Resume Kelompok 12
Resume Kelompok 12
Resume Kelompok 12
DOSEN PENGAMPU
DRS. H. HENDERI KUSMIDI, M.H.I
1
PEMBAHASAN
Shalat jamak artinya salat yang dikumpulkan. Yang dimaksud ialah dua shalat fardhu yang
lima itu. Dikerjakan dalam waktu umpamaanya, Salat dzuhur dan asar dikerjakan diwaktu
dzuhur atau waktu asar. Salat yang boleh dijamakkan hanya antara salat dzuhur dengan asar
diantara maghrib dengan isya. Sedangkan subuh tetap wajib dikerjakan pada waktunya
sendiri.1
Shalat jamak hukumnya boleh, dasar kebolehan menjamak shalat tersebut ialah, hadits
yang diriwayatkan oleh muadz bin jabal, ia berkata : Dari Muadz, “ bahwasanya nabi saw,
dalam perang tabuk, apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau takhirkan
dzuhur hingga beliau kumpulkan ke asar, beliau salat untuk keduanya (dzuhur dan ashar di
waktu ashar); dan apabila beliau berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau kerjakan salat
dzuhur dan asar sekaligus, kemudian beliau berjalan, apabila beliau berangkat sebelum
maghrib, beliau takhirkan maghrib hinga beliau lakukan shalat maghrib beserta isya, dan
apabila beliau berangkat sesudah waktu maghrib, beliau segerakan isya dan beliau salatkan
isya berserta maghrib “(Riwayat Ahmad, Abu Dawud Dan Tirmizi).
Hendaklah dimulai dengan shalat yang pertama (Dzuhur sebelum asar, atau maghrib
sebelum isya) karena waktunya adalah waktu yang pertama.
Berniat jamak agar berbeda dari shalat yang terdahulu karena lupa,
Berturut-turut, sebab keduanya seolah-olah satu salat.
b) Jamak Ta‟khir
Pada waktu yang pertama hendaklah berniat akan melakukan salat pertama itu di waktu yang
kedua, agar ada maksud bersungguh-sungguh akan mengerjakan salat pertama itu dan tidak
ditinggalkan begitu saja. Orang yang menetap ( tidak dalam perjalanan) boleh pula untuk
1
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam.(Bandung : PT Penerbit Sinar Baru Algensindo. 2016),120
2
sholat jamak takdim karena hujan, dengan syarat seperti yang telah disebutkan jamak takdim.
Disyaratkan pula bahwa salat yang kedua berjamaah ditempat yang jauh dari rumahnya, serta
juga ia mendapat kesukaran pergi ketempat itu karena hujan.
c. Shalat Qashar
1) Pengertian Shalat
Qashar Shalat qashar artinya salat yang diringkaskan bilangan rakatnya yaitu diantara shalat
fardhu yang lima; yang mestinya empat rakaat dijadikan dua rakaat saja. Salat lima waktu
yang boleh di qashar hanya dzuhur, ashar dan isya. Adapun maghrib dan subuh tetap
sebagaimana biasa, tidak bisa di qashar.2
Maksud adanya perintah untuk memperbolehkan shalat qoshor yakni agar mempermudah
umat muslim ketika bepergian untu meringkas shalat, dengan syarat perjalannnnya harus
dengan tujuan yang baik, da nada shalat yang tidak bisa di qashar yakni shalat subuh, karena
shalat subuh jumlah rakaatnya sudah sedikit maka tidak perlu untuk di ringkas lagi.
Hukum Shalat Qashar menurut madzhab syafii ( boleh), bahkan lebih baik bagi orang yang
dalam perjalanan serta cukup syarat-syaratnya.
Bagi orang yang dalam perjalanan bepergian, dibolehkan menyingkat shalat yang wajib
yang 4 rakaat menjadi 2 rakaat dengan syarat sebagai berikut : -Jarak perjalanan sekurang-
kurangnya dua hari perjalanan kaki atau dua marhalah (yaitu sama dengan 16 farsah = 138
km )
Shalat yang boleh di qashar hanya shalat yang empat rakaat saja dan bukan qadha
Tidak makmum kepada orang yang bukan musafir. 3 Dari penjelasan syarat syah sholat
qashar diatas harus dipahami ketentuan mengenai jarak dan ketentuan bepergian yang
2
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam, 118
3
Moh Rifai. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, 67-68
3
diperbolehkan melaksnaakan shalat qashar yakni dengan tujuan kebaikan, dan shalat yang
boleh diringkas hanya shalat yang berjumlah empat rokaat. Serta bagi mereka yang
mengqoshor sholat tidak boleh bermakmum kepada mereka yang bukan musafir.
Sholat Jama' (shalat berjamaah) dan Sholat Qashar (shalat yang diperpendek) memiliki dasar
hukum dalam Islam. Berikut adalah dasar hukum keduanya:
1. Al-Qur'an:
Allah SWT mendorong umat Islam untuk melaksanakan sholat berjamaah dan
menunjukkan keutamaannya dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Contohnya, Allah
berfirman dalam Surat Al-Baqarah (2): 43, "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat. Dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'."
Selain itu, dalam Surat Al-Imran (3): 103, Allah berfirman, "Dan berpegang teguhlah
kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."
2. Hadis Rasulullah SAW:
Rasulullah SAW bersabda, "Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat
sendirian oleh seorang, dan shalat sendirian oleh seorang itu lebih utama daripada
shalatnya di tempat tinggalnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mendengar (adzan) sedangkan dia
berada di suatu tempat, lalu dia tidak datang (ke masjid) kecuali karena suatu udzur,
niscaya dia akan masuk dalam catatan Allah sebagai orang yang durhaka." (HR. Abu
Daud)
1. Al-Qur'an:
Dasar hukum Sholat Qashar terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an, terutama
berkaitan dengan sholat dalam perjalanan. Allah memudahkan umat-Nya dalam
beribadah ketika berada dalam perjalanan yang jauh.
Allah berfirman dalam Surat An-Nisa (4): 101, "Dan apabila kamu dalam perjalanan
dan tidak mendapati seorang ahli ilmu pun dari kamu, maka hendaklah kamu
4
menunaikan shalatmu (sebagai ganti) dengan cara (shalat) berjalan atau (sebagai
ganti) menurunkan satu sebagian dari shalatmu."
2. Hadis Rasulullah SAW:
Rasulullah SAW memperbolehkan pemendekan sholat dan pengumpulan sholat bagi
orang yang dalam perjalanan. Beliau melakukan hal ini sebagai bentuk keringanan
dalam menjalankan ibadah.
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang di antara kalian shalat dengan
(mengerjakan) shalat yang diperpendek karena bepergian, maka hendaknya dia
memperpendek shalat yang ada padanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan dasar hukum tersebut, umat Islam diperbolehkan untuk melaksanakan sholat
berjamaah, dan dalam keadaan tertentu, mereka diperbolehkan untuk memperpendek sholat
saat dalam perjalanan.
Ada beberapa dasar hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis, yaitu:
َو ِإَذ ا َضَر ۡب ُتۡم ِفي ٱَأۡلۡر ِض َفَلۡي َس َع َلۡي ُك ۡم ُجَناٌح َأن َتۡق ُصُروْا ِم َن ٱلَّص َلٰو ِة ِإۡن ِخ ۡف ُتۡم َأن َيۡف ِتَنُك ُم
١٠١ ٱَّلِذ يَن َكَفُر ٓو ْۚا ِإَّن ٱۡل َٰك ِفِريَن َك اُنوْا َلُك ۡم َع ُد ّٗو ا ُّم ِبيٗن ا
Artinya:“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-
orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. An-Nisa’ [4]: 101)
Dan sabda Rasulullah Saw:Telah bercerita Ya’la bin Umaiyah, “Saya telah berkata kepada
Umar, Allah berfirman jika kamu takut, sedangkan sekarang telah aman (tidak takut lagi).
Umar menjawab, “Saya heran juga sebagaimana engkau, maka saya tanyakan kepada
Rasulullah Saw., dan beliau menjawab: “Shalat qasar itu sedekah yang diberikan Allah
kepada kamu, maka terimalah olehmu sedekah-Nya (pemberian-Nya) itu”. (HR. Muslim) 4.
4
Sulaiman Rasjid, Fiqh Sunnah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), cet. 47, hlm 118
5
Syarat Sholat Jama' (Shalat Berjamaah):
1) Jama'ah (kelompok orang): Sholat berjamaah memerlukan keberadaan lebih dari satu
orang. Ada minimal dua orang, yaitu seorang imam dan makmum, untuk membentuk
jamaah.
2) Imam dan Makmum: Terdapat seorang imam yang memimpin sholat dan makmum
yang mengikutinya. Posisi imam dan makmum memiliki tata cara tertentu selama
pelaksanaan sholat.
3) Kesetaraan Shaf: Makmum diharapkan membentuk barisan yang rapi dan sejajar,
tanpa ada celah di antara satu shaf dengan shaf lainnya. Kesetaraan ini menciptakan
persatuan dan kesejajaran dalam ibadah.
4) Mempertahankan Kesunahan Sholat: Sholat berjamaah diharapkan dilaksanakan
dengan menjaga kesunahan dan khusyuk dalam ibadah. Semua rukun dan syarat
sholat individual harus tetap dipertahankan.
1) Niat Berjamaah: Niat untuk sholat berjamaah sebaiknya ada dalam hati setiap
individu yang berpartisipasi dalam jamaah. Niat ini tidak perlu diucapkan, tetapi harus
murni untuk Allah.
2) Takbiratul Ihram: Jamaah dimulai dengan takbiratul ihram yang dilakukan oleh imam
dan diikuti oleh seluruh makmum.
3) Berdiri dengan Rapi: Semua anggota jamaah harus berdiri dengan rapi, menyusun
shaf, dan mengekalkan kesetaraan antara satu shaf dengan shaf lainnya.
4) Mendengarkan dan Mengikuti Imam: Selama sholat, makmum harus mendengarkan
bacaan imam dan mengikutinya dalam gerakan-gerakan sholat.
5) Takbiratul Iftitah (Takbir Pembuka): Takbir ini dilakukan oleh imam untuk memulai
rakaat pertama.
6) Rukun-rukun Sholat Lainnya: Seluruh rukun sholat individu harus dilaksanakan
dengan benar oleh seluruh anggota jamaah.
6
1) Musafir (Bepergian): Sholat Qashar diperbolehkan bagi seorang Muslim yang sedang
dalam perjalanan yang memenuhi syarat sebagai musafir. Musafir adalah seseorang
yang bepergian setidaknya sejauh 48 mil (sekitar 77 km) dari tempat tinggalnya.5
2) Niat Qashar: Meskipun niat tidak perlu diucapkan, tetapi dalam hati harus ada niat
untuk melaksanakan sholat Qashar sebagai seorang musafir.
3) Mengetahui Tempat-tempat Qashar: Musafir harus mengetahui daerah-daerah atau
tempat-tempat yang memungkinkan untuk melaksanakan sholat Qashar.
1) Niat Qashar: Niat untuk sholat Qashar harus ada dalam hati musafir sebelum memulai
sholat.
2) Takbiratul Ihram: Sholat Qashar dimulai dengan takbiratul ihram seperti sholat pada
umumnya.
3) Rukun-rukun Sholat Lainnya: Seluruh rukun sholat harus dilaksanakan dengan benar,
termasuk rukun-rukun khusus sholat yang diperpendek.
Selama melaksanakan sholat Jama' atau sholat Qashar, sangat penting untuk
memperhatikan tata cara dan adab-adab sholat berjamaah serta sholat dalam perjalanan agar
ibadah tetap sah dan diterima oleh Allah SWT.
‟ Shalat yang disyariatkan untuk bisa dijama‟ hanya ada dua, yaitu :
a. Shalat Zhuhur dijama‟ dengan Ashar Shalat Zhuhur hanya boleh dijama‟ dengan
shalat Ashar. Tidak boleh dijama‟ dengan Shubuh, Maghrib atau Isya. Sedangkan
shalat Jumat, apakah boleh dijama‟ dengan Ashar, para ulama berbeda pendapat.
Sebagian mengatakan tidak boleh, sebagian lagi boleh. Sebagian lagi menyebutkan
bahwa kebolehannya hanya apabila seseorang berniat shalat Zhuhur meski ikut dalam
barisan shaf shalat Jumat.6
5
Al-Imam Taqiyyudin Abu Bakar al-Husaini, Kifayatl Akhyar, alih bahasa: Anas Thohir Syamsuddin, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1983), hal. 327.
6
Abuya Teungku H. Djamaluddin Waly Al-Khalidy, Fiqih Shalat Menurut Mazhab Imam Syafi‟I, (Dayah Darussalam,
2015), hlm.73.
7
b. Shalat Maghrib dijama‟ dengan Isya‟ Shalat yang juga boleh dijama‟ selain Dzhuhur
dengan Ashar adalah shalat Maghrib dan Isya‟.
Macam-macam qaṣar :
1. Qaṣar Adat. Yaitu shalat qaṣar yang mengurangi jumlah rakaat shalatnya yang empat
menjadi dua rakaat. Dalam qaṣar adat ini shalat yang boleh diqaṣarkan ialah shalat Zhuhur,
Ashar dan Isya‟, sedangkan shalat Magrib dan Shubuh tidak boleh diqaṣarkan.
2. Qaṣar Sifat. Yaitu shalat qaṣar yang meringkas atau meringankan sifat shalat bagi orang
yang tidak kuasa dalam melakukan shalat dengan cara biasanya kerena sakit atau kondisi
fisiknya yang dikhawatirkan
3. Qaṣar Haiat. Yaitu shalat qaṣar yang meringkas atau meringankan cara shalat seperti dalam
shalat khauf (shalat karena takut adanya bahaya) seperti bahaya musuh dalam peperangan,
bahaya binatang buas dan sebagainya. Cara pelaksanaannya seperti yang dijelaskan dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Imam Malik dan Mulim bersumber dari Shalih bin Khawat,
dari seorang yang pernah ikut shalat khauf bersama Rasulullah SAW pada perang Dzatur
Riqa‟.
Sholat yang boleh dijamak (dikerjakan secara berjamaah) dan diqashar (diperpendek)
adalah sholat yang termasuk dalam kategori sholat yang diperbolehkan di kedua kondisi
tersebut. Sholat tersebut adalah:
a) Sholat Dzuhur dan Ashar saat Safar (Perjalanan): Dzuhur dan Ashar dapat dijamak
dan diqashar ketika seseorang berada dalam keadaan musafir (sedang dalam
perjalanan).
b) Sholat Maghrib dan Isya' saat Safar (Perjalanan): Maghrib dan Isya' juga dapat
dijamak dan diqashar saat seseorang dalam keadaan musafir.
c) Sholat Jum'at saat Safar (Perjalanan): Sholat Jum'at bisa diqashar dan dijamak ketika
seseorang sedang berada dalam perjalanan dan memenuhi syarat sebagai musafir.
7
Ibid.,hlm.75.
8
d) Sholat Sunnah Rawatib: Beberapa sholat sunnah rawatib (sunnah mu'akkadah) seperti
Sunnah Mu'akkadah sebelum atau sesudah sholat fardhu juga dapat diqashar dan
dijamak, terutama saat dalam perjalanan.
Sholat Jama':
Sholat berjamaah telah menjadi praktik utama dalam umat Islam sejak zaman Rasulullah
SAW. Dalam periode awal Islam di Kota Madinah, Rasulullah mendirikan masjid sebagai
pusat ibadah dan kegiatan umat Islam. Sholat berjamaah menjadi semakin umum di masjid
tersebut.
Kewajiban sholat berjamaah ditekankan dalam ajaran Islam untuk memupuk rasa
kebersamaan dan persatuan di antara umat Muslim. Para Sahabat Rasulullah sangat
menekankan pentingnya sholat berjamaah dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan masjid.
Prinsip-prinsip Sholat Jama' terus berkembang dan diperinci oleh para ulama dan
cendekiawan Islam melalui studi dan interpretasi terhadap ajaran agama.
Sholat Qashar:
Sholat Qashar memiliki dasar hukum dalam Al-Qur'an dan hadis, terutama dalam konteks
musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan. Praktik ini diakui sebagai keringanan yang
diberikan Islam kepada umatnya agar dapat menjalankan ibadah dengan lebih fleksibel.
Rasulullah SAW dan para Sahabatnya sendiri telah mempraktikkan Sholat Qashar ketika
melakukan perjalanan. Ini tercermin dalam hadis-hadis yang mencatat pemendekan rakaat
sholat oleh Rasulullah ketika berada dalam kondisi musafir.
Praktik Sholat Qashar juga terus dijelaskan dan diperinci oleh ulama dan cendekiawan Islam
sepanjang sejarah Islam, memberikan panduan yang jelas bagi umat Muslim yang sedang
dalam perjalanan.
Kedua konsep ini telah menjadi bagian integral dari ibadah sehari-hari umat Islam, dan
pengertian serta tata cara pelaksanaannya terus diperdalam sepanjang sejarah Islam.
Meskipun tidak ada peristiwa khusus yang dapat diidentifikasi sebagai "awal" dari Sholat
Jama' dan Sholat Qashar, prinsip-prinsip ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan terus
menjadi bagian penting dalam praktek ibadah umat Islam hingga saat ini.
Menguatkan Hubungan Sosial: Sholat Jama' menciptakan peluang untuk berinteraksi sosial di
masjid dan memperkuat ikatan antar-Muslim. Ini memberikan kesempatan untuk saling
mengenal dan memperdalam hubungan sesama umat Islam.
Peningkatan Khusyuk dan Kehadiran Hati: Sholat berjamaah memberikan dorongan untuk
lebih fokus dan khusyuk dalam ibadah. Berada di tengah-tengah jamaah dapat membantu
seseorang untuk lebih hadir secara mental dan spiritual dalam sholat.
Kemudahan dalam Ibadah: Sholat Qashar memberikan kemudahan kepada umat Islam,
terutama kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan. Ini mencerminkan rahmat dan
pemahaman Islam terhadap kebutuhan praktis umatnya di berbagai situasi.
Kemudahan Menjaga Kewajiban Ibadah: Sholat Qashar memungkinkan umat Islam untuk
menjaga kewajiban ibadah mereka, meskipun dalam kondisi perjalanan yang mungkin sulit.
Ini menunjukkan fleksibilitas Islam yang memahami situasi kehidupan sehari-hari. 8
Fokus pada Kualitas Ibadah: Sholat Qashar mendorong umat Islam untuk lebih fokus pada
kualitas ibadah daripada kuantitas, terutama ketika berada di perjalanan. Ini mengajarkan
konsep bahwa kualitas ibadah lebih penting daripada panjangnya waktu ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
10
Al-Imam Taqiyyudin Abu Bakar al-Husaini, Kifayatl Akhyar, alih bahasa: Anas Thohir
Syamsuddin, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hal. 327.
Abuya Teungku H. Djamaluddin Waly Al-Khalidy, Fiqih Shalat Menurut Mazhab Imam
Syafi‟I, (Dayah Darussalam, 2015), hlm.73.
Ibid.,hlm.75.
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtashid, alih bahasa oleh Imam Ghazali
Said dan Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), cet. Ke-3, h. 192
11