunyi rongky

efektiK -P 32X/MENIT

A = Masalah belum teratasi


10)melakukan Kolaborasi

dalam pemberian P = Intervensi


(1,2,4,5,7,8,9,10,11,)

49
bronkodilator ( combivent) lanjutkan

11)menagjarkan pasien

batuk efketif

III 1)Memonitor frekuensi, S = Pasien mengatakan


napas masih sesak
irama, kedalaman dan

upaya nafas -psien memgatakan dada


terasa sakit saat sesak
2)memonitor pola nafas datang
seperti bradipnea
-pasien mengatakan
takipnea, hiperventilasi nyamann dengan posisi
duduk
3)memonitor kemampuan
O = Pasien terlihat sesak
batuk efektif
P =32x/menit
4)memonitor adanya
Menggunakan otot bantu
produksi sputum pernapasan

5)memonitor adanya Tampak nyaman dengan


posisi duduk
sumbatan jalan nafas
A = Masalah belum teratasi
7)memonitor hasil X-ray
P = Intervensi (1,2,7,10)
thorak
dilanjutkan

8)mengatur interval

pemantauan

9) melakukan

50
dokumentasikan

hasil pemantauan

10) mengatur posisi fowler

IV 1. MeIdentifikasi S= Pasien mengatakan


gangguan fungsi tidak bisa beraktifitas
tubuh yang
-pasien mengatakan sesak
menyebabkan jika berjalan
kelelahan
-pasien mengatakan
2. meMonitor kelehan
aktifitas murah lelah
fisik dan emosional
3. meMonitor pola Pasien mengatakan dada
dan jam tidur berdebar2
4. meMonitor lokasi
O= td pasien berubah saat
dan ketidaknyaman
tidur dengan hbis kekamar
setelah beraktivitas mandi
5. menyediakan
Ttv istrahat 110/70mmhg,
lingkungan yang
ttv beraktitas 170/100
nyaman dan rendah
mmhg
stimulus cahaya
6. meLakukan latihan Nadi beristirahat 86x/mnit
rentang gerak pasif/
Sesuadah berjalan
dan aktif 120x/mnit
7.memBerikan aktivitas
Pasien tampak lesu dan
8.melakukan distraksi yang
letih
menenangkan
9.memFasilitasi duduk disisi A = Masalah belum teratasi
tempat, jika dapat

51
berpindah atau berjalan P= Intervensi dilanjtukan
10 mengAnjurkan tirah (11,12,13,14)
baring
11 mengAnjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
12 mengAnjurkan
menghubungi
perawat jika ada
tanda kelelahan
tidak berkurang
13 Kalaborasi dengan
ahli gizi tentang
asupan makanan
14 Memantau TTV

2. Sabtu 11 juli I 1)Memonitor frekuensi, S= Pasien menagtakan


2020 napas masih sesak
irama, kedalaman dan

upaya nafas -pasien menagtakan sesak


berkurang dari kemaren
2)Memonitor pola nafas
-pasien mengatakan sudah
3)Memonitor kemampuan agak tenang sekarang

batuk efektif -pasien mengatakan tidak


lagi keringat dingin
4)Memonitor adanya
O = Pasien masih terlihat
produksi sputuM
sesak

5)Mengatur interval P=28 x/menit

pemantauan respirasi sesuai


Dispnoe berkurang
kondisi pasieN

52
6) memberikan Oksigen Akral sudah hangat

kepada pasien sesuai Saturasi 02=95%

orderan
Suara napas masih ada
7) Memberikan Nebulezer rongky

kepada pasien ( Combiven: A=Masalah belum teratasi

Pulmicort ) P = Intervensi (1,2,6,7,8)


8) memantau saturasi o2 dilanjutkan

II 1)Memonitor frekuensi, S= Pasien mengatakan


irama, kedalaman dan batuk sudah berkurang
upaya nafas
-pasien mengatakan dahak
2)memonitor bunyi napas
berkurang
tambahan
-pasien mengatakan dada
3)mempertahankan
tidak nyeri lagi saat batuk
kepatenan jalan napas
O= pasien batuk sekali2

4)menagtur posisi fowler


-suputum tidak terlihat

5) memBerikan minum air -pasien sudah bisa latihan


batuk efektif
hangat
P=28x/menit
6)meLakukan fisotrapi dada
Bunyi napas rongky mulai
7)Beriakan O2 NRM 8 berkurang

LITE A= Malah teratasi sebagian

8)melakukan Kolaborasi

53
dalam pemberian P = Intervensi di lanjutkan
(1,2,3,7,8,9,)
bronkodilator ( combivent)

9)menagjarkan pasien batuk

efketif

III 1)Memonitor frekuensi, S = Pasien mengtakan sesak


mulai berkurang
irama, kedalaman dan

upaya nafas -pasien mengtakan sudah


agak nyaman sekarang
2)memonitor pola nafas bernapas

3)memonitor kemampuan O= sesak berkurang

napas dalam Pernapasan 28x/mnit

4) melakukan -tidak menggunakan oto

dokumentasikan bantu napas lagi

hasil pemantauan Terlihat latihan napas


dalam
5) mengatur posisi fowler
A= Malah belum teratasi

P=Intervensi (2,3,5)

IV
1. meMonitor kelehan
S= Pasien mengtakan sudah
fisik dan emosional
bisa berjalan kekamar
2. meLakukan latihan mandi dengan dibantu anak
rentang gerak pasif/ nya
dan aktif

54
3. mengAnjurkan -pasien mengatakan sesak
melakukan aktivitas berkurang jika setelah
secara bertahap berjalan

4. Memantau TTV 1, O = Pasien sudah terlihat


segar dari hari kamaren

-frekuensi napas 28x/,mnit

-pasien masih terlihat letih


dan lesu

A = Masalah teratasi
sebagian

P = Intervensi dilanjutkan
(1,3,4)

3. MINGGU I 1)Memonitor frekuensi, S = pasien mengatakan


12 JULI sesak sudah berkurang
irama, kedalaman dan
2020
upaya naPAS -pasien mengatakan tidak
susah bernapas lagi
2)Mengatur interval
-pasien mengatakan sudah
pemantauan respirasi sesuai bisa posisi tidur sekarang

kondisi pasieN
O = P 24X/MNIT

3) memberikan Oksigen -Rongky berkurang

kepada pasien sesuai -Tidak menggunakan oto

orderan napas saat bernapas

4) Memberikan Nebulezer -dipsnoe tidak ada lagi

kepada pasien ( Combiven: Saturasi 98 dengan nasal

Pulmicort ) kanul

5) memantau saturasi o2 - Pasien tidak

55
terpasang NRM lagi
- Terpasang o2 nasal
canul 4liter

A = Malasah teratasi
sebagian

P = Intervensi (4,5 )
dilanjutkan

II 1)memonitor bunyi napas S = Pasien mengatakan


tambahan tidak ada batuk lagi

2)mempertahankan -pasien mngatakan dahak


berkurang
kepatenan jalan napas
O = Pasein terlihat tidak
3)menagtur posisi fowler
ada batuk

4)melakukan Kolaborasi P=24 x /mnit

dalam pemberian -supitum tidak ada

bronkodilator ( combivent
Saturasi 98 % nasal canul

A = Masalah teratasi

P= Intervensi dipertahankan

III 1)memonitor pola S = Pasien mengatakan


napas sudah tidak telalu
napas
sesak lagi
2)memonitor
-Pasien mengatakan dada
kemampuan napas
tidak nyeri lagi
dala

2)melakukan
56
dokumentasikan O = Pernapasan 24 x /mnit

hasil pemantauan Whezzing tidak ada lagi

3) mengatur posisi fowler Rongky masih ada

A=Masalah teratasi
sebagian

P=Intervensi dipertahankan
(1,2,3)

IV 1. meMonitor kelehan S= Pasien mengatakan


fisik dan emosional sudah bisa kekamar mandi
2. meLakukan latihan
-pasien mengatakan badan
rentang gerak pasif/ terasa sudah segar
dan aktif
-pasien mengatakan sudah
3. mengAnjurkan
latihan tidur dengan
melakukan aktivitas
nyaman
secara bertahap
4. Memantau TTV 1, O = Paseien terihat sudah
segar

-pasien sudah bisa berjalan


kekamar mandi

A= Malah teratasi

P=Intervensi di pertahankan

57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terkait dengan PPOK, maka penulis menyimpulkan
Penyakit paru obstruktif Kronis (PPOK) merupakan istilah lain dari beberapa jenis
penyakit paru-paru yang berlangsung lama atau menahun, ditandai dengan meningkatnya
resistensi terhadap aliran udara
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas yang
dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. Asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. Polusi udara
a. polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
b. polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotorn- debu jalanan
3. polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
a. infeksi saluran nafas bawah berulang
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
1. Bronchitis Kronis
2. Emfisema
3. Asthma Bronchiale
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1) Batuk bertambah berat
2) Produksi sputum bertambah
3) Sputum berubah warna
4) Sesak nafas bertambah berat
5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7) Penurunan kesadaran

58
Pemeriksaan Penunjang :
1. Tes Faal Paru
2. Radiologi (foto toraks)
3. Analisagas darah
4. Mikrobiologi sputum
5. Computed temography

4.2 Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang ada.
Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak teruma
pengetahuan tentang penyakit TB.

59
DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton and John E. Hal. (2016). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12.
EGC. Jakarta.
Brunner & Suddarth. (2014). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 5. EGC. Jakarta
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol.9, No.2, November 2018. Http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/indeks.php/mediaanalis
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikasi Diagnostik.
Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
Slyvia & Lorainne. (2018). Patofisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
EGC. Jakarta

60

Anda mungkin juga menyukai