KMB SYAHRUL 3
KMB SYAHRUL 3
KMB SYAHRUL 3
DI
SUSUN OLEH
KELOMPOK 7
(MUHAMMAD SYAHRUL)
NIM. P00620423030
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala, yang
telah memberikan kemampuan dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi kita, yakni Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam, juga kepada
keluarga, sahabat, tabiin, serta para pengikutnya sampai akhir nanti.
Alhamdulillah, hanya kata syukur yang bisa penulis sampaikan sehingga
makalah dengan berjudul “Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Kronis”
yang menjadi tugas Ujian Akhir Semester Praktik Mata Kuliah Ilmu Penyakit bisa
terselesaikan dengan baik. Dilain sisi, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Iryanti, S.Kp., M. Kes. dan tim mata kuliah ilmu penyakit yang
telah memaparkan materi yang menjadi salah satu rujukan dalam proses
penyusunan makalah ini.
Bima,2/agustus/2024
penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas makalah ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan nilai mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah, disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan :
Kaprodi
Sarjana Terapan Keperawatan Bima
DAFTAR ISI
ASUHAN KEP, PASIEN DENGAN GANGGUAN (COPD)/ (PPOK)..................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
2.1 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronis......................................................................... 6
2.2 Etiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronis............................................................... 7
2.3 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronis....................................................... 8
2.4 Faktor Resiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis.................................................... 12
2.5 Tanda dan Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis............................................... 14
2.6 Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis.......................................................... 14
2.7 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis............................................... 17
2.8 Pengkajian Keperawatan.................................................................................................. 7
2.9 Anamnesa ……………………………………................................................................ 8
3.1Pemeriksaan Fisi.............................................................................................................. 12
3.2 PengkajianKeperawatan....................................................................................................14
3.3 Diagnosis Keperawatan ................................................................................................... 14
3.4 Perencanaan Keperawatan............................................................................................. 17
3.5 Implementasi keperawatan .............................................................................................19
3.6 Evaluasi keperawatan ...................................................................................................... 19
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................... 21
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................22
3.1 Simpulan.......................................................................................................................... 22
3.2 Saran................................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 23
BAB I
PENDAHULUAN
Emfisema
Obstruksi saluran nafas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran nafas kecil yaitu: infamasi, fibrosis, metaplasia sel
goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan nafas.
1) Merokok
3) Paparan pekerjaan
5) Faktor Genetik
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien PPOK adalah sesak napas.
Sesak napas juga biasanya menjadi keluhan utama pada pasien PPOK karena
terganggunya aktivitas fisik akibat gejala ini. Sesak napas biasanya menjadi
komplain ketika FEV1 <60% prediksi. Pasien biasanya mendefinisikan sesak
napas sebagai peningkatan usaha untuk bernapas, rasa berat saat bernapas,
gasping, dan air hunger. Batuk bisa muncul secara hilang timbul, tapi biasanya
batuk kronis adalah gejala awal perkembangan PPOK. Gejala ini juga biasanya
merupakan gejala klinis yang pertama kali disadari oleh pasien Batuk kronis
pada PPOK bisa juga muncul tanpa adanya dahak,
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
i. Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucu)
Sikap seseorang yang bernafas dengan mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang. Ini diakibatkan oleh mekanisme tubuh
yang berusaha mengeluarkan CO2 yang tertahan di dalam paru
akibat gagal nafas kronis.
ii. Penggunaan alat bantu napas Penggunaan otot bantu napas terlihat
dari retraksi dinding dada, hipertropi otot bantu nafas, serta
pelebaran sela iga
iii. Barrel chest Barrel chest merupakan penurunan perbandingan
diameter antero- posterior dan transversal pada rongga dada
akibat usahamemperbesar volume paru. Bila telah terjadi gagal
jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai.
iv. Pink puffer Pink puffer adalah gambaran yang khas pada
emfisema, yaitu kulit, kemerahan pasien kurus, dan pernafasan
pursed-lips breating.
v. Blue bloater
Blue bloater adalah gambaran khas pada bronkitis kronis, yaitu
pasien tampak sianosis sentral serta perifer, gemuk, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru.
b) Palpasi
Pada palpasi dada didapatkan vokal fremitus melemah dan sela
iga melebar. Terutama dijumpai pada pasien dengan emfisema
dominan.
c) Perkusi Hipersonor akibat peningkatan jumlah udara yang
terperangkap, batas jantung mengecil, letak diafragma rendah,
hepar terdorong ke bawah terutama pada emfisema.
d) Auskultasi Suara nafas vesikuler normal atau melemah, terdapat ronki
dan atau mengi pada waktu bernafas biasa atau pada ekspirasi
paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung terdengar jauh.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Faal paru: spirometri dan uji bronkodilator
b) Darah Rutin: Hb , Ht , leukosit dll
c) Analisa Gas Darah
d) Radiologi
e) Mikrobiologi sputum (untuk pemelihan antibiotik bila terjadi
eksaserbasi).
1) Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK adalah menyesuaikan keterbatasan
aktivititas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru dan
menghindari pencetus dan memperbaiki derajat penyakit. Secara umum
bahan edukasi yang harus diberikan adalah:
a) Pengetahuan dasar tentang PPOK
b) Obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya
c) Cara pencegahan perburukan penyakit
d) Menghindari pencetus (berhenti merokok)
e) Penyesuaian aktivitas.
2) Obat-obatan
a) Bronkodilator
Macam-macam bronkodilator :
i. Golongan antikolinergik
ii. Golongan agonis beta-2
iii. Kombinasi anti kolinergik dan agonis beta-2
iv. Golongan xantin
b) Anti inflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral
atau injeksi intra vena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih
golongan metalprednisolon atau prednisone. Bentuk inhalasi sebagai
terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif
yaitu terdapat perbaikan VEP l pascabronkodilator meningkat >20 %
dan minimal 250 mg.
c) Antibiotik Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik
secara regular dapat menurunkan laju eksaserbasi. Azithromycin (250
mg/hari atau 500 mg 3 kali per minggu) atau eritromycin (500 mg 2 ali
per hari) dalam satu tahun dapat menurunkan risiko eksaserbasi.
Azithromycin berhubungan dengan peningkatan insiden resistensi
bakteri dan gangguan pendengaran.
e) Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup,
digunakan N-Asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.
f) Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu.
Penggunaan secara rutin merupakan kontraindikasi, jadi pemberian antitusif
diberikan dengan hati-hati.
3) Terapi Oksigen
Pada eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama
dan utama, bertujuan untuk memperbaiki hipoksemia dan mencegah keadaan yang
mengancam jiwa. Manfaat terapi oksigen:
i. Mengurangi sesak
ii. Memperbaiki aktivitas
iii. Mengurangi hipertensi pulmonal
iv. Mengurangi vasokonstriksi
4) Nutrisi
Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibutuhkan,
bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus-menerus (nocturnal feedings) dengan
pipa nasogaster. Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena
berkurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi
5) Rehabilitas
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki
kualitas hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam program
rehabilitasi adalah mereka yang telah mendaptkan pengobatan optimal yang disertai:
i. Symptom pemapasan berat
ii. Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
iii. Kualitas hidup yang menurun
Program dilaksanakan didalam maupun di luar rumah sakit oleh suatu tim multi disiplin
yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapi, dan psikolog. Program
rehabilitasi terdi i dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan
pemapasan.
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat tejadi pada PPOK adalah:
1) Gagal nafas
a) Gagal nafas kronis
Dapat diatasi dengan menjaga keseimbangan PO2 dan PCO2, bronkodilator
adekuat, terapi oksigen yang adekuat terutama waktu aktivitas atau waktu tidur,
antioksidan, latihan pernapasan dengan pursed lips breathing.
b) Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis, ditandai oleh sesak nafas
dengan atau tanpa sianosis, sputum bertambah dan purulen, demam, kesadaran
menurun.
2) Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang. Pada kondisi kronis
ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.
3) Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dapat disertai gagal
jantung kanan.
Pada studi kasus ini terdapat seorang pasien yang dilakukan pengkajian,
yaitu Tn. A. Pada teori yang terdapat di bab 2 menurut PDPI 2011 keluhan
utama pasien PPOK umumnya yaitu sesak napas dan batuk berdahak.
Dilapangan didapatkan hasil klien memiliki keluhan utama yaitu sesak nafas.
Berdasarkan hasil anamnesa pada Tn. A sesak napas sejak 1 hari yang lalu
sampai pasien dibawah keRS hal ini disebabkan karena adanya riwayat
penyakit PPOK 4 bulan yang lalu. Jadi, terdapat teori dan data yang didapatkan
langsung dari Tn. A. Berdasarkan riwayat
kesehatan didalam teori untuk riwayat kesehatan sekarang yaitu sesak napas,
pusing, batuk berdahak , pengelihatan kabur , penurunan aktivitas, dan merasa
lelah. Sedangkan data yang didapatkan riwayat penyakit sekarang pada Tn. A
memiliki riwayat yaitu sesak napas, pusing, pengelihatan kabur, lemas, batuk
berdahak. Disini teori dan hasil data yang didapatkan langsung dari Tn. A.
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. MN
Usia : 66 tahun
Alamat : Kembangsawit, Kebumen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja (dulu petani)
Tanggal masuk : 1 April 2023
No. RM : 12.002801
Bangsal : Flamboyan
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 April 2023 di
Balai Pengobatan Puskesmas Ambal II.
1. Keluhan Utama
Sesak napas
Keluarga dan orang serumah tidak ada yang sedang memiliki keluhan serupa
saat ini, tidak ada riwayat pneumonia dan TB paru dalam keluarga. Di dalam
rumah pasien tidak ada yang merokok. alergi pada anggota keluarga tidak ada.
Pasien merupakan perokok aktif sejak dari usia remaja dan berhenti merokok
kurang lebih 5 tahun terakhir saat pasien merasakan sesak pertama kali.
Keluarga di rumah memasak dengan kompor gas dan kadang menggunakan
kayu bakar.
6. Status Generalis
a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk : Mesosefal, simetris, rambut terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya
(+/+), pupil bulat isokor 3 mm/3 mm
Telinga : Deformitas (-/-), discharge (-/-), serumen (-/-), inflamasi (-/)
Hidung : Deformitas (-), discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa mulut basah, lidah tidak kotor
Leher : Deviasi trakea (-), tidak teraba pembesaran KGB
b. Pemeriksaan Dada
Bentuk simetris, deformitas (-/-)
Paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris, tidak ada yang tertinggal, retraksi
sternocleidomastoid (-), retraksi suprasternal (-), retraksi interkostal
(-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi kasar (+/-),
wheezing (+/+) Jantung Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dbn Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
c. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar, distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen
Edukasi:
Edukasi pola hidup sehat, hindari asap rokok/kayu bakar, perbanyak minum
air hangat, istirahat cukup, perbanyak makan sayur dan buah-buahan. Hindari
minuman dingin, minum manis/makan gorengan teralu sering. Jaga kebersihan
dan proteksi diri dan pencegahan penularan dengan menggunakan masker saat
keluar rumah. Kontrol setelah obat habis, dan jika keluhan sesak belum
membaik, segera ke RS.
b. Keluhan utama
Penting untuk mengenal tanda dan gejala untuk mengetahuai dan mengkaji
kondisi pasien. Keluhan utama yang muncul seperti batuk, produksi sputum
berlebih, sesak napas, merasa lelah. Keluhan utama harus diterangkan sejelas
mungkin.
Pemeriksaan fisik yang difokuskan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan
nafas tidak efektif Muttaqin (2014) yaitu :
1) Inspeksi
Inspeksi yang berkaitan dengan sistem pernapasan adalah melakukan
pengamatan atau observasi pada bagian dada, bentuk dada simetris atau tidak,
pergerakan dinding dada, pola napas, irama napas, apakah terdapat proses
ekhalasi yang panjang, apakah terdapat otot bantu pernapasan, gerak paradoks,
retraksi antara iga dan retraksi di atas klavikula. Dalam melakukan pengkajian
fisik secara inspeksi, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat keadaan
umum dan adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya sianosis, pucat,
kelelahan, sesak napas, batuk, serta pada pasien PPOK dapat dilihat bentuk
dada barrel chest
2) Palpasi
3) Perkusi
Pengetukan dada atau perkusi akan menghasilkan vibrasi pada dinding dada
dan organ paru-paru yang ada dibawahnya, akan dipantulkan dan diterima oleh
pendengaan pemeriksa. Cara pemeriksa perkusi dengan cara permukaan jari
tengah diletakkan pada daerah dinding dada di atas sela-sela iga selanjutnya
diketuk dengan jari tengah yang lain.
4) Auskultasi
Posisikan semi-fowler
atau fowler
Lakukan fisioterapi
dada
Berikan oksigen
Edukasi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
3.3 Implementasi keperawatan
Keluhan seperti ini pernah dirasakan oleh pasien sebelumnya pertama kali
kurang lebih 5 tahun yang lalu dan keluhan terakhir pada 1 bulan yang lalu. Hal
ini menandakan bahwa sesak yang dirasakan merupakan sesak yang kronis dan
merupakan gejala kambuhan. Keluhan lain didapatkan adanya batuk yang
berdahak berwarna putih dan demam sejak 3 hari yang lalu, tidak terdapat
keluhan adanya pilek. Batuk disertai demam yang terjadi menunjukkan
kemungkinan sedang terjadi proses infeksi saluran napas akut. Batuk dan
proses infeksi dapat merangsang reaksi bronkus yang menyebabkan
mengeluhkan sesak. Keluhan batuk lama yang tidak kunjung sembuh disangkal
pasien dapat mengesampingkan kemungkinan infeksi TB, keluhan serupa pada
keluarga disangkal menunjukkan kemungkinan sumber penularan dan
penyebab kekambuhan bukan berasal dari dalam rumah, bisa juga didapat dari
lingkungan sekitar dan orang-orang yang kontak dengan pasien. Pasien dan
keluarga juga tidak memiliki riwayat alergi, sehingga dapat dikesampingkan
kemungkinan sesak disebabkan oleh asma bronkial.
Pasien merupakan perokok aktif sejak dari usia remaja hingga sebelum
pasien merasakan sesak pertama kali, serta di rumah masih menggunakan kayu
bakar saat memasak. Hal ini dapat berkontribusi terhadap perjalanan penyakit
pasien, karena rokok dan asap dapat melepaskan mediator inflamasi dan
menyebabkan fibrosis jaringan ikat bronkus dan percabangannya. Jika proses
ini berlangsung dalam jangka panjang (kronis) maka akan terjadi penurunan
fungsi pernapasan secara ireversibel dan gejala utama yang timbul adalah sesak
seperti yang dirasakan pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital pasien masih dalam batas
normal. Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi dan mengeluarkan
kata-kata dengan baik, RR 26x/menit, dan SpO2 97% menunjukkan sesak yang
dirasakan dalam intensitas ringan. Pada pemeriksaan lokalis pada paru
ditemukan rhonki kasar pada paru kanan dan wheezing pada kedua lapang paru
hal tersebut menunjukkan adanya infiltrat pada parenkim paru dan obstruksi
bronkus akibat bronkokonstriksi dan hipersekresi mukus. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa batuk dan demam yang dikeluhkan pasien berasal dari
infeksi sebagian bronkus/pecabangannya dan sebagian parenkim paru. Sesak
yang dirasakan pasien terjadi karena bronkokonstriksi menyebabkan ekspirasi
memanjang dan otot pernapasan semakin berusaha mengeluarkan udara pada
saat ekspirasi. Proses infeksi pada saluran napas dapat merangsang pelepasan
mediator inflamasi dan mencetuskan bronkokostriksi, namun karena pasien
memiliki faktor risiko seperti riwayat merokok menggambarkan telah terjadi
kerusakan pada saluran napas dan remodelling bronkus yang sifatnya
ireversibel sehingga bronkus menjadi hipersensitif terhadap berbagai macam
rangsangan yang menyebabkan bronkokonstriksi. Sehingga mengembalikan
fungsi saluran napas akan menjadi lebih sulit. Dengan demikian berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis PPOK dengan
bronkopneumonia.
Setelah itu tidak lupa, pasien diberikan edukasi mengenai pola hidup sehat,
untuk menghindari asap rokok/kayu bakar, perbanyak minum air hangat,
istirahat cukup, perbanyak makan sayur dan buah-buahan. Hindari minuman
dingin, minum manis/makan gorengan teralu sering. Jaga kebersihan dan
proteksi diri dan pencegahan penularan dengan menggunakan masker saat
keluar rumah. Kontrol setelah obat habis, dan jika keluhan sesak belum
membaik, segera ke RS.
BAB IV
KESIMPULAN
Adi Napanggala. (2015). Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dengan Efusi
Pleura dan Hipertensi Tingkat I. Jurnal Medula Unila. Vol. 4, No. 2. 1-6.
Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata. (2014). Penyakit Paru Obstruktif
Kronik. Ina J Chest Crit and Emerg Med. Vol. 1, No. 2. 83-88.
DI
SUSUN
OLEH
KELOMPOK 7
(MUHAMMAD SYAHRUL)
NIM. P00620423030
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas makalah ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan nilai mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah, disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan :
Kaprodi
Sarjana Terapan Keperawatan Bima
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala, yang
telah memberikan kemampuan dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi kita, yakni Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam, juga kepada
keluarga, sahabat, tabiin, serta para pengikutnya sampai akhir nanti.
Alhamdulillah, hanya kata syukur yang bisa penulis sampaikan sehingga
makalah dengan berjudul “Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Kronis”
yang menjadi tugas Ujian Akhir Semester Praktik Mata Kuliah Ilmu Penyakit bisa
terselesaikan dengan baik. Dilain sisi, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Iryanti, S.Kp., M. Kes. dan tim mata kuliah ilmu penyakit yang
telah memaparkan materi yang menjadi salah satu rujukan dalam proses
penyusunan makalah ini.
Bima,2/agustus/2024
penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
A. Pengkajian..........................................................................................2
1. Praktik Anamnesa.................................................................2
2. Prosedur Pemeriksaan Fisik................................................3
3. Prosedur Pemeriksaan Diagnostic.......................................7
BAB III PENUTUP.....................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................10
Daftar Pustaka..............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dalam praktik asuhan keperawatan pasien dengan penyakit PPOK
adalah tahap awal dan kritis dalam proses keperawatan. Ini merupakan proses
sistematis untuk mengumpulkan data komprehensif tentang kondisi kesehatan
pasien PPOK. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi yang akurat
dan relevan sebagai dasar untuk merencanakan dan memberikan perawatan
yang efektif.
1. Praktik Anamnesa
d. Riwayat Keluarga:
e. Riwayat Sosial:
o Kebiasaan merokok
o Konsumsi alkohol
o Kondisi tempat tinggal (ventilasi, kepadatan hunian)
o Pekerjaan dan lingkungan kerja
o Riwayat kontak dengan penderita PPOK
f. Riwayat Pengobatan:
Pemeriksaan fisik adalah langkah penting dalam diagnosis medis yang melibatkan
penilaian langsung terhadap kondisi tubuh pasien. Prosedur ini biasanya melibatkan
beberapa tahap untuk memperoleh informasi yang komprehensif tentang kesehatan
pasien.
emeriksaan kecukupan oksigen dan sirkulasi merupakan bagian penting dari evaluasi
kesehatan untuk memastikan bahwa tubuh pasien mendapatkan oksigen yang cukup
dan sirkulasi darah berjalan dengan baik. Berikut adalah langkah-langkah umum
dalam pemeriksaan ini:
Oximeter Jari: Gunakan pulse oximeter, alat kecil yang diletakkan di jari
tangan atau kaki pasien untuk mengukur kadar oksigen dalam darah. Saturasi
oksigen normal biasanya antara 95% hingga 100%. Nilai di bawah 90% bisa
menunjukkan hipoksemia atau kekurangan oksigen.
b. Pengukuran Gas Darah Arterial (ABG)
3. Tes Laboratorium: Untuk evaluasi lebih mendalam, tes gas darah arterial dapat
dilakukan untuk mengukur pH darah, tekanan parsial oksigen (PaO2), dan
karbon dioksida (PaCO2). Ini biasanya dilakukan di laboratorium atau rumah
sakit dan memberikan informasi lebih detail tentang bagaimana oksigen dan
karbon dioksida dipertukarkan dalam
B. Pemeriksaan Sirkulasi
Pengamatan Kulit: Amati warna kulit, apakah tampak pucat atau kemerahan
yang bisa menunjukkan masalah sirkulasi. Periksa suhu kulit dengan meraba,
kulit dingin atau berkeringat bisa menunjukkan masalah sirkulasi.
a. Observasi
Frekuensi dan Pola Pernapasan: Amati frekuensi napas pasien (jumlah napas
per menit), serta pola pernapasan apakah teratur atau tidak teratur. Napas
normal berkisar antara 12 hingga 20 kali per menit pada orang dewasa.
Dada dan Perut: Amati gerakan dada dan perut selama pernapasan untuk
memastikan bahwa pernapasan tidak tertekan dan teratur.
b. Palpasi
Rasa Nyaman dan Pindahnya Dada: Raba dada untuk menilai adanya
ketegangan atau sensasi tidak biasa selama pernapasan.
c. Auskultasi
d. Pemeriksaan Tambahan
Tes Fungsi Paru: Dalam beberapa kasus, tes fungsi paru seperti spirometri
mungkin diperlukan untuk menilai kapasitas paru-paru dan seberapa baik
paru-paru dapat mengalirkan udara.
b. Auskultasi Jantung
Kekuatan dan Irama: Cek apakah nadi terasa teratur atau ada ketidakberaturan
seperti aritmia.
d. Elektrokardiogram (EKG)
Holter Monitor: Untuk pasien dengan keluhan aritmia atau gejala yang tidak
konsisten, pemantauan Holter (monitor jantung portabel) dapat digunakan
untuk merekam aktivitas jantung selama 24 jam atau lebih.
a. Persiapan Pasien
Posisi Pasien: Minta pasien untuk duduk tegak atau berbaring dengan posisi
nyaman, serta pastikan mereka tidak terlalu kedinginan atau terlalu panas.
Persiapan Stetoskop: Gunakan stetoskop dengan baik dan pastikan kepala
stetoskop dalam keadaan bersih.
b. Auskultasi
Vesikular: Suara lembut dan halus yang terdengar di area perifer paru-paru.
Bronkial: Suara lebih keras dan lebih tajam terdengar di area trakea dan
bronkus utama.
Pleuritic Rub: Suara gesekan yang timbul dari peradangan pleura, lapisan di
sekitar paru-paru, biasanya terdengar seperti gesekan kulit kering.
a. Persiapan Pasien
Posisi Pasien: Pasien biasanya dalam posisi duduk atau berbaring dengan
posisi setengah duduk (semi-fowler) untuk mendengarkan bunyi jantung
dengan lebih jelas.
Area Aorta: Di sebelah kanan sternum, pada level ruang interkostal kedua.
Area Pulmonal: Di sebelah kiri sternum, pada level ruang interkostal kedua.
Area Mitral: Di sisi kiri dada, pada ruang interkostal kelima di garis mid-
klavikula.
Suara Jantung S1: Suara "lub" yang terdengar saat katup mitral dan trikuspida
menutup pada awal sistol.
Suara Jantung S2: Suara "dub" yang terdengar saat katup aorta dan pulmonal
menutup pada akhir sistol.
Murmur: Suara tambahan yang biasanya timbul dari aliran darah abnormal
melalui katup jantung (misalnya, stenosis katup atau regurgitasi).
Klik: Suara tambahan yang mungkin menunjukkan masalah katup seperti klik
awal atau klik tengah.
a. Persiapan Pasien
Penjelasan: Jelaskan kepada pasien tentang prosedur, tujuan, dan apa yang
akan mereka rasakan selama EKG.
Posisi: Minta pasien untuk berbaring dalam posisi nyaman, biasanya di posisi
telentang.
b. Persiapan Kulit
Pembersihan Kulit: Bersihkan area kulit di tempat elektroda akan dipasang
dengan alkohol atau sabun pembersih untuk menghilangkan minyak dan
kotoran.
Penghilangan Rambut: Jika perlu, hilangkan rambut di area pemasangan
elektroda dengan gunting atau mesin cukur untuk memastikan kontak yang
baik.
c. Pemasangan Elektroda
Penempatan: Tempatkan elektroda pada lokasi standar:
6 Elektroda Prekordial: V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 dipasang di area dada.
4 Elektroda Extremitas: RA (Right Arm), LA (Left Arm), RL (Right Leg),
dan LL (Left Leg) dipasang pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Penempelan: Pastikan elektroda terpasang dengan kuat dan tidak mengganggu
pasien.
d. Perekaman dan Interpretasi
Perekaman: Nyalakan alat EKG dan mulai perekaman. Pastikan sinyal EKG
stabil dan bebas dari gangguan.
Interpretasi: Setelah perekaman selesai, dokter atau ahli EKG akan
menganalisis hasil untuk mencari kelainan seperti aritmia, iskemia, atau
infark miokard.
B. Pengambilan Spesimen Darah
Tujuan: Mengumpulkan darah untuk analisis laboratorium guna membantu
diagnosis, pemantauan kondisi kesehatan, dan evaluasi fungsi organ.
a. Persiapan Pasien
Penjelasan: Informasikan kepada pasien tentang prosedur pengambilan darah,
termasuk lokasi pengambilan dan apa yang akan mereka rasakan.
Persetujuan: Pastikan pasien telah memberikan izin untuk pengambilan darah
jika diperlukan.
b. Persiapan Alat dan Lingkungan
Alat: Siapkan alat yang diperlukan seperti jarum suntik, tabung vakum,
tourniquet, alkohol swab, dan kasa steril.
Kebersihan: Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan pembersih
tangan berbasis alkohol. Gunakan sarung tangan steril saat melakukan
prosedur.
c. Proses Pengambilan Darah
Penerapan Tourniquet: Tempatkan tourniquet di lengan pasien, sekitar 3-4 cm
di atas tempat pengambilan darah untuk memperbesar vena.
Penentuan Vena: Palpasi untuk menemukan vena yang cocok, biasanya vena
median cubital di lengan.
Pembersihan Area: Bersihkan area tempat pengambilan dengan alkohol swab
dan biarkan kering.
Pengambilan Darah:
Insersi Jarum: Masukkan jarum dengan sudut 15-30 derajat ke arah vena.
Pengambilan Darah: Setelah jarum berada di dalam vena, pasang tabung
vakum atau suntik untuk mengumpulkan darah.
Penanganan Jarum: Setelah darah terambil, lepaskan tabung dan cabut jarum
dengan hati-hati. Tekan area tusukan dengan kasa steril untuk menghentikan
perdarahan.
C. Vena dan Arteri
a. Vena
Ciri-ciri: Vena memiliki dinding yang lebih tipis dibandingkan arteri dan
dilengkapi dengan katup untuk mencegah aliran balik darah. Contoh vena
besar adalah vena cava superior dan inferior yang mengembalikan darah dari
tubuh ke atrium kanan jantung.
b. Arteri
Fungsi: Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke
berbagai bagian tubuh. Mereka biasanya membawa darah yang kaya akan
oksigen (kecuali arteri pulmonalis yang membawa darah deoksigenasi ke
paru-paru).
Ciri-ciri: Arteri memiliki dinding yang lebih tebal dan lebih elastis
dibandingkan vena untuk menahan tekanan darah yang lebih tinggi. Contoh
arteri besar adalah aorta yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh
BAB III
PEMBAHASAN
Keluhan seperti ini pernah dirasakan oleh pasien sebelumnya pertama kali
kurang lebih 5 tahun yang lalu dan keluhan terakhir pada 1 bulan yang lalu. Hal
ini menandakan bahwa sesak yang dirasakan merupakan sesak yang kronis dan
merupakan gejala kambuhan. Keluhan lain didapatkan adanya batuk yang
berdahak berwarna putih dan demam sejak 3 hari yang lalu, tidak terdapat
keluhan adanya pilek. Batuk disertai demam yang terjadi menunjukkan
kemungkinan sedang terjadi proses infeksi saluran napas akut. Batuk dan
proses infeksi dapat merangsang reaksi bronkus yang menyebabkan
mengeluhkan sesak. Keluhan batuk lama yang tidak kunjung sembuh disangkal
pasien dapat mengesampingkan kemungkinan infeksi TB, keluhan serupa pada
keluarga disangkal menunjukkan kemungkinan sumber penularan dan
penyebab kekambuhan bukan berasal dari dalam rumah, bisa juga didapat dari
lingkungan sekitar dan orang-orang yang kontak dengan pasien. Pasien dan
keluarga juga tidak memiliki riwayat alergi, sehingga dapat dikesampingkan
kemungkinan sesak disebabkan oleh asma bronkial.
Pasien merupakan perokok aktif sejak dari usia remaja hingga sebelum
pasien merasakan sesak pertama kali, serta di rumah masih menggunakan kayu
bakar saat memasak. Hal ini dapat berkontribusi terhadap perjalanan penyakit
pasien, karena rokok dan asap dapat melepaskan mediator inflamasi dan
menyebabkan fibrosis jaringan ikat bronkus dan percabangannya. Jika proses
ini berlangsung dalam jangka panjang (kronis) maka akan terjadi penurunan
fungsi pernapasan secara ireversibel dan gejala utama yang timbul adalah sesak
seperti yang dirasakan pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital pasien masih dalam batas
normal. Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi dan mengeluarkan
kata-kata dengan baik, RR 26x/menit, dan SpO2 97% menunjukkan sesak yang
dirasakan dalam intensitas ringan. Pada pemeriksaan lokalis pada paru
ditemukan rhonki kasar pada paru kanan dan wheezing pada kedua lapang paru
hal tersebut menunjukkan adanya infiltrat pada parenkim paru dan obstruksi
bronkus akibat bronkokonstriksi dan hipersekresi mukus. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa batuk dan demam yang dikeluhkan pasien berasal dari
infeksi sebagian bronkus/pecabangannya dan sebagian parenkim paru. Sesak
yang dirasakan pasien terjadi karena bronkokonstriksi menyebabkan ekspirasi
memanjang dan otot pernapasan semakin berusaha mengeluarkan udara pada
saat ekspirasi. Proses infeksi pada saluran napas dapat merangsang pelepasan
mediator inflamasi dan mencetuskan bronkokostriksi, namun karena pasien
memiliki faktor risiko seperti riwayat merokok menggambarkan telah terjadi
kerusakan pada saluran napas dan remodelling bronkus yang sifatnya
ireversibel sehingga bronkus menjadi hipersensitif terhadap berbagai macam
rangsangan yang menyebabkan bronkokonstriksi. Sehingga mengembalikan
fungsi saluran napas akan menjadi lebih sulit. Dengan demikian berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis PPOK dengan
bronkopneumonia.
Setelah itu tidak lupa, pasien diberikan edukasi mengenai pola hidup sehat,
untuk menghindari asap rokok/kayu bakar, perbanyak minum air hangat,
istirahat cukup, perbanyak makan sayur dan buah-buahan. Hindari minuman
dingin, minum manis/makan gorengan teralu sering. Jaga kebersihan dan
proteksi diri dan pencegahan penularan dengan menggunakan masker saat
keluar rumah. Kontrol setelah obat habis, dan jika keluhan sesak belum
membaik, segera ke RS.
BAB IV
KESIMPULAN
Keterangan :
1 :Bila dikerjakan sebanyak 20%
2 :Bila dikerjakan sebenyak 50%
3 :Bila dikerjakan sebenyak 75%
4 :Bila dikerjakan sebenyak 100%
CHEKLIS penghisapan lendir
Keterangan :
1 :Bila dikerjakan sebanyak 20%
2 :Bila dikerjakan sebenyak 50%
3 :Bila dikerjakan sebenyak 75%
4 :Bila dikerjakan sebenyak 100%
CHEKLIS memasang dan memonitoring tranfusi darah
C Tahap kerja
1. gunakan sampiran untuk menjaga privacy pasien
2. Memasang sarung tangan
3. pantau tanda tanda-tanda vita (tensi, nadi, respirasi
dan suhu badan)
4. kaji Riwayat pasien
5. siapkan selang tranfusi darah
6. pasang jalur intravena
a. gantunhkan caira NaCl 0,9% pada tiang infus
dan lakukan desenfeksi tutup botol cairan infus
dengan alcohol swab
b. apabila sedang diberikan infus larutan intra
fena periksa apakan jarumnya sesuai dengan
jarum tranfusi darah (20F/lebih besar)
c. apabila IV line belum terpasang, pasang IV line
terlebih dahulu (gunakan tehnik pemasangan
infus)
E Dokumntas
1. dokumentasi Tindakan yang sudah dilakukan besrta
respon pasien
F Tehnik
1.berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat
sesuai dengan kondisi pasien
2. bekerja dengan hari-hati dan cermat
3. menghargai privasi atau budaya pasien
4. bekerja secara sistematis
Keterangan :
1 :Bila dikerjakan sebanyak 20%
2 :Bila dikerjakan sebenyak 50%
3 :Bila dikerjakan sebenyak 75%
4 :Bila dikerjakan sebenyak 100%
Kontra indikasi :
1. Tension pneumotoraks.
2. Hemoptisis.
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti
hipotensi, hipertensi,infark miokard akut
dan aritmia.
4. Edema paru.
5. Efusi pleura yang luas.
Tahap Pre Interaksia.
a. Persiapan Pasien.
c. Persiapan Lingkungan
1. Sampiran
Tahap Orientasi
1.Memberi salam.
2.Panggil klien denganpanggilan yang
disenangi.
3.Memperkenalkan nama perawat.
4.jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
klien.
5.Menjelaskan kerahasiaan.
Tahap Kerja
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Atur posisi pasien ± 75atau dengan
meletakkan 3 buah bantal di punggung klien
dan 1 bantal di bawah lutut.
e. Lepas sarung tangan.
f. Cuci tangan.
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu .
d. Posisikan klien dengan terlentang, dengan
kepala terangkat(ekstensi).
e. Letakkan bantal dibawah lutut klien.
f. Lepas sarung tangan.
g. Cuci tangan
a.Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu .
d. Atur posisi pasien terlentang semi fowler
(membentuk ± 45)atau dengan meletakkan 2
buah bantal di bawah kepala klien.
e. Lepas sarung tangan.
f. Cuci tangan.
4. Lobus atas kiri-segmen posterior paru
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien dengan posisi lateral kiri.
e. Letakkan bantal dibawah dada, dan di
antara kaki pasien.
f. Lepas sarung tangan.
g. Cuci tangan.
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien dalam posisi trendelenburg.
e. Miringkan pasien dan letakkan bantal
dibawah punggung pasien.
f. Letakkan dua bantal untuk menopang kaki
pasien sebelahkanan.
g. Lepas sarung tangan.
h. Cuci tangan.
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu
d. Bantu pasien dalam posisi telentang.
e. Letakkan kedua tangan di samping kepala
pasien.
f. Letakkan 2 bantal di daerah dada sampai
perut pasien.
g. Letakkan 1 bantal di daerah paha sampai
lutut pasien, danletakkan 1 bantal didaerah
lutut pasien sampai punggungkaki pasien.
h. Lepas sarung tangan.
i. Cuci tangan.
7.Lobus tengah kanan-segmen posterior
paru
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien dengan posisi telungkup
dengan toraks danabdomen yang terangkat.
e. Letakkan bantal dibawah tubuh klien
dengan bawah perut lebih tinggi
f. Lepas sarung tangan.
g. Cuci tangan.
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan jika perlu
c. Pakai masker bila perlu
d. Bantu pasien dalam posisi terlentang dalam
posisitrendelenburg
e. Letakkan kedua tangan di samping pasien
f. Letakkan 1 bantal di bawah kepala pasien
g. Letakkan 1 bantal di daerah paha sampai
lutut pasien
h. Lepas sarung tangan
i. Cuci tangan.
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien dalam posisi lateral kanan
dalam posisitrendelenburg.
e. Letakkan tangan kanan ke depan dengan
lengan bawah menuju kepala.
f. Letaakkan tangan kiri ke belakang.
g. Letakkan bantal di antara 2 kaki klien.
h. Lepas sarung tangan.
i. Cuci tangan.
10. Lobus bawah kanan-segmen lateral
paru
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien dalam posisi lateral kiri dalam
posisitrendelenburg.
e. Letakkan tangan kanan ke depan dengan
lengan bawahmenuju kepala.
f. Letakkan tangan kanan ke belakang.
g. Letakkan bantal di antara 2 kaki klien.
h. Lepas sarung tangan.
i. Cuci tangan.
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien dalam posisi sim kiri dalam
posisitrendelenburg.
e. Letakkan tangan kanan ke depan dengan
lengan bawahmenuju kepala.
f. Letaakkan tangan kanan ke belakang.
g. Letakkan bantal di antara 2 kaki klien.
h. Lepas sarung tangan.
i. Cuci tangan.
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu .
d. Bantu pasien dengan posisi telungkup
dalam posisitrendelenburg.
e. Letakkan bantal dibawah perut bagian
bawah.
f. Letakkan bantal dibawah kaki klien (bawah
lutut).
g. Lepas sarung tangan.
h. Cuci tangan.
13. Bilateral-segmen apeks paru
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien anak-anak, dengan posisi
duduk pada pangkuan perawat,
sedikit membungkuk ke arah depan.
e. Letakkan bantal di depan dada klien.
f. Lepas sarung tangan.
g. Cuci tangan.
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien anak-anak, dengan posisi
duduk pada pangkuan perawat.
e. Sandarkan pasien ke tubuh perawat.
f. Perawat memegang bagian dada dan pundak
pasien.
g. Lepas sarung tangan.
h. Cuci tangan
a. Cuci tangan.
b. Pakai sarung tangan jika perlu.
c. Pakai masker bila perlu.
d. Bantu pasien anak-anak, dengan posisi
terlentang
yang berbaring di pangkuan perawat.
e. Letakkan bantal menyokong punggung
anak.
f. Lepas sarung tangan.
g. Cuci tangan.
1.Menyimpulkan hasil prosedur yang
dilakukan.
2.Menanyakan pada pasien apa yang
dirasakan setelah dilakukankegiatan.
3. Melakukan kontrak untuk tindakan
selanjutnya.
Tahap Terminasi 4.Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien.
Keterangan :
1 :Bila dikerjakan sebanyak 20%
2 :Bila dikerjakan sebenyak 50%
3 :Bila dikerjakan sebenyak 75%
4 :Bila dikerjakan sebenyak 100%
CHEKLIS melakukan inhalasi (nebulizer)
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mencuci tangan
c. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
d. Mengatur posisi pasien sesuai dengan
keadaan pasien
e. Memasukkan obat kewadahnya (bagian dari
alat nebulizer).
f. Menghubungkan nebulizer dengan listrik
g. Menyalakan mesin nebulizer (tekan power
on) dan mengecek out flow apakah timbul
uap atau embun.
h. Menghubungkan alat ke mulut atau
menutupi hidung dan mulut (posisi) yang
tepat.
i. Menganjurkan agar klien untuk melakukan
nafas dalam, tahan sebentar, lalu ekspirasi.
j. Setelah selesai, mengecek keadaan umum
klien, tanda-tanda vital, dan melakukan
auskultasi paru secara berkala selama
prosedur.
k. Menganjurkan klien untuk melakukan nafas
dalam dan batuk efektif untuk mengeluarkan
sekret.
1. Perhatian :
- Tetap mendampingi klien selama prosedur
(tidak meninggalkan klien).
- Observasi adanya reaksi klien apabila terjadi
efek samping obat.
- Tempatkan alat nebulizer pada posisi yang
aman (jangan sampai jatuh).
Tahap Terminasi
Keterangan :
1 :Bila dikerjakan sebanyak 20%
2 :Bila dikerjakan sebenyak 50%
3 :Bila dikerjakan sebenyak 75%
4 :Bila dikerjakan sebenyak 100%
CHEKLIS pengambilan sempel darah kapilet
NO CHEKLIS PENGAMBILAN SEMPEL DATAH
KAPILER
Definisi Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah
skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah
dengan tusukan kulit.
Indikasi :
Persiapan 1.Alat :
a. Kapas alkohol 70 %
b. Kapas steril
c. Lancet steril dan berujung tajam
d. Penampung darah
2. PASIEN
3.LINGKUNGAN
4.Pasang sampiran
a. Dekatkan alat
b. Posisikan pasien dengan nyaman
c. Memasang perlak dan pengalas
d. Memakai hand scoon jika diperlukan
e. Jelaskan kepada pasien alasan pengambilan darah yang
akandilakukan dan pemeriksaan yang akan dilakukan
Tahap denganspesimen tersebut.
KerjaCara f. Sebelum melakukan pengambilan darah bersihkan tangan
Pengambilan menggunakan alkohol 70 % dan gunakan sarung tangan.
Darah g. Pilihlah bagian ujung jari yang berdaging
h. Hangatkan bagian kulit yang akan ditusuk
denganmembungkusnya menggunakan handuk
hangat (kurang dari 42̊C), minimal 3 menit untuk
melancarkan aliran darah.
i. Bagian kulit yang akan ditusuk
harus didesinfeksi terlebihdahulu dengan alkohol 70%
atau povidine iodine kemudiandikeringkan dengan kapas
yang steril.(Povidone Iodone tidak boleh digunakan pada
tes : bilirubin, K, fosfor, dan asam urat).
j. Kulit setempat ditegangkan dengan memijatnya antara dua
jari.
k. Lakukan penusukan dengan gerakan yang cepat dengan
memakai lancet steril. Tusukan dilakukan dengan arah
tegaklurus pada garis sidik jari.
l. Tetesan darah yang pertama kali keluar dihapus
denganmenggunakan kapas streril dan tetasan beerikutnya
baru bolehdigunakan untuk pemeriksaan.
m. Merapikan alat
n. Melepaskan hand scoon
o. Cuci tangan
Keterangan :
1 :Bila dikerjakan sebanyak 20%
2 :Bila dikerjakan sebenyak 50%
3 :Bila dikerjakan sebenyak 75%
4 :Bila dikerjakan sebenyak 100%
CHEKLIS PENGAMBILAN SEMPEL DARAH VENA
NO CHEKLIS PENGAMBILAN SEMPEL DARAH Ya Tidak
VENA
Pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
(mengetahui TTV, therapy jenis pemeriksaan darah, dan
hal lain yang diperlukan)
2. cuci tangan
3. Siapkan alat-alat yang diperlukan
Orentasi
4. Beri salam, panggil dengan Namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama
5. Menanyakan keluhan pasien
6. Jelaskan tujuan, prosedur,hal yang perlu dilakukan pasien,
sepakati kode komunikasi
7. Berikan kesempatan kepada pasien, keluarga bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
Tahap kerja
8. Atur posisi pasien senyaman mungkin
9. Jaga privasi pasien
10. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau
11. Tekuk lengan baju pasien (jika baju lengan panjang),
temukan dan tentukan vena yang akan dilakukan punksi
12. Pasang sarung tangan disposable
13. Pasang touniquet 5-10 cm di atas tempat punksi yang akan
dilakukan pada posisi yang mudah dijangkau dan mudah
untuk dilepaskan. Pemasangan touniquet tidak boleh lebih
dari 1 menit. Jika lebih lepaskan selama 1 menit kemudian
diulang lagi
14. Anjurkan pasien untuk mengepal-ngepalkan tangan
dengan kuat beberapa kali
15. Inspeksi dan palpasi vena terbaik yang akan disuntik
dengan jari anda
16. Lakukan pengambilan darah
17. Siapkan spuit disposable, pegang spuit dengan tangan
yang dominan
18. Lepaskan tutupan spuit dan informasikan ke pasien
bahawa akan di tusuk dan akan sedikit sakit
19. Tempatkan ibu jari tangan yang dominan 2,5 cm di bawah
tempat penusukan, dan tekan dengan agak kuat.
Kencangkan kulit sampai vena yang akan ditusuk dalam
kondisi stabil
20. Arahkan jarum dengan sudut 15-30 kemudian tusukan
jarum perlahan ke vena yang telah di tentukan
21. Setelah terlihat/ keluar darah, lakukan penarikan piston
samapai sejumlah darah yang di butuh kan. Perhatikan
neddle tetap stabil
22. Lepakan tourniquet
23. Rapikan alat-alat
24. Tarik jarum dan tekan bekas tusukan dengan kapas alcohol
(kalua perlu diplester)
25. Masukan specimen darah ke dalam tabung yang telah
ditentukan (jika perlu tabung digoyangkan : bagi yang
memkai antikaogula)
26. Buang spuit pada tempatmya dan rapikan alat-alatnya
27. Berikan label pada tabung darah siap dikirim ke
laboratorium
29. Lepas sarung tangan
30. Cuci tangan
31. Rapikan klien dan posisikan klien pada posisi yang
nyaman
Terminasi
32. Evaluasi karakteristik urine, perasaan pasien simpulkan
hasil kegiatan, berikan umpan baik positif
33. Kontrak pertemuan selanjutnya
34. Bereskan alat-alat
35. Cuci tangan
Dokumentasi
36. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
Keterangan :
1 :Bila dikerjakan sebanyak 20%
2 :Bila dikerjakan sebenyak 50%
3 :Bila dikerjakan sebenyak 75%
4 :Bila dikerjakan sebenyak 100%
CHEKLIST FISIOTERAPI DADA
NO Komponen Ya Tidak
1. Persiapan alat
- bantal untuk pengaturan posisi
-tempat tidur yang bisa mengatur posisi trendelenbug
-kertas tisu
-tempat penampung buntum(bengkok)
-baju pelindung
2. Persiapan klien(komunikasi dengan klien dan
keluarga),memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan Tindakan
3. Persiapan lingkungan(aman dan nyaman bagi klien
serta memperhatikan aspek privacy)
Portural drainase
4. Longgarkan pakaian yang ketat
5. Atur posisi dengan mengatur tempat tidur dengan
kepala lebih rendah sekitar 30 derajat
6. Letakan tempat sputum pada posisi yang mudah
diraih
7. Jelaskan pada klien bahwa posisi ini berlangsung
sekitaran 5-15 menit
8. Instruksikan klien untuk melakukan batuk efektif
untuk mengeluarkan secret pada jalan nafas
9. Lakukan oral hygiene dengan kumur kumur dan
bersihkan dengan tissue
Perkusi
10. Berikan klien minum air hangat terlebih dahulu
11. Atur posisi sesuai dengan segmen atau lobus yang
akan diperkusi(lobus yang akan di perkusi
sebelumnya harus ditentukan dengan menggunakan
pemeriksaan auskultasi pada area lobus paru)
12. Tutup are yang diperkusi dengan kain atau tissue
13. Buat seperti mangkuk pada telapak tangan dan
dengan ringan ditepukkan pada dinding dada dalam
Gerakan berirama
14. Lakukan perkusi dngan pergelangan tangan secara
bergantian fleksi dan ekstensi sehingga dada dipukul
atau ditepuk dengan cara yang tidak menimbulkan
rasa nyeri
15. Perkusi setiap area selama 3-5 menit
16. Jangan melakukan perkusi pada tulang dada seperti
pada tulang belakang atau skapula
17. Anjurkan klien untuk batuk efektif diantara perkusi
ke segmen berikutnya
18. Auskultasi bunyi nafas pada seluruh lobus paru
VIBRASI
19. Tutup area yang difibrasi dengan kain atau tissue
20. Instruksikan klien untuk bernapas dalam melalui
hidung dan mengeluarknnya secara perlahan melalui
mulut
21. Letakan satu telapak tangan pada area yang akan
dilakukan vibrasi dan satu tangan lainya
No. Indikator
Prosedur Pelaksanaan
A.Tahap preinteraksi
1.persiapan pasien :
a.memperkenalkan diri
b.bina hubungan saling percaya
c.meminta pengunjung atau keluarga
meninggalkan ruangan
d.menjelaskan tujuan
e.menjelaskan langkah prosedur yang akan
dilakukan
f.menyepakati waktu yang akan digunakan
2.persiapan alat dan bahan :
a.stetoskop
b.penggaris kecil
c.pensil gambar
d.bantal kecil
3.persiapan lingkungan
a.sampiran
Komponen Ya Tidak
1.Persiapan Alat:
1.spuit dewasa 2ml,anak-anak needle
2.antikoagulan (heparin)
3.gabus
4.kapas alcohol
5.pengalas
6.plester-kapas-guntimg
7.sarung tangan
8.formulir laboraturium untuk pemeriksaan Analisa gas
darah
9.label klien
10.K/p anestesi local seperti xylocin 2%
2.Persiapan pasien:
1.menjelaskan prosedur/Tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
2.memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga
1.Mencuci tangan
2.Memakai sarung tangan
3.Mengisi spuit dengan heparin 0,1 cc
4.Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5.Mengkaji lokasi denyut arteri dengan tepat/prioritas
pemiliha pemilihan lokasi
6.Membebaskan pakaian pada lokasi arteri
radialis/brankhialis/femoralis
7.Melakukan palpasi pada daerah yang akan dipungsi
8.Melakukan desinfusi pada lokasi/area pungsi dengan kapas
alcohol dan biarkan kering
9.menusuk kulit tepat diatas arteri sudut jarum 45-90 derajat
10.Membiarkan daerah arteri masuk kedalam spuit dengan
sendirinya minimal 0,5-2 ml
11.Membantu aspirasi darah
CEKLIS PEMANTAUAN
1 Penjelasan tentang prosedur transfuse darah oleh Ya Tidak
perawat
2 Tanda tangan informed concern
3 Riwayat transfusi sebelumnya
4 Kesesuaian identitas pasien
5 Kesesuaian golongan darah
6 Kesesuaian jenis produk darah
7 Kompatibilitas darah
8 Produk darah tidak kadaluwarsa
9 Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tangan
sebelum tindakan
10 Petugas membuat jalur IV dengan kateter besar
(diameter 18-G atau 19-G) dengan selang infus tipe Y
yang mempunyai filter
11 Petugas menggantungkan flabot larutan 0,9 % Normal
salin untuk diberikan setelah menginfuskan/pemberian
transfuse darah
12 Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
(Tensi,nadi,respirasi,suhu badan)
13 Petugas mulai untuk mentransfusikan darah dan catat
waktu mulai terpasang transfusi
14 Petugas observasi anda tanda vital pasien selama 15
menit dan 30 menit pertama transfusi
15 Petugas mencatat waktu selesai transfusi
16 Reaksi yang terjadi segera setelah transfusi yang terjadi
(menggigil,sakit kepala,gatal,kemerahan)
17 Tanda kemerahan,ruam kulit,gatal,dispnea,bitnik-bintik
merah di kulit
18 Petugas melepaskan,membuang sarung tangan
ditempat sampah medis
19 Petugas mencuci tangan
20 Petugas melanjutkan mengobservasi terhadap reaksi
samping/efek samping transfusi
21 Petugas mencatat pemberian darah dan produk
darah,petugas mencatat cairan yang digunakan
mengikuti kebijakan rumah sakit/institusi
22 Setelah transfuse selesai,ganti IV line yang baru
kantong plastik
23 Kantong plastik dan selang dibuang sebagai sampah
medis
CHECK LIST PEMANTAUAN RESPIRASI
Definisi :
Merupakan salah satu indicator untuk mengetahui fungsi sistem
pernafasan yang terdiri dari mepertahankan pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam paru dan pengaturan asam-basa
Tujuan :
Mengetahui keadan umum pasien/TTV pasien
Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam satu menit
Membantu menegakkan diagnose
Untuk mengetahui RR normal menurus usia
Pelaksanaan
1. Persiapan pasien :
Memperkenalkan diri
Bina hubungan saling percaya
Menjelaskan tujuan
Menjelaskan Langkah prosedur yang akan di lakukan
2.Persiapan alat dan bahan
Jam tangan (dengan jarum detik)
Sarung tangan bersih
Stetoskop (Untuk mengkaji RR dengan mendengarkan suara nafas)
Larutan klorin 0.5 %
Alat tulis
3.Persiapan Lingkungan :
Tutup pintu,jendela,gorden
Beri penerangan yang cukup
Atur posisi klien (supinasi atau duduk )